Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Perumahan Dan Pertokoan Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar

(1)

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN

BANGUNAN (IMB) PERUMAHAN DAN PERTOKOAN DI BADAN

PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PEMATANG SIANTAR

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

SKRIPSI

O

L

E

H

IMELDA SARI AMBARITA

060903073

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Imelda Sari Ambarita

NIM : 060903073

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Perumahan Dan Pertokoan Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar.

Medan, Juni 2010

Ketua Departemen

Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

Dra. Dahlia Hafni Lubis Prof. DR. Marlon Sihombing, MA NIP. 19451115194032001 NIP. 195908161986011001


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala Rahmat dan KarunianNya sampai saat ini penulis masih diberikan kesehatan dan semangat yang luar biasa sehingga berhasil menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Perumahan dan Pertokoan Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar.”

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik. Penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moriil dan materiil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. The Greatest parents that I ever had, ayahanda (Ingot Ambarita) dan ibunda (Farida Ariani Siregar) yang selalu mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Mom, Dad, thanks for everything…Tanpa kalian aku gag akan bisa seperti ini. Kalian adalah motivasi terbesar dalam hidup ku. Terimakasih untuk kasih dan cinta yang telah kalian berikan selama ini pada ku. Aku bangga memiliki orang tua seperti kalian.

2. Bapak Drs. Humaizi, MA, selaku a.n. Dekan, Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA, selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan selaku ketua dosen penguji yang telah banyak memberikan saran, kritik, dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

4. Ibu Dra. Dahlia Hafni Lubis, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sejak awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Dosen-dosen dan Staf Pengajar Ilmu Administrasi Negara yang telah banyak membantu penulis dalam kegiatan akademis.

6. Kepada Kak Mega, Kak Dian, dan Pak Mul selaku pegawai pendidikan Fisip USU yang selalu membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan perkuliahan maupun skripsi.

7. Pak Abel dan Pak Manan di bagian kemahasiswaan yang telah banyak memberikan informasi terutama informasi beasiswa kepada penulis, hehee……

8. Bang Linggom yang udah mau nganterin penulis untuk meninjau lokasi penelitian untuk pertama kalinya, thanx ya bang!

9. Pak Resman Saragih, S.sos selaku Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Pak Rusman Damanik, SE atas bantuannya selama peneliti melakukan penelitian, maaf ya pak kalo udah banyak merepotkan.

11.Pak Sahben, Bang Jaihot, Pak Bistok, Pak Jan Ridwan, dan semua pegawai Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan data-data kepada penulis mengenai skripsi ini.

12.Kepada saudara-saudara ku yang tercinta, ketiga abang ku yang selalu ‘mengawalku’, Sony Hasoloan Ambarita, smngat brow! Ferry Ambarita, thanx atas nasehatnya slama ini bang, Edwin Ambarita dan Kak Nana


(5)

13.Buat my luvly big family, sepupu-sepupu aku, Kak Vitha, Kak Anjo, Bella, Nur’aini,sering-sering nongkrong tempat wakk Regar iia. Risya, Lestari, Oppung, Tulang, Nantulang, Bou, Amangboru, Paktua, Maktua, Uda, Inanguda, n semuanya yang gag bisa disebutin, senang bisa menjadi bagian dari keluarga ini.

14.Nicke dan juga Santiar di Three Angels (beuh, sapa nya yg bikin nama ini??) haag…haag….mantapp! Thanx iia para angels atas kebersamaannya selama ini, selalu memberikan dukungan dan support kepada penulis, dan bisa curhat tentang segalanya. Lawak-lawak puun. Cepat dapat kerja di perusahaan bonafide, n dapet calon suami yang berbobot dalam segala hal, amiien…haag……haag……

15. For someone in somehow, Thanx God udah mempertemukan aku dengan dia waktu SMA dulu, walaupun cuma sebentarr tetapi banyak kenangan indah bersamanya walaupun dia tidak tahu aku terus mengingatnya dan mengawasinya. Thanx atas doa dan support nyaa…………

16.Hendra Gunawan, akhirnya ketemu juga kita setelah sekian lama lost contact. Thanx iia, bisa jadi penghibur ku di saat-saat suntuk ngerjain skripsi. Pengen sering-sering nongkrong bersama mu, berbagi cerita n cinta, haag….haag….lebaii mode on. Jangan geer au iia….!!

17.Teman-teman AN’ 06, Ling-ling yang ling-lung, Nurvi temen kombur awag, Tina, pgn shopping lagii la, kangen saat2 di kost, hehee….Ami, Rani, Yovitha, Suji, Martha, Dwi, Syahrifin, Idil, Dedy, Sonasa, Effry, Noah,


(6)

18.Senior-senior ku di AN’ 04, abang ku Haris Louis King Gultom, cemana nya bang? Kak Sari, Kak Melva, Kak Oza, dan yang lainnya yang gak bisa disebutin satu per satu. Thanx abang-abang n kakak-kakak uda ngajarin banyak hal di AN ini, heheee…………

19.Temen-temen senasib, seperjuangan, sebangsa dan setanah air waktu magang in Balige, Susi, Inggit, Roy, Tantri, Isti, dan Imam, selo-selo siap juganya, hag..hag…thanx uda berbagi terutama dalam hal ktawa2, susah, senang, dan menjengkelkan selama ngerjain laporan magang. Chayoo…!! 20.Teman-teman satu kamar in Balige, Eva, Tahoma, Bifah, Lestari, seneng

bisa satu kamar ma kaliann. Ketawa-ketawa n cerita-cerita ampe malam, angkat aer (walopun jarang coz dapet kamar hoki, hehee…) dan juga nyuci baju bareng-bareng. Kangeen saat-saat itu lagi la woii, heheee……….. 21.Sahabat-sahabatku di SMA, Duma Ferawati, I miss u so much, Leny ‘stefy’

Sheregar, trus brjuang iia non. Asmara, Rendi Aditia, tingkatkan terus kegilaan mu brow, Dani alias Zie Dan, dan sahabat-sahabat ku di SMP, Dina Basweil, Rini Maulida, Rosiati Daniar, Prana Citra, Ary ‘Choiry’, Iqtami, Novrizal, Ilham, Arie, Roliana, Uzi, Dwi, Dila, Zai, ku rinduu dgn masa-masa smp kita frends, hikzz…….hope u get luck….!!

22.Dan buat semua pihak yang telah membantu peneliti selama menyusun skripsi ini yang gag bisa penulis sebutkan satu-persatu.


(7)

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam meyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa yang digunakan, untuk itu penulis memohon maaf atas kurang kesempurnaannya skripsi ini dan kiranya skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kepada Allah SWT penulis mohonkan segala bantuan dan kebaikan yang telah penulis terima akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin.

Medan, Juni 2010 Hormat saya,


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar belakang masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat penelitian... 7

1.5 Kerangka teori... 8

1.5.1 Efektivitas ... 8

1.5.2 Efektivitas Pelayanan ... 10

1.5.3 Pelayanan Perizinan ... 13

1.5.4 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ... 17

1.5.5 Perumahan dan Pertokoan... 19

1.6 Definisi Konsep... 20

1.7 Definisi Operasional... 21

BAB II METODOLOGI PENELITIAN... 24

2.1 Bentuk Penelitian ... 24

2.2 Lokasi Penelitian... 24

2.3 Informan... 24

2.4 Teknik Pengumpulan Data... 25

2.4.1 Data Primer ... 25

2.4.2 Data Sekunder ... 25


(9)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 27

3.1 Gambaran Umum Kota Pematang Siantar ... 27

3.1.1 Visi dan Misi ... 27

3.1.2 Letak dan Batas Wilayah ... 28

3.1.3 Luas Wilayah ... 28

3.2 Gambaran Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Pematang Siantar... 32

3.2.1 Visi dan Misi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ... 33

3.2.2. Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi ... 33

3.2.3 Struktur Organisasi ... 41

3.2.4 Struktur Kepegawaian Badan Pelayanan Perizinan Terpadu... 42

BAB IV PENYAJIAN DATA... 46

A. Hasil wawancara dengan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ... 46

B. Hasil wawancara dengan masing-masing Kepala Badan ... 57

C. Hasil wawancara dengan masyarakat... 59

BAB V ANALISA DATA ... 66

5.1. Kesederhanaan ... 66

5.2 Kejelasan dan kepastian ... 67

5.3 Kepastian waktu ... 68

5.4. Kepastian hukum... 69

5.5 Tanggung jawab ... 70

5.6 Kelengkapan sarana dan prasarana ... 71

5.7 Kemudahan akses... 71

BAB VI PENUTUP ... 73

6.1 Kesimpulan ... 73


(10)

(11)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) PERUMAHAN DAN PERTOKOAN DI BADAN PELAYANAN

PERIZINAN TERPADU PEMATANG SIANTAR

Nama : Imelda Sari Ambarita NIM : 060903073

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Dra. Dahlia Hafni Lubis

Efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga lebih diarahkan pada aspek keberhasilan pencapaian tujuan. Maka efektivitas fokus pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik. Dalam kaitannya terhadap pelayanan perizinan khususnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pemerintah berusaha menciptakan suatu sistem pelayanan yang optimal. Salah satu dari tindakan pemerintah tersebut adalah dengan dikeluarkannya suatu kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Dengan adanya PTSP, aparatur pemberi pelayanan harus benar-benar ditata, diperbaharui, dan dibenahi untuk mengubah citra aparatur yang sebelumnya dipandang lamban (karena birokrasi yang panjang) dan tidak transparan menjadi efektif sesuai dengan tujuan pelayanan publik.

