Partai Politik Dan Pemilu (Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009)

(1)

PARTAI POLITIK dan PEMILU

(Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam

Pemilu Legislatif 2009)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Politik

Empu Satrianta Sitepu

040906076

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Yesus Kristus Allah Bapa yang hidup atas rahmat, berkat dan kesehatan dalam setiap langkah kehidupan yang diberikanNya kepada penulis sehingga tugas akhir skripsi ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang diinginkan oleh penulis.

Tujuan utama penulisan dan penyelesaian skripsi ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di perguruan tinggi. Skripsi ini dibagi atas empat bagian pokok. Tiap bagian dibagi atas beberapa bab. Dalam bagian satu, berbicara dan membahas tentang latar belakang permasalahan yang diangkat untuk diteliti dan berisi mengenai teori-teori yang dipakai untuk mendukung penelitian tersebut.

Sedangkan dalam bagian kedua, uraian mengenai deskripsi obyek penelitian. Disini yang menjadi obyek penelitian adalah Partai Demokrat yang berisi mengenai sejarah Partai Demokrat dan yang menyangkut mengenai Partai Demokrat tersebut. Kemudian bab ketiga berisi mengenai hasil dan pembahasan yang telah diteliti. Bab terakhir adalah berisi mengenai kesimpulan dan berisi saran-saran yang berhubungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Heri Kusmanto, M.A selaku ketua jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang juga merupakan dosen wali penulis selama perkuliahan. Yang selama ini telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

3. Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih banyak atas waktu, kesabaran dan pemikiran dalam memberikan saran, petunjuk dan bimbingan dalam penelitian ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Warjio, S.S, M.A selaku dosen pembaca yang memberikan dukungan serta begitu sabar dalam meneliti skripsi penulis.

5. Ayahku tercinta, Ir. Tjipta A. Sitepu, atas kesabaran, dukungan dan doanya selama ini, sehingga tercapai semua ini.


(3)

6. Ibuku tercinta, Dra. Prelly B. R. Ginting, yang telah melahirkan saya ke dunia, dan telah mencintai dan membesarkan dengan penuh kasih sayang. Terima kasih buat doanya.

7. Ruth Tresia Sari Sembiring, S.Psi yang tercinta, yang selama ini banyak membantu, mendukung dan mendoakan penulis selama ini. Terima kasih atas pengertiannya dan pengorbanannya.

8. Adikku (Pingkan Primsa Sitepu, ST dan Agripa Toar Sitepu) yang aku sayangi, terima kasih atas doanya.

9. Seluruh dosen yang mengajar di jurusan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

10. Kepada seluruh pegawai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terutama kepada Abangda Rusdi yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis selama ini.

11. DR. Layari Sinukaban, S.IP, MBA yang membantu dalam memudahkan pengambilan data skripsi yang penulis kerjakan ini. Dan juga untuk DPC Partai Demokrat kota Medan dan DPD Partai Demokrat SUMUT yang telah menyajikan data kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.

Medan, Desember 2010

Penulis


(4)

PARTAI POLITIK dan PEMILU

(Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009)

Nama : E. Satrianta Sitepu NIM : 040906076

Departemen : Ilmu Politik

ABSTRAKSI

Dalam eforia demokrasi sejak era reformasi sistem pemilihan umum (general election system) khususnya sistem kepartaian menggunakan kerangka banyak partai (Multy Party System). Sejak pemilu tahun 1999 kemudian disusul 2004 dan yang terakhir kemarin tahun 2009 kontestan yang mengikuti ajang lima tahunan itu tidak hanya didominasi oleh dua atau tiga partai seperti era orde baru sebelumnya. Banyak kontestan yang bertarung untuk memperebutkan suara masyarakat tentu bukanlah hal mudah dibutuhkan metode,strategi yang brilian untuk menggapai kemenangan khususnya meraih suara yang besar sehingga dapat mencapai kekuasaan itu (power). Untuk hal itu dibutuhkan marketing politik, sebuah cara bagaimana memasarkan partai politik layaknya memasarkan barang.

Dalam hal ini partai Demokrat telah membukt ikan memiliki strategi marketing politik yang cukup efektif untuk meraup suara yang siginifikan khususnya dua pemilu yang terakhir yaitu tahun 2004 dan 2009 untuk hirarki organisasi partai ditingkat bawah yaitu DPC (Dewan Pimpinan Cabang) kota Medan. Skripsi secara gamblang membahas tentang bagaimana marketing politik itu dilakukan, apa kiatnya. Metode penelitian bersifat deskriptif dengan lebih banyak pada studi kepustakaan dan wawancara.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa marketing politik yang dilakukan partai politik menggunakan metode-metode modern seperti direct selling, push marketing, segmentasi yang tentunya disesuaikan dengan posisi Demokrat yang saat itu adalah partai Incumbent. Selain kesiapan partai baik dari pusat hingga daerah dalam konteks konsolidasi organisatoris dan proses kaderisasi yang tak pernah henti merupakan modal lain dalam menunjang kesuksesan partai Demokrat pada pemilu tahun 2009 kemarin.

Kata Kunci : Political Marketing (Political Marketing), Partai Politik (Political Party), Sistem Kepartaian (Party System), Pemilihan Umum (General Election)


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...i

ABSTRAKSI………...iii

DAFTAR ISI………iv

BAB I PENDAHULUAN………..………...1

1. Latar Belakang Masalah………..………….1

2. Perumusan Masalah………...………12

3. Tujuan Penelitian ………..13

4. Manfaat Penelitian………...13

5. Kerangka Teori…………..………...14

5.1 Marketing Politik (Political Marketing)…..………...15

5.1.1 Bauran Produk Politik (Marketing Strategy)………...21

5.1.2 Proses Pengiriman (Delivery Process)………...22

5.1.2.1 Pull Marketing………..………22

5.1.2.2 Push Marketing……….23

5.2 Partai Politik……….24

5.2.1 Fungsi Partai Politik………24

5.3 Pemilihan Umum (General Election)………...25

6. Metodologi Penelitian…..………..28

6.1 Jenis Penelitian…….………28

6.2 Lokasi Penelitian…..………28

6.3 Teknik Pengumpulan Data…..……….28

6.4 Teknik Analisa Data……….29


(6)

BAB II PROFIL PARTAI DEMOKRAT………31

2.1 Sejarah Partai Demokrat……….31

2.2 Pengesahan Partai Demokrat…….……….33

2.3 Visi dan Misi…….……….35

2.3.1 Visi Partai…….………...35

2.3.2 Misi Partai…..……….35

2.4 Agenda Perjuangan Partai Demokrat…….………36

2.5 Demokrat Kota Medan…………...………39

2.5.1 Susunan DPC Demokrat Kota Medan….………40

2.5.2. Daftar Nama-Nama Calon Legislatif Demokrat Kota Medan………43

BAB III ANALISIS MARKETING POLITIK………...48

3.1 Pemilu Legislatif 2009………...48

3.1.1 Dasar Hukum Pemilu Tahun 2009………..49

3.1.2 Kontestan Peserta Pemilu Tahun 2009………52

3.1.3 Statistik Jumlah Suara……….56

3.1.4 Partai Pemenang………..57

3.2 Strategi Umum Marketing Politik Partai Demokrat Kota Medan………..62

3.2.1 Konsolidasi Partai………62

3.2.2 Pemberhasilan Kegiatan Pembangunan ………..68

3.2.3 Pembinaan, Penggalangan dan Pengerahan ………...71

3.2.4 Pendaftaran Pemilih dan Kelembagaan ………..74

3.3 Politikal Marketing DPC Partai Demokrat Medan……….77

3.3.1 Proses Strategi Pemasaran Partai………78

3.3.2 Pemetaan Segmentasi Pasar………80

3.3.3 Pola Komunikasi Politik Partai………...81

3.3.4 Peningkatan Kualitas Kerja Partai………...83


(7)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………85

4.1 Kesimpulan……….85

4.2 Saran………...86


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pemilu legislatif tahun 2009 merupakan pemilu ketiga setelah apa yang kita sebut bersama sebagai masa reformasi. Ketiga pemilu belakangan ini baik tahun 1999,2004 maupun 2009 dilaksanakan dalam bingkai pemilu demokratis yang dapat disejajarkan dengan pemilu pertama kali yang diadakan pada tahun 1955 pada masa orde lama. Dengan mempergunakan sistem multi partai (multy party sistem) sungguh nampak jelas proses pembangunan politik mengarah pada pembangunan demokrasi secara kelembagaan (institusionalism) mulai menemukan titik terang saat ini.1

Euphoria demokrasi ini ibarat hadiah atau bonus yang didapatkan oleh bangsa ini sejak orde baru tumbang pada Mei 1998. Dimana bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan (liberty), Persamaan (equality) menjadi barang yang sangat mahal di era Soeharto memerintah. Hal ini memang tidak lain disebabkan praktek Dalam prakteknya liberalisasi politik yang sudah dijalankan membawa angin perubahan khususnya kebebasan dalam mendirikan partai politik. Sejurus kemudian sejak diadakan pemilu pertama kali yaitu di tahun 1999 sejak era reformasi komposisi dan konfigurasi partai politik yang menjadi kontestan juga sangat beragam baik dari segi

platform, idiologi perjuangan dan juga basis pendukungnya. Intinya banyak partai

bermunculan bagai jamur dimusim hujan.

1

Dalam Era orde baru pelaksanaan pemilu umumnya dikendalikan oleh penguasa saat itu kepentingan pelanggengan kekuasaan, sedang pasca 1998 pelaksanaan pemilu umumnya dilaksanakan dengan mengikuti kaedah-kaedah dasar demokrasi seperti adanya kebebasan,luber dan jurdil sehingga menghasilkan banyak partai politik dalam waktu singkat. Khusus untuk deskripsi pelaksanaan Pemilu tahun 1999 dan 2004 bisa dilihat di Miriam Budiarjo,2008,Dasar-dasar ilmu Politik,Edisi Revisi,Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.,Hal. 280-285


(9)

rezim otoritarianisme yang diamalkan oleh orde baru pada saat itu. Sehingga kebebasan masyarakat menjadi terbatas yang pada akhirnya melemahkan kekuatan civil society sebagai pilar penegak demokrasi sejatinya. Bekerjanya proses input dan output secara berimbang merupakan nilai plus yang tidak didapatkan pada era Soeharto.2

Patut dicatat memang transformasi politik yang terjadi saat ini bukan khas milik Indonesia saja namun juga terjadi dibelahan bumi lain. Dunia politik yang selama ini hanya dimonopoli oleh para Elit Politik telah bergeser menjadi konsumsi publik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tingginya partisipasi politik masyarakat, media dan juga LSM di banyak Negara dalam kehidupan politik. Partisipasi politik itu tidak hanya terefleksikan dalam bentuk partisipasi menyuarakan suara sewaktu pemilu, tetapi dalam semua usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik. Sehingga bentuk-bentuk partisipasi politik dapat berupa pengerahan massa, pemogokan, demonstrasi jalanan, dan bentuk-bentuk protes lainnya.

