Effectiveness Communications of Optimalization Backyards Program (Case of Sustainable Food Home Area Program in the Mulyasari Village Ciampel District Karawang of West Java)
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Efektivitas
Komunikasi Program Optimalisasi Lahan Pekarangan (Kasus Program Kawasan
Rumah Pangan Lestari di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten
Karawang Jawa Barat) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2012
Restiawan Permana
NRP I352080141
i
ABSTRACT
RESTIAWAN PERMANA. Effectiveness Communications of Optimalization
Backyards Program (Case of Sustainable Food Home Area Program in the
Mulyasari Village Ciampel District Karawang of West Java). Under the
supervision: SARWITITI SARWOPRASODJO, DJOKO SUSANTO, and
AMIRUDDIN SALEH.
For change and renewal in society, effectiveness communications is needed so as
to produce a change in the rate of cognitive, affective, and conative. In the
Sustainable Food Home Area (KRPL) program, effectiveness communications is
absolutely essential for their future as a program participant is able to adopt and
implement the optimalization of their backyards so as not to let it alone. The
purpose of this study were to (1) analyze the effectiveness communications KRPL
program in the Mulyasari Village Ciampel District Karawang of West Java, (2)
analyze the relationship between individual characteristics variable and external
factors variable to the effectiveness communications variable of KRPL program in
the Mulyasari Village Ciampel District Karawang of West Java, and (3) analyze
the relationship between the effectiveness communications variable of KRPL
program with the optimalization of backyard variable in the Mulyasari Village
Ciampel District Karawang of West Java. The study were designed to use
quantitative survey methods explanation research. These results indicate that (1)
KRPL program conducted in the Mulyasari Village District Ciampel Karawang of
West Java is quite effective at the level of cognitive, affective, and conative. It is
evident that most participants KRPL program can understand the information they
get from the instructor of the program, they also want to implement this
optimalization program of their backyards, and they also run the program from
The Ministry of Agriculture in optimize their yards that they have, (2) individual
characteristics significantly and positively related to the effectiveness
communication is an indicator of education and yard area. The external factor
significantly and positively related to the effectiveness communication is an
access to information, public policy, and the illumination intensity, and (3)
effectiveness communications (cognitive, affective, conative) of KRPL program
significantly and positively related to optimalization of their utilization backyards.
Keywords: effectiveness communication, backyard optimalization
ii
RINGKASAN
RESTIAWAN PERMANA. Efektivitas Komunikasi Program Optimalisasi Lahan
Pekarangan (Kasus Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Mulyasari
Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat). Di bawah bimbingan:
SARWITITI SARWOPRASODJO, DJOKO SUSANTO, dan AMIRUDDIN
SALEH.
Sempitnya lahan pekarangan yang dimiliki masyarakat di wilayah perdesaan
bahkan perkotaan, belum memasyarakatnya pengetahuan warga tentang
optimalisasi manfaat pekarangan meskipun luasnya terbatas, serta terbatasnya
informasi tentang optimalisasi lahan pekarangan yang tidak hanya berfungsi untuk
memanfaatkan yang luasnya sempit tetapi juga sekaligus juga dapat meningkatkan
gizi dan kesejahteraan keluarga merupakan masalah yang cukup kompleks yang
perlu dipecahkan. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan
sarana diseminasi yang mengedepankan inovasi teknologi spesifik lokasi untuk
mendukung pembangunan pertanian. Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan
atau ruang terbuka menjadi sangat penting untuk sumber pendapatan, mengurangi
beban belanja rumah tangga, membuka kesempatan kerja, dan agrowisata.
Untuk terjadinya perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat diperlukan
komunikasi efektif. Untuk berhasilnya tujuan dalam program KRPL perlu adanya
pembinaan. Keberhasilan ini sangat bergantung pada efektivitas komunikasi yang
terjadi antara pemandu lapang sebagai pembawa atau sumber pesan (source) dan
masyarakat sebagai penerima pesan (receiver). Dalam kaitan itu, perlu dilakukan
suatu kajian dan analisis untuk mengetahui apakah proses komunikasi yang terjadi
antara sumber pesan dengan penerima pesan mampu menghasilkan perubahan
dalam tataran kognitif, afektif, dan konatif pada masyarakat peserta program
tersebut sehingga pada akhirnya mereka mampu mengadopsi dan
mengaplikasikan sebuah inovasi teknologi yang diperkenalkan dalam rangka
pencapaian sasaran utama, yaitu untuk meningkatkan produktivitas pangan yang
dampaknya dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis efektivitas komunikasi
program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat; (2)
menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal dengan
efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel,
Karawang Jawa Barat; dan (3) menganalisis hubungan antara efektivitas
komunikasi program KRPL dengan optimalisasi lahan pekarangan di Desa
Mulyasari Kecamatan Ciampel, Karawang Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan
di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat.
Penelitian dilakukan selama satu bulan, yaitu mulai April sampai dengan Mei
2012. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 110 orang yang terdiri dari ibu-ibu
yang memiliki lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel
Kabupaten Karawang Jawa Barat. Sedangkan penentuan sampel dilakukan secara
proporsional stratified random sampling. Adapun jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah sebanyak 50 orang. Data primer yang dikumpulkan dibuat dalam
bentuk kuesioner dengan teknik wawancara secara terstruktur, penelusuran lokasi
dan observasi partisipatif. Data sekunder diperoleh dari data pada instansi
pemerintah terkait.
iii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Program KRPL yang dilaksanakan
di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat berlangsung cukup
efektif pada tataran kognitif, afektif, dan konatif. Hal ini dibuktikan bahwa
sebagian peserta program KRPL dapat memahami informasi yang mereka
dapatkan dari penyuluh tentang program tersebut, mereka juga ingin menerapkan
program optimalisasi lahan pekarangan ini, serta mereka juga menjalankan
program Kementerian Pertanian ini karena mampu mengoptimalkan lahan
pekarangan yang mereka miliki; (2) karakteristik individu yang berhubungan
nyata positif dengan efektivitas komunikasi adalah pendidikan dan luas lahan.
Faktor eksternal yang berhubungan nyata positif dengan efektivitas komunikasi
adalah akses informasi, kebijakan publik, dan intensitas penyuluhan; dan (3)
efektivitas komunikasi program KRPL (kognitif, afektif, konatif) yang
berhubungan nyata dengan optimalisasi lahan pekarangan adalah pemanfaatan
pekarangan.
Adapun saran dalam penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi pada program KRPL di Desa Mulyasari ini, sebaiknya
sumber pesan dalam hal ini adalah penyuluh secara aktif memberikan treatment
komunikasi demi meningkatkan motivasi peserta program KRPL di Desa
Mulyasari agar mereka yakin bahwa lahan pekarangan yang dimilikinya dapat
dioptimalkan secara baik agar tidak dibiarkan begitu saja tanpa adanya manfaat
yang dapat diraih. (2) sebaiknya penyuluh lebih menekankan lagi pemanfaatan
lahan pekarangan yang dimiliki oleh setiap peserta program KRPL. Program
KRPL tidak hanya diperuntukkan bagi peserta yang berusia sekitar 40-50 tahun
dan berpenghasilan rendah saja, tetapi berlaku untuk siapa pun yang sekiranya
memiliki lahan pekarangan kosong. Selain itu, ketersediaan sarana produksi juga
agar lebih ditingkatkan lagi agar peserta program KRPL mudah untuk
mendapatkan segala hal yang berkaitan dengan pengoptimalan lahan pekarangan
mereka seperti bibit, pupuk, dan saprodi lainnya, dan (3) untuk meningkatkan
optimalisasi lahan pekarangan, efektivitas komunikasi dalam program KRPL ini
sebaiknya perlu lebih ditingkatkan melalui proses sosialisasi, pendampingan, dan
pelatihan-pelatihan (pendidikan informal) yang aktif agar melalui program
optimalisasi lahan pekarangan ini mampu menciptakan peluang usaha agrobisnis
bagi peserta program KRPL.
iv
©Hak Cipta milik IPB 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
v
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PROGRAM OPTIMALISASI
LAHAN PEKARANGAN
(Kasus Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Mulyasari
Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat)
RESTIAWAN PERMANA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
vi
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA
vii
Judul Tesis
Nama
NRP
Mayor
: Efektivitas Komunikasi Program Optimalisasi Lahan Pekarangan
(Kasus Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa
Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat)
: Restiawan Permana
: I352080141
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Ketua
Prof. (Ris) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM
Anggota
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Agr
Tanggal Ujian: 17 Juli 2012
Tanggal Lulus:
viii
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil„alamin, puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat
Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis berhasil
menyelesaikan tesis yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Program Optimalisasi
Lahan Pekarangan (Kasus Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa
Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat)” dengan baik.
Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir.
Sarwititi Sarwoprasodjo, MS, Bapak Prof. (Ris) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM,
dan Bapak Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS sebagai Komisi Pembimbing yang
selalu meluangkan waktu membimbing dan berbagi ilmu demi penyempurnaan
tesis ini. Tidak lupa, penulis juga ingin berterima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta: (Alm) Ayahanda H. Ambang Djamaludin, Ibunda Tintin
Sriyatin, serta kakak-kakak Tiara Chandra Dewi, Harimulya Aditya, dan (Alm)
Tiar Lesmana atas segala do‟a, dukungan, dan bantuan yang diberikan kepada
penulis selama menempuh pendidikan.
2. Bapak Dr. Djuara P. Lubis, MS selaku Koordinator Mayor Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
3. Dinas lingkup terkait di Kabupaten Karawang.
4. Masyarakat dan aparat pemerintah Desa Mulyasari yang telah bekerjasama
selama masa penelitian.
5. Ikhsan Fuady, Ali Kusumadinata, dan Bapak Nandang Mulyasantosa atas
segala bantuan dan saran-sarannya, serta dukungan moral yang diberikan
kepada penulis, serta untuk teman-teman KMP 2008 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
6. Seluruh sivitas akademik di lingkungan Institut Pertanian Bogor, khususnya di
Fakultas Ekologi Manusia.
7. Seluruh kerabat di lingkungan Akademi Bina Sarana Informatika.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, namun telah membantu
penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis berharap nantinya karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis sangat menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran bagi penyempurnaan karya ilmiah ini sangat
penulis harapkan.
