The Effect of Parenting Patern of Social-Emotion, Emotional Intelligence and Attachment to Peers Towards Bullying Behavior at High School Students in Bogor City.

PENGARUH POLA ASUH SOSIAL-EMOSI, KECERDASAN
EMOSIONAL DAN KETERIKATAN TEMAN SEBAYA
TERHADAP PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMA DI
KOTA BOGOR

RETNO KUMORO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Pola
Asuh Sosial-Emosi, Kecerdasan Emosional dan Keterikatan Teman Sebaya
terhadap Perilaku Bullying pada Siswa SMA di Kota Bogor adalah benar hasil
karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun pada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Retno Kumoro
NRP: I 251100101

ABSTRACT
RETNO KUMORO. The Effect of Parenting Patern of Social-Emotion,
Emotional Intelligence and Attachment to Peers Towards Bullying Behavior at
High School Students in Bogor City.
Under guidance of
HERIEN
PUSPITAWATI and TIN HERAWATI
This study aimed to (1) Identify the characteristics of the sample, family
characteristics, characteristics of friends and school characteristics, (2) Identify
the parenting patern of social-emotion, emotional intelligence, attachment to peers
and bullying behavior of the child, (3) Analyze the effect of emotional

intelligence and bullying behavior towards children. The study was conducted on
two high school in the city of Bogor are SMUN X and SMKN Y. The study used
cluster random sampling method that applied for second grade. Based on the
analysis of gender showed there is a difference between boys and girls the
application of parenting patern of social-emotion and emotional intelligent. The
attachment to peers and bullying behavior showed no differences between boys
and girls.
The results of the Pearson correlation test showed of gender is positively
and significantly with the dimensions of emotional intelligence to manage
emotions, self-motivation, empathy, total score emotional intelligence and
parenting patern of social-emotion. School is positively and significantly
associated with emphaty, relationship and physic bullying behavior. School is
negatively and significantly with verbal bullying behavior and social bullying
behavior. Father's education negatively and significantly associated with selfmotivation, empathy dimensions, total score emotional intelligent and attachment
to peers. Father’s education positively and significantly with verbal bullying
behavior. Maternal education negatively and significantly associated with selfmotivation, total score emotional intelligent and the attachment to peers. Maternal
education negatively and significantly with verbal bullying behavior. Family’s
income positively and significantly with verbal bullying behavior. Family’s
income negatively and significantly with the attachment to peers. Attachment to
peers is positively and significantly associated with emotional intelligence

dimensions of managing emotions, self-motivation, emphaty, total score
emotional intelligent and parenting patern of social-emotion. Attachment to peers
is negatively and significantly with verbal bullying behavior. Parenting patern of
social-emotion related positively and significantly with to know the emotions,
managing emotions, self-motivation, total score emotional intelligence and
attachment to peers. Parenting patern of social-emotion related negatively and
significantly with verbal bullying behavior and total score bullying behavior.
Factors that influence the emotional intelligence with gender, amounth of
friends, friend age, attachment to peers and parenting patern of social-emotion.
While the variable factors that influence bullying behavior is amounth of friends,
friend age, the parenting patern of social-emotion and managing emotions
dimensions, self motivations dimensions and emphaty dimension of emotional
intelligent.
Keywords:
parenting patern of social-emotion, emotional intelligence,
attachment to peers, bullying behavior

RINGKASAN
RETNO KUMORO. Pengaruh Pola Asuh Sosial-Emosi, Kecerdasan Emosional
dan Keterikatan Teman Sebaya terhadap Perilaku Bullying pada Siswa SMA di

Kota Bogor. Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan TIN HERAWATI.
Bullying atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah
perundungan, berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang sering
memberikan dampak negatif. Perilaku tersebut dapat disebabkan oleh berbagai
faktor lingkungan yang sangat beragam, diantaranya adalah faktor dari keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar. Anak yang menerima pesan negatif
di rumah, akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri yang negatif pula.
Menyikapi hal tersebut maka peran keluarga terutama pada pola asuh sosial-emosi
perlu diperhatikan karena akan membawa dampak terhadap perkembangan
kecerdasan emosional anak. Emosi seseorang berkembang secara alamiah sejak
individu dilahirkan sampai berkembang hingga mencapai tahap kedewasaannya.
Kondisi emosi pula yang akan membawa pada pertemanan dari remaja dengan
sebaya yang saling mempengaruhi sehingga keterikatan pertemanan akan menjadi
semakin kuat.
Penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu menganalisis pengaruh pola
asuh sosial-emosi, kecerdasan emosional dan keterikatan teman sebaya terhadap
perilaku bullying pada anak laki-laki dan perempuan. Tujuan khusus penelitian
ini adalah (1) Mengidentifikasi karakteristik contoh, karakteristik keluarga,
karakteristik teman dan karakteristik sekolah pada anak laki-laki dan perempuan;
(2) Mengidentifikasi pola asuh sosial-emosi, kecerdasan emosional, keterikatan

