Efektivitas Penerapan Alat Pemindai (Barcode) Pelayanan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Cimahi

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan KKL

Kehadiran pemerintah di dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu negara mutlak diperlukan. Secara umum, pemerintah menjalankan dua fungsi pemerintahan, yaitu fungsi pengaturan (regulation) dan fungsi pelayanan (services). Era pemerintahan modern seperti saat ini, pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah dibentuk bukan untuk melayani dirinya sendiri atau dilayani, tetapi untuk melayani masyarakat.

Fungsi pelayanan umum sangatlah banyak dan hampir mencapai semua aspek kehidupan masyarakat. Negara yang bagaimana pun bentuknya dan seberapa luas wilayahnya pasti tidak akan mampu menyelenggarakannya secara terpusat terus-menerus. Oleh karena itu Indonesia menganut sistem desentralisasi yang wujud konkretnya berupa otonomi daerah.

Tujuan utama dari pelaksanaan otonomi daerah adalah penyerahan sebagian besar kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi dari penyerahan kewenangan tersebut, disatu sisi daerah diberikan keleluasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan segala potensi yang dimiliki, tetapi disisi lain mengandung tanggung jawab yang besar atas keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, konsekuensi dari penyerahan kewenangan tersebut diarahkan untuk


(2)

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah.

Penyelenggaraan pemerintahan yang dinamis dan tanggap dalam hal pelayanan publik akan mampu dilaksanakan secara cepat dan tepat sasaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tuntutan globalisasi saat ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk memberikan pelayanan yang lebih efisien dan efektif. Seiring berjalannya era globalisasi dengan diikuti teknologi yang semakin maju, pemerintah diharapkan bisa memanfaatkan teknologi dengan yang kita kenal dengan istilah E-Government. E-Government merupakan sebuah aplikasi informasi, komunikasi dan teknologi (Information and Communication Technology/ICT) dimanfaatkan oleh pemerintah yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat..Bagi setiap masyarakat untuk mengakses informasi merupakan hal yang paling penting. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat merupakan bentuk penyesuaian dalam rangka mewujudkan pelayanan primer kepada masyarakat. Penggunaan teknologi dan sistem informasi juga untuk mewujudkan praktek dalam penyelenggaraan pemerintahan supaya lebih efektif dan efisien, sehingga akuntabilitas pemerintah meningkat.

Penerapan E-Government bertujuan untuk agar lebih efektif dan efisien dalam menjalankan aktivitas pemerintahannya. Teknologi informasi


(3)

3

yang dibutuhkan dalam penerapan E-Government harus bersifat terbuka, mudah dimengerti dan dapat diakses oleh siapapun termasuk masyarakat. Penggunaan teknologi sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, salah satunya adalah menerapkan pengolahan data secara elektronik. Penerapan pengolahan data secara elektronik dilakukan tidak hanya di tingkat pusat saja, tetapi di tingkat daerah juga perlu diterapkan pengolahan data secara elektronik.

Pelaksanaan otonomi daerah yang telah digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2001 membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah. Salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan. Seiring dengan bertambah luasnya kewenangan ini, maka aparat birokrasi pemerintahan di daerah dapat mengelola dan menyelenggaraan pelayanan publik dengan lebih baik sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Upaya memperbaiki pelayanan sebenarnya juga telah sejak lama dilaksanakan oleh pemerintah, antara lain melalui Inpres No.5/1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha. Upaya ini dilanjutkan dengan Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.81/1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum.

Pelayanan yang serba cepat dan mudah melalui teknologi digital menjadi suatu tuntutan bagi kebutuhan masyarakat. Permasalahan utama pelayanan publik pada dasarnya adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Pelayanan yang berkualitas sangat


(4)

tergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya (tata laksana), dukungan sumber daya manusia, dan kelembagaan.

Permasalahan yang sering terjadi sebelum diterapkannnya aplikasi barcode di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Cimahi dalam pelayanan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), pada saat proses pencarian data pemohon dengan cara mencari berkas di loker tempat penyimpanan berkas secara manual sering terjadi proses yang memakan waktu yang lama. Keakuratan data pemohon pun merupakan hal yang penting dan mutlak dalam sebuah surat izin usaha. Tindak kejahatan yang pernah terjadi dengan adanya pemalsuan dokumen yang dilakukan oleh suatu oknum tertentu dalam rangka untuk memiliki aset perusahaan atau mengatasnamakan perusahaan tersebut. Ini dikarenakan SIUP memiliki nilai nominal yang cukup tinggi, sehingga tidak jarang banyak oknum yang melakukan pemalsuan dokumen izin. Akibat dari permasalahan tersebut dapat terjadi adanya krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Sehubungan dengan hal diatas sesuai dengan Instruksi Presiden No.3/2003 tentang Kebijakan dan Pengembangan Pembangunan E-Government dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.24/2004 tentang Pedoman Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP), upaya yang dilakukan KPPT Kota Cimahi dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Pemberian SIUP Kota Cimahi yang terkait dengan ketentuan Walikota Cimahi tentang mekanisme pelayanan perijinan terpadu satu pintu bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan


(5)

5

kepada masyarakat khususnya dibidang pelayanan perizinan serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, maka perlu adanya sistem pelayanan izin yang cepat, efisien dan terpadu. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi alat pemindai yaitu dengan aplikasi barcode.

Aplikasi barcode merupakan pemberian kode berupa gambar bergaris-garis hitam pada dokumen surat izin yang akan diterbitkan sebagai upaya menghindari pemalsuan izin yang meliputi salah satunya pemberian SIUP Kota Cimahi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan perizinan. Efektivitas penggunaan barcode khususnya mengenai informasi yang cepat, tepat dan akurat sangat diperlukan dalam hal pemberian informasi mengenai data pemohon perizinan mengenai data perusahaan yang telah memiliki izin. Oleh sebab itu ketersediaanya akan informasi mengenai data-data yang berhubungan dengan proses perizinan usaha perdagangan secara tepat dan akurat merupakan hal yang mutlak dan penting. Pentingnya SIUP, dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha bagi perusahaan yang telah melaksanakan kewajibannya melengkapi legalitas usahanya dan dapat terlindungnya perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara tertib, jujur dan terbuka.

Aplikasi Barcode yang telah dibangun oleh KPPT Kota Cimahi dalam implementasinya saat ini digunakan untuk :


(6)

2. Pencarian data dari sebuah berkas SK izin secara cepat dan akurat.

3. Aplikasi Client-Server (Data Base ada pada satu Server dan diakses oleh Client/ PC/Laptop)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengadakan penelitian yang berjudul: ”Efektivitas Penerapan Alat Pemindai (Barcode) Pelayanan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Cimahi”.

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk menjelaskan fokus masalah yang dibahas dalam KKL ini, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penerapan alat pemindai (barcode) pelayanan SIUP di KPPT Kota Cimahi?

2. Bagaimana efisiensi penerapan alat pemindai (barcode) pelayanan SIUP di KPPT Kota Cimahi?

3. Bagaimana kepuasan masyarakat pada penerapan alat pemindai (barcode) pelayanan SIUP di KPPT Kota Cimahi? 4. Bagaimana keunggulan alat pemindai (barcode) pelayanan

SIUP di KPPT Kota Cimahi?

5. Bagaimana pengembangan penerapan alat pemindai (barcode) pelayanan SIUP di KPPT Kota Cimahi?

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan KKL

Maksud KKL ini adalah untuk mengetahui efektivitas KPPT Kota Cimahi pada penerapan aplikasi barcode dalam meningkatkan pelayanan


(7)

7

SIUP kepada masyarakat di wilayah Kota Cimahi. Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengetahui proses penerapan alat pemindai (barcode) pelayanan SIUP di KPPT Kota Cimahi.

2. Mengetahui efesiensi penerapan alat pemindai (barcode) pelayanan SIUP di KPPT Kota Cimahi.

3. Mengetahui kepuasan masyarakat dalam penerapan alat pemindai (barcode) pelayanan SIUP di KPPT Kota Cimahi. 4. Mengetahui keunggulan penerapan alat pemindai (barcode)

pelayanan SIUP di KPPT Kota Cimahi.

5. Mengetahui pengembangan penerapan alat pemindai (barcode) pelayanan SIUP di KPPT Kota Cimahi.

1.4 Kegunaan Laporan KKL

Secara ringkas laporan KKL ini diharapkan dapat memberi kegunaan bagi berbagai pihak, yaitu :

1. Bagi peneliti

Laporan KKL ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai efektivitas penerapan alat pemindai (barcode) pelayanan SIUP di KPPT Kota Cimahi. 2. Secara teoritis

Laporan KKL ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan studi Ilmu Pemerintahan khususnya mengenai efektivitas penerapan E-Government.


