Workload Analysis And Correlation On Work Productivity Of CPO Production Process At Semuntai Palm Oil Mill, PTPN XIII Pasir, East Kalimantan

ANALISIS BEBAN KERJA DAN KORELASINYA TERHADAP
PRODUKTIVITAS KERJA PADA PROSES PRODUKSI CPO
DI PMS SEMUNTAI PTPN XIII PASIR, KALTIM

M. ATTA BARY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Beban Kerja
dan Korelasinya terhadap Produktivitas Kerja pada Proses Produksi CPO di PMS
Semuntai PTPN XIII Pasir, Kaltim adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing Dr Ir M Faiz Syuaib, M Agr dan Prof Dr Ir Muchlis Rachmat,
M Agr, dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
M. Atta Bary
NIM F151090021

RINGKASAN
M ATTA BARY. Analisis Beban Kerja dan Korelasinya terhadap Produktivitas
Kerja pada Proses Produksi CPO di PMS Semuntai PTPN XIII Pasir, Kaltim.
Dibimbing oleh M FAIZ SYUAIB dan MUCHLIS RACHMAT.
Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO)
merupakan proses ekstraksi minyak yang dilakukan di Pabrik Minyak Sawit
(PMS). Tahapan proses di PMS dibagi dalam enam stasiun pengolahan yaitu
loading ramp, sterilizer, thresher, screw press, klarifikasi, pabrik biji, serta dua
stasiun penyuplai energi yaitu ketel uap dan ruang mesin. Kegiatan pengolahan
TBS di PMS berkapasitas 50 ton TBS jam-1 berlangsung selama 24 jam per hari.
Pengolahannya masih mengutamakan tenaga manusia, baik sebagai operator alat
dan mesin maupun tenaga kerja manual, waktu kerja di lokasi penelitian terbagi
menjadi 2 shift kerja siang dan malam. Pabrik pengolahan minyak sawit memiliki
sistem kerja yang dinamis sehingga terdapat hubungan erat antara teknologi

sebagai mesin dan manusia sebagai tenaga kerja. Pekerjaan relatif berat, kondisi
lingkungan kerja yang bising, suhu panas dapat mengakibatkan resiko kelelahan
ataupun kecelakaan kerja dan penurunan produktivitas kerja. Analisis beban kerja
melalui melalui metode pengukuran denyut jantung secara langsung pada operator
saat melakukan pekerjaan pada masing-masing stasiun dapat menggambarkan
kondisi beban kerja yang sebenarnya terjadi di sana.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat beban kerja dan
korelasinya terhadap produktivitas kerja di pabrik pengolahan minyak sawit
dengan kapasitas 50 ton TBS jam-1, serta menganalisis jumlah dan distribusi
tenaga kerja yang optimal berdasarkan tingkat beban kerja, konsumsi energi kerja
dan durasi kerja.
Penelitian ini dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara XIII PMS
Semuntai. Kegiatan penelitian dilakukan pada 8 stasiun pengolahan CPO yang
melibatkan 18 subyek operator. Analisis denyut jantung dilakukan untuk
mengetahui tingkat beban kerja yang dialami operator secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengukuran menggunakan Heart Rate Monitor, diawali dengan
pengukuran denyut jantung subyek operator saat kalibrasi step test untuk
mengetahui karakteristik denyut jantung masing-masing subyek operator.
Selanjutnya dilakukan pengukuran denyut jantung subyek operator saat
melakukan pekerjaan pada masing-masing stasiun pengolahan CPO. Indikator

tingkat beban kerja (kualitatif) disampaikan dalam terminologi Increase Ratio of
Heart Rate - IRHR (Syuaib 2002). Sedangkan laju konsumsi energi (beban kerja
kuantitatif) disampaikan dalam terminologi Total Energi Cost (TEC) dalam
satuan kkal per waktu.
Parameter lain pada penelitian ini selain konsumsi energi pada 8 stasiun
pengolahan CPO adalah produktivitas kerja subyek operator pada shift siang dan
malam. Nilai produktivitas kerja dapat dilihat dari kapasitas TBS yang mampu
diolah setiap operator pada stasiunnya dan waktu kerja efektif untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Kondisi ambient lingkungan kerja pada stasiun
pengolahan CPO dilakukan pengukuran yang meliputi tingkat kebisingan, suhu
dan kelembaban.

Kondisi ambient lingkungan kerja menunjukkan bahwa tingkat kebisingan
yang terjadi pada stasiun-stasiun kerja di pabrik berkisar antara 77.73 sampai
108.40 dBA. Tingkat kebisingan tertinggi terjadi pada ruang mesin sebesar 108.40
dBA. Kondisi suhu lingkungan kerja berkisar antara 27.50 sampai 36.43 C.
Tingkat suhu tertinggi terjadi pada ruang mesin sebesar 36.43 C. Kondisi
kelembaban relatif pada seluruh stasiun pengolahan CPO berkisar antara 21.19
sampai 71.10 %. Tingkat kelembaban relatif tertinggi terjadi pada stasiun
klarifikasi sebesar 71.10 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat beban kerja secara umum
adalah “ringan” sampai dengan “sedang” dengan nilai IRHR antara 1.15 sampai
1.74. Tingkat beban kerja tertinggi terjadi pada stasiun ketel uap dengan IRHR
1.74.
Waktu kerja efektif yang diperlukan untuk menyelesaikan target pekerjaan
sebesar 600 ton TBS per shift kerja (11 sampai 13 jam kerja per shift) pada
masing-masing stasiun pengolahan CPO berkisar antara 2.69 sampai 6.37 jam.
Tingkat konsumsi energi (tenaga kerja manusia) rata-rata per ton TBS
adalah sebesar 18.56 kkal. Jumlah tenaga kerja optimal untuk produktivitas yang
direncanakan (50 ton TBS jam-1) adalah 23 orang.
Kata kunci : Pabrik Minyak Sawit, beban kerja, pengolahan tandan buah segar