teman sebaya dan perilaku bullying pada anak laki-laki dan perempuan; (3)
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional dan
perilaku bullying.
Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study dan dilakukan
secara purposive pada pemilihan contoh sekolah (SMUN mewakili sekolah umum
dan SMKN mewakili sekolah kejuruan di Kota Bogor) dan penarikan sampel
secara acak klaster (Cluster Random Sampling) pada pemilihan contoh siswa yaitu
70 laki-laki dan 70 perempuan sehingga keseluruhan contoh adalah 140. Jenis
data yang dikumpulkan adalah data primer dengan bantuan kuesioner dan data
sekunder. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif (rata-rata,
standar deviasi, minimum, maksimum dan uji beda ) dan statistik inferensia
(korelasi Pearson dan uji regresi linier berganda).
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (52.9%) berumur
rata-rata 16 tahun. Hampir setengah dari contoh (45.7%) merupakan anak dengan
urutan kelahiran kesatu. Usia ayah contoh rata-rata 47 tahun sedangkan usia ibu
contoh rata-rata 43 tahun. Pendidikan ayah dan ibu contoh persentase terbesar
adalah lulus SMA. Persentase terbesar (31.4%) pekerjaan ayah contoh adalah
swasta sedangkan ibu contoh adalah Ibu Rumah Tangga (67.1%). Persentase
terbanyak (25.7%) pada pendapatan keluarga contoh adalah antara Rp.
1.000.001,00 sampai Rp. 2.000.000,00. Persentase terbanyak (31.7%) contoh

memiliki teman yang berjumlah antara empat sampai tujuh orang, namun pada
contoh laki-laki memiliki teman lebih banyak yaitu antara empat sampai lima
belas orang. Persentase terbanyak (62.9%) contoh memiliki teman yang berusia

antara 15-18 tahun. Lebih dari separuh (63.6%) contoh memiliki teman yang
berpendidikan antara SMA sampai PT. Separuh contoh (50.7%) menyatakan
alasan pertemanan adalah karena adanya kesamaan kegiatan.
Berdasarkan analisis jenis kelamin pada variabel pola asuh sosial-emosi
menunjukkan persentase (65.7%) pada contoh laki-laki dan perempuan berada
pada kategori sedang. Rata-rata skor perempuan (29.0) lebih tinggi dari laki-laki
(27.4) dan terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Pada variabel kecerdasan emosional menunjukkan persentase contoh laki-laki
(72.9%) berada pada kategori sedang dan contoh perempuan (67.1%) berada pada
kategori tinggi. Rata-rata skor perempuan (194.8) lebih tinggi dari rata-rata skor
laki-laki (185.3) dan terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
perempuan. Variabel keterikatan teman sebaya menunjukkan persentase (61.4%)
pada laki-laki maupun perempuan berada pada kategori sedang. Rata-rata skor
perempuan (95) lebih tinggi dari laki-laki (92.8) dan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Variabel perilaku bullying
menunjukkan persentase contoh laki-laki (92.9%) dan perempuan (94.3%) berada

pada kategori sedang. Rata-rata skor laki-laki dan perempuan adalah sama (70.7
dan 70.8) dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
perempuan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variabel kecerdasan emosional
adalah jenis kelamin, jumlah teman, usia teman, pola asuh sosial-emosi dan
keterikatan teman sebaya, yang keseluruhan bernilai positif. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap variabel perilaku bullying adalah jumlah teman, usia teman,
pola asuh sosial-emosi, kecerdasan emosional dimensi memotivasi diri dan
dimensi empati, yang bernilai positif dan kecerdasan emosional dimensi
mengelola emosi bernilai negatif.
Kata kunci: pola asuh sosial-emosi, kecerdasan emosional, keterikatan teman
sebaya, perilaku bullying

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.


Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

PENGARUH POLA ASUH SOSIAL-EMOSI, KECERDASAN
EMOSIONAL DAN KETERIKATAN TEMAN SEBAYA
TERHADAP PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMA DI
KOTA BOGOR

RETNO KUMORO

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Diah Krisnatuti Pranadji, M.S

Judul Tesis

Nama
NRP

: Pengaruh Pola Asuh Sosial-Emosi, Kecerdasan Emosional dan
Keterikatan Teman Sebaya terhadap Perilaku Bullying pada
Siswa SMA di Kota Bogor
: Retno Kumoro
: I251100101

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc
Ketua


Dr. Tin Herawati, S.P., M.Si
Anggota

Diketahui oleh

Koordinator Program Studi
Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian :
7 Januari 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA


Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Mei
2012 ini adalah perundungan (bullying), dengan judul Pengaruh Pola Asuh SosialEmosi, Kecerdasan Emosional dan Keterikatan Teman Sebaya terhadap Perilaku
Bullying

pada Siswa SMA di Kota Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahman dan rahimNYA kepada seluruh
umat tidak terkecuali pada penulis sampai detik ini.
2. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc selaku pembimbing I dan Dr. Tin
Herawati, S.P., M.Si selaku pembimbing II serta Dr. Ir. Diah Krisnatuti
Pranadji, M.S selaku dosen penguji luar komisi atas semua bimbingan, arahan,
saran-saran, pemberian spirit dan motivasi yang luar biasa dalam proses
penyusunan, penelitian dan penyelesaian tesis ini.
3. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
(IKK) atas segala bantuan dan penyediaan fasilitas serta dosen dan staf IKA
yang merupakan orang-orang hebat dalam keilmuan, berdedikasi tinggi,
memiliki loyalitas yang luar biasa dan bekerja secara profesional.
4. Kepala Sekolah, Wakil kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha dan Guru serta
Siswa kelas XI sekolah terpilih di Kota Bogor yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian pada sekolah tersebut.
5. Suami tercinta, Dandun Prakosa, S.T., M.E yang selalu memberikan dorongan
baik material maupun spiritual yang sangat luar biasa. Anak-anak tercinta,
Muhammad Nabil Ramadhan dan Safira Mustafida Husna yang telah
menjadikan inspirasi, motivasi serta arti yang sangat spesial bagi penulis
sebagai seorang ibu.
6. Ayahanda tercinta almarhum Bapak Winarno yang pernah mengamanatkan
kepada penulis untuk selalu menimba ilmu dimanapun dan kapanpun selagi
nafas dikandung badan.