3

Intinya pelaksanaan pemilu pasca orde baru bisa dikatakan demokratis jika dilihat dari tiga kriteria yaitu:

Satu variabel yang cukup penting dari agenda reformasi dan birokrasi adalah dimulainya era pemilu yang Demokratis yaitu benar-benar bersih, jujur, luber dan rahasia setidaknya dari kesiapan pemerintah dalam memfasilitasi jalannya Pemilu dengan baik dan juga ikut serta berbagai unsur atau elemen masyarakat dalam mensukseskan Pemilu itu sendiri.

4

1. Keterbukaan

2

Untuk pembahasan tentang sistem politik silahkan lihat Budi Winarno,2008,Sistem Politik Indonesia Era Reformasi,Yogyakarta:Medres

3

Firmanzah,2008,mengelola Partai Politik,Jakarta:Yayasan Obor Indonesia., Hal.1. mengenai proses transisis Demokrasi dari Orba menuju Reformasi lihat di Gregorius Sahdan,2004,Jalan Transisi Demokrasi,Bantul:Pondok Edukasi,___Indonesia in transition,2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,__ 2004,Indonesia In transition ( re-Thinking Civil Society, region, and crisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

4


(10)

Artinya pemilu harus bersifat terbuka bagi warga Negara. Prinsip ini dikenal dengan hak memilih universal (universal sufferage)

2. Ketepatan

Mengandung arti bahwa segaala proses yang berkaitan dengan pemilu, mulai dari pendaftaran partai peserta pemilu, verifikasi partai politik, kampanye, pelaksanaan pemungutan suara sampai penghitungan suara harus dilakukan secara tepat dan proporsional artinya semua yang terlibat dalam pemilu harus mendapat perlakuan hokum yang sama.

3. Efektivitas

Artinya jabatan politik harus di isi semata-mata melalui pemilu, tidak dengan cara-cara lain seperti pengangkatan dan penunjukan.

Tabel 1 parpol peserta pemilu tahun 2004 dan 2009

NO Parpol Tahun 2004 Perolehan suara

1 Partai Golkar 24,480,757

2 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 21,026,629

3 Partai Kebangkitan Bangsa 11,989,564

4 Partai Persatuan Pembangunan 9,248,764

5 Partai Demokrat 8,455,225

6 Partai Keadilan Sejahtera 8,325,020

7 Partai Amanat Nasional 7.303,324

8 Partai Bulan Bintang 2,970,487

9 Partai Bintang reformasi 2,764,998

10 Partai damai sejahtera 2,414,254


(11)

12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 1,424,240 13 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 1,31,230,4 14 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 1,230,455

15 Partai Patriot Pancasila 1,073,139

16 PNI Marhaenisme 923,159

17 Partai Persatuan Nahdatul Ummah Indonesia 1895,610

18 Partai Pelopor 878,932

19 Partai Penegak demokrasi Indonesia 855,811

20 PartaiMerdeka 842,541

21 Partai Sarikat Indonesia 679,296

22 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 672,952

23 Partai Persatuan Daerah 657.916

24 Partai Buruh Sosial Demokrat 636,397

(www.kpu.go.id )

Dari sekian banyak partai politik yang menjadi kontestan dalam pemilu legislatif adalah partai demokrat. Partai demokrat sebagai partai bentukan presiden RI ke 6 Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi partai yang sangat fenomenal khususnya bila kita kaitkan dengan pemilu tahun 2009 yang baru saja selesai. Pada pemilu tahun 2009 ini partai demokrat tidak hanya menjadi kampiun dalam perolehan suara terbanyak namun juga kembali menghantarkan ketua dewan penasehatnya SBY untuk kembali menduduki singgasana kursi kepresidenan untuk yang kedua kalinya sejak tahun 2004 kemarin.

Keberadaan partai Demokrat sebagai partai yang mengusung idiologi kebangsaan (religius-nasionalis) menawarkan sebuah pemahaman baru bagi kondisi perpolitikan di Indonesia. Capaian yang dilalui oleh partai Demokrat pada pemilu legislatif tahun 2009


(12)

kemarin merupakan hal yang menakjubkan sekaligus fantastis bagi sebagian pengamat dan juga para praktisi politik di tanah air. Walaupun beberapa hasil survey dari beberapa lembaga riset menunjukkan bahwa aksetabilitas Partai Demokrat Pra-Pemilu tahun 2009 bisa dikatakan masih dibawah akseptabilitas partai PDI-P ataupun partai Golkar namun fakta dilapangan Demokrat memiliki poin akseptabilitas melebih dua partai besar tersebut.5

No

Tabel 2. Tingkat akseptabilitas 7 partai politik

Partai Politik Akseptabilitas (%)

1 Partai PDI-P

23,8

2 Partai Golkar

12,0

3 Partai Demokrat

9,6

4 Partai Keadilan Sejahtera

7,4

5 Partai Kebangkitan Bangsa

7,4

6 Partai Amanat Nasional 3,5

7 Partai Hanura 2,3

(Sumber Hasil riset Indobarometer di 33 Provinsi dengan jumlah responden sebanyak 1200)

Walau dibawah dua partai besar yaitu Golkar dan PDI-P namun perolehan suara partai Demokrat dalam survey pra pemilu juga tidak bisa dipandang enteng. Hal ini memang terbukti dalam kondisi rill yang sesungguhnya dalam medan pemilu 2009 tepatnya dalam pemilu legislatif.

5

Dalam dua pemilu sebelum pemilu tahun 2009, kedua partai baik Gokar dan PDI-P merupaka kampiun pada dua Pemilu tersebut , yaitu di tahun 1999 PDI-P sebagai jawaranya. Dan ditahun 2004 Golkar sebaliknya menjadi kampiunnya setelah ditahun 1999 menjadi runner up


(13)

Sementara dari segi perolehan kursi di DPR Demokrat memperoleh kursi terbanyak berikut adalah perbandingan jumlah kursi di DPR bagi partai Demokrat dan partai lain:6

No Nama Partai Politik Jumlah Kursi

1

150

2

107

3

95

4

57

5

43

6

37

7

27

8

26

9

18

Di era liberalisasi politik seperti saat ini dengan tingkat persaingan merebut konstituen yang begitu ketat mengharuskan partai-partai politik peserta pemilu harus berpikir keras bagaimana merebut dan menghimpun suara para konstituen. Dengan kata lain diperlukan strategi yang tepat untuk memenangkan even pemilihan umum.banyaknya parpol ini juga menimbulkan kebingungan dalam tataran penilih, dengan banyaknya pilihan otomatis pemilih harus benar-benar cermat untuk menjatuhkan pilihannya kepada siapa (Partai atau Calon Legislatif) akan di berikan mandat untuk melaksanakan jalannya pemerintahan.

Hal ini dapat dibuktikan misalnya dari data survei Indo Barometer Desember 2007 yang menguji apakah publik kesulitan atau tidak membedakan partai politik yang ada seka-rang ini (waktu itu jumlah partai baru 24), baik secara umum maupun dari aspek yang

6


(14)

sederhana seperti nama dan lambang ataupun yang kompleks seperti program dan ideologi partai.Ternyata mayoritas responden (60-70%) menjawab kesulitan.7

Implikasi dari kebingungan rakyat ini bermacam-macam. Pertama, pilihan rakyat menjadi kurang berkualitas karena mereka bingung membedakan program kerja satu partai dengan partai lainnya. Padahal, seyogianya pilihan itu didasarkan pada evaluasi dan preferensi program kerja. Kedua, rakyat yang bingung akan apatis. Apatisme ini bisa berujung pada keputusan untuk tidak memilih (golput). Tingginya golput akan menurunkan legitimasi hasil pemilu yang notabene dibiayai uang rakyat yang jumlahnya sangat besar.

Ketiga, akan sulit bagi partai, terutama yang baru ikut Pemilu 2009, untuk mendapatkan suara

signifikan di tengah kerumunan partai yang begitu banyak. Jangankan dipilih, untuk dikenal saja sudah cukup sulit. Apalagi jika partai tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk sosialisasi dari tidak memiliki jaringan yang mengakar. Padahal, berdasarkan pengalaman survei dan pemilu sebelumnya, pengenalan merupakan syarat dasar partai politik untuk

mendapatkan dukungan.8

Seiring dengan perkembangan masyarakat yang menjadi lebih terbuka dan adanya persaingan yang semakin tinggi diantara para kontestan pemilihan umum, keniscayaan pemasaran politik (political marketing) bagi partai-partai politik yang menjadi kontestan Cara yang penulis maksudkan adalah strategi atau marketing politik. Marketing politik menjadi semakin penting saat ini mengingat kebutuhan perolehan suara untuk pemilu kian menjadi sulit saat ini.

Perspektif Marketing Politik

7

Diakses melalui pukul 19.30 wib

8

Prediksi ini sebenarnya sudah mendapat pembenaran jjka di lihat dari kiprah partai-partai baru yang tidak bisa berkembang karena dalam tataran tingkat pemilih mengalami berbabagi dilemma (kebingungan) yang akhirnya berujung pada sikap apatis. Dari partai baru yang ikut pada pemilu legislative tahun 2009 hanya Partai Gerindra dan Partai hanura yang meraup suara cukup signivikan walaupun masih kalah jauh dari partai-partai yang sebelumnya sudah mapan. Sedang partai-partai politik yang lain khususnya partai politik yang baru ikut merasakan ketatnya persaingan dalam pemilu legislative suaranya tidak melebihi 1 atau 1,5 persen saja.


(15)

dalam pemilihan umum tersebut dianggap sangat tepat untuk memenangkan pemilihan umum.

Didunia barat, marketing politik diyakini sebagai metode dan instrumen yang dapat membantu politisi dan partai politik untuk dapat bersaing dan memenangkan persaingan. Secara konsep, marketing politik tidak jauh berbeda dengan marketing yang digunakan dalam dunia bisnis. Perbedaanya dalam dunia bisnis yang dijual adalah produk berupa barang, jasa sedang dalam dunia politik yang dijual adalah visi misi serta program kepada masyarakat luas dengan target dapat dipilih sebagai pemenang. Dan agar jualan laris manis maka dalam hal ini mereka (partai politik) harus memahami dan mengenal audiensnya. Sehingga bisa membidik target secara tepat dan cermat. Dalam domain politik marketing menawarkan perpspektif alternatif yang menawarkan penggunaan yang membantu untuk mengefisienkan serta efektif dalam membangun dalam hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat. Berkembangnya pusat perhatian partai politik terhadap pembangunan strategi marketing politik merupakan alternatif yang dapat membantu bersaing dalam iklim politik yang penuh persaingan terbuka dan transparan ketika berhadapan (vis avis) dengan konstituen yang berasal dari beragam idiologi, agama serta etnisitas.