Bogor, Juli 2012
Restiawan Permana
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Mei 1983, sebagai anak
keempat dari empat bersaudara pasangan (Alm) H. Ambang Djamaludin dan
Tintin Sriyatin.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar hingga Sekolah Menengah Umum
di Jakarta, dan melanjutkan pendidikan S-1 di Universitas Sahid Jakarta pada
Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Hubungan Masyarakat. Pada tahun 2008
penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan S-2 di Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Mulai dari tahun 2008 hingga sekarang, penulis adalah dosen tetap di
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika Jakarta jurusan Public Relations.
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
PENDAHULUAN . .........................................................................................
Latar Belakang .........................................................................................
Perumusan Masalah .................................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................................
Kegunaan Penelitian ................................................................................
1
1
4
6
6
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Komunikasi .... .........................................................................................
Efektivitas Komunikasi ............................................................................
Karakteristik Individu ..............................................................................
Ketersediaan Informasi dan Sarana Produksi ..........................................
Kebijakan Publik ......................................................................................
Penyuluhan Pertanian ...............................................................................
Optimalisasi Lahan Pekarangan ...............................................................
Penelitian Terdahulu ................................................................................
9
9
10
16
17
19
21
22
23
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ............................................ 37
Kerangka Pemikiran ................................................................................. 37
Hipotesis ........ ......................................................................................... 40
METODE PENELITIAN ................................................................................
Desain Penelitian .....................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................
Populasi dan Sampel ................................................................................
Data dan Instrumentasi ............................................................................
Definisi Operasional ................................................................................
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi ..................................................
Pengumpulan Data ...................................................................................
Analisis Data .. .........................................................................................
41
41
41
41
43
43
46
48
48
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................
Gambaran Umum Program KRPL ...........................................................
Tujuan dan Sasaran Program KRPL ........................................................
Organisasi Pelaksana Program KRPL .....................................................
Mekanisme Sosialisasi Program KRPL ...................................................
Karakteristik Individu ..............................................................................
Faktor Eksternal .......................................................................................
Efektivitas Komunikasi Program KRPL ..................................................
Optimalisasi Lahan Pekarangan ...............................................................
Hubungan Karakteristik Individu dengan Efektivitas Komunikasi .......
51
51
54
55
56
57
59
62
65
67
68
xi
Hubungan Faktor Eksternal dengan Efektivitas Komunikasi ................ 72
Hubungan Efektivitas Komunikasi dengan Optimalisasi Lahan ........... 73
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 77
Kesimpulan .... ....................................................................................... 77
Saran .............. ....................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 79
LAMPIRAN .......... ....................................................................................... 85-102
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
1. Hubungan karakteristik karakteristik individu (penelitian terdahulu) ....... 24
2. Hubungan faktor internal dengan efektivitas komunikasi (penelitian
terdahulu .................................................................................................... 26
3. Hubungan faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi (penelitian
terdahulu .................................................................................................... 27
4. Hubungan faktor internal dengan efektivitas komunikasi (penelitian
terdahulu .................................................................................................... 28
5. Hubungan karakteristik individu dengan keberdayaan petani (penelitian
terdahulu .................................................................................................... 30
6. Hubungan faktor eksternal dengan keberdayaan petani (penelitian terdahulu ............................................................................................................ 32
7. Hubungan efektivitas komunikasi dengan keberdayaan petani (penelitian
terdahulu .................................................................................................... 34
8. Koefisien Cronbach alpha hasil uji coba kuesioner ................................... 47
9. Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampel .................................................. 52
10. Luas lahan wilayah Desa Mulyasari .......................................................... 53
11. Pendidikan di Desa Mulyasari ................................................................... 54
12. Kegiatan usaha Desa Mulyasari ................................................................. 54
13. Distribusi responden menurut karakteristik indvidu .................................. 59
14. Rataan skor faktor eksternal ....................................................................... 62
15. Rataan skor efektivitas komunikasi ............................................................ 65
16. Rataan skor optimalisasi lahan pekarangan ................................................ 67
17. Koefisien korelasi karakteristik individu dengan efektivitas
komunikasi ................................................................................................. 69
18. Koefisien korelasi faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi .......... 72
19. Koefisien korelasi efektivitas komunikasi dengan optimalisasi lahan
pekarangan ................................................................................................. 74
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Kuesioner penelitian ............................................................................ 85
2. Uji validitas dan reliabilitas ................................................................. 95
3. Uji korelasi .......................................................................................... 101
xiv
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan
pertanian
memiliki
tantangan
dalam
ketersediaan
sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian (perumahan, perkantoran, dan lain-lain) di Indonesia diperkirakan
106.000 hektar per lima tahun, sehingga menyebabkan lahan pertanian di
Indonesia semakin sempit. Analisis RT/RW oleh BPN pada tahun 2004
memperoleh indikasi bahwa di masa datang akan terjadi perubahan lahan sawah
beririgasi 3,1 juta hektar untuk penggunaan non pertanian, dimana perubahan
terbesar di pulau Jawa – Bali seluas 1,6 hektar atau 49,2 % dari luas lahan sawah
beririgasi.
Sempitnya lahan pekarangan yang dimiliki masyarakat di wilayah
perdesaan bahkan perkotaan, belum memasyarakatnya pengetahuan warga tentang
optimalisasi manfaat pekarangan meskipun luasnya terbatas, serta terbatasnya
informasi tentang optimalisasi lahan pekarangan yang tidak hanya berfungsi untuk
memanfaatkan yang luasnya sempit tetapi juga sekaligus juga dapat meningkatkan
gizi dan kesejahteraan keluarga merupakan masalah yang cukup kompleks yang
perlu dipecahkan.
Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal.
Lahan ini jika dipelihara dengan baik akan memberikan lingkungan yang menarik,
nyaman dan sehat, serta menyenangkan. Pekarangan rumah dapat dimanfaatkan
dengan selera dan keinginan masing-masing sesuai kebutuhan apa yang
dibutuhkan. Dengan menanam tanaman produktif di pekarangan maka akan
memberi keuntungan ganda, salah satunya adalah kepuasan jasmani dan rohani.
Pada kenyataannya, masih banyak lahan-lahan pekarangan yang
didiamkan begitu saja (nganggur) tanpa adanya upaya untuk mengoptimalkan
lahan tersebut untuk ditanami berbagai tanaman yang bermanfaat. Stagnansi
produksi ini disebabkan oleh lambatnya penemuan dan pemasyarakatan inovasi,
serta rendahnya insentif finansial untuk menerapkan teknologi secara optimal.
Melemahnya sistem penyuluhan juga merupakan kendala lambatnya adopsi
teknologi oleh petani. Petani di Indonesia yang umumnya berskala kecil (kurang
dari 0,5 hektar) yang berjumlah 13,7 juta Kepala Keluarga (KK) menyebabkan
2
aksesibilitasnya terbatas terhadap sumber permodalan, teknologi dan sarana
produksi sehingga sulit meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya tanpa
difasilitasi oleh pemerintah. Peningkatan kapasitas kelembagaan petani serta
peningkatan kualitas penyuluhan merupakan tantangan ke depan.
Dalam menyikapi hal demikian, masyarakat harus memiliki inisiatif dan
kreativitas dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk memenuhi
ketersediaan (supply) makanan sehari-hari di samping makanan pokok atau nasi.
Dalam
rangka
membantu
masyarakat
untuk
meningkatkan
optimalisasi
penggunaan lahan pekarangan yang sempit maupun yang didiamkan begitu saja,
perlu dilakukan usaha yang dapat meningkatkan daya guna pekarangan. Manfaat
yang diharapkan adalah masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan dengan
menanam tanaman sayur-sayuran, toga, budidaya ikan dan ternak di pekarangan.
Masyarakat bisa memilih makanan dan mengonsumsi makanan yang bergizi,
beragam, berimbang dan aman dari bahan–bahan kimia berbahaya pada sayuran,
buah-buahan, dan aneka produk ternak.
Dalam
memanfaatkan
lahan
pekarangan,
pemerintah
berupaya
menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan melalui program
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kementerian Pertanian Republik
Indonesi melalui Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) mengajak
masyarakat agar pekarangan rumah dimanfaatkan untuk berbudidaya. Artinya
pekarangan rumah jangan sampai nganggur, tidak harus mengandalkan polibag
dari kantong plastik, namun karung bekas yang sudah tidak dipakai lagi bisa
dimanfaatkan untuk berbudidaya atau bercocok tanam, tergantung inisiatif dan
kreativitas serta kemauan pemilik lahan.
Program KRPL merupakan sarana diseminasi yang mengedepankan
inovasi teknologi spesifik lokasi untuk mendukung pembangunan pertanian.
Optimasi pemanfaatan lahan pekarangan atau ruang terbuka menjadi sangat
penting untuk ketahanan pangan, sumber pendapatan, kesempatan kerja, dan
agrowisata.
Program KRPL bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
dalam pengelolaan lahan pekarangan untuk ditanami sayuran, tanaman obat,
3
tanaman pangan sehingga kemandirian pangan dapat tercapai. Selain itu juga
dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga dalam sayuran maupun protein
hewani, dan juga dapat mengurangi belanja harian. Prinsipnya adalah dilarang
membiarkan lahan-lahan kosong, bila akses pangan terhadap keluarga terpenuhi
sebagai bentuk pengejawantahan konsep ketahanan pangan maka ketahanan
pangan nasional bukanlah suatu hal yang tidak mungkin untuk dicapai.
Upaya pengembangan program ini harus terus dilanjutkan bahkan
ditingkatkan, sehingga KRPL dapat dikenali, dipahami dan dikembangkan oleh
seluruh lapisan masyarakat baik di perdesaan maupun di perkotaan. Agar
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, dan masyarakat
secara lestari dalam suatu kawasan, mengembangkan kegiatan ekonomi produktif
keluarga, menciptakan lingkungan hijau yang bersih, dan sehat secara mandiri.
Oleh karena itu, kiranya perlu konsep KRPL atau rumah pangan yang
dibangun dalam suatu kawasan dusun, desa, kecamatan, dan sebagainya dengan
prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan
pangan, gizi keluarga, dan peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat.
Untuk menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi individu, serta kelompok
dalam masyarakat melalui program pemberdayaan diperlukan sumberdaya
komunikasi apapun tema pembangunan tersebut. Seperti yang dikatakan Pearce
(1986) bahwa komunikasi memegang peran penting dalam proses pembangunan.
