PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERUPUK UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN JENJANG SMALB DI SLB C YPLAB KOTA BANDUNG.

(1)

PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERUPUK UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN JENJANG SMALB

DI SLB C YPLAB KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Khusus

Oleh Rizka Rizanna

0806917

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERUPUK UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN JENJANG SMALB

DI SLB C YPLAB KOTA BANDUNG

Oleh Rizka Rizanna

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rizka Rizanna 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERUPUK UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN JENJANG SMALB

DI SLB C YPLAB KOTA BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr.H.Endang Rochyadi. M.Pd NIP. 19610105 198303 2 002

Pembimbing II

Dra. Oom Sitti Homdijah. M.Pd NIP. 19610105 198303 2 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERUPUK UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN JENJANG SMALB DI SLB C YPLAB KOTA BANDUNG RINGAN ini sepenuhnya karya saya sendiri tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat atau karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, January 2014 Yang membuat pernyataan,

Rizka Rizanna 0806917


(5)

ABSTRAK

PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERUPUK UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN JENJANG SMALB DI SLB C

YPLAB KOTA BANDUNG

Oleh : Rizka Rizanna (0806917)

Penelitian ini didasari pemikiran bahwa keterampilan sangat penting dimiliki oleh anak tunagrahita ringan, salah satunya adalah keterampilan membuat kerupuk dapat menjadi salah satu alternatif dalam menghadapi dunia kerja. Keterampilan membuat kerupuk cocok diajarkan kepada anak tunagrahita ringan karena dapat melatih aspek motorik kasar dan halus, aspek afektif (sikap) dan aspek kognitif (pengetahuan). Sekolah memiliki kewajiban untuk memberikan pembelajaran kecakapan hidup, yang berorientasi pada keterampilan vokasional. Melalui pelayanan pendidikan yang sistematis dan terarah bagi siswa tunagrahita ringan diharapkan menjadi warga yang terampil dan mandiri. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan program pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat kerupuk bagi siswa tunagrahita ringan di SLBC YPLAB Kota Bandung Penelitian dilakukan terhadap seorang guru. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan teknik observasi, wawancara,dokumentasi dan post tes. Hasil penelitian diketahui bahwa dalam perencanaan pembelajaran guru menyusun mulai dari program pembelajaran, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran memakai metode bervariasi, evaluasi pembelajaran dan keterampilan membuat kerupuk menggunakan evaluasi proses dan hasil. Dalam pelaksanaan pembelajaran mengalami kendala pada saat siswa baru praktik untuk selanjutnya tidak mengalami banyak kendala. Masalah yang ditemukan membagi materi yang sulit ke beberapa pertemuan, tidak cukup dengan waktu yang sudah ditentukan sebelumnya. Bertolak dari hasil penelitian diajukan rekomendasi kepada guru sebagai alternatif metode pembelajaran keterampilan membuat kerupuk untuk anak tunagrahita ringan dalam meningkatkan kemampuan tentunya dengan strategi dan media ajar yang lebih menarik serta kreatif.


(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmannirrahiim..

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT. Atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul Program Pembelajaran Keterampilan Membuat Kerupuk Untuk Anak Tunagrahita Ringan Jenjang SMALB di Slb C YPLAB Kota Bandung.

Semoga hasil penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya bagi mereka yang ingin mengetahui mengenai kemampuan anak tunagrahita ringan dalam melaksanakan keterampilan membuat kerupuk.

Penulis menyadari akan masih banyaknya kekurangan, baik dari segi isi dan materi serta teknik penyusunannya yang jauh dari sempurna, dikarenakan pengetahuan dan kemampuan penulis yang terbatas. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Bandung, Januari 2014


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia telah memiliki jaminan yang sangat kuat sebagaimana tertuang dalam Undang–undang dasar 1945 pasal 31 ayat (1) bahwa

“Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Dan menurut Undang

– undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 5 ayat (2), “Warga

negara yang memiliki kelainan fisik, mental/intelektual, sosial, dan emosional berhak memperoleh pendidikan khusus. Melihat dari Undang–undang Dasar Republik Indonesia di atas sebenarnya negara telah menjamin bahwa anak berkebutuhan khusus tersebut mendapat hak yang sama dengan anak-anak yang lain dalam hal hak untuk mendapatkan pendidikan, masalah pendidikan merupakan hal yang harus ditangani secara serius oleh semua pihak. Demikian pula halnya dalam pendidikan luar biasa, merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional menjamin hak-hak dalam pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, yang salah satunya yaitu anak tunagrahita.