Marketing politik sejatinya dapat mempermudah bagaimana menggarap dan menjual produk politik yang akan dipasarkan. Dalam hal ini setiap segmentasi pasar tentu memiliki strategi yang berbeda dalam aplikasinya. Oleh sebab itulah keniscayaan marketing politik sangat dibutuhkan untuk kondisi pemilihan di era persaingan yang sangat kompetitif saat ini.

Adapun dalam perspektif marketing dalam dunia politik memiliki beberapa tujuan yaitu:


(16)

Pertama, Menjadikan pemilih sebagai subyek dan bukan sebagai obyek politik

Kedua, Menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih adalah langkah awal dalam

menyusun program kerja yang ditawarkan dalam kerangka masingmasing ideologi partai (Dermody & Scullion, 2001)

Ketiga, Marketing politik tidak menjamin sebuahkemenangan, tapi menyediakan tools

bagaimana menjaga hubungan dengan pemilih untuk membangun kepercayaan dan selanjutnya

memperoleh dukungan suara (O’Shaughnessy, 2001)

Sebagai subjek akademik konsep marketing politik dari Amerika. Namun dalam konteks Indonesia setidaknya menjadi keniscayaan setidaknya ada lima faktor yang membuat marketing politik bisa berkembang di Indonesia:9

1. Sistem multi partai yang memungkinkan siapa saja boleh mendirikan partai politik dan konsekuensinya menyebabkan persaingan tajam antar partai politik.

2. Pemilih telah lebih bebas menentukan pilihannya disbanding pemilu sebelumnya, sehingga syarat bagi penerapan marketing politik terpenuhi.

3. Partai-partai lebih bebas menentukan platform dan identitas organisasinya.

4. Pemilu merupakan momentum sejarah yang penting dalam perjalanan bangsa sehingga pihak-pihak yang berkeptingan terutama para elit politk akan berusaha keras untuk ambil bagian.

5. Sistem pemilihan anggota parlemen ,DPRD,dan presiden dilakukan secara langsung yang selanjutnya diikuti oleh pemilihan Gubernur,Walikota dan Bupati

Pergantian sistem pemilu dari model lama ke model baru berarti adalah perubahan paradigma. Pada situasi obyektif yangberubah paradigma acuannya pun tentu harus diubah

9

Adman Nursal,2004, Political Marketng strategi Memenangkan Pemilu: Suatu Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD dan Presiden,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.,Hal.10-11.


(17)

arena ruang pembelajaran politik tidak sesempit dulu. Kini ada banyak paradigma baru antara lain: 10

1. Partai politik mendapatkan kebebasannya 2. Rakyat menggunakan hak pilih lebih bebas

3. Rakyat memilih langsung terhadap anggota DPR, DPD, presiden dan wakil presiden serta Gubernur, Walikota dan Bupati.

4. Sirkulasi dan seleksi kepemimpinan politik terjadi terus menerus secara periodik dan mendorong peningkatan partisipasi secara menyeluruh

5. Pengalihan wewenang dari pusat kedaerah (desentralisasi) yang memacu reformasi struktur kekuasaan lokal lebih dinamis

6. Mekanisme yang efektif pengelolaan sumber-sumber legitimasi kekuasaan (berisi komponen Poleksosbud) menjadi ajang penguatan bagi proses pembangunan karakter Nasional masyarakat Indonesia ke depan.

Sebagai tambahan juga dikarenakan semakin berkembangnya zaman yang menuntut adanya pendekatan-pendekatan baru dalam mengeksekusi perubahan selera pemilih. Dengan adanya strategi politik yang dianggap mampu mengakomodir rancangan konstruktif yang hendak dilakukan oleh partai politik untuk merbut simpati dari konstituennya serta juga masyarakat secara umum.

Diperkirakan sampai beberapa kali Pemilu di Indonesia Pemilu akan senantiasa dikuti banyak partai. Dalam kondisi seperti itu para pemilih tidak akan mampu mengingat begitu banyak nama partai, proses awal yang penting bagi pemilh sebelum ia menetapkan pilihannya. Konon lagi untuk mengetahui program-program utama dan dan nama-nama para

10

Agung Dkk,2005,Memenangkan Hati dan Pikiran Rakyat:Strategi dan Taktik Menang dalam Pilkada,Yogyakarta:Pembaruan., Hal.14-15


(18)

kandidat yang ditawarkan suatu partai. Dengan demikian mayoritas partai-partai yang ikut pemilu akan sulit dikenal pemilih apalagi membedakannya dengan partai lain.11

Cukup beralasan untuk mengatakan bahwa partai-partai politik tidak gampang mencapai sasaran objektif dengan cara-cara kampanye dan kegiatan kehumasan yang konvensional. Tantangan besar khususnya akan dihadapi partai-partai baru. Tanpa langkah terobosan partai-partai baru akan sulit meraih suara bahkan hanya sadar untuk dikenal baik oleh para pemilih. Langkah-langkah terobosan itu hanya bisa dilakukan dengan strategi yang jitu termasuk didalamnya menerapkan marketing politik.12

Dalam sistem pemilu yang baru ini secara tekhnis pemilih akan mencoblos tanda partai dan nama calon legislatif. Keadaan ini menyebabkan model persaingan menjadi kompleks dan strategi untuk memenangkan suara dengan sendirnya juga akan lebih rumit. Institusi partai memiliki strategi agar para pemilih mencoblos tanda gambar partai. Sementara itu masing-masing calon yang diajukan sebuah partai juga bersaing dengan kawan separtai sehingga setiap calon akan berusaha keras agar lebih menjatuhkan pilihan padanya. Sedang partai memerlukan strategi untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya.13

11

Adman Nursal.Op.Cit., Hal 10. 12

Adman Nursal.Ibid., Hal.10 13

Ibid Hal. 13

Namun yang perlu dipahami bahwa marketing politik saat ini menjadi trendsetter bagi acuan setiap kontestan pemilu baik itu bersifat perorangan ataupun partai politik. Itulah sebabnya penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang marketing politik partai Demokrat.

Dalam pemilu tahun 2009 kemarin peserta atau kontestan partai politik yang mengikuti pemilu berjumlah 38 partai yang dinyatakan resmi oleh KPU untuk mengikuti perhelatan akbar demokrasi lima tahunan itu. Diantara beragam partai tersebut setidaknya masih dihiasi oleh partai-partai lama dan juga kontestan kontestan partai politik yang baru.


(19)

Sama seperti partai partai lain setidaknya partai Demokrat juga memasang strategi bagaimana melalui pemilu tahun 2009 kemarin dengan gilang gemilang. Termasuk tentunya mengadakan konsolidasi sampai tingkat bawah dengan mode top-down

Gambar 1. Alur Kewenangan Partai Politik

DPP ( Dewan Pimpinan Pusat)

DPD ( Dewan Pimpinan Daerah)

DPC ( Dewan Pimpinan Cabang)

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan mengkaji bagaimana konsep Marketing Politik dilaksanakan pada tataran tingkat Kota sebagai penopang Propinsi dan Dewan Pusat. Untuk lokasi akan ditentukan di Partai Demokrat khususnya DPC Partai Demokrat Kota Medan.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan tentang pentingnya sebuah penelitian dilakukan, seberapa pentingnya penelitian tersebut misalnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan atau hanya sekedar menjawab permasalahan yang ada. Masalah yang diteliti biasanya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang tegas dan jelas. Pada prinsipnya juga ruang lingkup masalah yang akan dipecahkan harus dibatasi untuk mengambil kesimpulan (konklusi) yang pasti (defenitif).14

14


(20)

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam skripsi atau penelitian ini adalah: “Bagaimana upaya yang dilakukan oleh partai Demokrat untuk meraih suara terbanyak dalam Pemilu tahun 2004 kemarin khusunya untuk daerah Medan”.

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Sebagai tugas akhir dalam menempuh pendidikan strata 1 untuk memporeh gelar kesarjanaan.

2. Untuk mengetahui konsep-konsep marketing politik yang diaplikasikan oleh DPC Partai Demokrat dalam mengarugi Pemilu tahun 2009

3. Untuk mengetahui kunci sukses DPC Partai Demokrat dalam mensuplai perolehan suara yang signifikan bagi Parta Demokrat.

4. Manfaat Penelitian

Sedang manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Penulis penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis untuk melihat penerapan konsep-konsep ilmu politik dalam kehidupan praktis dimasyarakat. 2. Secara akademis diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa

Departemen Ilmu Politik untuk dapat menjadi sumber rujukan bagi pengembangan kegiatan ilmiah khususnya berkaitan dengan pengembangan konsep-konsep marketing politik.

3. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai konsep-konsep dalam pengembangan marketing politik.

4. Secara aplikatif diharapkan dapat membentuk sebuah pola baru dalam penerapan marketing politik dalam lingkup politik praktis.


(21)

5. Kerangka Teori

Dalam melakukan sebuah penelitian agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang telah didesain diperlukan sebuah acuan dalam menganalis fenomena yang terjadi. Acuan tersebut ialah teori. Landasan teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis.15

Menurut Adman Nursal marketing politik adalah serangkaian aktifitas terencana, strategis tapi juga taktis berdimensi jangka panjang dan jangka pendek untuk menyebarkan makna politik pada para pemilih.

Sebuah kerangka teori juga dibutuhkan sebagai pisau analisis dan menjadi kompas dalam sebuah penelitian agar dapat sinkron terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan dalam masalah penelitian.

5.1 Marketing Politik (Political Marketing)

16

15

Ibid., Hal. 23. 16

Adman Nursal,2004, Political Marketng strategi Memenangkan Pemilu: Suatu Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD dan Presiden,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.,Hal.23

Sedang bagi Firmanzah marketing politik marupakan metode dan konsep aplikasi marketing dalam politik, dalam konteks politik dilihat sebagai seperangkat metode yang dapat memfasilitasi kontestan (individu, partai politik) dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan, isu politik, idiologi partai, karaktrerisitik pemimpin partai dan program kerja Partai pada


(22)

masyarakat.17

Selain itu marketing Politik bisa diartikan sebagai variasi dari kebijakan komunikasi pemasaran untuk mempromosikan seorang atau proyek politik dengan menggunakan model teknik pemasaran komersial sebagai mewakili seperangkat metode yang dapat digunakan oleh organisasi-organisasi politik untuk pencapaian tujuan dalam hal program politik atau dalam mempengaruhi perilaku para pemilih dengan melakukan proganda.

Gambar 1. Kerangka konseptual marketing politik Adman Nursal

18

Dalam logika pemasaran kampanye politk yang dilakukan dalam marketing politk ini lebih menekankan penciptaan pendidikan politik masyarakat dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek politik. Bukan lagi hanya sekedar objek politik saja yang dapat kita lihat pada pemilu-pemilu konvensional dimana setelah pemilu berakhir yanhg terjadi

17

Firmanzah,2007,Marketing Politik,Jakarta:Yayasan Obor Indonesia., Hal.21. 18

http://id.wikipedia.org/wiki/Konsultan_marketing_politik,diakses pada tanggal 25 Januari 2010,pukul 20.00 Wib

Positioning

Push Marketing

Policy Person Parties

Pash Marketing

Pull Marketing

Marketing Politik


(23)

adalah terputusnya hubungan antara masyarakat dan partai politik atau Caleg yang tentunya berujung pada antipasti dan apolitis masyarakat terhadap politik.