Komunikasi
dalam
konteks
pembangunan
adalah
bagian
integral
dari
pembangunan, dan komunikasi sebagai peubah penting yang diterima dalam
mewujudkan pembangunan (an integral part of development, and communication
as accept of variables instrumental in bringing about development).
Hal utama yang dilakukan komunikasi pembangunan adalah membuka
pemahaman, wawasan berpikir, pengayaan pengetahuan dan keterampilan, serta
pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh. Secara pragmatis, menurut Quebral
dalam Dilla (2007), komunikasi pembangunan dapat dirumuskan sebagai
komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan pembangunan suatu bangsa.
Sebagai
proses
membutuhkan
perubahan
kontribusi
dan
pembaharuan
komunikasi.
Untuk
masyarakat
terjadinya
pembangunan
perubahan
dan
4
pembaharuan dalam masyarakat diperlukan komunikasi efektif. Secara sederhana,
komunikasi
efektif
apabila
orang
berhasil
menyampaikan
apa
yang
dimaksudkannya (Goyer dalam Tubbs & Moss, 2005).
Untuk berhasilnya tujuan dalam program KRPL perlu adanya pembinaan.
Keberhasilan ini sangat bergantung pada efektivitas komunikasi yang terjadi
antara pemandu lapang sebagai pembawa atau sumber pesan (source) dan
masyarakat sebagai penerima pesan (receiver). Dalam kaitan itu, perlu dilakukan
suatu kajian dan analisis untuk mengetahui apakah proses komunikasi yang terjadi
antara sumber pesan dengan penerima pesan mampu menghasilkan perubahan
dalam tataran kognitif, afektif, dan konatif pada masyarakat peserta program
tersebut
sehingga
pada
akhirnya
mereka
mampu
mengadopsi
dan
mengaplikasikan sebuah inovasi teknologi yang diperkenalkan dalam rangka
pencapaian sasaran utama, yaitu untuk meningkatkan produktivitas pangan yang
dampaknya dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga.
Perumusan Masalah
Pelaksanaan program KRPL bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan lahan pekarangannya untuk ditanami sayuran,
tanaman obat, budidaya ikan dan ternak sehingga optimalisasi lahan pekarangan
dapat tercapai. Selain itu juga dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga
terhadap sayuran dan buah-buahan maupun protein hewani, sehingga dapat
mengurangi belanja harian.
Dalam realitasnya, tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran
komunikasi. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa komunikasi hadir pada
semua upaya bertujuan membawa ke arah perubahan. Meskipun dikatakan bahwa
komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satusatunya alat dalam membawa perubahan sosial. Dengan kata lain, komunikasi
hanya salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat.
Littlejohn (1996) menjelaskan hal ini dalam genre interactionist theories.
Dalam teori ini, dijelaskan bahwa memahami kehidupan sosial sebagai proses
interaksi. Komunikasi (interaksi) merupakan sarana kita belajar berperilaku.
Komunikasi merupakan perekat masyarakat. Masyarakat tidak akan ada tanpa
5
komunikasi. Struktur sosial diciptakan dan ditopang melalui interaksi. Bahasa
yang dipakai dalam komunikasi adalah untuk menciptakan struktur-struktur
sosial.
Secara sederhana komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila terjadinya
kesamaan makna antara orang-orang yang terlibat dalam berinteraksi. Kesamaan
makna ini dapat dikatakan bahwa komunikasi dikatakan efektif. Dengan kata lain,
orang-orang yang saling berinteraksi tersebut (komunikator dan komunikan)
memiliki rangsangan dan respons yang sama-sama dapat dipahami oleh mereka.
Perubahan dalam masyarakat dan individu banyak faktor yang mempengaruhinya.
Selain komunikasi itu sendiri, efektivitas dan tingkat keberdayaan masyarakat
juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti adanya kebijakan publik dari
pemerintah, adanya intensitas penyuluhan, informasi dan ketersediaan sarana
produksi yang bisa mendukung aktivitas petani dan masyarakat.
Menurut Effendy (2003), komunikasi efektif jika dapat menimbulkan
dampak: (1) kognitif, yaitu meningkatkan pengetahuan komunikan; (2) afektif,
yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan; serta (3) konatif, yaitu
perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah
kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan.
Perubahan pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan,
dan sikap. Adapun efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk
melakukan sesuatu dengan cara tertentu.
Desa Mulyasari Kabupaten Ciampel Karawang Jawa Barat merupakan
salah satu daerah yang menjadi sasaran program KRPL, atau satu dari empat desa
yang telah melaksanakan program ini. Desa tersebut memiliki kondisi lingkungan
perumahan penduduk yang pada umumnya belum dimanfaatkan dengan baik.
Pekarangan mereka dibiarkan kosong tanpa dioptimalkan pengelolaannya, baik
untuk tanaman pangan, sayuran, maupun ternak. Apalagi saat musim kemarau,
hampir seluruh pekarangan tampak gersang tanpa ada pertanaman. Mereka hanya
mengandalkan air hujan untuk pertanaman, sementara ada sumber air lainnya,
baik dari situ/danau maupun dari sungai atau parit yang mengalir di dekat rumah
mereka beelum dimanfaatkan dengan baik. Melalui program KRPL ini, desa
tersebut cukup berhasil mengoptimalkan pekarangan rumah tangga sehingga
6
menghasilkan suatu kawasan pekarangan yang produktif yang hasilnya dapat
menciptakan kemandirian pangan rumah tangga.
Sejalan dengan uraian di atas, untuk mengetahui sejauh mana efektivitas
komunikasi pada tataran pemandu lapang dengan masyarakat (peserta program
KRPL) sebagai salah satu prasyarat utama kesuksesan program KRPL perlu
dilakukan kajian dan analisis secara mendalam dan terarah. Beberapa
permasalahan pokok yang dijadikan fokus dalam penelitian ini meliputi:
1. Sejauh mana efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari
Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat?
2. Sejauh mana hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal
dengan efektivitas komunikasi program KRPL pada keluarga di Desa
Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat?
3. Sejauh mana hubungan antara efektivitas komunikasi program KRPL dengan
optimalisasi lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel,
Karawang – Jawa Barat?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah
dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari
Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat.
2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal
dengan efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan
Ciampel Karawang Jawa Barat.
3. Menganalisis hubungan antara efektivitas komunikasi program KRPL dengan
optimalisasi lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel
Karawang Jawa Barat.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mencoba menggambarkan efektivitas komunikasi dalam
penyelenggaraan program KRPL dan analisis hubungan antarpeubah yang
mempengaruhinya. Hasil yang diperoleh diharapkan akan memberikan manfaat
sebagai berikut:
7
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh pihak terkait dalam
merumuskan kebijakan maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah
daerah setempat untuk mempercepat proses sosialisasi inovasi-inovasi yang
akan didesiminasikan kepada masyarakat setempat.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris adalah communication.
Secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin
communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata
communis ini memiliki makna „berbagi‟ atau „menjadi milik bersama‟ yaitu suatu
usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi
secara
terminologis
merujuk
pada
adanya
proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam
pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk pada
pengertian Ruben dan Stewart (1988) mengenai komunikasi manusia, yaitu proses
yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi
dan masyarakat yang merespons dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain (process through which individuals-in relationships,
groups, organizations and societies-respond to and create messages to adapt to
the environment and one another).
Menurut Berlo (1960), komunikasi merupakan proses penyampaian pesan,
akan tetapi perlu dipahami bahwa komunikasi tidak hanya sampai pada batas
penerima tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan dan diterima. Berlo
menyebutnya sebagai model linier atau searah. Dalam model linier, komunikasi
dikatakan efektif jika penerima mampu menerima pesan sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh sumber. Model komunikasi linier sering juga disebut sebagai
model S-M-C-R-E (Source, Message, Channel, Receiver, and Effect).
Menurut Schramm dan Kincaid (1977), komunikasi adalah proses saling
membagi atau menggunakan informasi secara bersamaan dan bertalian antara
pelaku dengan proses komunikasi informasi. DeVito (1997) memberikan batasan
bahwa komunikasi mengacu pada suatu tindakan oleh dua orang atau lebih, yang
mengirim dan menerima suatu pesan yang terdistorsi oleh suatu gangguan (noise),
terjadi dalam konteks tertentu, dengan pengaruh tertentu dan ada kesempatan
untuk melakukan umpan balik. Selain itu, dikenal juga komunikasi yang sifatnya
umum (komunikasi universal).
10
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan. Komunikasi dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, dengan
tujuan agar orang lain tersebut mengetahui dan mempunyai makna yang sama
tentang hal yang dikomunikasikan, sehingga orang tersebut dapat menerima dan
melaksanakan pesan yang disampaikan. Untuk itu, di antara orang-orang yang
berkomunikasi harus tercapai kesamaan pengertian. Apabila kesamaan pengertian
tidak tercapai, maka dapat dikatakan komunikasi tidak terjadi (Effendy, 2000).
Wood (2004) mengartikan komunikasi sebagai sebuah proses yang
sistemik di mana individu-individu berinteraksi dengan dan melalui simbolsimbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan arti. Pengertian ini
mempunyai empat kata kunci, yakni: proses, sistemik, simbol, dan arti. Pendapat
ini juga dipertegas oleh West dan Turner (2008), yaitu komunikasi adalah proses
sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan
dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Efektivitas Komunikasi
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya yang telah
ditetapkan. Effendy (2001) menyatakan bahwa komunikasi dapat dikatakan
efektif, jika dapat menimbulkan dampak seperti (1) kognitif, yaitu meningkatnya
pengetahuan komunikan; (2) afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan
komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi; dan (3) konatif, yaitu
perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah
kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada
afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap;
sedangkan efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk
melakukan sesuatu dengan cara tertentu (Jahi, 1988).
Suatu komunikasi dikatakan efektif apabila komunikator berhasil
menyampaikan apa yang dimaksudkannya kepada komunikan (penerima).
Komunikasi dinilai efektif bila stimuli yang disampaikan dan dimaksudkan oleh
pengirim pesan berkaitan erat (identik) dengan stimuli yang ditangkap dan
dipahami oleh penerima pesan. Menurut Tubb dan Moss (2005) ada lima hal yang
menjadikan ukuran bagi komunikasi efektif, yaitu pemahaman, kesenangan,
pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.
11
1. Pemahaman
Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli
seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator) dan dikatakan
efektif, bila penerima (komunikan) memperoleh pemahaman yang cermat atas
pesan yang disampaikan.