(8)

3. Secara praktis

Diharapkan laporan KKL ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya KPPT Kota Cimahi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat, di setiap lembaga pemerintahan diperlukan pegawai yang efektif dan berkualitas guna meningkatkan kemampuan sehingga dapat dicapai efektivitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat sesuai yang diharapkan. Keefektifan sebuah lembaga pemerintahan dalam mencapai tujuan ditentukan oleh sejauh mana lembaga pemerintahan dalam mencapai sasaran dan target yang akan dicapai. Pengertian efektivitas menurut Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja bahwa :

“Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat” (Sedarmayanti, 2009: 59).

Berdasarkan pengertian di atas, bahwa sesuatu dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dengan tepat dan berhasil, maka sesuatu itu sudah berjalan dengan efektif dan efisien, artinya informasi harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menurut Gibson, Ivancevich


(9)

9

dalam bukunya Organisasi, Perilaku, Stuktur dan Proses efektivitas juga merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Adapun ukuran efektivitas organisasi secara umum dapat dilihat dari beberapa kriteria berikut ini :

1. Proses 2. Efisiensi 3. Kepuasan 4. Keunggulan 5. Pengembangan (Gibson, 1996:34)

Proses adalah merupakan komponen sistem yang mempunyai peran utama mengolah masukan data pemohon perizinan usaha perdagangan agar menghasilkan informasi tentang data pemohon perizinan usaha perdagangan berguna bagi para pemakainya. Efektivitas dapat diwujudkan apabila memperlihatkan proses pelayanan SIUP di KPPT agar menghasilkan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Ukuran proses dapat dilihat dari proses komunikasi, proses pengambilan keputusan, proses pengembangan pegawai, proses sosialisasi.

Efisiensi adalah merupakan hasil yang dicapai oleh badan pemerintah yaitu KPPT Kota Cimahi dalam menerapkan barcode dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan SIUP di Kota Cimahi baik dilihat secara ketepatan dan kecepatan data yang diinginnkan . Efisiensi dapat di lihat dari biaya dan waktu.

Kepuasan adalah keberhasilan aparatur KPPT dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada pemohon


(10)

izin usaha perdagangan dengan menggunakan barcode. Ukuran kepuasan meliputi tingkat keberhasilan, tingkat kinerja apartur, tingkat publik atau masyarakat.

Keunggulan adalah tingkat dimana aparatur KPPT Kota Cimahi benar-benar tanggap terhadap perubahan baik di dalam KPPT Kota Cimahi. Penggunaan barcode pada KPPT Kota Cimahi dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dalam pelayanan SIUP. Ukuran keunggulan meliputi produk, kepuasan dan konsisten.

Pengembangan adalah mengukur kemampuan aparatur KPPT untuk meningkatkan kapasitasnya dalam pelayanan SIUP di Kota Cimahi, dengan cara melaksanakan perubahan-perubahan yang diinginkan sehingga pelayanan SIUP bisa berjalan dengan cepat. Ukuran Pengembangan meliputi struktur sistem, pencapaian tujuan.

Efektivitas selalu berhubungan dan dipadukan dengan efisiensi yang merupakan suatu kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Efektivitas juga merupakan suatu tindakan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dan menekankan pada hasil atau efeknya dalam pencapaian tujuan.

Definisi pemindai yaitu: “Pemindai merupakan suatu alat yang digunakan untuk memindai suatu bentuk maupun sifat benda”. (http://en.wikipedia.org/wiki/Pemindai). Pemindai dalam bahasa Inggris di sebut juga dikenal dengan nama scanner. Benda yang dapat dipindai biasanya berupa dokumen, foto, gelombang, suhu dan lain-lain. Hasil


(11)

11

pemindaian itu pada umumnya akan ditransformasikan ke dalam komputer sebagai data digital.

Pengertian dari barcode itu sendiri dijelaskan sebagai berikut: “Barcode adalah sebuah informasi yang dikodekan kedalam sebuah bentuk garis-garis tipis dan lebar dengan spasi garis putih di tengahnya yang berisikan informasi tertentu”. (http://e n.wikipedia.org/wiki/Barcode). Garis-garis hitam yang dibuat menurut kode tertentu yang berbentuk seperti batang, umumnya digunakan sebagai identifikasi terhadap suatu objek atau barang kode batang.

KPPT Kota Cimahi memanfaatkan teknologi pemindai dengan menggunakan barcode scanner untuk mengefisiensikan waktu dan data yang dihasilkan lebih akurat dalam pencarian berkas. Kemudian manfaat yang penting lainnya yaitu menghindari pemalsuan dokumen, karena dengan menggunakan barcode didalamnya terdapat sejenis kode yang mewakili data atau informasi mengenai kepemilikan surat. Kode berbentuk batangan balok dan berwarna hitam putih ini, mengandung satu kumpulan kombinasi batang yang berlainan ukuran yang disusun sedemikian rupa. KPPT Kota Cimahi sendiri kode tersebut dicetak di atas surat perizinan/dokumen.

Kode barcode tersebut akan dibaca oleh alat pembaca (barcode reader) yang akan menterjemahkan kode ini kepada data/informasi yang mempunyai arti. Sehingga dalam pengkodeannya, aplikasi barcode ini dapat menjamin keamanan dokumen surat perizinan yang ada di KPPT Kota Cimahi dan tidak mudah untuk dipalsukan.


(12)

Masalah pelayanan merupakan salah satu masalah yang sangat penting untuk diperhatikan bagi suatu intansi pemerintah, baik itu pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah, karena masalah tersebut berkaitan langsung dengan masyarakat. Berdasarkan penjelasan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81/1993, yang dikutip Lukman dan Sugiyanto, bahwa yang dimaksud pelayanan adalah sebagai berikut:

“Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh intansi pemerintah baik di pusat, di daerah, BUMN, dan BUMD dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku”. (Lukman dan Sugiyanto, 2001:4).

Pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah baik pusat dan daerah merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai peraturan undang-undang yang berlaku, baik itu berupa jasa maupun berupa barang. Pemerintahan pada hakekatnya adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah dalam hal pelayanan tidaklah untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama.

Secara lebih spesifik dalam kaitannya dengan pelayanan umum, Saefullah telah mendefinisikan pelayanan umum sebagai “pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum yang menjadi warga negara atau yang secara sah menjadi penduduk negara yang bersangkutan”.


(13)

13

(Saefullah,1999:5). Setiap warga negara yang sah berhak untuk diberikan pelayanan yang baik oleh pemerintah. Pendapat Pamudji mengartikan pelayanan umum sebagai: “kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa”.(Pamudji,1994:21). Beberapa pendapat tersebut dapat dilihat bahwa pelayanan umum tersebut berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat umum akan hal-hal tertentu baik berupa barang ataupun jasa.

Terkaitnya pemenuhan kebutuhan masyarakat oleh pemerintah, Ndraha membedakan antara konsep layanan publik (public service) dengan layanan civil (civil service) yaitu sebagai berkut:

“Layanan civil (civil service) berbeda dengan layanan publik (public service). Layanan civil tidak dijual beli, dimonopoli oleh badan-badan publik (pemerintah, negara), dan tidak boleh diprivatisasikan (diswastakan), sedangkan layanan publik dijual beli, di bawah kontrol legislatif”. (Ndraha, 2000:56).

Pelayanan yang dilakukan oleh KPPT Kota Cimahi masuk dalam layanan civil, hal ini dikarenakan bahwa bentuk-bentuk pelayanan yang diberikan KPPT itu sendiri yang tidak dijual beli dan dimonopoli , seperti hal nya pelayanan SIUP yang pelayanannya hanya di lakukan oleh pemerintah saja. KPPT Kota Cimahi dalam pelayanan SIUP untuk mempermudah dalam memberikan pelayanannya terhadap publik diterapkan barcode. Kantor KPPT Kota Cimahi menerapkan barcode untuk meningkatkan pelayanan publik dan dengan barcode diharapkan masyarakat bisa lebih aman dalam kepemilikan dokumen perizinan perdagangan.


(14)

Barcode yang merupakan bagian dari hasil pengolahan data ini tentunya diharapkan memberikan pelayanan terbaik kepada publik atau masyarakat. Menurut Sinambela di dalam bukunya yang berjudul Reformasi Pelayanan Publik, bahwa pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara pemerintah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. (Sinambela, 2006:5)

Pelayanan publik menurut definisi di atas dikatakan bahwa pelayanan publik merupakan pemenuhan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada hakikatnya negara dalam hal ini adalah pemerintah (birokrat) harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap masyarakatnya harus dilakukan dengan cara yang terbaik. Pelayanan yang terbaik harus dilakukan dengan cara-cara seperti yang telah dikutip di atas dengan cara memberikan kemudahan dalam mengurus berbagai urusan supaya pelayanan yang dilakukan bisa berjalan dengan cepat, memberikan pelayanan secara wajar dan tidak berlebihan sesuai dengan keperluannya masing-masing, memberikan perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan dan bisa bersikap jujur.