Bagi Nurzal sendiri marketing politik meliputi 3 unsur yaitu strategi pemasaran, bauran produk politik dan proses perantara (delivery process).

1. Strategi Pemasaran (Marketing Strategy )

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang akanditerapkan dalam kampanye atau lebih mudahnya dapat disebut sebagai guiding principle atau the big idea ini dapat diartikan sebagai pendekatan yang diambil untuk menuju pada suatau kondisi tertentu pada saat ini yang dibuat berdasarkan analisis masalahdan tujuan yang telah ditetapkan.19

Sedang menurut Philip Kolter pemasaran dapat dimaknai sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Dalam konteks pemilu tujuan dari setiap stretagi bukanlah kemenangan yang dangkal tapi perdamaian yang mendasar dalam istilah poliitk perdamaian ini berarti penerangan program-program yang tepat dalam reformasi.

20

Berdasarkan defenisi strategi pemasaran dalam domain politik hubungan dengan kontestan politik, maka seorang calon legislatif sejatinya harus mempersiapkan langkah-langkah fenomena input politik yang menurut David Easton berupa tuntutan (Demand) yang

Pada dasarnya strategi pemasaran merupakan proses menyusun nilai-nilai inti yang sesuai dengan aspirasi pemilih dan sumber daya kontestan yang diupasarkan. Strategi pemasaran dalam domain politik merupakan perencanaan sebagai langkah-langkah adaptasi terhadap semua gejala yang terjadi untuk dapat memahami apa yang dibutuhkan masyarakat dan apa aspirasi yang diperjuangkan kontestan.

19

Venus Antar,2004. Manajemen Kampanye: Panduan Teorotis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi,Bandung ; Simbiosa Rekatama. Hal. 15.

20


(24)

akan dikonversikan menjadi sebuah kebijakan publik.21

Menurut pandangan Rhenald Khasali segmentasi pada pemasaran politik mencakup lima tujuan yang identik dengan pemasaran produk komersial:

Dalam hal ini strategi pemasaran yang akan dibangun calon legislatif sebegai pembentukan citra politk yang memerlukan upaya-upaya berupa informasi yang berhubungan dengan kondisi yang riil tejadi di masyarakat seperti kondisi perilaku pemilih dan kebutuhan-kebutuhan yang mernjadi permasalahan diluar organisasi calon legislatif. Dengan sendirinya seorang calon legislatif semakin mempermudah mengeksekusi konstituen untuk membentuk nilai-nilai ini yang ditransferkan melalui sosialisasi dan kampenye.sedang nilai-nilai inti disebut positioning berdasarkan analisis dan penelitian segmentasi dan targeting politik.

Segmentasi perspektif political marketing bertujuan untuk mengenal lebih jauh (identifikasi) kelompok-kelompok. Dalam domain politik, segmentasi bagi calon legislatif untuk mendeteksi dan menyederhanakan struktur masyarakat melalui identifikasi setiap kelompok yang menjadi penyusun utama suatu psyarakat guna mencari peluang, menggerogoti segmen pemimpin pasar, pumuskan pesan-pesan komunikasi, melayani lebih baik, dan menganalisis perilaku konsumen.

22

1. Mendesain substansi tawaran partai atau kandidat secara lebih responsif 1 terhadap segmen yang berbeda. Ini tidak lain karena melakukan segmentasi berarti juga mendalami kepentingan, aspirasi, dan persoalan-persoalan politik yang menjadi perhatian setiap segmen. Substansi tawaran patai dikembangkan berdasarkan analisis mendalam segmen-segmen yang diproyeksikan menjatuhkan pilihan kepada kontestan yang dipasarkan.

21

David Easton,1988, Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik. Jakarta: Bina Aksara., Hal. 165. 22


(25)

2. Menganalisis preferensi pemilih karena dengan pemahaman terhadap karakter setiap segmen pemilih memungkinkan pemasar mengetahui kecenderungan pilihan politik setiap segmen. Secara tidak langsung segmentasi juga berarti proses mengenal kekuatan pesaing.

3. Menemukan peluang perolehan suara. Mengetahui preferensi pilihan setiap segmen dan kekuatan pesaing akan menghantarkan pemasar untuk menemukan suatu peluang yang dapat diraih secara lebih efektif dan efisien.

4. Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien. Agar efektif dan efisien, perlu diterapkan pendekatan komunikasi yang berbeda untuk setiap segmen.

Segmentasi sangat diperlukan program kerja calon legislatif, terutama cara berkomunikasi dan membangun interaksi dengan masyarakat. Tanpa segmentasi, calon legislatif akan kesulitan dalam penyusunan pesan politik, program kerja, kampanye politik, sosialisasi politik, dan produk politik. Dalam orientasi pasar, kondisi real yang dihadapi masyarakat adalah sumber utama dalam penyusunan program kerja. Dari kondisi masyarakat yang nyata itulah program kerja akan diiplementasikan. Dengan kata lain kondisi real masyarakat tersebut merupakan la yang akan dikembangkan untuk menciptakan program pemasaran oleh calon legislatif untuk memberikan pengaruh dan minat masyarakat sebagai referensi politik berdasarkan karakter pasar yang dibidik.

Segmentasi dapat dilakukan dengan banyak pendekatan.para pemasar dapat memilih salah satu pendekatan tersebut atau mengkombinasikan beberapa kaitan sebagai kerangka menyusun strategi pemasaran. Berikut beberapa teknik dan metode untuk mengklasifikasikan dan mengelompokkan masyarakat.23

23

Firmanzah,Op Cit.,Hal. 193.

Pertama, geografi. Masyarakat dapat disegmentasi berdasarkan geografis dan Brapatan (density) populasi. Kedua, demografi. Masyarakat dapat dibedakan berdasarkan umur, agama, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan


(26)

bias sosial. Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang berbeda tentang politik satu dengan yang lain. Sehingga perlu untuk dikelompokkan berdasarkan kriteria demografi.

Ketiga, psikografi. Memberikan tambahan metode entasi berdasarkan geografi. Dalam

metode ini, segmentasi dilakukan kebiasaan, pola hidup, dan perilaku yang mungkin terkait dalam isu-politik. Keempat, perilaku. Masyarakat dapat dibedakan dan dikelompokkan idasarkan proses pengambilan keputusan, intensitas ketertarikan dan keterlibatan dengan isu politik, loyalitas, dan perhatian terhadap permasalahan politik. Masing-masing kelompok memiliki perilaku yang berbeda-beda, sehingga perlu untuk diidentifikasi. Kelima, sosial-budaya. Pengelompokan masyarakat dilakukan melalui karakteristik sosial dan sosial-budaya. Klasifikasi seperti, suku, etnis, dan ritual spesifik seringkali membedakan intensitas, kepentingan, dan perilaku terhadap isu-isu politik. Keenam, sebab-akibat. Selain yang bersifat statis, metode ini mengelompokkan masyarakat berdasarkan perilaku yang muncul dari isu-isu politik. Sebab akibat ini melandaskan metode pengelompokkan berdasarkan perspektif pemilih (voters).

Targeting atau menetapkan sasaran adalah memilih salah satu atau beberapa segmen yang akan dibidik untuk mencapai sasaran obyektif (segmentasi dasar) Sebelum menentukan target sasaran pasar, terlebih dahulu dimulai wilayah pemilihan dengan cara melihat jumlah total pemilih di suatu pemilih dan jumlah kursi yang diperebutkan untuk mengetahui berapa minimal yang harus diperoleh untuk mendapatkan sebuah kursi dan menganalisis sebaran para pemilih secara geografis, bagaimana cara mengakses pemilih secara efisien dan efektif, dan melakukan evaluasi sebelum menentukan satu atau sejumlah segmen pasar sasaran calon legislatif. Segmen-segmen pasar yang dipilih itu dapat dikelompokkan menjadi dua yakni segmen inti dan segmen plasma. Segmen inti adalah segmen yang menjadi sasaran utama calon legislatif yang memiliki kepentingan dan aspirasi cocok dengan jati diri calon legislatif dan partai. Segmen plasma adalah segmen sasaran yang mempunyai preferensi terhadap jati


(27)

diri calon legislatif tetapi calon legislatif pesaing juga berpotensi untuk mengakomodasikan kepentingan aspirasi mereka.

Untuk menetapkan segmen-segmen yang menjadi sasaran, terdapat tiga strategi (diadaptasi dari Kotler dan Amstrong, 1994). Pertama, strategi serba sama (undifferentiated

marketing strategy). Strategi ini, dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan setiap segmen.

Strategi ini diterapkan untuk meraih pemilih sebanyak mungkin dengan merancang suatu pemasaran untuk membidik sebagian besar pemilih. Strategi ini bertujuan untuk meraih sumber daya strategis yang sangat besar. Tanpa sumber daya strategis yang memadai, strategi ini dapat mengakibatkan resiko besar karena tidak dapat menggarap seluruh pemilih secara optimal. Kedua, strategi pemasaran serbaneka (a differentiated marketing strategy). Prinsip dasar strategi ini merancang beberapa program pemasaran untuk segmen-segmen yang berbeda. Dengan cara ini, maka diharapkan sebuah peserta pemilu memiliki posisi kuat di setiap segmen. Ketiga, strategi pemasaran terpusat (concentrated wig strategy). Dengan strategi ini, sebuah partai membidik satu atau beberapa segmen pasar. Prinsipnya, lebih baik merangkul sebagian pasar yang satu atau sejumlah segmen dari pada memperoleh pasar yang sedikit dari segmen pasar yang luas. Strategi pemasaran terpusat ini biasanya dilakukan bila sumber daya partai sangat terbatas. Bila satu atau beberapa segmen itu mempunyai preferensi yang kuat dengan calon legislatif pesaing, maka calon legislatif akan kehilangan pemilih.

Positioning dalam marketing politik didefenisikan sebagai semua aktifitas menanamkan kesan dan menancapkan citra tertentu kedalam benak para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kontestan memiliki posisi khas, jelas dan meaningful.24

24

Adman Nursal,Op.Cit.,Hal.137

Sedangkan menurut pandangan Rhenald Kasali, dapat didefenisikan sebagai strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak pemilih agar sebuah kontestan pemilu mengandung arti tertentu yang berbeda segi mencerminkan keunggulannya terhadap kontestan pesaing dalam bentuk


(28)

hubungan asosiatif25

David Kurtz dan Kenneth Clow dalam bukunya servis marketing mengungkapkan bauran produk merupakan kombinasi "jasa" yang ditawarkan la kelompok sasaran.

