subkutan kemudian dilanjutkan dengan pemberian zat uji selama 15 hari Sugitha, 1999.
Kelompok I : Kontrol positif tidak diberi zat uji Kelompok II : Diberikan dadih dengan dosis 70 mg20 g BB
Kelompok III : Diberikan dadih dengan dosis 126 mg20 g BB Kelompok IV : Diberikan dadih dengan dosis 210 mg20 g BB
Kelompok V : Diberikan nisin dengan dosis 1,4 mg20 g BB Kelompok VI : Diberikan nisin dengan dosis 4,2 mg20 g BB
d. Pengamatan morfologis benjolan, perubahan berat badan hewan dan kematianhasil autopsi
Pengamatan dilakukan dengan menghitung volume benjolan yang terjadi di tubuh mencit. Benjolan yang terbentuk diukur luas dan tingginya. Luas benjolan diukur
dengan jangka sorong sedangkan tinggi benjolan ditentukan dengan bantuan pengarisrol. Kemudian ditentukan volume benjolan dengan memakai rumus
kerucut. Volume benjolan = 13 luas benjolan x tinggi benjolan
Sedangkan perubahan berat badan ditentukan dengan menimbang berat badan mencit selama perlakuan. Untuk kematian ditentukan dengan melihat jumlah
kematian sebelum hari akhir perlakuan dan hasil autopsi setelah hari ke-25.
4. Evaluasi Data Hasil Penelitian
Untuk mengevaluasi data hasil penelitian yang akan didapatkan dilakukan dengan uji statistik terhadap varian perlakuan berdasarkan pola Rancangan Acak
Lengkap RAL dan uji lanjut dengan metode Duncan New Multiple Range Test DNMRT.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Pendahuluan dengan Metode Brine Shrimp
Pada uji pendahuluan toksisitas dadih susu sapi mutan Lactococcus lactis dengan metode Brine Shrimp Brine Shrimp Letallity Biossay menggunakan larva
udang Arthemia salina Leach didapatkan bahwa dadih susu sapi mutan Lactococcus lactis memiliki aktivitas sitotoksik dengan harga LC
50
dibawah 1000 μgml, yaitu 357,7252 μgml dan dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan
wild type dari Lactococcus lactis, kemampuannya sebesar 402,8161 μgml Gustanti, 1999. Dibawah ini terdapat hasil uji pendahuluan toksisitas dengan metode Brine
Shrimp.
Tabel 1. Hasil uji pendahuluan toksisitas dadih SML dan nisin
Kosentrasi dadih SML µgml
Kosentrasi nisin µgml
Kontrol 10
100 1000
10 100
1000
Jumlah Kematian
ekor 3
6 75
9 12
84 Total
Sampel ekor
90 90
90 90
90 90
90 kematian
3,33 6,67
83,33 10
13,33 93,33
Log Kosentrasi
1,0 2,0
3,0 1,0
2,0 3,0
Nilai probit 2,298
4,037 5,776
3,116 4,561
6,006 LC
50
357,7252 µgml 201,1801 µgml
Perhitungan dilakukan dengan komputer Finney
Penelitian yang diawali dengan uji pendahuluan sitotoksisitas dadih susu sapi mutan Lactococcus lactis dengan metode Brine Shrimp The Brine Shrimp Lethality
Bioasay, yang merupakan penapisan awal yang dapat dilakukan pada ekstrak atau
senyawa murni untuk melihat aktivitas sitotoksiknya, yang diduga mempunyai efek sebagai anti kanker. Uji ini pertama kali dilakukan oleh Meyer dan dilanjutkan oleh
McLaughn dan Anderson, hasilnya mempunyai korelasi positif dengan potensinya sebagai anti kanker.
Penentuan tingkat toksisitas dadih SML dan nisin terhadap larva udang dapat dilakukan dengan menghitung harga LC
50
nya, dalam hal ini menggunakan komputer Finney, dimana bila harga LC
50
lebih kecil dari 1000 μgml maka dianggap aktif dan sebaliknya harga LC
50
lebih besar dari 1000 μgml berarti tidak aktif sitoksik. Standar nilai ini diambil sesuai dengan yang ditetapkan Meyer.
Berdasarkan hasil uji pendahuluan dengan menggunakan larva udang, didapatkan bahwa dadih SML bersifat aktif sitoksis dengan harga LC
50
357,7252 μgml dan nisin sebagai pembanding mempunyai LC
50
201,1801 μgml, sehingga dapat diuji lanjut. Senyawa yang bersifat aktif sitotoksik biasanya dapat menekan dan
menghancurkan perkembangan sel kanker, namun juga dapat menghambat pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat seperti sumsum tulang, mukosa
saluran cerna, folikel rambut dan jaringan limfosit. Suatu senyawa dikatakan mempunyai terapi kanker yang baik bila dalam dosis yang digunakan dapat
mematikan sel tumor dan tidak terlalu menganggu sel normal yang berproliferasi. Anderson 1991 cit Gustanti, 1999.
2. Uji Efek Dadih SML Terhadap Perkembangan Sel Kanker Pada Mencit 2.1. Volume Benjolan