(15)

15

Pelayanan yang baik akan berdampak positif seperti yang diuraikan di atas, jika masyarakat menghargai kepada korps pegawai, masyarakat patuh terhadap aturan-aturan layanan yang telah diberikan oleh para pelaksana, masyarakat akan merasa bangga kepada korps pegawai, adanya kegairahan usaha dalam masyarakat, dan adanya peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat menuju segera tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan Pancasila.

Pelayanan publik merupakan salah satu fungsi dari pemerintah, seperti halnya yang telah diutarakan oleh Rasyid, yaitu bahwa “setiap pemerintah pada dasarnya melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu fungsi pelayanan, fungsi pemberdayaan, dan fungsi pembangunan”. (Rasyid,1997:12). Pelayanan publik di KPPT Kota Cimahi akan berjalan dengan baik apabila melaksanakan tiga fungsi, yang diantaranya, yaitu fungsi pelayanan, fungsi pemberdayaan dan fungsi pembangunan.

Efektivitas penerapan barcode di KPPT Kota Cimahi yang telah dibangun oleh KPPT dalam implementasinya saat ini digunakan untuk pengecekan keaslian dokumen, pencarian data dari sebuah berkas SK izin secara cepat mengenai perusahaan yang telah memiliki izin usaha seperti UU Gangguan (HO), SIUP, Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Dengan demikian prosedur otomatisasi menuntut profesionalisme yang menghadapi tantangan seperti: penyediaan sumber daya manusia, jaminan perangkat keras atau lunak, pasokan bahan dan kelangsungan sistem perawatan.


(16)

barcode, maka ada beberapa hal yang mesti diperlukan, yaitu mengenai penyediaan sumber daya manusia, jaminan perangkat keras atau lunak, jaminan pasokan material (comsumable material), dan pemeliharaan sistem, karena keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan mesti terpenuhi supaya penggunaan barcode dapat digunakan seefektif dan seefisien mungkin. Sumber daya manusia merupakan pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada serta merupakan modal utama yang dijadikan fokus perhatian.

Sistem komputer untuk barcode terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data, pengolahan, analisis. Membaca barcode ini diperlukan sebuah alat pembaca barcode atau barcode scanner dengan menggunakan sinar laser yang sensitif terhadap refleksi dari ketebalan garis, jarak atau ruang antar baris dan variasi lainnya. Data tersebut dibaca oleh barcode scanner yang kemudian ditransfer ke komputer untuk diolah lalu ditampilkan sebagai data yang terbaca oleh manusia. Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka dirumuskan anggapan dasar sebagai berikut :

1. Proses adalah merupakan komponen sistem yang mempunyai peran utama mengolah masukan data pemohon perizinan usaha perdagangan agar menghasilkan informasi tentang data pemohon perizinan usaha perdagangan berguna bagi para pemakainya. Efektivitas dapat diwujudkan apabila memperlihatkan proses pelayanan SIUP di KPPT Kota Cimahi


(17)

17

agar menghasilkan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Ukuran proses dapat dilihat dari :

1) Proses komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari aparatur KPPT kepada pemohon pelayanan SIUP mengenai informasi aplikasi barcode di Kota Cimahi. 2) Proses pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan-penentuan keputusan oleh aparatur KPPT dalam pelayanan SIUP dengan menggunakan barcode di Kota Cimahi.

3) Pengembangan pegawai adalah upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam penerapan barcode guna peningkatan pelayanan SIUP kepada masyarakat di Kota Cimahi dengan tujuan agar meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat.

4) Proses sosialisasi adalah mengenalkan aplikasi barcode dalam meningkatkan pelayanan SIUP di Kota Cimahi. 2. Efisiensi adalah merupakan hasil yang dicapai oleh badan

pemerintah yaitu KPPT Kota Cimahi dalam menerapkan Barcode dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan SIUP di Kota Cimahi. Efesiensi dapat di lihat dari biaya, waktu yang dapat dilihat dari :

1) Biaya adalah sejauh mana efesiensi biaya yang dikeluarkan KPPT Kota Cimahi dengan menggunakan barcode dalam pelayanan SIUP.


(18)

2) Waktu adalah dapat dilihat dari suatu berjalannya suatu program efektivitas melalui penggunaan barcode dalam pelayanan SIUP kepada masyarakat di Kota Cimahi yang dijalankan sudah efektif atau tidaknya untuk mendekati pencapaian tujuan yang diharapakan.

3. Kepuasan adalah keberhasilan aparatur KPPT Kota Cimahi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada pemohon SIUP dengan menggunakan barcode. Ukuran kepuasan meliputi tingkat keberhasilan, tingkat kinerja aparatur, tingkat publik atau masyarakat.

4. Keunggulan adalah tingkat dimana aparatur KPPT Kota Cimahi benar-benar tanggap terhadap perubahan baik di dalam KPPT Kota Cimahi. Penggunaan barcode pada KPPT Kota Cimahi dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dalam pelayanan SIUP. Ukuran keunggulan meliputi :

5. Pengembangan adalah mengukur kemampuan aparatur KPPT untuk meningkatkan kapasitasnya dalam pelayanan SIUP di Kota Cimahi. Dengan cara melaksanakan perubahan-perubahan yang diinginkan sehingga pelayanan SIUP bisa berjalan dengan cepat. Ukuran pengembangan meliputi :

1) Struktur sistem adalah aparatur KPPT yang memanfaatkan pengolahan data pemohon SIUP dalam pelayanan SIUP melaksanakan perubahan-perubahan yang diinginkan. Struktur ini berusaha mengubah


(19)

19

keyakinan sikap, nilai, dan praktik sehingga aparatur KPPT dapat menyesuaikan dari dengan teknologi dan mampu bertahan dalam laju perubahan yang berlangsung cepat .

2) Pencapaian tujuan adalah hal yang hendak dicapai dengan memfokuskan tujuan pada rencana awal yang telah direncanakan dan ditetapkan penerapan barcode dalam pelayanan SIUP kepada masyarakat di Kota Cimahi.

Berikut ini merupakan bagan yang telah dimodifikasi oleh peneliti untuk memperjelas sebagai bahan tambahan dari penjelasan teoritik pada kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas:


(20)

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT) Kota CImahi

Pelayanan Surat Izin Usaha Perdagangan

(SIUP) Alat Pemindai

(Barcode)

Efektivitas : 1. Proses 2. Efisiensi 3. Kepuasan 4. Keunggulan 5. Pengembangan

Meningkatnya pelayanan SIUP kepada masyarakat


(21)

21

1.6 Metode dalam Laporan KKL 1.6.1 Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hal tersebut, metode penelitian deskriptif menurut Moh. Nazir bahwa penelitian deskriptif merupakan:

“Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia sebagai objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, hubungan antar fenomena yang diselidiki” (Nazir.M, 1988:63). Alasan penulis memilih metode deskriptif karena dengan menggunakan metode penelitian ini penulis dapat menggambarkan objek penelitian juga menyoroti secara lebih spesifik. Sehingga pengetahuan pada saat tertentu dapat dijelaskan secara lebih mendetail dan dicarikan solusi untuk memecahkan permasalahan yang timbul.

Adapun yang menjadi jenis-jenis penelitian deskriptif menurut Nazir yaitu:Metode Survei

1. Metode Deskriptif berkesambungan (continuity deskriptive) 2. Penelitian studi kasus.

3. Penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas. 4. Penelitian tindakan (action research). 5. Penelitian perpustakaan dan dokumenter. (Nazir.M , 1988:65)

Adapun tujuan dari metode tersebut untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang akan diselidiki. Metode ini sesuai dengan sifat penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif sendiri ditujukan untuk:


(22)

“…(1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang”. (Rakhmat, 2005: 24)

Pengumpulan data-data secara aktual dan terperinci yang melukiskan gejala yang ada di KKPT Kota Cimahi , kemudian mengidentidikasi masalah yang ada di KKPT Kota Cimahi seingga dapat menetapkan rencana yang akan dihadapi mendatang.

Sementara yang dimaksud dengan penelitian kualitatif menurut pendapat Moleong dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif mengatakan penelitian kualitatif:

“Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode penelitian kualitatif. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan data-data untuk memberikan gambarana penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, cacatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya”. (Moleong, 2004: 6)

Penelitian kualitatif berlatar ilmiah sebagai keutuhan mengandalkan analisis manusia sebagai alat (instrumen) penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada upaya menemukan teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil. Data dikumpulkan terutama melalui wawancara bebas sebagaimana dikemukakan Glaser dan Strauss bahwa: “Rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang berasal dari data dan diperoleh secara analitik dan sistemik melalui metode komparatif”. (Moleong, 2004: 35).


