9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini pemanfaatan teknologi informasi merupakan bagian penting dari hampir seluruh aktivitas masyarakat. Bahkan di dunia perbankan hampir seluruh
proses penyelenggaraan sistem pembayaran telah dilaksanakan secara elektronik paperless.
Keunggulan komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam menyclesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya
serta memperkecil kemungkinan melakukan kesalahan, mengakibatkan masyarakat semakin mengalami ketergantungan kepada komputer. Dampak
negatif dapat timbul apabila terjadi kesalahan yang ditimbulkan oleh peralatan komputer yang akan mengakibatkan kerugian besar bagi pemakai user atau
pihak-pihak yang berkepentingan. Kesalahan yang disengaja mengarah kepada penyalahgunaan komputer.
1
Perkembangan teknologi informasi itu telah memaksa pelaku usaha mengubah strategi bisnisnya dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama
dalam proses inovasi produk dan jasa. Pelayanan electronic transaction e- banking
melalui ATM, phone banking dan Internet banking misalnya, merupakan bentuk-bentuk baru dari delivery channel pelayanan bank yang
1
www.lawskripsi.com, “Tindak Pidana Cyber Crime dalam Perspektif Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008”
. Diakses pada tanggal 3 Maret 2010.
Universitas Sumatera Utara
10 mengubah pelayanan transaksi manual menjadi pelayanan transaksi oleh
teknologi. Bagi perekonomian, kemajuan teknologi memberikan manfaat yang sangat
besar, karena transaksi bisnis dapat dilakukan secara seketika real time, yang berarti perputaran ekonomi menjadi semakin cepat dan dapat dilakukan tanpa
hambatan ruang dan waktu. Begitu juga dari sisi keamanan, penggunaan teknologi, memberikan perlindungan terhadap keamanan data dan transaksi.
Contoh mengenai hal ini adalah pada saat terjadi bencana tsunami di NAD dan Sumatera Utara tahun 2004, serta gempa bumi di Yogyakarta, bank-bank yang
berbasis teknologi sangat cepat melakukan recovery karena didukung oleh electronic data back-up
yang tersimpan di lokasi lain, sehingga dengan cepat dapat kembali melakukan pelayanan kepada nasabahnya.
Namun demikian, di sisi lain, perkembangan teknologi yang begitu cepat tidak dapat dipungkiri telah menimbulkan ekses negatif, yaitu berkembangnya
kejahatan yang lebih canggih yang dikenal sebagai Cyber crime, bahkan lebih jauh lagi adalah dimanfaatkannya kecanggihan teknologi informasi dan komputer
oleh pelaku kejahatan untuk tujuan pencucian uang dan kejahatan terorisme. Bentuk kekhawatiran tersebut antara lain tergambar dalam kasus yang menyedot
perhatian dunia baru-baru ini yaitu tindakan yang konon dilakukan oleh Amerika Serikat yang melakukan kegiatan mata-mata secara kontroversial untuk melacak
jutaan transaksi keuangan milik warganya melalui data SWIFT secara illegal.
2
2
http:majalah.tempointeraktif.comidarsip20090608SRTmbm.20090608. SRT13 0520. id.html. Diakses tanggal 3 Maret 2010.
Universitas Sumatera Utara
11 Melihat fakta hukum sebagaimana yang ada pada saat ini, dampak
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah disalahgunakan sebagai sarana kejahatan ini menjadi teramat penting untuk diantisipasi
bagaimana kebijakan hukumnya, sehingga Cyber Crime yang terjadi dapat dilakukan upaya penanggulangannya dengan hukum pidana, termasuk dalam
hal ini adalah mengenai sistem pembuktiannya. Dikatakan teramat penting karena dalam penegakan hukum pidana dasar pembenaran seseorang dapat
dikatakan bersalah atau tidak melakukan tindak pidana, di samping perbuatannya dapat dipersalahkan atas kekuatan Undang-undang yang telah
ada sebelumnya asas legalitas, juga perbuatan mana didukung oleh kekuatan bukti yang sah dan kepadanya dapat dipertanggungjawabkan unsur kesalahan.
Pemikiran demikian telah sesuai dengan penerapan asas legalitas dalam hukum pidana KUHP kita, yakni sebagaimana dirumuskan secara tegas dalam
Pasal I ayat 1 KUHP Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali atau dalam istilah lain dapat dikenal, tiada pidana tanpa kesalahan.
3
Di dalam dunia perbankan perkembangan cyber crime cukup mengejutkan dengan terjadi beberapa kasus yang merugikan pihak perbankan seperti; kasus
pembobolan BNI New York oleh mantan karyawannya sendiri, mutasi kredit fiktif melalui komputer di BDN Cabang Bintaro Jaya, pencurian dana di Bank
Danamon Pusat. Sementara itu sejumlah nasabah pemegang credit card juga mengeluh, karena nomor kartu kreditnya telah dipakai pihak lain untuk melakukan
transaksi e-commerce sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar.
3
www.lawskripsi.com, loc. cit
Universitas Sumatera Utara
12 Keresahan-keresahan ini membuat sebahagian masyarakat meminta jaminan
keadilan dan kepastian hukum di bidang cyber space. Selain itu, perkembangan hukum di Indonesia terkesan lambat, karena
hukum hanya akan berkembang setelah ada bentuk kejahatan baru. Jadi hukum di Indonesia tidak ada kecenderungan yang mengarah pada usaha
preventif atau pencegahan, melainkan usaha penyelesaiannya setelah terjadi suatu akibat hukum. Walaupun begitu, proses perkembangan hukum tersebut
masih harus mengikuti proses yang sangat panjang, dan dapat dikatakan, setelah negara menderita kerugian yang cukup besar, hukum tersebut barn
disahkan. Kebijakan hukum nasional kita yang kurang bisa mengikuti perkembangan kemajuan teknologi tersebut, justru akan mendorong timbulnya
kejahatairkejahatan baru dalam masyarakat yang belum dapat dijerat dengan menggunakan hukum yang lama. Padahal negara sudah terancam dengan
kerugian yang sangat besar, namun tidak ada tindakan yang cukup cepat dari para pembuat hukum di Indonesia untuk mengatasi masalah tersebut.
Oleh karena hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk membahas tentang penanganan cyber crime di sektor perbankan di Indonesia, sebab saat ini
telah begitu banyak kasus-kasus cyber crime yang terjadi dalam dunia perbankan Indonesia, yang memerlukan penanganan dengan segera, praktis maupun teoritis.
B. Permasalahan