IMB disusun sebagai standar penyesuaian bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Mendirikan bangunan rumah/toko dengan terencana akan menjamin kondisi lingkungan yang menjamin segala aktivitas. Rumah merupakan kebutuhan yang sangat krusial bagi manusia, sedangkan toko merupakan bangunan untuk melakukan kegiatan berbagai jenis barang yang dibutuhkan masyarakat. Pada dasarnya, setiap pengakuan hak oleh seseorang terhadap suatu bangunan harus didasarkan bukti yang kuat dan sah menurut hukum. Tanpa bukti tertulis, suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum tersebut menjadi tidak sah. Sehingga dengan adanya sertifikat IMB akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat.

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Pematang Siantar mempunyai tugas untuk membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang pelayanan perizinan terpadu yang terbentuk pada bulan Maret 2009 yang bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan perizinan khususnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelayanan pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bagi perumahan dan pertokoan apakah sudah dapat berjalan secara efektif, yaitu sesuai dengan standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelayanan IMB sudah dapat dikatakan efektif bila dilihat dari segi kesederhanaan, kepastian hukum, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, dan kemudahan akses. Namun dari segi waktu BPPT harus memaksimalkan kinerjanya agar pelayanan yang diberikan dapat selesai tepat pada waktunya.

Kata-kata kunci : Efektivitas Pelayanan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) (Keywords


(12)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) PERUMAHAN DAN PERTOKOAN DI BADAN PELAYANAN

PERIZINAN TERPADU PEMATANG SIANTAR

Nama : Imelda Sari Ambarita NIM : 060903073

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Dra. Dahlia Hafni Lubis

Efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga lebih diarahkan pada aspek keberhasilan pencapaian tujuan. Maka efektivitas fokus pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik. Dalam kaitannya terhadap pelayanan perizinan khususnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pemerintah berusaha menciptakan suatu sistem pelayanan yang optimal. Salah satu dari tindakan pemerintah tersebut adalah dengan dikeluarkannya suatu kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Dengan adanya PTSP, aparatur pemberi pelayanan harus benar-benar ditata, diperbaharui, dan dibenahi untuk mengubah citra aparatur yang sebelumnya dipandang lamban (karena birokrasi yang panjang) dan tidak transparan menjadi efektif sesuai dengan tujuan pelayanan publik.

IMB disusun sebagai standar penyesuaian bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Mendirikan bangunan rumah/toko dengan terencana akan menjamin kondisi lingkungan yang menjamin segala aktivitas. Rumah merupakan kebutuhan yang sangat krusial bagi manusia, sedangkan toko merupakan bangunan untuk melakukan kegiatan berbagai jenis barang yang dibutuhkan masyarakat. Pada dasarnya, setiap pengakuan hak oleh seseorang terhadap suatu bangunan harus didasarkan bukti yang kuat dan sah menurut hukum. Tanpa bukti tertulis, suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum tersebut menjadi tidak sah. Sehingga dengan adanya sertifikat IMB akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat.

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Pematang Siantar mempunyai tugas untuk membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang pelayanan perizinan terpadu yang terbentuk pada bulan Maret 2009 yang bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan perizinan khususnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelayanan pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bagi perumahan dan pertokoan apakah sudah dapat berjalan secara efektif, yaitu sesuai dengan standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelayanan IMB sudah dapat dikatakan efektif bila dilihat dari segi kesederhanaan, kepastian hukum, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, dan kemudahan akses. Namun dari segi waktu BPPT harus memaksimalkan kinerjanya agar pelayanan yang diberikan dapat selesai tepat pada waktunya.

Kata-kata kunci : Efektivitas Pelayanan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) (Keywords


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Upaya pemerintah dalam meningkatkan citra pelayanan, dimulai dengan diberlakukannya UU No. 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 32 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, selanjutnya PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dan pada akhirnya melalui Menteri Dalam Negeri dengan Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu serta Permendagri No. 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. Implementasi dari peraturan-peraturan tersebut adalah dengan pembentukan organ untuk mengurus pelayanan perizinan yang berbentuk badan/kantor. (Ridwan, 2009:229)

Menurut Ridwan (2009:163) ada beberapa hambatan yang biasanya dikeluhkan oleh masyarakat yang ingin mengurus perizinan yaitu:

a. Biaya perizinan

1) Biaya pengurusan izin sangat memberatkan bagi pelaku usaha kecil. Besarnya biaya perizinan seringkali tidak transparan.

2) Penyebab besarnya biaya disebabkan karena pemohon tidak mengetahui besar biaya resmi untuk pengurusan izin, dan karena adanya pungutan liar.

b. Waktu

1) Waktu yang diperlukan mengurus izin relatif lama karena prosesnya yang berbelit.


(14)

2) Tidak adanya kejelasan kapan izin diselesaikan.

3) Proses perizinan tergantung pada pola birokrasi setempat. c. Persyaratan

1) Persyaratan yang sama dan diminta secara berulang-ulang untuk berbagai jenis izin.

2) Persyaratan yang ditetapkan seringkali sulit untuk diperoleh.

3) Informasi yang dibutuhkan tidak tersedia dan terdapat beberapa persyaratan yang tidak dapat dipenuhi khususnya oleh para pengusaha kecil.

Karenanya menarik untuk digali lebih lanjut mengenai apakah pelayanan perizinan khususnya pelayanan pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) telah memenuhi prinsip efektivitas sebagaimana mestinya dalam organ pemerintahan. Menurut Nurmandi (1999:193) secara sederhana efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga lebih diarahkan pada aspek keberhasilan pencapaian tujuan. Maka efektivitas fokus pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik. Terminologi lain mengenai efektivitas adalah ukuran bagaimana suatu kualitas, suatu output itu dihasilkan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, kemudian bagaimana mencapai outcome yang diharapkan.

Dalam kaitannya dengan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) khususnya izin bangunan untuk perumahan dan pertokoan (jasa komersil), diharapkan praktik pelayanan perizinan tersebut dapat memenuhi tujuan yang telah ditetapkan terutama dalam hal penyederhanaan prosedur. Kepemilikan bangunan sering menjadi sengketa publik yang berkepanjangan. Masalah tersebut muncul karena ketiadaan sertifikat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) karena sebagian masyarakat merasa prosedur perizinan cukup berbelit-belit. Keresahan itu sebenarnya berujung pada ketiadaan informasi padahal sertifikat IMB berfungsi sebagai jaminan kepastian hukum


(15)

dari negara sehingga dengan adanya PTSP pemerintah daerah dapat memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat yang ingin mengurus IMB.

IMB disusun sebagai standar penyesuaian bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Mendirikan bangunan rumah/toko dengan terencana akan menjamin kondisi lingkungan yang menjamin segala aktivitas. Rumah merupakan kebutuhan yang sangat krusial bagi manusia, sedangkan toko merupakan bangunan untuk melakukan kegiatan berbagai jenis barang yang dibutuhkan masyarakat. Pada dasarnya, setiap pengakuan hak oleh seseorang terhadap suatu bangunan harus didasarkan bukti yang kuat dan sah menurut hukum. Tanpa bukti tertulis, suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum tersebut menjadi tidak sah. Sehingga dengan adanya sertifikat IMB akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat.

Oleh sebab itu dalam kaitannya terhadap pelayanan perizinan khususnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pemerintah berusaha menciptakan suatu sistem pelayanan yang optimal. Salah satu dari tindakan pemerintah tersebut adalah dengan dikeluarkannya suatu kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Dengan adanya PTSP, aparatur pemberi pelayanan harus benar-benar ditata, diperbaharui, dan dibenahi untuk mengubah citra aparatur yang sebelumnya dipandang lamban (karena birokrasi yang panjang) dan tidak transparan menjadi efektif sesuai dengan tujuan pelayanan publik.

Kebijakan terhadap model pelayanan terpadu satu pintu merupakan sebuah revisi terhadap kebijakan pemerintah sebelumnya tentang pelayanan terpadu satu atap melalui Surat Edaran Mendagri No. 503/125/PUOD tentang Pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Atap. Revisi ini didasarkan pada kenyataan di lapangan bahwa implementasi penyelenggaraan pelayanan terpadu satu atap di daerah banyak mengalami kendala terkait dengan mekanisme perizinan yang masih rumit dan kendala


(16)

koordinasi lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang sulit, sehingga tidak berjalan dan berfungsi secara optimal. (Ridwan, 2005:200)

Pemerintah melalui kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.24 Tahun 2006 (Ridwan, 2009:169) tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu intinya meminta pemerintah daerah melakukan kegiatan seperti:

a. Penyederhanaan sistem dan prosedur perizinan usaha.

b. Pembentukan lembaga pelayanan perizinan terpadu satu pintu di daerah. c. Pemangkasan waktu dan biaya perizinan.

d. Perbaikan sistem pelayanan. e. Perbaikan sistem informasi.

f. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi proses penyelenggaraan perizinan.

Oleh sebab itu, berdasarkan Peraturan Walikota Pematang Siantar No. 1 Tahun 2009 Tentang Urusan Pemerintah Kota Pematang Siantar, Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kota Pematang Siantar dan Peraturan Walikota No. 4 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Pematang Siantar maka dibentuklah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematang Siantar dengan menimbang:

a. Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya di bidang perizinan, maka perlu adanya sistem pemberian izin yang cepat, efisien dan terpadu.

b. Bahwa untuk mempercepat/memperlancar dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dalam proses penerbitan perizinan di Kota Pematangsiantar, maka dipandang perlu menghunjuk Kepala Badan Pelayanan Perizinan Kota Pematangsiantar untuk dan atas nama Walikota Pematangsiantar.