(23)

23

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Suatu hal yang penting dalam penulisan karya ilmiah hasil penelitian adalah data-data dan informasi dari segala objek yang akan diteliti sehingga penulisan tersebut menjadi objektif, rasional dan faktual. Sehubungan dengan hal itu menurut Lexy J. menyebutkan bahwa “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain” (Moleong 2002 : 112).

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sumber data adalah “subjek dari mana data diperoleh”. Selanjutnya untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, Suharsimi mengklasifikasikannya menjadi tiga bagian yaitu :

1. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis.

2. Place, adalah sumber data yang menyajikan tampilan keadaan diam dan bergerak

3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain

(Arikunto, 2002 : 114).

Guna memperoleh keterangan dan fakta-fakta selengkap mungkin dari keadaan empirik dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Pustaka

Cara ini ditempuh dengan mempelajari undang-undang, buku-buku, dokumen-dokumen dan referensi lainnya yang mempunyai relevansi dengan masalah yang diteliti. Dengan


(24)

teknik ini akan diperoleh data sekunder, yang merupakan data yang didapat setelah diolah terlebih dahulu sebelum disajikan 2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data dengan

melakukan penelitian langsung ke lokasi yang telah ditentukan, dan terbagi atas:

a) Observasi non partisipan

Mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik tentang penerapan barcode dalam pelayanan SIUP oleh KPPT Kota Cimahi.

b) Wawancara Mendalam

“Teknik pengumpulan data yang dikenal oleh penelitian kualitatif pada umumnya pertama adalah wawancara mendalam”.(Hamidi, 2004:72). Melakukan wawancara mendalam berarti menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari responden atau informan, wawancara dalam penelitian ini bersifat terbuka (tidak terstruktur) dalam arti membiarkan responden berbicara sesuai pengalaman, pengetahuan dan pandangan mereka, namum peneliti tetap mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan penting yang berkaitan dengan diperolehnya informasi dalam menjawab permasalahan penelitian, sehingga jawaban informan secara disadari atau tidak telah


(25)

25

menjawab bagian atau indikator permasalahan penelitian yang hendak diteliti.

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Informan adalah orang-orang pada lokasi penelitian yang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi pada lokasi penelitian. Jadi ia harus mengetahui banyak tentang latar belakang penelitian. (Moleong,1994:90). Informan merupakan orang yang diamati dan memberikan data berupa kata-kata atau tindakan, serta mengetahui dan mengerti masalah yang sedang diteliti.

Menurut Sugiyono (2005) bahwa dalam Penelitian Kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu. Selanjutnya, pengertian sampling adalah pilihan peneliti sendiri secara purposive, disesuaikan dengan tujuan penelitian. Yang menjadi sampel hanyalah sumber yang bisa memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 1994:90). Kemudian Soegiyono dalam Memahami Penelitian Kualitatif mengemukakan tentang penentuan sampel :

“Penelitian sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai masuk lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling deBarcoden). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan mempertimbangkan data yang diperlukan ; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampelnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lengkap.” (Sugiyono, 2002:54-55).

Penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan ketika peneliti berada dilapangan dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan


(26)

penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan efektivitas penerapan barcode pada pelayanan SIUP di Kota Cimahi.

Adapun rincian orang-orang tersebut sebagai informan penelitian sebagai berikut :

1. KPPT Kota Cimahi yang dipilih merupakan pejabat yang terkait langsung dengan penerapan barcode dalam pelayanan SIUP, yakni (1) Kepala KPPT Kota Cimahi karena orang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya penerapan barcode, (2) Kepala Seksi Info Pengaduan merupakan petugas yang bertanggungjawab dalam mengatasi keluhan yang dilaporkan oleh masyarakat, (3) Kepala Seksi Pengolahan dan Pelaporan merupakan sumber data yang dijadikan sebagai informasi laporan KKL dan bertanggungjawab pada bagian entry data yang langsung berhubungan dengan proses penerapan barcode dalam pelayanan SIUP.

2. Masyarakat yang mendapatkan atau menjalani pelayanan SIUP dengan penerapan barcode di Kota Cimahi karena secara langsung mendapatkan manfaat dari hasil penerapan barcode dalam pelayanan SIUP.

1.6.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dalam pengembangan teori berdasarkan data yang diperlukan dalam penelitian yang diperoleh dari hasil


(27)

27

pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian ini. Sesuai dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, maka analisis data dilakukan sepanjang penelitian. Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih sederhana sehingga mudah dibaca dan dipahami sehingga kesimpulan dapat diambil secara tepat dan sistematis.

Selanjutnya untuk memberikan arti makna pemecahan masalah, maka penulis mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data yang ada dilapangan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data sebagai berikut:

1. Memproses satuan, pengolahan data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber (wawancara, pengamatan, studi pustaka, dokumen/arsip) yang kemudian dibuat rangkuman inti.

2. Reduksi data, data yang diperoleh di lapangan kemudian ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci agar dapat difokuskan pada hal-hal penting yang sesuai dengan tema atau pola.

3. Kategorisasi, yaitu menyusun kategori berdasarkan pikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu terhadap data (informasi) yang diperoleh. Selanjutnya menempatkan data pada kategori masing-masing.


(28)

4. Penafsiran data, dilakukan dengan menjabarkan data ke dalam tujuan, prosedur umum, peranan hubungan kunci dan peranan interogasi data.

1.7 Lokasi dan Waktu KKL

Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Cimahi yang beralamat di Jl. Demang Hardjakusumah Kota Cimahi Gedung Perkantoran Pemkot C lantai 1 Kota Cimahi Telp (022) 6632601. Adapun penjadwalan untuk penelitian ini melewati beberapa tahapan, sebagai berikut:

Tabel 1.1

Jadwal Kuliah Kerja Lapangan

No

Waktu Kegiatan

Tahun 2011

Juni Juli Agu Sep Okt Nov 1. Tahap Persiapan:

a. Pengajuan Judul Penelitian

b. Pengajuan Usulan Penelitian

c. Pengajuan Surat ke Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Cimahi 2. Tahap Pelaksanaaan KKL 3. Tahap Akhir:

a. Penulisan Laporan KKL

b. Pengumpulan Laporan KKL


(29)

29 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Pengertian menurut Susanto, “Efektivitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi”(Susanto, 1975:156).

Menurut pengertian Susanto diatas, efektivitas bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang agar hasil yang diharapkan dapat berjalan dengan baik.

“Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai”(Sedarmayanti, 1995:61). Pendapat tersebut menyatakan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi dapat tercapai. Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau organisasi dan berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi itu sendiri. Setiap organisasi atau lembaga di dalam kegiatannya menginginkan adanya pencapaian tujuan. Tujuan dari suatu lembaga akan tercapai segala kegiatannya dengan berjalan


(30)

efektif akan dapat dilaksanakan apabila didukung oleh faktor-faktor pendukung efektivitas.

Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: “Efekivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan” (Mahmudi, 2005:92). Pernyataan ini berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 mengenai hubungan arti efektivitas di bawah ini.

Gambar 2.1 Hubungan efektivitas

Sumber: Mahmudi, 2005:92.

Berdasarkan dengan gambar di atas, maka efektivitas adalah menggambarkan antara input, proses dan output. Mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya

OUTCOME Efektivitas =


(31)

31

Pendapat Peter F. Drucker yang dikutip H.A.S. Moenir dalam bukunya Manajemen Umum di Indonesia yang mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut:

“Effectivennes, on the other hand, is the ability to choose appropriate objectives. An effective manager is one who selects the right things to get done”. (Efektivitas, pada sisi lain, menjadi kemampuan untuk memilih sasaran hasil sesuai. Seorang manajer efektif adalah satu yang memilih kebenaran untuk melaksanakan) (dalam Moenir, 2006:166).

Memperhatikan pendapat di atas, bahwa konsep efektivitas merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional, artinya dalam mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah pencapaian tujuan. Kata efektif sering dicampuradukkan dengan kata efisien walaupun artinya tidak sama, sesuatu yang dilakukan secara efisien belum tentu efektif.

Pengertian efektivitas menurut Hadayaningrat dalam buku Azas-azas Organisasi Manajemen adalah sebagai berikut: “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya” (Handayaningrat, 1995:16). Pendapat Hadayaningrat mengartikan efektivitas bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.

Tujuan organisasi hendaknya menjadi perhatian utama anggota organisasi dalam rangka memaksimumkan sasaran dan mengoptimalkan tujuan. Dalam konteks ini diharapkan organisasi dapat memberikan nilai manfaat baik dalam rangka memenuhi kebutuhan internal maupun eksternal(lingkungannya) berupa kebutuhan masyarakat.


(32)

Menurut Effendy (1989) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan” (Effendy, 1989:14). Efektivitas menurut pengertian tersebut mengartikan bahwa indikator efektivitas dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan agar tujuan tercapai maka komunikasi harus berjalan dengan efektif.