Anak tunagrahita termasuk salah satu anak berkebutuhan khusus yang secara signifikan memiliki fungsi kecerdasan dibawah rata–rata normal, tetapi mereka masih memiliki kemampuan untuk berkembang dalam bidang akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja. Untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada diri anak tunagrahita ringan, maka mereka berhak untuk memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuannya, yaitu melalui layanan pendidikan kebutuhan khusus. Salah satu lembaga yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita adalah Sekolah Luar Biasa (SLB), di lembaga ini anak tunagrahita mendapatkan pelayanan pendidikan yang dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Khusus untuk jenjang SMALB, prioritas utama dalam pembelajaran tidak difokuskan pada


(8)

bidang yang bersifat akademik, akan tetapi lebih pada ditekankan keterampilan– keterampilan yang bersifat vokasional supaya anak bisa mandiri, salah satunya dengan cara memberikan bekal yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Salah satu dari keterampilan–keterampilan yang dipelajari disekolah adalah keterampilan membuat kerupuk, alasan mengapa dipelajari keterampilan membuat kerupuk yaitu agar siswa mengetahui makanan ringan tradisional yang mudah didapatkan dan banyak digemari dari berbagai usia, mulai anak-anak sampai orang dewasa. Dengan demikian anak tunagrahita terampil dalam membuat kerupuk diperlukan program pembelajaran dan pelaksanaan latihan yang continue. Program yang baik untuk mengembangkan keterampilan membuat kerupuk harus didasari oleh hasil asesmen yang mana hasil asesmen bisa menggambarkan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh anak tunagrahita. Program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk di sekolah akan berjalan dengan efektif bila program tersebut dibuat dengan sistematis dan berdasarkan pada kebutuhan dan kemampuan siswa, serta di dukung dengan konsistensi tenaga pendidik dalam melaksanakan program tersebut. Bila program yang dibuat sudah tidak sistematis serta belum mengkoordinir kebutuhan dan kemampuan siswa, terlebih lagi jika kurangnya konsistensi dari pendidik itu sendiri, maka besar kemungkinan program yang ada, kurang efektif untuk diberikan kepada siswa.

Oleh karena itu, pembuatan program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk yang relevan bagi anak menjadi titik awal keberhasilan pelayanan pendidikan bersifat vokasional. Pada pelaksanaannya selama ini, program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk yang dijalani disekolah mendapatkan hambatan. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak tunagrahita yang ringan dan telah mengikuti pendidikan di sekolah luar biasa, pada umumnya siswa tunagrahita ringan kurang berkonsentrasi pada saat kegiatan, selain itu siswa cepat bosan dalam pembelajaran keterampilan membuat kerupuk. Keadaan seperti itu, bukan semata-mata karena ketunagrahitaan yang dialami siswa, akan tetapi juga karena terdapat kesenjangan


(9)

antara program pendidikan di sekolah luar biasa dengan harapan orang tua dan harapan lingkungan. Masyarakat dan orang tua mengharapkan agar anak tunagrahita memiliki keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan potensi yang dimiliki. Sementara kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa program pendidikan anak tunagrahita yang terjadi saat ini masih sangat menekankan kepada aspek pengajaran yang bersifat akademik, itu pun dalam pelaksanaannya masih bersifat klasikal dan belum memperhitungkan hambatan belajar anak secara individual dan kebutuhan siswa. Permasalahan lainnya seputar pelaksanaan program keterampilan diungkapkan oleh Ishartiwi (Dinamika Pendidikan: 2010) sebagai berikut:

