APRESIASI AKTIVIS POLITIK TERAHADAP BUPATI JOMBANG SEBAGAI KOMUNIKATOR POLITIK (Studi pada Aktivis Politik Pendengar Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo di Desa Bareng)

(1)

i

APRESIASI AKTIVIS POLITIK TERAHADAP BUPATI JOMBANG

SEBAGAI KOMUNIKATOR POLITIK

(Studi pada Aktivis Politik Pendengar Dialog Interaktif Warung Pojok

Kebonrojo di Desa Bareng )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Di susun Oleh : Stivani ErdhaAsmara

08220235 Dosen Pembimbing:

1. Dra. Frida Kusumastuti M.Si 2. Nurudin M.Si

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Stivani Erdha Asmara

NIM : 08220235

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Apresiasi Aktivis Politik Terhadap Bupati Jombang Sebagai Komunikator Politik

(Studi Pada Aktivis Politik Pendengar Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo di Desa Bareng

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Frida Kusumastuti, M.Si Nurudin, M.Si Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Stivani Erdha Asmara

NIM : 08220235

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Public Relations

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Apresiasi Aktivis Politik Terhadap Bupati Jombang Sebagai Komunikator Politik ( Studi Pada Aktis Politik Pendengar Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo di Desa Bareng)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS

Pada Hari : Kamis

Tanggal : 26 Juli 2012

Tempat : Ruang 610

Mengesahkan,

Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji:

1. Nasrullah, M.Si (...)

2. M. Himawan Sutanto, M.Si (...)

3. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si (...)


(5)

(6)

vi

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Stivani Erdha Asmara

Tempat, tanggal lahir : Jombang, 2 Januari 1989 Nomor Induk Mahasiswa : 08220235

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmia ( Skripsi) dengan judul :

Apresiasi Aktivis Politik Terhadap Bupati Jombang Sebagai Komunikator Politik ( Studi Pada Aktivis Politik Pendengar Dialog Interaktif Warung Pojok

Kebonrojo di desa Bareng)

Adalah bukan karya tulis ilmiah ( Skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 16 Juli 2012 Yang Menyatakan,


(7)

vii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Stivani Erdha Asmara

2. NIM : 08220235

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Public Relations

6. Judul Skripsi : Apresiasi Aktivis Politik Terhadap Bupati Jombang Sebagai Komunikator Politik

(Studi Pada Aktivis Politik Pendengar Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo di Desa Bareng

7. Pembimbing : 1. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si 2. Nurudin, M.Si

8. Kronoogi Bimbinga

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan

Pembimbing I Pembimbing II

14 Februari Acc Judul

11 Mei Seminar Proposal

28 Mei Acc Proposal

5 Juni Acc Bab I

10 Juni Acc Bab II

2 Juli Acc Bab III

10 Juli Acc Bab IV

!3 Juli Acc Seluruh Naskah

Malang, 16 Juli 2010 Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II


(8)

(9)

ix

MOTTO :

“ BEKERJA KERAS UNTUK MENCAPAI HASIL MAKSILMAL”


(10)

x KATA PENGANTAR

Dengan segala rasa bangga, terucap rasa syukur alhamdulillah atas segala rakhmat dan hidayah yang telah Allah SWT berikan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW atas penerangannya kepada seluruh umat akan indahnya islam. Perjalanan panjang telah peneliti lalui dalam penyelesaian penulisan skripsi yang berjudul “Apresiasi Aktivis Politik Terhadap Bupati Jombang Sebagai Komunikator Politik (Studi pada Aktivis Politik Pendengar Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo di Desa Bareng )

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya frekuensi interaktif antara masyarakat dengan pemerintah khususnya Bupati dan Wakil Bupati semakin sering. Semakin seringnya dialog antara masyarakat dan pemerintah dapat menjadi keuntungan dari pemerintah itu sendiri jika masyarakat memberikan penilaian positif dan mendukung program pemerintah dalam acara tersebut, namun akan menjadi sebuah boomerang saat penilaian dan penafsiran masyarakat negative terhadap acara tersebut terlebih saat berdialog antara Bupati dan masyarakat kurang bisa diterima karena saat berdialog secara langsung akan terlihat kredibilitas Bupati dalam memberikan materi tersebut dalam acara Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo.

Dalam proses panjang penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, arahan, nasehat serta motivasi yang tak terhingga dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku rektor beserta jajaran Rektorat di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Wahyudi Winarjo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta jajaran Dekanat di lingkungan FISIP.


(11)

xi 3. Nurudin, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi dan Dosen Pembimbing dua

dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Dra. Frida Kusumastuti selaku Dosen Pembimbing satu yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan hingga selesainya skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen keluarga besar Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan motivasi dan nasehatnya selama ini.

6. Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2008 khususnya D-kome One yang saling memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini

7. Pemerintah kabupaten Jombang khususnya Humas Pemkab Jombang yang bersedia memberikan informasi guna kelengkapan penelitian ini.

8. Mayarakat Desa Bareng yang sudah bersedia saya wawancarai

9. Orang tuaku khususnya My mom yang selalu memberiku dorongan dan motivasai untuk segera menyelesaikan skripsi ini

10.Kakakku yang selalu mengomentari setiap tingkah lakuku dalam proses pengerjaan skripsi ini.

11.Sahabatku “mami” yang selalu memberikan semangat dan selalu aku repotin, makasih mamiiiiii (Virgianty)

12.Dolor-dolorku Manajemen S ( SPACE & SPA band) yang menghambat dan sekaligus memberikan dorongan skripsi ini, hehe..

13.Bebekku dan My Angry Boy

14.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih aku sampaikan.


(12)

xii Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam skripsi ini. Saran yang membangun senantiasa diharapkan untuk perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini berguna bagi penulis dan pembacanya.