7. Ibunda dan mertua tercinta, Ibu Sri Purwaningsih, Bapak Tukimin Darmo
Utomo dan Ibu Djuminem serta kakak dan adik yang selalu memberikan doa
tulus, restu dan semangatnya.
8. Teman-teman IKA khususnya angkatan 2010: Novit, Diana, Emak Siti, Mitha,
Ria, Tita, Nurul, Dian ata, Andri, Riza, Hani, Ediana, Atika dan Vivi yang telah
memberikan warna tersendiri bagi penulis dalam menuntut ilmu di IKA IPB.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan untuk ilmu yang telah
kita miliki. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2013

Retno Kumoro

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Pekalongan Propinsi Jawa Tengah pada tanggal
20 April 1972 dari ayah bernama Winarno (alm) dan ibu Sri Purwaningsih.
Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan dasar ditempuh
selama 6 tahun di Sekolah Dasar Negeri Podosugih 1 Kota Pekalongan, lulus
tahun 1984. Dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama yang ditempuh di SMPN
3 Kota Pekalongan, lulus tahun 1987. Pendidikan selanjutnya adalah di SMA
Negeri 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan, lulus tahun 1990 dan tahun yang sama
pula penulis melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi yaitu di Universitas
Pekalongan Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Tanaman dan lulus tahun 1995.
Pengalaman dalam dunia pendidikan yang penulis miliki dimulai sebagai
Kepala Sekolah SBB (Semai Benih Bangsa) setara dengan Taman kanak-kanak
yaitu di SBB/TKQ An Nur sejak tahun 2005 sampai 2007, selanjutnya menjadi
pengajar di SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) Al Mawaddah sejak tahun 20072009.

Tahun 2009 sampai sekarang, penulis menjadi

pengajar di Sekolah

Menengah Kejuruan Farmasi Bogor. Pada tahun 2010, penulis mendapat
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program Magister pada Program Studi
Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak (IKA), Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor (IPB).

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

xv

PENDAHULUAN .......................................................................................

1

Latar Belakang ...............................................................................

1

Perumusan Masalah ......................................................................

4

Tujuan Penelitian ..........................................................................

6

Kegunaan Penelitian .....................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................

9

Pengertian dan Pendekatan Teori Keluarga ...................................

9

Pengertian Keluarga .............................................................

9

Pendekatan Teori Struktural Fungsional ..............................

9

Remaja ............................................................................................

11

Pengertian Remaja ................................................................

11

Perkembangan Fisik Remaja ................................................

11

Perkembangan Kognitif Remaja ..........................................

12

Perkembangan Sosial Remaja ..............................................

13

Pola Asuh Sosial Emosi..................................................................

14

Keterikatan Teman Sebaya .............................................................

16

Kecerdasan Emosional ...................................................................

18

Perilaku Bullying ............................................................................

20

Hasil Penelitian Terdahulu .............................................................

22

KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................

25

METODE PENELITIAN ............................................................................

29

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................

29

Tehnik Pengambilan Contoh .........................................................

29

Jenis Dan Tehnik Pengambilan Data ..............................................

31

Pengukuran, Pengolahan Dan Analisis data ..................................

33

Definisi Operasional ......................................................................

38

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................

41

Keadaan Umum Lokasi Penelitian .................................................

41

Jumlah Guru dan Siswa .......................................................

41

Fasilitas Sekolah ..................................................................

42

Peraturan Sekolah ................................................................

42

Karakterisktik Contoh ....................................................................

44

Jenis Kelamin dan Usia Contoh ..........................................

44

Urutan Kelahiran ..................................................................

44

Karakteristik Keluarga ...................................................................

45

Usia Orangtua ......................................................................

45

Pendidikan Orangtua ............................................................

46

Pekerjaan Orangtua ..............................................................

47

Pendapatan Keluarga ...........................................................

48

Karakteristik Teman .......................................................................

48

Jumlah Teman ......................................................................

48

Usia Teman ..........................................................................

49

Pendidikan Teman ...............................................................

50

Alasan Pertemanan...............................................................

50

Pola Asuh Sosial Emosi .................................................................

51

Keterikatan Teman Sebaya ............................................................

53

Kecerdasan Emosional ...................................................................

55

Kemampuan Mengenal Emosi .............................................

55

Kemampuan Mengelola Emosi ............................................

57

Kemampuan Memotivasi Diri..............................................

58

Kemampuan Empati.............................................................

59

Kemampuan Membina Hubungan dengan Orang Lain .......

61

Total Kecerdasan Emosional ...............................................

62

Perilaku Bullying ............................................................................

63

Bullying Secara Verbal ........................................................

63

Bullying Secara Fisik ...........................................................

64

Bullying Secara Sosial..........................................................

65

Bullying Secara Elektronik ..................................................

66

Total Perilaku Bullying .........................................................

68

Hubungan antar Variabel Penelitian Berdasarkan Analisis
Jenis Kelamin.................................................................................

69

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecerdasan Emosional

75

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Bullying .....

77

Pembahasan Umum .......................................................................

79

Keterbatasan Penelitian..................................................................

83

SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

85

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

89

LAMPIRAN .................................................................................................

95

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................................

123

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan materi penelitian ...........