Efektivitas berkaitan dengan kepentingan orang banyak, seperti yang dikemukakan H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat dalam bukunya Sistem Birokrasi Pemerinahan, sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan sebab mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak”. (dalam Handayaningrat, 1998:16). Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang ditujukan kepda orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran yaitu masyarakat. Sehingga dengan adanya fungsi pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, diharapkan pemerintah mampu melayanai masyarakatnya dengan baik dan bertanggungjawab.


(33)

33

2.1.1 Ukuran Efektivitas Organisasi

Menurut pendapat Gibson Ivancevich Donnelly dalam bukunya Prilaku, Struktur, Proses menyebutkan bahwa ukuran efektivitas organisasi, sebagai berikut :

1. Proses adalah merupakan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan.

2. Efesiensi adalah merupakan perbandingan (ratio) antara output denganinput.

3. Kepuasaan adalah merupakan ukuran untuk menunjukan tingkat dimana organisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Keunggulan adalah tingkat dimana korganisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal.

5. Pengembangan adalah merupakan mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tuntutan masyarakat.

(Gibson, 1996:34)

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas organisasi merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauh mana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal. keefektifan harus mencerminkan hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungan sekitarnya. Ini berarti bahwa suatu organisasi dapat berjalan efektif jika organisasi tersebut dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat pengguna layanan.

Mengukur tingkat pelayanan dan nilai moneternya, maka digunakan efektivitas; karena menurut Dunn (1998:429): “Efektivitas secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis”. Efektivitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif kebijakan mencapai hasil yang diharapkan, mencapai tujuan dari diadakannya tindakan atau tidak. Ketika


(34)

hasil kebijakan itu pada kenyataanya mempunyai nilai, hal ini karena hasil tersebut memberi sumbangan pada tujuan atau sasaran, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kebijakan atau program telah mencapai tingkat efektivitas yang bermakna, yang berarti bahwa masalah-masalah kebijakan dibuat jelas atau mampu diatasi.

Pengertian efektivitas dengan kata dasar efektif berarti dapat mencapai sasaran atau menghasilkan sesuatu yang telah ditentukan. Sedangkan efektivitas berarti keadaan berhasilnya pencapaian tujuan.

“Berhasil guna (efektif) yakni untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan, namun taret yang telah tercapai itu tentu saja juga harus dihubungkan dengan mutunya.”(Soejadi, 1995:37)

Kutipan di atas memberikan kejelasan bahwa pengertian efektivitas itu mempunyai arti terdapat hasil dari suatu kegiatan atau tindakan yang dikehendaki, atau suatu pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, tepat kualitas, dan tepat kuantitas. Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Menurut pendapat Richard M. Steers dalam bukunya Efektivitas Organisasi menyebutkan beberapa ukuran daripada efektivitas, yaitu:

1. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi; 2. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;

3. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik;

4. Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut;

5. Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi;


(35)

35

6. Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang dan masa lalunya;

7. Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang waktu;

8. Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada kerugian waktu;

9. Semangat Kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki;

10. Motivasi artinya adanya kekuatan yang mucul dari setiap individu untuk mencapai tujuan;

11. Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan mengkoordinasikan;

12. Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan;

(Steers, 1985:46-48).

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauhmana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

2.2 Pengertian Alat Pemindai (Barcode)

Penyelenggaraan di dalam pelayanan publik tuntutan perbaikan pelayanan untuk masyarakat sangatlah penting. Hal ini terjadi karena adanya perubahan paradigma bahwa aparat pemerintah harus menjadi pelayan masyarakat dan bukan yang harus dilayani oleh masyarakat. Perbaikan pelayanan pada masa sekarang ini tidak cukup hanya dengan perbaikan tarif pelayanan dan kecepatan waktu pelayanan tetapi dituntut lebih untuk meyelenggarakan pelayanan yang mengutamakan teknologi sebagai suatu inovasi yang lebih bermanfaat untuk masyarakat,salah satu


(36)

produk yang dikeluarkan oleh KPPT Kota Cimahi adalah alat pemindai atau yang lebih dikenal dengan aplikasi barcode yang diterapkan melalui surat perizianan salah saunya SIUP dengan tujuan agar lebih aman dan akurat. Definisi alat pemindai adalah sebagai berikut: ”Pemindai (scanner) merupakan suatu alat yang digunakan untuk memindai suatu bentuk maupun sifat benda, seperti dokumen, foto, gelombang, suhu dan lain-lain”( http://en.wikipedia.org/wiki/pemindai). Biasanya benda yang dapat dipindai berupa foto, dokumen, sidik jari dan lain-lain, kemudian hasil dari pemindaian tersebut ditransformasikan ke dalam komputer sebgai data digital. Alat pemindai mempunyai berbagai macam bentuk, salah satunya yang dimanfaatkan oleh KPPT Kota Cimahi adalah aplikasi barcode. Adapun pengertian barcode :

“Barcode atau kode batang merupakan sekumpulan data yang digambarkan dengan garis dan jarak spasi (ruang). Barcode menggunakan urutan garis batang vertikal dan jarak antar garis

untuk mewakili angka atau simbol

lainnya”(http://terminalbarcode.com).

Setiap ketebalan garis batang dan jarak antara garis saru dengan yang lain selalu berbeda sesuai dengan isi data yang dikandung oleh kode batang atau barcode tersebut. Definisi lain menjelaskan sebagai berikut :

“Barcode adalah susunan garis cetak vertikal hitam putih dengan lebar berbeda untuk menyimpan data-data spesifik seperti kode produksi, nomor identitas, dll sehingga sistem komputer dapat mengidentifikasi dengan mudah, informasi yang dikodekan dalam barcode” (http://en.wikipedia.org/wiki/barcode).

Barcode adalah sebuah informasi yang dikodekan kedalam sebuah bentuk garis-garis tipis dan lebar dengan spasi garis putih di tengahnya yang berisikan informasi tertentu. Barcode biasanya hanya berbentuk


(37)

37

informasi ID. Informasi ID ini digunakan oleh komputer untuk mencari data yang mengandung menyeluruh yang berhubungan dengan data tersebut. Pada awalnya barcode dipolakan dengan garis-garis dan spasi yang di cetak paralel, namun pada perkembangannya barcode dapat berbentuk titik-titik, lingkaran, dan kode teks tersembunyi dalam gambar.

Kemajuan teknologi pada saat ini tentu mempunyai nilai manfaat yang dapat dirasakan. Aplikasi barcode yang mempunyai manfaat atau keuntungan dari penggunaan barcode itu sendiri yang diterapkan oleh pemerintah Kota Cimahi, antara lain :

1. Proses input data lebih cepat, karena teknologi barcode dapat membaca/merekam data lebih cepat dibandingkan dengan melakukan proses input data secara manual.

2. Proses input data lebih tepat, karena teknologi barcode mempunyai ketepatan yang tinggi dalam pencarian data.

3. Penelusuran informasi data lebih akurat karena teknologi barcode mempunyai akurasi dan ketelitian yang sangat tinggi. 4. Mengurangi biaya, karena dapat mengindari kerugian dari

kesalahan pencatatan data dan mengurangi pekerjaan yang dilakukan secara manual secara berulang-ulang.

5. Peningkatan kinerja manajemen dalam hal ini khusunya aparaur pemerintah, karena dengan data yang lebih cepat, tepat dan akurat maka pengambilan keputusan oleh manajemen akan jauh lebih baik dan lebih tepat, yang nantinya akan sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan perusahaan.


(38)

6. Memiliki nilai tawar lebih tinggi/prestise serta kemampuan bersaing dengan saingan/kompetitor akan lebih terjaga.

Melihat pembahasan diatas, tentu merupakan menjadi indikator yang sangat penting dengan melihat manfaat dan keuntungan penggunaan teknologi barcode tersebut. Karena di era globalisasi ini, hal diatas sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang semakin modern. Hal ini menjadi penting untuk dimanfaatkan oleh instansi pemerintah sehingga kebutuhan masyarakat pada era globalisasi ini dapat terpenuhi dengan baik dan efisien.

2.3 Pengertian Pelayanan

Dalam membahas pengertian pelayanan publik, sebaiknya terlebih dahulu dibahas mengenai pengertian pelayanan. Arti pelayanan secara etimologis dalam kamus bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta, yaitu :

“Berasal dari kata layan yang berarti membantu menyiapkan/mengurus apa-apa yang diperlukan seseorang, kemudian pelayanan dapat diartikan sebagai :

1. Perihal / cara melayani 2.. Servis / jasa

3. Sehubungan dengan jual beli barang atau jasa”. (Peorwadarminta, 1995 : 571)

Pelayanan menurut Moenir yang mengutip pendapat Luthans dalam bukunya Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, yaitu “Sebagai proses yang menunjuk kepada segala usaha yang dilakukan oleh salah satu pihak kepada pihak lain dalam rangka pencapaian tujuan tertentu” (Moenir, 1995 : 17). Dapat dipahami bahwa kata


(39)

39

“proses” dalam pelayanan umum, tidak lain adalah kegiatan dalam pelayanan publik dari pihak satu yaitu instansi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kata publik/umum merupakan sinonim dari sebutan masyarakat atau rakyat sebagai pihak yang laiinya.