. Dalam positioning, strategi komunikasi seperti yang dikemukakan Rhenald Kasali merupakan atribut produk dan jasa yang dihasilkan akan direkam dalam bentuk image yang terdapat dalam sistem kognitif konsumen.Dengan demikian konsumen akan dengan mudah mengidentifikasi sekaligus pakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan produk atau jasa lainnya. Semakin tinggi image yang direkam dalam konsumen, semakin mudah pula mereka mengingat image produk dan jasa bersangkutan. Menanamkan dan menempatkan image dalam benak masyarakat hanya terbatas pada produk dan jasa.

5.1.1 Bauran Produk Politik

26

Produk yang ditawarkan institusi politik merupakan sesuatu yang jelas, dimana pemilih akan menikmatinya setelah sebuah partai atau seseorang terpilih. Produk politik dimaksud oleh Nursal dapat diartikan sebagai gagasan politik/kebijakan politik.

Jasa dalam marketing politik dapat diartikan sebagai produk politik yang diperlukan oleh lingkungan masyarakat. Produk politik tersebut dapat berupa gagasan politik, kebijakan partai personal, ataupun kandidat figur politik untuk membentuk serangkaian tindakan poltis tertentu di dalam pikiran para pemilih.

27

25

Adman Nursal.Ibid, Hal. 152-153

Makna dan hakekat kebijakan merupakan suatu keputusan yang dilaksanakan oleh individu, kelompok pemerintahan yang berwenang untuk kepentingan masyarakat (public interest). Kepentingan masyarakat ini merupakan yang utuh dari perpaduan dan kristalisasi pendapat-pendapat, keinginan-keinginan dan tuntutan-tuntutan (demands) dari rakyat.

26

http/ 27


(29)

Partai politik modern merupakan fenomena baru dalam sistem politik. Oleh Weber dalam bukunya Economie et Societe(1959) menekankan aspek profesionalisme dalam dunia modern. 28 selanjutnya partai politik dapat diartikan sebagai atau didefenisikan sebagai

organisasi publik yang bertujuan untuk membawa pemimpinnya untuk berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya untuk mendapat keuntungan dari dukungan tersebut.29

Di sisi lain Ranney dan Kendal (1956) mendefenisikan partai politik sebagai grup atau kelompok masyarakat yang memiliki tingkat otonomi tinggi untuk mencalonkan dan terlibat dalam pemilu dengan harapan mendapatakan serta menjalankan kontrol terhadap birokrasi dan kebijakan publik.30

28

Firmanzah,Op.Cit., Hal 66. 29

Firmanzah. Ibid., Hal.66 30

Firmanzah. Ibid., Hal 68

Dalam domain marketing politik tentang bauran produk politik, sebuah politik adalah platform partai yang berisikan identitas ideologi, konsep, program kerja sebuah institusi politik. Harrop (1990) melihat sebenarnya politik dapat dikategorikan sebagai kontribusi institusi penyedia jasa organization), sehingga produk politiknya pun dapat dilihat sebagai jasa. partai politik

5.1.2 Proses Pengiriman (Delivery Process)

5.1.2.1 Pull Marketing

Pendekatan pull marketing terdiri dari dua cara penggunaan media yang menentukan pembentukan citra sebuah kontestan yakni:


(30)

Penyampaian produk politik melalui media tanpa pembayaran berkaitan dengan kebutuhan media massa dengan berita. Keuntungan utama penyampaian produk politik ini adalah tingginya kredibilitas informasi.

-Paid Media

Pemakaian media melalui pemasangan iklan-iklan melalui radio, media cetak,

websites, dan media luar ruang. Pemakaian media tersebut menjadi prioritas partai politik dan

kontestan dalam menyampaikan produk politiknya untuk menjangkau masyarakat hingga kepelosok pedesaan.

5.1.2.2 Push Marketing

Pada dasarnya push marketing adalah usaha agar produk politik dapat tumbuh para pemilih secara langsung atau dengan cara yang lebih personal.31

Adanya pihak-pihak, baik perorangan maupun kelompok, yang (influence) besar terhadap para pemilih. Pihak-pihak yang ialah komponen yang menjadi prioritas dalam mendulang perolehan suatu wilayah dikarenakan kedekatan emosional kelompok tersebut masyarakat. Sehingga memberikan efek langsung dalam keterdukungan terhadap kontestan. Strategi push marketing ini bertujuan untuk image politik yang positif dilingkungan

Langsung memungkinkan setiap pemilih melibatkan dirinya secara dengan produk-produk politik. Produk politik yang menjadi agenda parpol dan anggota legislatif dikombinasikan penyampaiannya melalui kandidat calon yang mengadakan kontak langsung dengan lapisan masyarakat sehingga menimbulkan keterikatan dan ketertarikan hubungan antara kontestan dan sang calon atau partai. Dalam strategi ini, partai politik dan kontestan berusaha mendapatkan dukungan melalui stimulan yang diberikan pemilih.

31


(31)

masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap parpol dan calon legislatif yang dipilihnya bisa terjaga.

5.2 Partai Politik

Partai politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan Negara.32 Partai politik pertama sekali lahir di

Negara-negara Eropa Barat dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhatikan serta diikut sertakan dalam proses politik.33

Dalam literatur ilmu politik terdapat beragam definisi tentang partai politik misalnya, Carl J. Friedrich menuliskan :34

Sedang menurut Sartori :

Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan mengikuti berdasarkan penguasaan ini memberikan kemanfaatan kepada anggota partainya kemanfaatan……….

35

- Sebagai sarana komunikasi politik

Partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calonnya untuk menduduki jabatan publik.

5.2.1 Fungsi Partai Politik

Adapun fungsi partai politik secara umum dapat dibagi kedalam lima:

32

Miriam Budiarjo,Op.Cit Hal.397. 33

Miriam Budiarjo,Ibid., Hal. 398 34

Carl Fredrich dalam Miriam Budiarjo., Hal 404 35


(32)

Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah digabungkan pendapat dan aspirasi tadi diolah dan dirumuskan kedalam bentuk yang lebih teratur.

- Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Maksudnya sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.

- Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

Funsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas.

- Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management)

Dalam fungsi ini partai dapat menjadi penghubung psikologis dan organisasional antara warga Negara dengan pemerintahnya, selain itu partai juga melakukan konsolidasi dan artikulasi tuntutan yang beragam dan yang berkembang dalam masyarakat.

5.3 Pemilihan Umum (General Election)

Didalam studi ilmu politik pemilihan umum dapat dikatakan sebuah aktifitas politik dimana pemilihan umum merupakan lembaga sekaligus juga praktis politik yang memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan.36

36

.S. Haris,Menggugat Pemilihan Umum orde Baru,Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan PPW-LIPI,1998,Hal 7

diselenggrakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan akurat partisipasi serta aspirasi masyarkat. Sekalipun demikian, didasari bahwa pemilihan umum tidak merupakan satu-satunya tolak ukur dan perlu


(33)

dilengkapi dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat berkesinambungan seperti partisipasi dalam kegiatan partai, lobbying dan sebagainya.37

37

Miriam Budiarjo,Op.Cit., Hal.461

Dalam politik dikenal berbagai macam-macam sistem pemilihan umum dengan berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok:

- Single-member constituency (suatu daerah pemilihan memilih satu wakil biasanya disebut sistem distrik).

- Multi-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil biasanya dinamakan sistem perwakilan berimbang atau sistem proporsional).

Keuntungan dan kelemahan kedua sistem:

- Keuntungan Sistem Distrik

1. Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu.

2. Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat di banding malahan sistem ini bisa mendorong kearah penyederhanaan partai secara alami dan tanpa paksaan

3. Karena kecilnya distrik maka wakil yang terpilih dapat dikenal komunitasnya, sehingga hubungan dengan konstituen lebih erat. Dengan demikian si wakil akan lebih cenderung untuk memperjuangkan kepentingan distriknya. Lagi pula kedudukannya terhadap pimpinan partainya akan lebih independen, karena faktor kepribadian seseorang merupakan faktor penting dalam kemenangannya dan kemenangan partai. Sekalipun demikian tidak lepas sama sekali dari disiplin partai.


(34)

4. Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dapat meraih suara dari pemilih-pemilih lain sehingga memperoleh kedudukan mayoritas.

5. Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam parlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain.

6. Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.

- Kelemahan Sistem Distrik

1. Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan minoritas apalagi jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik dalam masyarakat yang plural karena terbagi dalam kelompok etnis, religius dan tribal

2. Sistem ini dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena terbagi dalam kelompok etnis, religius dan tribal

3. Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memperhatikan kepentingan distrik serta warga distriknya.

-Keuntungan Sistem Proporsional

1. Sistem proporsional dianggap representatif, karena jumlah kursi partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang diperoleh dalam pemilu

2. Sistem dianggap lebih demokratis dalam arti lebih egalitarian

-Kelemahan Sistem Proporsional

1. Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi

2. Sistem mempermudah fragmentasi partai


(35)

6. Metodologi Penelitian

6.1 Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian Penelitian metode deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan dengan cermat fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.38

Dalam metode penelitian yang bersifat deskriptif ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:39

a. Menguatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat aktual

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya.

6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan.

6.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang menunjang dalam pembahasan atau isi tentang bagaimana marketing politik Partai Demokrat maka penulis mempergunakan beberapa tekhnik dalam upaya mengumpulkan data, yaitu:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

38

Sanapiah Faisal,1997, Format-Format Peneltian social: Dasar-dasar dan Aplikasi,Jakarta: Rajawali Press., Hal. 20. Untuk pemahaman lebih lanjut tengan metode Deskripsi lihat Rianto Adi,2004, Metodologi Penelitian social dan hukum, Jakarta: Granit

39


(36)

Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber umumnya data nya bersifat dokumen, tertulis teknik ini juga dikenal studi dokumen atau literature

study40

Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek yang diteliti. Bentuknya bisa berupa wawancara atau mengadakan dialog dengan pihak atau sumber yang bisa memberikan informasi berkaitan dengan permasalahan penelitian yang diteliti

yang bisa diperoleh melalui perpustakaan, surat kabar, buku, majalah atau dokumen lainnya. Untuk data yang dikumpulkan bersifat sekunder.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

41

BAB II: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

untuk data yang dikumpulkan bersifat primer.

6.4 Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian dalam menganalisa data, data yang digunakan penulis adalah jenis data kualitatif. Metode kualitatif dapat diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif bisa berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang diamati. Untuk selanjutnya data-data yang terkumpul akan dieksplorasi secara mendalam yang pada akhirnya akan menghasilkan kesimpulan untuk menjawab masalah dalam penelitian.

7. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, hipotesis, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

40

Rianto Adi,2004, Metodologi Penelitian social dan hukum, Jakarta: Granit., hal.61. 41


(37)

Bab ini berisi tentang gambaran umum dari obyek/lokasi penelitian. Penulis akan memaparkan lokasi penelitian, dimana peneliti mengambil lokasi penelitian adalah Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisikan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan mengenai penerapan strategi politikal marketing yang diterapkan oleh Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan analisis data dan saran dari hasil yang diperoleh melalui penelitian politikal marketing yang diterapkan di lokasi penelitian.


