ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT PG RAJAWALI I UNIT PG KREBET BARU PERIODE 2009-2011

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT PG RAJAWALI I UNIT
PG KREBET BARU PERIODE 2009-2011

SKRIPSI

Oleh
Prasetia Rahayu
09610350

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT PG RAJAWALI I UNIT
PG KREBET BARU PERIODE 2009-2011

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajad Sarjana Ekonomi


Oleh
Prasetia Rahayu
09610350

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.,
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan pera serta berbagai pihak,
oleh sebab itu maka penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Dr. Nazaruddin Malik, M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu penulis dalam
pemberian ijin-ijin kegiatan akademik.

2. Dra. Aniek Rumijati, M.M selaku Ketua Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu penulis dalam
kegiatan akademik.
3. Prof. Dr. Bambang Widagdo, M.M selaku Dosen Pembimbing 1 dan Drs.
Warsono, MM selaku Dosen Pembimbing 2 yang penuh perhatian dan kesabaran
serta kesediaan beliau meluangkan waktunya dalam membimbing penulis.
4. Dra. Nurul Asfiyah, M.M selaku Dosen Wali Angkatan 2009 Kelas F, atas
bantuan, bimbingan dan motivasinya selama ini.
5. Dra. Dewi Nurjannah, M.M selaku Koordinator Konsentrasi Manajemen
Keuangan yang telah membimbing dan memberikan motivasi bagi penulis.

iii

6. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar di Program Studi Manajemen, atas ilmu yang
telah diberikan, semoga bermanfaat bagi penulis sebagai bekal untuk terjun
ke masyarakat.
7. Manajer Bagian Keuangan PT PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru yang telah
memberikan ijin penelitian dan bantuan dalam penyusunan skipsi bagi penulis.
8. Ayahanda Kasjuri dan Ibunda Suryati yang telah memberikan kasih sayang
dan doa yang tiada hentinya serta membantu baik secara moral maupun

materiil bagi penulis.
9. Para Sahabat dan Teman-teman Manajemen Kelas F, teman-teman
seangkatan dan sahabat-sahabat di konsentrasi manajemen keuangan yang
telah memotivasi penulis. Terlebih bagi Jaya Putra Irawan yang sudah
memberikan bantuan, motivasi dan banyak cerita.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya masukan, kritikan dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Malang, Februari 2013

Prasetya Rahayu

iv

DAFTAR ISI


Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI

................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
ABSTRAKSI

............................................................................................. ix

ABSTRACT ................................................................................................

BAB I

x

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 7
C. Batasan Masalah................................................................. 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

BAB II

................................ 7

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Peneliti Terdahulu .............................................. 9
B. Tinjauan Teori ................................................................. 9
C. Kerangka Pikir

............................................................... 27

v

BAB III


METODE PENELITIAN

Halaman

A. Lokasi Penelitian ................................................................ 30
B. Jenis Penelitian ................................................................. 30
C. Definisi Operasional Variabel ......................................... 30
D. Jenis dan Sumber Data ..................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 32
F. Teknik Analisis Data .......................................................... 33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PG Krebet Baru .................................... 36
B. Analisis Data ...................................................................... 38
C. Pembahasan Hasil Analisis Data ..................................... 44

BAB V


KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................ 47
B. Saran ................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRANs

vi

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Produksi dan Impor Gula Indonesia Tahun 2009-2011 ................... 2
Tabel 1.2 Produksi dan Kontribusi Gula Jawa Timur Terhadap Gula
Nasional Tahun 2009-2011 ............................................................. 3
Tabel 1.3 Data Penjualan dan Laba Bersih PT PG Rajawali I Unit
PG Krebet Baru Periode 2009-2011 ................................................ 4
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Laba Bersih Operasi Setelah Pajak pada
Perusahaan PT PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru
Periode 2009-2011........................................................................... 39

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Modal Operasi pada PT PG Rajawali 1 Unit
PG Krebet Baru Periode 2009-2011 ................................................ 40
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Biaya Utang pada Perusahaan PT PG Rajawali I
Unit PG Krebet Baru Periode 2009-2011 ........................................ 41
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Biaya Ekuitas Dengan Pendekatan Premi Risiko
pada Perusahaan PT PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru
Periode 2009-2011 .......................................................................... 42
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Bobot rata-rata dari biaya modal pada Perusahaan
PT PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru Periode 2009-2011 .......... 43
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan EVA pada Perusahaan PT PG Rajawali I
Unit PG Krebet Baru Periode 2009-2011 ........................................ 44

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian............................................................. 27

viii


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Laporan Laba Rugi Perusahaan PT PG Rajawali I Unit PG
Krebet Baru Tahun 2009-2011

Lampiran 2

:

Laporan Neraca

Perusahaan PT PG Rajawali I Unit PG

Krebet Baru Tahun 2009-2011
Lampiran 3

:


Perhitungan Laba Bersih Operasi Setelah Pajak

Lampiran 4

:

Perhitungan Modal Operasi

Lampiran 5

:

Perhitungan Biaya Utang atau Cost of Debt

Lampiran 6

:

Perhitungan Biaya Ekuitas atau Cost of Equity


Lampiran 7

:

Perhitungan Bobot rata-rata dari biaya modal (WACC)

Lampiran 8

:

Perhitungan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan
Pendekatan EVA

Lampian 9

:

Surat Ijin Penelitian

ix

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Study Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi Enam. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Salemba Empat : Edisi Kesepuluh.
Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama.
Bandung : Alfabeta.
Fidianti, Risky. 2011. Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Dengan Pendekatan
EVA pada PT. Sumber Batu Gowa di Makassar. Makassar : UNHAS.
Hanafi, M. Mamduh. 1995, 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Hanifa, Ana. 2006. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk. Malang : UMM.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga.
Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi
Kedua. Yogyakarta : STIE YKPN.
Santoso, Tjuktjuk Mardi. 2008. Economic Value Added (EVA) Sebagai Pengukur
Kinerja Perusahaan : Sebuah Harapan dan Kenyataan. Dalam jurnal Studi
Manajemen. Vol. 2 No. 2 : 44-52.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.
Cetakan Keempat. Yogyakarta : BPFE.
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketiga. Cetakan
Pertama. Malang : Bayumedia Publishing.
Yuwono, Soni. 2003. Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard. Cetakan
Kedua. Jakarta : Gramedia.
http://www. Bps.com. Badan Statistik Perkebunan 2011.
http://www. Dirjenbun.com
http://www. Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.com

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sektor pertanian mempunyai peran yang cukup penting dalam kegiatan
perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar. Badan Pusat Statistik (BPS)
menyatakan bahwa kontribusi dari sektor pertanian yaitu sekitar 14,72 persen
pada tahun 2011 atau merupakan urutan kedua setelah sektor industri
pengolahan. Pada waktu krisis ekonomi, sektor pertanian merupakan sektor
yang cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi dan ternyata dapat
diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional.
Perkebunan sebagai bagian integral dari sektor pertanian merupakan
salah satu sub sektor yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam
pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat nyata dalam penerimaan devisa
negara melalui ekspor, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan
konsumsi dalam negeri, dan bahan baku berbagai industri dalam negeri.
Sektor perkebunan Indonesia memiliki beberapa komoditi yang
menjadi andalan yaitu karet, kelapa sawit, kopi, teh, cengkeh, tebu dan
tembakau. Komoditi-komoditi ini besar menyumbangkan devisa bagi negara
Indonesia, untuk mempertahankan sumbangan devisa yang besar, maka
pemerintah melakukan ekstensifikasi yaitu perluasan lahan untuk mencapai
hasil produksi yang lebih besar.

1

2

Tebu sebagai salah satu komoditi andalan Indonesia akan diolah
menjadi gula yang berupa gula kristal putih (GKP), gula batu, dan gula
mentah (raw sugar). Gula merupakan kebutuhan pokok penduduk dan telah
digunakan secara luas serta dominan baik untuk keperluan rumah tangga
maupun bahan baku industri pangan. Data dari Direktorat Jendral Perkebunan
yang menunjukkan produksi dan impor gula Indonesia dalam kurun waktu
2009-2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1. Produksi dan Impor Gula Indonesia
Tahun 2009-2011 (Ton)
Tahun
Produksi
2009
2.624.068
2010
2.388.636
2011
2.228.259
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan

Impor
1,3
1,7
1,8

Penjelasan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa produksi gula nasional
selama periode 2009 sampai 2011 mengalami penurunan, sehingga
menyebabkan impor Indonesia mengalami peningkatan selama tiga tahun
yaitu tahun 2009 sampai 2011. Provinsi yang memiliki kontribusi paling besar
terhadap produksi gula nasional adalah provinsi Jawa Timur dengan rata-rata
42,85 % dari total gula nasional selama periode 2009 sampai dengan 2011.
Hal ini menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi penghasil gula terbesar,
sebagaimana yang tercantum pada tabel berikut ini:

3

Tabel 1.2. Produksi dan Kontribusi Gula Jawa Timur Terhadap Gula
Nasional Tahun 2009-2011
Kontribusi Jawa
Timur (%)
2009
2.624.068
1.020.481
38,89
2010
2.388.636
1.014.272
42,46
2011
2.228.259
1.051.642
47,20
Rata-rata
2.413.654,3
1.028.798,3
42,85
Sumber: Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Tahun

Nasional (Ton)

Jawa Timur (Ton)