22

2.

Jenis, cara pengumpulan data dan pengukuran variabel..........................

32

3.

Hasil uji reliabilitas alat ukur variabel (nilai alpha cronbach) ................

33

4.

Kategori pola asuh sosial emosi, kecerdasan emosional, keterikatan
teman sebaya dan perilaku bullying.........................................................

5.

36

Luas lahan,status kepemilikan,jumlah kelas, jumlah guru, jumlah siswa
dan rasio guru dan siswa ..........................................................................

42

6.

Penilaian guru/wali kelas terhadap siswa ................................................

43

7.

Sebaran usia contoh berdasarkan jenis kelamin ......................................

44

8.

Sebaran urutan kelahiran contoh berdasarkan jenis kelamin...................

45

9.

Sebaran kategori usia orangtua contoh berdasarkan jenis kelamin .........

45

10. Sebaran pendidikan orangtua contoh berdasarkan jenis kelamin ............

46

11. Sebaran pekerjaan orangtua contoh berdasarkan jenis kelamin ..............

47

12. Sebaran pendapatan total keluarga contoh berdasarkan jenis kelamin...

48

13. Sebaran jumlah teman contoh berdasarkan jenis kelamin .......................

49

14. Sebaran usia teman contoh berdasarkan jenis kelamin ...........................

50

15. Sebaran pendidikan teman contoh berdasarkan jenis kelamin ...............

50

16. Sebaran alasan pertemanan contoh berdasarkan jenis kelamin ...............

51

17. Sebaran kategori pola asuh sosial-emosi contoh berdasarkan jenis
kelamin ....................................................................................................

53

18. Sebaran kategori keterikatan teman sebaya contoh berdasarkan jenis
kelamin ....................................................................................................

55

19. Hasil uji regresi linier berganda faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kecerdasan emosional ...............................................................

76

20. Hasil uji regresi linier berganda faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku bullying .......................................................................

79

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Kerangka pemikiran konseptual pengaruh pola asuh sosial emosi,
kecerdasan emosional dan keterikatan teman sebaya terhadap perilaku

2.

bullying pada siswa SMA di Kota Bogor................................................

27

Kerangka Penarikan Contoh ...................................................................

30

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1. Hasil analisis uji beda T pada variabel pola asuh sosial emosi,
kecerdasan emosional, keterikatan teman sebaya dan perilaku bullying ...

97

2. Hasil uji korelasi Pearson variabel karakteristik contoh, karakteristik
keluarga, pola asuh sosial emosi, kecerdasan emosional, keterikatan
teman sebaya dan perilaku bullying berdasarkan jenis kelamin ................

98

3. Hasil uji korelasi Pearson antar variabel karakteristik contoh,
karakteristik keluarga, pola asuh sosial emosi, kecerdasan emosional,
keterikatan teman sebaya dan perilaku bullying ........................................

99

4. Sebaran pola asuh sosial-emosi contoh berdasarkan jenis kelamin ...........

100

5. Sebaran keterikatan teman sebaya contoh berdasarkan jenis kelamin .......

101

6. Sebaran kecerdasan emosional dimensi mengenal

emosi contoh

berdasarkan jenis kelamin ..........................................................................
7.

Sebaran kecerdasan emosional dimensi

104

mengelola emosi contoh

berdasarkan jenis kelamin ........................................................................

105

8. Sebaran kecerdasan emosional dimensi memotivasi diri contoh
berdasarkan jenis kelamin ..........................................................................

106

9. Sebaran kecerdasan emosional dimensi empati contoh berdasarkan jenis
kelamin .......................................................................................................

107

10. Sebaran kecerdasan emosional dimensi kemampuan membina hubungan
contoh berdasarkan jenis kelamin ..............................................................

108

11. Sebaran total kecerdasan emosional contoh berdasar jenis kelamin ..........

109

12. Sebaran bullying secara verbal contoh berdasarkan jenis kelamin.............

110

13. Sebaran bullying secara fisik contoh berdasarkan jenis kelamin ...............

111

14. Sebaran bullying secara sosial contoh berdasarkan jenis kelamin .............

112

15. Sebaran bullying secara elektronik contoh berdasarkan jenis kelamin .....

113

16. Sebaran total bullying contoh berdasarkan jenis kelamin ..........................

114

17. Wawancara mendalam terhadap contoh terpilih ........................................

115

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Anak sebagai modal sumber daya manusia yang unggul di negara ini,
diharapkan dapat memiliki kecerdasan secara intelektual, spiritual bahkan
kecerdasan secara emosional karena generasi muda (remaja) merupakan motor
penggerak kemajuan sebuah negera. Sebuah negara menjadi kuat eksistensinya
ketika para pemudanya mampu tampil aktif dan dinamis di tengah masyarakat.
Tongkat estafet pembangunan karakter bangsa dan negera ini terus berganti dari
masa ke masa sehingga dibutuhkan sosok generasi yang tangguh dan ulet.
Mendapatkan generasi yang kuat perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya
adalah pola pengasuhan dalam keluarga, kecerdasan emosional serta pergaulan
dengan teman sebaya pada remaja (Papalia 2008).
Pada masa remaja tersebut juga rentan terhadap beberapa permasalahan
kenakalan remaja yang dihadapi seperti pemakaian narkotika, merokok, tawuran,
seks bebas dan bullying serta beberapa kasus kenakalan lainnya. Bullying dalam
bahasa Indonesia disebut dengan istilah perundungan, menurut Olweus (1994)
dimaknai sebagai perilaku agresif dari seseorang / kelompok anak terhadap anak
lain yang lebih lemah