(17)

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b diatas perlu ditetapkan Keputusan Walikota tentang Penghunjukan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar untuk menandatangani naskah/sertifikat bidang perizinan dan non perizinan di Kota Pematangsiantar.

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar merupakan suatu badan yang memiliki wewenang dalam bidang perizinan yaitu Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang terbentuk pada Maret 2009. IMB merupakan izin pengaturan fisik terhadap bangunan yang tadinya berada di bawah naungan Dinas Pekerjaan Umum Pematang Siantar. Namun untuk mewujudkan efektivitas pelayanan publik maka dibentuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu.

Pembentukan BPTSP pada dasarnya ditujukan untuk menyederhanakan birokrasi penyelenggaraan perizinan dalam bentuk pemangkasan tahapan dan prosedur lintas instansi maupun dalam instansi yang bersangkutan, pemangkasan biaya, pengurangan jumlah persyaratan, pengurangan jumlah paraf dan tanda tangan yang bersangkutan, dan pengurangan waktu pemrosesan perizinan.

Dengan adanya BPTSP, maka telah terjadi perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang tujuannya meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik, lebih murah dan lebih cepat sesuai dengan prinsip-prinsip BPTSP yaitu kesederhanaan, kejelasan prosedur, kepastian waktu, kepastian hukum, kemudahan akses, kenyamanan dan kedisplinan dari penyelenggara pelayanan. (Ridwan, 2009:208)

Sebenarnya, harapan masyarakat terhadap proses perizinan tidak berbeda dengan harapan pemerintah, yakni sederhana, murah, adanya kepastian waktu, pelayanan yang berkualitas, kepastian hasil, transparansi dan sah secara hukum.


(18)

Proses perizinan yang sederhana mencakup tidak saja menghilangkan birokrasi yang panjang, tetapi juga menghindari prosedur dan persyaratan yang berlebihan serta memberikan informasi yang akurat kepada pemohon perizinan.

Dari sisi masyarakat, murah berarti biaya yang wajar dan dapat diverifikasi. Kepastian waktu merupakan elemen penting lainnya yang diharapkan masyarakat dari pemerintah. Kepastian tersebut mencakup lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses pengurusan serta kapan izin dapat dikeluarkan. Lamanya pengurusan izin seharusnya diketahui oleh para pemohon sehingga bermanfaat bagi proses perencanaan dan penjadwalan mereka, dan pemerintah sebagai penyedia pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat ini. Masyarakat tentu saja berharap bahwa lamanya proses pengurusan izin tidak berlarut-larut.

Oleh sebab itu dengan adanya Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) diharapkan pelayanan perizinan terutama dalam pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bagi perumahan dan pertokoan dapat berjalan secara efektif, yaitu sesuai dengan standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul ”Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Perumahan Dan Pertokoan Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar.”

I.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalannya suatu penelitian. Hal ini senada dengan pendapat yang mengatakan agar penelitian dapat dilaksanakan


(19)

dengan sebaik-baiknya, maka penulis merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, ke mana harus pergi dengan apa (Arikunto, 1993:17).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: ”Bagaimana Efektivitas Pelayanan Pemberian IMB Perumahan dan

Pertokoan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar”.

I.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui prosedur pelayanan pemberian IMB perumahan dan pertokoan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar.

2. Untuk mengetahui efektivitas pelayanan pemberian IMB perumahan dan pertokoan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mewujudkan efektivitas pelayanan pemberian IMB perumahan dan pertokoan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar.

I.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik untuk diri sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dengan penelitian ini. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa umumnya dan mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara pada khususnya.


(20)

2. Penelitian ini diharapkan dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan metodologis penulis dalam menyusun suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang efektivitas pelayanan pemberian IMB khususnya untuk perumahan dan pertokoan di Pematang Siantar.

I.5 Kerangka teori

Sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam menyoroti atau memecahkan permasalahan perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti. Selanjutnya teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. (Singarimbun, 1989:37)

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bab ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, gagasan yang akan dijadikan titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini.

1.5.1 Efektivitas

Secara nyata Stoner (Kurniawan, 2005:106) menekankan pentingnya efektivitas dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Sedangkan menurut Miller mengemukakan efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya. Efektivitas harus dibedakan dengan efisiensi. Efisiensi terutama mengandung pengertian perbandingan


(21)

antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian suatu tujuan. Jadi secara umum ada pandangan bahwa efektivitas dimaksudkan atau dapat didefinisikan dalam batas-batas dari tingkat pencapaian tujuan organisasi. Dan menurut Hall (Kurniawan, 2005:106) efektivitas adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi merealisasikan tujuannya.

Dapat disimpulkan bahwa konsep tingkat efektivitas organisasi menunjukkan pada tingkat jauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada. Berarti bicara mengenai efektivitas organisasi ada dua aspek di dalamnya, yaitu tujuan organisasi dan pelaksanaan fungsi atau cara untuk mencapai tujuan tersebut. Steers (Kurniawan, 2005:107) mengemukakan lima kriteria dalam pengukuran efektivitas yaitu produktivitas, kemampuan adaptasi atau fleksibilitas, kepuasan kerja, kemampuan berlaba dan pencarian sumber daya.

Sementara menurut Gibson (Kurniawan, 2005:107) efektivitas organisasi dapat pula diukur sebagai berikut: kejelasan tujuan yang hendak dicapai, kejelasan strategi pencapaian tujuan, proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap, perencanaan yang matang, penyusunan program yang tepat, tersedianya sarana dan prasarana, sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.

Dari bermacam-macam pendapat di atas terlihat bahwa efektivitas lebih menekankan pada aspek tujuan dari suatu organisasi, jadi jika suatu organisasi telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka dapat dikatakan telah mencapai efektivitas. Dengan demikian efektivitas pada hakekatnya berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.


(22)

1.5.2 Efektivitas Pelayanan

Menurut Cristhoper (Tjandra, 2005:3) pelayanan dapat diartikan sebagai suatu sistem manajemen, diorganisir untuk menyediakan hubungan pelayanan yang berkesinambungan antara waktu pemesanan dan waktu barang atau jasa itu diterima dan digunakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan/harapan pelanggan dalam jangka panjang.

Menurut Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby (Ratminto, 2005:2) pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan. Sedangkan definisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos (Ratminto, 2005:2) yaitu pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hak lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.

H Emerson (Handayaningrat, 1989:18) mengatakan efektivitas pelayanan publik merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga yang dimaksud efektif adalah keadaan di mana program yang telah dilaksanakan dalam bidang tertentu terdapat kesesuaian dengan tujuan dan sasaran yang telah disepakati bersama.

Sedangkan menurut Siagian (2002:171) efektivitas pelayanan publik berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Tingkat pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat merupakan salah satu ukuran efektivitas. Ukuran ini tidak mempertimbangkan berapa biaya, tenaga,dan waktu yang digunakan dalam memberikan pelayanan, tetapi lebih menitik beratkan pada


(23)

tercapainya tujuan organisasi pelayanan publik. Sesuai dengan pendapat tersebut Steers dan Etzioni (Kasim, 1993:11) mengatakan bahwa efektivitas suatu organisasi tergantung pada seberapa jauh organisasi tersebut berhasil dalam pencapaian tujuannya.

Moenir mengatakan bahwa pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Jadi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus seefektif mungkin. Secara umum pelayanan yang efektif dapat berarti tercapainya tujuan pelayanan yang telah ditetapkan organisasi dan masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang didapatnya. (www.freewebs.com)

Pengembangan strategi pelayanan menekankan pada tindakan-tindakan seperti yang dikemukakan oleh De Vreye (Tjandra, 2005:25) ke dalam 7 simple strategis for succes yang kemudian disebut service model:

a. Self-esteem (harga diri)

1. Pelayanan bukan berartu ”tunduk” 2. Dinilai dari kepemimpinan, keteladanan 3. Menempatkan seseorang menurut keahliannya 4. Menetapkan tugas pelayanan yang futuris

5. Berpedoman pada kesuksesan hari esok lebih baik dari hari ini

b. Exceed Expectation (memenuhi harapan)

1. Penyesuaian standar pelayanan

2. Pemahaman terhadap keinginan pelanggan 3. Pelayanan sesuai harapan pelanggan

c. Recovery (pembenahan)

1. Keluhan, sesungguhnya bukan merupakan masalah, akan tetapi merupakan peluang untuk maju, dan tantangan untuk melaju


(24)

3. Mengumpulkan informasi tentang keinginan pelanggan 4. Uji coba standar pelayanan

5. Mendengarkan keluhan pelanggan

d. Vision (pandangan ke depan)

1. Perencanaan ideal di masa depan

2. Memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin

3. Memberikan pelayanan yang sesuai kebutuhan pelanggan

e. Improve (perbaikan)

1. Perbaikan secara terus menerus 2. Menyesuaikan dengan perubahan

3. Mengikut sertakan bawahan dalam penyusunan rencana 4. Investasi yang berupa non material (training)

5. Penciptaan lingkungan yang kondusif 6. Penciptaan standar yang responsive

f. Care (perhatian)

1. Sistem yang memuaskan pelanggan 2. Menjaga kualitas

3. Menerapkan ukuran yang tepat

g. Empower (pemberdayaan)

1. Memberdayakan karyawan 2. Belajar dari pengalaman

3. Memberikan rangsangan, pengukuran, dan penghargaan.

Keberhasilan kebijakan pelayanan merupakan tantangan bagi aparatur pemerintah dalam menyikapi gejolak, keinginan maupun kebutuhan masyarakat yang


(25)

pada dasarnya ingin dihargai sebagai manusia yang mempunyai martabat dan harga diri. Tuntutan yang selalu muncul dari masyarakat yang ingin dilayani membuat dewasa kinerja aparatur dalam menghadapinya, dan hal ini membutuhkan energi dan atensi kompetisi kerja. Untuk itu diperlukan komitmen, kompetensi dan konsep yang cepat, tepat, akurat, ramah dan murah dari aparatur dalam mengimplementasikan kebijakan pelayanan publik yang prima, serta sinkronisasi yang sinergi antara aparatur yang memberikan pelayanan dengan masyarakat yang memerlukan pelayanan. Standar pelayanan publik yang prima pada organisasi pemerintah menjadi penting dihayati dalam pelaksanaannya, karena pada dasarnya merupakan hal yang melekat dalam tugas pokok dan fungsi aparatur dalam organisasi pemerintah.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan efektivitas pelayanan pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Perumahan dan Pertokoan adalah tercapainya tujuan atau sasaran dalam penyelenggaraan pemberian izin, khususnya izin pembangunan perumahan dan pertokoan dan memberikan manfaat nyata sesuai dengan prinsip-prinsip Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) kepada masyarakat yang mengurus permohonan izin bangunan.

