ORGANISASI SAYAP PARTAI (Studi Tentang Motif, Aktivis, dan Kaderisasi Politik pada Liga Mahasiswa NasDem)

(1)

(Studi Tentang Motif, Aktivis, dan Kaderisasi pada Liga Mahasiswa Nasdem)

Oleh

DENI EKO PURNOMO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

WING PARTY ORGANIZATION

(Studies Motif , activists , and the Regeneration of Political Student League NasDem)

Oleh : Deni Eko Purnomo

This study aimed to examine the motives of students joining the Student League NasDem and to analyze patterns of regeneration done NasDem Students League . This is a qualitative research method and process of determining informants were purposively selected based by the researchers according to the criteria set by the researcher as well . Method of data collection was conducted by interview , observation , and kepuastakaan . Data processing techniques performed by means of data reduction , data display , and conclusion . Results of this study was the motive student wing of the party to join the organization because they want to develop a science that has been established campus and want to plunge into the world of real politics and other motifs are also due to the umbrella organization that previously were not harmonious and decided to move to another organization . Stages through which the Primary stage only students but they could have done recruitment and introduction about the purpose and function related LMN , then introduced members of the related materials on LMN more deeply , about the political insight , organizational , and cadre . The point after stage Primary cadres cadre are expected to follow the pattern that was made by the board LMN that is tailored to each character commissariat.


(3)

ABSTRAK

ORGANISASI SAYAP PARTAI

(Studi Tentang Motif, Aktivis, dan Kaderisasi Politik pada Liga Mahasiswa NasDem)

Oleh : Deni Eko Purnomo

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji motif-motif mahasiswa bergabung dengan Liga Mahasiswa NasDem serta untuk menganalisa pola kaderisasi yang dilakukan Liga Mahasiswa NasDem. Metode penelitian ini adalah kualitatif dan proses penentuan informan berdasarkan dipilih secara sengaja oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti juga. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, pengamatan, dan kepuastakaan. Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah motif mahasiswa mengikuti organisasi sayap partai karena ingin mengembangkan ilmu yang sudah didapatkan dikampus serta ingin terjun ke dunia politik yang sebenarnya dan juga motif lainya dikarenakan pada wadah organisasi yang sebelumnya yang tidak harmonis dan memutuskan untuk pindah ke organisasi yang lain. Tahapan yang dilalui para mahasiswa hanya tahapan Pratama namun sebelumnya sudah dilakukan perekrutan dan pengenalan tentang LMN terkait tujuan serta fungsi, kemudian anggota diperkenalkan mengenai materi-materi terkait tentang LMN secara lebih dalam, tentang wawasan politik, keorganisasian, dan pengkaderan. Intinya setelah tahapan Pratama kader-kader diharapkan bisa mengikuti pola pengkaderan yang sudah dibuat oleh pengurus LMN yang disesuaikan dengan karakter masing-masing komisariat.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep-Konsep ... 6

1. Motif ... 6

2. Elit Politik, Budaya Politik Dan Aktivis Mahasiswa ... 6

1. Elit Politik ... 6

2. Budaya Politik ... 10

3. Aktivis Mahasiswa ... 13

3. Perekrutan Partai Dan Kaderisasi Politik ... 14

1. Perekrutan Partai Politik ... 14

2. Kaderisasi Politik ... 20

4. Organisasi Sayap Partai... 22

5. Mahasiswa Dan Liga Mahasiswa Nasdem ... 26

1. Pengertian Mahasiswa ... 26

2. Pengertian Liga Mahasiswa Nasdem ... 29

B. Kerangka Pikir ... 32

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 33


(8)

1. Tehnik Wawancara ... 35

2. Tehnik Kepustakaan ... 35

3. Pengamatan ... 36

D. Tehnik Pengolahan Data ... 36

1. Reduksi Data ... 37

2. Penyajian Data ... 37

3. Proses Penarikan Kesimpulan ... 37

IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Liga Mahasiswa Nasdem ... 39

B. Tujuan, Fungsi Dan Tugas ... 41

C. Struktur Organisasi ... 43

D.Sekilas Liga Mahasiswa Nasdem Di Unila ... 53

V. ORGANISASI SAYAP PARTAI A. Hasil Dan Pembahasan Penelitian ... 56

1. Motif Mahasiswa Bergabung Dengan LMN ... 56

a. Mengembangkan Wawasan Politik Dalam Taraf Mahasiswa…....56

b. Terjun dunia Politik Yang Sesungguhnya ... 58

c. Menambah Wawasan Tentang Politik ... 59

d. Mengaplikasikan Ilmu Ke Dunia Sesungguhnya ... 60

e. Mengembangkan Ilmu Dari Perkuliahan ... 61

2. Hasil Mengikuiti Organsasi LMN ... 65

a. Lebih Mengiuti Isu-Isu Yang Terjadi Di Dunia Politik ... 66


(9)

e. Pengalaman BerorganisasiSerta MenambahJaringan Komunikasi..67

3. Pola Pengkaderan Organisasi LMN ... 68

B. Analisis Konsep 1. LMN Sebagai Organisasi Sayap Partai ... 73

2. Analisis Elit Politik ... 74

3. Analisis Budaya Politik ... 75

4. Analisis Aktivis Mahasiswa ... 76

VI . KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78 DAFTAR PUSATAKA


(10)

Tabel

1. Identitas Informan ... 63 2. Motif Informan Mengikuti Lmn ... 64 3. Didapatkan Selama Menjadi Anggota Lmn ... 68


(11)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya politik yang berkembang pada era reformasi ini adalah budaya politik yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik. Budaya seperti itu telah membuat struktur politik demokrasi tidak dapat berjalan dengan baik. Walaupun struktur dan fungsi-fungsi sistem politik Indonesia mengalami perubahan dari era yang satu ke era selanjutnya, namun tidak pada budaya politiknya. Menurut Karl D. Jackson dalam Budi Winarno (2008), mengatakan bahwa:

Budaya Jawa telah mempunyai peran yang cukup besar dalam mempengaruhi budaya politik yang berkembang di Indonesia. Relasi antara pemimpin dan pengikutnya pun menciptakan pola hubungan patron-klien (bercorak patrimonial). Kekuatan orientasi individu yang berkembang untuk meraih kekuasaan dibandingkan sebagai pelayan publik di kalangan elit merupakan salah satu pengaruh budaya politik Jawa yang kuat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus Dwiyanto dkk dalam Budi Winarno (2008) mengenai kinerja birokrasi di beberapa daerah, bahwa birokrasi publik masih mempersepsikan dirinya sebagai penguasa daripada sebagai abdi yang bersedia melayani masyarakat dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari perilaku para pejabat dan

elit politik yang lebih memperjuangkan kepentingan kelompoknya dibandingkan dengan kepentingan rakyat secara keseluruhan.


(12)

Dengan menguatnya budaya paternalistik, masyarakat lebih cenderung mengejar status dibandingkan dengan kemakmuran. Reformasi pada tahun 1998 telah memberikan sumbangan bagi berkembangnya budaya poltik partisipan, namun kuatnya budaya politik patrimonial dan otoriterianisme politik yang masih berkembang di kalangan elit politik dan penyelenggara pemerintahan masih senantiasa mengiringi. Walaupun rakyat mulai peduli dengan input-input politik,

akan tetapi tidak diimbangi dengan para elit politik karena mereka masih memiliki mentalitas budaya politik sebelumnya. Sehingga budaya politik yang berkembang cenderung merupakan budaya politik subjek-partisipan.

Pada kenyataannya yang terjadi bukanlah desentralisasi politik, melainkan lebih pada berpindahnya sentralisme politik dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dengan demikian, budaya politik era reformasi tetap masih bercorak patrimonial, berorientasi pada kekuasaan dan kekayaan, bersifat sangat paternalistik, dan pragmatis. Hal ini menurut Soetandyo Wignjosoebroto dalam Budi Winarno (2008) karena adopsi sistem politik hanya menyentuh pada dimensi struktur dan fungsi-fungsi politiknya, namun tidak pada budaya politik yang melingkupi pendirian sistem politik tersebut.