Malang, 26 Juli 2012

Penulis,


(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN... x

KATA PENGANTAR... xi

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

D. 1 Manfaat Akademis D.2 Manfaat Praktis E. Kerangka Pemikiran ... 7

E.1 Komunikasi Politik ... 7

E.2 Komunikator politik... 8

E.2.1. Politik……… 8

E.2.2. Profesional ………... 9

E.2.3. Aktivis……… 10

E.3 Kredibilitas Komunikator ... 10

E.4 Media Massa ... 17

E.4.1. Radio……… 18

E.5 Talk Shaw ... 19

E.6 Apresiasi ... 25

E.7 Aktivis... 26

F. Metode Penelitian ... 26

F.1 Jenis Penelitian... 26

F.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

F.3 Subjek Penelitian ... 26

F.4 Objek Penelitian ... 27

F.5 Teknik Pengumpulan Data ... 28


(14)

xiv

F.7 Teknik Keabsahan Data ………. 31

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 32

A. Profil Kota Jombang ... 32

B. Profil Bupati Jombang... 37

C. Aktivis Politik di Desa Bareng ... 42

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA... 48

A. Identitas Informan ... 49

B. Penyajian Data ... 53

B.1. Kewibawaan ... 54

B.2. Keahlian Dalam Pemilihan Bahasa ... 57

B.2.1. Segi Mempersuasif………. 58

B.2.2. Segi Pemahaman Pendengar………... 60

B.2.3. Segi Pengembangan Bahasa……….. 62

B.3. Keahlian Penguasaan Materi ... 65

B.4 Kejujuran ... 68

BAB IV PENUTUP ... 73

A.Kesimpulan ... 73

B.Saran ... 73

B.1 Saran Akademis... 73

B.2 Saran Praktis ... 74 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xv DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Draft Wawancara Lampiran 2 Transkrip Wawancara Lampiran 3 Transkrip Observasi Lampiran 4 Identitas Peneliti

Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian


(16)

xvi Daftar Pustaka

Atkinson, L Rita dk. Pengantar Psikologi. Batam : Interaksara

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada

Dan Nimmo.1989. Komunikasi Politik. Bandung :Remadja Karya CV.

Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia anggota IKAPI DKI Jakarta

Masduki. 2001. Jurnalistik Radio. Yogyakarta :LKiS

Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Rosdakarya

Nasrulloh Fahrudin, Dian Sukarno, Yusuf Wibisono. 2010. Biografi Para Bupati Jombang. Jombang : Pemerintah kabupaten Jombang

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Rakhmat, Jalaluddin.2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya PT Remaja Rosda karya

Rakhmat, Jalaluddin. 1992. Retorika Modern. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Soemirat Soleh&Ardianto Elvinaro. 2005. Dasar Dasar Public Relations.

Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Sumadiria, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya S.Sunarjo Djoenasih.1997. Opini Publik. Yogyakarta : Liberty Offset

Sugiyono.2008. metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :alfabeta


(17)

xvii Sutopo, HB dkk. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif Tinjauan Teoritis dan Praktis. Surabaya : Visipress Offset.

W. Agung Silih. 2011. Political Branding&Public Relations. Jakarta : M. Gramedia Pustaka Utama


(18)

xviii Sumber lain :

Wawan Junaidi. 201. Pengertian-definisi komunikasi. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/11/pengertian-dan-definisi-komunikasi.html, diakses Jumat 20 april jam 22.25 WIB

Phyrman. 2008. Komunikator politik .

http:/Phyrman/kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/11/komunikator-politik-opini-publik.html, diakses tanggal 20 april jam 22.50 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jombang, diakses kamis 29 maret jam 23.35 WIB

http://LPPL Suara Jombang Am //2011//www.jombangkab.go.id/e-gov/layanan/penghargaan.htm, diakses Kamis 29 maret jam 23.50 WIB

Siswoyo Agus. 2011. http://agus siswoyo//2011//www.jombangkab.go.id/e-gov/layanan/berita.asp?menu=detail_berita&no=1818, tanggal 30 maret 00.12 WIB

http://dtc/twi//www.solopos.com/2011/channel/nasional/sby-diminta-hentikan-gaya-melankolis-dan-terzalimi-83725, diakese Jumat 20 april jam 23.10 WIB

Prasetyo Eddy. 2010. http://eddy

prastyo//2010//kelanakota.suarasurabaya.net/?id=23a4319f25b6a0c199606431b3d72110201083 877, Jumat 20 April jam 23.30 WIB

http://www.kamusbesar.com/787/aktivis, diakses Rabu 2 Mei jam 23.02 WIB

organisasi.org. 2008. Etika dalam berkomunikasi http://organisasi.org//2008//etiket-etika-dalam-berkomunikasi-komunikasi-pengertian-etika-etiket-sosiologi, diakese Jumat 6 Juli jam 20.40 WIB


(19)

xix

Adi Prakosa. 2008. Komunukator Politik.

http://adiprakosa.blogspot.com/2008/03/komunikator-politik-3.html, diakses Minggu 29 Juli pukul 23.50 WIB.

Http://ilmipenulis.wordpress.com/2012/04/15/pengertian-apresiasi-menurut-beberapa-referensi/ , diakses Minggu 29 Juli pukul 23.40 WIB


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Jombang adalah kabupaten yang terletak di bagian tengah Provinsi Jawa Timur. Jombang memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di persimpangan jalur lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Madiun-Jogjakarta), jalur Surabaya-Tulungagung, serta Malang-Tuban. (http://id.wikipedia. org/wiki/Kabupaten_Jombang, tanggal 29 maret jam 23.35).

Banyak tokoh terkenal Indonesia yang dilahirkan di Jombang, di antaranya adalah mantan Presiden Indonesia yaitu KH Abdurrahman Wahid, pahlawan nasional KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim, tokoh intelektual Islam Nurcholis Madjid, serta budayawan Emha Ainun Najib.

Konon, kata Jombang merupakan akronim dari kata berbahasa Jawa yaitu ijo (Indonesia: hijau) dan abang (Indonesia: merah). Ijo mewakili kaum santri (agamis), dan abang mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen). Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Jombang. Bahkan kedua elemen ini digambarkan dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang.

Saat ini kota Jombang dipimpin oleh Bupati Drs. H Suyanto MA, dan wakil bupati dijabat oleh Drs. H Widjono Soeparno Msi. Bupati Jombang berasal dari Desa Bareng sebuah kecamatan di selatan Kota Jombang. Saat ini sudah memasuki jabatan yang ke 2, karena sejak tahun 2003 Drs. H Suyanto sudah menjabat menjadi bupati Jombang dan terpilih kedua kalinya periode 2008-2013. Di Desa Bareng ini terdapat beberapa kantor


(21)

partai cabang daerah yaitu partai Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Iindonesia Perjuangan. Suyanto terpilih menjadi bupati dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan di Desa Bareng ini partai terbesar adalah dari partai PDIP.

Pada masa jabatan Bupati Suyanto ini Kota Jombang semakin berkembang dan mendapatkan berbagai macam prestasi dan penghargaan, mulai dari penerimaan piala ADIPURA, otonomi AWARD 2007, penghargaan piagam MURI, penganugerahan Satya Lencana Wira Karya, dan masih banyak penghargaan dari berbagai bidang lainya, seperti bidang kesehatan, kependudukan dan catatan sipil, pertanian dan ketahanan pangan, pariwisata, budaya, pemuda dan olahraga, pemberdayaan masyrakat dan social, bidang perikanan dan peternakan, perkebunan dan kehutanan, pendidikan, kesejahteraan social, sampai bidang politik dan tahun 2012 ini kota Jombang mendapatkan penghargaan sebagai kota Administratif nomer satu di Indonesia. (www.jombangkab.go.id/e-gov/layanan/penghargaan.htm, 29 Maret pukul 23.50).