(38)

BAB II

PROFIL PARTAI DEMOKRAT

2.1. Sejarah Partai Demokrat

Partai Demokrat didirikan atas inisiatif saudara Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahan terhormat saudara Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan Calon wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001 pada sidang Susilo Bambang Yudhoyono.

Dari perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil pooling public yang menunjukkan popularitas yang ada pada diri Susilo Bambang Yudhoyono (selanjutnya disebut SBY), beberapa orang terpanggil nuraninya untuk memikirkan bagaimana sosok SBY bisa dibawa menjadi Pemimpin Bangsa dan bukan direncanakan untuk menjadi Wakil Presiden RI tetapi menjadi Presiden RI untuk masa mendatang. Hasilnya adalah beberapa orang diantaranya saudara Vence Rumangkang menyatakan dukungannya untuk mengusung SBY ke kursi Presiden, dan bahwa agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satu-satunya adalah mendirikan partai politik. Perumusan konsep dasar dan platform partai sebagaimana yang diinginkan SBY dilakukan oleh Tim Krisna Bambu Apus dan selanjutnya tehnis administrasi dirampungkan oleh Tim yang dipimpin oleh saudara Vence Rumangkang. Juga terdapat diskusi-diskusi tentang perlunya berdiri sebuah partai untuk mempromosikan SBY menjadi Presiden, antara lain: pada tanggal 12 Agustus 2001 pukul 17.00 diadakan rapat yang dipimpin langsung oleh SBY di apartemen Hilton. Rapat tersebut membentuk tim pelaksana yang mengadakan pertemuan secara marathon setiap hari. Tim itu terdiri dari : (1). Vence Rumangkang, (2). Drs. A. Yani Wahid (Alm), (3). Achmad Kurnia, (4). Adhiyaksa Dault, SH, (5).Baharuddin Tonti, (6). Shirato Syafei. Di lingkungan kantor Menkopolkampun


(39)

diadakan diskusi-diskusi untuk pendirian sebuah partai bagi kendaraan politik SBY dipimpin oleh Drs. A. Yani Wachid (Almarhum). Pada tanggal 19 Agustus 2001, SBY memimpin langsung pertemuan yang merupakan cikal bakal pendirian dari Partai Demokrat. Dalam pertemuan tersebut, saudara Vence Rumangkang menyatakan bahwa rencana pendirian partai akan tetap dilaksanakan dan hasilnya akan dilaporkan kepada SBY.42

Selanjutnya pada tanggal 20 Agustus 2001, saudara Vence Rumangkang yang dibantu oleh saudara Drs. Sutan Bhatoegana berupaya mengumpulkan orang-orang untuk merealisasikan pembentukan sebuah partai politik. Pada akhimya, terbentuklah Tim 9 yang beranggotakan 10 (sepuluh) orang yang bertugas untuk mematangkan konsep-konsep pendirian sebuah partai politik yakni: (1) Vence Rumangkang; (2) Dr. Ahmad Mubarok, MA.; (3) Drs. A. Yani Wachid (almarhum); (4) Prof. Dr. Subur Budhisantoso; (5) Prof. Dr. Irzan Tanjung; (6) RMH. Heroe Syswanto Ns.; (7) Prof. Dr. RF. Saragjh, SH., MH.; (8) Prof. Dardji Darmodihardjo; (9) Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas; dan (10) Prof. Dr. T Rusli Ramli, MS. Disamping nama- nama tersebut, ada juga beberapa orang yang sekali atau dua kali ikut berdiskusi. Diskusi Finalisasi konsep partai dipimpin oleh Bapak SBY.

43

Untuk menjadi sebuah Partai yang disahkan oleh Undang- Undang Kepartaian dibutuhkan minimal 50 (lima puluh) orang sebagai pendirinya, tetapi muncul pemikiran agar jangan hanya 50 orang saja, tetapi dilengkapi saja menjadi 99 (sembilan puluh sembilan) orang agar ada sambungan makna dengan SBY sebagai penggagas, yakni SBY lahir tanggal 9 bulan 9. Pada tanggal 9 September 2001, bertempat di Gedung Graha Pratama Lantai XI, Jakarta Selatan dihadapan Notaris Aswendi Kamuli, SH., 46 dari 99 orang menyatakan bersedia menjadi Pendiri Partai Demokrat dan hadir menandatangani Akte Pendirian Partai

42

43


(40)

Demokrat. 53 (lima puluh tiga) orang selebihnya tidak hadir tetapi memberikan surat kuasa kepada saudara Vence Rumangkang. Kepengurusanpun disusun dan disepakati bahwa Kriteria Calon Ketua Umum adalah Putra Indonesia asli, kelahiran Jawa dan beragama Islam, sedangkan Calon Sekretaris Jenderal adalah dari luar pulau jawa dan beragama Kristen. Setelah diadakan penelitian, maka saudara Vence Rumangkang meminta saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso sebagai Pejabat Ketua Umum dan saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal sementara Bendahara Umum dijabat oleh saudara Vence Rumangkang.

Pada malam harinya pukul 20.30, saudara Vence Rumangkang melaporkan segala sesuatu mengenai pembentukan Partai kepada SBY di kediaman beliau yang saat itu sedang merayakan hari ulang tahun ke 52 selaku koordinator penggagas, pencetus dan Pendiri Partai Demokrat. Dalam laporannya, saudara Vence melaporkan bahwa Partai Demokrat akan didaftarkan kepada Departemen Kehakiman dan HAM pada esok hari yakni pada tanggal 10 September 2001.44

Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh saudara Vence Rumangkang, saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso, saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung, saudara Drs. Sutan Bhatogana MBA, saudara Prof. Dr. Rusli Ramli dan saudara Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh & HAM Nomor M.MU.06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat. Dengan Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9 2.2 Pengesahan Partai Demokrat

44


(41)

Oktober 2001. Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang Pengesahan. Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat.

Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia.

STRUKTUR ORGANISASI


(42)

2.3. VISI dan MISI

2.3.1 Visi Partai

Dalam menjalankan sebuah organisasi maka diperlukan sebuah cara pandang bagaimana seharusnya (idealita) organisasi berjalan kedepan. Cara pandang (way of view) akan menjadi rumusan yang akan menjiwai program kerja dari organisasi. Cara pandang organsasi dituangkan dalam VISI. Dalam hal ini VISI Parai Demokrat ialah “bersama masyarakat luas berperan mewujudkan keinginan luhur rakyat Indonesia agar mencapai pencerahan dalam kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, menjunjung tinggi semangat Nasionalisme, Humanisme dan Internasionalisme, atas dasar ketakwaan kepada Tuhan yang maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis dan sejahtera”.45

1. Memberikan garis yang jelas agar partai berfungsi secara optimal dengan peranan yang signifikan di dalam seluruh proses pembangunan Indonesia baru yang dijiwai oleh semangat reformasi serta pembaharuan dalam semua bidang kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan kedalam formasi semula sebagaimana telah diikrarkan oleh para pejuang, pendiri pencetus Proklamasi kemerdekaan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan titik berat kepada upaya mewujudkan perdamaian, demokrasi (Kedaulatan rakyat) dan kesejahteraaan.

2.3.2 Misi Partai

Untuk menjalankan visi dengan sukses maka perlu dibuat langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai program yang di jiwai oleh VISI itu. Untuk itu MISI partai demokrat antara lain:

45


(43)

2. Meneruskan perjuangan bangsa dengan semangat kebangsaan baru dalam melanjutkan dan merevisi strategi pembangunan Nasional sebagai tumpuan sejarah bahwa kehadiran Partai Demokrat adalah melanjutkan perjuangan generasi-generasi sebelumnya yang telah aktif sepanjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sejak melawan penjajah merebut Kemerdekaan, merumuskan Pancasila dan UUD 1945, mengisi kemerdekaan secara berkesinambungan hingga memasuki era reformasi. 3. Memperjuangkan tegaknya persamaan hak dan kewajiban Warga negara tanpa

membedakan ras, agama, suku dan golongan dalam rangka menciptakan masyarakat sipil (civil society) yang kuat, otonomi daerah yang luas serta terwujudnya representasi kedaulatan rakyat pada struktur lembaga perwakilan dan permusyawaratan.

2.4 Agenda Perjuangan Partai Demokrat

Dalam melakukan perubahan terhadap kondisi bangsa maka dalam hal ini partai Demokrat memiliki agenda yang harus dilaksanakan antara lain:

a. Recovery

Yaitu pemulihan keadaan, pemberhentian anarki dan memfungsikan kembali institusi agar ketertiban dan keamanan msyarakat terjadi dan roda perekonomian rakyat dalam kehidupan seharu-hari berjalan lancar, serta dimungkinkannya melakukan perubahan berstruktur.

b. Reformasi

Harus ada keberanian mengubah paradigma lama ke pada paradigma baru yang memungkinkan bangsa ini tumbuh dinamis dalam dunia global. Dibutuhkan adanya


(44)

konsep perubahan yang menjamin kesinambungan pembangunan bangsa. Globalisasi yang sudah berjalan merupakan sebuah keniscayaan yang harus diimbangi dengan keberanian untuk proteksi dan lokalisasi dengan semangat memelihara yang masih baik dan hanya menerima gagasan baru dari dunia global yang sudah benar-benar teruji kebaikannya. Hanya bangsa yang bisa menghargai kebudayaannya yang sanggup eksis dalam dunia global. Bangsa yang tidak menghargai kekayaan budaya sendiri akan dilindas tanpa ampun oleh roda globalisasi yang akan menjadikan bangsa itu menjadi kuli di negeri sendiri.

c. Rekonsiliasi

Bahwa tark ulur kepentingan antar kekautan adalah merupakan bagaian dari dinamika bangsa. Setiap kali terjadi konflik yang mengarah pada disintegrasi bangsa harus segera dilakukan rekonsiliasi berdasar prinsip yang adil, konstruktif dan berwawasan kedepan. Rekonsiliasi tidak boleh mengabaikan penegakan hukum dan tidak boleh bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat. Partai Demokrat mengagendakan semangat rekonsiliasi akan terus dikembangkan mulai dari internal partai, antar partai dan selanjutnya rekonsiliasi antar elemen bangsa.

d. Sosialisasi Bersih, Sederhana dan Mengabdi

Dalam menjalankan agenda perjuangan dibutuhkan strategi pembudayaan yang tepat sesuai dengan watak bangsa. Kebudayaan adalah konsep, ide dan gagasan dan keyakinan yang memandu bangsa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Nilai budaya sebuah bangunan misalnya bukan pada bendanya tetapi pada konsep yang melatarbelakangi berdirinya gedung itu. Begitu pun dengan nilai budaya institusi Partai atau Negara bukan pada apa yang nampak terjadi pada konsep di belakangnya.