Faktor-faktor yang menyebabkan produksi gula nasional mengalami
penurunan dan produksi gula Jawa Timur mengalami fluktuasi disebabkan
oleh dua faktor yaitu on-farm (cuaca, varietas bibit, pemupukan) dan faktorfaktor off-farm yaitu mesin-mesin pabrik gula yang sudah tua sehingga
produktivitasnya rendah. Kondisi seperti ini apabila tidak ditangani dengan
segera, maka target swasembada gula pada 2014 sebesar 3,1 juta ton akan sulit
dipenuhi. Cara yang tepat untuk mengatasi hal tersebut yaitu diperlukan
program revitalisasi industri gula yang memperhatikan aspek on-farm dan offfarm.
PG Krebet Baru sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
agroindusrti berkedudukan di kota Malang provinsi Jawa Timur merupakan
unit usaha PT PG Rajawali I yang merupakan anak perusahaan dari PT
Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) sebagai induk (Holding Company)
berkedudukan di Jakarta yang merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) memiliki hak otonomi yang luas berarti tidak ada campur tangan
dari luar. Saham dari anak perusahaan dimiliki 100 % oleh PT Rajawali
Nusantara Indonesia. Urusan manajemen diserahkan pada PT Rajawali I yang
berkedudukan di Surabaya, sedangkan kegiatan operasionalnya dilakukan oleh

4

anak perusahaan yaitu PG Redjo Agung Baru di Madiun dan PG Krebet Baru
di Malang.
PG Krebet Baru memiliki beberapa tujuan usaha yaitu melaksanakan
dan menunjang program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
nasional pada umumnya, khusunya sektor agribisnis, menumbuh kembangkan
perusahaan melalui pertumbuhan profit berkelanjutan, optimalisasi unit usaha
dan jenis produksi dan meningkatkan menfaat perusahaan bagi stakeholders.
Langkah-langkah tepat yang diperlukan agar tecapainya tujuan perusahaan
sangat diperlukan bagi perusahaan. Salah satu langkah yang dilakukan yaitu
memahami kondisi laporan keuangan perusahaan yaitu nilai penjualan dan
laba bersih PT PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru periode 31 Desember 2008
sampai dengan 31 Desember 2011 yang tercantum pada tabel berikut ini:
Tabel 1.3. Data Penjualan dan Laba Bersih PT PG Rajawali I Unit
PG Krebet Baru Periode 2008-2011
Tahun
Penjualan (Rp)
Laba Bersih (Rp)
2008
210.786.656
23.658.426
2009
261.649.874
51.201.401
2010
251.953.101
30.535.642
2011
271.785.939
72.035.811
Sumber: Laporan Keuangan PT PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru
Penjelasan tentang kondisi keuangan berupa penjualan dan laba bersih
perusahaan yang mengalami fluktuasi atau naik turun, membuat perusahaan
terus berupaya untuk berkembang melalui produk-produk berdaya saing tinggi
untuk mencapai pertumbuhan profit yang berkelanjutan dan mampu memberi
nilai tambah perusahaan bagi stakeholders atau pemegang saham.

5

Pada mulanya pemegang saham hanya menginginkan pengembalian
modal dengan waktu yang relatif singkat dan mendapatkan laba dari kinerja
perusahaan secara rutin, namun, ada hal lain yang lebih memotivasi pemegang
saham tidak sekedar mengharapkan pengembalian modal, melainkan
penciptaan nilai pada perusahaan yang menjadikan lebih unggul dari pesaing,
sehingga menjamin posisi profitabilitas dan likuiditas perusahaan secara
kontinu.
Para investor atau pemegang saham harus lebih teliti dalam memilih
perusahaan yang tepat untuk menginvestasikan modal yang mereka miliki,
sehingga diperlukan pengukuran kinerja keuangan yang menunjukkan prestasi
manajemen perusahaan yang sebenarnya dengan tujuan mendorong aktivitas
atau strategi yang menambah nilai ekonomis dan mendapatkan keberhasilan
dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan sering dilakukan dengan menggunakan
analisis rasio, namun kinerja yang dihasilkan oleh pengukuran ini tidak akurat.
Hal itu disebabkan oleh data akuntansi yang tidak terlepas dari penafsiran atau
estimasi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam distorsi
akuntansi sehingga kinerja keuangan tidak dapat terukur secara tepat dan
akurat, selain itu, pengukuran kinerja dengan menggunakan rasio belum
diperhitungkan besarnya biaya modal dan resiko. Para investor dan pemilik
modal belum mendapatkan gambaran tentang biaya modal dan resiko atas
modal yang diinvestasikannya.