dan dilakukan secara berulang-ulang serta terstruktur

dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Menurut Sejiwa (2006), menyatakan
biasanya orang tua atau guru menganggap bahwa hal itu adalah salah satu cara
berteman mereka. Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor
lingkungan yang kompleks. Faktor tersebut antara lain dari keluarga, sekolah,
teman sebaya dan dalam diri remaja itu sendiri. Beberapa macam cara yang
dilakukan dalam bullying, yaitu secara verbal, fisik, sosial dan elektronik.
Faktor keluarga yaitu anak yang melihat orang tua atau saudara melakukan
bullying maka akan mengembangkan perilaku bullying pula di lingkungan sekitar
anak. Ketika anak menerima pesan negatif berupa hukuman fisik, verbal dan
psikologis di rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri
yang negatif pula, kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung lebih
dulu menyerang orang lain sebelum mereka diserang. Bullying dimaknai oleh
anak sebagai sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang

2

mengancam. Oleh karena itu perlu mengembalikan fungsi keluarga dengan baik.
Menurut Landis (1989) keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang
memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anaknya baik dari segi materiil
maupun spirituil, sehingga dengan memperhatikan prinsip pengasuhan secara
sosial dan emosi anak akan selalu terkontrol dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Pola asuh sosial-emosi dapat dilihat dari beberapa dimensi yaitu kehangatan,
emosi dan pengarahan. Pola asuh sosial-emosi yang diberikan kepada anak,
hendaknya berorientasi pada kasih sayang dan pengawasan serta dorongan.
Pengasuhan memiliki peran yang sangat penting bagi seorang anak, karena dalam
proses pengasuhan mencakup: 1) Interaksi antara anak, orang tua dan lingkungan
masyarakat (termasuk guru dan teman sekolah), 2) Penyesuaian kebutuhan hidup
dan temperamen anak dengan orang tuanya, 3) Pemenuhan tanggung jawab untuk
membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak,

4) Proses mendukung atau

menolak keberadaan anak dan orang tua, serta 5) Proses mengurangi resiko dan
perlindungan terhadap individu dan lingkungan sosialnya. Kelima proses tersebut
akan membentuk gaya pengasuhan yang diterapkan kepada anak yaitu penerimaan
dan kehangatan (Bern 1997).
Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang sering
memberi masukan negatif pada siswa, misalnya berupa hukuman yang tidak
membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati
antar sesama anggota sekolah padahal lingkungan sekolah merupakan rumah
kedua bagi anak. Anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan
penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anakanak yang lainnya. Rata-rata anak menghabiskan waktu di sekolah sekitar 6-8
jam sehari (Sarwono 2002). Hal ini menunjukkan bahwa sepertiga waktunya
dihabiskan di sekolah bersama dengan guru dan teman sekolah. Menurut Papalia
(2008), sekolah merupakan pengorganisir pusat pengalaman dalam kehidupan
sebagian besar remaja.
Interaksi yang terjadi di sekolah dan di sekitar rumah dengan teman
sebaya, kadang kala anak akan terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa
anak melakukan bullying pada anak yang lain dalam rangka untuk membuktikan
bahwa bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun dirasa tidak nyaman

3

dengan perilaku tersebut. Interaksi yang ideal dengan teman sebaya hendaknya
merupakan proses yang simetris dan timbal balik. Bersama teman sebaya pula
diharapkan remaja belajar menjadi pasangan yang terampil dan sensitif dalam
membentuk hubungan. Pertemanan dengan sebaya membutuhkan kemampuan
kognisi dan sosial emosi yang baik, agar tidak terjadi penolakan dan agresi
(Papalia 2008).
Keadaan dalam diri remaja menyangkut perkembangan fisik, kognitif
maupun sosial-emosi. Dijelaskan oleh Soesilowidradini (1990) dalam Puspitawati
(2009) bahwa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan
yang lain, yaitu (a) Status remaja dalam masyarakat masih tidak menentu; (b)
Rasa emosional yang tinggi, cepat marah, takut, cemas, ingin tahu, iri hati, sedih
dan kasih sayang; (c) Perasaan yang tidak stabil, mempunyai masalah dengan
keadaan jasmani, kebebasan, nilai-nilai yang dianut, peranan pria dan wanita
dewasa, lawan jenis dan masyarakat; (d) Kemampuan mengerjakan sesuatu yang
terkadang sukar diselesaikan karena menganggap orang tua dan guru terlalu tua
untuk mengerti pikiran dan perasaannya.

Oleh karena itu hendaknya remaja

mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan
dengan baik emosi diri sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan,
dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai
dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat
terjalin dengan lancar dan efektif (Goleman 2002).
Bullying sudah menjadi masalah global yang kemudian tidak bisa
diabaikan lagi. Oleh sebab itu banyak elemen harus ikut terlibat, baik orang tua,
pihak sekolah, bahkan pemerintah yang mempunyai andil sangat besar untuk
menentukan kebijakan-kebijakan undang-undang yang berkaitan dengan moralitas
bangsa.
Berdasarkan uraian diatas

maka dirasa perlu untuk lebih mengenali

kecerdasan emosional diri anak terkait dengan pola asuh sosial-emosi yang
diterapkan orang tua pada anaknya, sehingga anak dapat mengembangkan konsep
diri dalam pertemanan dengan sebaya dan pada akhirnya diharapkan dapat
menekan perilaku bullying.