SUMMARY
M. ATTA BARY. Workload Analysis and Correlation on Work Productivity of
CPO Production Process at Semuntai Palm Oil Mill, PTPN XIII Pasir, East
Kalimantan. Supervised by M. FAIZ SYUAIB and MUCHLIS RACHMAT.
The processing of fresh fruit bunch (FFB) into crude palm oil (CPO) is
basically
an oil extraction process which takes place in 8 processing
stations,which are loading ramp, sterilizer, thresher, screw press, clarifying, kernel

plant, boiler, and engine room. FFB processing activities in a palm oil mill with a
capacity of 50 tones FFB hour-1go on 24 hours daily. The palm oil mill still uses
men power as tool and engine operators which are arranged into night work and
day work shifts. This mill has a dynamic working system so that there is a close
relationship between technology as a machine and human as a labor. A relatively
heavy work, noisy work environment, and hot temperature could result in a risk of
exhaustion, work accident, and lowering work productivity. Analysis of workload
through direct heart rate measurement of the operator when performing work on
the station can provide the actual workload condition that occured.
This study aims to analyze the level of workload and its correlation to
work productivity in palm oil processing plant with a capacity of 50 tonnes FFB
hour-1, as well as analyzing the number and distribution of optimal labor based on
workload level, energy consumption and labor duration.
This research was conducted at Semuntai Palm Oil Mill, which belongs to
PT Perkebunan Nusantara XIII. The research activities carried out at 8 processing
stations involving 18 operators. Heart rate analysis was conducted to determine
operator’s workload level qualitatively and quantitatively using a Heart Rate
Monitor. Heart rate measurement began with the step test calibration to determine
the characteristics of the heart rate of each operator and was followed by
measuring subject’s heart rate when performing work on each processing station.

Workload level indicator (qualitative) was presented in the terminology of
Increase Ratio of Heart Rate - IRHR (Syuaib 2002), while the rate of energy
consumption (quantitative workload) was presented in the terminology of Total
Energy Cost (TEC) in the unit of kcal per time.
In addition to energy consumption we also measured labor productivity of
operator for each day work and night work shift. Value of labor productivity could
be seen from the TBS capacity that could be processed by each operator on his
station and the effective time that needed to accomplish the job. Measurement of
ambient condition of work environment on processing stations included noise
levels, temperature, and humidity.
The ambient condition of work environment showed that noise level at
processing stations varied between 77.73 and 108.40 dB, with the highest level
occuring at engine room. Work environment temperature at processing stations
varied between 27.50 and 36.43 C, where the highest temperature also occured
at engine room. Relative humidity at processing stations varied between 21.19
and 71.1 % where the highest level occured at clarifying station.
The result showed that the level of workload in general was “light” to
“moderate” with the Increase Ratio of Heart Rate (IRHR) value of 1.15 to 1.74.

The highest workload level occured at boiler station with IRHR value of 1.74. The

effective work time needed to accomplish the whole work target for 600 ton FFB
per work shift at each processing station was 2.69 to 6.37 hours. The average level
of energy consumed (human labor) per ton FFB was 18.56 kcal. The optimal
number of human labor for planned productivity (50 ton FFB hour-1) was 23
labors.
Keyword : Palm oil mill, workload, FFB processing

ipsum

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS BEBAN KERJA DAN KORELASINYA TERHADAP

PRODUKTIVITAS KERJA PADA PROSES PRODUKSI CPO
DI PMS SEMUNTAI PTPN XIII PASIR, KALTIM

M. ATTA BARY

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Leopold O Nelwan, S TP M Si

Judul Tesis : Analisis Beban Kerja dan Korelasinya terhadap Produktivitas Kerja
pada Proses Produksi CPO di PMS Semuntai PTPN XIII Pasir, Kaltim

Nama
: M. Atta Bary
NIM
: F151090021

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir M Faiz Syuaib, M Agr
Ketua

Prof Dr Ir Muchlis Rachmat, M Agr
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknik Mesin Pertanian dan Pangan

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr Ir Setyo Pertiwi, M Agr

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 1 Juli 2013
(tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus: 30 Juli 2013
(tanggal penandatanganan tesis
oleh Dekan Sekolah
Pascasarjana)

PRAKATA
Untaian puji hanyalah milik Allah subhanahu wa ta’ala Rabb alam semesta,
atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini ialah fisiologi kerja, dengan judul Analisis Beban Kerja dan
Korelasinya terhadap Produktivitas Kerja pada Proses Produksi CPO di PMS
Semuntai PTPN XIII Pasir, Kaltim.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir M Faiz Syuaib, M Agr

dan Bapak Prof Dr Ir Muchlis Rachmat, M Agr selaku pembimbing. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada General Manajer PTPN XIII Distrik
Kalimantan Timur, Manajer PMS Semuntai, Kepala Asisten Pengolahan PMS
Semuntai beserta rekan-rekan Asisten Pengolahan, Mandor dan Operator di
Stasiun Pengolahan PMS Semuntai, yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga, atas
segala do’a dan dukungannya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Jazakumullahu khairan, barakallahu fiik.
Bogor, Juni 2013
M. Atta Bary

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Urgensi Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Kebun Kelapa Sawit
Kelapa Sawit dan Produk Turunannya
Pengolahan di Pabrik Minyak Sawit
Profil Perusahaan
Ergonomika
Fisiologi Kerja
Kebisingan
Suhu dan Kelembaban
3 METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Alat dan Perlengkapan
Metode Penelitian
Penelitian Pendahuluan
Pengambilan Data
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem dan Pola Kerja di Lokasi Penelitian
Pengambilan Data Subyek Operator
Kondisi Ambient Kerja di Stasiun Pengolahan CPO
Analisis Beban Kerja di Stasiun Pengolahan CPO
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

i
i
i
ii
1
1
3
3
5
5
5
6
8
11
11
12
15
18
18
18
18
19
20
25
25
27
55
61
66
67
69
79

DAFTAR TABEL

1 Nilai ambang batas kebisingan
2 Nilai ambang batas iklim kerja
3 Tabel konversi BME ekuivalen dengan VO2 berdasarkan luas
permukaan tubuh (Syuaib 2003)
4 Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR (Syuaib 2003)
5 Karakteristik subyek operator yang diobservasi
6 Perhitungan luas permukaan tubuh dan BME operator yang diobservasi
7 Rekapitulasi perhitungan HR step test, IRHRST dan WECST
8 Persamaan korelasi “IRHR-WEC” hasil kalibrasi step test untuk
masing-masing subyek operator
9 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun loading
ramp untuk shift kerja siang
10 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun loading
ramp untuk shift kerja malam
11 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun sterilizer
untuk shift kerja siang
12 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun sterilizer
untuk shift kerja malam
13 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun thresher
untuk shift kerja siang
14 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun thresher
untuk shift kerja malam
15 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun screw
press untuk shift kerja siang
16 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun screw
press untuk shift kerja malam
17 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun
klarifikasi untuk shift kerja siang
18 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun
klarifikasi untuk shift kerja malam
19 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di pabrik biji untuk
shift kerja siang
20 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di pabrik biji untuk
shift kerja malam
21 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun ketel uap
untuk shift kerja siang
22 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di stasiun ketel uap
untuk shift kerja malam
23 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di ruang mesin
untuk shift kerja siang
24 Hasil Pengukuran beban kerja dan tingkat kejerihan di ruang mesin
untuk shift kerja malam
25 Rata-rata beban kerja dan tingkat kejerihan di masing-masing kondisi
kerja yang diobservasi