2. Kesenangan
Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu,
karena adakalanya berkomunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan
menimbulkan kebahagiaan bersama.
3. Mempengaruhi sikap
Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami
ucapan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan
tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap
orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang
dimaksud. Dalam hal ini kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang
jangan disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena
memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan.
4. Memperbaiki hubungan
Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh
kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif.
Apabila hubungan manusia dibayang-bayangi oleh ketidakpercayaan, maka
pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten dapat
mengubah makna.
5. Tindakan
Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang
diinginkan, merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi.
Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada
mengusahakan agar pesan tersebut disetujui sebagai tindakan “feedback” dari
komunikasi paling tinggi yang diharapkan oleh pemberi pesan.
12
Effendy (2000) mengatakan supaya terjadi komunikasi yang efektif, maka
komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan, mulai dari komunikator,
pesan, saluran dan komunikan sebagai sasaran komunikasi.
1. Komunikator
Faktor penting pada diri komunikator dalam melancarkan komunikasi adalah
daya tarik dan kredibilitas. Seorang komunikator akan mampu mengubah
sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. Apabila
komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator, maka komunikan
bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Adapun
kredibilitas berhubungan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang
komunikator. Dengan kata lain, seorang komunikator akan mendapat
kepercayaan, bila membahas suatu persoalan sesuai dengan profesi atau
keahliannya. Faktor heteropily dapat menyebabkan komunikasi menjurus ke
komunikasi yang tidak efektif.
2. Pesan
Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi
dapat satu, tetapi lambang yang digunakan dapat bermacam-macam, lambang
yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Oleh karena
itu, komunikasi bahasa memegang peranan sangat penting. Tanpa penguasaan
bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tidak akan dapat
dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat.
3. Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan untuk sampai kepada
komunikan (sasaran). Media komunikasi banyak macamnya dalam mencapai
sasaran komunikasi, yaitu dengan cara memilih salah satu atau gabungan dari
beberapa media. Pemilihan media tergantung pada tujuan yang akan dicapai,
pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan. Masing-masing
media komunikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan.
4. Komunikan
Pengenalan komunikan merupakan ketentuan utama yang harus dilaksanakan
oleh komunikator dalam komunikasi. Ditinjau dari komponen komunikan,
13
seseorang dapat dan akan menerima pesan kalau terdapat empat kondisi secara
simultan, yaitu:
a. Komunikan benar-benar dapat mengerti pesan komunikasi.
b. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya
sesuai dengan tujuan.
c. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya itu
bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.
d. Komunikan mampu untuk menepatinya, baik secara mental maupun secara
fisik.
Menurut Berlo (1960), komunikasi akan berjalan efektif apabila
ketepatannya dapat ditingkatkan dan gangguannya dapat diperkecil. Oleh karena
itu, meningkatkan ketepatan dan mengurangi gangguan harus terjadi pada setiap
unsur komunikasi. Hal tersebut dapat terjadi apabila:
1. Seorang
komunikator
harus
memiliki
keterampilan
berkomunikasi
(communication skills), pengetahuan yang luas mengenai apa yang dibahasnya
(knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitude), serta mampu beradaptasi
dengan sistem sosial dan budaya (social and cultural system).
2. Seorang komunikan harus memiliki kemampuan berkomunikasi, bersikap
positif kepada komunikator dan pesan yang disampaikan, memahami isi pesan
yang disampaikan, serta perilaku kebiasaan dalam menerima dan menafsirkan
pesan.
3. Pesan yang disampaikan harus memenuhi persyaratan kode atau bahasa pesan,
kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi, serta pemilihan dan pengaturan
bahasa dan isi pesan.
4. Media komunikasi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sesuai
dengan isi pesan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta efisien
dalam memilih media. Prinsip media harus dapat dilihat, didengar, disentuh,
dicium dan dirasakan.
Metode komunikasi adalah cara penyampaian informasi secara timbal
balik yang digolongkan ke dalam komunikasi perseorangan (interpersonal) dan
komunikasi kelompok. DeVito (1997) mengelompokkan komunikasi ke dalam
tujuh bentuk komunikasi, yaitu:
14
1. Komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri. Beberapa
tujuan yang lazim dalam komunikasi intrapersonal adalah berpikir, melakukan
penalaran, menganalisis dan merenung. Dalam komunikasi intrapersonal
tersebut dikembangkan teori-teori tentang konsep diri. Konsep komunikasi
intrapersonal yang berhubungan dengan keterampilan, antara lain memperkuat
diri, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah dan menganalisis masalah, meningkatkan pengendalian diri,
mengurangi stres, mengatasi konflik, dan lain-lain.
2. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi. Tujuannya untuk
mengenal, berhubungan, membantu, dan lain-lain. Beberapa teori yang
diaplikasikan dalam konsep komunikasi ini antara lain mengapa orang
mengembangkan hubungan, apa yang menyatukan sahabat, kerabat, keluarga
dan apa yang memisahkannya, bagaimana hubungan dapat diperbaiki. Aplikasi
keterampilan dari konsep komunikasi ini adalah meningkatkan efektivitas
komunikasi satu lawan satu, mengembangkan dan memelihara hubungan yang
efektif, meningkatkan kemampuan penyelesaian konflik.
3. Komunikasi kelompok kecil. Bertujuan berbagi informasi, mengembangkan
gagasan, memecahkan masalah, membantu. Teori yang dapat diaplikasikan
adalah apa yang membuat seseorang menjadi pemimpi, tipe kepemimpinan
mana yang paling berhasil, apa peran anggota kelompok, apa yang berhasil
dikerjakan kelompok dan apa yang gagal dilakukan kelompok, bagaimana
kelompok dapat dibuat lebih efektif. Keterampilan yang diperlukan dalam
komunikasi kelompok kecil adalah meningkatkan efektivitas sebagai anggota
kelompok, meningkatkan kemampuan sebagai pemimpin, dan lain-lain.
4. Komunikasi organisasi atau komunikasi dalam suatu organisasi formal.
Tujuannya meningkatkan produktivitas, meningkatkan semangat kerja,
memberi informasi dan meyakinkan. Hal yang menyangkut teori adalah apa
yang membuat organisasi efektif, apa kebutuhan yang harus dipenuhi
organisasi, bagaimana komunikasi organisasi dapat ditingkatkan. Hal-hal yang
berhubungan dengan keterampilan adalah meningkatkan efisiensi komunikasi
ke atas dan ke bawah, serta lateral, menggunakan komunikasi untuk
meningkatkan semangat kerja, dan lain-lain.
15
5. Komunikasi dengan publik atau khalayak. Tujuannya memberi informasi,
mempengaruhi dan menghibur. Hal yang menyangkut teori adalah bagaimana
khalayak dapat dianalisis dan diadaptasi secara efektif. Keterampilan yang
diperlukan adalah mengkomunikasikan informasi secara lebih efektif,
meningkatkan kemampuan persuasif, mengembangkan, mengorganisasikan,
dan lain-lain.
6. Komunikasi antarbudaya atau komunikasi antar orang dari budaya yang
berbeda. Tujuannya mengenal, berhubungan, mempengaruhi, bermain dan
membantu. Teori yang dikembangkan adalah bagaimana budaya yang berbeda
memandang komunikasi, apa yang menghambat komunikasi yang bermakna di
antara orang-orang yang budayanya berlainan. Dalam hal ini diperlukan
kemampuan menghindari hamabatan-hambatan utama dalam komunikasi
antarbudaya.
7. Komunikasi massa atau komunikasi yang diarahkan kepada khalayak yang
sangat luas. Tujuannya untuk menghibur, meyakinkan, mengukuhkan status,
mengubah, mengaktifkan, memberi informasi dan menciptakan rasa persatuan.
Teori yang dikembangkan adalah apa fungsi yang dijalankan media dan
bagaimana media mempengaruhi kita, bagaimana kita dapat mempengaruhi
media, dengan cara apa informasi disensor oleh media. Hal-hal yang
berhubungan dengan keterampilan komunikasi bermedia massa adalah
meningkatkan kemampuan menggunakan media agar lebih efektif.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi
interpersonal dinilai lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,
opini, dan perilaku komunikan. Alasannya komunikasi interpersonal berlangsung
secara tatap-muka (face to face), sehingga terjadi kontak pribadi dan umpan balik
berlangsung seketika. Komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan
komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi interpersonal
seringkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif, yaitu agar
orang lain (komunikan) bersedia menerima suatu paham atau keyakinan
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.
Selanjutnya Schramm dan Kincaid (1977) menyatakan bahwa komunikasi
akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh
16
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan
pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang
diperoleh oleh komunikan. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan
bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya,
apabila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman
komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.
Pembahasan mengenai beberapa teori dan pengertian-pengertian di atas
dapat dijelaskan bahwa komunikasi dan efektivitas komunikasi dapat dikatakan
berjalan dengan baik jika pesan yang disampaikan oleh pengirim berkaitan erat
dengan pesan yang ditangkap dan diterima oleh penerima. Pemahaman,
kesenangan, mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan, dan tindakan positif
merupakan tujuan dari efektivitas komunikasi.
Karakteristik Individu
Rakhmat (2007) menyatakan bahwa karakteristik manusia terbentuk oleh
faktor-faktor biologis dan faktor-faktor sosiopsikologis. Faktor biologis mencakup
komponen genetik, sistem syaraf, dan sistem hormonal. Faktor sosiopsikologis
terdiri dari komponen-komponen konatif (tindakan) yang berhubungan dengan
kebiasaan dan afektif (faktor emosional). Selanjutnya Sampson dalam Humaedah
(2007), mengemukakan bahwa faktor internal individu merupakan ciri-ciri yang
dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan
lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan
sosiopsikologis. Karakteristik individu merupakan salah satu faktor penting untuk
diketahui dalam rangka mengetahui perilaku suatu masyarakat.
Soekartawi (2005) mengemukakan lebih rinci mengenai perbedaan
individu yang mempengaruhi cepat-lambatnya proses adopsi inovasi, yaitu: (1)
umur, (2) pendidikan, (3) status sosial ekonomi, (4) pola hubungan (lokalit atau
kosmopolit), (5) keberanian mengambil resiko, (6) sikap terhadap perubahan
sosial, (7) motivasi berkarya, (8) aspirasi, (9) fatalisme (tidak adanya kemampuan
mengontrol masa depan sendiri), dan (10) dogmatisme (sistem kepercayaan yang
tertutup).