Kondisi yang terjadi pada era orde lama sangatlah berbeda dengan pada era orde baru yang represif. Pada era orde baru, gerakan kaum terpelajar cenderung terpisah dengan gerakan politik. Dalih stabilitas politik melahirkan organisasi-organisasi tunggal yang diakui oleh negara. Di tingkat kampus, pemerintah hanya mengakui Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) sebagai satu-satunya lembaga mahasiswa di tingkat kampus. Kebijakan ini adalah bentuk represi


(13)

terhadap kebebasan berserikat, berkumpul, dan berpolitik bagi mahasiswa. Pada saat bersamaan, kebebasan berekspresi bagi mahasiswa hanya diakomodir sebatas pada kegiatan hobisme lewat dibentuknya UKM-UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) (Willy Aditya, 2011).

Buah dari politik tersebut adalah munculnya organisasi-organisasi tandingan dengan label independen. Mereka independen dari kepentingan apapun. Mereka tidak berada dibawah kuasa negara, mereka juga lepas dari kekuatan politik manapun. Dalam lingkungan kampus, muncul kemudian istilah organisasi intra dan ekstra kampus. Yang intra diakui oleh kampus , sementara yang ekstra adalah independen atau berdiri sendiri. Yang intra selalu terpusat pada kegiatan sosial dan kemahasiswaan, sementara yang ekstra terbakar oleh semangat tanpa pemikiran, hingga sering sekali menolak segala yang berhubungan politik praktis. Mereka terjebak dalam gerakan moral yang hanya slogan saja justru sering disalahgunakan oleh kepentingan-kepentingan yang bersembunyi dalam jargon independen tadi.

Kenyataan inilah yang mendasari lahirnya Liga Mahasiswa NasDem sebuah perkumpulan mahasiswa yang menyadari pentingnya menghidupkan kembali gerakan mahasiswa yang tengah mati suri. Gerakan mahasiswa yang berniat merestorasi semangat gerakan pemuda - pelajar dulu, yang sadar bahwa politik adalah alat memajukan peradaban manusia. Inilah takdir sejarah lahirnya gerakan Restorasi Indonesia di ranah mahasiswa. Inilah saatnya kaum terpelajar mengembalikan kewibawaan dan kehormatan politik yang coreng-moreng oleh para bandit dan petualang politik. Kaum terpelajar harus kembali mendekat dan


(14)

mengembalikan kehormatan politik Indonesia. Kaum terpelajar harus kembali menjadi produsen utama manusia-manusia politik Indonesia.

Liga Mahasiswa Nasdem bukanlah organisasi mahasiswa yang hanya sibuk dengan dunia kampus atau persoalan akademik belaka. Liga Mahasiswa Nasdem ingin mengembalikan peran intelektual organis mahasiswa untuk terlibat dalam penyelesaian persoalan-persoalan rakyat. Liga Mahasiswa Nasdem ingin mencetak kader-kader yang berbakti kepada rakyat, yang mendarma-baktikan keahlian mereka untuk membantu menyelesaikan persoalan rakyat. Liga Mahasiswa Nasdem adalah bagian dari Gerakan Restorasi Indonesia, tulang punggung Partai NasDem untuk bersama-sama memuliakan martabat rakyat Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka dapat dirimuskan permasalahan adalah :

1. Apa motif mahasiswa mengikuti / ikut bergabung dengan Liga Mahasiswa NasDem (LMN)?

2. Bagaimana kaderisasi politik yang dilakukan oleh Liga Mahasiswa NasDem (LMN)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji motif – motif mahasiswa bergabung dengan Liga Mahasiswa NasDem (LMN).

2. Untuk menganalisa pola kaderisasi yang dilakukan Liga Mahasiswa NasDem (LMN).


(15)

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Sosiologi dalam proses berorganisasi.

2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa yang ingin mengikuti berorganisasi serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan


(16)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep-Konsep 1. Motif

Motif menurut M. Ngalim purwanto dalam Ardimaviz (2012) adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindakmelakukan sesuatu. Sedangkan menurut Rochman Natawijaya dalam Ardimaviz (2012) motif adalah setiap kondisi atau keadaan seseorang atau suatu organisasi yang menyebabkan atau kesiapannya untukmemulai atau melanjutkan suatu serangkaian tingkah lakuatau perbuatan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motif mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan atau perbuatan manusia yang dapat diartikan sebagai latar belakang dari tingkah laku manusia itu sendiri. Motif merupakan suatu keadaan tertentu pada diri manusia yang mengakibatkan manusia itu bertingkah laku untuk mempunyai tujuan.

2. Elit Politik, Budaya Politik Dan Aktivis Mahasiswa 1. Elit Politik

Mengkaji elit politik selalu menarik perhatian karena mengingat kajian yang demikian memiliki keterkaitan dengan konstruksi sosial dan pemahaman terhadap sistem politik. Oleh karena itu pembicaraan tentang komunitas elit politik mengundang perhatian dari berbagai kalangan masyarakat terutama kalangan


(17)

ilmuan sosial yang selama ini memang memfokuskan perhatian kepada masalah-masalah sosial politik dan kekuasaan.

Dalam buku “ Teori-Teori Politik “ yang disusun oleh Anthonius Sitepu (2012 :

80) mengemukakan bahwa di dalam kelompok penguasa (the rulling class) selain

ada elit yang berkuasa (the rulling elite) juga ada elit tandingan, yang mampu

meraih kekuasaan dengan melalui msa jika elit yang berkuasa kehilangan kemampuannya untuk memerintah dalam hubungan ini masa memegang sejenis kontrol jarak jauh atas elit yang berkuasa, karena mereka tidak begitu acuh dengan permainan kekuasaan. Apa yang mendorong elit politik untuk memainkan peranan aktif dalam politik adalah karena menurut para teoritisi politik ada dorongan kemanusiaan yang tidak terhindarkan atau diabaikan untuk meraih kekuasan. Politik,bagi mereka adalah merupakan permainan kekuasaan dan arena individu menerima keharusan untuk melakukan sosialisasi serta penanaman nilai-nilai guna menemukan ekspresi bagi pencapaian sukses tersebut.

Menurut Carter dan Hez, sistem politik dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :

1. Apabila pihak yang memerintah dan ruang lingkup jangkauan kewenangan beberapa orang atau kelompok kecil orang, maka sistem politik ini disebut pemerintahan dari atas. Atau lebih tegas lagi oligarki, otoriter, atau

aristokrasi. (Zakyuciha. 2012)

2. Apabila pihak yang memerintah terdiri atas banyak orang, maka sistem politik ini disebut demokrasi. selain itu, jika kewenangan pemerintah pada


(18)

rezim itu disebut totaliter. begitu pula pemerintahan yang memiliki kewenangan terbatas dan membiarkan beberapa atau sebagian besar kehidupan bermasyarakat mengatur diri sendiri tanpa campur tangan dari pemerintah tetapi kehidupan masyarakatnya dijamin dengan tata hukum yang telah disepakati bersama. rezim ini disebut liberal . (Zakyuciha. 2012)

Kedua sistem tersebut menyangkut hubungan kekuasaan, yaitu siapa yang menjadi pemegang kekuasaan dan bagaimana hasil penggunan kekuasaan itu. hal itu digunakan untuk membedakan sistem politik yang mencakup beberapa faktor. misalnya, kebaikan bersama, pemersatu atau identitas bersama, hubungan kekuasaan, prinsip legitimasi kewenangan , dan hubungan politik dengan ekonomi.

Adapun seberapa besar seseorang yang berpengaruh pada pembuatan kebijakan dipengaruhi beberapa faktor di antaranya: minat pada politik, pengetahuan dan pengalaman politik, kecakapan dan sumber daya politik, partisipasi politik, kedudukan politik serta kekuasaan politik. Menurut stratifikasi politik yang disusun oleh Pareto dalam Anthonius Sitepu (2012) maka mayarakat itu terdiri atas dua kelas yaitu: Pertama adalah lapisan atas, yaitu elit yang terbagi dalam elit yang memerintah (governing elite) dan elit yang tidak memerintah (non governing

elite), Kedua adalah lampisan masyarakat yang lebih rendah, yaitu non elit. Disini

Pareto dalam Anthonius Sitepu (2012) meyakini bahwa setiap masyarakat di perintah oleh sekelompok kecil orang mempunyai kualitas-kualitas yang diperlukan bagi kehadiran mereka pada kekuasaan sosial dan politik yang penuh .