1.5.3 Pelayanan Perizinan

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81 Tahun 1993 kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 mendefinisikan pelayanan umum sebagai segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan BUMN atau BUMD dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pelayanan administrasi pemerintahan atau


(26)

pelayanan perizinan dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan BUMN atau BUMD, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang bentuk produk pelayanannya adalah izin atau warkat. (Ratminto, 2005:5)

Jadi, pelayanan perizinan adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat yang bersifat legalitas atau melegalkan kepemilikan, hak, keberadaan, dan kegiatan individu atau organisasi.

Asep Warlan Yusuf (Ridwan, 2009:92) mengatakan bahwa izin adalah instrumen pemerintah yang bersifat yuridis preventif, yang digunakan sebagai sarana hukum administrasi untuk mengendalikan perilaku masyarakat. Sedangkan menurut Sjachran Bash, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara yang menghasilkan peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pelayanan perizinan dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, misalnya upaya instansi yang berwenang dalam memberikan jaminan kepastian hukum atas kepemilikan tanah maupun Izin Mendirikan Bangunan misalnya sehingga dapat menjamin segala aktivitas. IMB diperlukan dengan maksud untuk mendirikan bangunan yang aman tanpa gangguan yang berarti.

Peraturan Daerah Kota Pematang Siantar No.5 Tahun 2003 Pasal 5 mengenai perizinan berisi tentang:

1. Setiap kegiatan membangun dan atau menggunakan dan atau membongkar bangunan atau bagian bangunan dalam wilayah Daerah harus memiliki izin dari Kepala Daerah;


(27)

2. Perizinan dimaksudkan untuk menjamin dan menjaga:

a. Kesehatan, keselamatan, dan keamanan pemilik dan atau pengguna bangunan gedung;

b. Ketertiban dan keselamatan masyarakat dan lingkungannya; c. Keserasian dan keselarasan lingkungan, serta

d. Kesesuaian dengan fungsi yang telah ditetapkan sesuai dengan peruntukan lokasinya;

3. Selain harus memenuhi izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini juga harus memenuhi ketentuan lain yang berkaitan dengan kegiatan mendirikan bangunan.

4. Orang, Badan/Lembaga sebelum membangun, atau merubah bangunan di wilayah Daerah diharuskan memiliki IMB dari Kepala Daerah.

5. Orang, Badan/Lembaga sebelum merobohkan bangunan di wilayah Daerah diharuskan memiliki Izin Merobohkan Bangunan dari Kepala Daerah.

Menurut Ratminto (2005:39) kualitas pelayanan perizinan sangat dipengaruhi oleh lima hal yaitu:

a. Kuatnya Posisi Tawar Pengguna Jasa Pelayan

Adanya kesetaraan hubungan atau kesetaraan posisi tawar antara pemberi pelayanan dan pengguna jasa pelayanan yang dilakukan antara lain dengan memberitahukan dan mensosialisasikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik pemberi maupun pengguna jasa pelayanan. Sehingga posisi tawar masyarakat seimbang dengan posisi tawar pemberi jasa pelayanan.

b. Berfungsinya Mekanisme ’Voice’

Pengguna jasa pelayanan harus diberi kesempatan untuk mengungkapkan ekspresi ketidakpuasannya atas pelayanan yang diterimanya. Apabila saluran ini dapat


(28)

berfungsi secara efektif, maka posisi tawar pengguna jasa akan menjadi sama dengan posisi tawar penyelenggara jasa pelayanan sehingga kualitas pelayanan dapat ditingkatkan.

c. Pembentukan Birokrat Yang Berorientasi Pelayanan

Faktor utama dalam manajemen pelayanan perizinan adalah sumber daya manusia atau birokrat yang bertugas memberi pelayanan. Oleh sebab itu pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia penyelenggara pelayanan (birokrat) harus ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas.

d. Pengembangan Kultur Pelayanan

Hal lain yang juga sangat krusial dalam peningkatan kualitas pelayanan perizinan adalah berkembangnya kultur pelayanan dalam diri birokrat. Penyelenggara pelayanan harus memiliki kultur pelayanan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat.

e. Pembangunan Sistem Pelayanan Yang Mengutamakan Kepentingan Masyarakat

Faktor terakhir yang juga sangat penting dalam manajemen pelayanan perizinan adalah beroperasinya pelayanan yang mengutamakan kepentingan masyarakat. Pelayanan yang berkualitas harus memberikan kejelasan sistem dan prosedur sehingga ada kepastian yang diperoleh masyarakat pengguna layanan.

Menurut Ahmad Sobana (Ridwan, 2009:92) mekanisme perizinan dan izin yang diterbitkan untuk pengendalian dan pengawasan administratif bisa dipergunakan sebagai alat untuk mengevaluasi keadaan dan tahapan perkembangan yang ingin dicapai, di samping untuk mengendalikan arah perubahan dan mengevaluasi keadaan, potensi, serta kendala.

Menurut Ridwan (2009:93) lebih jauh lagi melalui sistem perizinan diharapkan dapat tercapainya tujuan tertentu diantaranya :


(29)

a. Adanya suatu kepastian hukum. b. Perlindungan kepentingan umum.

c. Pencegahan kerusakan atau pencemaran lingkungan d. Penataan distribusi barang tertentu.

Perizinan sebagai instrumen usaha implementasi program pemerintah daerah yang menjadi bagian integral dari penyelenggaraan pemerintahan, maka pemerintah daerah bisa lebih leluasa untuk menggunakannya sesuai dengan rambu peraturan perundangan yang berlaku dengan tetap menjunjung tinggi azas umum pemerintahan yang layak.

1.5.4 Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Menurut penjelasan Peraturan Pemerintah RI No. 45 tahun 1998, yang dimaksud dengan Izin Mendirikan Bangunan termasuk dalam pemberian izin ini adalah kegiatan peninjauan desain dan pemantapan pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang yang berlaku, dengan tetap memperhatikan koefisisen dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut. (Marsinta, 2004:18)

Peraturan Daerah Kota Pematang Siantar No. 5 Tahun 2003 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan menyatakan bahwa mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengganti dan atau menambah bangunan seluruhnya atau sebagian termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan tersebut. Sedangkan Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat IMB adalah izin yang diberikan untuk mendirikan/merubah bangunan.

Jadi, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan membangun yang dapat diterbitkan apabila rencana bangunan dinilai telah sesuai dengan ketentuan yang meliputi aspek pertanahan, aspek planalogis


(30)

(perencanaan), aspek teknis, aspek kesehatan, aspek kenyamanan, dan aspek lingkungan. (Goenawan, 2009:81)

Salah satu dasar pertimbangan penetapan peraturan izin mendirikan bangunan adalah agar setiap bangunan memenuhi teknik konstruksi, estetika serta persyaratan lainnya sehingga tercipta suatu rangkaian bangunan yang layak dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, keindahan dan interaksi sosial. Tujuan dari penerbitan IMB adalah untuk mengarahkan pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat, swasta maupun bangunan pemerintah dengan pengendalian melalui prosedur perizinan, kelayakan lokasi mendirikan, peruntukan dan penggunaan bangunan yang sehat, kuat, indah, aman dan nyaman. (jurnalblogspot.co.id)

IMB berlaku pula untuk bangunan rumah tinggal lama yaitu bangunan rumah yang keberadaannya secara fisik telah lama berdiri tanpa atau belum ber-IMB. Selain untuk rumah tinggal IMB juga berlaku untuk bangunan-bangunan dengan fungsi yang lain seperti gedung perkantoran, gedung industri, dan bangunan fasilitas umum. IMB memiliki dasar hukum yang harus dipatuhi sehingga mutlak harus dimiliki setiap orang yang berniat mendirikan sebuah bangunan.