Beberapa hal tentang pelaksanaan pendidikan keterampilan antara lain: (1) penetapan bahan ajar dan isi materi belum sepenuhnya mengacu kebutuhan siswa. Pembelajaran lebih didasarkan pada materi di dalam kurikulum; (2) tujuan pembelajaran keterampilan sebagian besar sekolah masih sebgai mata pelajaran yang wajib dilaksankan. Tujuan pembelajaran belum dirumuskan untuk mencapai hasil belajar keterampilan fungional dan atau keterampilan pra-vokasional dan vokasional untuk bekal hidup pasca sekolah; (3) strategi pembelajaran keterampilan masih sebatas pembelajaran kelas keterampilan. Sebagian besar sekolah belum menerapkan strategi pembelajaran kotrak berkolaborasi dengan orangtua siswa dan belum melakukan sistem magang kerja di lembaga atau tempat usaha yang sesuai;

Meskipun permasalahan seputar program keterampilan bagi anak tunagrahita ringan begitu kompleks, namun bukanlah hal yang mustahil untuk menciptakan program keterampilan vokasional yang efektif bagi anak tunagrahita ringan.

Program pembelajaran pada saat ini masih berjalan sesuai dengan rencana, dari implementasi program tersebut guru selalu melakukan observasi kemudian dicatat. Masih terdapat kekurangan dari program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk tidak semuanya berjalan dengan optimal. Untuk anak tunagrahita pembelajaran keterampilan merupakan salah satu alternatif yang harus dikembangkan, sebagaimana diketahui anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran yang bersifat akademis. Maka salah satu


(10)

bidang yang dapat membekali anak tunagrahita ringan dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan mengembangkan keterampilannya. Pembelajaran keterampilan bagi anak tunagrahita ringan bisa dimulai dari hal-hal yang sifatnya sederhana, misalnya memperkenalkan tujuan, manfaat, bahan-bahan, dan cara kerja. Pelaksanaan program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk di SLB C YPLAB, berdasarkan kelebihan dan kekurangannya pada saat ini diharapkan dapat menyempurnakan program pada tahun-tahun ajaran berikutnya dengan tetap mengacu pada potensi anak tunagrahita ringan yang dimiliki.

Anak tunagrahita ringan memiliki fungsi intelektual secara signifikan di bawah rata-rata, meskipun demikian anak tunagrahita harus dan diharapkan dapat hidup secara mandiri dan meminimalisir bantuan dari orang lain, karena pada dasarnya mereka dapat dilatih untuk bekerja dan hidup secara mandiri, mereka dapat mengoptimalkan potensinya dalam bidang keterampilan, walaupun proses untuk menguasai suatu keterampilan memerlukan waktu lama, serta memerlukan latihan dan bantuan yang lebih banyak serta pengajaran yang berulang-ulang. Berdasarkan masalah yang ada di lapangan dan pemikiran-pemikiran diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana pelaksanaan program pembelajaran keterampilan bagi anak tunagrahita ringan. Salah satu program keterampilan yang akan diteliti adalah tata boga, khususnya dalam bidang membuat kerupuk, dikarenakan kerupuk ini adalah makanan yang sangat dikenal oleh masyarakat berbagai kalangan, dikarenakan usaha kerupuk sangat menguntungkan serta memiliki prospek yang bagus. Maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “Program Pembelajaran Keterampilan Membuat Kerupuk Untuk Anak Tunagrahita Ringan Jenjang SMALB Di SLB C YPLAB

Kota Bandung”.

B. Fokus Masalah

1. Bagaimana kemampuan awal keterampilan anak tunagrahita ringan kelas XII SMALB sebelum pembelajaran keterampilan membuat kerupuk?


(11)

2. Bagaimana program awal pembelajaran keterampilan membuat kerupuk di SLB YPLAB Kota Bandung?

3. Bagaimana merumuskan program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk yang sesuai di SLB C YPLAB Kota Bandung?