(45)

Untuk itu Partai Demokrat ingin mensosialisasikan pembangunan bangsa dan semangat pembudayaan BSM (bersih, sederhana dan mengabdi).

e. Bersih

Artinya tiadanya faktor-faktor yang tidak semestinya ada. Budaya bersih mencakup bersih dari kotoran sampah, bersih dari pikiran buruk dan bersih dari perbuatan buruk. Membersihkan Negara dari korupsi dibutuhkan konsep yang bersih (dari kepentingan subjektif), aparat yang bersih (dari track record yang buruk) dan tindakan yang bersih (dari kolusi). Budaya bersih harus disosialisasikan ke seluruh lapisan jajaran pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan, sampai merasuk ke batin setiap warga Negara.

f. Sederhana

Sederhana artinya mengkonsumsi sesuai dengan standar kebutuhan universal. Orang boleh memiliki banyak tetapi menggunakannya sekedar yang dibutuhkannya. Kebiasaan mengkonsumsi atau menggunakan melebihi standar kebutuhan itulah yang mendorong orang melakukan prilaku menyimpang, yaitu membeli apa yang tidak diperlukan oleh orang lain. Banyak orang kaya hidup sederhana, dan tak jarang orang miskin justru hidup mewah. Kesederhanaan bisa dijalankan dalam berfikir, dalam bekerja, dalam berpakaian dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam berpolitik. Budaya sederhana akan mengokohkan ketahanan mental aparat dari godaaan suap dan akan menenteramkan masyarakat banyak dari kecemburuan sosial dan prilaku anarki. Partai Demokrat akan berjuang membudayakan kesederhanaan. Dimulai dari partai dan kader-kader partai yang duduk dalam lembaga pemerintahan atau sosial.


(46)

g. Mengabdi

Bahwa hidup adalah pengabdian, untuk diri, keluarga, masyarakat, Negara dan Tuhan. Semua yang dilakukan dalam belajar bekerja, berkarya berpolitik bahkan dalam berperang haruslah didasarkan pada semangat pengabdian. Mengabdi artinya menempatkan diri sebagai orang yang melayani. Pengabdian adalah perjuangan. Ukuran kebahagian seorang pejuang adalah jika merasa berhasil mempertahankan prinsip-prinsip perjuangannya hingga titik darah penghabisan.

2.5 Demokrat Kota Medan

DPC Demokrat Kota Medan merupakasa salah satu cabang dari Partai Demokrat yangberkedudukan di daerah tingkat dua (DATI II) yang membawahi ranting untuk tingkat kelurahan dan ligkungan. DPC Partai Demokrat kota medan didirikan pada tahun 2004 dengan landasan berpikir untuk melengkapi perjuangan dan pembentukan partai Demokrat di kota Medan46

Oleh sebab itu keberadaan DPC Demokrat kota Medan bisa dikatakan cukup sentral dalam mengeksiskan partai Demokrat di kota Medan khususnya dan di Sumatera utara

.

Dalam dua kali pemilihan umum tahun 2004 dan 2009 DPC Partai Demokrat kota Medan menyumbangkan angka yang cukup fantastis untuk pemilu legislatif tahun 2009. Partai Demokrat Kota Medan menghantarkan Demokrat menjadi yang terdepan dalam memperoleh perolehan suara terbanyak mengalahkan partai Golkar dan PDI-P yang dalam pemilu tahun 2004 merajai daerah Medan.

46


(47)

umumnya47 memberikan andil besar terhadap kemenangan partai Demokrat di kota Medan.

Dalam hal ini seperti yang diungkap oleh Deni Ilham Panggabean:48

47 Ibid 48

Wawancara dengan Deni Ilham panggabean Ketua DPC Demokrat Kota Medan, Tanggal 11 Januari 2010

“keberadaaan Demokrat tak lain dan tidak bukan merupakan salah satu bagian inti dari strategi partai Demokrat di tingkat pusat untuk meraup sebanyak-banyak suara di wilayah di bagian barat Indonesi khususnya pulau Sumatera. Hal ini menjadi penting mengingat akar partai yang lebih senior lebih mengakar di kota Medan ini. Namun dengan konsep peremajaan kebijakan dan juga mengcover seluruh lapisan masyarakar di tingkat bawah yang belum tersentuh masa demokrat dapat diraup sebanyak-banyak nya.”

Untuk mengukuhkan kelembagaan partai sampai ketingkat bawah partai demokrat kota Medan juga membentuk sayap partai yang bisanya di isi oleh kalangan pemuda dan mahasiswa. Tujuan di betuknya sayap ini adalah untuk mengekalkan jaringan partai Demokrat sampai ke tingkat paling rendah di dalam sistem sosial kemasyarakatan.

Sampai saat ini sayap partai tersebut sudah terbentuk hampir di 19 kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan. Dan menjadi mesin partai yang setiap saat dapat digunakan untuk keperluan Partai Demokrat.

2.5.1 Susunan DPC Demokrat Kota Medan

Daftar Susunan Nama dan Jabatan Pengurus Harian Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan Provinsi Sumatera Utara Periode 2006-2011

DEWAN PIMPINAN CABANG

Ketua : Denni Ilham Panggabean,SH

Sekretaris : Parlindungan ,SH

Bendahara : Drs. Herri Zulkarnaen,MSi


(48)

1. Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK) :Riduan N., A.Md

2. Pendidikan dan Peningkatan SDM : Ir. HM.Faisal Nasution

3. Ekonomi, Koperasi ,UKM, Perdagangan dan : Jatogu Roy Lumban Gaol,SE

Perindustrian

4. Pemuda, Olah Raga dan Kominfo : Ir Parlaungan Simangunsong

5. Kelautan, Perikanan, Pertanian, Kehutanan : Drs Tengku Aswad

dan Perkebunan

6.Sosial, Kesehatan, Agama dan Aliran Kepercayaan: M Gamal Arifin

7. Energi dan Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup: H Zulkarnaen

Kelestarian Alam Bencana Alam

8. Polkamda dan Pertanahan : Daniel T.F Sinambela,SH

9. Pariwisata, Seni dan Budaya : Jasmin Chandra

10. Hukum, HAM, Buruh Tani, Nelayan dan Tenaga: Surepno Sarfan ,SH

Kerja

11. Pemberdayaan Perempuan : Hj. Tapi Rumondang Bulan,S.Psi

WAKIL-WAKIL SEKRETARIS

1. Wakil Sekretaris 1 : Ir Roni Sibuea,M.Pd

2. Wakil Sekretaris 2 : Ir. Williater Rajagukguk


(49)

4. Wakil Sekretaris 4 : Ir. Yahya Payungan Lubis

5. Wakil Sekretaris 5 : Irwan Sihombing, SE

6. Wakil Sekretaris 6 : Elida Hafni

7. Wakil Sekretaris 7 : Dedi Irwansyah, SE

8. Wakil Sekretaris 8 : Drs. H. Syafrizal

9. Wakil Sekretaris 9 : Cory Sebayang

10. Wakil Sekretaris 10 : Jenny Riany Lucia Berutu, SH

11. Wakil Sekretaris 11 : Siti Syarifah ,SH, SpN

WAKIL-WAKIL BENDAHARA

1.Wakil Bendahara 1 : Damai Yona N

2. Wakil Bendahara 2 : H. Arbie Abdul Gani

3. Wakil Bendahara 3 : Yusnizar

4. Wakil Bendahara 4 : Linda Helmy, SE

5. Wakil Bendahara 5 : Sucipto NG

6. Wakil Bendahara 6 : Hendra N.

7. Wakil Bendahara 7 : Ir Thomas Purba

8. Wakil Bendahara 8 : Hj.Yusliani

9. Wakil Bendahara 9 : Hj. Khalima Tusakdiah


(50)

11. Wakil Bendahara 11 : Agustina Mariati Silalahi,ST, MT

2.5.2 Daftar Nama-Nama Calon Legislatif Demokrat Kota Medan

Berikut ini adalah nama calon anggota legislatif DPC Demokrat Kota Medan pada pemilu legislatif tahun 2009 berdasarkan Daerah Pemilihan (DAPIL)

Medan 1

Nomor Urut Nama

1 Drs. H. Amiruddin

2 Azwar Manday

3 Dra. Hj. Srijati Pohan

4 Parlangan Mangunsong, ST

5 Riduan Nanggolan

6 Elida Hafni

7 Drs. Tengku Aswad

8 Rahmat Effendy,SE

9 Duma Lumongga Bulan Nst

10 Isman Nasution

11 Tengku Azmi, Amd

12 Agustina Mariati Silalahi, ST,MT


(51)

Medan 2

No Urut Nama Calon Legislatif

1 H. Denni Ilham Panggabean, SH

2 Burhanuddin Sitepu, SH

3 Damai Yona Nainggolan

4 St. Jatogu Lumban Gaol, SE

5 Ir.M. Faisal Nasution

6 Hj. Tapi R.B Nasution, SP, Msi

7 H. Syahriandy,SE, Msi

8 Saddiah Siregar

9 Parameshwara, SE, SH

10 Gidion Ginting, SP

11 Yusnizar

12 Ngumban Brahmana


(52)

Medan 3

No Urut Nama Calon Anggota Legislatif

1 Irwan Sihombing, SE

2 Drs. Herri Zulkarnaen, Msi

3 Noverina Siregar

4 Zar’an Lubis

5 Lamsar Saragih

6 Priska Sitorus , ST

7 Junaidi M, SPDi

8 Amir Syah

Medan 4

No Urut Nama Calon Anggota Legislatif

1 Parlindungan, SH

2 Ir Walter Rajagukguk

3 Hj. Halimatusadiyah

4 Drs. Dohar Malik Panggabean


(53)

6 Elfi Dayani, SH

7 Kotip Pandapotan Pane, SE

8 Ir. Yahya Payungan Lubis

9 Roida Sianipar, SE

10 Neldy Felly

11 Sabam Sitorus

Medan 5

No Urut Nama Calon Anggota Legislatif

1 Dianto Lubis

2 Gamal Arifin

3 Zaitun Rangkuti

4 Manegar Marpaung

5 A Hie, SH

6 Nilawati Nasution

7 Ir. Roni Parningotan Sibuea, MPd

8 Khairuddin Salim


(54)

10 Syamsul Bahri

11 Dahlan Yusra, BA, SPD.i

12 Sri Rostiaty


(55)

BAB III

ANALISIS MARKETING POLITIK

Bab 3 ini merupakan inti dari penulisan skripsi ini dimana nanti akan diketengahkan strategi atau marketing politik yang dilakukan oleh Partai Demokrat dalam mengarungi dan memenangi Pemilu legislatif tahun 2009. Nantinya akan di bagi dalam tiga bahasan yaitu: pertama, Rekam Pemilu legistatif tahun 2009, kedua, Marketing Politik Partai Demokrat dalam skala nasional dan yang terakhir atau ketiga Marketing politik Partai Demokrat dalam tingkatan Lokal dalam hal ini Tingkat Kota Medan oleh DPC Demokrat Kota Medan.