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat dikatak
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Efektivitas
Komunikasi Program Optimalisasi Lahan Pekarangan (Kasus Program Kawasan
Rumah Pangan Lestari di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten
Karawang Jawa Barat) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2012
Restiawan Permana
NRP I352080141
i
ABSTRACT
RESTIAWAN PERMANA. Effectiveness Communications of Optimalization
Backyards Program (Case of Sustainable Food Home Area Program in the
Mulyasari Village Ciampel District Karawang of West Java). Under the
supervision: SARWITITI SARWOPRASODJO, DJOKO SUSANTO, and
AMIRUDDIN SALEH.
For change and renewal in society, effectiveness communications is needed so as
to produce a change in the rate of cognitive, affective, and conative. In the
Sustainable Food Home Area (KRPL) program, effectiveness communications is
absolutely essential for their future as a program participant is able to adopt and
implement the optimalization of their backyards so as not to let it alone. The
purpose of this study were to (1) analyze the effectiveness communications KRPL
program in the Mulyasari Village Ciampel District Karawang of West Java, (2)
analyze the relationship between individual characteristics variable and external
factors variable to the effectiveness communications variable of KRPL program in
the Mulyasari Village Ciampel District Karawang of West Java, and (3) analyze
the relationship between the effectiveness communications variable of KRPL
program with the optimalization of backyard variable in the Mulyasari Village
Ciampel District Karawang of West Java. The study were designed to use
quantitative survey methods explanation research. These results indicate that (1)
KRPL program conducted in the Mulyasari Village District Ciampel Karawang of
West Java is quite effective at the level of cognitive, affective, and conative. It is
evident that most participants KRPL program can understand the information they
get from the instructor of the program, they also want to implement this
optimalization program of their backyards, and they also run the program from
The Ministry of Agriculture in optimize their yards that they have, (2) individual
characteristics significantly and positively related to the effectiveness
communication is an indicator of education and yard area. The external factor
significantly and positively related to the effectiveness communication is an
access to information, public policy, and the illumination intensity, and (3)
effectiveness communications (cognitive, affective, conative) of KRPL program
significantly and positively related to optimalization of their utilization backyards.
Keywords: effectiveness communication, backyard optimalization
ii
RINGKASAN
RESTIAWAN PERMANA. Efektivitas Komunikasi Program Optimalisasi Lahan
Pekarangan (Kasus Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Mulyasari
Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat). Di bawah bimbingan:
SARWITITI SARWOPRASODJO, DJOKO SUSANTO, dan AMIRUDDIN
SALEH.
Sempitnya lahan pekarangan yang dimiliki masyarakat di wilayah perdesaan
bahkan perkotaan, belum memasyarakatnya pengetahuan warga tentang
optimalisasi manfaat pekarangan meskipun luasnya terbatas, serta terbatasnya
informasi tentang optimalisasi lahan pekarangan yang tidak hanya berfungsi untuk
memanfaatkan yang luasnya sempit tetapi juga sekaligus juga dapat meningkatkan
gizi dan kesejahteraan keluarga merupakan masalah yang cukup kompleks yang
perlu dipecahkan. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan
sarana diseminasi yang mengedepankan inovasi teknologi spesifik lokasi untuk
mendukung pembangunan pertanian. Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan
atau ruang terbuka menjadi sangat penting untuk sumber pendapatan, mengurangi
beban belanja rumah tangga, membuka kesempatan kerja, dan agrowisata.
Untuk terjadinya perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat diperlukan
komunikasi efektif. Untuk berhasilnya tujuan dalam program KRPL perlu adanya
pembinaan. Keberhasilan ini sangat bergantung pada efektivitas komunikasi yang
terjadi antara pemandu lapang sebagai pembawa atau sumber pesan (source) dan
masyarakat sebagai penerima pesan (receiver). Dalam kaitan itu, perlu dilakukan
suatu kajian dan analisis untuk mengetahui apakah proses komunikasi yang terjadi
antara sumber pesan dengan penerima pesan mampu menghasilkan perubahan
dalam tataran kognitif, afektif, dan konatif pada masyarakat peserta program
tersebut sehingga pada akhirnya mereka mampu mengadopsi dan
mengaplikasikan sebuah inovasi teknologi yang diperkenalkan dalam rangka
pencapaian sasaran utama, yaitu untuk meningkatkan produktivitas pangan yang
dampaknya dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis efektivitas komunikasi
program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat; (2)
menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal dengan
efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel,
Karawang Jawa Barat; dan (3) menganalisis hubungan antara efektivitas
komunikasi program KRPL dengan optimalisasi lahan pekarangan di Desa
Mulyasari Kecamatan Ciampel, Karawang Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan
di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat.
Penelitian dilakukan selama satu bulan, yaitu mulai April sampai dengan Mei
2012. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 110 orang yang terdiri dari ibu-ibu
yang memiliki lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel
Kabupaten Karawang Jawa Barat. Sedangkan penentuan sampel dilakukan secara
proporsional stratified random sampling. Adapun jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah sebanyak 50 orang. Data primer yang dikumpulkan dibuat dalam
bentuk kuesioner dengan teknik wawancara secara terstruktur, penelusuran lokasi
dan observasi partisipatif. Data sekunder diperoleh dari data pada instansi
pemerintah terkait.
iii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Program KRPL yang dilaksanakan
di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat berlangsung cukup
efektif pada tataran kognitif, afektif, dan konatif. Hal ini dibuktikan bahwa
sebagian peserta program KRPL dapat memahami informasi yang mereka
dapatkan dari penyuluh tentang program tersebut, mereka juga ingin menerapkan
program optimalisasi lahan pekarangan ini, serta mereka juga menjalankan
program Kementerian Pertanian ini karena mampu mengoptimalkan lahan
pekarangan yang mereka miliki; (2) karakteristik individu yang berhubungan
nyata positif dengan efektivitas komunikasi adalah pendidikan dan luas lahan.
Faktor eksternal yang berhubungan nyata positif dengan efektivitas komunikasi
adalah akses informasi, kebijakan publik, dan intensitas penyuluhan; dan (3)
efektivitas komunikasi program KRPL (kognitif, afektif, konatif) yang
berhubungan nyata dengan optimalisasi lahan pekarangan adalah pemanfaatan
pekarangan.
Adapun saran dalam penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi pada program KRPL di Desa Mulyasari ini, sebaiknya
sumber pesan dalam hal ini adalah penyuluh secara aktif memberikan treatment
komunikasi demi meningkatkan motivasi peserta program KRPL di Desa
Mulyasari agar mereka yakin bahwa lahan pekarangan yang dimilikinya dapat
dioptimalkan secara baik agar tidak dibiarkan begitu saja tanpa adanya manfaat
yang dapat diraih. (2) sebaiknya penyuluh lebih menekankan lagi pemanfaatan
lahan pekarangan yang dimiliki oleh setiap peserta program KRPL. Program
KRPL tidak hanya diperuntukkan bagi peserta yang berusia sekitar 40-50 tahun
dan berpenghasilan rendah saja, tetapi berlaku untuk siapa pun yang sekiranya
memiliki lahan pekarangan kosong. Selain itu, ketersediaan sarana produksi juga
agar lebih ditingkatkan lagi agar peserta program KRPL mudah untuk
mendapatkan segala hal yang berkaitan dengan pengoptimalan lahan pekarangan
mereka seperti bibit, pupuk, dan saprodi lainnya, dan (3) untuk meningkatkan
optimalisasi lahan pekarangan, efektivitas komunikasi dalam program KRPL ini
sebaiknya perlu lebih ditingkatkan melalui proses sosialisasi, pendampingan, dan
pelatihan-pelatihan (pendidikan informal) yang aktif agar melalui program
optimalisasi lahan pekarangan ini mampu menciptakan peluang usaha agrobisnis
bagi peserta program KRPL.
iv
©Hak Cipta milik IPB 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
v
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PROGRAM OPTIMALISASI
LAHAN PEKARANGAN
(Kasus Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Mulyasari
Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat)
RESTIAWAN PERMANA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
vi
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA
vii
Judul Tesis
Nama
NRP
Mayor
: Efektivitas Komunikasi Program Optimalisasi Lahan Pekarangan
(Kasus Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa
Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat)
: Restiawan Permana
: I352080141
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Ketua
Prof. (Ris) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM
Anggota
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Agr
Tanggal Ujian: 17 Juli 2012
Tanggal Lulus:
viii
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil„alamin, puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat
Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis berhasil
menyelesaikan tesis yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Program Optimalisasi
Lahan Pekarangan (Kasus Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa
Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat)” dengan baik.
Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir.
Sarwititi Sarwoprasodjo, MS, Bapak Prof. (Ris) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM,
dan Bapak Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS sebagai Komisi Pembimbing yang
selalu meluangkan waktu membimbing dan berbagi ilmu demi penyempurnaan
tesis ini. Tidak lupa, penulis juga ingin berterima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta: (Alm) Ayahanda H. Ambang Djamaludin, Ibunda Tintin
Sriyatin, serta kakak-kakak Tiara Chandra Dewi, Harimulya Aditya, dan (Alm)
Tiar Lesmana atas segala do‟a, dukungan, dan bantuan yang diberikan kepada
penulis selama menempuh pendidikan.
2. Bapak Dr. Djuara P. Lubis, MS selaku Koordinator Mayor Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
3. Dinas lingkup terkait di Kabupaten Karawang.
4. Masyarakat dan aparat pemerintah Desa Mulyasari yang telah bekerjasama
selama masa penelitian.
5. Ikhsan Fuady, Ali Kusumadinata, dan Bapak Nandang Mulyasantosa atas
segala bantuan dan saran-sarannya, serta dukungan moral yang diberikan
kepada penulis, serta untuk teman-teman KMP 2008 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
6. Seluruh sivitas akademik di lingkungan Institut Pertanian Bogor, khususnya di
Fakultas Ekologi Manusia.
7. Seluruh kerabat di lingkungan Akademi Bina Sarana Informatika.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, namun telah membantu
penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis berharap nantinya karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis sangat menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran bagi penyempurnaan karya ilmiah ini sangat
penulis harapkan.
