48
4. Komik Indonesia dan Komik Wayang
Pada tahun 2000an perkembangan komik Indonesia sudah mulai berkembang dengan sangat baik, dimulai dengan munculnya komik-komik lokal
yang menghiasi toko-toko buku dan media sosial yang bertemakan permasalahan urban city, komik kritik social dengan humor-humor yang menggelitik. Seperti
“Beny Mice” karya Benny Rahmadi dan Muhammad Misrad, “Si Juki” karya Faza Meonk, “Lotif” karya Beng Rahadian, dan masih banyak lagi.
Komik bertemakan superhero juga saat ini sudah mulai berani untuk bersaing dengan pasar superhero luar negeri dan diterima baik oleh masyarakat.
Seperti “Mat Jagung” karya Diyan Bijac, “VOLT” karya Marcelino Lefrandt dan Aswin MC Siregar, “Setan Jalanan” karya Franki Indrasmoro Pepeng Naif, dan
“Nusantaranger” karya Sweta Kartika danKeinesasih Hapsari Puteri.
Gambar 2. 38 Komik Strip Benny Mice Atas,
Komik Strip Si Juki Bawah Sumber: http:www.pinterest.comtamtomobenny-mice ,
http:sijuki.comenkomikstripsi-juki-jadi-reporter-liputan-9-ep-9-12.html
Gambar 2. 39 Setan Jalanan, Franki Indrasmoro
Sumber: www.frankiindrasmoro.com
Gambar 2. 40 Nusantaranger, Sweta Kartika
Sumber: http:nusantaranger.com
Gambar 2. 41 VOLT, Marcelino Lefrandt dan Aswin MC Siregar
Sumber: http:www.skylarcomics.net
Perkembangan komik pewayangan saat ini juga sudah berkembang dengan baik, dengan banyaknya transformasi mulai dari tampilan wayang itu sendiri yang
tidak melulu berhiaskan emas kuno seperti raja-raja zaman dahulu. Namun ada yang bervisualkan modern, bersenjata canggih. Seperti yang ditunjukkan oleh
komikus bernama Is Yuniarto dengan karya komik “Garudayana”, “Prajurit Dewa” karya Hendranto Pratama Putra, dan komik serial berjudul “Baratayudha”
produksi Caravan Studio.
Gambar 2. 42 Poster “Prajurit Dewa”Hendranto Pratama Putra
Sumber: http:waferjeruk.daportfolio.comgallery260073
Gambar 2. 43 Garudayana, Is Yuniarto Kiri
Baratayudha, Caravan Studio Kanan Sumber: http:vanguard-zero.deviantart.com,
https:www.facebook.compagesKomik-Baratayudha167703339914110?fref=ts
Tressa Triandy, 2014 “GENDERANG BARATAYUDHA” VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK
SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENCIPTAAN
A. Ide Berkarya
Pewayangan merupakan seni tradisi dan warisan adiluhung yang telah kita miliki sebagai dasar budaya ketimuran. Cerita pewayangan mengandung kearifan
lokal, nilai-nilai , dan ajaran-ajaran kebijakan dalam hidup. Di era modern sekarang, anak-anak muda kurang mengetahui akan kisah-
kisah pewayangan. Bisa dikatakan mereka lebih tertarik mengenai kisah-kisah yang bersifat superhero dari negara-negara tetangga dalam hal ini penulis
mengambil contoh komik. Padahal dari cerita pewayangan itu sendiri kita bisa mendapatkan tokoh-tokoh superhero yang hebat, kita bisa mendapat banyak
pelajaran hidup dari kisah-kisah pewayangan. Apabila tidak dilakukan inovasi untuk melestarikannya, maka akan mungkin generasi muda kedepannya benar-
benar tidak mengetahui cerita pewayangan. Walaupun akhir-akhir ini sudah banyak pihak yang mengangkat kembali
cerita pewayangan mulai dari novel, drama televisi, pertunjukan seni, animasi, dan juga komik wayang khususnya, dengan berbagai gaya dan cerita yang berbeda
penyuguhannya, dan dari permasalahan di atas menjadi sebuah gagasan bagi penulis untuk turut serta menyuguhkan satu cerita pewayangan dalam komik hasil
adaptasi langsung dari Novel Mahabharata karya Pitoyo Amrih dengan Judul “Pandawa Tujuh” dengan mengembangkan cerita, dan tokoh-tokohnya menjadi
sebuah Komik dengan Judul “Genderang Baratayudha:Pandhu Dewanata”.
1. Prosedur penciptaan
Prosedur awal penciptaan karya dalam pembuatan komik “Genderang Baratayudha : Pandhu Dewanata” ini di antaranya
a. Berukuran 21x29,7 A4.
b. Jilid soft cover.
c. Gaya gambar manga.