6

Berdasarkan data akuntansi, permasalahan dalam pengukuran kinerja
keuangan dapat diatasi dengan pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai
(value based). Metode Economic Value Added (EVA) atau di Indonesia dikenal
dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi) sebagai suatu konsep yang
dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan
harus dengan adil mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana
(kreditur dan pemegang saham), yang mana derajat keadilannya dinyatakan
dengan ukuran tertimbang dan struktur modal yang ada.
Adanya Economic Value Added (EVA) menjadi relevan dalam
mengukur kinerja keuangan berdasarkan nilai (value), hal itu disebabkan
karena EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan yaitu fokus
pada penciptaan nilai (Value Creation) yang dihasilkan perusahaan sebagai
akibat dari aktivitas atau strategi manajemen.
Aktivitas yang menambah nilai akan diberikan imbalan (reward),
sedangkan perusahaan akan membuang aktivitas merusak atau mengurangi
nilai perusahaan. Dengan demikian, diharapkan perusahaan dapat mendorong
manajemen untuk mengambil langkah atau strategi yang menciptakan nilai
tambah perusahaan karena hal ini akan menjaga kelangsungan hidup dan
memungkinkan perusahaan beroperasi dengan baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan melakukan penelitian
untuk mengetahui kinerja perusahaan gula, dengan menggunakan metode
Economic Value Added (EVA). Penulis mengangkat judul penelitian: “ Analisis

7

Kinerja Keuangan PT PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru Periode 20092011”.

B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dari uraian di atas, penulis
merumuskan masalah yang diangkat adalah: Bagaimana kinerja keuangan PT
PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru periode 2009-2011?

C. Batasan Masalah
Batasan masalah yang dilakukan penulis agar pembahasan dalam
penelitian tidak meluas sebagaimana yang sudah ditentukan dan berfokus pada
tujuan yang diteliti, maka penelitian ini dibatasi hanya pada:
1. Kinerja keuangan perusahaan PT PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru
periode 2009-2011.
2. Metode yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
yaitu metode EVA (Economic Value Added).

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah Untuk mengetahui kinerja keuangan pada perusahaan
PT PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru periode 2009-2011.

8

2.

Kegunaan Penelitian
a. Bagi Manajemen Perusahaan PT PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi pengelolah perusahaan khususnya dalam
penilaian kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
b. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
informasi kepada investor yaitu pemerintah agar mengetahui kondisi
keuangan

perusahaan,

sehingga

keputusan

pemerintah

dalam

melakukan investasi pada perusahaan tepat.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu dan
digunakan sebagai landasan serta dapat dijadikan perbandingan bagi
peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan pengukuran kinerja keuangan perusahaan dalam
bidang dan kajian yang sama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Hanifa (2006) dengan objek
PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Hasil penelitian tersebut yaitu analisis
terhadap kinerja keuangan perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
dengan menggunakan metode EVA menyimpulkan pada tahun 2000-2004
kinerja keuangan sehat.
Landasan penelitian yang kedua yaitu hasil penelitian yang dilakukan
oleh Fidianti (2011) dengan objek PT Sumber Batu Gowa Makassar. Hasil
analisis pendekatan EVA pada perusahaan PT Sumber Batu Gowa pada tahun
2006-2009 terjadi hasil yang positif berarti kinerja keuangan perusahaan
sehat, namun pada tahun 2010 kinerja keuangan perusahaan tidak sehat.

B. Tinjauan Teori
Tujuan perusahaan bagi kegiatan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan barang dan jasa
Adanya kebutuhan yang harus dipenuhi mendorong perusahaan
menciptakan barang dan jasa pemuas kebutuhan. Barang dan jasa yang
dihasilkan perusahaan nantinya disalurkan kepada pelaku ekonomi yang
lain.

9

10

2. Sebagai pengguna faktor produksi
Bagaimana perusahaan dapat menghasilkan barang dan jasa?
Perusahaan harus mengolah faktor produksi menjadi barang dan jasa.
Faktor produksi tersebut berupa tenaga kerja, sumber daya alam, dan
modal. Faktor produksi tersebut disediakan oleh rumah tangga. Untuk
semua faktor produksi yang telah disediakan, perusahaan akan
memberikan balas jasa kepada rumah tangga. Balas jasa tersebut berupa
upah atau gaji, sewa, bunga, dan laba. Pembelian faktor produksi ini
kadang juga melibatkan masyarakat luar negri, baik berupa tenaga ahli,
pinjaman modal, barang-barang modal, maupun bahan baku.
3. Membayar pajak kepada pemerintah
Perusahaan juga merupakan bagian dari masyarakat umum,
dengan demikian, perusahaan ikut memanfaatkan fasilitas umum yang
disediakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan harus
membayar pajak kepada pemerintah sebagai bukti partisipasinya terhadap
pembangunan.
4. Sebagai agen pembangunan
Kegiatan ekonomi yang dilakukan perusahaan ternyata membawa
pengaruh yang besar terhadap pembangunan ekonomi. Dari kegiatannya
perusahaan telah membantu pemerintah dalam hal menyediakan lapangan
kerja, meningkatkan kesejahteraan karyawan, dan membangun berbagai
fasilitas ekonomi.

11

Adanya tujuan pada perusahaan mengharuskan perusahaan melakukan
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yang kemudian
dilakukan analisis terhadap kinerja keuangan untuk mengetahui kondisi
perusahaan terutama kondisi keuangan perusahaan, hal itu sangat penting
untuk tercapainya tujuan perusahaan.
Fahmi (2010:142) mengemukakan bahwa kinerja keuangan adalah
suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan
telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar, selanjutnya Wahyudi (2008:48) menyatakan
bahwa kinerja keuangan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang
ditetapkan.
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan
perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi, dan
karyawan yang berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1997:419).
Hanafi

(2003:69)

menyatakan

bahwa

pengukuran

kinerja

didefinisikan sebagai “performing measurement” (penilaian kinerja) adalah
kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam
pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian
kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk
mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah
dilaksanakan pada periode tertentu.