Bogor, Juli 2012
Restiawan Permana
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Mei 1983, sebagai anak
keempat dari empat bersaudara pasangan (Alm) H. Ambang Djamaludin dan
Tintin Sriyatin.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar hingga Sekolah Menengah Umum
di Jakarta, dan melanjutkan pendidikan S-1 di Universitas Sahid Jakarta pada
Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Hubungan Masyarakat. Pada tahun 2008
penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan S-2 di Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Mulai dari tahun 2008 hingga sekarang, penulis adalah dosen tetap di
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika Jakarta jurusan Public Relations.
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
PENDAHULUAN . .........................................................................................
Latar Belakang .........................................................................................
Perumusan Masalah .................................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................................
Kegunaan Penelitian ................................................................................
1
1
4
6
6
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Komunikasi .... .........................................................................................
Efektivitas Komunikasi ............................................................................
Karakteristik Individu ..............................................................................
Ketersediaan Informasi dan Sarana Produksi ..........................................
Kebijakan Publik ......................................................................................
Penyuluhan Pertanian ...............................................................................
Optimalisasi Lahan Pekarangan ...............................................................
Penelitian Terdahulu ................................................................................
9
9
10
16
17
19
21
22
23
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ............................................ 37
Kerangka Pemikiran ................................................................................. 37
Hipotesis ........ ......................................................................................... 40
METODE PENELITIAN ................................................................................
Desain Penelitian .....................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................
Populasi dan Sampel ................................................................................
Data dan Instrumentasi ............................................................................
Definisi Operasional ................................................................................
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi ..................................................
Pengumpulan Data ...................................................................................
Analisis Data .. .........................................................................................
41
41
41
41
43
43
46
48
48
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................
Gambaran Umum Program KRPL ...........................................................
Tujuan dan Sasaran Program KRPL ........................................................
Organisasi Pelaksana Program KRPL .....................................................
Mekanisme Sosialisasi Program KRPL ...................................................
Karakteristik Individu ..............................................................................
Faktor Eksternal .......................................................................................
Efektivitas Komunikasi Program KRPL ..................................................
Optimalisasi Lahan Pekarangan ...............................................................
Hubungan Karakteristik Individu dengan Efektivitas Komunikasi .......
51
51
54
55
56
57
59
62
65
67
68
xi
Hubungan Faktor Eksternal dengan Efektivitas Komunikasi ................ 72
Hubungan Efektivitas Komunikasi dengan Optimalisasi Lahan ........... 73
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 77
Kesimpulan .... ....................................................................................... 77
Saran .............. ....................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 79
LAMPIRAN .......... ....................................................................................... 85-102
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
1. Hubungan karakteristik karakteristik individu (penelitian terdahulu) ....... 24
2. Hubungan faktor internal dengan efektivitas komunikasi (penelitian
terdahulu .................................................................................................... 26
3. Hubungan faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi (penelitian
terdahulu .................................................................................................... 27
4. Hubungan faktor internal dengan efektivitas komunikasi (penelitian
terdahulu .................................................................................................... 28
5. Hubungan karakteristik individu dengan keberdayaan petani (penelitian
terdahulu .................................................................................................... 30
6. Hubungan faktor eksternal dengan keberdayaan petani (penelitian terdahulu ............................................................................................................ 32
7. Hubungan efektivitas komunikasi dengan keberdayaan petani (penelitian
terdahulu .................................................................................................... 34
8. Koefisien Cronbach alpha hasil uji coba kuesioner ................................... 47
9. Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampel .................................................. 52
10. Luas lahan wilayah Desa Mulyasari .......................................................... 53
11. Pendidikan di Desa Mulyasari ................................................................... 54
12. Kegiatan usaha Desa Mulyasari ................................................................. 54
13. Distribusi responden menurut karakteristik indvidu .................................. 59
14. Rataan skor faktor eksternal ....................................................................... 62
15. Rataan skor efektivitas komunikasi ............................................................ 65
16. Rataan skor optimalisasi lahan pekarangan ................................................ 67
17. Koefisien korelasi karakteristik individu dengan efektivitas
komunikasi ................................................................................................. 69
18. Koefisien korelasi faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi .......... 72
19. Koefisien korelasi efektivitas komunikasi dengan optimalisasi lahan
pekarangan ................................................................................................. 74
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Kuesioner penelitian ............................................................................ 85
2. Uji validitas dan reliabilitas ................................................................. 95
3. Uji korelasi .......................................................................................... 101
xiv
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan
pertanian
memiliki
tantangan
dalam
ketersediaan
sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian (perumahan, perkantoran, dan lain-lain) di Indonesia diperkirakan
106.000 hektar per lima tahun, sehingga menyebabkan lahan pertanian di
Indonesia semakin sempit. Analisis RT/RW oleh BPN pada tahun 2004
memperoleh indikasi bahwa di masa datang akan terjadi perubahan lahan sawah
beririgasi 3,1 juta hektar untuk penggunaan non pertanian, dimana perubahan
terbesar di pulau Jawa – Bali seluas 1,6 hektar atau 49,2 % dari luas lahan sawah
beririgasi.
Sempitnya lahan pekarangan yang dimiliki masyarakat di wilayah
perdesaan bahkan perkotaan, belum memasyarakatnya pengetahuan warga tentang
optimalisasi manfaat pekarangan meskipun luasnya terbatas, serta terbatasnya
informasi tentang optimalisasi lahan pekarangan yang tidak hanya berfungsi untuk
memanfaatkan yang luasnya sempit tetapi juga sekaligus juga dapat meningkatkan
gizi dan kesejahteraan keluarga merupakan masalah yang cukup kompleks yang
perlu dipecahkan.
Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal.
Lahan ini jika dipelihara dengan baik akan memberikan lingkungan yang menarik,
nyaman dan sehat, serta menyenangkan. Pekarangan rumah dapat dimanfaatkan
dengan selera dan keinginan masing-masing sesuai kebutuhan apa yang
dibutuhkan. Dengan menanam tanaman produktif di pekarangan maka akan
memberi keuntungan ganda, salah satunya adalah kepuasan jasmani dan rohani.
Pada kenyataannya, masih banyak lahan-lahan pekarangan yang
didiamkan begitu saja (nganggur) tanpa adanya upaya untuk mengoptimalkan
lahan tersebut untuk ditanami berbagai tanaman yang bermanfaat. Stagnansi
produksi ini disebabkan oleh lambatnya penemuan dan pemasyarakatan inovasi,
serta rendahnya insentif finansial untuk menerapkan teknologi secara optimal.
Melemahnya sistem penyuluhan juga merupakan kendala lambatnya adopsi
teknologi oleh petani. Petani di Indonesia yang umumnya berskala kecil (kurang
dari 0,5 hektar) yang berjumlah 13,7 juta Kepala Keluarga (KK) menyebabkan
2
aksesibilitasnya terbatas terhadap sumber permodalan, teknologi dan sarana
produksi sehingga sulit meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya tanpa
difasilitasi oleh pemerintah. Peningkatan kapasitas kelembagaan petani serta
peningkatan kualitas penyuluhan merupakan tantangan ke depan.
Dalam menyikapi hal demikian, masyarakat harus memiliki inisiatif dan
kreativitas dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk memenuhi
ketersediaan (supply) makanan sehari-hari di samping makanan pokok atau nasi.
Dalam
rangka
membantu
masyarakat
untuk
meningkatkan
optimalisasi
penggunaan lahan pekarangan yang sempit maupun yang didiamkan begitu saja,
perlu dilakukan usaha yang dapat meningkatkan daya guna pekarangan. Manfaat
yang diharapkan adalah masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan dengan
menanam tanaman sayur-sayuran, toga, budidaya ikan dan ternak di pekarangan.
Masyarakat bisa memilih makanan dan mengonsumsi makanan yang bergizi,
beragam, berimbang dan aman dari bahan–bahan kimia berbahaya pada sayuran,
buah-buahan, dan aneka produk ternak.
Dalam
memanfaatkan
lahan
pekarangan,
pemerintah
berupaya
menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan melalui program
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kementerian Pertanian Republik
Indonesi melalui Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) mengajak
masyarakat agar pekarangan rumah dimanfaatkan untuk berbudidaya. Artinya
pekarangan rumah jangan sampai nganggur, tidak harus mengandalkan polibag
dari kantong plastik, namun karung bekas yang sudah tidak dipakai lagi bisa
dimanfaatkan untuk berbudidaya atau bercocok tanam, tergantung inisiatif dan
kreativitas serta kemauan pemilik lahan.
Program KRPL merupakan sarana diseminasi yang mengedepankan
inovasi teknologi spesifik lokasi untuk mendukung pembangunan pertanian.
Optimasi pemanfaatan lahan pekarangan atau ruang terbuka menjadi sangat
penting untuk ketahanan pangan, sumber pendapatan, kesempatan kerja, dan
agrowisata.
Program KRPL bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
dalam pengelolaan lahan pekarangan untuk ditanami sayuran, tanaman obat,
3
tanaman pangan sehingga kemandirian pangan dapat tercapai. Selain itu juga
dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga dalam sayuran maupun protein
hewani, dan juga dapat mengurangi belanja harian. Prinsipnya adalah dilarang
membiarkan lahan-lahan kosong, bila akses pangan terhadap keluarga terpenuhi
sebagai bentuk pengejawantahan konsep ketahanan pangan maka ketahanan
pangan nasional bukanlah suatu hal yang tidak mungkin untuk dicapai.
Upaya pengembangan program ini harus terus dilanjutkan bahkan
ditingkatkan, sehingga KRPL dapat dikenali, dipahami dan dikembangkan oleh
seluruh lapisan masyarakat baik di perdesaan maupun di perkotaan. Agar
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, dan masyarakat
secara lestari dalam suatu kawasan, mengembangkan kegiatan ekonomi produktif
keluarga, menciptakan lingkungan hijau yang bersih, dan sehat secara mandiri.
Oleh karena itu, kiranya perlu konsep KRPL atau rumah pangan yang
dibangun dalam suatu kawasan dusun, desa, kecamatan, dan sebagainya dengan
prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan
pangan, gizi keluarga, dan peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat.
Untuk menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi individu, serta kelompok
dalam masyarakat melalui program pemberdayaan diperlukan sumberdaya
komunikasi apapun tema pembangunan tersebut. Seperti yang dikatakan Pearce
(1986) bahwa komunikasi memegang peran penting dalam proses pembangunan.
Komunikasi
dalam
konteks
pembangunan
adalah
bagian
integral
dari
pembangunan, dan komunikasi sebagai peubah penting yang diterima dalam
mewujudkan pembangunan (an integral part of development, and communication
as accept of variables instrumental in bringing about development).