Hal ini menunjukkan bentuk prestasi-prestasi yang dikerjakan oleh Suyanto sebagai Bupati Jombang berhasil. Keberhasilan ini membuat Suyanto sebagai Bupati Jombang mempunyai nilai yang lebih dimata masyarakat khususnya masyarakat Jombang. Dan semua ini juga tidak terlepas dari bantuan media dalam membantu keberhasilan sosialisasi terhadap masyarakat.

Saat ini pemerintah Kota Jombang memiliki wadah khusus dalam mensosialisasikan kegiatan dan rancangan kepada masyarakat melalui radio. Karena radio saat ini tidak hanya dimiliki instansi swasta saja, tetapi radio saat ini digunakan sebagai corong dari lembaga yang mendirikan radio tersebut. Selain digunakan sebagai sarana edukasi dan hiburan, radio saat ini digunakan sebagai alat komunikasi pemerintah untuk mempublikasikan mengenai


(22)

kebijakan-kebijakan pemerintah yang khususnya pemerintahan daerah. Oleh karena itu saat ini setiap daerah sudah banyak yang memiliki radio pemerintahan.

Warung Pojok Kebonrojo merupakan salah satu program acara dialog pemerintah. Acara ini merupakan salah satu media komunikasi yang ada di Kota Jombang, dan disiarkan oleh beberapa stasiun radio yaitu radio Suara Jombang 104,1 FM, RKPD 792 AM, NK FM 91,5, Suara Pendidikan 90,20 FM, Suara Tunggorono 92,50 FM, dan Radio Fajar FM 103,20 FM. Masyarakat luas dapat bergabung pada acara tersebut dengan cara datang secara langsung di Graha Suara Jombang Jl. Pattimura 92 Jombang atau cukup melalui jalur telepon sambil mendengarkan siaran radio-radio tersebut di atas. Program acara ini didirikan oleh dinas pendidikan Kota Jombang. Dialog interaktif „‟Warung Pojok Kebonrojo‟‟ sebagai media pengaduan masyarakat dan media informasi-komunikasi timbal-balik Pemkab Jombang dengan masyarakatnya. Selain itu juga untuk menjamin masyarakat mendapatkan layanan informasi yang cepat, tepat dan efisien serta menampung keluhan dan klaim masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan dan sekaligus merupakan alat kontrol atau umpan balik dari masyarakat.

Melihat tujuan diadakanya program acara dialog interaktif Warung Pojok Kebonrojo, program yang disajikan tidak akan lepas dari hal hal yang menyangkut kebijakan dan keputusan pemerintah serta pencitraan dari pemerintahan Kota Jombang. Dialog Interaktif Warung Pojok Kebon Rojo menyajikan tentang kegiatan atau isu yang berkembang di Kota Jombang. Tujuan dari program acara ini sebagai media pengaduan masyarakat dan media informasi-komunikasi timbal-balik Pemkab Jombang dengan masyarakatnya. Narasumber dalam acara ini langsung dibawah naungan Bupati dan Wakil bupati Jombang.

Adanya program Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo membuat frekuensi interaktif antara masyarakat dengan pemerintah khususnya Bupati dan Wakil Bupati


(23)

semakin sering. Semakin seringnya dialog antara masyarakat dan pemerintah dapat menjadi keuntungan dari pemerintah itu sendiri jika masyarakat memberikan penilaian positif dan mendukung program pemerintah dalam acara tersebut, namun akan menjadi sebuah boomerang saat penilaian dan penafsiran masyarakat negative terhadap acara tersebut terlebih saat berdialog antara Bupati dan masyarakat kurang bisa diterima karena saat berdialog secara langsung akan terlihat kredibilitas Bupati dalam memberikan materi tersebut.

Faktanya (suarasurabaya.net, 20 April pukul 23.30) dalam gaya komunikasi presiden SBY sempat mendapatkan kritikan dari Dien Syamsudin Ketua Umum PP Muhammadiyah menyarankan Susilo Bambang Yudhoyono Presiden memperbaiki komunikasinya dengan masyarakat agar lebih familier. Gaya komunikasi SBY dengan tokoh-tokoh masyarakat selama ini terkesan basa basi dan sekedar untuk jaga image, tidak tulus. Selain itu pula dalam Solopos.com (26/1/11) (www.solopos.com/2011/channel/nasional/sby-diminta-hentikan-gaya-melankolis-dan-terzalimi-83725, 20 April pukul 23.10) Presidan SBY juga mendapatkan kritik karena gaya komunikasinya Jakarta–Presiden SBY diminta untuk menghentikan gaya komunikasi politiknya yang sering curhat dan melankolis. Gaya seperti ini tidak cocok lagi digunakan pada periode kedua kepemimpinannya

Melihat fenomena-fenomena mengenai penilaian seorang terhadap komunikator politik, maka peneliti ingin meneliti tentang apresiasi aktivis politik terhadap bupati Jombang sebagai komunikator politik “Studi pada aktivis politik pendengar Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo di Desa Bareng” .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah apresiasi aktivis politik terhadap bupati Jombang


(24)

sebagai komunikator politik “Studi pada aktivis politik pendengar Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo di Desa Bareng” .

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin memaparkan apresiasi aktivis politik terhadap bupati Jombang sebagai komunikator politik “Studi pada aktivis politik pendengar Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo di Desa Bareng” .

D. MANFAAT PENELITIAN

a) Manfaat Akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ilmu komunikasi, khususnya terkait dengan apresiasi seorang tokoh masyarakat pada umumnya, dan apresiasi terhadap bupati Jombang pada khususnya sebagai komunikator politik. Serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan bidang kajian Ilmu Komunikasi dan menambah literature tentang pengapresiasian terhadap tokoh masyarakat sebagai komuniaktor politik.

b) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan wawasan baru tentang pengapresiasian seseorang melalui media massa khususnya bupati Jombang sebagai komunikator melalui sebuah program acara.

