Reproduksi karang Ekosistem Terumbu Karang

2.1.2 Reproduksi karang

Suharsono 1994 menyatakan bahwa karang merupakan kelompok organisme yang sudah mempunyai sistem saraf, jaringan otot dan reproduksi sederhana, akan tetapi telah berkembang dan berfungsi secara baik. Organ-organ reproduksi karang berkembang diantara mesenteri filamen dan pada saat-saat tertentu organ tersebut terlihat nyata, terutama untuk jenis-jenis karang di wilayah tropis. Hewan karang dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual, siklus reproduksi karang disajikan pada Gambar 2. Reproduksi aseksual dapat berlangsung dengan cara fragmentasi, pelepasan polip dari skeleton dan reproduksi aseksual larva. Kecuali reproduksi aseksual, larva produk dari yang lainnya menghasilkan pembatasan secara geografis terhadap asal-usul terumbu karang dan sepanjang pembentukan dan pertumbuhan koloni dapat melangsungkan reproduksi seksual Rudi, 2006. Pada reproduksi secara seksual, gemetogenesis akan berlangsung di dalam gonad yang tertanam dalam mesenterium. Peristiwa tersebut dapat berlangsung secara tahunan, namun dapat juga musiman, bulanan atau tidak menentu. Reproduksi seksual pada karang meliputi proses gametogenesis yang membutuhkan waktu beberapa minggu untuk pembentukan sperma dan beberapa bulan untuk membentuk sel telur Rudi, 2006. Gambar 2. Siklus reproduksi karang http:www.marineodyssey.co.uk Cara dan pola reproduksi, perkembangan gonad gametogenesis, serta waktu dan puncak reproduksi sangat ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan Rani, 2002. Faktor lingkungan yang mengendalikan reproduksi karang adalah suhu perairan, pencahayaan, fase bulan dan pasang surut Harrison dan Wallace, 1990. Menurut Bachtiar 2001 dua jenis karang Acropora melakukan pemijahan pada Bulan Februari setelah bulan purnama. Fertilisasi secara genetik sangat unik, menghasilkan larva planula sebagai plankton dan kemudian akan melekat pada substrat dan memulai kehidupan sebagai organisme bentik dengan bermetamorfosis dan berkembang menjadi polip-polip utama. Sementara itu, reproduksi aseksual juga umum ditemukan pada karang Skleraktinia yang dapat terjadi melalui fragmentasi, pembelahan polip atau menghasilkan planula secara aseksual Rudi, 2006. Menurut Richmond dan Hunter 1990 proses reproduksi aseksual melalui fragmentasi memiliki beberapa keuntungan, yaitu memiliki larva dengan ukuran besar dan memiliki genotipe yang telah teradaptasi dengan baik. Tipe seksualitas karang dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu gonokhorik hanya memproduksi satu jenis gamet, jantan atau betina dan hermaprodit mampu menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Menurut Harrison dan Wallace 1990; Richmond 1997 tipe hermaprodit dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu 1 hermaprodit simultan, satu individu menghasilkan sel telur dan sel sperma dalam waktu yang bersmaan; 2 hermaprodit sekuensial. Dibedakan menjadi dua jenis, yaitu protandri pada awalnya berperan sebagai jantan, kemudian berubah menjadi betina dan protogini pada awalnya berperan sebagai betina, kemudian berubah menjadi jantan. Cara reproduksi karang menurut Veron 1986, Harrison Wallace 1990, Richmond Hunter 1990, Richmond 1997, dan McGuine 1998 in Rani 2002, dapat dibedakan menjadi: 1. Broadcast spawning memijah: spesies yang melepaskan gametnya telur dan sperma ke dalam kolom air, dan selanjutnya terjadi fertilisasi eksternal dan kemudian terjadi perkembangan embrio. 2. Brooding mengerami: spesies dengan telur yang dibuahi secara internal, dengan perkembangan embrio sampai fase planula berlangsung dalam polip karang. Proses pelepasan planula yang telah berkembang secara penuh dari polip dikenal dengan istilah planulasi. Planula yang dilepaskan dari karang brooding langsung memiliki kemampuan untuk dapat melekat dan bermetamorfosis. Larva hasil pengeraman secara umum berukuran lebih besar daripada larva yang dihasilkan melalui spawning, dan pada karang hermatipik larva dilengkapi dengan zooxanthellae yang berasal dari koloni induk. Hal ini menjelaskan bahwa zooxanthellae memberi kontribusi metabolisme terhadap larva, yaitu sebagai sumber energi tambahan untuk penyebaran jarak jauh Richmond, 1987 in Rani, 2002.

2.1.3 Faktor-faktor pembatas terumbu karang