permukaan yang berserat sehingga harus digunakan dengan hati-hati agar lapisan serat tidak rusakcacat dan kemungkinan terlepasnya serat-serat halus ke udara
karena usia pemakaian.
3.8.3.1 KOEFISIEN SERAP BUNYI
Konsep dari penyerapan bunyi Acoustic Absorption merujuk kepada kehilangan energi yang terjadi ketika sebuah gelombang bunyi menabrak dan
dipantu lkan dari suatu permukaan benda. Kata “ Absorpsi” sering digunakan oleh
orang-orang dengan mengakaitkan aksi dari sebuah Bunga Karang ketika terendam air. Jika suatu gelombang suara bertemu atau menumbuk suatu
permukaan bahan, maka suara tersebut akan dipantulkan, diserap, dan diteruskan atau ditransmisikan oleh bahan tersebut. Besarnya energi suara yang yang
dipantulkan, diserap, atau diteruskan bergantung jenis dan sifat dari bahan atau material tersebut. Pada umumnya bahan yang berpori porous material akan
menyerap energi suara yang lebih besar dibandingkan dengan jenis bahan lainnya, karena dengan adanya pori-pori tersebut maka gelombang suara dapat masuk
kedalam material tersebut. Energi suara yang diserap oleh bahan akan dikonversikan menjadi bentuk energi lainnya, pada umumnya diubah menjadi
energi kalor. Efisiensi penyerapan bunyi suatu bahan pada frekuensi tertentu dinyatakan
oleh koefesien absorbsi bunyi. Koefisien ini dinyatakan dengan α Alpha, nilai α dapat berada diantara 0 dan 1 pada suatu frekuensi tertentu. Adalah suatu
kebiasaan standar untuk membuat daftar nilai koefesien serap bunyi pada wakil frekuensi standar yang meliputi bagian yang paling penting dari jangkauan
frekuensi audio, yaitu pada 125, 250, 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz. Penyerapan
Universitas Sumatera Utara
bunyi suatu permukaan diukur dalam Sabin. Satu sabin menyatakan satu permukaan seluas 1 ft2 atau 1 m2 yang mempunyai koefesien penyerapan α =
1,0. Sebagai contoh, suatu permukaan akustik seluas 11 m2 dan mempunyai α = 0,5, maka penyerapan permukaa
nnya adalah Sα = 11 x 0,50 = 5,5 m2 dan material tersebut menyerap 65 00 bunyi yang datang padanya. Untuk kualitas pengujian
serapan bunyi suatu bahan akustik, sangat dipengaruhi oleh ketebalan, kepadatan, porositas, serta orientasi perletakan bahan. Dalam mengukur koefisien serapan
bunyi pada material metode standard yang sering digunakan, antara lain:
Metode tabung impedansi resonator
Dengan metode ini, koefisien serapan ditentukan langsung dari amplitude tekanan dalam pola gelombang tegak yang disusun di tabung.
Metode ini digunakan untuk mengukur koefisien penyerapan bunyi bahan- bahan akustik yang kecil dan gelombang bunyi yang merambat tegak lurus
pada permukaan bahan, jangkauan frekuensi sekitar 200-3000 Hz. Metode ini lebih tepat dimanfaatkan untuk pekerjaan-pekerjaan teoritik.
Gambar 3.6 Tabung impedance resonator
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : B = Tabung utama
L = Troli untuk mengatur jarak sumber bunyi P = Probe tube
G = Pengukur jarak sumber J = neck
K = Mikropon
Prosedur Pengujian
Prosedur Pengujian koefisien absorbsi : 1.
Siapkan Impedance Tube dalam keadaan kosong. 2.
Hubungkan kabel pembangkit Function Generator ke kabel amplifier pembangkit frekuensi.
3. Hubungkan kabel mic ke Amplifier 250 Watt dan dari output Amplifier ke
Oscilloscope pada chanel 1. 4.
Hidupkan Oscilloscope dan lihat gelombang pada monitor, atur posisi gelombang sehingga garis gelombang sempurna tidak miring dengan
dengan garis layar pengukuran di monitor. 5.
Hidupkan Function Generator dan atur potensiometer frekuensi yang diinginkan yaitu pada frekuensi 250, 500, 750, 1000, 1500, dan 2000 Hz.
6. Lihat perubahan gelombang di monitor Oscilloscope.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.7
Bentuk gelombang sebelum diletakkan specimen 7.
Masukkan spesimen ke dalam tabung kemudian atur frekuensi yang telah ditentukan tersebut dan mulai pengujian pada frekuensi 250 Hz sampai
2000 Hz pada masing-masing ketebalan spesimen yang telah dibuat. 8.
Ambil data dari grafik sinus yang keluar pada oscilloscope. 9.
Kemudian masukkan data tersebut kedalam persamaan untuk mencari koefesien absorbsi, koefesien pantul dan normal impedansinya dengan :
a. Koefisien absorbsi α =
4 2 + A1 A2 A2 A1
untuk mendapatkan A1 dimulai dengan mengukur tinggi maksimum gelombang dari base line-nya sedangkan untuk mendapatkan
A2 diukur dari base line ke tinggi minimum gelombang yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.8
Gambar untuk mendapatkan A1 dan A2 b. Nilai koefisien pantul
R = 1- α
c. Normal impedansi 10.
Masukkan data tersebut ke dalam tabel dan diplot ke dalam bentuk grafik agar dapat melihat perbandingan koefisien absorbsi yang ditimbulkan dari
perbandingan frekuensi dan ketebalan material.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Nilai