E. Kerangka Pemikiran


(25)

Komunikasi diartikan sebagai proses komunikasi sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia dan untuk bertukar citra itu melalui symbol-symbol .(Da Nimmo, 1989:5)

Menurut Dan Nimmo politik diartikan sebagai kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan merekan dalam kondisi konflik. Menurut Pendapat Sumarmo mengajukan formulasi komunikasi politik sebagai suatu proses, prosedur dan kegiatan membentuk sikap dan perilaku politik yang terintegrasi sebagai suatu system politik. Dalam ungkapan yang lebih terbuka komunikasi politik menyangkut hal hal sebagai berikut (1) disampaikan oleh komunikator politik (2) pesanya berbobot dan menyangkut kekuasaan dan negara (3) terintregasi dalam sistem politik.

Komunikasi politik yaitu (kegiatan) komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi kondisi konflik. ( Dan Nimmo 1989: 10 ).

Tujuan utama dari komunikas politik adalah menciptakan kesamaan pemahaman politik ( misalnya pesan, permasalahan, isu, kebijakan politik) antara suatu partai dengan masyarakat. Komunikasi dalam hal ini lebih dilihat sebagai komunikasi dua arah dan buka hanya top down. ( Firmanzah, 2007 : 243 ).

Komunikasi dua arah membutuhkan prosese sense giving dan sense making ( firmanzah, 2007 :77), Sense giving merupakan proses komunikasi ketika partai partai politik mencoba mengkomunikasikan ide dan gagasan partai, program kerja, dan platform, serta ideologi partai ke masyarakat dan konsituen mereka. Tujuanya adalah agar segala sesuatu yang di komunikasikan dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Namun semua itu tidak cukup, proses komunikasi juga membutukan sense-making, dimana masyarakat dan konsituen memberikan tanda-tanda reaksi mereka atas apa yang telah dikomunikasikan.


(26)

E.2. Komunikator Politik

Dan Nimmo dalam bukunya Komunikasi Politik (Komunikator, pesan dan media, Dan Nimmo1989 :30-38) mengklasifikasikan komunikator utama dalam politik sebagai berikut: politikus, professional dan aktivis.

1. Politikus

Politikus adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, dan tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif, atau yudukatif. Menurut Daniel Katz dalam buku Dan Nimmo membedakan politikus ke dalam dua hal, yaitu :

a). Politikus ideolog adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih memperjuangkan kepentingan bersama/publik.

b). Politikus partisan adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih memperjuangan kepentingan seorang langganan atau kelompoknya.

Dengan demikian, politikus utama yang bertindak sebagai komunikator politik yang menentukan dalam pemerintah Indonesia adalah: para pejabat eksekutif (presiden, menteri, gubernur, dsb.); para pejabat eksekutif (ketua MPR, Ketua DPR/DPD, Ketua Fraksi, Anggota DPR/DPD, dsb.); para pejabat yudikatif (Ketua/anggota Mahkamah Agung, Ketua/anggota Mahkamah Konstitusi, Jaksa Agung, jaksa, dsb.).

2. Profesional

Profesional adalah orang-orang yang mencari nafkahnya dengan berkomunikasi, karena keahliannya berkomunikasi. Komunikator profesional adalah peranan sosial yang


(27)

relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama: munculnya media massa; dan perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus, stasiun radio, dsb.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Baik mediamassa maupun media khusus mengandalkan pembentukan dan pengelolaan lambang-lambang dan khalayak khusus. Contoh Komunikator professional adalah : Jurnalis dan promoter.

3. Aktivis

Aktivis adalah komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal. Pertama, terdapat jurubicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya orang ini tidak memegang ataupun mencita-citakan jabatan pada pemerintah; dalam hal ini komunikator tersebut tidak seperti politikus yang membuat politik menjadi lapangan kerjanya. Jurubicara ini biasanya juga bukan profesional dalam komunikasi. Namun, ia cukup terlibat baik dalam politik dan semiprofesional dalam komunikasi politik. Berbicara untuk kepentingan yang terorganisasi merupakan peran yang serupa dengan peran politikus partisan, yakni mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi. Dalam hal lain jurubicara ini sama dengan jurnalis, yakni melaporkan keputusan dan kebijakan pemerintah kepada anggota suatu organisasi. Kedua, terdapat pemuka pendapat yang bergerak dalam jaringan interpersonal.

E.3. Kredibilitas Komunikator

Kredibilitas memiliki pengertian ”seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima dan diikuti oleh khalayak penerima” (Cangara, 2007:91). Jadi kredibilitas seseorang sebagai komunikator merupakan kekuatan (power) yang


(28)

dapat secara optimal mengubah sikap, perilaku, opini dan persepsi seseorang sesuai dengan kemauan komunikator.

Menurut Aristoteles dalam Cangara (2007:91), kredibilitas bisa diperoleh jika seorang komunikator mempunyai ethos, pathos dan logos. Ethos ialah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya. Logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya. James Mc Croskey dalam Cangara (2007:92) lebih jauh menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari:

a. Kompetensi (competence), adalah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya.

b. Sikap (character), menunjukkan pribadi komunikator, apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip.

c. Tujuan (intention), menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu mempunyai maksud baik atau tidak.

d. Kepribadian (personality), menunjukkan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat.

e. Dinamika (dynamism), menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.

Selain kelima komponen di atas, daya tarik merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki seorang komunikator. Faktor daya tarik memiliki empat komponen, yaitu hal yang sama (similariy), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan penampilan fisik (physic). Kredibilitas adalah seperangkat persepsi yang dimiliki oleh khalayak, artinya kredibilitas


(29)

merupakan persepsi komunikan, sehingga tidak inheren dalam diri komunikator. Selain itu kredibilitas berkaitan dengan sifat-sifat komunikator yang selanjutnya disebut sebagai komponen-komponen kredibilitas. Kredibilitas seseorang akan berbeda dan berubah sesuai dengan perubahan konteks dan situasi, karena kredibilitas seseorang di tempat yang satu belum tentu berlaku di tempat yang lain dalam kerangka konteks dan situsi yang berbeda pula. Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan atas tiga macam yaitu:

a. Kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung

(initial credibility).

b. Kredibilitas yang diperolah seseorang pada saat komunikasi berlangsung antara komunikator dengan komunikan (derived credibility).

c. Kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah pendengar atau pembaca mengikuti ulasannya, disebut juga dengan terminal credibility. (Cangara: 2007:92-93).

Kredibilitas seorang komunikator (Da Nimmo, 1989:210) adalah memiliki gabungan sifat hero (kedewasaan, kejujuran, kesungguhan, kekuatan dan energi) dengan dimensi kepribadian yang kuat. Kepribadian ini menjadi faktor utama dalam tumbuhnya kredibilitas seseorang.