4

Perumusan Masalah
Bullying merupakan bagian dari suatu kenakalan yang dilakukan oleh para
remaja. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang
melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia
remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa.

Menurut Santrock (2007),

kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak
dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal. Berdasarkan
tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa terjadinya perubahanperubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif,
emosi, sosial dan pencapaian (Fagan 2006).
Permasalahan lain yang biasa dihadapi adalah adanya pola pengasuhan
yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Terdapat banyak hal yang dapat
membentuk cara dan gaya pengasuhan orang tua. Salah satunya adalah
pengalaman masa lalu yang menjadi bagian dari sejarah kehidupan orang tua.
Orang tua yang memiliki pengalaman traumatis karena disiksa dan dianiaya oleh
orang tua mereka akan melakukan hal yang sama pada pengasuhan terhadap
anaknya, jadi pada perkembangan sosial-emosi seorang anak sangat dipengaruhi
oleh pola asuh sosial-emosi yang dilakukan kepada anaknya (Hastuti 2008).
Secara umum pola asuh yang diberikan orang tua terhadap anak, terutama
pola asuh sosial emosi akan membawa dampak terhadap perkembangan
kecerdasan emosional anak. Emosi seseorang berkembang secara alamiah sejak
individu dilahirkan hingga mencapai tahap kedewasaan. Perkembangan emosi
disebabkan adanya situasi perkembangan usia dan kematangan individu (Baradja
2005). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Khajehpour di Teheran (2011)
menyatakan bahwa kecerdasan emosional dan keterlibatan orang tua dalam
pengasuhannya dapat memprediksi prestasi akademik siswa.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, maka anak remaja akan keluar
dari lingkungan keluarga dan memasuki lingkungan pergaulan sosial dalam
masyarakat yang lebih luas. Pada lingkungan yang baru tersebut para remaja akan
membentuk kelompok dalam melakukan kegiatan bersama teman (Gunarsa &
Gunarsa

2001).

Hasil penelitian Puspitawati (2009) menunjukkan bahwa

perilaku kenakalan pelajar dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung

5

oleh kedua variabel yaitu komunikasi orang tua yang rendah dan keterikatan
teman yang tinggi, ditambah dengan pengaruh langsung dari perilaku agresif
pelajar itu sendiri.
Data yang diperoleh dari Kepolisian Resort Kota (Polresta) Bogor antara
tahun 2000 – 2004 mengenai kenakalan remaja adalah 49 kasus yang meliputi
membawa senjata tajam, tawuran, mengeroyok, pemakaian psikotropika,
menganiaya bahkan membunuh yang dilakukan oleh pelajar SMA di Bogor.
Berdasarkan data dari Sejiwa (2006), mengatakan bahwa dari penelitian selama
tahun 2004-2006 pada tiga SMA di dua kota besar di Pulau Jawa, satu dari lima
guru menganggap bullying adalah hal biasa dalam kehidupan remaja dan tak perlu
dipermasalahkan. Bahkan, satu dari empat guru berpendapat bahwa ’sesekali
penindasan’ tidak akan berdampak buruk terhadap kondisi psikologis siswa.
Kecanggihan tehnologi komunikasi seperti telepon genggam selular
maupun akses internet membawa dampak positif dan negatif bagi pemakainya
karena bullying juga tengah merambah di dunia maya tersebut. Pelaku bisa orang
yang dikenal ataupun tidak, dan biasanya mereka memakai nama samaran agar tak
dapat dideteksi. Hampir disetiap penjuru dunia, orang sudah memakai internet
dan telepon genggam, karena itu bullying secara elektronik juga menjelma
menjadi bentuk bullying yang marak di abad 21. Seseorang yang berniat
mengganggu bisa menggunakan pesan pendek, e-mail, chat room, dan aneka
jejaring sosial atau bahkan membuat situs khusus untuk mempermalukan orang
lain. Bullying secara elektronik mengakibatkan dampak yang bisa jauh lebih
berbahaya dari sekedar luka fisik. Permasalahan bullying secara elektronik lebih
sulit untuk ditindaklanjuti karena sulit untuk mengendalikan sesuatu yang tersebar
melalui dunia maya (Sejiwa 2006).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS 2006) menyatakan
bahwa terdapat sejumlah 25 juta kasus kekerasan mulai dari kasus ringan sampai
berat di seluruh Indonesia, dan berdasar data dari Kepolisian Republik Indonesia
(2009), melaporkan bahwa dari keseluruhan kasus yang ada terdapat 30 persen
kasus yang dilakukan oleh anak-anak dan dari 30 persen tersebut, sebanyak 48
persen dilakukan di lingkungan sekolah. Data yang lain diperoleh dari Plan
Indonesia (Sejiwa 2006), menyatakan dalam hasil penelitian yang dilakukan di

6

empat kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Yogyakarta dan Bogor
terdiri dari 1500 siswa SMA dan 75 guru, diperoleh hasil sebanyak 67.9 persen
terdapat kasus bullying secara verbal, fisik dan psikologis serta 27.9 persen pelajar
terlibat sebagai pelaku sedangkan 25.4 persen adalah sebagai penonton atau hanya
diam saja ketika melihat perilaku bullying terjadi di depan mata mereka.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Smith (2002) yang dilakukan di
Inggris dengan sampel yang berusia 14 tahun, menyatakan bahwa sebanyak 62
persen pernah melakukan bullying secara sosial, 91 persen pernah melakukan
bullying secara fisik dan 94 persen pernah melakukan bullying secara verbal.
Penelitian mengenai bullying secara elektronik juga dilakukan oleh Rivers (2000)
dalam Smith (2002) yang menggunakan sampel sebanyak 656 anak yang berusia
11 – 19 tahun, diperoleh hasil sebanyak 16 persen melakukan bullying dengan
sms, 7 persen melakukan bullying dengan internet chat room dan 4 persen dengan
e-mail. Dari beberapa uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pola asuh sosial-emosi yang tepat untuk menghindari perilaku
bullying.
2. Bagaimana kecerdasan emosional yang baik untuk dapat mematangkan
pribadi seorang anak sehingga dapat menurunkan tingkat perilaku bullying.
3. Bagaimana keterikatan teman sebaya dalam menghadapi perilaku bullying.

Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pola
asuh sosial-emosi, kecerdasan emosional dan keterikatan teman sebaya terhadap
perilaku bullying anak
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi

karakteristik keluarga, karakteristik contoh, karakteristik

teman dan karakteristik sekolah pada anak laki-laki dan perempuan.
2. Mengidentifikasi pola asuh sosial-emosi, kecerdasan emosional, keterikatan
teman sebaya dan perilaku bullying pada anak laki-laki dan perempuan.

7

3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional,
dan perilaku bullying pada anak laki-laki dan perempuan.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pola asuh sosial-emosi, kecerdasan emosional, keterikatan teman sebaya dan
perilaku bullying anak. Semoga penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi orang
tua dalam menerapkan pola asuh secara sosial dan emosi yang tepat terhadap
anak remaja sehingga dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan
diharapkan dapat menjadi manusia yang berkualitas.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
masukan bagi instansi terkait dalam mengambil kebijakan untuk mendukung
gerakan anti bullying baik di rumah maupun di lingkungan sekitar termasuk
lingkungan sekolah. Semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan
landasan bagi pengembangan penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

8

9

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Pendekatan Teori Keluarga
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah wahana utama dan pertama bagi anggota-anggotanya
untuk mengembangkan potensi, mengembangkan aspek sosial dan ekonomi serta
penyemaian benih cinta kasih dan sayang antar anggota keluarga.

Menurut

beberapa ahli, keluarga merupakan unit sosial ekonomi terkecil dalam masyarakat
yang merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang
mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan
perkawinan dan adopsi (BKKBN 1992; Khairuddin 1985; Landis 1989; Day et
al. 1995; Gelles 1995).
Tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
anggota keluarga.

Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang

dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
fisik dan mental yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota keluarga dan
antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Landis 1989; BKKBN 1992).
Setiap keluarga mempunyai tujuan dan fungsi keluarga. Menurut Rice dan
Tucker (1989) mengatakan bahwa fungsi keluarga meliputi fungsi ekspresif yaitu
fungsi untuk memenuhi kebutuhan emosi dan perkembangan anak termasuk
moral, loyalitas dan sosialisasi anak, fungsi instrumental yaitu fungsi manajemen
sumberdaya keluarga untuk mencapai berbagai tujuan keluarga melalui prokreasi
dan sosialisasi anak, dukungan serta pengembangan anggota keluarga.
Pendekatan Teori Struktural Fungsional
Pendekatan yang dimaksud di sini adalah suatu pendekatan teori sosiologi
yang diterapkan dalam institusi keluarga dan mempunyai prinsip-prinsip serupa
yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Struktur dan fungsi keluarga
tersebut tidak terlepas dari pengaruh budaya, norma dan nilai-nilai yang
melandasi sistem masyarakat tersebut (Megawangi 2002).
Teori struktural fungsional menganggap bahwa masyarakat sebagai
organisme biologis yang terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, dan

10

ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme
tersebut tetap dapat bertahan hidup.

Kerusakan atau tidak berfungsinya satu

elemen dalam suatu struktur organisme hidup dapat mempengaruhi elemenelemen lainnya sehingga suatu sistem kehidupan dapat tidak berfungsi dengan
baik (Puspitawati 2009).
Pendekatan struktural fungsional menekankan pada keseimbangan sistem
yang stabil dalam keluarga dan kestabilan sistem sosial dalam masyarakat. Boss
et al. (1993), menyatakan bahwa konsep keseimbangan mengarah kepada konsep
homeostatis suatu organisme yaitu suatu kemampuan untuk memelihara stabilitas
agar kelangsungan suatu sistem tetap terjaga dengan baik meskipun di dalamnya
mengakomodasi adanya adaptasi dengan lingkungan.

Untuk mencapai

keseimbangan dalam sebuah sistem sosial yang tertib dan selanjutnya dapat
mempengaruhi ketertiban dalam sistem sosial yang lebih besar lagi, maka dapat
memperhatikan 3 aspek yaitu: Aspek struktural, aspek fungsional dan aspek
karakteristik dari sistem keluarga.
Menurut Levy dalam Megawangi (2002) menyatakan bahwa keluarga
yang tidak dapat memenuhi perannya dengan baik akan terjadi konflik yang akan
mempengaruhi sistem yang lebih besar lagi. Persyaratan struktural yang dibuat
sebagai pemenuhan agar sistem keluarga dapat terpenuhi, adalah (1) Diferensiasi
peran, alokasi ini mengacu pada gender, generasi, atau posisi dalam status
ekonomi dan politik dari masing-masing peran yang dijalankan dalam keluarga.
(2) Alokasi solidaritas merupakan sebuah bentuk distribusi kasih sayang antara
anggota keluarga yang mengacu kepada keutamaan sebuah relasi terhadap relasi
lainnya. (2) Alokasi ekonomi merupakan distribusi barang dan jasa untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan, didalamnya juga terdapat diferensiasi tugas
terutama dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi barang juga jasa. (3)
Alokasi politik merupakan distribusi kekuasaan dalam keluarga dan yang
bertanggung jawab atas setiap tindakan anggota keluarga. (4) Alokasi integrasi
dan ekspresi yaitu distribusi tekhnik atau cara yang bertanggung jawab untuk cara
sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan perilaku yang memenuhi
tuntutan norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga.