13
16
23
23
27
28
30
31
34
34
37
37
39
40
42
42
44
45
47
47
49
51
52
52
53

26 Rata-rata beban kerja dan tingkat kejerihan serta kondisi ambient kerja
di masing-masing kondisi kerja yang di observasi
27 Rata-rata beban kerja dan toleransi waktu pemaparan bising di stasiun
kerja
28 Konsumsi energi pada masing-masing stasiun pengolahan CPO dan
optimasi pekerja di 8 stasiun pengolahan

56
57
63

DAFTAR GAMBAR
1 Pohon industri kelapa sawit (Sumber: PPKS)
2 Bagan alir proses pengolahan kelapa sawit di PMS
3 Peralatan yang digunakan untuk pengukuran beban kerja operator dan
kondisi lingkungan; (a) portable HRM; (b) wearlink HR sensor; (c)
IrDA USB adapter interface; (d) digital metronome; (e) stopwatch; (f)
bangku step test; (h) sound level meter; dan (h) thermohygrometer
4 Diagram alir penelitian di Pabrik Minyak Sawit
5 Pemasangan alat ukur denyut jantung (a) wearlink HR sensor dan (b)
receiver portable HR
6 Tahapan gerakan langkah kaki saat melakukan step test
7 Skema proses produksi minyak sawit berdasarkan stasiun kerja
8 Pembagian shift kerja 2 pola dan pertukaran shift setiap pekan
9 Grafik denyut jantung subyek OP1 saat melakukan kalibrasi step test
10 Contoh “grafik plot” IRHR terhadap WEC dari hasil kalibrasi step test
(subyek OP1)
11 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun loading ramp saat
bekerja di shift kerja siang
12 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun loading ramp saat
bekerja di shift kerja malam
13 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun sterilizer saat bekerja di
shift kerja siang
14 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun sterilizer saat bekerja di
shift kerja malam
15 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun thresher saat bekerja di
shift kerja siang
16 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun thresher saat bekerja di
shift kerja malam
17 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun screw press saat bekerja
di shift kerja siang
18 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun screw press saat bekerja
di shift kerja malam
19 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun klarifikasi saat bekerja di
shift kerja siang
20 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun klarifikasi saat bekerja di
shift kerja malam
21 Grafik denyut jantung subyek operator pabrik biji saat bekerja di shift
kerja siang

6
7

18
19
20
21
25
26
28
31
33
35
36
38
39
40
41
43
44
45
46

22 Grafik denyut jantung subyek operator pabrik biji saat bekerja di shift
kerja malam
23 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun ketel uap saat bekerja di
shift kerja siang
24 Grafik denyut jantung subyek operator stasiun ketel uap saat bekerja di
shift kerja malam
25 Grafik denyut jantung subyek operator ruang mesin saat bekerja di shift
kerja siang
26 Grafik denyut jantung subyek operator ruang mesin saat bekerja di shift
kerja malam

48
49
50
51
52

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kegiatan kerja pada stasiun pengolahan di Pabrik Minyak Sawit
2 Grafik hasil pengukuran kalibrasi step test dan grafik korelasi IRHR
dengan WEC step test subyek operator

69
70

DAFTAR ISTILAH

CPO (Crude Palm Oil)

:

Hasil olahan primer dari tandan buah segar kelapa
sawit

BME (Basal Metabolic Energy)

:

Laju kebutuhan energi metabolik yang diperlukan
oleh manusia untuk menjalankan fungsi dasar
fisiologisnya agar bertahan hidup (kkal menit-1)

bpm (beats per minute)

:

Satuan untuk denyut jantung (denyut per menit)

HR (Heart Rate)

:

Denyut jantung

IRHR (Increase Ratio of Heart Rate)

:

Indeks perbandingan relatif antara denyut jantung
saat bekerja terhadap denyut jantung saat istirahat

PPE (Personal Protection Equipment)
atau
PPD (Perlengkapan Perlindungan
Diri)

Perlengkapan atau pakaian tertentu yang harus
dikenakan seseorang (pekerja) untuk melindungi
dirinya dari resiko bahaya saat melakukan pekerjaan
tertentu

ST (Step Test)

:

Metode kalibrasi untuk mengetahui korelasi relatif
antara peningkatan denyut jantung terhadap
peningkatan beban kerja

TBS (Tandan Buah Segar)

:

Tangkai buah yang berisi buah sawit segar sebagai
hasil panen pohon kelapa sawit

TEC (Total Energy Cost)

:

Laju konsumsi energi metabolik secara keseluruhan
(total) yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan
suatu aktivitas tertentu

TEC’ (TEC per body weight)

:

TEC ternormalisasi terhadap berat badan (TEC
dibagi berat badan subyek)

WEC (Work Energy Cost)

:

Peningkatan laju kebutuhan energi metabolik yang
terjadi akibat adanya peningkatan beban atau
aktivitas kerja (kkal menit-1)