12

Pengukuran kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi
perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi
perusahaan dapat diketahui besarnya tangungjawab manajer yang diwujudkan
dalam bentuk prestasi kerja keuangan, namun demikian mengatur besarnya
tangungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab
ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar untuk diukur.
Yuwono, dkk (2003:23) mengemukakan manfaat sistem pengukuran
kinerja yang baik adalah sebagai berikut:
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan, sehingga akan
membawa perusahaan lebih dekat dengan pelanggannya dan membuat
seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan
kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari
mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upayaupaya terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret, sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
5. Membangun konsensus untuk melakukan perubahan dengan “reward”
atas perilaku yang diharapkan tersebut.
Hasil prestasi keuangan perusahaan yang berupa kinerja keuangan
dari pengelolahan usaha ini, maka dapat dilakukan langkah-langkah
selanjutnya untuk meningkatkan kinerja keuangan dengan berbagai tolok

13

ukur yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode Economic Value
Added (EVA).
Economic Value Added (EVA) yang pertama kali dicetuskan oleh G.
Bennet Stewart & Joel M. Stren yaitu seorang analis keuangan dari
perusahaan Stern Stewart & Company pada tahun 1993. Di Indonesia metode
EVA dikenal dengan sebutan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi).
EVA didefinisikan sebagai laba atau keuntungan operasi setelah pajak
dikurangi dengan biaya modal (cost of capital) dari seluruh modal yang
dipergunakan untuk menghasilkan laba. Laba operasional setelah pajak
menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) di dalam perusahaan,
sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang
dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut.
EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu.
Asumsinya apabila kinerja manajemen baik atau efektif (dilihat dari nilai
tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham
perusahaan. Economic Value Added (EVA) memberikan tolok ukur yang
baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada
pemegang saham. Oleh karena itu, apabila manajer memfokuskan pada
Economic Value Added (EVA) ini akan membantu memastikan bahwa
mereka beroperasi dengan cara konsisten untuk memaksimalkan nilai tambah
pemegang saham.
Warsono

(2003:48)

mengemukakan

bahwa

analisis

EVA

memfokuskan pada efektivitas manajerial dalam suatu tahun tertentu yang

14

menunjukkan tentang seberapa besar nilai bersih yang dapat diciptakan oleh
manajemen perusahaan dengan menggunakan semua sumberdaya yang
dimilikinya, termasuk penggunaan atas semua dana yang ada, baik dari
pemilik/pemegang saham maupun kreditor.
Brigham & Houston (2006:68) menyatakan bahwa EVA adalah suatu
estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang
bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi dan juga
merupakan nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang
saham selama suatu tahun tertentu.
Manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam menggunakan EVA
sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Sartono (2010:105)
menjelaskan beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan
antara lain:
1. EVA menunjukkan nilai tambah atau value based yang terjadi pada tahun
tertentu.
2. EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar
secara individual.
Warsono (2003:49) mengungkapkan bahwa analisis nilai tambah
ekonomis dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi bagi
eksekutif dalam bentuk insentif-insentif tertentu. Hal ini didasarkan pada
argumen bahwa dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan eksekutif, berarti
mereka memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kemakmuran bagi
para pemegang saham biasa, sehingga perlu diberi insentif.

15

Economic Value Added (EVA) dapat diketahui sebagai dasar dalam
mengukur

kinerja

keuangan perusahaan

untuk mengetahui apakah

perusahaan dapat menciptakan nilai tambah ekonomis bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Keunggulan yang dimiliki model EVA ini menurut Sartono
(2010:104) diantaranya adalah:
a)

EVA mampu menghitung laba ekonomi yang sebenarnya atau true
economic profit suatu perusahaan pada tahun tertentu dan sangat
berbeda jika dibanding dengan laba akuntansi.

b) EVA mencerminkan residual income yang tersisa setelah semua biaya
modal, termasuk modal saham, telah dikurangkan, sedangkan laba
akuntansi dihitung tanpa mengurangkan biaya modal.
c)

EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang
diberikan perusahaan kepada pemegang saham.
EVA menyajikan suatu ukuran yang baik mengenai sampai sejauh

mana perusahaan telah memberikan tambahan pada nilai pemegang saham.
Oleh karena itu, jika manajer berfokus pada EVA dapat membantu
memastikan bahwa mereka telah menjalankan operasi dengan cara yang
konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
EVA juga dapat dihitung untuk divisi-divisi sekaligus untuk perusahaan
secara keseluruhan, sehingga dapat menjadi dasar yang berguna untuk
menentukan kompensasi manajerial pada seluruh tingkatan (Brigham dan
Houston, 2006:69).