Selain itu, adanya IMB berfungsi supaya pemerintah daerah dapat mengontrol dalam rangka pendataan fisik kota sebagai dasar yang sangat penting bagi perencanaan, pengawasan dan penertiban pembangunan kota yang terarah dan sangat bermanfaat pula bagi pemilik bangunan karena memberikan kepastian hukum atas berdirinya bangunan yang bersangkutan dan akan memudahkan bagi pemilik bangunan untuk suatu keperluan, antara lain dalam hal pemindahan hak bangunan yang dimaksud sehingga jika tidak adanya IMB maka akan dikenakan tindakan penertiban sesuai dengan peraturan yang berlaku. (www.asiamaya.com)


(31)

1.5.6. Perumahan dan Pertokoan

Pasal 3 UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman selanjutnya disebut UUPP, (Syahrin, 2003:116) menyebutkan bahwa penataan perumahan berlandaskan pada asas manfaat, adil, dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan, keterjangkauan dan kelestarian hidup. Selanjutnya menurut pengertian yang diatur dalam UUPP rumah mengandung beberapa hal antara lain:

a. Mewadahi berlangsungnya manusia sebagai individu maupun sebagai kelompok dan melindungi diri dari berbagai hal yang tidak diinginkan terjadi.

b. Sarana bersosialisasi sebagai kelompok individu yang terkecil dalam masyarakat termasuk di dalamnya kegiatan pembentukan watak serta pembinaan keluarga. c. Sarana awal pembentukan watak, kehidupan, dan penghidupan keluarga dalam

lingkungan yang dibatasi oleh:

1. Ruang rumah yang ditinggali bersama oleh sekelompok individu dan terikat oleh ikatan keluarga.

2. Aturan-aturan yang berlaku dan disepakati untuk diberlakukan di dalam rumah guna membatasi perilaku dan kegiatan setiap individu yang menjadi anggotanya. 3. Pembatasan dan pembagian ruang sesuai fungsinya yang terkait dengan aktivitas

individu anggota keluarga lainnya.

4. Struktur yang sederhana yaitu terdapatnya kepala keluarga dan individu lainnya sebagai anggota keluarga.

Selanjutnya melaksanakan pembangunan perumahan harus memperhatikan rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota, sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 31 UUPP.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pematang Siantar Tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Pematang Siantar No. 5 Tahun 2003


(32)

Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Pasal 1 menyebutkan bahwa pertokoan merupakan salah satu jenis dari Bangunan Umum dan Perdagangan yang peruntukannya dipakai untuk segala macam kegiatan kerja.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, Dan Toko Modern bab1 pasal 1 menyebutkan bahwa toko adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan untuk menjual barang dan terdiri dari satu penjual. Jadi, pertokoan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari beberapa bangunan yang dikelola oleh para pelaku usaha untuk melakukan kegiatan perdagangan berbagai jenis barang.

1.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995:37)

Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep, guna menghindari adanya salah pengertian maka definisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

1. Efektivitas, yaitu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber daya yang ada.

2. Efektivitas pelayanan, yaitu tercapainya tujuan pelayanan yang telah ditetapkan organisasi dan masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang didapatnya.


(33)

3. Efektivitas pelayanan pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB), yaitu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dalam bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan BUMN atau BUMD, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang bentuk produk pelayanannya adalah izin yang diberikan untuk mendirikan suatu bangunan.

1.7 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang melekat dalam suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional menunjukkan bagaimana caranya mengukur suatu variabel penelitian sehingga diketahui dengan jelas apa yang menjadi indikator penelitian sebagai pendukung untuk dianalisa ke dalam variabel-variabel tersebut. (Singarimbun, 1995:46) Definisi operasional dalam penelitian ini adalah efektivitas pelayanan dengan indikator sebagai berikut:

1. Kesederhanaan,

Yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, dilaksanakan secara mudah, cepat, tepat, lancar, mudah dipahami dan dilaksanakan.

2. Kejelasan dan kepastian dalam hal: 1) Persyaratan yang dibutuhkan.

2) Rincian biaya atau tarif pelayanan, termasuk tata cara pembayaran yang dibebankan kepada pemohon sebagai balas jasa dan pemrosesan perizinan dimaksud.


(34)

2. Kepastian waktu,

Yaitu pemrosesan permohonan perizinan dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

3. Kepastian hukum, yang meliputi:

1) Persyaratan, pemrosesan, dalam pembiayaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 2) Setiap dokumen perizinan dan dokumen non perizinan lainnya memberikan

jaminan legalitas usaha dan kewenangan untuk mengelola sumber-sumber daya secara bertanggungjawab, sesuai dengan peruntukan perizinan tersebut.

3) Setiap dokumen perizinan dan non perizinan memberikan rasa aman bagi pemegangnya.

4. Tanggung jawab,

Yaitu penyelenggara pelayanan yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan.

5. Kelengkapan sarana dan prasarana,

Yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

6. Kemudahan akses, ditunjukkan dengan:

1) Ketersediaan sumber dan media informasi yang dapat langsung dicapai oleh masyarakat baik berupa website, sambungan telepon (hotline) atau media informasi lainnya


(35)

1.8 Sistematika Penelitian

Sistematika yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, definisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan, teknik pengumpulan data, teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum mengenai karakteristik lokasi penelitian

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Berisikan penyajian data yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi

BAB V : ANALISA DATA

Berisikan uraian data-data yang diperoleh setelah melakukan penelitian

BAB VI : PENUTUP


(36)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskripitif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar.

2.3 Informan

Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi dan sampel. (Suryanto, 2005:171)

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi informan kunci (key informan) dan informan biasa. Adapun yang menjadi informan kunci (key informan) dalam penelitian ini adalah Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu sedangkan yang menjadi informan biasa yaitu Kepala Bidang Informasi dan Pendaftaran, Kepala Bidang Verifikasi dan Perizinan, Kepala Bidang


(37)

Pengawasan dan Pengendalian, Kepala Bidang Evaluasi dan Pelaporan, serta masyarakat yang mengurus izin perumahan dan pertokoan sebanyak empat orang.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

2.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Wawancara (Interview)

Teknik pengumpulan data dengan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek penelitian untuk dijawab. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara terbuka dan mendalam sehingga akan tergali informasi yang berkaitan dengan efektivitas pelayanan pemberian IMB perumahan dan pertokoan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar. Peneliti dituntut untuk membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberi informasi atau data terhadap permasalahan penelitian agar muncul wacana yang detail.

b. Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung dengan mencatat

gejala-gejala yang ditemukan di lapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau.

2.4.2 Data Sekunder

a. Penelitian Kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku


(38)

b. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan

atau foto-foto yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

2.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan. Penganalisisan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.


(39)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3. 1 Gambaran Umum Kota Pematang Siantar A. Visi dan Misi

Adapun Visi Kota Pematang Siantar periode 2006- 2010 adalah menjadikan kota Pematang Siantar menjadi kota IDAMAN yaitu:

1. INDAH 2. DAMAI 3. MANDIRI

melalui prinsip 3E yaitu: 1. EFEKTIVITAS 2. EFISIEN 3. EKONOMIS

yang berarti menjadikan kota Pematang Siantar menjadi kota yang Indah, Damai, dan Mandiri melalui penerapan prinsip-prinsip Efektivitas, Efisien, dan Ekonomis.

Sedangkan misi kota Pematang Siantar yaitu:

1. Menghadirkan pemerintahan kota yang profesional dan merakyat, yang memahami kebutuhan masyarakat dan dunia usaha.

2. Membangun dan mengembangkan kota Pematang Siantar sebagai pusat informasi dan pintu gerbang pariwisata.

3. Mempertahankan dan melestarikan keragaman agama dan budaya masyarakat kota Pematang Siantar.

4. Mengembalikan kehormatan kota Pematang Siantar sebagai kota pendidikan bagi daerah kota dan kabupaten sekitarnya.


(40)

5. Mengembangkan dan membangun kota Pematang Siantar sebagai kota Agropolitan. 6. Membangun dan mengembangkan kota Pematang Siantar sebagai pusat perdagangan

dan distribusi regional.

7. Menghadirkan kawasan pemukiman yang aman, nyaman, dan sehat. 8. Meningkatkan keamanan dan ketertiban.

B. Letak dan Batas Wilayah

Kota Pematang Siantar terletak pada garis 3º01’09” - 2º54’40” Lintang Utara dan 99º6’23” - 99º1’10” Bujur Timur, berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Simalungun dan terletak 400 meter di atas permukaan laut yang mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Simalungun Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Simalungun Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Simalungun Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

C. Luas Wilayah

Kota Pematang Siantar mempunyai luas wilayah 79,97 km² dengan enam kecamatan yang terdiri dari delapan desa dan tiga puluh kelurahan yaitu:

a. Kecamatan Siantar Martoba, yang terdiri dari: 1. Desa Bah Kapul

2. Desa Martoba

3. Desa Tambun Nabolon.

b. Kecamatan Siantar Marihat, yang terdiri dari: 1. Kelurahan Sukamaju


(41)

3. Desa Nagahuta

4. Desa Baringin Pansur Nauli 5. Desa Sukaraja

6. Desa Pematang Marihat 7. Desa Simarimbun.

c. Kecamatan Siantar Utara, yang terdiri dari: 1. Kelurahan Bane

2. Kelurahan Sigulangulang 3. Kelurahan Kahean 4. Kelurahan Sukadame 5. Kelurahan Baru 6. Kelurahan Melayu 7. Kelurahan Martoba.

d. Kecamatan Siantar Timur, yang terdiri dari: 1. Kelurahan Asuhan

2. Kelurahan Tomuan 3. Kelurahan Kebon Sayur 4. Kelurahan Pahlawan 5. Kelurahan Pardomuan 6. Kelurahan Merdeka 7. Desa Siopat Suhu.

e. Kecamatan Siantar Selatan, yang terdiri dari: 1. Kelurahan Aek Nauli

2. Kelurahan Martimbang 3. Kelurahan Kristen


(42)

4. Kelurahan Toba 5. Kelurahan Karo

6. Kelurahan Simalungun.

f. Kecamatan Siantar Barat, yang terdiri: 1. Kelurahan Bantan

2. Kelurahan Banjar 3. Kelurahan Proklamasi 4. Kelurahan Dwikora 5. Kelurahan Teladan

6. Kelurahan Sipinggol-pinggol 7. Kelurahan Simarito

8. Kelurahan Timbang galung

Sedangkan pusat pemerintahan kecamatan dalam wilayah Kota Pematang Siantar adalah:

1. Kecamatan Siantar Martoba berkedudukan di Kelurahan Martoba; 2. Kecamatan Siantar Marihat berkedudukan di Kelurahan Marihat; 3. Kecamatan Siantar Utara berkedudukan di Kelurahan Sukadame; 4. Kecamatan Siantar Timur berkedudukan di Kelurahan Tomuan; 5. Kecamatan Siantar Selatan berkedudukan di Kelurahan Kristen;


(43)

Dengan kondisi demografi pada tahun 2009 sebagai berikut:

Tabel 1 : Jumlah Kecamatan di Kota Pematang Siantar

No Kecamatan Luas Wilayah

(km²)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km²)

1. Siantar Martoba 40,75 50.021 1.228 2. Siantar Marihat 25,83 32.001 1.239 3. Siantar Timur 4,52 43.331 9.587 4. Siantar Selatan 2,02 21.313 10.551 5. Siantar Utara 3,65 50.368 13.799 6. Siantar Barat 3,21 47.401 14.790 Pematangsiantar 79,97 244.435 51.194

Tingkat kepadatan penduduk secara umum sebesar 3.057 jiwa/km². Sedangkan jumlah penduduk secara umum sebesar 244.435 jiwa/km². Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Siantar Barat sebesar 14.790 jiwa/km², sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di kecamatan Siantar Martoba yaitu 1.228 jiwa/km². (sumber: www.pematangsiantar.go.id).


(44)

III. 2 Gambaran Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematang Siantar

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematang Siantar berdiri pada Maret 2009 yang mempunyai tugas untuk membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang pelayanan perizinan terpadu.

Berdasarkan Peraturan Walikota Pematang Siantar No. 1 Tahun 2009 Tentang Urusan Pemerintah Kota Pematang Siantar, Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kota Pematang Siantar dan Peraturan Walikota No. 4 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Pematang Siantar maka dibentuklah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematang Siantar dengan menimbang:

1. Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya di bidang perizinan, maka perlu adanya sistem pemberian izin yang cepat, efisien dan terpadu.

2. Bahwa untuk mempercepat/memperlancar dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dalam proses penerbitan perizinan di Kota Pematangsiantar, maka dipandang perlu menghunjuk Kepala Badan Pelayanan Perizinan Kota Pematangsiantar untuk dan atas nama Walikota Pematangsiantar.

3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b diatas perlu ditetapkan Keputusan Walikota tentang Penghunjukan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar untuk menandatangani naskah/sertifikat bidang perizinan dan non perizinan di Kota Pematangsiantar


(45)

A. Visi dan Misi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu 1. Visi

Visi adalah pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana instansi

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar harus dibawa. Visi BPPT Pematang Siantar yaitu:

“Melayani dan Mempermudah Proses Izin Satu Pintu”. Makna pokok yang

terkandung dalam visi di atas adalah memberikan kemudahan pelayanan perizinan dengan menjadikan BPTSP sebagai saluran bagi pemerintah daerah untuk memberikan semua informasi yang dibutuhkan masyarakat khususnya dalam bidang perizinan. Di sisi lain saluran yang sama juga dapat digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan keluhan dan masukan kepada pemerintah daerah. Dengan kata lain, berdirinya BPTSP Pematang Siantar berarti pemerintah daerah telah membangun saluran yang berguna bagi kedua belah pihak.

2. Misi

Misi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar yaitu: 1. Penyederhanaan sistem dan prosedur perizinan usaha

2. Pemangkasan waktu dan biaya perizinan 3. Pengurangan jumlah persyaratan perizinan 4. Pengurangan waktu pemrosesan perizinan 5. Perbaikan sistem pelayanan perizinan

6. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi proses penyelenggaraan perizinan

B. Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi

Kedudukan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu adalah:


(46)

2. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.

Susunan Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu terdiri dari: 1. Kepala Badan

2. Sekretariat 3. Bidang-bidang 4. Sub-sub bidang

Kemudian untuk mendapat kejelasan mengenai tugas-tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerjanya, dapat penulis kemukakan sebagai berikut:

Berdasarkan Peraturan Pemerintah N0. 41 Tentang Struktur Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Pematang Siantar yang disahkan dan dituangkan oleh Peraturan Walikota No. 5 Tahun 2009 maka tugas Dan Fungsi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar yaitu:

Pasal 102

Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang pelayanan perizinan terpadu.

Pasal 103

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal di atas, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu mempunyai tugas:

a. Pelaksanaan penyusunan program badan;

b. Penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan; c. Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perizinan; d. Pelaksanaan administrasi pelayanan perizinan;


(47)

Tugas dan Fungsi Sekretariat, Bidang, dan Sub Bidang Badan Pelayanan Perizinan

Pasal 104

1. Sekretariat merupakan unsur staf yang dipimpin oleh seorang sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan.

2. Sekretaris Badan Pelayanan Perizinan Terpadu mempunyai tugas membantu kepala badan di bidang pembinaan penyelenggaraa administrasi umum dan perlengkapan, pembinaan kepegawaian dan tata laksana, pembinaan administrasi keuangan.

Pasal 105

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal di atas, Sekretariat mempunyai fungsi:

a. Melaksanakan pengelolaan administrasi surat-menyurat, ketatausahaan, arsip, dan perlengkapan;

b. Mengelola administrasi kepegawaian, keuangan, inventaris kantor;

c. Melaksanakan urusan rumah tangga, kantor, pembinaan organisasi dan tata laksana;

d. Perumusan anggaran operasional kantor dan anggaran pembangunan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.

Pasal 106

Pembagian tugas dan fungsi di sekretariat adalah sebagai berikut: 1. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan mempunyai tugas:

a. Menyiapkan bahan-bahan dan tempat rapat dinas;


(48)

c. Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar;

d. Membantu kelancaran dan pendistribusian surat-menyurat;

e. Pengadaan, perawatan dan pembelian alat-alat/barang-barang inventaris kantor. 2. Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas:

a. Menyusun kelengkapan dan administrasi kepegawaian;

b. Membuat rencana kebutuhan pengembangan, pemindahan dan kenaikan pangkat kepegawaian;

c. Membuat Daftar Urut Kepangkatan PNS di lingkungan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu;

d. Menyusun rencana peningkatan SDM melalui pendidikan formal dan informal; e. Melaksanakan Disiplin dan Pembinaan Aparatur di lingkup Badan Pelayanan

Perizinan Terpadu;

3. Sub Bagian Perencanaan Keuangan mempunyai tugas:

a. Menyusun rencana Anggaran Operasional Badan Pelayanan Perizinan Terpadu; b. Melaksanakan pengurusan gaji pegawai;

c. Mengkoordinir dan mengawasi segala pungutan dan setoran pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku;

d. Mengkoordinir penyelesaian dan pertanggungjawaban administrasi keuangan; e. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap aparatur pengelolaan

keuangan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.

Pasal 107

Bidang Informasi dan Pendaftaran mempunyai tugas membantu kepala badan di bidang informasi dan pendaftaran.


(49)

Pasal 108

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal di atas, Bidang Informasi dan Pendaftaran mempunyai tugas:

a. Melaksanakan tugas operasional sesuai pedoman dan petunjuk teknis/operasional seluruh jenis perizinan yang ditetapkan peraturan daerah dan Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya;

b. Penyusunan rencana dan program kegiatan pembinaan informasi dan pendaftaran seluruh jenis perizinan;

c. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan petunjuk tentang informasi dan pendaftaran.

Pasal 109

Pembagian tugas dan fungsi di bidang informasi dan pendaftaran adalah sebagai berikut:

a. Sub Bidang Informasi mempunyai tugas menyusun rencana dan program kegiatan pembinaan informasi.

b. Sub Bidang Pendaftaran mempunyai tugas merumuskan kebijakan teknis pendafatran seluruh jenis.

Pasal 110

Bidang Verifikasi dan Perizinan mempunyai tugas membantu kepala badan di bidang Verifikasi dan Perizinan.

Pasal 111

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal di atas, bidang Verifikasi dan Perizinan mempunyai fungsi:

a. Melaksanakan verifikasi dan perizinan terhadap seluruh perizinan yang telah diterbitkan;


(50)

b. Melakukan perubahan atau perbaikan terhadap perizinan;

c. Mendata seluruh usaha maupun badan usaha yang diharuskan mendapat izin usaha;

d. Melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas yang menyangkut dengan perizinan.

e. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan Kepala Badan.

Pasal 112

Pembagian tugas dan fungsi di bidang Verifikasi dan Perizinan adalah sebagai berikut:

a. Sub Bidang Verifikasi mempunyai tugas:

1. Melaksanakan Verifikasi terhadap seluruh perizinan yang telah diterbitkan; 2. Melakukan perubahan atau perbaikan terhadap perizinan;

3. Mendata seluruh usaha maupun badan usaha yang diharuskan mendapat izin. b. Sub Bidang Perizinan mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi terhadap seluruh perizinan yang telah diterbitkan.

Pasal 113

Bidang Pengawasan dan Pengendalian Investasi mempunyai tugas membantu kepala badan di bidang pengawasan dan pengendalian.

Pasal 114

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal diatas, bidang pengawasan dan pengendalian mempunyai fungsi:

Melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas pelayanan dan perizinan yang ditetapkan Walikota berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(51)

Pasal 115

Pembagian tugas dan fungsi di bidang Pengawasan dan Pengendalian adalah sebagai berikut:

a. Sub Bidang Pengawasan dan Pembinaan mempunyai tugas:

1. Melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan tugas pelayanan perizinan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

2. Menyelenggarakan pembinaan dan pemberian usaha perizinan serta menetapkan klarifikasi perizinan usaha.

b. Sub Bidang Pengendalian mempunyai tugas melaksanakan pengendalian atas pelaksanaan tugas pelayanan perizinan yang ditetapkan Walikota berdasarkan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 116

Bidang Pelaporan dan Evaluasi mempunyai tugas membantu kepala badan di bidang pelaporan dan evaluasi.