3.1 Pemilu Legislatif 2009

Dalam sejarah pelaksanaan pemilu di Indonesia seak masa orde lama tahun 1955. Pemilu tahun 2009 merupakan penguatan demokrasi di Indonesia yang dicirikan dengan adanya pemilihan umum dengan sistem multi partai (Multi Party Sistem). Sejak era reformasi khususnya sejak lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan nyaris pelaksanaan pemilu yang diadakan setiap tahunnya diadakan dalam nuansa lebih demokratis salah satunya di tandai dengan di terapkan sistem multipartai dan di susul dengan sistem pemilihan secara langsung di dua pemilu pasca pemilu tahun 1999.

Dalam pemilu tahun 2009 di selenggarakan di bulan April tahun 2009 dengan di ikuti setidaknya 34 partai politik. Dan partai demokrat berhasil menduduki peringkat teratas dengan mendapatkan 20 % atau 21.703.137 suara dari total DPT 104.095.847 dan KPU pusat akhirnya menetapkan Partai Demokrat sebagai partai yang mendapatkan suara terbanyak dalam Pemilu tahun 2009.


(56)

3.1.1 Dasar Hukum Pemilu Tahun 2009

Pelaksanaan pemilu tahun 2009 adalah UUD 1945 khususnya pasal 22E49

- Komisi Pemilihan Umum (KPU)

ayat satu sampai dengan ayat enam. Selanjutnya UU no 22 tahun 2007 yang membahas tentang konsep pemilu, unsur-unsur penyelenggara pemilu atau perangkat-perangkat dalam Pemilihan Umum mulai dari

Lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.KPU ini memiliki hirarki mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah tingkat I dan daerah tingkat II. KPU yang berkedudukan di Jakarta50, sedang KPU Provinsi

berkedudukan di Ibukota Provinsi dan KPU Kabupaten Kota berkedudukan di Ibukota Kabupaten atau Kota.51

Adapun tugas dan wewenang KPU dalam menyelenggarakan pemilu legislatif (DPR, DPRD dan DPD) antara lain:52

49

Lihat UUD 1945 50

Pasal 4 UU No 22 tahun 2007 51

Ibid 52

Ibid ,Pasal 8

a. Merencanakan program dan anggaran serta menetapkan jadwal;

b. Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS,PPLN, dan KPPSLN;

c. Menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk tiap-tiap tahapan berdasarkan peraturan perundang-undangan;

d. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapana e. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;


(57)

g. Menetapkan peserta Pemilu;

h. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara tingkat nasional berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Provinsi untuk Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan hasil rekapitulasi penghitungan suara di tiap-tiap KPU Provinsi untuk Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Daerah dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara;

i. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu dan Bawaslu;

j. Menerbitkan Keputusan KPU untuk mengesahkan hasil Pemilu dan mengumumkannya

k. men$etapkan dan mengumumkan perolehan jumlah kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota untuk setiap partai politik peserta Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

l. Mengumumkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah terpilih dan membuat berita acaranya;

m. Menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan;

n. Memeriksa pengaduan dan/atau laporan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota KPU, KPU Provinsi, PPLN, dan KPPSLN;

o. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh Bawaslu;


(1)

lain politisi berbicara langsung akan memberikan efek yang berbeda dibandingkan melalui iklan. Kedua, kontak langsung memungkinkan pembicaraan dua arah. Melakukan persuasi dengan pendekatan verbal dan non verbal seperti tampilan, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan isyarat-isyarat fisik lainnya. Ketiga, menghumaniskan kandidat. Keempat, Meningkatkan antusiasme masa dan menarik perhatian media massa.88

Usaha dan kerja keras partai haruslah dikerjakan secara mendalam artinya kera keras yang dilakukan oleh infrastruktur partai dalam memasarkan partai ataupun seorang calon jangan hanya sebatas pada saat akan pemilu. Namun lebih dari itu parai dituntut agar lebih memperhatikan masyarakat dalam hal melakukan komunikasi politik. Dalam Hal Denni Ilham mengisaratkan bahwa dalam proses pemasaran partai Demokrat Medan yakni sikap dan pandangan Soesilo Bambang Yudhoyono haruslah sesuai dengan keinginan masyarakat itu sendiri. Atau dalam bahasa yang tepat program partai harus sejalan dengan masyarakat.

Dan untuk memotivasi masyarakat Kota Medan dalam menentukan pilihannya politiknya maka partai Demokrat Kota Medan mengajak elemen-elemen masyarakat untuk jangan sampai tidak memilih pada saat pemilu diselenggrakan atau tidak Golput yakni dengan cara:

1. Mensosialisasikan kepada masyarakat kota Medan bahwa dengan memilih dapat menentukan masa depan yang lebih baik.

2. Semua Caleg DPC Demokrat Kota Medan memberikan penjelasn penuh melalui kesempatan-kesempatan pertemuan bahwa dengan memilih dapat meningkatka kualitas pelayanan dan menjelaskan kepada masyarakat luas untuk menggunkan hak pilihnya.

88


(2)

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam arena persaingan (competition) yang ketat Partai Demokrat sudah membuktikan mampu menjawab beragam pertanyaan tentang kesiapan memenangkan pemilu legislative April tahun 2009 sekaligus sekali lagi membuktikan kebenaran menaikkan kembali Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden RI untuk kali kedua.

Sebenarnya kemengan Partai Demokrat sudah banyak diramalkan oleh beragam survey yang dilakukan oleh banyak lembaga survey yang ada. Jadi wajar saja perhitungan yang cermat dari hasil survey itu sebenarnya merupakan refleksi dari fakta yang terjawab dengan shahih di arena pemilu legislatif tahun 2009 dan Pemilu Presiden. Dengan kebenaran yang hampir pasti dibenarkan segaris (linear) antara hasil prediksi survey (khususnya tingkat Elektabilitas) partai dengan elektabilitas di pemilu tahun 2009. Perolehan suara 20,85 % dari 104.099.785 suara sah.

Kemenangan partai Demokrat bukan tanpa persiapan yang matang bahkan sangat matang sejak lima tahun yang lalu. Dengan menggunakaN konsep marketing politik yang jelas (segmentasi, targeting dan positioning ) yang tepat. Umumnya strategi marketing Politik yang diterapkan yang meliputi unsur-unsur marketing politik meliputi 4 aspek yaitu: bersifat kedalam (inside) seperti konsolidasi partai,pemberhasilan kegiatan pembangunan,pembinaan pengalangan dan pengarahan, pendaftaran pemilih.

Sedang dari segi marketing yang bersifat keluar (Outside) segmentasi yang berfokus pada Medan Utara memberikan hasil yang memuaskan, begitu juga dengan komunikasi politik yang santun dan menampilkan wajah Demokat dan SBY dengan kerja nyatanya


(3)

terbukti sukses menyihir masyarakat kota Medan. Hal ini juga selaras dengan Push Marketing menjadi semakin efektif.

4.2 Saran

1. Bagi Partai politik agar selalu melakukan evaluasi atas kinerjanya dan mengubah sikapnya untuk lebih memberikan perhatian kepada masyarakat sebagai konstituennya pada setiap even pemilihan umum. Dalam hal ini partai politik diharapkan tidak hadir hanya pada saat even-even pemilihan umum seperti saat ini terjadi namun harus lebih dari itu. Khususnya pasca pemilu.

2. Bagi Partai Demokrat jelas bukan hal yang mudah untuk mempertahankan kemenangan yang sudah diraihnya pada pemilu legislatif tahun 2009. Apalagi even pemilu mendatang jelas menghadirkan suasana yang berbeda dan juga persaingan yang lebih ketat tentunya dari lawan-lawan politik yang sudah bersiap melakukan gebrakan dalam Pemilu tahun 2014.

3. Bagi Demokrat mungkin pekerjaan rumah terpenting adalah bagaimana mengoptimlkan dan mengfungsikan sebagai partai yang modern yang lepas dari bayangan seorang tokoh. Banyak kalangan menilai bahwa kemangan Demokrat pada Pemilu tahun 2009 lebih karena sosok SBY ketimbang kemampuan mesin partai (kinerja partai). Hal ini sesungguhnya menjadi tantangan tersendiri bagi Demokrat dibawah kepemimpinan Anas Urbaningrum untuk melepaskan stigma Demokrat tidak bisa lepas dari figur SBY agar pada pemilu tahun 2014 dimana SBY sudah tidak punya kesesmpatan untuk kembali bermain tidak lantas menurunkan pamor Demokrat di mata rakyat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Agung Dkk, 2005, Memenangkan Hati dan Pikiran Rakyat: Strategi dan Taktik Menang dalam Pilkada, Yogyakarta: Pembaruan

Buda irjo Miriam, 1982, Partisipasi dan Partai Politik sebuah Bunga Rampai, Jakarta: PT Gramedia.

Budiarjo Miriam, 2008, Dasar-dasar ilmu Politik, Edisi Revisi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Buku Putih Strategi RENSTRA BAPPILU PDSU tahun 2009: Edisi Terbatas

Buku Saku Pemenangan Partai Demokrat Kota Medan: Edisi Khusus

Easton David, 1988, Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik, Jakarta: Bina Aksara.

Faisal Sanapiah,1997, Format-Format Peneltian social: Dasar-dasar dan Aplikasi,Jakarta: Rajawali Press

Firmanzah, 2007, Marketing Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Firmanzah, 2008, Mengelola Partai Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Hadari Nawawi,1995 ,Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Hadenius Axel, 2008, Menang Pemilu Ditengah Ologarki Partai.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrwantana, 2003, Undang-undang Partai Politik, Yogyakarta: Pustaka Widya I Utama.

Made I Wirartha, 2006, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis,Yogyakarta: CV Andi

Nursal Adman, 2004, Political Marketng strategi Memenangkan Pemilu: Suatu Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD dan Presiden, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama


(5)

P., and Levy, S.J., 1969, Broadening The Concept Of Marketing, Journal Of Marketing.

Plasser dan Gunda Plasser, Global Political Campaigning: A World Wide Analysis Of Campaign Proffesionals and Their Practices, Greenwood Pub Group, 2002

Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Social Dan Hukum, Jakarta: Granit

Riswandi, 2009, Komunikasi Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sahdan Gregorius, 2004, Jalan Transisi Demokrasi, Bantul: Pondok Edukasi

Syamsudin, 2005, Pemilu Langsung Di Tengah Oligarki Partai: Proses Nominasi Dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tatik dan AH Murthdlo, 2004, Kiat Jitu Menang Pemilu, Cara Sukses Menangani Media, Public Relation, dan Marketing, Surabaya: Jawa Pos Media Utama.

Venus Antar,2004. Manajemen Kampanye: Panduan Teorotis dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama

,__ 2004, Indonesia In transition Re-Thinking Civil Society, Region, And Crisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

___Indonesia In Transition, 2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Paratai Politik -Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan

Website


(6)

http/

Wawancara