Sejalan dengan pendapat tersebut dikemukakan oleh Sadu Wasistiono dalam bukunya Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah, yaitu :

“Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat “.

(Wasistiono, 2001 : 51-52).

Pemberian pelayanan umum atau pelayanan publik itu bukan hanya instansi atau lembaga pemerintah saja, melainkan pihak swasta pun dapat memberikan pelayanan publik. Kegiatan pelayanan publik yang diselenggarakan pemerintah kepada masyarakat meliputi banyak hal yang menyangkut semua kebutuhan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Pamudji dalam bukunya Profesionalisme Aparatur Negara dalam Meningkatkan Pelayanan Publik, bahwa :

“Jasa pelayanan pemerintah yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dan jasa-jasa. Jenis pelayanan publik dalam arti jasa-jasa, yaitu seperti pelayanan kesehatan, pelayanan keluarga, pelayanan pendidikan, pelayanan haji, pelayanan pencarian keadilan, dan lain-lain” (Pamudji, 1994 : 21-22).

Berdasarkan pendapat di atas adalah suatu barang atau jasa yang dihasilkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pelayanan pembuatan SIUP juga termasuk dalam jasa pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Sejalan dengan tuntunan


(40)

reformasi, pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan publik dengan baik atau pelayanan publik yang diberikan harus tinggi. Untuk memberikan pelayanan publik yang baik atau memberikan kualitas pelayanan publik yang tinggi, aparat pemerintah harus memiliki tiga aspek yang diuraikan oleh Tjahya Supriatna dalam bukunya Administrasi Birokrasi dan Pelayanan Publik, yaitu :

1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi selaku abdi negara dan abdi masyarakat.

2. Responsif terhadap masalah yang dihadapi masyarakat khususnya yang membutuhkan pelayanan masyarakat dalam arti luas.

3. Komitmen dan konsisten terhadap nilai standar moralitas dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan.

(Supriatna, 1996 : 98).

Dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik merupakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum yang menjadi penduduk negara dengan atau tanpa bayaran guna memenuhi kebutuhan masyarakat. pemerintah memiliki peran dan fungsi melakukan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat.

Pelayanan publik merupakan fungsi utama adanya pemerintahan, pemerintahan dalam hal ini merupakan lembaga yang wajib memberikan atau memenuhi berbagai kebutuhan rakyatnya. Hal ini dipertegas dengan pendapat Rasyid yang mengatakan bahwa tugas pokok pemerintah adalah:

“Pelayanan (service), pemberdayaan (employment) dan pembangunan (development). Pelayanan akan membuahkan keadilan dalam masyarakat, pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan menciptakan kemakmuran dalam masyarakat”.


(41)

41

Berdasarkan pendapat di atas adanya pemberdayaan SDM yang memiliki perubahan sikap dari non-aktif menjadi aktif, dari sikap pasif menjadi proaktif yang menjadi pendorong kemandirian masyrakat. Dari sikap pemalas tanpa gairah dan semangat bekerja menjadi giat, gesit dalam menciptakan kemakmuran.

Ndraha memberikan pengertian sebagai berikut: “pelayanan pemerintah kepada masyarakat adalah terkait dengan suatu hak dan lepas dari persoalan apakah pemegang hak dibebani suatu kewajiban atau tidak” (Ndraha,1996:64). Definisi pelayanan publik sebagai upaya untuk menghormati dan menghargai hak masyarakat sebagai warga negara. Kewajiban Pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang menjadi hak setiap warga negara ataupun memberikan pelayanan kepada warganegara yang memenuhi kewajibannya terhadap negara. Kewajiban pemerintah, maupun hak setiap warga negara pada umumnya disebutkan dalam konstitusi suatu negara

Pamudji memberikan pengertian pelayanan publik sebagai berikut : “berbagai kegiatan pemerintah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang barang dan jasa” (Pamudji, 1983:21). Pengertian pelayanan publik tersebut yang dimaksud pelayanan barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk / jenis barang yang digunakan oleh publik sedangkan pelayanan jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik.


(42)

Pelayanan publik sendiri di dalamnya terdapat unsur-unsur yang harus diperhatikan. Keputusan Menpan No. 81/1993 mengutarakan mengenai unsur-unsur pelayanan publik sebagai berikut:

1. Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan publik harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak.

2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan publik harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektifitas.

3. Mutu proses dan hasil pelayanan harus diupayakan agar dapat memberi keamanan, kenyaman, kelancaran dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah yang bersangkutan berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut meyelenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Kepmenpan No. 81/1993)

Pelayanan yang dilakukan kepada masyarakat, pemerintah harus berlaku efektif dan efisien. Fungsi pemerintahan dalam melayani publik berhubungan dengan krediblitas dari aparat pemerintahan yang ada di lingkungannya. Interaksi harmonis harus selalu dikedepankan antara pemerintah dengan masyarakat/konsumen yang dilayaninya.

Saat ini pelayanan yang dibutuhkan masyarakat adalah pelayanan yang berkualitas tinggi. Adapun pelayanan yang berkualitas tinggi menurut Boediono dalam buku Pelayanan Prima adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah dibidang pelayanan umum.

2. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.

3. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.


(43)

43

Berdasarkan pengertian di atas pelayanan prima yaitu pemberian jasa atau pelayanan oleh aparat birokrasi pemerintahan kepada masyarakat sesuai standar atau ukuran kualitas pelayanan yang ditentukan oleh produktifitas, sistem yang efektif, kreatifitas, prakarsa dan peran.

2.4 Pengertian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

Menurut Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 27/2003 seri C tentang Ijin Usaha Bidang Perdagangan menyebutkan bahwa Ijin Usaha, adalah keabsahan suatu usaha menurut ketentuan perundangan.

“Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba” (Perda No 27/2003 seri C).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di artikan bahwa usaha merupakan kegiatan atau tindakan yang dilakukan pengusaha dalam rangka meperoleh keuntungan atau laba yang diperoleh dari hasil usaha dan atau perdagangan. Menurut Perda Kota Cimahi tentang Ijin Usaha Bidang Perdagangan menyebutkan bahwa:

”Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang dan atau jasa yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi” (Perda No 27/2003 seri C).

Berdasarkan pengertian di atas tentang perizinan, usaha serta perdagangan secara keseluruhan dapat di artikan bahwa KPPT Kota Cimahi merupakan organisasi publik, yang bertugas untuk melayani berbagai kebutuhan masyarakat berupa pelayanan perizinan. SIUP merupakan suatu kegiatan manivestasi yang dilakukan investor dalam


(44)

rangka keabsahan suatu usaha menurut ketentuan perundangan, artinya, dalam hal ini disamping para pengusaha mendapatkan hasil dengan legal, kegiatan tersebut bermanfaat untuk meningkatkan PAD, yang kegunaannya untuk merealisasikan pembangunan nasional yang salah satu tujuannya mensejahterakan rakyat. Keterkaitannya modernisasi yang penuh dengan tantangan yang menunjukkan bahwa hambatan dalam proses perizinan di Indonesia antara lain :

1. Biaya untuk pengurusan izin cukup tinggi. 2. Prosedur perizinan yang berbelit-belit.

3. Persyaratan perizinan cukup banyak dan rumit. 4. Waktu penyelesaian izin cukup lama dan tidak pasti.

Langkah antisipatif yang perlu dilakukan oleh daerah adalah peningkatan pelayanan publik yang efektif yang harus menjadi inovasi para aparatur KPPT Kota Cimahi sebagai abdi bangsa, negara dan abdi masyarakat. KPPT Kota Cimahi dalam pelaksanaan pemberian pelayanan perizinan memanfaatkan kemajuan teknologi berupa penerapan aplikasi barcode pada surat izin usaha perdagangan sebagai suatu terobosan untuk memecahkan persoalan tersebut.

Maksud pemberian ijin usaha adalah untuk memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha bagi perusahaan yang telah melaksanakan kewajibannya melengkapi legalitas usahanya.