(19)

Merujuk pada apa yang dikemukakan di atas maka elit ini tidak bisa dipisahkan dalam persoalan kekuasaan, dan kualitas yang dimiliki oleh elit ini membuat mereka dipercaya oleh golongan non elit.

Relevansi stratifikasi politik di sini adalah untuk mengidentifikasi elit politik dalam pembuatan kebijakan daerah. Berdasarkan uraian diatas, maka para elit yang dimaksud adalah:

1. Kelompok pembuat keputusan, yaitu orang-orang yang umumnya menduduki jabatan resmi utama yang secara langsung terlibat dalam pembuatan kebijakan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para pimpinan dan anggota DPRD sebagai pemegang kekuasaan legislative daerah serta Kepala Daerah dan Wakil sebagai pemegang kekuasaan eksekutif daerah, Sekretaris Daerah yang secara organisatoris memegang fungsi perumusan kebijakan daerah, para staf ahli Kepala Daerah, Asisten Bidang Administrasi Pemerintahan, Kepala Bagian Tata Pemerintahan, Kepala Bagian Hukum dan konsultan resmi. (Anthonius Sitepu: 2012)

2. Kaum berpengaruh, yaitu individu yang memiliki pengaruh langsung atau implikasi kuat. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain, Partai Politik, LSM, Pemimpin Agama, Tokoh masyarakat, Pengusaha, Akademisi dan lain sebagainya yang di anggap mampu mempengaruhi kebijakan. (Anthonius Sitepu: 2012)


(20)

Pareto dalam Anthonius Sitepu (2012) tidak hanya mengemukakan pendekatannya

lewat teori elitnya terhadap politik tapi Pareto juga membahas tentang berbagai jenis

pergantian antar elit, yaitu: Pertama, diantara kelompok-kelompok elit yang memerintah itu sendiri dan kedua antara elit dan penduduk lainnya. Pergantian yang terakhir ini bisa berupa pemasukan individu-individu dari lapisan yang berbeda ke dalam suatu kancah perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada, atau individu-individu dari lapisan bawah yang membentuk kelompok elit baru dan masuk kedalam kancah perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada. Dari apa yang di kemukakan oleh Pareto sebagaimana yang di uraikan diatas, maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa para elit ini sebenarnya adalah lapisan bawah dan golongan non elit ini sebenarnya mempunyai peran besar dalam melahirkan golongan elit. (Anthonius Sitepu: 2012)

2. Budaya Politik

Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan


(21)

jika seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.

Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal), telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh karena itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya, pemerintahnya, pemimpim politik dan lai-lain.

Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang me-merintah. Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat.

Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Lebih jauh mereka menyatakan, bahwa warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan simbol-simbol dan


(22)

lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki. Dengan orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan mereka di dalam sistem politik.

Berikut ini adalah beberapa pengertian budaya politik yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk lebih memahami secara teoritis sebagai berikut :

a. Budaya politik adalah aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat istiadat, tahayul, dan mitos. Kesemuanya dikenal dan diakui oleh sebagian besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberikan rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain.

b. Budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknya. Yang pertama menekankan pada isi atau materi, seperti sosialisme, demokrasi, atau nasionalisme. Yang kedua (aspek generik) menganalisis bentuk, peranan, dan ciri-ciri budaya politik, seperti militan, utopis, terbuka, atau tertutup.

c. Hakikat dan ciri budaya politik yang menyangkut masalah nilai-nilai adalah prinsip dasar yang melandasi suatu pandangan hidup yang berhubungan dengan masalah tujuan.

d. Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka dan tertutup, tingkat militansi seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan masyarakat. Pola kepemimpinan (konformitas atau mendorong inisiatif kebebasan), sikap terhadap mobilitas


(23)

(mempertahankan status quo atau mendorong mobilitas), prioritas

kebijakan (menekankan ekonomi atau politik).

Dengan pengertian budaya politik di atas, nampaknya membawa kita pada suatu pemahaman konsep yang memadukan dua tingkat orientasi politik, yaitu sistem dan individu. Dengan orientasi yang bersifat individual ini, tidaklah berarti bahwa dalam memandang sistem politiknya kita menganggap masyarakat akan cenderung bergerak ke arah individualisme. Jauh dari anggapan yang demikian, pandangan ini melihat aspek individu dalam orientasi politik hanya sebagai pengakuan akan adanya fenomena dalam masyarakat secara keseluruhan tidak dapat melepaskan diri dari orientasi individual.

3. Aktivis Mahasiswa

Mahasiswa merupakan golongan masyarakat yang mendapatkan pendidikan tertinggi, dan punya perspektif luas untuk bergerak diseluruh aspek kehidupan dan merupakan generasi yang bersinggungan langsung dengan kehidupan akademis dan politik, oleh sebab itu dikalangan mahasiswa merupakan proses pembelajaran politik untuk mahasiswa walaupun pada akhirnya dalam tataran politik praktis, gerakan-gerakan mahasiswa idealnya harus tetap bersifat independent dan tidak terjebak pada sikap pragmatis dan oportunis. Tapi pada kenyataannya saat ini banyak gerakan mahasiswa yang sudah ditumpangi elit-elit politik sehingga mereka tidak bisa bergerak bebas untuk menjalankan fungsinya sebagai alat control politik karena terikat perjanjian dengan elit politik tersebut.


(24)

Hal inipun disinyalir penyebabab melemahnya gerakan mahasiswa pasca reformasi Selain itu telah terjadi fragmentasi di intern gerakan mahasiswa itu sendiri yang disebabkan perbedaan ideology dan cara pandang terhadap permasalahan tertentu, dan munculnya mahasiswa opurtunis di tubuh gerakan mahasiswa dimanfaatkan kepentingan individu maupun kelompok dalam rangka mempertahankan eksistensi mereka. Hal-hal tersebut harus diupayakan dalam rangka mengefektifkan kembali mahasiswa sebagai preasure penguasa.

Mahasiswa yang memiliki predikat educated midle class dari dulu hingga kini

akan selalu memiliki fungsi strategis, yaitu sebagai iron stock, agent of change,

dan social control. Yang terakhir disebut adalah fungsi mahasiswa secara taktis

yang merespons realitas di masyarakat untuk menjaga keseimbangan sosial antara pemerintah sebagai pengelola dan rakyat sebagai yang dikelola. Sebagai social

control (kontrol sosial) mahasiswa mendapat beban moral menjadi penengah

antara kaum elite dan alit, menjadi mediator publik. Fungsi taktis mahasiswa sebagai kontrol sosial dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu peran mahasiswa

sebagai “alarm” dan peran mahasiswa sebagai “palu”.

4. Perekrutan Partai Dan Politik Kaderisasi 1. Perekrutan Partai Politik

Menurut Ramlan Subakti (1992; 118) Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam system politik pada umumnya dan pemerintah pada khususnya. Dalam pengertian lain, Ada dua macam mekanisme rekrutmen politik, yaitu rekrutmen yang terbuka dan tertutup. Dalam model rekruitmen terbuka, semua warga Negara yang memenuhi syarat tertentu (seperti


(25)

kemampuan, kecakapan, umur, keadaan fisik) mempunyai kesempatan yang sama untuk menduduki posisi-posisi yang ada dalam lembaga negara / pemerintah.

Suasana kompetisi untuk mengisi jabatan biasanya cukup tinggi, sehingga orang-orang yang benar-benar sudah teruji saja yang akan berhasil keluar sebagai juara . Ujian tersebut biasanya menyangkut visinya tentang keadaan masyarakat atau yang di kenal sebagai platform politiknya serta nilai moral yang melekat dalam

dirinya termasuk integritasnya. Sebaliknya, dalam sistem rekrutmen tertutup, kesempatan tersebut hanyalah dinikmati oleh sekelompok kecil orang. Ujian oleh masyarakat terhadap kualitas serta integritas tokoh masyarakat biasanya sangat jarang dilakukan, kecuali oleh sekelompok kecil elit itu sendiri (Ramlan Subakti : 1992).