16

Kelemahan - kelemahan Economic Value Added (EVA):
a.

EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur
aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi
konsumen.

b.

EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan

pendekatan

fundamental

dalam

mengkaji

dan

mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham-saham
tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan.
Langkah-langkah untuk menghitung Economic Value Added (EVA)
yaitu:
a) Menghitung Laba Operasi Bersih Setelah Pajak atau NOPAT (Net
Operating Profit After Taxes)
Laba operasi bersih setelah pajak merupakan sejumlah laba
perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak
memiliki utang dan tidak memiliki asset financial (Sartono,
2010:100).
Rumus:
Laba Operasi Bersih Setelah Pajak = EBIT (1- T)
Keterangan:
EBIT = Earning After Interest Tax
T = Tarif Pajak
T = pajak pendapatan / EBIT

17

b) Menghitung Modal Operasi
Menghitung modal operasi perusahaan dapat diformulasikan sebagai
berikut (Sartono, 2010:103):
Rumus:
Modal Operasi = Total Utang + Total Ekuitas
c) Menghitung Bobot Rata-rata dari Biaya Modal atau WACC (weighted
average cost of capital)
Warsono (2003:153) menjelaskan bahwa biaya modal rata-rata
tertimbang dapat diformulasikan sebagai berikut:
Rumus:
WACC = KiWd + KsWs
Keterangan:
WACC = Bobot Rata-rata dari Biaya Modal
Ki = biaya utang setelah pajak
Ks = biaya ekuitas
Wd = bobot utang
Ws = bobot laba ditahan
1. Menghitung Menghitung Biaya Utang atau cost of debt
Warsono (2003:138) mengemukakan biaya modal dari
hutang dapat ditentukan sebagai berikut:
a. Biaya hutang sebelum pajak (Kd) atau before tax cost of debt
Rumus:
Kd = Beban Bunga / Utang Jangka Panjang

18

b. Biaya hutang setelah pajak (Ki) atau after tax cost of debt
Rumus:
Ki = Kd (1-T)
Keterangan:
T = Tarif Pajak
T = pajak pendapatan / EBIT
2. Menghitung Biaya Ekuitas (Ks) atau cost of common equity
Menghitung biaya ekuitas dapat dilakukan dengan model
penentuan biaya laba ditahan yaitu dengan pendekatan premi
resiko (Warsono, 2003:150).
Rumus:
Ks = Ki + RP
Keterangan:
Ki = Biaya hutang setelah pajak
RP = Premi Resiko
d) Menghitung Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) secara sistematis dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut (Warsono, 2003:48 dan Sartono,
2010:103):
Rumus:
EVA = Laba Opersi Bersih Setelah Pajak – (Modal Operasi x WACC)

19

Perusahaan dapat mengetahui telah terjadi penciptaan nilai atau
tidak dengan kriteria sebagai berikut:
a) EVA > 0, maka telah terjadi nilai tambah ekonomis (NITAMI) dalam
perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka
harapan para penyandang dana dapat terpenuhi dengan baik, yaitu
mendapatkan pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang
diinvestasikan dan kreditur mendapatkan bunga. Keadaan ini
menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (Create
value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja
keuangannya sehat.
b) EVA < 0, maka menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah
ekonomis (NITAMI) bagi perusahaan, karena laba yan tersedia tidak
bisa memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang
saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan
investasi yang ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga.
Sehingga dengan tidak ada nilai tambah mengindikasikan kinerja
keuangan perusahaan tidak sehat.
c) EVA = 0, maka menunjukkan posisi impas karena semua laba yang
telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana
baik kreditur dan pemegang saham.
Strategi yang dapat dilakukan oleh pengelola perusahaan untuk
meningkatkan EVA, diantaranya yaitu (Santoso, 2008:50):

20

1) Meningkatkan NOPAT versi laporan keuangan melalui earning
management yaitu mempercepat / menunda pengakuan beban.
2) Meningkatkan NOPAT versi EVA dengan cara memperpanjang masa
amortisasi sejumlah biaya, seperti biaya riset dan pengembangan,
biaya Man dan lain-lain.
3) Tidak menghapus goodwill dan aktiva tak berwujud lainnya meskipun
nilai sebenarnya sudah turun atau habis.
4) Menunda beban pengakuan piutang tak tertagih,
5) Meminimumkan pajak yang harus dibayar, dan
6) Mengurangi jumlah modal diinvestasikan (mengurangi besarnya
ekuitas dan utang berbunga) dengan melunasi sebagian utang
berbunga dan atau membeli kembali saham di bursa untuk sementara
pada akhir tahun.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan metode EVA
(Economic Value Added), biaya modal merupakan unsur yang penting
untuk menentukan kinerja keuangan suatu perusahaan. Warsono
(2003:136) mengemukakan biaya modal adalah tingkat pengembalian
yang disyaratkan dari semua sumber pembelanjaanya.
Biaya modal yang tepat bagi suatu perusahaan merupakan sesuatu
yang penting, karena tiga alasan. Pertama, pemaksimuman nilai
perusahaan mensyaratkan bahwa semua biaya input, termasuk modal,
diminimumkan, dan untuk meminimumkannya, biaya modal harus dapat
diestimasi. Kedua, keputusan penganggaran modal mensyaratkan suatu