Pasal 117

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal di atas, bidang Pelaporan dan Evaluasi mempunyai fungsi:

Pelaksanaan pengembangan kapasitas pelaporan dan evaluasi meliputi pembinaan personil ketatalaksanaan, sarana dan prasarana.

Pasal 118

Pembagian tugas dan fungsi di bidang pelaporan dan evaluasi adalah sebagai berikut:

a. Sub Bidang Pelaporan mempunyai tugas:

Menyusun bahan laporan pelaksanaan tugas pelayanan perizinan yang ditetapkan oleh Walikota.


(52)

b. Sub Bidang Evaluasi mempunyai tugas:

1. Mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data pelaksanaan tugas pelayanan perizinan;

2. Melaksanakan evaluasi atas pembinaan personil ketatalaksanaan, sarana dan prasarana.

TUPOKSI TAMBAHAN Pasal 114

Bidang Pelaporan dan Evaluasi mempunyai tugas membantu Kepala Badan di Bidang Pelaporan dan Evaluasi.

Pasal 115

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal di atas, Bidang Pelaporan dan Evaluasi mempunyai fungsi: Pelaksanaan Pengembangan Kapasitas Pelaporan dan Evaluasi meliputi pembinaan personil ketatalaksanaan, sarana dan prasarana.

Pasal 116

Pembagian tugas dan fungsi di Bidang Pelaporan dan Evaluasi adalah sebagai berikut:

c. Sub Bidang Pelaporan, mempunyai tugas:

1. Mengkoordinasikan dan menyusun bahan laporan pelaksanaan tugas pelayanan perizinan yang ditetapkan Walikota.

2. Entry data laporan pelaksanaan tugas pelayanan perizinan ke dalam data base dengan system komputerisasi.


(53)

d. Sub Bidang Evaluasi, mempunyai tugas:

1. Mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi bahan laporan pelaksanaan tugas pelayanan perizinan.

2. Mengevaluasi atas pembinaan personil ketatalaksanaan, sarana dan prasarana. 3. Mengevaluasi laporan pelaksanaan perizinan setiap bulan/tahun.

TAMBAHAN

1. Melaksanakan Pengawasan, Pembinaan dan Pengendalian pelaksanaan perizinan di lapangan.

2. Memberi masukan dan menghimbau masyarakat untuk mengurus izin. 3. Memberi peringatan dan penindakan pada pelanggaran/penyimpangan.

4. Memberikan pengertian/masukan kepada masyarakat, dengan mengurus izin masyarakat mendapat banyak manfaaat.

5. Menanggapai dan menindaklanjuti adanya laporan masyarakat.

6. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka penyelesaian dan pengambilan tindakan adanya penyimpangan di lapangan.

7. Memberikan laporan dan evaluasi kinerja kepada Kepala Badan.

C. Struktur Organisasi

Berdasarkan PP No. 41 Tentang Struktur Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Pematang Siantar yang disahkan dan dituangkan oleh Peraturan Walikota No. 5 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Pematang Siantar, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) terdiri dari:

1. Kepala Badan


(54)

a) Subbag Umum dan Perlengkapan b) Subbag Kepegawaian

c) Subbag Perencanaan Keuangan

3. Bidang Informasi dan Pendaftaran, terdiri dari: a) Subbid Informasi

b) Subbid Pendaftaran

4. Bidang Verifikasi dan Perizinan, terdiri dari: a) Subbid Verifikasi

b) Subbid Perizinan

5. Bidang Pengawasan dan Pengendalian, terdiri dari: a) Subbid Pengawasan dan Pembinaan

b) Subbid Pengendalian

6. Bidang Pelaporan dan Evaluasi, terdiri dari: a) Subbid Pelaporan

b) Subbid Evaluasi

D. Struktur Kepegawaian Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

Nama NIP Gol Jabatan

Resman

H.Saragih, S.sos

196804021990021001 Pembina TK-I (IV/b)

Kepala Badan

Rusman Damanik, SE

19600315198909100 Pembina TK-I (IV/b)

Kabid

Pengendalian dan Pengawasan


(55)

Siregar Drs.Baktiar Manurung

196011041990031002 Pembina (IV-a) Kabid Informasi dan Pendaftaran Budiman Silalahi

SIP.Msi

197401231993021001 Penata (III-c) Kabid Verifikasi dan Perizinan

Elin Sayuti, SS 197212102000032005 Penata (III-c) Kabid Pelaporan dan Evaluasi Haswin Batubara 195605311982061001 Penata TK-I

(III-d)

Kasubbid Pendaftaran Jarkoni 195512181982061001 Penata TK-I

(III-d)

Kasubbid Informasi) Jonni Saragih, BA 196007051986041001 Penata TK-I

(III-d)

Kasubbid Perizinan Tamba Tua

Tamba

195712161981101001 Penata TK-I (III-d)

Kasubbid Verifikasi Jan Ridwan

Saragih, SH

196610281986021004 Penata (III-c) Kasubbid Pengawasan Sahben Siregar 196201191983011001 Penata (III-c) Kasubbid

Pengendalian Marulak Lbn

Gaol, S.sos

196605011989091001 Penata (III-c) Kasubbid Pelaporan Wilson Sitorus 195507191977031002 Penata TK-I

(III-d)

STAF


(56)

(III/b) Maulud Nasution 195609101985031001 Penata Muda TK-I

(III/b)

STAF

Surya Bakti, SH 197404152006041009 Penata Muda (III/a)

STAF

Evanita Purba 196706171993032002 Penata Muda (III/a)

STAF

Ir.Bistok Damanik

196409232007011004 Penata Muda (III/a)

STAF

Supriadi, Amd 197006072007011003 Pengatur (II/c) STAF Jaihot J. Purba 198209212008011004 Pengatur Muda

(II/a)

STAF

Agus Salim Lubis 198408072008011002 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Selamat Pardosi 197712212007011003 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Miduk A.J Hutapea

198406162007011003 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Bulan Sinaga 197806122009011001 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Dedi Andriyantika 197610102007011011 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Ronny

Simangunsong

197606302006041010 Pengatur Muda (II/a)


(57)

Sangap F.Sipayung

198001242007011003 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Rosy Simamora 198106052008012003 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Raden Tri Toni Sitepu

197904212007011001 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Agustinus Simangunsong

19690817200701010 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Asdi Nainggolan 196006052006011010 Pengatur Muda (II/a) STAF Roma A Panggabean 198008042007012001 Pengatur Muda (II/a) STAF

Junisah Putra 198006142008011004 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Jon Marinus Tarigan

197703072008011004 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Zulkifli Damanik 198202142007011002 Pengatur Muda (II/a)

STAF

Asi M Siagian 196501121986021003 Pengatur Muda (II/a)


(58)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Data yang akan penulis sajikan mengenai efektivitas pelayanan pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) perumahan dan pertokoan adalah data primer dan data sekunder. Kemudian akan penulis analisis dan interpretasikan secara deskriptif kualitatif. Adapun data yang akan disajikan dalam penulisan ini yaitu penyajian data hasil wawancara dari informan kunci (key informan) yaitu Kepala BPPT dan informan biasa yaitu Kabid Informasi dan Pendaftaran, Kabid Verifikasi dan Perizinan, Kabid Pengawasan dan Pengendalian, Kabid Evaluasi dan Pelaporan, serta masyarakat yang mengurus izin perumahan dan pertokoan sebanyak empat orang. Dan berikut hasil wawancara yang penulis sajikan dalam bentuk uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh responden yang bersangkutan.

A. Hasil Wawancara dengan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Pematang Siantar

1. Kesederhanaan

Untuk mengetahui apakah prosedur pelayanan tidak berbelit-belit dan dapat dilaksanakan secara mudah, cepat, tepat, dan lancar maka pertama sekali penulis melakukan wawancara dengan Kepala BPPT yaitu Bapak Resman H. Saragih, S.sos dengan pertanyaan:

1. Bagaimana prosedur dalam pengurusan IMB bagi perumahan dan pertokoan?

Jawab: ”prosedur dalam pengurusan IMB untuk perumahan dan pertokoan sama dengan permohonan IMB bagi jenis bangunan lainnya. Pemohon harus mengajukan permohonan kepada Bapak Walikota KDH TK II Pematang Siantar Cq.Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). Formulir permohonan itu berupa formulir permohonan IMB dan formulir permohonan advis planning. Lalu apabila semua persyaratan telah dilengkapi oleh si pemohon maka penerbitan IMB dapat selesai dalam waktu 14 hari.”


(59)

2. Apakah dengan adanya prosedur tersebut pemberian IMB perumahan dan pertokoan menjadi lebih mudah, cepat, dan lancar?

Jawab: ”ya, tentu saja. Sebelumnya pengurusan IMB berada di bawah naungan Dinas Tata Kota. Namun sejak keluarnya PP No.41 Tahun 2009 Tentang Struktur Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Pematang Siantar maka dibentuklah BPPT untuk mempermudah proses perizinan melalui satu pintu dengan menyederhanakan prosedur perizinan tersebut sehingga proses perizinan tidak berbelit-belit karena dilayani hanya melalui satu pintu dan terpusat di BPPT. Akan tetapi karena menyangkut masalah teknis maka yang berhak menerbitkan advis planning adalah bagian tata ruang Dinas Pekerjaan Umum.