Mengenai fungsi rekrutmen politik dikemukan oleh Ramlan Surbekti dalam Yenni (2009 : 16) yaitu :

“Fungsi rekrutmen politik (political recruitment) berkaitan dengn

penyelesian, memilih, mengangkat pejabat politik untuk melaksanakan sejumlah peran dalam proses poiltik maupun menjalankan roda

pemerintah”.

Fungsi ini semakin besar porsinya manakala partai politik itu merupakan partai tunggal seperti dalam politik totaliter, atau manakala manakala partai ini merupakan partai mayoritas dalam badan perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk pemerintah dalam system politik demokrasi. Fungsi rekrutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu juga fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan system


(26)

politik sebab tanpa elit yang mampu melasanakan peranannya, kelangsungan hidup system politik akan terancam.

Rekrutmen politik atau representasi politik memegang peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Hal ini dikarenakan proses ini menentukan siapa sajakah yang akan menjalankan fungsi-fungsi sistem politik negara itu melalui lembaga-lembaga yang ada. Oleh karena itu, tercapai tidaknya tujuan suatu sistem politik yang baik Kehadiran suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai tersebut melaksanakan fungsinya. Salah satu fungsi yang terpenting yang dimiliki partai politik adalah fungsi rekrutmen politik. Seperti yang diungkapkan oleh pakar politik Ramlan Surbakti, bahwa rekrutmen politik mencakup pemilihan, seleksi, dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintah pada khususnya. Untuk itu partai politik memiliki cara tersendiri dalam melakukan pengrekrutan terutama dalam pelaksanaan sistem dan prosedural pengrekrutan yang dilakukan partai politik tersebut. Tak hanya itu proses rekrutmen juga merupakan fungsi mencari dan mengajak orang-orang yang memiliki kemampuan untuk turut aktif dalam kegiatan politik, yaitu dengan cara menempuh berbagai proses penjaringan.

Perekrutan berdasarkan AD/ART organisasi Liga Mahasiswa NasDem sesuai dengan BAB I pasal I yang berbunyi, diantaranya yaitu :


(27)

1) Keanggotaan Liga Mahasiswa NasDem tidak membeda-bedakan latar belakang suku, etnis, agama, golongan dan status sosial calon anggota.

2) Anggota adalah individu yang sudah mengikuti rekrutmen anggota baru yang selanjutnya menjalani seleksi dan pengesahan oleh Komisariat.

3) Calon anggota adalah mereka yang masih dalam masa percobaan selama 1(satu) bulan terhitung sejak tanggal pendaftaran atau sejak dimulainya masa perkenalan dimaksud.

4) Komisariat berwenang melakukan seleksi dan pengesahan terhadap calon anggota.

5) Komisariat, Koordinasi Komisariat, dan Komite Wilayah berkewajiban menyerahkan daftar anggota kepada Komite Pusat setiap 6 (enam) bulan sekali. 6) Anggota Liga Mahasiswa NasDem tidak boleh mencari keuntungan pribadi atau hak istimewa.

Untuk Pasal 2 mengenai Syarat-Syarat Keanggotaannya yaitu :

1) Mengisi formulir keanggotaan dan menyerahkan kepada Pengurus Komisariat dan menyatakan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila 1 Juni 1945, Undang-Undang Dasar 1945, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai NasDem, serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Liga Mahasiswa NasDem serta peraturan-peraturan organisasi lainnya.


(28)

3) Tercatat sebagai mahasiswa aktif pada saat mendaftarkan diri yang dibuktikan dengan menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa dan atau alumnus mahasiswa yang berusia maksimal 35 tahun.

Sedangkan Pasal 5 berisikan tentang Anggota Liga Mahasiswa NasDem memiliki hak-hak berikut:

1) Menghadiri rapat-rapat Liga Mahasiswa NasDem yang relevan, membaca dokumen-dokumen Liga Mahasiswa NasDem yang relevan, mengikuti pendidikan dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Liga Mahasiswa NasDem dan Partai NasDem.

2) Berpartisipasi dalam diskusi mengenai kebijakan Liga Mahasiswa NasDem, rapat Liga Mahasiswa NasDem dan dalam Media Liga Mahasiswa NasDem dan Partai NasDem.

3) Membuat saran dan usul mengenai kegiatan Liga Mahasiswa NasDem dan Partai NasDem.

4) Membuat kritik yang logis dan membangun terhadap Liga Mahasiswa NasDem dan Partai NasDem dalam setiap pertemuan-pertemuan anggota, menyampaikan informasi dan atau kritik secara bertanggung jawab terhadap pengurus Liga Mahasiswa NasDem dan Partai NasDem.

5) Memberitahukan kepada Pengurus Liga Mahasiswa NasDem jika ada pengurus dan atau anggota yang dinilai melakukan pelanggaran AD/ART dan disiplin Liga Mahasiswa NasDem.

6) Memilih dan dipilih dalam pemilihan Komite Liga Mahasiswa NasDem, dan berhak menduduki struktur kepengurusan organisasi sesuai ketentuan AD/ART.


(29)

7) Dalam hal keberatan atas kebijakan, anggota berhak mengajukan pandangan kepada Liga Mahasiswa NasDem di tingkat yang lebih tinggi, dengan tetap menjaga kerahasiaan Liga Mahasiswa NasDem serta tegas melaksanakan kebijakan yang sudah diputuskan.

Sedangkan ART Pasal 6 dalam Buku Saku Liga Mahasiswa Nasdem berbunyi : 1) Jenjang Keanggotaan Liga Mahasiswa NasDem adalah:

a. Anggota Pratama

Adalah anggota yang telah lulus masa percobaan selama 1(satu) bulan sebagai calon anggota dan telah menamatkan jenjang pendidikan tahap I. b. Anggota Madya

Adalah anggota yang telah menamatkan jenjang pendidikan tahap II 3 c. Anggota Utama

Adalah anggota yang telah menamatkan jenjang pendidikan tahap III d. Anggota Kehormatan

Adalah anggota karena faktor kesejarahan, prestasi dan atau keteladanan di masyarakat.

2) Setiap Anggota yang terdaftar dan memiliki Kartu Tanda Anggota Liga Mahasiswa NasDem sekaligus menjadi anggota Partai NasDem.

3) Setiap Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terdaftar dan memiliki Kartu Tanda Anggota Liga Mahasiswa NasDem, terlibat aktif dan mendukung setiap kegiatan organisasi, mengikuti pembinaan, pendidikan, dan pelatihan organisasi.

4) Anggota Pratama diangkat dan diberhentikan oleh Koordinasi Komisariat atas usul Komisariat.


(30)

5) Anggota Madya diangkat dan diberhentikan oleh Komite Wilayah (KW). 6) Anggota Utama diangkat dan diberhentikan oleh Komite Pusat (PP).

7) Anggota Kehormatan diangkat menjadi anggota dan diberhentikan oleh Ketua Umum

2. Kaderisasi politik

Pengertian kader dapat bermacam-macam dan sangat familiar di dalam organisasi politik, ketika menghadapi pemilu dan mengusulkan anggotanya menjadi calon anggota parlemen atau pada masa akan terjadi penggantian kepemimpinan lokal, nasional, dan juga pada organisasi bisnis (Muslim Zuhdi : 2011).

Kader diartikan orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting dalam pemerintahan atau partai. Dalam pengertian lain juga menyebutkan bahwa kader diartikan orang yang dididik sebagai pelanjut tongkat estafet partai atau organisasi, calon, tunas, generasi (muda). Sering kita mendengar bahwa organisasi ini adalah organisasi kader yang terdiri dari kaum muda yang diharapkan menjadi pemimpin masa depan. Pernyataan demikian menunjukkan bahwa organisasi tersebut telah mempersiapkan orang muda sebagai pemimpin mereka, jika kelak terjadi pergantian pemimpin (Muslim Zuhdi : 2011).