Sedangkan tujuannya adalah :

1. Terlindungnya perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara tertib, jujur dan terbuka;

2. Terbinanya dunia usaha dan perusahaan, perusahaan kecil,menengah dan besar;


(45)

45

3. Terciptanya iklim usaha yang sehat dan tertib;

4. Tergalinya sumber dan pengamanan pendapatan Kota;

5. Mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas dan keterangan lainnya tentang perusahaan. (Perda No 27/ 2003 seri C)

Kegiatan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada peran usaha mikro, kecil dan menengah serta besar, perlu dilakukan penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan terpadu. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu menyebutkan bahwa “Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat”. (Permendagri No. 24/2006). Berdasarkan penjelasan tersebut di atas tentang PPTSP dapat diartikan bahwa penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas dan atau Kantor yang ada sebagai perangkat pemerintahan sehingga menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan informasi mengenai tahapan perizinan dan non perizinan kepada masyarakat dan hal ini dapat meminimalisasikan interaksi antara pemohon dengan petugas perizinan dan menghindari pungutan-pungutan tidak resmi.


(46)

46 BAB III

OBYEK LAPORAN KKL

3.1 Gambaran Umum Kota Cimahi 3.1.1 Letak Geografis

Kota Cimahi merupakan kota otonom, letak geografis Kota Cimahi terletak diantara 107°30” - 107°34” BT dan 6°50” - 6°56” LS. Menurut UU No. 9 Tahun 2001 dengan batas-batas administratif sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Parongpong, Kecamaan Cisarua dan Kecamatan Ngamprah (Kab. Bandung Barat)

2. Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo, dan Kecamatan Andir (Kota Bandung).

3. Sebelah Selatan : Kecamatan Marga Asih (Kab. Bandung) dan Kec. Bandung Kulon (Kota Bandung).

4. Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang dan Kecamatan Batujajar (Kab Bandung Barat).

Kota Cimahi termasuk ke dalam wilayah Propinsi Jawa Barat dan meliputi Kecamatan yang terdiri dari 15 Kelurahan, yaitu : Kecamatan Cimahi Utara terdiri dari 4 Kelurahan, Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari 6 Kelurahan dan Kecamatan Cimahi Selatan terdiri dari 5


(47)

47

Kelurahan. Dengan jumlah Rukun Kampung/Warga sebanyak 312 dan Rukun Tetangga 1.718.

Berikut ini dapat dilihat peta wilayah studi kota Cimahi Gambar 3.1 dibawah ini:

Gambar 3.1 Peta Kota Cimahi

Sumber: KPPT Kota Cimahi, 2010 1. Luas Wilayah : 4.025,37 Ha 2. Demografi :

a. Jumlah Penduduk : 608.143 Jiwa b. Kepadatan Penduduk : 151 Jiwa / Ha c. Pertumbuhan Penduduk : 3,08 % / Thn


(48)

3. Wilayah Administrasi : a. 3 Kecamatan b. 15 Kelurahan c. 312 Rukun Warga d. 1718 Rukun Tetangga

3.1.2 Sejarah Kota Cimahi

Cimahi mulai dikenal pada Tahun 1811, Gubernur Jendral Willem Daendels membuat jalan Anyer-Panarukan, dengan dibuatnya pos penjagaan Loji) di Alun-alun Cimahi sekarang. Tahun 1874-1893, dilaksanakan pembuatan jalan kereta api Bandung-Cianjur sekaligus pembuatan stasiun kereta api Cimahi. Tahun 1886 dimulainya pembangunan pusat pendidikan militer dan fasilitas lainnya (RS Dustira, rumah tahanan militer, dll). Tahun 1935, Cimahi menjadi kecamatan (lampiran staat blad Tahun 1935). Tahun 1962 dibentuk setingkat kewedanaan, meliputi empat kecamatan Cimahi, Padalarang, Batujajar dan Cipatat. Tahun 1975, ditingkatkan menjadi Kota Administratip (PP No. 29 Tahun 1975), diresmikannya pada tanggal 29 Januari 1976, merupakan Kotip pertama di Jawa Barat dan ketiga di Indonesia. Tahun 2001 ditingkatkan statusnya menjadi Kota Otonom.

Cimahi yang berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya maka berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi Daerah dan Peraturan


(49)

49

Pemerintah No. 29 Tahun 1975 tentang pembentukan Kota Administratif, Cimahi dapat ditingkatkan statusnya dari Kecamatan menjadi Kota Administratif yang berada di wilayah Kabupaten Bandung yang dipimpin oleh Walikota administratif yang bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bandung. Kota administratif Cimahi dengan luas wilayah keselurahan mencapai 4.025,73 Ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Utara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat.

Perkembangan Kota cimahi yang pesat, khususnya dibidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1990 berjumlah 290.202 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 352.005 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 2,12 % pertahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan wewenang kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan dibidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Cimahi atau kota administratif sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 29/1975 tentang pembentukan Kota Administratif Cimahi. Secara geografis wilayah Kota Administratif Cimahi mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya.


(50)

Dari segi potensi, industri dan perdagangan, perhubungan serta pendidikan, Kota Administratif mempunyai prospek yang baik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Administratif Cimahi yang meliputi Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Selatan, perlu dibentuk menjadi Kota Cimahi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 9/2001 tentang Pembentukan Kota Cimahi. Tanggal 18 Oktober 2001 dibentuklah Kota Cimahi yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan melalui proses penelitian dari lima perguruan tinggi negeri dan swasta yaitu Universitas Padjadjaran (Unpad), Institut Teknologi Bandung (ITB), Sekolah Tinggi Pemerintah Dalam Negeri (STPDN), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Jend. Ahmad Yani (Unjani). Proses tersebut meneliti tentang persyaratan Daerah Otonom yaitu luas wilayah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), jumlah penduduk serta kehidupan sosial politik ekonomi dan budaya, dengan demikian Kota Cimahi adalah Daerah Otonom yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Kewenangan Kota Cimahi sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib yaitu pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan,


(51)

51

perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertahanan, koperasi dan tenaga kerja kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter fisikal, agama serta kewenangan bidang lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan No.1/2003 tentang Kewenangan Kota Cimahi sebagai Daerah Otonom. Berdasarkan uraian tentang sejarah Kota Cimahi di atas, peneliti mendapatkan data tersebut dari sumber yang otentik, yaitu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) yang berlokasikan di Kota Cimahi.

3.1.3 Visi dan Misi Kota Cimahi

Visi Kota Cimahi periode tahun 2007-2012 adalah dengan iman, taqwa, optimis dan cerdas, jadikan Cimahi kota maju, agamis, nyaman, tertib, aman dan produktif. Sedangkan untuk misi Kota Cimahi diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan sarana perekonomian dan lapangan kerja 2. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan

3. Meningkatkan penataan dan Penegakan hukum 4. Meningkatkan ifrastruktur kota

5. Mengendalikan pembangunan agar berwawasan lingkungan 6. Meningkatkan kemitraan dengan dunia usaha

Untuk mewujudkan visi dan misi Kota Cimahi periode tahun 2007-2012, pemerintah Kota Cimahi harus mengembangkan dua strategi pokok penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yaitu strategi internal dan strategi eksternal serta fokus pembangunan yaitu sebagai berikut:


(52)

1. Strategi penataan pengelolaan pemerintahan, sebagai strategi internal untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance). Upaya untuk merealisasikan pembangunan yang benar-benar diorientasikan untuk masyarakat harus diawali dengan penataan internal pemerintahan Kota Cimahi baik dalam konteks penataan organisasi maupun dalam hal akuntabilitas kinerja pemerintah Kota Cimahi, penataan tersebut termasuk di dalamnya upaya pengmbangan SDM (aparatur pemerintahan) sebagai tulang punggung penggerak pemerintahan dan pembangunan, sehingga diharapkan mampu memberikan nilai tambah yang optimal. Program pengembangan SDM dilakukan dalam upaya turut mendorong pencapaian target Indeks Pembangunan Manusia (IPM) baik sektor ekonomi, pendidikan maupun kesehatan sehingga melalui berbagai pendidikan dan latihan serta program pengembangan SDM lainnya diharapkan dapat turut mempercepat pencapaian IPM Kota Cimahi. Penataan yang dimaksudkan tersebut pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya standar mutu pelayanan kepada masyarakat yang lebih memadai.

2. Strategi pembangunan masyarakat kota yang berkelanjutan merupakan dimensi eksternal yang menempatkan masyarakat Kota Cimahi sebagai subyek pembangunan yang berlangsung di kota Cimahi. Pembangunan pada dasarnya harus dapat


(53)

53

mencapai titik keseimbangan antara kebijakan pemerintah di satu pihak dan harapan masyarakat di pihak yang lain, oleh karena itu upaya untuk senantiasa memberdayakan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan dilaksanakan melalui pola perencanaan pembangunan partisipatif.