11

Remaja
Pengertian Remaja
Istilah remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.

Remaja merupakan periode

perkembangan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Transisi dari

tahap yang satu menuju tahap yang selanjutnya bersifat gradual dan tidak pasti,
tetapi meskipun jarak waktunya tidak selalu sama pada setiap orang, pada
akhirnya sebagian besar remaja akan tumbuh menjadi orang dewasa yang matang.
Oleh karena itu masa remaja dapat diartikan sebagai jembatan antara masa kanakkanak dan masa dewasa yang harus dilalui oleh seorang individu sebelum mereka
tumbuh menjadi orang dewasa yang seutuhnya dan mampu bertanggungjawab
(Rice & Dolgin

2008).

Berdasarkan usia remaja menurut World Human

Organizations (WHO) dibagi menjadi dua yaitu remaja awal (10-11 tahun) dan
remaja akhir (15-20 tahun). Sementara di Indonesia batasan usia remaja adalah
antara 14-24 tahun (Sarwono 2002).
Menurut Hurlock (1978) remaja adalah mereka yang berada pada usia 1218 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
Menurut Stanley Hall (Santrock 2007) usia remaja berada pada rentang 12-23
tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa
mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat
bervariasi.
Perkembangan Fisik Remaja
Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya
perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan
proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual).
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang
paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sistem
reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ
reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya
perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap
dari karakteristik

seksual primer mencakup

perkembangan organ-organ

reproduksi dan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk

12

tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai dengan
menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran
buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio (mimpi
basah pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut
pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya (Hurlock
1978).
Berdasarkan penelitian Pranadji dan Muharrifah (2010) menyatakan
bahwa anak perempuan lebih mudah untuk stres dibanding laki-laki hal itu
berkaitan erat dengan hormon dan proses kematangan perempuan yang lebih cepat
dibanding dengan laki-laki. Pada masa pubertas, hormon-hormon yang mulai
berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi
dorongan seks remaja. Remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya
dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan
keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual. Akibat proses kematangan
sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi
prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal
ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman secara
fisik (Santrock 2007).
Perkembangan Kognitif Remaja
Menurut Crain (2007), berdasar teori perkembangan kognitif dari Piaget
ada empat tahapan perkembangan yaitu :
1.

Tahapan sensorimotor yang terjadi pada masa infant

2.

Tahapan preoperasional yang terjadi pada masa anak-anak awal

3.

Tahapan formal operational yang dimulai pada masa remaja.
Penelitian yang dilakukan oleh Piaget (Crain 2007) adalah tentang

perubahan struktur kognitif anak sebagai suatu fungsi perkembangan yang terjadi
masa puber pada adolescent. Perubahan dalam struktur kognitif menyangkut
transisi dari pemikiran tahapan operasional ke pemikiran tahapan formal yang
muncul selama masa remaja tergantung pada modifikasi kualitatif termasuk; (1)
Kemampuan kognitif yang telah dikembangkan menyangkut keterampilan
berpikir abstrak, (2) Kemampuan untuk menghubungkan antara satu elemen

13

dengan elemen yang lainnya sehingga mengarah pada analisis dan (3) Adanya
proses berpikir yang konkrit yang terbalik.
Selain dapat berpikir lebih logis, abstrak dan idealis, karakteristik tahapan
pemikiran operasional formal Piaget dapat berubah secara kognitif juga. David
Elkind (1978) dalam Santrock (2007) mendeskripsikan mengenai bagaimana
egosentrisme remaja mempengaruhi cara remaja berpikir tentang masalahmasalah sosial. Egosentrisme remaja adalah kesadaran diri yang bertambah tinggi
pada remaja,

yang menganggap semua orang tertarik pada mereka, disertai

perasaan munculnya perasaan unik dan tidak terkalahkan.
Perkembangan Sosial
Dalam masa perkembangan ini, seorang remaja mulai tergugah rasa sosial
untuk

ingin

bergabung

dengan

anggota-anggota

kelompok

yang

lain.

Pergaulannya yang dulu terbatas dengan keluarga, tetangga dan teman-teman
sekolah, pada perkembangannya ingin lebih meluaskan pergaulannya sehingga
tidak jarang mereka meninggalkan rumah. Menurut Otto Rank dalam Sarwono
(2002) pada diri remaja terjadi perubahan yang sangat drastis, yaitu dari keadaan
tergantung pada orang lain (dependence) pada masa kanak-kanak menuju kepada
keadaan mandiri (independence) pada masa dewasa. Hal-hal lain yang dapat
dikaitkan dengan perkembangan sosial remaja adalah (1) Dependency atau
ketergantungan kepada orang lain; (2) Otonomi yaitu melakukan sesuatu tanpa
adanya bantuan orang lain; (3) Mastery atau penguasaan sebagai keunggulan
individu; dan (4) Kompetensi artinya kecaka