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan
salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non
migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam
perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk
memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.
Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas
dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama
kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan
perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan dalam pembukaan wilayah baru untuk
areal perkebunan besar swasta. Untuk membangun sebuah usaha perkebunan yang
integrated dengan industri Crude Palm Oil (CPO) dibutuhkan sekurangnya lahan
perkebunan seluas 6000 hektar dalam satu hamparan.
Tanaman kelapa sawit menghasilkan Tandan Buah Sawit (TBS) yang
mengandung minyak sawit 25 % dan inti sawit 7 % (Naibaho 1998). Minyak sawit di
dalam tandan saat proses pengolahan mudah mengalami perubahan kimia dan fisika
sehingga perlu segera diolah. Tandan harus mendapat perlakuan fisika dan mekanik di
dalam pabrik sehingga diperoleh minyak dan inti. Oleh sebab itu pengembangan
perkebunan sawit selalu diiringi dengan pembangunan pabrik.
Dalam hal industri pengolahan, industri pengolahan CPO telah berkembang
dengan pesat. Unit pengolahan minyak sawit di pabrik merupakan proses pengolahan
tandan buah segar untuk mengekstraksi minyak, di mana banyak diperlukan tenaga
kerja. Pabrik Minyak Sawit (PMS) dengan kapasitas 30 ton TBS jam-1 memerlukan
sekitar 158 orang tenaga (Siregar 2005). Menurut GAPKI (2009) jumlah PMS yang
terdata di tahun 2009 ada sekitar 470 PMS dengan jumlah pekerja sebesar 63450 orang
yang tersebar di seluruh Indonesia dan ini merupakan salah satu sektor yang banyak
menyerap tenaga kerja dan untuk selanjutnya pabrik-pabrik pengolahan ini akan terus
bertambah seiring dengan pertambahan areal perkebunan sawit.
Tahapan proses ekstraksi minyak sawit adalah sterilisasi (perebusan), pemisahan
buah dari tandan yang telah direbus (pemipilan), pelumatan buah, pengeluaran minyak
dan pemisahan inti sawit (pengempaan) dan pemurnian minyak (klarifikasi). Tandan
buah dikumpulkan dalam jumlah besar sebelum diolah di pabrik. Pengolahan TBS
dalam kapasitas besar ini berdampak pada penggunaan alat mesin dengan kapasitas
yang besar pula. Operasional alat mesin pengolahan yang berada di pabrik masih
dikendalikan oleh operator.
Alat mesin yang terdapat di pabrik dikelompokkan pada stasiun-stasiun kerja
yakni stasiun loading ramp, sterilizer, thresher, screw press, klarifikasi, pabrik biji,
ketel uap dan ruang mesin. Operator yang mengendalikan alat mesin dibagi dalam
kelompok kerja berdasarkan stasiun kerja yang ada. Stasiun-stasiun pengolahan di
pabrik memerlukan energi untuk menjalankan mesin. Energi yang dibutuhkan mesin
berupa steam dan listrik. Mesin-mesin yang memerlukan steam saat proses pengolahan
CPO adalah turbin uap di ruang mesin, bejana sterilisasi di stasiun sterilizer, digester di
stasiun screw press dan continuous settling tank di stasiun klarifikasi. Tahapan proses
pengolahan yang memerlukan suhu dan tekanan saat kerja adalah proses perebusan,

2

suhu saat pelumatan buah, tekanan saat pengempaan, suhu saat pemisahan (klarifikasi),
suhu saat pengeringan minyak serta pengeringan biji dan inti biji. Umumnya mesinmesin pada unit proses tersebut bersinggungan atau berada dalam keadaan ekstrim
yakni berada pada suhu dan tekanan tinggi (Siregar 2005). Dampak lain dari
penggunaan mesin-mesin berkapasitas besar di pabrik adalah kebisingan yang
ditimbulkan oleh aktivitas mesin-mesin pengolahan, bising saat pembuangan steam oleh
back pressure vessel dan saat pembuangan steam bekas perebusan.
Pabrik pengolahan minyak sawit merupakan bagian dari industri kelapa sawit
yang merupakan sistem kerja yang dinamis sehingga memiliki hubungan erat antara
teknologi sebagai mesin dan manusia sebagai tenaga kerja. Umumnya pekerjaan
dilakukan pada jam kerja yang dimulai pukul 07.00 sampai pukul 18.00 (Rosa dan
Colligan 1997). Pabrik Minyak Sawit dengan kapasitas pengolahan sebesar 50 ton TBS
jam-1 memiliki jam operasional selama 24 jam, sehingga diberlakukan pembagian shift
kerja bagi operator yang bekerja di pabrik.
Pembagian shift kerja akan mempengaruhi kondisi fisiologis tubuh manusia di
mana pada siang hari tubuh manusia siap untuk beraktivitas dan pada malam hari tubuh
manusia akan beristirahat. Perubahan jam biologis tubuh pekerja oleh shift kerja akan
mempengaruhi tingkat kesehatan pekerja (Costa 1996). Esquirol et al. (2011)
melakukan analisis terhadap beberapa hasil penelitian 10 tahun terakhir tentang shift
kerja dan faktor-faktor resiko cardiovaskular, menyimpulkan bahwa shift kerja
memiliki dampak pada faktor-faktor resiko cardiovaskular seperti gangguan ritme
sirkadian, gangguan tidur, perubahan perilaku (gangguan diet, konsumsi alkohol,
merokok) dan tekanan pekerjaan. Pengaruh shift kerja pada sebuah industri perlu
mendapatkan perhatian serius oleh pihak manajemen maupun pekerja itu sendiri
(Mitchell dan Williamson 2000; Tamagawa et al. 2007; Mitchell et al. 2008).
Kondisi kerja di lingkungan PMS secara ergonomi perlu penelitian lebih lanjut
karena tingkat kebisingan di atas ambang batas (85 dBA), suhu lingkungan kerja di
beberapa titik mencapai 35 sampai 45 oC. Kondisi kerja ini akan mempengaruhi tingkat
kejerihan operator, apalagi jika operator harus bekerja dalam waktu yang cukup lama
yakni lebih dari 8 jam.
Faktor manusia pada industri pengolahan minyak sawit memiliki pengaruh
terhadap produktivitas kerja. Pengolahan minyak sawit di pabrik melibatkan banyak
tenaga kerja untuk mengendalikan alat dan mesin pengolahan. Beban kerja yang
berpengaruh bagi pekerja pada tempat kerjanya merupakan kondisi beban kerja dalam
kajian sistem antara manusia dan mesin (Kroemer dan Grandjean 1997; Sanders dan
McCormick 1993).
Menurut Syuaib (2003) fisiologi kerja adalah satu bab disiplin ilmu ergonomika
yang mengkaji tentang kondisi fisiologi yang disebabkan tekanan eksternal saat
melakukan suatu aktivitas kerja. Kajian fisiologi kerja sangat terkait dengan beberapa
indikator metabolik, yaitu : (1) cardiovascular (denyut jantung); (2) respiratory
(pernafasan); (3) body temperature (suhu tubuh); dan (4) muscular act (aktivitas otot).
Kerja dalam ilmu ergonomika diartikan sebagai suatu aktivitas fisik untuk
menghasilkan sesuatu. Manusia menggunakan otot hampir untuk seluruh jenis
pekerjaan, otot manusia sendiri memerlukan energi untuk melakukan kerja fisik.
Menurut Astrand dan Rodahl (1977), konsumsi oksigen akan meningkat secara linier
sesuai dengan beban kerja yang dialami. Hal ini menunjukkan bahwa semakin berat
beban kerja yang dialami maka akan semakin meningkat penyerapan oksigen. Energi

3

yang diperlukan otot untuk melakukan kerja berasal dari proses oksidasi glukosa yang
terjadi di dalam tubuh.
Konsumsi oksigen secara langsung berkaitan dengan pengeluaran energi tetapi
pengukurannya cukup sulit dalam situasi kerja nyata. Sehingga, pengukuran konsumsi
energi lebih sering dihitung melalui pengukuran denyut jantung karena pengukurannya
lebih mudah. Menurut Bridger (2003) denyut jantung meningkat sesuai fungsi dari
beban kerja dan konsumsi oksigen.
Pengukuran energi fisik manusia yang dikonsumsikan untuk kerja berguna untuk
mengetahui kapasitas aerobik tubuh (Pennathur et al. 2005), mengetahui ketahanan dan
daya tahan otot (Demura dan Nakada 2010) dan hasil pengukurannya dimanfaatkan
untuk pemilihan teknik penanganan secara manual (Singh 2011).
Kajian tentang beban kerja yang berhubungan dengan pengukuran beban kerja
atau fisiologi kerja pada industri pertanian terus dikembangkan dan diaplikasikan,
diantaranya pada penggunaan traktor tipe ride-on (Syuaib et al. 2003), penggunaan
power tiller (Tiwari dan Gite 2006) dan pemanenan padi (Singh 2012).