Richard E. Petty dan John T. Cacioppo dalam bukunya Attitudes and Persuasion: Classic and Contemporary Approaches yang dikutip oleh Adi dosen FISIP Universitas Nasional dalam sebuah blog ( http://adiprakosa.blogspot.com/2008/03/komunikator-politik-3.html, diakses pada hari Minggu, 29 Juli 2012 pukul 23:45), dikatakan bahwa ada empat komponen yang harus ada pada komunikator politik, yaitu communicator credibility,


(30)

communicator attractiveness, communicator similarity dan communicator power (Petty, 1996).

1. Kredibilitas

Kredibilitas sumber mengacu pada sejauh mana sumber dipandang memiliki keahlian dan dipercaya. Semakin ahli dan dipercaya sumber informasi, semakin efektif pesan yang disampaikan. Kredibilitas mencakup keahlian sumber (source expertise) dan kepercayaan sumber (source trustworthiness).

Keahlian sumberadalah tingkat pengetahuan yang dimiliki sumber terhadap subjek di mana ia berkomunikasi. Sementara kepercayaan sumber adalah sejauh mana sumber dapat memberikan informasi yang tidak memihak dan jujur. Para peneliti telah menemukan bahwa keahlian dan kepercayaan memberikan kontribusi independen terhadap efektivitas sumber. Dibuktikan oleh Petty bahwa, “expertise was therefore important in inducing attitude change, especially when that advocated position was quite

different from the recipients’ initial attitude.” Karena sumber yang sangat kredibel

menghalangi pengembangan argumen tandingan, maka sumber yang kredibel menjadi lebih persuasif dibanding sumber yang kurang kredibel. Sebagaimana dikemukakan Lorge dari hasil penelitiannya, bahwa “a high credibility source was more persuasive

than a low credibility source if attitudes were measured immediately after the message” (Petty, 1996). Sementara, aspek kepercayaan itu sendiri memiliki indikator-indikator antara lain tidak memihak, jujur, memiliki integritas, mampu, bijaksana, mempunyai kesungguhan dan simpatik.


(31)

Daya tarik seorang komunikator bisa terjadi karena penampilan fisik, gaya bicara, sifat pribadi, keakraban, kinerja, keterampilan komunikasi dan perilakunya. Sebagaimana dikemukakan Petty (1996):

“Two communicators may be trusted experts on some issue, but one may be more liked or more physicallyattractive than the other… in part because of his

physical appearance, style of speaking and mannerism, …the attractiveness is

due to the performance, communication skills, self evaluation … by verbal and by the behavioral measure.”

Daya tarik fisik sumber (source physical attractiveness) merupakan syarat kepribadian . Daya tarik fisik komunikator yang menarik umumnya lebih sukses daripada yang tidak menarik dalam mengubah kepercayaan. Beberapa item yang menggambarkan daya tarik seseorang adalah tampan atau cantik, sensitif, hangat, rendah hati, gembira, dan lain-lain.

3. Kesamaan

Sumber disukai oleh audience bisa jadi karena sumber tersebut mempunyai kesamaan dalam hal kebutuhan, harapan dan perasaan. Dari kacamata audience maka sumber tersebut adalah sumber yang menyenangkan (source likability), yang maksudnya adalah perasaan positif yang dimiliki konsumen (audience) terhadap sumber informasi. Mendefinisikan menyenangkan memang agak sulit karena sangat bervariasi antara satu orang dan orang lain. Namun secara umum, sumber yang menyenangkan mengacu pada sejauh mana sumber tersebut dilihat berperilaku sesuai dengan hasrat mereka yang mengobservasi. Jadi, sumber dapat menyenangkan karena mereka bertindak atau mendukung kepercayaan yang hampir sama dengan komunikator.


(32)

Sumber yang menyenangkan (sesuai kebutuhan, harapan, perasaan komunikan) akan mengkontribusi efektivitas komunikasi, bahkan lebih memberikan dampak pada perubahan perilaku. Bila itu terjadi, sumber tersebut akan menjadi penuh arti bagi penerima, artinya adalah bahwa sumber tersebut mampu mentransfer arti ke produk atau jasa yang mereka komunikasikan.

4. Power

Power, menurut Petty (1996) adalah “the extent to which the source can administer

rewards or punishment.” Sumber yang mempunyai power, menurutnya, akan lebih efektif

dalam penyampaian pesan dan penerimaannya daripada sumber yang kurang atau tidak mempunyai power. Pada dasarnya, orang akan mencari sebanyak mungkin penghargaan dan menghindari hukuman. Sebagaimana dikemukakan oleh Kelman (dalam Petty, 1996) bahwa, “people simply report more agreement with the powerful source to maximize their

rewards and minimize their punishment.”

Jadi pada dasarnya harus ada tiga syarat untuk menjadi seorang powerful communicator, yaitu: (1) the recipients of the communication must believe that the source can indeed administer rewards or punishments to them; (2) recipients must decide that the source will use theses rewards or punishments to bring about their compliance; (3) the recipients must believe that the source will find out whether or not they comply (Petty, 1996). Dengan dihasilkan dan terpeliharanya kepatuhan, artinya komunikator dapat mempengaruhi atau mempersuasi perilaku komunikan. Dalam upayanya mempersuasi komunikan, biasanya ada dua faktor penunjang yang harus diperhatikan pula oleh komunikator. Dua faktor tersebut adalah keterlibatan sumber dan kepentingan isu bagi penerima. Keterlibatan yang tinggi menghasilkan efektivitas pesan yang tinggi pula, dan


(33)

isu yang semakin dekat dengan kepentingan penerima biasanya akan lebih mendorong efektivitas pesan.

Menurut riset Leila Mona Ganiem (2001) yang dikutip oleh Agung silih Wasesa dalam bukunya Political Branding dan Public Relations, bahwa penilaian seseorang yang mempunyai kredibiklias dapat dilihat dari segi mampu mebmbujuk komunikan, mempunyai semangat, gairah dan ajtif, berani, tegas, wibawa, cerdas, pemahaman ateri yang tinggi, mampu mengembangkan materi, handal berbicara, mempunyai motivasi baik, berdiskusi objektif, dan mempersuasif (Agung S.W, 2011:284)

E.4 Media Massa

Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serentak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan komunikasi jenis lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007 :09).

Jenis media massa yaitu media yang berorientasi pada aspek (1) penglihatan ( verbal visual) misalnya media cetak, (2) pendengaran (audio) semata mata ( radio, tape recorder), verbal vocal dan (3) pada pendenganran dan penglihatan (televise, film, video)yang bersifat verbal visual local.