21

estimasi biaya modal. Ketiga, beberapa keputusan lain, termasuk yang
berhubungan dengan peraturan utilitas publik, sewa guna usaha,
pendanaan kembali obligasi, kompensasi eksekutif, dan manajemen aset
jangka pendek, mensyaratkan estimasi biaya modal.
Warsono (2003:138) menjelaskan bahwa biaya modal yang
digunakan, baik untuk perusahaan maupun proyek khusus adalah biaya
modal rata-rata tertimbang. Biaya modal rata-rata tertimbang mempunyai
beberapa komponen, yaitu biaya utang (cost of debt), biaya saham preferen
(cost of preferred stock), dan biaya ekuitas biasa (cost of common equity).
1. Biaya utang
Biaya utang dibagi menjadi dua macam, yaitu biaya utang
sebelum pajak (before tax cot of debt) dan biaya utang setelah pajak
(after tax cot of debt).
a. Biaya utang sebelum pajak (before tax cost of debt)
Warsono (2003:138) menjelaskan biaya modal dari utang
sebelum pajak diperoleh dari beban bunga dibagi dengan utang
jangka panjang perusahaan.
Rumus:
Kd =

(
(

)/
)/

atau

Kd = Beban Bunga / Utang Jangka Panjang
Keterangan:
C = pembayaran bunga (kupon) tahunan
M = nilai nominal (maturitas) atau face value setiap surat obligasi

22

NVd = nilai pasar atau hasil bersih dari penjualan obligasi
N = masa jatuh tempo obligasi dalam n tahun
b. Biaya utang setelah pajak (after tax cost of debt)
Warsono (2003:140) mengemukakan konsep biaya utang
setelah pajak didasarkan pada argumen bahwa perusahaan yang
menggunakan sebagian sumber dananya dari utang akan terkena
kewajiban membayar bunga. Biaya utang setelah pajak dapat
dihitung dengan mengalikan biaya utang sebelum pajak dengan
(1-T), secara sistematis besarnya biaya utang setelah pajak dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Rumus:
Ki = Kd (1-T)
Keterangan:
T = Tarif Pajak
T = pajak pendapatan / EBIT
2. Biaya saham preferen (cost of preferred stock)
Saham preferen mempunyai karakteristik kombinasi antara
utang dengan modal sendiri atau saham biasa. Biaya saham preferen
dibagi menjadi dua macam, yaitu biaya saham preferen sebelum biaya
pengambangan dan biaya saham preferen setelah biaya pengambangan
(Warsono, 2003:143).

23

a. Biaya saham preferen sebelum biaya pengambangan
Model penilaian saham preferen besarnya nila saham
preferen diformulasikan sebagai berikut:
Vps = Dps / Kps
Besarnya

biaya

saham

preferen

sebelum

biaya

pengambangan adalah sebagai berikut:
Kps = Dps / Vps
Keterangan:
Vps= harga pasar saham preferen
Dps= dividen saham preferen
Kps= tingkat pengembalian minimum yang disyaratkan para
pemegang saham preferen
b. Biaya saham preferen setelah biaya pengambangan
Biaya pengambangan akan mengurangi harga pasar,
sehingga besarnya harga bersih dapat dihitung sebagai berikut:
NVps = Vps – Ft
Keterangan:
NVps= harga bersih saham preferen
F= biaya pengambangan
Ft= tingkat biaya pengambangan
Biaya saham preferen setelah biaya pengambangan dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Kps = Dps / NVps

24

3. Biaya ekuitas (cost of common equity)
Pembelanjaan suatu proyek disamping dapat diperoleh dengan
penerbitan sekuritas utang, perusahaan dapat menggunakan dana yang
berasal dari pemegang saham biasa. Hal ini dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan menggunakan dana dari laba ditahan (retained
earning) dan menerbitkan saham biasa baru (new common stock)
(Warsono, 2003:144).
a. Biaya laba ditahan
Laba ditahan adalah bagian dari laba tahunan yang
diinvestasikan kembali dalam usaha selain dibayarkan dalam kas
sebagai dividen, dan bukan merupakan akumulasi surplus suatu
neraca. Tiga model penentuan biaya laba ditahan yaitu (Warsono,
2003:146):
1) Model arus kas diskonto
Besarnya biaya laba ditahan ditentukan dengan
mengacu

pada

model

penilaian

saham

biasa,

diformulasikan sebagai berikut:
Po = D1 / Ks – g
Dengan syarat Ks> g
Ks = (D1 / Po) + g
Keterangan:
Po = harga pasar saham biasa perusahaan
D1 = dividen yang diharapkan pada tahun pertama

yang

25

Ks = tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh investor
g = tingkat pertumbuhan dividen tahunan
2) Model CAPM
Pada model CAPM besarnya biaya laba ditahan
didasarkan

pada

disyaratkan

oleh

besarnya
para

tingkat

pemegang

pengembalian

yang

saham

yang

biasa

mengaitkannya dengan tingkat pengembalian bebas resiko dan
premi resiko atas sahamnya. Biaya laba ditahan dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Ks = Rf +