Dalam dunia kepartaian macam apapun, secara alamiah yang tua akan digantikan oleh yang lebih muda, dan hal ini tidak menjadi masalah karena sudah dipersiapkan. Adapun pengertian kaderisasi adalah proses mempersiapkan calon-calon pemimpin suatu partai untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang. Sedangkan tujuan kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon pemimpin demi kesinambungan partai, sehingga jika terjadi pergantian pemimpin dapat berjalan


(31)

mulus karena sudah dipersiapkan. Dengan demikian pengangkatan seorang pemimpin sebaiknya melalui proses kaderisasi (Muslim Zuhdi : 2011).

Dengan adanya kaderisasi, diharapkan organisasi akan bertahan dalam waktu cukup lama, tidak bersifat ad-hoc dalam mengemban visi dan melaksanakan

misinya. Pepatah Belanda mengatakan on mis baar, yang kalau diterjemahkan

secara bebas berarti tidak ada di dunia ini atau organisasi apapun yang tidak tergantikan. Pada saatnya seorang pemimpin secara alamiah atau sebab lain pasti akan turun dan digantikan oleh yang lain. Apalagi bagi pemimpin oganisasi modern, yang anggotanya terdiri dari manusia-manusia yang mempunyai pemikiran rasional, mempunyai wawasan ke depan, serta semakin tidak

populernya teori “timbulnya pemimpin karena dilahirkan”. Pemimpin tumbuh dan

berkembang karena melalui proses pembinaan dan dimatangkan oleh lingkungan. Sistem pengkaderan di dalam suatu partai akan sangat tergantung dari besar kecilnya organisasi, lingkup atau bidang kegiatan yang menjadi misi pokok, sistem nilai yang dianut, serta eksistensi organisasi, apakah sementara atau jangka panjang (Muslim Zuhdi : 2011).

Di dalam pembahasan kaderisasi partai ini akan dibatasi pada bagaimana suatu partai dapat memilih pemimpinnya sekarang dan mempersiapkan pemimpinnya di masa depan. Dengan sistem apa agar kepemimpinan partai dapat berkesinambungan. Artinya jika pada kurun waktu tertentu terjadi penggantian pemimpin, tetap tersedia calon-calon pemimpin sehingga tidak perlu terjadi krisis kepemimpinan. Mengapa titik berat pembahasan pada kepemimpinan Karena seperti telah disebutkan di depan bahwa faktor pemimpin sangat menentukan


(32)

keberhasilan pencapaian tujuan partai dan jika terjadi krisis kepemimpinan akan berdampak luas terhadap organisasi.

Namun sayangnya, kaderisasi belum menjadi prioritas utama bagi setiap partai karena partai lebih mengutamakan atau mengandalkan figure atau keturunan yang sebelumnya sudah terkenal walupun bukan kader dari partai tersebut, sehingga sering kali calon dari partai merupakan sama sekali bukan didikan dari partai.

4.Organisasi Sayap Partai

Organisasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama. Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa organisasi adalah interaksi antara sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam membentuk atau menentukan sebuah organisasi harus diperhatikan ciri-ciri yang ada. Ciri-ciri organisasi merupakan beberapa hal yang harus ada. Ciri-ciri organisasi menurut Siwanto (2007: 73) yaitu :

1. Suatu organisasi adalah adanya sekelompok orang yang menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan dan kebijakan yang telah dirumuskan dan masingmasing pihak siap untuk mejalankannya dengan penuh tanggung jawab.

2. Dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang tersebut saling mengadakan hubungan timbl balik, saling memberi dan menerima dan juga saling bekerjasama untuk melahirkan dan merealisasikan maksud (purpose), sasaran (objective) dan tujuan (goal).


(33)

3. Dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerjasama tersebut diarahkan pada suatu titik tertentu., yaitu tujuan bersama dan ingin direalisasikan.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa setiap organisasi harus mempunyai tiga unsur dasar yaitu sekelompok orang, kerjasama dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama sekelompok orang dalam rangka mencapai tujuan bersama. Jadi, dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa organisasi adalah sekelompok manusia yang bekerja sama, dimana kerja sama tersebut dicanangkan dalam bentuk struktur organisasi atau gambaran skematis tentang hubungan kerja, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

Negara Indonesia sangat bermacam -macam bentuk organisasi baik bersifat organisasi kemasyarakatan , atau organisasi partai politik. Contoh tipe dari organisasi adalah:

1. Piramida mendatar

mempunyai ciri-ciri diantaranya :

a. Jumlah satuan organisasi tidak banyak sehingga tingkat-tingkat hararki kewenangan sedikit.

b. Jumlah pekerja (bawahan) yang harus dikendalikan cukup banyak

c. Format jabatan untuk tingkat pimpinan sedikit karena jumlah pimpinan relatif kecil.


(34)

Organisasi piramida terbalik adalah kebalikan dari tipe piramida terbalik adalah jumlah jabatan pimpinan lebih besar daripada jumlah pekerja. Organisasi ini hanya cocok untuk organisasi-organisasi yang pengangkatan pegawainya berdasarkan atas jabatan fungsional seperti organisasi-organisasi/ lembaga-lembaga penelitian, lembaga-lembaga-lembaga-lembaga pendidikan.

3. Tipe kerucut

Tipe organisasi kerucut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Jumlah satuan organisasi banyak sehingga tingkat-tingkat hirarki/kewenangan banyak.

b. Rentang kendali sempit.

c. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada penjabat/pimpinan yang bawah/rendah.

d. Jarak antara pimpinan tingkat atas dengan pimpinan tingkat bawah terlalu jauh.

e. Jumlah informasi jabatan cukup besar.

Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku tingkat individu dan tingkat kelompok dalam suatu organisasi serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi). Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi


(35)

dan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang sumber daya manusia dan psikologi industri(Windi Dwi Firlyani, 2011).

.

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur (Windi Dwi Firlyani, 2011).

5. Mahasiswa Dan LMN (Liga Mahasiswa NasDem) 1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu atau sedang menjalankan proses belajar di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta. Sedangkan menurut Peraturan Akademik Universitas Lampung yang dimaksud Mahasiswa adalah Peserta didik laki-laki atau perempuan yang terdaftar dan belajar di Unila setelah lulus seleksi masuk yang diselenggarakan secara resmi oleh Universitas Lampung. (Unila, 2009:3).


(36)

Jadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar atau menuntut ilmu diperguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang memiliki jiwa kepeloporan, intelektual, dan merupakan kelompok elit di lingkungan masyrakat yang akan menjadi anak-anak pembeharu bangsa.

Menurut Kode Etik Universitas Lampung (Unila, 2009: 67) yang merupakan hak dan kewajiban mahasiswa adalah sebagai berikut:

a. Hak Mahasiswa

1. Memperoleh pendidikan, pengajaran dan layanan bidang akademik yang sebaik-baiknya sesuai dengan minat, kemampuan, dan bakat.

2. Memanfaatkan fasilitas akademik dan umum di Unila untuk memperlancar proses pembelajaran.

3. Mendapat bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program studi yang diikutinya dalam rangka penyelesaian studi.

4. Memperoleh layanan informasi tentang program studi yang diikutinya dan hasil belajarnya.

5. Menyelesaikan studi lebih awal dari ketentuan lama studi yang ditetapkan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

6. Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab.

7. Alih program studi di lingkungan Unila dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan dan apabila daya tampung program studi yang bersangkutan masih memungkinkan.

8. Pindah program studi ke luar unila, tetapi setelah pindah tidak diizinkan kembali ke Unila.

9. Memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

10. Ikut serta dalam kegiatan dan menjadi pimpinan organisasi kemahasiswaan Unila.

11. Memanfaatkan jalur perwakilan/organisasi kemahasiswaan untuk mengurus kepentingan mahasiswa, baik akademik maupun nonakademik. 12. Memperoleh pelayanan khusus bagi yang menyandang cacad sesuai

dengan kemampuan Unila.