3. Fokus pembangunan 2007-2012 diarahkan untuk mendorong percepatan peningkatan ekonomi kota untuk mendorong peningkatan kemampuan daya beli masyarakat, pada periode 2003 sampai dengan 2007 telah menunjukkan tingkat kemajuan yang signifikan dibandingkan pada masa sebelum otonomi daerah. Indikasi utama pertumbuhan pembangunan Kota Cimahi dapat dilihat dari kinerja perekonomian Kota Cimahi sampai dengan tahun 2006 ditandai dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) sebesar 4,81%. Peningkatan LPE tahun 2006 mengalami percepatan dibandingkan pertumbuhan tahun-tahun sebelunnya yang hanya mencapai 4,56%. Kendati demikian secara makro pertumbuhan ekonomi kota yang hanya sebagian saja yang bersumber dari dorongan investasi, sebagian besar dipicu oleh konsumsi domestik. Selain itu indikasi keberhasilan pembangunan ditandai pula dengan meningkatnya indeks kesehatanan pendidikan untuk meningkatkan kinerja pembangunan terutama di dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat Kota Cimahi berdasarkan analisis IPM, oleh


(54)

karena itu kinerja pembangunan 2007-2012 diharapkan dapat mendorong pencapaian kinerja ekonomi dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi 8 % pada tahun 2012. Oleh karena itu, kegiatan program seluruhnya diarahkan pada dorongan kegiatan ekonomi makro dan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi mikro.

3.2 Gambaran Umum KPPT Kota Cimahi 3.2.1 Sejarah KPPT Kota Cimahi

Upaya untuk mewujudkan pelayanan perizinan yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan publik di lingkungan Pemerintah Kota Cimahi sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2002 dengan diterbitkannya Surat Keputusan Walikota Cimahi No. 27a/2002 Tentang Pembentukan Sekretariat Pelayanan Umum Terpadu Satu Pintu, namun demikian mengingat belum kuatnya dukungan Pemerintah Pusat terkait suprastruktur untuk operasionalisasinya, sehingga keberadaan pelayanan terpadu satu pintu belum dapat berjalan sesuai dengan harapan.

Berbagai hambatan tersebut tidak mengurangi niat Pemerintah Kota Cimahi untuk terus meningkatkan pelayanan di bidang perizinan, maka dengan berdasarkan kepada Peraturan Daerah Kota Cimahi No 1/2003 tentang Kewenangan Kota Cimahi Sebagai Daerah Otonom dan Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 2/2003 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Pemerintah Kota Cimahi, yang menegaskan kewenangan dan kelembagaan penyelenggara PPTSP,


(55)

55

maka sejak bulan November 2004 embrio PPTSP yang dikelola oleh Bidang Perizinan pada Dinas Penanaman Modal sudah mulai beroperasi secara bertahap dengan mengelola sebanyak 11 jenis izin dari 95 jenis izin yang ada, yaitu :

1. Izin Undang-Undang Gangguan (IUUG) / HO 2. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)

3. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 4. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 5. Izin Usaha Industri (IUI)

6. Tanda Daftar Industri (TDI) 7. Izin Perluasan Industri (IPI)

8. Izin Pemasangan Instalasi bawah tanah 9. Izin Penyimpanan Bahan Bakar

10. Tanda Daftar Gudang (TDG)

11. Surat Izin Usaha Jasa Kontruksi (SIUJK)

Sedangkan sisanya sebanyak 84 izin masih dikelola oleh SKPD masing-masing sambil menunggu proses pembentukan PPTSP.

Dalam upaya meningkatan pelayanan perizinan secara terpadu, Pemerintah Kota Cimahi menjalin kerjasama dengan Bandung Trust Advisory Group (B_Trust) dengan dukungan The Asia Foundation untuk dapat merealisasikan PPTSP. Kesepakatan kerjasama ini ditandatangani pada tanggal 7 Agustus 2006 dengan nomor kesepakatan :

NOMOR 180/9.a – Perj/2006 002/btrust/P.OSS.C/2006


(56)

Seiring dengan semakin gencarnya upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan khususnya di bidang perizinan, maka dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, hal ini memberikan dorongan dan motivasai yang kuat bagi Pemerintah Daerah untuk segera merealisasikan PPTSP. Di dalam Permendagri ini ada 13 tahapan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah, meliputi :

1. Penyamaan Persepsi Tentang PPTSP; 2. Pembentukan Komitmen;

3. Penyiapan Dana Melalui APBD;

4. Penyusunan Grand Design Penyelenggaraan PPTSP; 5. Penyusunan Kebijakan Terkait PPTSP;

6. Penyusunan Standar Pelayanan;

7. Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP); 8. Penetapan Mekanisme Pengaduan;

9. Penyiapan Sarana dan Prasarana; 10. Penyiapan SDM PPTSP;

11. Penyusunan Sistem Basis Data;

12. Sosialisasi PPTSP Kepada Masyarakat; 13. Sistem Monitoring dan Evaluasi.

Berdasarkan Ke-13 tahapan ini telah dilalui oleh Pemerintah Kota Cimahi, dimana pada tanggal 7 Maret 2007, PPTSP Kota Cimahi telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat yang merupakan


(1)

Wasistiono, Sadu. 2001. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah. Bandung : Fokusmedia.

Dokumen-Dokumen

Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 27 Tahun 2003 seri C tentang Ijin Usaha Bidang Perdagangan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah

Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Cimahi

Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

Peraturan Perundang-undangan No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Perundang-undangan No. 1 tahun 2003 tentang Kewenangan Kota Cimahi sebagai Daerah Otonom

Keputusan Walikota Cimahi Nomor 27a Tahun 2002 Tentang Pembentukan Sekretariat Pelayanan Umum Terpadu Satu Pintu

Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Pemerintah Kota Cimahi,

Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 9 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Derah dan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Cimahi

Surat Keputusan Walikota Cimahi Nomor 503/Kep. 43-KPPT/2010 tanggal 13 Januari 2010 tentang Pembentukan Tim Teknis Pelayanan Perizinan Terpadu


(2)

112

Media Elektronik

http://en.wikipedia.org/wiki/Pemindai. Diakses pada tanggal 23 September 2011 pukul 20.30 WIB

http://en.wikipedia.org/wiki/Barcode. Diakses pada tanggal 23 September 2011 pukul 20.30 WIB


(3)

iii

Segala puji dan puja bagi Allah SWT, Pencipta langit dan bumi serta segala apa-apa yang ada disekitarnya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhamad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan kepada seluruh pengikutnya hingga hari qiamat.

Dengan rasa penuh syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan Laporan KKL dengan judul “Efektivitas

Penerapan Alat Pemindai (Barcode) Pelayanan Surat Izin Usaha

Perdagangan (SIUP) Di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Cimahi”.

Laporan KKL ini, dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerja Lapangan pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

Penulis sadari tidak sedikit hambatan yang dihadapi dalam penyusunan penulisan ini. Atas bantuan dan dorongan yang telah diberikan, maka tanpa ragu penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada pihak yang telah banyak membantu baik moril maupun materil. Ucapan terimakasih ini terutama disampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Nia Karniawati, S.IP., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan dan selaku dosen wali Ilmu Pemerintahan 2008 di Universitas Komputer Indonesia.

3. DR. Dewi Kurniasih, S.IP., M.Si, selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, dan saran-saran serta motivasinya kepada penulis.

4. Sahabat-sahabat Ilmu Pemerintahan angkatan 2008.

5. Para Pegawai Pemerintah Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Cimahi.


(4)

iv

6. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu terselesaikannya penulisan ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga menjadi amal baik di hari nanti.

Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan dalam penyusunanpenulisan, besar harapan penulis semoga penulisan ini dapat berguna umumnya bagi kita semua dan khusunya penulis sendiri.

Bandung, November 2011


(5)

115 1. Identitas Diri

a. Nama : Lia Rosmalinda

b. Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 21 Agustus 1989

c. Alamat : Jln. Manggahang I RT.05/07 No.143 Kec. Baleendah Kab. Bandung d. Status Perkawinan : Tidak Kawin

e. Nama Ayah : Owan Suryawan f. Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta g. Nama Ibu : Nunung . S

h. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

i. Alamat Orang Tua : Jln. Manggahang I RT.05/07 No.143 Kec. Baleendah Kab. Bandung

2. Pendidikan Formal

a. SDN Manggahang I : 1995-2001

b. SMPN I Baleendah : 2001-2004

c. SMAN I Ciparay : 2004-2007

d. UNIKOM : 2008- Sekarang

3. Non Formal

a. Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) di UNIKOM 2008

b. Mengikuti Kegiatan Table Manner Course Di Hotel Golden Flower c. Mengikuti Ceramah Umum Prodi Ilmu Pemerintahan UNIKOM

2010

d. Mengikuti Diskusi Politik Mahasiswa Ilmu Pemerintahan UNIKOM 2011

e. Mengikuti Les Seni Musik (Drumm) f. Mengikuti Les TOEFEL


(6)

116 4. Pengalaman Berorganisasi

a. Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan 2009-2010 b. Panitia Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) 2009

Bandung, November 2011

LIA ROSMALINDA NIM. 41708012