( Rm – Rf)

Keterangan:
Ks = biaya laba ditahan
Rf = tingkat pengembalian bebas resiko
= beta, pengukur resiko sistematis saham
Rm =tingkat pengembalian pasar
3) Model premi risiko
Besarnya tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh
para pemegang saham biasa lebih tinggi daripada tingkat
pengembalian yang disyaratkan oleh para pemegang obligasi
(utang). Biaya laba ditahan dapat diformulasikan sebagai
berikut:
Ks = Ki + RP
Ks = biaya laba ditahan

26

Ki = biaya utanng setelah pajak
RP = premi risiko
RP = tingkat bunga pinjaman bank - SBI
b. Biaya emisi saham baru
Dalam melaksanakan suatu proyek, terkadang dibutuhkan
dana yang besar, sehingga dana yang bersumber dari utang, saham
preferen, dan laba ditahan tidak mencukupi. Emisi saham baru
dilakukan, biaya emisi saham baru lebih tinggi dibandingkan
dengan biaya laba ditahan, karena adanya biaya pengambangan
yang timbul pada saat penerbitan/penjualan/emisi saham baru.
Emisi saham baru dapat diformulasikan sebagai berikut (Warsono,
2003:151):
Ke = (D1 / Po – Ft ) + g
Keterangan:
Ke = biaya ekuitas eksternal
D1 = dividen yang diharapkan pada tahun pertama
Po = harga pasar saham biasa
Ft = biaya pengambangan
g = tingkat biaya pengambangan
e) Bobot rata-rata dari Biaya Modal (Ka) atau WACC (Weighted Average
Cost of Capital)
Dasar penggunaan bobot rata-rata dari Biaya Modal adalah
bahwa masing-masing sumber pembelanjaan mempunyai biaya modal

27

sendiri-sendiri, dan besarnya dana dari masing-masing sumber
pembelanjaan tidak sama.
Rumus biaya modal rata-rata tertimbang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Ka = KiWd + KpsWps + KsWs + KeWe
Keterangan:
Ka = bobot rata-rata dari Biaya Modal
Kx = komponen biaya modal ke-x
Wx = bobot/penimbang komponen biaya modal ke-x
x = 1,2,...,j
Wd = bobot utang
Wps = bobot saham preferen
Ws = bobot laba ditahan
We = bobot emisi saham baru

C. Kerangka Pikir
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dari teori yang
telah dibahas, maka dapat disusun kerangka pikir yang menggambarkan tentang
analisis penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode
EconomicValue Added (EVA) dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:

28

PT PG Rajawali I Unit PGKrebet Baru

Laporan Neraca, Laporan Laba/Rugi

Pengukuran kinerja keuangan dengan
metode EVA

Kinerja Keuangan yang dicapai
perusahaan

EVA > 0

EVA = 0

EVA < 0

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan Gambar 2.1, kerangka pikir pada penelitian ini
menjelaskan bahwa untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan perusahaan
gula, sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu PT PG Rajawali I
Unit PG Krebet Baru dengan menggunakan analisis Economic Value Added
(EVA) merupakan suatu teknik analisis yang memperhitungkan keuntungan
operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk
menghasilkan laba yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan
denganmemperhatikan secara adil harapan-harapan para pemegang saham
dan kreditur.

29

Keterangan:
Hasil penilaian kinerja keuangan perusahaan dibagi menjadi tiga
kriteria, yaitu jika EVA > 0, maka telah terjadi nilai tambah ekonomis
(NITAMI) dalam perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan,
maka harapan para penyandang dana dapat terpenuhi dengan baik, yaitu
mendapatkan pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang
diinvestasikan dan kreditur mendapatkan bunga. Keadaan ini menunjukkan
bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (Create value) bagi pemilik
modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya sehat.
Kriteria kedua dasil penilaian kinerja keuangan perusahaan yaitu jika
EVA < 0, maka menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis
(NITAMI) bagi perusahaan, karena laba yan tersedia tidak bisa memenuhi
harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu tidak
mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan
dan kreditur tetap mendapatkan bunga, sehingga dengan tidak ada nilai
tambah mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan tidak sehat. Kriteria
terakhir yaitu jika EVA = 0, maka menunjukkan posisi impas karena semua
laba yang telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang
dana baik kreditur dan pemegang saham.