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis tingkat beban kerja dan korelasinya terhadap produktivitas kerja di
pabrik pengolahan minyak sawit dengan kapasitas 50 ton TBS jam-1.
2. Menganalisis jumlah dan distribusi tenaga kerja yang optimal berdasarkan tingkat
beban kerja, konsumsi energi kerja dan durasi kerja.
Urgensi Penelitian
Saat ini terdapat enam pemain besar bisnis CPO yang menguasai lebih dari 50%
areal perkebunan kelapa sawit, yakni PT. Perkebunan Nusantara – PTPN (terdiri dari 13
PTPN), Sinar Mas, Raja Garuda Mas, Astra Agro Lestari, Minamas Plantation
(Kelompok Guthrie Berhad asal Malaysia) dan Indofood Tbk. Hingga tahun 2011 dari
data yang dimiliki Bidang Usaha Disbun Prov. Kaltim di Kalimantan Timur sedikitnya
ada sekitar 27 pabrik pengolahan minyak sawit dengan kapasitas pengolahan sebesar
1245 ton TBS jam-1 yang tersebar di 7 Kabupaten yakni Kabupaten Pasir, Penajam
Paser Utara, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Berau, Nunukan, dan Kutai Barat
Kualitas dan produksi minyak sawit berkaitan dengan tandan buah segar yang
dipanen dan diolah di pabrik. Tandan buah sawit harus dipanen sematang mungkin,
karena salah satu faktor utama kualitas minyak sawit adalah kandungan Asam Lemak
Bebas (ALB) dalam minyak. Kandungan ALB pada kisaran mutu minyak sawit yang
bagus hingga mutu biasa adalah 2.2 sampai 3.5 % (sebagai palmitat). Perlakuan TBS
pada waktu pengumpulan dan pengangkutan ke pabrik harus selembut mungkin
(meminimalkan perlukaan pada buah sawit) dan mengolahnya sedini mungkin.
Pengolahan di pabrik harus memakai energi dan tenaga kerja dengan hemat tetapi
cukup, suhu kerja pengolahan harus tercapai. Harus menekan jam henti seminimalnya,
yaitu dengan melakukan pemeliharaan pabrik secara terencana. Proses pengolahan di
pabrik minyak sawit, hal utama yang perlu diperhatikan adalah suhu dan tekanan
perebusan, suhu pada peremasan, tekanan pengempaan dan suhu pada pemisahan

4

minyak (klarifikasi). Selanjutnya juga suhu pengeringan minyak, pengeringan biji dan
inti biji. Umumnya mesin-mesin pada unit proses tersebut bersinggungan atau berada
dalam keadaan ekstrim yakni berada pada suhu dan tekanan tinggi (Siregar 2005).
Dalam rangka meningkatkan produktivitas maka perbaikan prestasi kerja
operator merupakan salah satu syarat penting. PMS dalam menjalankan produksinya
menggunakan mesin-mesin untuk memproduksi CPO dalam skala besar. Dengan
adanya mesin-mesin tersebut, diharapkan bahan baku berupa TBS dapat menghasilkan
ALB yang rendah dan rendemen yang tinggi serta menambah efisiensi kerja. Namun, di
sisi lain dengan adanya mesin-mesin tersebut tanpa disadari menimbulkan dampak yang
kurang baik bagi kesehatan jika tidak diperhatikan dengan cermat. Keadaan lingkungan
kerja yang tidak nyaman bagi pekerja secara tidak langsung dapat merugikan kesehatan,
menurunkan performansi dan produktivitas tenaga kerja.
Untuk mengetahui karakteristik ambient lingkungan kerja dan beban kerja yang
dialami pekerja dalam suatu lingkungan kerja serta tinjauannya dan aspek kesehatan,
kenyamanan dan keselamatan kerja dalam industri perlu dilakukan penelitian dengan
pendekatan ergonomika. Aplikasi ilmu ergonomika bertujuan untuk menghasilkan
hubungan yang sinergi antara manusia, mesin, dan lingkungan kerja dengan tolak ukur
kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan kerja sehingga dihasilkan produktivitas kerja
yang optimal. Produktivitas kerja di dalam PMS dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya belum terukur secara tepat. Hal ini berkaitan dengan permasalahan
beban kerja (fisiologi kerja). Aspek-aspek fisiologi kerja ini sangat berhubungan dalam
menentukan tingkat kemampuan dan kenyamanan operator saat menjalankan tugasnya
di PMS. Oleh karena itu perlu dikaji tingkat beban kerja terhadap kemampuan operator
dalam menjalankan tugasnya di PMS sehingga diperoleh produktivitas kerja yang
optimal.