Hal utama yang dilakukan komunikasi pembangunan adalah membuka
pemahaman, wawasan berpikir, pengayaan pengetahuan dan keterampilan, serta
pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh. Secara pragmatis, menurut Quebral
dalam Dilla (2007), komunikasi pembangunan dapat dirumuskan sebagai
komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan pembangunan suatu bangsa.
Sebagai
proses
membutuhkan
perubahan
kontribusi
dan
pembaharuan
komunikasi.
Untuk
masyarakat
terjadinya
pembangunan
perubahan
dan
4
pembaharuan dalam masyarakat diperlukan komunikasi efektif. Secara sederhana,
komunikasi
efektif
apabila
orang
berhasil
menyampaikan
apa
yang
dimaksudkannya (Goyer dalam Tubbs & Moss, 2005).
Untuk berhasilnya tujuan dalam program KRPL perlu adanya pembinaan.
Keberhasilan ini sangat bergantung pada efektivitas komunikasi yang terjadi
antara pemandu lapang sebagai pembawa atau sumber pesan (source) dan
masyarakat sebagai penerima pesan (receiver). Dalam kaitan itu, perlu dilakukan
suatu kajian dan analisis untuk mengetahui apakah proses komunikasi yang terjadi
antara sumber pesan dengan penerima pesan mampu menghasilkan perubahan
dalam tataran kognitif, afektif, dan konatif pada masyarakat peserta program
tersebut
sehingga
pada
akhirnya
mereka
mampu
mengadopsi
dan
mengaplikasikan sebuah inovasi teknologi yang diperkenalkan dalam rangka
pencapaian sasaran utama, yaitu untuk meningkatkan produktivitas pangan yang
dampaknya dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga.
Perumusan Masalah
Pelaksanaan program KRPL bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan lahan pekarangannya untuk ditanami sayuran,
tanaman obat, budidaya ikan dan ternak sehingga optimalisasi lahan pekarangan
dapat tercapai. Selain itu juga dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga
terhadap sayuran dan buah-buahan maupun protein hewani, sehingga dapat
mengurangi belanja harian.
Dalam realitasnya, tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran
komunikasi. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa komunikasi hadir pada
semua upaya bertujuan membawa ke arah perubahan. Meskipun dikatakan bahwa
komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satusatunya alat dalam membawa perubahan sosial. Dengan kata lain, komunikasi
hanya salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat.
Littlejohn (1996) menjelaskan hal ini dalam genre interactionist theories.
Dalam teori ini, dijelaskan bahwa memahami kehidupan sosial sebagai proses
interaksi. Komunikasi (interaksi) merupakan sarana kita belajar berperilaku.
Komunikasi merupakan perekat masyarakat. Masyarakat tidak akan ada tanpa
5
komunikasi. Struktur sosial diciptakan dan ditopang melalui interaksi. Bahasa
yang dipakai dalam komunikasi adalah untuk menciptakan struktur-struktur
sosial.
Secara sederhana komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila terjadinya
kesamaan makna antara orang-orang yang terlibat dalam berinteraksi. Kesamaan
makna ini dapat dikatakan bahwa komunikasi dikatakan efektif. Dengan kata lain,
orang-orang yang saling berinteraksi tersebut (komunikator dan komunikan)
memiliki rangsangan dan respons yang sama-sama dapat dipahami oleh mereka.
Perubahan dalam masyarakat dan individu banyak faktor yang mempengaruhinya.
Selain komunikasi itu sendiri, efektivitas dan tingkat keberdayaan masyarakat
juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti adanya kebijakan publik dari
pemerintah, adanya intensitas penyuluhan, informasi dan ketersediaan sarana
produksi yang bisa mendukung aktivitas petani dan masyarakat.
Menurut Effendy (2003), komunikasi efektif jika dapat menimbulkan
dampak: (1) kognitif, yaitu meningkatkan pengetahuan komunikan; (2) afektif,
yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan; serta (3) konatif, yaitu
perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah
kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan.
Perubahan pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan,
dan sikap. Adapun efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk
melakukan sesuatu dengan cara tertentu.
Desa Mulyasari Kabupaten Ciampel Karawang Jawa Barat merupakan
salah satu daerah yang menjadi sasaran program KRPL, atau satu dari empat desa
yang telah melaksanakan program ini. Desa tersebut memiliki kondisi lingkungan
perumahan penduduk yang pada umumnya belum dimanfaatkan dengan baik.
Pekarangan mereka dibiarkan kosong tanpa dioptimalkan pengelolaannya, baik
untuk tanaman pangan, sayuran, maupun ternak. Apalagi saat musim kemarau,
hampir seluruh pekarangan tampak gersang tanpa ada pertanaman. Mereka hanya
mengandalkan air hujan untuk pertanaman, sementara ada sumber air lainnya,
baik dari situ/danau maupun dari sungai atau parit yang mengalir di dekat rumah
mereka beelum dimanfaatkan dengan baik. Melalui program KRPL ini, desa
tersebut cukup berhasil mengoptimalkan pekarangan rumah tangga sehingga
6
menghasilkan suatu kawasan pekarangan yang produktif yang hasilnya dapat
menciptakan kemandirian pangan rumah tangga.
Sejalan dengan uraian di atas, untuk mengetahui sejauh mana efektivitas
komunikasi pada tataran pemandu lapang dengan masyarakat (peserta program
KRPL) sebagai salah satu prasyarat utama kesuksesan program KRPL perlu
dilakukan kajian dan analisis secara mendalam dan terarah. Beberapa
permasalahan pokok yang dijadikan fokus dalam penelitian ini meliputi:
1. Sejauh mana efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari
Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat?
2. Sejauh mana hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal
dengan efektivitas komunikasi program KRPL pada keluarga di Desa
Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat?
3. Sejauh mana hubungan antara efektivitas komunikasi program KRPL dengan
optimalisasi lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel,
Karawang – Jawa Barat?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah
dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari
Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat.
2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal
dengan efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan
Ciampel Karawang Jawa Barat.
3. Menganalisis hubungan antara efektivitas komunikasi program KRPL dengan
optimalisasi lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel
Karawang Jawa Barat.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mencoba menggambarkan efektivitas komunikasi dalam
penyelenggaraan program KRPL dan analisis hubungan antarpeubah yang
mempengaruhinya. Hasil yang diperoleh diharapkan akan memberikan manfaat
sebagai berikut:
7
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh pihak terkait dalam
merumuskan kebijakan maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah
daerah setempat untuk mempercepat proses sosialisasi inovasi-inovasi yang
akan didesiminasikan kepada masyarakat setempat.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris adalah communication.
Secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin
communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata
communis ini memiliki makna „berbagi‟ atau „menjadi milik bersama‟ yaitu suatu
usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi
secara
terminologis
merujuk
pada
adanya
proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam
pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk pada
pengertian Ruben dan Stewart (1988) mengenai komunikasi manusia, yaitu proses
yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi
dan masyarakat yang merespons dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain (process through which individuals-in relationships,
groups, organizations and societies-respond to and create messages to adapt to
the environment and one another).
Menurut Berlo (1960), komunikasi merupakan proses penyampaian pesan,
akan tetapi perlu dipahami bahwa komunikasi tidak hanya sampai pada batas
penerima tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan dan diterima. Berlo
menyebutnya sebagai model linier atau searah. Dalam model linier, komunikasi
dikatakan efektif jika penerima mampu menerima pesan sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh sumber. Model komunikasi linier sering juga disebut sebagai
model S-M-C-R-E (Source, Message, Channel, Receiver, and Effect).
Menurut Schramm dan Kincaid (1977), komunikasi adalah proses saling
membagi atau menggunakan informasi secara bersamaan dan bertalian antara
pelaku dengan proses komunikasi informasi. DeVito (1997) memberikan batasan
bahwa komunikasi mengacu pada suatu tindakan oleh dua orang atau lebih, yang
mengirim dan menerima suatu pesan yang terdistorsi oleh suatu gangguan (noise),
terjadi dalam konteks tertentu, dengan pengaruh tertentu dan ada kesempatan
untuk melakukan umpan balik. Selain itu, dikenal juga komunikasi yang sifatnya
umum (komunikasi universal).
10
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan. Komunikasi dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, dengan
tujuan agar orang lain tersebut mengetahui dan mempunyai makna yang sama
tentang hal yang dikomunikasikan, sehingga orang tersebut dapat menerima dan
melaksanakan pesan yang disampaikan. Untuk itu, di antara orang-orang yang
berkomunikasi harus tercapai kesamaan pengertian. Apabila kesamaan pengertian
tidak tercapai, maka dapat dikatakan komunikasi tidak terjadi (Effendy, 2000).
Wood (2004) mengartikan komunikasi sebagai sebuah proses yang
sistemik di mana individu-individu berinteraksi dengan dan melalui simbolsimbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan arti. Pengertian ini
mempunyai empat kata kunci, yakni: proses, sistemik, simbol, dan arti. Pendapat
ini juga dipertegas oleh West dan Turner (2008), yaitu komunikasi adalah proses
sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan
dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Efektivitas Komunikasi
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya yang telah
ditetapkan. Effendy (2001) menyatakan bahwa komunikasi dapat dikatakan
efektif, jika dapat menimbulkan dampak seperti (1) kognitif, yaitu meningkatnya
pengetahuan komunikan; (2) afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan
komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi; dan (3) konatif, yaitu
perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah
kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada
afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap;
sedangkan efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk
melakukan sesuatu dengan cara tertentu (Jahi, 1988).
Suatu komunikasi dikatakan efektif apabila komunikator berhasil
menyampaikan apa yang dimaksudkannya kepada komunikan (penerima).
Komunikasi dinilai efektif bila stimuli yang disampaikan dan dimaksudkan oleh
pengirim pesan berkaitan erat (identik) dengan stimuli yang ditangkap dan
dipahami oleh penerima pesan. Menurut Tubb dan Moss (2005) ada lima hal yang
menjadikan ukuran bagi komunikasi efektif, yaitu pemahaman, kesenangan,
pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.
11
1. Pemahaman
Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli
seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator) dan dikatakan
efektif, bila penerima (komunikan) memperoleh pemahaman yang cermat atas
pesan yang disampaikan.
2. Kesenangan
Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu,
karena adakalanya berkomunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan
menimbulkan kebahagiaan bersama.