E.4.1. Radio

Radio adalah sesuatu yang menghasilkan bunyi atau suara, karena dipancarkan oleh gelombang atau frekuensi melalui udara (air wave). Menurut H. A. Widjaja radio adalah “keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari stasiun pemancar dan diterima oleh pesawat penerima di rumah, mobil, dll dan dilepas di mana saja”. Radio adalah alat


(34)

komunikasi massa, dalam arti saluran pernyataan manusia yang umum atau terbuka dan menyalurkan lambang yang berbunyi, berupa program-program yang teratur, yang isinya aktual dan meliputi segi perwujudan kehidupan masyarakat. Radio dalam pengertian radio siaran atau lembaga penyiarannyan radio adalah sebuah institusi atau perusahaan yang bergerak di bidang media penyiaran. Dalam pengertian lain radio siaran adalah media komunikasi yang memiliki efektifitas tinggi dalam menyampaikan pesan, meski disisi lain juga memiliki kelemahan.

Di dalam proses komunikasi sosial, peran ideal radio sebagai media public adalah mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan, yaitu informasi, pendidikan dan hiburan. Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan tersebut akan membuat radio kehilangan fungsi social, kehilangan pendengar, dan pada akhirnya akan digugat masyarakat sebab tidak berguna bagi mereka.

Ada beberapa tingkatan peran sosial yang diemban radio dalam kapasitasnya sebagai media public, atau yang dikenal dalam konsep radio for society. Pertama, radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. Kedua, radio sebagai sarana mobilisasi pendapat public untuk mempengaruhi kebijakan. Ketiga, radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda / diskusi untuk mencari solusi bersama yang saling menguntungkan. Keempat, radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran. ( Masduki 2001 : 2-3 ).

E.5. Talk Show

Talk show dewasa ini merupakan program primadona. Sebab, bisa disiarkan secara langsung / interaktif dan atraktif. Ditambah lagi dengan sifatnya yang menghibur (entertainment ), karena salah satu keharusan sifat berita radio , yang sampai saat ini masih mengundang kontroversi. Entertaintment sebenarnya bukan sekedar berate menghibur,


(35)

melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemandu/moderator sangat menentukan sukses-tidaknya acara ini.

Metode talk show menurut Klaus Kastan, instruktur radio dari Munchen Jerman, adalah HARLEY, yaitu Harmony, Acual, Responsible, Leading, Entertainment, dan Yield.

Istilah tersebut dikenal dengan Talk Show skill, berupa kemampuan pemandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi (1) mengambil keputusan, (2) menyusun topic dan pertanyaan dengan cepat, (3) memotong pembicaraan narasumber yang melenceng, (4) kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan narasumber, dan (5) memadukan kemasan program secara interaktif.

Talk show dapat dimasukkan kedalam kategori program special atau program wawancara sebagai acara. Bahkan ada yang menyebut setiap siaran kata adalah talk show,

karena mengacu pada arti katanya sendiri yaitu talk (obrolan) dan show (gelaran). Persiapan yang harus dilakukan sebelum menyelenggarakan talk show adalah: 1. Menentukan topic dan tujuan.

2. Narasumber dianjurkan lebih dari satu orang. Hadirnya dua narasumber yang saling berbeda sikap/pendapat, bukan saja untuk memenuhi prinsip keberimbangan, tetapi juga menciptakan harmoni sekaligus kontroversi, sehingga

talk show menjadi hidup.

3. Menentukan lokasi,kemasan acara, dan durasi penyiaran. Urutan acaranya adalah :

1. Pembukaan, berisi : pengenalan acara, pemandu, narasumber, dan topic yang akan diperbincangkan. Bisa pula diuraikan latar belakang mengapa topic itu dipilih. 2. Diskusi utama, berisi : (a) pertanyaan awal, biasanya bersifat terbuka

(membutuhkan penjelasan), (b) tanggapan dari narasumber atau pendengar, dan (c) pengembangan pertanyaan lanjut atas tanggapan tanggapan itu.


(36)

3. Penutup, berisi : kesimpulan, ucapan terimakasih, dan salam penutup, termasuk informasi program berikutnya. Kesimpulan tidak mutlak bersifat resume perbincangan, bisa juga sekedar analisis singkat dan pertanyaan terbuka untuk memancing perenungan pendengar. Seluruh struktur perbincangan diselingi berbagai ilustrasi musik, yang dipilih sesuai karakter perbincangan dan selera pendengar di radio setempat. (Masduki, 2001 :44 – 45).

Dalam sebuah talk show, sebagai pembicara harus benar-benar bisa mengerti dan paham akan bahasa dalam jurnalistik. Karena seorang pembicara (beretorika) dituntut mengerti etika dan kaidah dalam jurnalistik terutama dalam menjawab atau berdialog dengan peserta atau pendengar radio. Selain itu berbicara juga merupakan salah satu cara seseorang dalam menilai tingkat kredibilitas seseorang. Kewibawaan seseorang dalam terlihat dari segi cara berbicara, gaya berbicara atau gaya berkomnikasi, bahasa yang digunakan dan juga etika seseorang dalam berbicara. Kewibawaan seseorang dalam berbicara atau retorika dapat dilihat dari pemilihan bahasa. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat perolehan bahasa baku sendiri. Dapat juga dikatakan bahwa fungsi pembawaa wibawa itu beralih dari pemilikan bahasa baku yang nyata ke pemilikan bahasa yang berpotensi menjadi bahasa baku. Walaupun begitu, menurut pengalaman, sudah dapat disaksikan di beberapa tempat bahwa penutur yang mahir berbahasa Indonesia dengan benar dan baik memperoleh wibawa di mata orang lain .( Haris Sumadiria , 2006 :10).