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Kebun Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) termasuk golongan tumbuhan palma. Sawit
menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan
permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi.
Upaya pembudidayaan kelapa sawit dunia secara kebetulan terjadi pertama kali
di Indonesia. Kelapa sawit di Indonesia diintroduksi pertama kali oleh Kebun Raya
tahun 1848 saat Johannes Elyas Teysmann menjabat sebagai Direktur Kebun Raya
dengan mendatangkan sebanyak empat pohon, dua di antaranya berasal dari Hortus
Botanicus Amsterdam dan dua lagi dari Reunion atau Mauritius. Hasil introduksi ini
berkembang dan menjadi induk dari perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara. Pohon
induk ini telah mati pada 15 Oktober 1989, tapi anakannya bisa dilihat di Kebun Raya
Bogor. Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis oleh Adrian Hallet
berkebangsaan Belgia pada tahun 1911 dengan membangun perkebunan kelapa sawit
pertama dalam skala besar di Sungai Liput (pantai timur Aceh) dan Pulu Raja (Asahan)
dengan menggunakan benih dari Deli. Pada tahun 1914 perkebunan ini telah mencapai
luas 3250 ha. Bersama rintisan A. Hallet, seorang Jerman bernama Karl Valentine
Theodore Schdat, adalah pelopor pembudidayaan kelapa sawit, pada tahun 1911
menanam 2000 pohon kelapa sawit di kebun Tanah Itam Ulu di Wilayah konsesi Deli.
Pada tahun 1925 di pulau Sumatera telah ditanam sawit pada kebun seluas 39000 ha dan
pada tahun 1938 seluas 114000 ha ( Siahaan dan Darmosarkoro 2010).
Pada awalnya, pelaku usaha kelapa sawit terbatas pada perusahaan asing
berskala besar dan terintegrasi antara budidaya, pengolahan Pabrik Minyak Sawit dan
pemasaran hasilnya. Hal ini berlangsung hingga periode awal Republik. Sekitar 1958,
beberapa perusahaan Belanda dinasionalisasikan dan diambil alih sebagai Perusahaan
Perkebunan Negara.
Kelapa Sawit dan Produk Turunannya
Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada
umur 24 sampai 30 bulan dengan usia produktif hingga 25 tahun dan tingginya dapat
mencapai 24 meter. Produktivitas kelapa sawit meningkat mulai umur 3 sampai 14
tahun dan akan menurun kembali setelah 15 sampai 25 tahun. Setiap pohon sawit dapat
menghasilkan 10 sampai 15 TBS per tahun dengan berat 3 sampai 40 kg per tandan,
bergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1000 sampai 3000 brondolan
dengan berat rata-rata berondolan berkisar 10 sampai 20 gram (Pahan 2006). Bunga
dan buahnya berupa tandan. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman.
Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu
digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan
untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu
bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan
arang. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropis, pada
ketinggian 0 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah
yang subur, di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi. Kelembaban tinggi itu antara

6

lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2000 sampai 2500 mm
setahun.

Gambar 1 Pohon industri kelapa sawit (Sumber: PPKS)
Produk utama adalah minyak sawit yang terdiri dari Crude Palm Oil (CPO) dan
Palm Kernel Oil (PKO), yang selanjutnya menjadi bahan baku industri hilir pangan
maupun non pangan. Di samping produk utama CPO dan PKO serta produk-produk
turunannya secara lebih rinci dalam pohon industri kelapa sawit (Gambar 1) dapat
dilihat potensi produk-produk sampingan seperti tandan kosong, pelepah dan batang,
serta limbah padat dan limbah cair.
Pengolahan di Pabrik Minyak Sawit
Usaha kebun kelapa sawit yang memiliki pabrik bertujuan menghasilkan minyak
dan inti sawit sebanyak-banyaknya, dengan mutu setinggi-tingginya dan dengan biaya
serendah-rendahnya. Untuk mencapai tujuan tersebut perkebunan yang memiliki pabrik,
dalam mengelola dan mengendalikan kebunnya harus memanen sematang mungkin.
Pembatas dalam hal ini adalah kehilangan berondolan dan peningkatan kadar ALB
dalam minyak (Siregar 2005).
Tanaman kelapa sawit menghasilkan tandan yang mengandung minyak 25 %
dan inti sawit 7 %. Tandan tersebut harus mendapat perlakuan fisika dan mekanik dalam
pabrik sehingga diperoleh minyak dan inti. Pengembangan tanaman kelapa sawit selalu
disertai dengan pembangunan pabrik, yang berbeda halnya dengan pengolahan hasil
komoditi lainnya yang dapat dilakukan secara manual atau tradisional. Hal ini
disebabkan minyak sawit mudah mengalami perubahan kimia dan fisika selama dalam
tandan dan pengolahan (Naibaho 1998).
Pada proses pengolahan kelapa sawit (Gambar 2), stasiun proses pengolahan
TBS menjadi CPO dan PKO umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun

7

pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai (a) penerimaan buah (fruit reception); (b)
rebusan (sterilizer); (c) pemipilan (thresher); (d) pencacahan (digester) dan
pengempaan (screw press); (e) pemurnian (clarifier); (f) pemisahan biji dan kernel
(kernel). stasiun pendukung berfungsi sebagai (a) pembangkit tenaga (power); (b)
laboratorium (laboratory); (c) pengolahan air (water treatment); (d) penimbunan produk
(bulking); (e) bengkel (workshop).
Ketel Uap - BB sabut
& cangkang
(steam 18-20 kg cm-2)

TBS
Jembatan Timbang

Ruang Mesin uap

Loading Ramp

Back Pressure Vessel
(steam 3-3.5 kg cm-2)

Sterilizer
air sisa rebusan

Condensate

Tankos ke kebun
Thresher
Hooper (Tankos)
tankos

Digester
Screw Press
Efluen
(kolam limbah)

Abu Tankos

minyak

ampas press dan biji

Vibrating Screen
Sludge Separator/
Decanter

Incenerator

Depricarper

minyak

sabut

Crude Oil Tank

biji

Polishing Drum
Clarifier Tank
Nut Silo
sludge

Sludge Tank

minyak

Pure Oil Tank
Oil Purifier
Vacuum Drier

Nut Cracker
Pneumatic
Separating Column
Clay Bath
cangkang
kernel

Kernel Silo
CPO

Inti Sawit

Gambar 2 Bagan alir proses pengolahan kelapa sawit di PMS
Penanganan bahan baku TBS meliputi penimbangan TBS di jembatan timbang,
sortasi, dan pemasukan TBS ke loading ramp. Pengolahan selanjutnya meliputi
perebusan di sterilizer, penebahan di thresher, peremasan di digester, pengempaan di
screw press, pengutipan dan pemurnian minyak, dan pengolahan biji. Pengutipan dan
pemurnian minyak meliputi sand trap cyclone, vibro screen, crude oil tank, reception