13. Membela diri jika terkena tuduhan melanggar Peraturan Akademik dan Kode Etik Mahasiswa sebelum dikenakan sanksi.


(37)

b. Kewajiban Mahasiswa

1. Belajar tekun sampai menyelesaikan program studi yang diikutinya.

2. Menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi mahasiswa yang dibebaskan dari kewajiban tersebut berdasarkan keputusan Rektor. 3. Menjunjung tinggi, mengindahkan, dan melaksanakan Norma Umum dan

Etika Umum warga Unila.

4. Mematuhi dan melaksanakan Norma Mahasiswa Unila. 5. Mengindahkan dan melaksanakan Etika Mahasiswa Unila.

Mengenai karakter mahasiswa menurut Damanhuri (1985), mengatakan bahwa mahasiswa mempunyai karakter sebagai berikut :

1. Mereka adalah kelompok orang muda. Oleh karena itu, berkarakteristik yang diwarnai oleh sifat pada umumnya tidak selalu puas terhadap lingkungan dimana mereka menginginkan berbagai perubahan dengan cepat dan mendasar.

2. Mereka adalah yang menjalani sistem pendidikan tinggi, oleh karenanya nafas dan sifat akademik akan memberi ciri khas yang kuat dengan gerak langkahnya, yakni sikap objektif, rasional, kritis, dan skeptif.

3. Mereka adalah kelompok yang relatif “independen” karena belum memiliki

keterkaitan finansial, birokratis, terhadap pihak manapun, karenanya ciri spontanitas dan lugas dalam bersikap memberi pandangan sangat kuat.

4. Mereka adalah kelompok yang menjadi subsistem masyarakan secara keseluruhan, baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional. Oleh karenanya, dengan menata konstelasi yang berkembang dengan latar belakang kemudahan, keilmuan, dan keindependensian.


(38)

Sedangkan tentang tipe Adnan dan Arfan Pradiansyah (1999) membagi mahasiswa dalam 5 tipe, diantaranya:

1. Kelompok idealis konfrontif. Mereka adalah kelompok yang aktif dalam diskusi (organisasi)/ lembaga swadaya masyarakat (LSM). Kegiatan mereka senantiasa bernuansa pemikiran kritis mengenai perkembangan politik, ekonomi, sosial serta teori-teori yang mendasaari.

2. Kelompok idealis realistis. Kelompok ini juga aktif dalam berbagai diskusi (organisasi)/ LSM. Kelompok ini banyak menggagas ide-ide perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Kelompok oportunis. Berbeda dengan keduanya di atas, kelompok ini cenderung untuk membela pemerintah dan berpihak pada pemerintah.

4. Kelompok profesional. Mereka adalah mahasiswa berorientasi profesionalisme dan kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi, sosial, politik maupun berorganisasi. Mereka memilih segera menyelesaikan study secepatnya, kemudian memperoleh pekerjaan yang dapat menjamin

masa depan.

5. Kelompok glamor. Mereka ini hampir sama dengan kelompok profesional yang kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi, sosial, politik maupun berorganisasi. Bedanya kelompok ini memiliki ciri yang menonjol yaitu penampilannya cenderung glamor dan gaya hidup mengikuti mode.

Dapat disimpulkan dari pandangan dan pemikiran di atas, bahwa mahasiswa adalah kelompok generasi muda yang mempunyai watak kritis, kebenarian,


(39)

kepeloporan sebagai wujud dan respon terhadap krisis yang timbul dan sedang dihadapi masyarakat yang diperolehnya memalui proses belajar.

2. Pengertian LMN

Keberadaan Partai Nasdem dengan slogan perubahan mendapat tempat yang luas dihati masyarakat, masyarakat menemukan harapan baru untuk perubahan yang lebih baik ditengah rasa geram dengan kondisi bernegara saat ini. Dalam kerangka pengembangan partai yang lebih luas, Partai Nasdem membentuk beberapa organisasi sayap yang yang salah satunya adalah Liga Mahasiswa NasDem, adanya kata-kata “mahasiswa” tentu ini mengejutkan banyak pihak serta menimbulkan banyak pertanyaan dan kecurigaan, namun disinilah value dari kata

mahasiswa nasdem, dengan sendirinya akan muncul hasrat keingintahuan dan mencari informasi lebih banyak apa itu sebenarnya Liga Mahasiswa NasDem.

Liga Mahasiswa NasDem adalah Organisasi Pergerakan yang bertujuan mendidik mahasiswa Indonesia untuk menjadi tulang punggung bagi Gerakan Perubahan Restorasi Indonesia dalam mewujudkan masyarakat Indonesia berdasarkan pancasila dan uud 1945. (Anggaran Dasar LMN,BAB IV Pasal 8). Berdasarkan Buku Saku, Liga Mahasiswa Nasdem adalah organisasi kemahasiswaan yang dibentuk sebagai jawaban kegelisahan dan kebuntuan gerakan mahasiswa yang gagap dalam menjawab tantangan zaman. Liga Mahasiswa NasDem siap menjadi tulang punggung utama bagi partai NasDem,menjadi media untuk menempa mahasiswa menjadi kader yang militant dan unggul dalam keilmuan untuk terlibat dalam Gerakan Perubahan menuju Restorasi Indonesia untuk mewuudkan Indonesia yang sejahtera, adil, demokratis dan bermartabat.


(40)

Liga Mahasiswa NasDem mepunyai visi yang berbunyi :

Liga Mahasiswa Nasdem adalah Organisasi Pergerakan yang bertujuan mendidik mahasiswa Indonesia untuk menjadi tulang pungung bagi Gerakan Perubahan Restorasi Indonesia dalam mewujudkan masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Untuk Misi Liga Mahasiswa NasDem berbunyi :

1. Melahirkan kader mahasiswa yang berkeahlian, unggul di bidang disiplin ilmunya, berpihak pada masyarakat, dan berjiwa Pancasila.

2. Menghimpun dan membangun kekuatan sosial dan politik mahasiswa 3. Memperjuangkan kepentingan mahasiswa di bidang pendidikan, ekonomi,

sosial, budaya dan politik secara demokratis; dan.

4. Berkontribusi dalam perjuangan Partai NasDem melalui suplai kader.

Liga Mahasiswa Nasdem bukanlah organisasi mahasiswa yang hanya sibuk dengan dunia kampus atau persoalan akademik belaka. Liga Mahasiswa Nasdem ingin mengembalikan peran intelektual organis mahasiswa untuk terlibat dalam penyelesaian persoalan-persoalan rakyat. Liga Mahasiswa Nasdem ingin mencetak kader-kader yang berbakti kepada rakyat, yang mendarma-baktikan keahlian mereka untuk membantu menyelesaikan persoalan rakyat. Liga Mahasiswa Nasdem adalah bagian dari Gerakan Restorasi Indonesia, tulang punggung Partai NasDem untuk bersama-sama memuliakan martabat rakyat Indonesia (Willy Aditya, 2011).


(41)

Dalam dokumen Raison d’etre-nya, Liga Mahasiswa Nasdem muncul sebagai jawaban dan tantangan zaman di saat dunia kampus sedang di hegemoni oleh 3 arus negatif diantanya deideologisasi, depolitisasi, deorganisasi. Ketiga arus tersebut menyebabkan kampus dan mahasiswa semakin apolitis, berjarak dengan rakyat, dan abai pada persoalan-persoalan kebangsaan. Gerakan Reformasi yang notabene dimotori oleh gerakan mahasiswa hanya berhasil melakukan pergantian kekuasaan pergantian rezim. Hal ini adalah efek dari arogansi sektoral gerakan mahasiswa yang cenderung tidak peduli dengan politik karena tidak membngun korespondensi dengan partai-partai politik. Mereka cenderung menjaga jarak dengan partai-partai politik dan alergi dengan perjuangan politik parlementer , alhasil gerakan perubahan tidak kunjung menemukan hasil karena perjuangan poltik dikerdilkan menjadi sebatas gerakan slogan dan demonstrasi belaka (Willy Aditya, 2011).


