2.3 Jenis Gangguan Pendengaran
Ada tiga jenis gangguan pendengaran yang dapat dikenali dengan uji pendengaran yakni : gangguanuan konduktif, gangguan sensorineural dan gabungan keduanya atau tipe
campuran. Tuli konduktif terjadi akibat tidak sempurnanya fungsi organ yang berperan
menghantarkan bunyi dari luar ke telinga dalam. Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif.
Tuli sensorineural disebabkan oleh kerusakan pada koklea atupun retrokoklea. Tuli sensorineural dapat bersifat akut acute sensorineural deafness yakni tuli sensorineural
yang terjadi tiba-tiba dimana penyebab tidak diketahui dengan pasti dan chronic sensorineural deafness tuli sensorineural yang terjadi secara perlahan Cody, 1992.
2.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Gangguan Pendengaran
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan penurunan ambang dengar akibat bising, yakni lama paparan bising, frekuensi paparan bising, tingkatanbesaran
paparan, usia dan jenis kelamin dari penderita Dobie RA, 1998. Lama paparan bising lebih dari 10 tahun akan menyebabkan peningkatan NIPTS
Noise Induce Permanen Treshold Shift terutama pada frekuensi 4 KHz. Tingkatanbesaran paparan bising diatas 85 dBA pada frekuensi tinggi lebih cepat
menyebabkan gangguan dengar dibandingkan pada frekuensi rendah Dobie RA, 1998. Gangguan dengar yang terjadi pada frekuensi percakapan 500, 1000, 2000, dan
3000 Hz berdasarkan AMA hearing handicap scale tergantung dari lama paparan
Universitas Sumatera Utara
bising maupun tingkatanbesar paparan bising. Semakin lama dan semakin tinggi tingkatanbesar paparan bising akan menimbulkan peningkatan NIPTS pada frekuensi
percakapan Dobie RA, 1998. Derajat gangguan pendengaran berdasarkan International Standard Organization
ISO adalah normal 0 – 25 dB, tuli ringan 26 – 40 dB, tuli sedang 41 – 60 dB, tuli berat 61 – 90 dB, dan tuli sangat berat 90 dB Bashiruddin, 2002.
Penelitian oleh Karl D. Kryter pada tahun 1965 menunjukkan bahwa perbedaan jenis bising yang diterima oleh pekerja juga mempengaruhi besarnya pergeseran ambang
dengar. Penelitian Coles 1963, menyatakan bahwa tingkat tekanan suara dari senjata
otomatis sebesar 174 dB. Glorig dan Wheeler 1955 menyatakan bahwa bising yang di timbulkan senjata genggam sebesar 180 dB. Yarington 1968 menemukan tekanan suara
akibat ledakan meriam Howitzer 105 sebesar 190 dB dan anti tank sebesar 185,6 dB Alberti P.W, 1997.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51 tahun 1999 tentang nilai ambang batas faktor bising dalam lingkungan kerja adalah sebagia berikut.
Tabel 2.1 Paparan Bising yang Diperkenankan
Sound Level dBA Lama Paparan jam per hari
85 16
90 8
92 6
95 4
100 2
105 1
110 0,5
115 0,25
Universitas Sumatera Utara
Pfander 1975 menyebutkan bahwa tekanan suara sebesar 165 dB hanya diijinkan paparan selama 0.23 detik per hari dan untuk 145 dB hanya 0.3 detik per hari. Sebuah
penelitian terhadap 1073 prajurit arteleri Kroasia, menunjukkan hasil bahwa 907 84.25 orang mengalami peningkatan ambang dengar fatique pada tingkatan yang berbeda segera
setelah melakukan tembakan Spirov A,1982.
2.5 Bunyi