8

oil tank, diteruskan ke oil purifier, vacuum dryer, dan minyak produksi ditampung di oil
storage tank, kemudian diteruskan ke sludge, sludge yang masih mengandung minyak
akan kembali ke vibro screen, sedangkan sludge pada bak fat pit yang masih
mengandung minyak akan dialirkan lagi kembali continuous settling tank. Gumpalan
biji yang berasal dari proses pengepresan akan dipecah-pecah oleh cake breaker
conveyor (CBC), kemudian dilakukan pemisahan serabut dan biji oleh depericarper,
dan masuk ke dalam polishing drum, nut silo dryer, LTDS, kernel silo dryer, kernel
winnowing, dan kemudian diperoleh inti sawit.
Pada Pabrik Minyak Sawit, suhu dan tekanan yang perlu mendapat perhatian
adalah pada proses perebusan, suhu pada peremasan, tekanan pengempaan dan suhu
pada pemisahan (klarifikasi) minyak. Selanjutnya juga suhu pengeringan minyak,
pengeringan biji dan inti biji. Alat-alat ukur harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga mudah terlihat dan dapat ditempatkan pada suatu ruangan tertentu (ruang pusat
kendali). Alat-alat ukur tersebut harus tetap bekerja dengan baik. Umumnya alat-alat
tersebut bersinggungan atau berada dalam keadaan ekstrim yakni berada pada suhu dan
tekanan tinggi (Siregar 2005).
Profil Perusahaan
Sejarah Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang beralamat di jalan Sultan Abdurrachman No. 11 Pontianak. Dan
didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 18 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996 tentang penyertaan modal
negara RI untuk pendirian perusahaan perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara
XIII (Lembaran Negara tahun 1996 Nomor 24) dan bergerak di bidang agribisnis
dengan komoditi kelapa sawit dan karet. Akta notaris Harun Kamil, SH No. 46 Tanggal
22 Juli 1996 tentang pendirian perusahaan perseroan (Persero) PT. Perkebunan
Nusantara XIII dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman R.I melalui keputusan No.
C2-8341.HT.01.01.TH.96 tahun 1996 serta tambahan berita Negara R.I No. 81. berita
acara serah terima aset dan personil direksi PT. Perkebunan Nusantara VI, VII, XII,
XIII, XVIII, XXIV-V dan XXIX (Persero) kepada direksi PT. Perkebunan Nusantara
XIII (Persero) tanggal 22 April 1996 di Pontianak. PT. Perkebunan Nusantara XIII
(Persero) wilayahnya meliputi Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan agribisnis yang berdaya saing tinggi,
tumbuh dan berkembang bersama masyarakat secara berkelanjutan. Misi perusahaan
adalah menghasilkan produk dan jasa dalam bidang kelapa sawit, karet, industri hilir
dan bidang usaha lainnya secara efisien dan bermutu tinggi, mendinamisasikan
perekonomian regional dan nasional, mengembangkan dan memberdayakan potensi
masyarakat berbasis kemitraaan, serta mengembangkan sistem perkebunan yang ramah
lingkungan.
Values perusahaan adalah (1) Integritas (Integrity); (2) Disiplin (Dicipline); (3)
Perbaikan terus menerus (Continual Improvement); (4) Bertindak segera (Prompt
Action); (6) Inovasi (Innovation); (7) Komunikasi (Communication); (8) Kerukunan
(Harmony).

9

Sasaran Mutu
a)

Manajemen berusaha memperbaiki kinerja pabrik secara keseluruhan dari kapasitas
olah, mutu produk sampai pengolahan limbah dan SDM.
b) Tercapainya kapasitas kualitas hasil olahan, yaitu:
- CPO
: ALB ≤ 3.5 %, Kadar Air ≤ 0.15 %, Kadar Kotoran ≤ 0.02 %.
- Kernel : Kadar Air = 7 %, Kadar Kotoran ≤ 6 %, ALB ≤ 2 %.
c) Tercapainya kapasitas pabrik secara terus menerus pada tingkat ≥ 90 % dari
kapasitas terpasang.
d) Tercapainya losses CPO ≤ 1.65 % dan Inti Sawit ≤ 0.60 %.
e) Tercapainya biaya olah per kg minyak + inti sesuai RKAP.
f) Terwujudnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada tingkat “Zero Accident “.
g) Mutu Limbah: BOD 100 ppm, COD 350 ppm, TSS 250 ppm, Lemak 25 ppm,
Nitrogen 50 ppm, pH 6.0 sampai 9.0.
Kebijakan Mutu
a)

Manajemen bertujuan menghasilkan minyak sawit (CPO) dan inti sawit yang
memenuhi spesifikasi teknis SNI 01-2901-1992 (CPO) dan SNI 01-0002-1987 (inti
sawit) serta persyaratan pelanggan.
b) Untuk hal diatas manajemen menerapkan SMM ISO 9001 : 2000, guna memenuhi
kepuasan pelanggan.
c) Manajemen benar-benar menerapkan SMM yang diberlakukan, dipelihara, dan
dikembangkan agar dapat selalu menampung perkembangan SMM dan kemajuan
teknologi, serta melakukan tinjauan manajemen pada SMM dan kebijakan mutu
secara periodik.
d) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dengan kompetensi tinggi untuk
kelancaran pelaksanaan tugas.
Prinsip Tata Kelola Good Corporate Governance PTPN XIII (Persero)
a)

Transparasi, keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalm mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai
perusahaan. Contoh : situs PTPN XIII (www.ptpn13.com)
b) Kemandirian, suatu keadaan yang oleh perusahaan dikelola secara professional
tanpa benturan kepentingan dan tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang
sehat.
c) Akuntabilitas, kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ
(RUPS, Komisaris dan Direksi) sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
efektif.
d) Pertanggungjawaban, kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.
e) Kewajaran (fairness), keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundanganundangan yang berlaku.

Pabrik Minyak Sawit (PMS) Semuntai
Pabrik Minyak Sawit (PMS) Semuntai merupakan salah satu unit produksi yang
dibangun pada tahun 1987 dengan kapasitas 30 ton TBS jam-1, dengan bertambahnya