(42)

B. Kerangka Pikir

Saat ini banyak partai politik yang mengepakan sayapnya melalui gerakan sayap partai yang mengusung mahasiswa sebagai tujuannya dikarenakan mahasiswa jiwanya masih menggebu-gebu untuk menyuarakan anspirasi dari masyaraat. Oleh karena itu banyak sekali partai politik yang sayap partainya melakukan rekrutmen politik kepada eli-elit mahasiswa supaya bisa mempermudah untuk menarik simpatisan mahasiswa supaya bergabung kepada sayap partai tersebut, tercapai tidaknya tujuan suatu sistem politik yang baik tergantung pada kualitas rekrutmen politik. Oleh karena itu partai mulai geliat mengembangkan ke organisasi sayap partai yang menjadikan mahasiswa sebagai alat untuk melakukan gerakan perubahan. Liga Mahasiswa NasDem siap menjadi tulang punggung utama bagi partai NasDem, menjadi media untuk menempa mahasiswa menjadi kader yang militant dan unggul dalam keilmuan untuk terlibat dalam Gerakan Perubahan menuju Restorasi Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, adil, demokratis dan bermartabat.


(43)

III METODE PENELITIAN

A . Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, seperti pendapat Masyhuri dan Zainuddin (2008; 19) penelitian kualitatif adalah sebuah proses penelitian yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusian dengan tradisi metodologi yang berbeda. Peneliti membangun sebuah gambaran yang komplek dan holistic, menganalisa kat-kata,melaporkan pandangan atau opini para informan, dan keseluruhan studi berlangsung dalam latar situasi alamiah wajar (natural setting).

Hadari Nabawi (1993) menguatkan bahwa penelitian ini memusatkan diri secara intensif terhadap objek tertentu, dengan mempelajari studi kasus. Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian . Dalam rangka mendapatkan data kualitatif ini, maka peneliti telah melakukan pemahaman makna (verstehen). Peneliti menggunakan

metode ini, mengingat masalah yang diangkat dalam penelitian adalah tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungaan antara fenomena yang diselidiki. Metode ini dianggap relevan untuk dipakai karena dapat menggambarkan keadaan objek yang ada pada masa sekarang yang diperoleh dari penelitian.


(44)

B. Teknik Penentuan Informan

Menurut Lexi Moleong (2000: 132) informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan harus sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.

Menurut Spradley dalam Moleong (2000: 165), informan harus memiliki beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungandan kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi.

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relative masih lugu dalam memberikan informasi


(45)

Jadi dapat disimpulkan bahwasanya informan merupakan orang yang benar-benar terlibat dan masih aktif dalam organisasi tersebut sehingga bisa memberikan informasi secara langsung tanpa disusun terlebih dahulu supaya dapat memberikan informasi yang relevan.

A. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta dilapangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Wawancara

Menurut Prastowo (2011: 212) wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu. Sedangkan menurut Sugiyono dalam Prastowo (2011: 212) wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Teknik ini digunakan untuk pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berhubungan langsung dan tanya jawab dengan responden.

2. Tehnik Kepustakaan

Metode kepustakaan adalah salah satu jenis metode penelitian kualitatif yang lokasi atau tempat penelitianya dilakukan di pustaka, dokumen, arsif, dan lain-lain. Metode ini tidak menuntut peneliti untuk terjun langsung ke lapangan melihat fakta langsung sebagaimana adanya. Menurut Nyoman Kutha Ratna dalam Prastowo (2010: 196) metode kepustakaan merupakan metode penelitian


(46)

yang pengumpulan datanya dilakukan melalui tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian, yaitu perpustakaan.

3. Pengamatan

Dalam hal ini peneliti berinteraksi secara langsung dengan informan yakni ikut bergabung dalam kegiatan organisasi tersebut selama turun lapangan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Data yang ingin diperoleh dalam pengamatan ini ialah data pelengkap setelah wawancara dan kepustakaan. Artinya

selain mendengarkan secara obyektif maka perlu pengamatan secara obyektif pula Pengamatan ini digunakan peneliti dalam rangka memperoleh data tentang pola rekrutmen eli-elit politik pada Liga Mahasiswa NasDem.

D. Teknik Pengolahan Data

Menurut Pohan dalam Prastowo (2011: 236) Data kualitatif adalah semua bahan, keterangan dan fakta-fakta, yang tidak dapat diukur dan dihitung secara matematis karena berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata).

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model Miles dan Huberman. Analisis data kualitatif adalah suatu proses analisis yang terdiri dari 3 alur yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.


(47)

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini berlangsung secara terus menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Selama pengumpulan data berjalan terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat) ringkasan, mengode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo).

Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisai data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi, Miles dan Huberman dalam Prastowo (2011: 241)

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini faktor penyebab pemekaran wilayah ditemukan melalui wawancara, pengamatan dan dokumentasi, Miles dan Huberman dalam Prastowo (2011: 244)

3. Proses Penarikan Kesimpulan

Untuk penarikan kesimpulan menurut Miles dan Huberman dalam Prastowo (2011: 241) dimulai dengan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi


(48)

sebagai suatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama, dan setelah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Dengan demikian kesimpulan data dalam penelitian ini akan dapat menjawab rumusan masalah mengenai pola rekrutmen eli-elit politik pada Liga Mahasiswa Nasdem.


(49)

VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa motif serta pola pengkaderan dalam organisasi sayap partai Liga Mahasiswa NasDem, adalah sebagai berikut :

1. Motif para informan mengikuti organisasi sayap partai karena ketertarikan ingin mengembangkan lmu yang sudah di dapatkan di perkuliahan serta ada juga yang menjadikan sebagai bantu loncatan untuk terjun kedunia politik yang sesungguhnya. Informan banyak mendapatkan pengetahuan mengenai cara-cara berorganisasi yang berbasis politik serta bisa lebih mengikuti perkembangan tentang politik yang terjadi saat ini. Serta didalam Liga Mahasiswa NasDem tidak mengaharuskan setiap mahasiswa yang ingin bergabung di organissi tersebut sebelumnya sudah menjadi aktivis kampus namun siapa saja mahasiswa yang ingin mengembangkan ilmu yang sudah didapatkan dikampus bisa bergabung.

2. Pola pengkaderan dalam organisasi sayap partai Liga Mahasiswa NasDem terdapat 4 jenjang dalam tahapan-tahapan tersebut terdapat pendidikan apabila ingin melanjutkan dari tahapan 1 ke tahapan beriktnya. Serta pola pengkaderan yang sudah dilakukan selama ini ialah hanya dikenalkan mengenai gambaran umum Liga Mahasiswa NasDem baik dari visi, misi,


(50)

serta semua kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengembangkan mahasiswa dan menjadikan mahasiswa peduli terhadap dunia politik.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Organisasi sayap partai seperti Liga Mahasiswa NasDem diharapkan bisa menjadi tempat bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan semua teori-teori ilmu yang sudah didapatkan diperkuliahan serta bisa lebih memaksimalkan mahasiswa sebagai agen of change atau pembawa

perubahan.

2. Mahasiswa yang menjadi anggota organisasi sayap partai diharapkan bisa lebih mengenalkan kepada mahasiswa supaya ikut terlibat serta kepada masyarakat supaya bisa secara bersama-sama mengawasi bagaimana kinerja partai-partai yang sebenarnya.

3. Diharapkan organisasi sayap partai bisa menciptakan kader-kader yang berkualitas serta berkompeten sehingga apabila duduk sebagai wakil rakyat bisa menegtahui kerja yang sebenarnya bagaimana tidak hanya asal-asalan dalam memilih kadernya tanpa melalui tahapan-tahapan yang sudah ada sebelumnya.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Willy. 2011. Buku Saku Liga Mahasiswa NasDem. Jakarta : Komite Pusat Liga Mahasiswa NasDem.

Adnan Dan Pardiyansyah Arfan. 1999. Kisah Perjuangan Reformasi.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Damanhuri, DS. 1985. Menerobos Kritis. Jakarta : Intisari

Djuhandar,Erom, 2005,Sosiologi Politik. Bandar Lampung; Uniersitas Lampung.

Masyhuri Dan Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dan Aplikatif. : PT Refika Aditama.

Meleong, Lexi. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Nabawi, Hadari. 1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Nazir, Moh.2003. Metode penelitian. Jakarta; Ghalia indonesia

Prastowo,Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,.