3. Apakah advis planning itu, Pak?

Jawab: ”berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pematang Siantar No.4 Tahun 2003 disitu dijelaskan mengenai Retribusi Advis Planning. Advis planning adalah saran pendapat atas perencanaan peruntukan tanah dikaitkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK). Tujuannya adalah dalam rangka penataan kota agar Kota Pematang Siantar menjadi kota indah, rapi, teratur dan tertib.

4. Bagaimana pemberian advis planning bagi perumahan dan pertokoan?

Jawab: ”untuk bangunan perumahan/bangunan tempat tinggal harus mempunyai jarak bangunan dengan bangunan sekitarnya sekurang-kurangnya dua meter atau karena pertimbangan lain dapat berdempet. Kedua, setiap bangunan dapat dibangun dengan perbandingan luas lantai dasar dan luas persil adalah tidak melebihi 80% atau didasarkan pada pertimbangan kelayakan. Untuk bangunan usaha/pertokoan dapat dibangun dengan perbandingan luas lantai dasar dan luas persil mendekati 100% dengan ketentuan tidak bertentangan dengan peruntukan dalam RTRWK. Kedua, setiap bangunan usaha/pertokoan dapat dibangun satu dinding tanpa dinding masalah.

2. Kejelasan dan Kepastian

Untuk mengetahui kejelasan dan kepastian pelayanan IMB yang menyangkut persyaratan pengurusan izin, rincian biaya/tarif pelayanan serta tata cara pelayanan, maka peneliti bertanya kepada Bapak Resman H.Saragih dengan pertanyaan:

5. Apa saja persyaratan dalam pengurusan IMB?

Jawab: ”pertama-tama mengisi formulir permohonan advis planning dengan persyaratan antara lain fotocopy KTP sesuai dengan pemilikan tanah, fotocopy perolehan tanah/sertifikat/akta notaris/akta camat, fotocopy tanda lunas PBB tahun terakhir, surat keterangan tidak ada silang sengketa dari lurah dan camat, dan gambar rencana bangunan skala 1 : 50/ 1 : 100/ 1 : 200 rangkap dua. Kemudian mengisi formulir permohonan IMB dengan melampirkan advis planning, gambar rencana bangunan skala 1 : 50/ 1 : 100/ 1 : 200 rangkap lima, dan perhitungan konstruksi bangunan untuk bangunan khusus/tertentu jika bangunan yang ingin dibangun melebihi empat lantai.


(1)

Sumber lain:

Peraturan Daerah Kota Pematang Siantar No.5 Tahun 2003 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

Peraturan Daerah Kota Pematang Siantar No.4 Tahun 2003 Tentang Retribusi Advis Planning.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 38 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, Dan Toko Modern.

Peraturan Walikota No. 1 Tahun 2009 Tentang Urusan Pemerintah Kota Pematang Siantar, No. 3 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kota Pematang Siantar, dan No. 4 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Pematang Siantar. www.asiamaya.com diakses pada tanggal 8 Februari 2010

jurnalblogspot.co.id diakses pada tanggal 8 Februari 2010 www.freewebs.com diakses pada tanggal 15 April 2010


(2)

Daftar Pertanyaan Wawancara:

1. Bagaimana prosedur dalam pengurusan IMB?

2. Apakah dengan adanya prosedur tersebut, pemberian IMB menjadi lebih mudah, cepat, dan lancar?

3. Apa-apa saja persyaratan teknis dalam pengurusan IMB? 4. Apa-apa saja persyaratan administrasi dalam pengurusan IMB? 5.Berapa biaya yang dikenakan dalam pengurusan IMB?

6. Bagaimana tata cara pembayaran pengurusan IMB?

7. Apakah tarif pembayaran telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku? (apa landasan hukumnya)

8. Apakah kepastian dan rincian biaya pelayanan telah diinformasikan secara jelas? 9. Siapakah unit kerja yang bertugas menerima biaya/tarif dalam pengurusan IMB? (misalnya unit pengelola keuangan)

10. Apakah setiap pungutan yang ditarik ditandai dengan tanda bukti resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan?

11. Berapa hari lamanya pengurusan IMB?

12. Apakah kepastian waktu penyelesaian pelayanan telah diinformasikan dengan jelas? 13. Apakah pemberian IMB disertai dengan dokumen perizinan/tanda bukti yang sah secara hukum?

14. Apakah dokumen perizinan/tanda bukti tersebut telah memberikan jaminan legalitas bagi si pemohon IMB?

15. Apa sanksi yang diberikan kepada pemohon yang memanfaatkan dokumen izin untuk kegiatan usaha selain daripada peruntukannya?


(3)

16. Siapa pihak/unit kerja yang bertanggung jawab/berwenang dalam memberikan sanksi?

17. Sarana dan prasarana apa yang dimiliki oleh BPPT? (peralatan kerja yang mendukung)

18. Sumber media/informasi apa yang bisa dicapai masyarakat untuk mengetahui bagaimana proses pengurusan IMB? (misalnya website, brosur, telepon, dll)

19. Apakah lokasi/tempat pelayanan telah dilengkapi sarana pendukung yang memadai? (contoh: parkir, tempat ibadah, ruang tunggu, toilet, dll)

20. Apakah setiap petugas/unit kerja yang ada telah memahami tugasnya masing-masing?

21. Apakah setiap petugas/unit kerja yang ada telah memberikan pelayanan sesuai prosedur yang telah ditetapkan?

22. Apakah petugas/unit kerja yang ada telah memadai dari segi kuantitas? 23. Apakah petugas/unit kerja yang ada telah memadai dari segi kualitas?

24. Siapa pihak/unit kerja yang bertanggung jawab jika ada pemohon IMB yang mengajukan komplain/keluhan?

25. Bagaimana penyelesaian terhadap komplain/keluhan tersebut?

26. Siapa petugas/unit kerja yang bertugas memberikan rekomendasi apakah izin perumahan/pertokoan yang dimohon dapat disetujui atau tidak?

27. Apakah petugas/unit kerja tersebut telah memberikan penilaian secara objektif berdasarkan keahliannya secara jujur dan bertanggung jawab?

28. Apakah ada kendala-kendala yang berasal dari intern atau dari BPPT itu sendiri dalam memberikan IMB?

29. Jika ia, kendala-kendala seperti apa yang sering dihadapi oleh BPPT dalam memberikan IMB?


(4)

30. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala tersebut?

Bidang Informasi dan Pendaftaran:

1. Apa-apa saja tugas operasional yang dilaksanakan khususnya dalam pemberian izin perumahan dan pertokoan berdasarkan peraturan walikota dan uu yang berlaku?

2. Apakah prosedur pengurusan imb perumahan/pertokoan telah diinformasikan dengan jelas?

Bidang Verifikasi dan Perizinan:

1. Bagaimana proses sertifikasi terhadap imb perumahan dan pertokoan yang telah diterbitkan?

2. Apa fungsi dari verifikasi terhadap perizinan khususnya izin perumahan dan pertokoan yang telah diterbitkan?

3. Berapa jumlah seluruh perumahan dan pertokoan yang diharuskan mendapatkan izin? 4. Apa tindakan yang dilakukan terhadap perumahan dan pertokoan yang belum mendapat izin?

5. Siapa saja pihak-pihak yang terkait dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas yang menyangkut dengan perizinan?

Bidang Pengawasan dan Pengendalian

1. Bagaimana proses pengawasan terhadap imb perumahan dan pertokoan?

2. Bagaimana proses pembinaan dan pemberian usaha perizinan khususnya imb perumahan/pertokoan?


(5)

Bidang Pelaporan dan Evaluasi:

1. Bagaimana proses pembinaan personil ketatalaksanaan, sarana dan prasarana dalam mengembangkan kapasitas pelaporan dan evaluasi?

2. Bagaimana cara mengumpulkan, mengolah, dan mengevaluasi data pelaksanaan tugas pelayanan khususnya imb perumahan dan pertokoan?

3. Apa fungsi dari dilakukannya proses evaluasi terhadap pembinaan personil ketatalaksanaan, sarana dan prasarana?

Pertanyaan wawancara untuk masyarakat:

1. Apakah anda telah memahami prosedur pengurusan imb perumahan/pertokoan? 2. Apakah prosedur pengurusan imb perumahan/pertokoan berbelit-belit atau tidak? 3. Apakah prosedur dalam pengurusan imb perumahan/pertokoan telah diinformasikan oleh petugas setempat dengan jelas?

4. Apakah persyaratan dalam pengurusan imb perumahan/pertokoan terasa memberatkan?

Jika ia, mengapa....?

5. Apakah rincian biaya pengurusan imb perumahan/pertokoan telah diinformasikan dengan jelas oleh petugas?

6. Apakah biaya yang dikenakan dalam pengurusan imb perumahan/pertokoan terasa memberatkan?

Jika ia mengapa....?

7. Apakah setiap biaya yang ditarik ditandai dengan tanda bukti resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan?

8. Apakah lama penyelesaian pengurusan imb perumahan/pertokoan telah sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan?

Jika tidak mengapa....?

9. Apakah kepastian waktu penyelesaian pengurusan imb perumahan/pertokoan telah diinformasikan dengan jelas?


(6)

11. Apakah selama pengurusan imb perumahan/pertokoan anda memiliki keluhan? 12. Apakah ada petugas/unit kerja yang bertanggungjawab menangani keluhan anda? 13. Apakah petugas/unit kerja tersebut menanggapi keluhan anda dengan baik? 14.Apa media/sumber informasi yang anda peroleh dalam pengurusan imb? 15. Apakah aparat/petugas setempat telah memberikan pelayanan yang responsif?