Selain itu juga bila pembicara berpidato dengan baik, pendengar jarang menyadari manipulasi daya tarik motif yang digunakan, tidak mengetahui organisasi dan system penyusunan pesan, tidak pula mengerti teknik-teknik pengembangan pokok bahasan. Tetapi setiap pendengar mengetahui pasti pembicara yang baik selalu pandai dalam memilih


(37)

kata-kata. Selain itu juga kata-kata juga dapat mencerminkan tingkah laku dan struktur social pembicara. ( Jalaluddin Rakhmat, 1992 : 46-47)

Berikut ini adalah ketentuan –ketentuan pemilihan kata-kata dalam retorika yang dirumuskan oleh Glenn R. Capp dan Richard Capp, Jr yang dikutip oleh Jalalludin Rakhmat dalam buku Retorika Modern merumuskan bahwa bahasa lisan harus menggunakan kata-kata yang jelas, tepat dan menarik.( Jalaludin, 1992:47)

Kata-Kata Harus Jelas

Kata-kata yang dipilih tidak boleh menimbulkan arti ganda , yaitu :

a) Menggunakan istilah yang spesifik (tertentu) b) Menggunakan kata-kata yang sederhana

Berpidato ( pembicara) berkmunikasi dan bukan unjuk gigi , Karena nilai komunikasinya, kata-kata yang diucapakan harus dapat dipahami dengan cepat.

a) Menghindari istilah-istilah teknis b) Berhemat dalam penggunaan kata-kata

c) Menggunakan perulangan atau pernyataan kembali gagasan yang sama dengan kata yang berbeda

Kata-Kata Harus Tepat

Kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan kepribadian komunikator, jenis pesan, keadaan khalayak dan situasi komunikasi. Ketepatan kata, prinsip-prinsip berikut ini adalah yang harus diperhatikan :

a) Menghindari kata-kata klise

Kata klise merupakan kata yang sudah terlalu sering dipergunakan atau tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman


(38)

b) Menggunakan bahasa pasaran secara hati-hati

Bahasa pasaran (slang) ialah bahasa yang dipergunakan bukan oleh orang yang terpelajar , tetapi diterima dalam percakapan sehari-hari. Bahasa pasaran dapat dipergunakan dalam acara-acara social yang santai, walaupun pembicara harus membatasi diri untuk tidak menggnakan bahasa tersebut secara berlebihan.

c) Berhati- hati dalam penggunaan bahasa pungut

Kata- kata asing sebaiknya dihindari, kalau tidak ditemukan istilah Indonesia. Seringkali kata-kata asing itu hanya dapat dipahami dalam lingkungan yang amat terbatas.

d) Menghindari vulgarisme dan kata-kata yang tidak sopan

Vugarisme adalah kata-kata kampungan yang hanya digunakan oleh masyarakat rendahan. Pendengar cenderung menggangap orang vulgarisme sebagai orang yang berwatak jelek, sehingga akan menolak pesan yang disampaikan.

e) Tidak menggunakan penjulukan (kata panggilan)

Pemberian nama jelek pada sesuatu atau seseorang yang tidak kita senangi. f) Tidak menggunakan eufimisme yang berlebih-lebihan

Eufimisme merupakan ungkapan pelembut yang biasanya menggantikan kata-kata yang “terasa” kurang enak.

Kata-Kata Harus Menarik

Selain harus jelas dan patas, kata-kata juga harus menimbulkan kesan yang kuat, yaitu :

a) Menggunakan kata-kata yang menyentuh langsung diri khalayak

b) Menggunakan kata berona, kata yang dapat melukiskan sikap dan perasaan atau keadaan.


(39)

c) Menggunakan bahasa yang figuratif, bahasa yang dibentuk begitu rupa sehingga menimbulkan kesan yang indah.

d) Menggunakan kata-kata tindak (kata-kata aktif)

Dari seluruh penjabaran diatas adalah mengenai kaidah dalam Jurnalistik sebagai pembicara atau beretorika dalam radio. Yang paling menjadi pusat perhatian dalam kajian ini adalah mengenai pemilihan dan penggunaan bahasa.

E.6. Apresiasi

Pengertian apresiasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penilaian baik, penghargaan, misalnya terhadap karya-karya sastra ataupun karya seni.

Apresiasi berasal dari bahasa Inggris, appreciation yang berarti penghargaan yang positif. Sedangkan pengertian apresiasi adalah kegiatan mengenali, menilai, dan menghargai bobot seni atau nilai seni. Biasanya apresiasi berupa hal yang positif tetapi juga bisa yang negatif. Sasaran utama dalam kegiatan apresiasi adalah nilai suatu karya seni. Secara umum kritik berarti mengamati, membandingkan, dan mempertimbangkan. Tetapi dalam memberikan apresiasi, tidak boleh mendasarkan pada suatu ikatan teman atau pemaksaan. Pemberian apresiasi harus dengan setulus hati dan menurut penilaian aspek umum.

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa apresiasi positif dapat diberikan kepada seseorang, atau beberapa individu atau sebuah kelompok yang melakukan karya positif dengan suatu hal yang positif juga, atau sebaliknya. (http://hilman2008.wordpress.com/2009/06/19/apresiasi/, di akses Minggu 29 Juli 2012 pukul 23.50 WIB).


(40)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari politik adalah :

“Orang ( terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan dalam organisasinya.

F. Metedologi penelitian F.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Sasaran kajian dari pendekatan kualitatif adalah pola-pola yang berlaku sebagai prinsip-prinsip umum yang hidup dalam masyarakat. Gejala tersebut dapat dilihat dari satu kesatuan yang berdiri sendiri dalam kesatuan yang bulat dan menyeluruh. (Burhan Bungin, 2007:302).

F.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di desa Bareng. Untuk waktu pelaksanaan penelitian, penulis akan melakukan penelitian pada bulan Mei 2012.

F.3. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:218), dengan karakteristik subjek penelitian antara lain:

a) Subjek merupakan aktivis politik di desa Bareng. Dan yang dimaksut aktivis disini itu ialah subjek yang aktifsebagai pegurus kantor cabang daerah partai di Desa Bareng.

b) Subjek mendengarkan dialog interaktif warung pojok kebonrojo minimal tiga kali siaran Bupati secara berturut turut selama dua bulan terakhir.


(41)

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, makan ditemukan beberapa subjek penelitian yang telah diwawancarai peneliti. Subjek-subjek tersebut antara lain :

1. Sunarjo ketua Partai Persatuan Pembangunan

2. Abdul Ghoni sekretaris Partai Persatuan Pembangunan 3. Sudibyo ketua mejelis pertimbangan Partai Amanat Nasional

4. Johan Risdianto ketua dewan pimpinan cabang Partai Amanat Nasional 5. Iswahyudi ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

6. Joenoes Supriyanto wakil ketua 1 partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 7. Dwi Pramono sekretaris Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

F.4. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pengapresiasian bupati Jombang sebagai komunikator politik dalam segi kredibilitas.

F.5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Goetz dan LeCommte 1984 (Muhammad Tholchah Hasan , 2003 : 116) Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini ada dua cara, yaitu metode interaktif dan non interaktif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode interaktif yaitu observasi Nonpartisipan dan wawancara.

a) Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan, pencatatan secara sistematik, kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan


(42)

data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. (Iskandar, 2009:121).

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan untuk mengumpulkan informasi atau data-data yang berhubungan dengan pelaku dan objek. Hal ini dilakukan agar mengetahui lebih dalam tentang keberadaan acara Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo sebelum melakukan penelitian serta mengetahui permasalahan seperti pada judul penelitian ini.

Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitan ini adalah melihat segementasi, tujuan, visi dan misi dari acara Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo melalui Humas Pemkab Jombang untuk menentukan segementasi informan yang akan diteliti. Kemudian peneliti melakukan observasi kepada informan yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian dengan langsung mendatangi ke kantor cabang partai Desa Bareng.

b) Wawancara

Wawancara menurut Mulyana (2002:180) adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Unsur unsur wawancara (Bogdan dan Biklen 1994) yaitu percakapan yang bertujuan, seorang pewawancara, seorang atau lebih responden, pewawancara mengarahkan percakapan dan responden memberikan informasi.

Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah yang berupa manusia yang dalam posisi sebagai nara sumber atau informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara. Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan.


(43)

Peneliti secara langsung melakukan wawancara dengan mendatangi subjek penelitian setelah mendapatkan data dari data observasi ke kantor cabang partai di Desa Baremg.

Tujuan peneliti melakukan wawancara ini untuk mendapatkan atau mengumpulkan data primer sebanyak-banyaknya.

F.6. Analisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit unit, melakukan sinteda, meyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting danyang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain. (Sugiyono 2008 :244)

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas (Sugiyono, 2008 : 246). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 (tiga) tahapan analisis, yaitu sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Yaitu merangkum, memiilih hal hal yang pokok, hal hal yang penting dicari tema dan polanya. Peneliti akan mereduksi data yang berarti merangkum data yang diperoleh di lapangan.

2. Penyajian Data

Yaitu menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan atau hubungan antar kategori, dan lain sebagainya.


(44)

Yaitu kesimpulan didukung oleh bukti bukti pada saat pengumpulan data. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulandata berikutnya (Sugiyono, 2008 : 246-252) F.7. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yan digunakan adalah triangulasi sumber. Sebagaimana yang dijelaskan Sugiyono ( 2008: 274), bahwa triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data data yang sama akan diuraikan dan dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda dan mana yang lebih spesifik. Kemudian data yang telah dianalisis tersebut menghasilkan satu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan informan.


(45)

(1)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari politik adalah :

“Orang ( terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan dalam organisasinya.

F. Metedologi penelitian F.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Sasaran kajian dari pendekatan kualitatif adalah pola-pola yang berlaku sebagai prinsip-prinsip umum yang hidup dalam masyarakat. Gejala tersebut dapat dilihat dari satu kesatuan yang berdiri sendiri dalam kesatuan yang bulat dan menyeluruh. (Burhan Bungin, 2007:302).

F.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di desa Bareng. Untuk waktu pelaksanaan penelitian, penulis akan melakukan penelitian pada bulan Mei 2012.

F.3. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:218), dengan karakteristik subjek penelitian antara lain:

a) Subjek merupakan aktivis politik di desa Bareng. Dan yang dimaksut aktivis disini itu ialah subjek yang aktif sebagai pegurus kantor cabang daerah partai di Desa Bareng.

b) Subjek mendengarkan dialog interaktif warung pojok kebonrojo minimal tiga kali siaran Bupati secara berturut turut selama dua bulan terakhir.


(2)

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, makan ditemukan beberapa subjek penelitian yang telah diwawancarai peneliti. Subjek-subjek tersebut antara lain :

1. Sunarjo ketua Partai Persatuan Pembangunan

2. Abdul Ghoni sekretaris Partai Persatuan Pembangunan 3. Sudibyo ketua mejelis pertimbangan Partai Amanat Nasional

4. Johan Risdianto ketua dewan pimpinan cabang Partai Amanat Nasional 5. Iswahyudi ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

6. Joenoes Supriyanto wakil ketua 1 partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 7. Dwi Pramono sekretaris Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

F.4. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pengapresiasian bupati Jombang sebagai komunikator politik dalam segi kredibilitas.

F.5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Goetz dan LeCommte 1984 (Muhammad Tholchah Hasan , 2003 : 116) Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini ada dua cara, yaitu metode interaktif dan non interaktif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode interaktif yaitu observasi Nonpartisipan dan wawancara.

a) Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan, pencatatan secara sistematik, kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan


(3)

data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. (Iskandar, 2009:121).

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan untuk mengumpulkan informasi atau data-data yang berhubungan dengan pelaku dan objek. Hal ini dilakukan agar mengetahui lebih dalam tentang keberadaan acara Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo sebelum melakukan penelitian serta mengetahui permasalahan seperti pada judul penelitian ini.

Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitan ini adalah melihat segementasi, tujuan, visi dan misi dari acara Dialog Interaktif Warung Pojok Kebonrojo melalui Humas Pemkab Jombang untuk menentukan segementasi informan yang akan diteliti. Kemudian peneliti melakukan observasi kepada informan yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian dengan langsung mendatangi ke kantor cabang partai Desa Bareng.

b) Wawancara

Wawancara menurut Mulyana (2002:180) adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Unsur unsur wawancara (Bogdan dan Biklen 1994) yaitu percakapan yang bertujuan, seorang pewawancara, seorang atau lebih responden, pewawancara mengarahkan percakapan dan responden memberikan informasi.

Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah yang berupa manusia yang dalam posisi sebagai nara sumber atau informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara. Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan.


(4)

Peneliti secara langsung melakukan wawancara dengan mendatangi subjek penelitian setelah mendapatkan data dari data observasi ke kantor cabang partai di Desa Baremg.

Tujuan peneliti melakukan wawancara ini untuk mendapatkan atau mengumpulkan data primer sebanyak-banyaknya.

F.6. Analisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit unit, melakukan sinteda, meyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting danyang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain. (Sugiyono 2008 :244)

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas (Sugiyono, 2008 : 246). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 (tiga) tahapan analisis, yaitu sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Yaitu merangkum, memiilih hal hal yang pokok, hal hal yang penting dicari tema dan polanya. Peneliti akan mereduksi data yang berarti merangkum data yang diperoleh di lapangan.

2. Penyajian Data

Yaitu menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan atau hubungan antar kategori, dan lain sebagainya.


(5)

Yaitu kesimpulan didukung oleh bukti bukti pada saat pengumpulan data. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulandata berikutnya (Sugiyono, 2008 : 246-252) F.7. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yan digunakan adalah triangulasi sumber. Sebagaimana yang dijelaskan Sugiyono ( 2008: 274), bahwa triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data data yang sama akan diuraikan dan dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda dan mana yang lebih spesifik. Kemudian data yang telah dianalisis tersebut menghasilkan satu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan informan.


(6)