10

tanaman menghasilkan (TM) perkembangan produksi TBS semakin meningkat,
sehingga pada tahun 1993 dilakukan ekspansi kapasitas menjadi 40 ton TBS jam-1.
PMS Semuntai berdiri diatas tanah seluas 9.2 Ha yang lokasinya terletak di Desa
Semuntai, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Pasir, Provinsi Kalimantan Timur.
TBS yang diolah di PMS Semuntai mayoritas berasal dari kebun Tabara yang
memiliki area seluas 17757 ha terdiri dari kebun inti seluas 6485 ha, kebun plasma
9146 ha dan kebun KKPA 2126 ha serta pihak III seperti petani yang menanam dengan
modal sendiri. Produk yang dihasilkan berupa minyak sawit (Crude Palm Oil, CPO)
dan inti sawit (kernel). Produksi dalam satu tahun mencapai 55414 ton CPO, dan 10507
ton inti sawit yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pada tanggal 17 Februari 2005 PMS Semuntai telah menerapkan sistem
manajemen mutu ISO 9001 tahun 2000 dan mendapatkan sertifikat dari TUV CERT
Jerman pada tanggal 26 Juli 2005 yang telah diperpanjang mulai tanggal 12 Agustus
2008. Pada tahun 2011 dan tahun berikutnya terjadi peningkatan produksi kelapa sawit
sehingga diperlukan kesiapan pabrik dalam mengolah kelapa sawit. Pabrik Semuntai
pada tahun 2011 melakukan peningkatan kapasitas menjadi 50 ton TBS jam-1, dengan
tujuan dapat mengolah buah TBS dari kebun inti, kebun KKPA, Plasma dan Pihak III
yang telah melewati target RKAP 2011 tanpa mengabaikan norma ALB, kadar air, dan
kadar kotoran yang telah ditetapkan.
Pabrik Semuntai memiliki beberapa bagian kerja, antara lain:
A. Bagian TUK meliputi Asisten TUK, Asisten PUH, dan Asisten Gudang. Kerani I
TUK yang membawahi:
1. Kerani Keuangan (Finance) meliputi Kerani Anggaran (RKAP, dan RKO),
Kerani Kas, Bank, Pajak dan sebagai Kasir, dan Kerani Pengadaan Barang .
2. Kerani Tata Gaji dan Upah.
3. Kerani Pembukuan, meliputi Kerani Aktiva, Kerani Finansil Inventory Control,
dan Kerani Jurnal, PB-71, LM, Tata Buku.
4. Kerani Verifikasi.
5. Kerani Gudang Financial dan Material.
6. Sekretaris.
7. Pelayan Kantor.
B. Bagian Administrasi Pengolahan meliputi Asisten Kepala Pengolahan yang
membawahi:
1. Asisten Pengolahan membawahi Mandor Pengolahan dan Operator Pabrik
2. Kerani Administrasi Pengolahan meliputi Kerani Produksi, Kerani Sortasi, Kerani
Upah dan Premi, Kerani Pengiriman CPO dan Inti Kernel, Kerani Sonding stok
CPO, dan Kerani SPB TBS.
3. Kerani Transportasi umum
C. Bagian Teknik meliputi Asisten Teknik yang membawahi:
1. Bengkel Reparasi yang terdiri dari, Kerani I Teknik, Kerani Teknik, Juru Gambar,
Mandor dan Mekanik .
2. Bengkel Umum, Bengkel Listrik dan Bengkel Motor masing-masing membawahi
Mandor dan Mekanik.
D. Bagian Quality Assurance meliputi Asisten Quality Assurance yang membawahi:
1. Bagian Laboratorium terdiri dari Mandor, Kerani Administrasi dan Petugas
Analisa
2. Bagian Pengawasan Limbah terdiri dari Mandor dan Operator Limbah
3. Petugas Analisa air

11

4. Petugas Sortasi
E. Tenaga kerja PMS Semuntai yang terdiri dari:
1. Karyawan Pimpinan yang terdiri dari Manajer, Asisten Kepala Pengolahan,
Asisten TUK, Asisten Gudang, AsistenTeknik, Asisten Quality Assurance,
Asisten Pengolahan I, Asisten Pengolahan, Asisten Pengolahan, Kepala
Pengamanan.
2. Karyawan Pelaksana terdiri dari Adm TUK (14 orang), Keamanan (13 orang),
Reparasi (19 orang), Bengkel Umum (5 orang), Bengkel Lori (4 orang), Bengkel
Listrik (10 orang), Bengkel Motor (5 orang), Transport (13 orang), Teknik CD (8
orang), Pengolahan Harian - QA (45 orang), Biodiesel (3 orang), Pengolahan Shift
I (36 orang), Pengolahan Shift II (39 orang), jumlah pekerja yang berkerja di
Pabrik Minyak Sawit Semuntai sebanyak 214 orang.
Ergonomika
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yaitu ergos
yang berarti kerja dan nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi didefinisikan
oleh Sutalaksana et al. (1979) sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam
merancang suatu sistem kerja yang baik, efektif, aman dan nyaman.
Menurut International Ergonomics Association (IEA) ergonomika dapat
diartikan sebagai disiplin ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara manusia dan
elemen lainnya dalam sistem yang berhubungan dengan perancangan, operatoran,
produk dan lingkungan untuk mendapatkan kesesuaian antara kebutuhan, kemampuan
dan keterbatasan manusia (Syuaib 2003). Human factors (disebut juga human
engineering) adalah nama lain dari ergonomika yang biasa digunakan di Amerika Utara
dan sebagian Amerika Serikat. Banyak pula istilah lainnya yang mempunyai maksud
yang sama yaitu Biomechanics, Bio-technology, Engineering Psychology atau
Arbeltswissensschaft (Jerman).
Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari
kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya, seperti saat berhadapan dengan keadaan lingkungan kerjanya yang berupa
perangkat keras/hardware (mesin-mesin, peralatan kerja) atau perangkat lunak atau
software (metode kerja, sistem dan prosedur). Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi
adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan
interaksi manusia dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan
adanya suatu rancangan sistem manusia-manusia (teknologi) yang optimal. Ergonomi
melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu sistem dengan pemecahanpemecahan masalahnya melalui proses pendekatan sistem pula (Wignjosoebroto 1995).
Fisiologi Kerja
Studi ergonomi berhubungan dengan kerja manusia ditujukan untuk
mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan sehingga
dapat memberikan peningkatan efektivitas dan efisiensi, tanpa mengabaikan
kenyamanan dan keamanan bagi pekerjanya. Selain tolak ukur “waktu” yang

12

diaplikasikan untuk mengevaluasi apakah tata cara kerja sudah dirancang memiliki
dampak baik atau belum adalah dengan mengukur penggunaan “energi kerja” (energi
otot manusia) yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas selama pekerjaan
berlangsung. Menurut Syuaib (2003) fisiologi kerja adalah satu bab disiplin ilmu
ergonomika yang mengkaji tentang kondisi fisiologi yang disebabkan tekanan eksternal
saat melakukan suatu aktivitas kerja. Kajian fisiologi kerja sangat terkait berat atau
ringannya kerja yang harus dilakukan oleh seorang pekerja yang akan bisa ditentukan
dengan adanya perubahan pada beberapa indikator metabolik dan dapat diukur lewat
pengukuran anggota tubuh atau fisik manusia, yaitu : (1) cardiovascular (denyut
jantung); (2) respiratory (pernafasan); (3) body temperature (suhu tubuh); dan (4)
muscular act (aktivitas otot).
Konsumsi oksigen secara langsung berkaitan dengan pengeluaran energi tetapi
pengukurannya cukup rumit dalam situasi kerja nyata. Sehingga, pengukuran konsumsi
energi lebih sering dihitung melalui pengukuran denyut jantung karena pengukurannya
lebih mudah. Menurut Bridger (2003), denyut jantung meningkat sesuai fungsi dari