3. Mempengaruhi sikap
Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami
ucapan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan
tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap
orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang
dimaksud. Dalam hal ini kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang
jangan disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena
memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan.
4. Memperbaiki hubungan
Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh
kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif.
Apabila hubungan manusia dibayang-bayangi oleh ketidakpercayaan, maka
pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten dapat
mengubah makna.
5. Tindakan
Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang
diinginkan, merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi.
Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada
mengusahakan agar pesan tersebut disetujui sebagai tindakan “feedback” dari
komunikasi paling tinggi yang diharapkan oleh pemberi pesan.
12
Effendy (2000) mengatakan supaya terjadi komunikasi yang efektif, maka
komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan, mulai dari komunikator,
pesan, saluran dan komunikan sebagai sasaran komunikasi.
1. Komunikator
Faktor penting pada diri komunikator dalam melancarkan komunikasi adalah
daya tarik dan kredibilitas. Seorang komunikator akan mampu mengubah
sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. Apabila
komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator, maka komunikan
bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Adapun
kredibilitas berhubungan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang
komunikator. Dengan kata lain, seorang komunikator akan mendapat
kepercayaan, bila membahas suatu persoalan sesuai dengan profesi atau
keahliannya. Faktor heteropily dapat menyebabkan komunikasi menjurus ke
komunikasi yang tidak efektif.
2. Pesan
Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi
dapat satu, tetapi lambang yang digunakan dapat bermacam-macam, lambang
yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Oleh karena
itu, komunikasi bahasa memegang peranan sangat penting. Tanpa penguasaan
bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tidak akan dapat
dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat.
3. Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan untuk sampai kepada
komunikan (sasaran). Media komunikasi banyak macamnya dalam mencapai
sasaran komunikasi, yaitu dengan cara memilih salah satu atau gabungan dari
beberapa media. Pemilihan media tergantung pada tujuan yang akan dicapai,
pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan. Masing-masing
media komunikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan.
4. Komunikan
Pengenalan komunikan merupakan ketentuan utama yang harus dilaksanakan
oleh komunikator dalam komunikasi. Ditinjau dari komponen komunikan,
13
seseorang dapat dan akan menerima pesan kalau terdapat empat kondisi secara
simultan, yaitu:
a. Komunikan benar-benar dapat mengerti pesan komunikasi.
b. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya
sesuai dengan tujuan.
c. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya itu
bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.
d. Komunikan mampu untuk menepatinya, baik secara mental maupun secara
fisik.
Menurut Berlo (1960), komunikasi akan berjalan efektif apabila
ketepatannya dapat ditingkatkan dan gangguannya dapat diperkecil. Oleh karena
itu, meningkatkan ketepatan dan mengurangi gangguan harus terjadi pada setiap
unsur komunikasi. Hal tersebut dapat terjadi apabila:
1. Seorang
komunikator
harus
memiliki
keterampilan
berkomunikasi
(communication skills), pengetahuan yang luas mengenai apa yang dibahasnya
(knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitude), serta mampu beradaptasi
dengan sistem sosial dan budaya (social and cultural system).
2. Seorang komunikan harus memiliki kemampuan berkomunikasi, bersikap
positif kepada komunikator dan pesan yang disampaikan, memahami isi pesan
yang disampaikan, serta perilaku kebiasaan dalam menerima dan menafsirkan
pesan.
3. Pesan yang disampaikan harus memenuhi persyaratan kode atau bahasa pesan,
kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi, serta pemilihan dan pengaturan
bahasa dan isi pesan.
4. Media komunikasi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sesuai
dengan isi pesan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta efisien
dalam memilih media. Prinsip media harus dapat dilihat, didengar, disentuh,
dicium dan dirasakan.
Metode komunikasi adalah cara penyampaian informasi secara timbal
balik yang digolongkan ke dalam komunikasi perseorangan (interpersonal) dan
komunikasi kelompok. DeVito (1997) mengelompokkan komunikasi ke dalam
tujuh bentuk komunikasi, yaitu:
14
1. Komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri. Beberapa
tujuan yang lazim dalam komunikasi intrapersonal adalah berpikir, melakukan
penalaran, menganalisis dan merenung. Dalam komunikasi intrapersonal
tersebut dikembangkan teori-teori tentang konsep diri. Konsep komunikasi
intrapersonal yang berhubungan dengan keterampilan, antara lain memperkuat
diri, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah dan menganalisis masalah, meningkatkan pengendalian diri,
mengurangi stres, mengatasi konflik, dan lain-lain.
2. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi. Tujuannya untuk
mengenal, berhubungan, membantu, dan lain-lain. Beberapa teori yang
diaplikasikan dalam konsep komunikasi ini antara lain mengapa orang
mengembangkan hubungan, apa yang menyatukan sahabat, kerabat, keluarga
dan apa yang memisahkannya, bagaimana hubungan dapat diperbaiki. Aplikasi
keterampilan dari konsep komunikasi ini adalah meningkatkan efektivitas
komunikasi satu lawan satu, mengembangkan dan memelihara hubungan yang
efektif, meningkatkan kemampuan penyelesaian konflik.
3. Komunikasi kelompok kecil. Bertujuan berbagi informasi, mengembangkan
gagasan, memecahkan masalah, membantu. Teori yang dapat diaplikasikan
adalah apa yang membuat seseorang menjadi pemimpi, tipe kepemimpinan
mana yang paling berhasil, apa peran anggota kelompok, apa yang berhasil
dikerjakan kelompok dan apa yang gagal dilakukan kelompok, bagaimana
kelompok dapat dibuat lebih efektif. Keterampilan yang diperlukan dalam
komunikasi kelompok kecil adalah meningkatkan efektivitas sebagai anggota
kelompok, meningkatkan kemampuan sebagai pemimpin, dan lain-lain.
4. Komunikasi organisasi atau komunikasi dalam suatu organisasi formal.
Tujuannya meningkatkan produktivitas, meningkatkan semangat kerja,
memberi informasi dan meyakinkan. Hal yang menyangkut teori adalah apa
yang membuat organisasi efektif, apa kebutuhan yang harus dipenuhi
organisasi, bagaimana komunikasi organisasi dapat ditingkatkan. Hal-hal yang
berhubungan dengan keterampilan adalah meningkatkan efisiensi komunikasi
ke atas dan ke bawah, serta lateral, menggunakan komunikasi untuk
meningkatkan semangat kerja, dan lain-lain.
15
5. Komunikasi dengan publik atau khalayak. Tujuannya memberi informasi,
mempengaruhi dan menghibur. Hal yang menyangkut teori adalah bagaimana
khalayak dapat dianalisis dan diadaptasi secara efektif. Keterampilan yang
diperlukan adalah mengkomunikasikan informasi secara lebih efektif,
meningkatkan kemampuan persuasif, mengembangkan, mengorganisasikan,
dan lain-lain.
6. Komunikasi antarbudaya atau komunikasi antar orang dari budaya yang
berbeda. Tujuannya mengenal, berhubungan, mempengaruhi, bermain dan
membantu. Teori yang dikembangkan adalah bagaimana budaya yang berbeda
memandang komunikasi, apa yang menghambat komunikasi yang bermakna di
antara orang-orang yang budayanya berlainan. Dalam hal ini diperlukan
kemampuan menghindari hamabatan-hambatan utama dalam komunikasi
antarbudaya.
7. Komunikasi massa atau komunikasi yang diarahkan kepada khalayak yang
sangat luas. Tujuannya untuk menghibur, meyakinkan, mengukuhkan status,
mengubah, mengaktifkan, memberi informasi dan menciptakan rasa persatuan.
Teori yang dikembangkan adalah apa fungsi yang dijalankan media dan
bagaimana media mempengaruhi kita, bagaimana kita dapat mempengaruhi
media, dengan cara apa informasi disensor oleh media. Hal-hal yang
berhubungan dengan keterampilan komunikasi bermedia massa adalah
meningkatkan kemampuan menggunakan media agar lebih efektif.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi
interpersonal dinilai lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,
opini, dan perilaku komunikan. Alasannya komunikasi interpersonal berlangsung
secara tatap-muka (face to face), sehingga terjadi kontak pribadi dan umpan balik
berlangsung seketika. Komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan
komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi interpersonal
seringkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif, yaitu agar
orang lain (komunikan) bersedia menerima suatu paham atau keyakinan
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.
Selanjutnya Schramm dan Kincaid (1977) menyatakan bahwa komunikasi
akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh
16
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan
pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang
diperoleh oleh komunikan. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan
bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya,
apabila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman
komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.
Pembahasan mengenai beberapa teori dan pengertian-pengertian di atas
dapat dijelaskan bahwa komunikasi dan efektivitas komunikasi dapat dikatakan
berjalan dengan baik jika pesan yang disampaikan oleh pengirim berkaitan erat
dengan pesan yang ditangkap dan diterima oleh penerima. Pemahaman,
kesenangan, mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan, dan tindakan positif
merupakan tujuan dari efektivitas komunikasi.
Karakteristik Individu
Rakhmat (2007) menyatakan bahwa karakteristik manusia terbentuk oleh
faktor-faktor biologis dan faktor-faktor sosiopsikologis. Faktor biologis mencakup
komponen genetik, sistem syaraf, dan sistem hormonal. Faktor sosiopsikologis
terdiri dari komponen-komponen konatif (tindakan) yang berhubungan dengan
kebiasaan dan afektif (faktor emosional). Selanjutnya Sampson dalam Humaedah
(2007), mengemukakan bahwa faktor internal individu merupakan ciri-ciri yang
dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan
lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan
sosiopsikologis. Karakteristik individu merupakan salah satu faktor penting untuk
diketahui dalam rangka mengetahui perilaku suatu masyarakat.
Soekartawi (2005) mengemukakan lebih rinci mengenai perbedaan
individu yang mempengaruhi cepat-lambatnya proses adopsi inovasi, yaitu: (1)
umur, (2) pendidikan, (3) status sosial ekonomi, (4) pola hubungan (lokalit atau
kosmopolit), (5) keberanian mengambil resiko, (6) sikap terhadap perubahan
sosial, (7) motivasi berkarya, (8) aspirasi, (9) fatalisme (tidak adanya kemampuan
mengontrol masa depan sendiri), dan (10) dogmatisme (sistem kepercayaan yang
tertutup).
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat dikatak