Siswanto, 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara


(52)

Universitas Lampung. 2009. Peraturan Akademik Dan Kode Etik. Bandar Lampung; Universitas Lampung.

Warga Warta, 2010. Macam-Macam Sistem Politik.25 Agustus 2013. Pada http : //Wartawarga.gunadarma.ac.id

Windidwifirlyani, 2011. Organisasi dan metode. 09 maret 2013. Pada http://windidwifirlyani.blogspot.com

Winarno, Budi. 2008. System Politik Indonesia. Yogyakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Zaky_uciha,2012.Tipe Dan Bentuk Organisasi. 25 Agustus. 2013 Pada http://zacyuciha.blogspot.com

Zuhdi,Muslim, 2011. Kaderisasi Dan Proses Melahirkan Kader. 07 Maret 2013 Pada http://Muslimzuhdi,blogspot.com


(53)

penelitian, karena pertanyaan bersifat terbuka dan dinamis sesuai dengan perkembangan di lapangan penelitian)

Judul Penelitian :

ORGANISASI SAYAP PARTAI

(Studi Tentang Motif, Aktivis dan Kaderisasi pada Liga Mahasiswa NasDem) Oleh

Deni Eko Purnomo

I. Identitas Informan

a. Nama :

b. Usia :

c. Jumlah anggota keluarga :

d. Alamat :

e. Pendidikan :

f. Mata Pencaharian :

II.Pemahaman tentang organisasi sayap partai dan semua hal yang berkaitan dengan Liga Mahasiswa NasDem

a. Apa yang anda ketahui tentang LMN ? b. Sejak kapan anda bergabung dengan LMN ?

c. Alasan yang mendorong anda bergabung dengn LMN ? d. Sejak kapan anda tergabung dalam LMN ?

e. Kegiatan apa saja yang pernah anda ikuti selama menjadi anggota tersebut? f. Apa saja jenis-jenis kegiatan yang dilakukan organisasi tersebut?

g. Alasan anda tergabung dalam organisasi tersebut?

h. Apa yang anda dapatkan setelah menjadi anggota LMN ? i. Jabatan apakah anda dalam organisasi tersebut?

j. Dari mana anda mengenal ornganisasi LMN tersebut? Jelaskan! k. Kegiatan-kegiatan sosial apa yang pernah anda ikuti?


(1)

38

sebagai suatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama, dan setelah

pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum

yang disebut analisis. Dengan demikian kesimpulan data dalam penelitian ini akan

dapat menjawab rumusan masalah mengenai pola rekrutmen eli-elit politik pada


(2)

77

VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

motif serta pola pengkaderan dalam organisasi sayap partai Liga Mahasiswa

NasDem, adalah sebagai berikut :

1. Motif para informan mengikuti organisasi sayap partai karena ketertarikan

ingin mengembangkan lmu yang sudah di dapatkan di perkuliahan serta

ada juga yang menjadikan sebagai bantu loncatan untuk terjun kedunia

politik yang sesungguhnya. Informan banyak mendapatkan pengetahuan

mengenai cara-cara berorganisasi yang berbasis politik serta bisa lebih

mengikuti perkembangan tentang politik yang terjadi saat ini. Serta

didalam Liga Mahasiswa NasDem tidak mengaharuskan setiap mahasiswa

yang ingin bergabung di organissi tersebut sebelumnya sudah menjadi

aktivis kampus namun siapa saja mahasiswa yang ingin mengembangkan

ilmu yang sudah didapatkan dikampus bisa bergabung.

2. Pola pengkaderan dalam organisasi sayap partai Liga Mahasiswa NasDem

terdapat 4 jenjang dalam tahapan-tahapan tersebut terdapat pendidikan

apabila ingin melanjutkan dari tahapan 1 ke tahapan beriktnya. Serta pola

pengkaderan yang sudah dilakukan selama ini ialah hanya dikenalkan


(3)

78

serta semua kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengembangkan mahasiswa

dan menjadikan mahasiswa peduli terhadap dunia politik.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Organisasi sayap partai seperti Liga Mahasiswa NasDem diharapkan

bisa menjadi tempat bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan semua

teori-teori ilmu yang sudah didapatkan diperkuliahan serta bisa lebih

memaksimalkan mahasiswa sebagai agen of change atau pembawa

perubahan.

2. Mahasiswa yang menjadi anggota organisasi sayap partai diharapkan

bisa lebih mengenalkan kepada mahasiswa supaya ikut terlibat serta

kepada masyarakat supaya bisa secara bersama-sama mengawasi

bagaimana kinerja partai-partai yang sebenarnya.

3. Diharapkan organisasi sayap partai bisa menciptakan kader-kader yang

berkualitas serta berkompeten sehingga apabila duduk sebagai wakil

rakyat bisa menegtahui kerja yang sebenarnya bagaimana tidak hanya

asal-asalan dalam memilih kadernya tanpa melalui tahapan-tahapan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Willy. 2011. Buku Saku Liga Mahasiswa NasDem. Jakarta : Komite Pusat Liga Mahasiswa NasDem.

Adnan Dan Pardiyansyah Arfan. 1999. Kisah Perjuangan Reformasi.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Damanhuri, DS. 1985. Menerobos Kritis. Jakarta : Intisari

Djuhandar,Erom, 2005,Sosiologi Politik. Bandar Lampung; Uniersitas Lampung.

Masyhuri Dan Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dan Aplikatif. : PT Refika Aditama.

Meleong, Lexi. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Nabawi, Hadari. 1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Nazir, Moh.2003. Metode penelitian. Jakarta; Ghalia indonesia

Prastowo,Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,.

Siswanto, 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara


(5)

Surbakti, Ramlan, 1992. Memahami Ilmu Politik, Jakarta; PT Gramedia Widiasarana.

Universitas Lampung. 2009. Peraturan Akademik Dan Kode Etik. Bandar Lampung; Universitas Lampung.

Warga Warta, 2010. Macam-Macam Sistem Politik.25 Agustus 2013. Pada http : //Wartawarga.gunadarma.ac.id

Windidwifirlyani, 2011. Organisasi dan metode. 09 maret 2013. Pada http://windidwifirlyani.blogspot.com

Winarno, Budi. 2008. System Politik Indonesia. Yogyakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Zaky_uciha,2012.Tipe Dan Bentuk Organisasi. 25 Agustus. 2013 Pada http://zacyuciha.blogspot.com

Zuhdi,Muslim, 2011. Kaderisasi Dan Proses Melahirkan Kader. 07 Maret 2013 Pada http://Muslimzuhdi,blogspot.com


(6)

PEDOMAN WAWANCARA

(Pedoman wawancara dan observasi ini hanya sebagai penuntun di lapangan penelitian, karena pertanyaan bersifat terbuka dan dinamis sesuai dengan

perkembangan di lapangan penelitian)

Judul Penelitian :

ORGANISASI SAYAP PARTAI

(Studi Tentang Motif, Aktivis dan Kaderisasi pada Liga Mahasiswa NasDem)

Oleh

Deni Eko Purnomo

I. Identitas Informan

a. Nama :

b. Usia :

c. Jumlah anggota keluarga :

d. Alamat :

e. Pendidikan :

f. Mata Pencaharian :

II.Pemahaman tentang organisasi sayap partai dan semua hal yang

berkaitan dengan Liga Mahasiswa NasDem a. Apa yang anda ketahui tentang LMN ? b. Sejak kapan anda bergabung dengan LMN ?

c. Alasan yang mendorong anda bergabung dengn LMN ? d. Sejak kapan anda tergabung dalam LMN ?

e. Kegiatan apa saja yang pernah anda ikuti selama menjadi anggota tersebut? f. Apa saja jenis-jenis kegiatan yang dilakukan organisasi tersebut?

g. Alasan anda tergabung dalam organisasi tersebut?

h. Apa yang anda dapatkan setelah menjadi anggota LMN ? i. Jabatan apakah anda dalam organisasi tersebut?

j. Dari mana anda mengenal ornganisasi LMN tersebut? Jelaskan! k. Kegiatan-kegiatan sosial apa yang pernah anda ikuti?