4. Bagaimana program akhir pembelajaran keterampilan membuat kerupuk pada anak tunagrahita ringan di SLB C YPLAB Kota Bandung ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran tahapan – tahapan program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk bagi anak tunagrahita ringan jenjang SMALB di SLB C YPLAB Kota Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kemampuan awal keterampilan anak tunagrahita ringan kelas XII SMALB sebelum pembelajaran keterampilan membuat kerupuk.

b. Untuk mengetahui program awal pembelajaran keterampilan membuat kerupuk.

c. Untuk merumuskan program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk di SLB YPLAB Kota Bandung.

d. Untuk mengetahui program akhir pembelajaran keterampilan membuat kerupuk pada anak tunagrahita ringan di SLB C YPLAB Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan gambaran objektif program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk bagi anak tunagrahita ringan jenjang SMALB di SLB C


(12)

YPLAB Kota Bandung, penelitian ini diharapkan mempunyai nilai guna sebagai berikut :

1. Manfaat Keilmuan

a. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan untuk pelayanan siswa tunagrahita ringan pada program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk.

b. Bagi peneliti sendiri, menambah pengalaman berharga sebagai perpaduan dari berbagai teori yang didapatkan peneliti selama dibangku perkuliahan.

c. Manfaat bagi peneliti lebih lanjut dapat dijadikan referensi atau dapat dijadikan studi pendahuluan untuk memahami program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk bagi anak tunagrahita ringan jenjang SMALB di SLB C kota Bandung.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan kepada pihak SLB khususnya untuk program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk dalam mengupayakan pemberian layanan pendidikan kepada siswa khusunya siswa tunagrahita ringan.

b. Memberikan masukan kepada siswa tunagrahita ringan itu sendiri sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan membuat kerupuk dengan tujuan dapat hidup mandiri.

c. Bagi lembaga pendidikan agar lebih bisa memperhatikan pelayanan yang diberikan pada siswa, khususnya siswa tunagrahita ringan.


(13)

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2008: 4), penelitian kualitatif di definisikan sebagai „prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”

Pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif ini digunakan karena masalah yang diteliti merupakan fenomena yang terjadi di sekolah mengenai program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk dan pelaksanaannya yang tentunya perlu digambarkan secara deskriptif, dan data mengenai program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk di sekolah tersebut akan digabungkan dengan teori untuk merumuskan programnya yang kemudian akan divalidasi secara kesepakatan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian kualitatif yang didefinisikan oleh Denzim dan Lincoln (Moleong, 2008: 5) bahwa „penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada”

B. TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan SLB C YPLAB Bandung yang berada di Jln Wartawan IV no.31 Kota Bandung. No Tlp 022 7320259.

C. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Peneliti meneliti tentang kondisi objektif program keterampilan pembelajaran keterampilan membuat kerupuk di sekolah yang sedang berjalan,


(15)

Setelah data terkumpul dan dilakukan analisis, maka diperoleh kesimpulan mengenai pelaksanaan program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk di sekolah, efektifitasnya, dan hambatan-hambatan yang menyertainya.

Program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk ini, memiliki 4 komponen layanan utama, yaitu:

a) Asesmen

b) Pengenalan pada alat-alat dan bahan-bahan c) Latihan keterampilan membuat kerupuk d) Membentuk siswa yang terampil dan mandiri.

Karena penelitian difokuskan pada kondisi objektif program pembelajaran membuat kerupuk yang sedang berjalan di sekolah, maka subjek penelitiannya adalah guru keterampilan.

1. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1) Teknik pengumpulan data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu harus menentukan teknik apa yang akan dipakai. Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini, adalah triangulasi, dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

a) Wawancara

Hasan dalam Emzir (2010: 50), mendefinisikan wawancara sebagai berikut:

“Interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu melakukan wawancara meminta informasi, atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya”

Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin tentang pelaksanaan program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk, cara mengevaluasi program, serta hambatan dalam pelaksanaan program tersebut dan usaha yang dilakukan untuk mengatasinya. Data tersebut diperoleh dari responden yang telah dipilih sebelumnya yang berhubungan dengan program tersebut.


(16)

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka, dimana sebelum melakukan wawancara peneliti menyiapkan instrumen/pedoman wawancara terlebih dahulu berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk. Pertanyaan yang diberikan untuk setiap responden adalah sama, namun jawaban-jawaban yang diberikan responden tidak dibatasi.

Wawancara ini dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan permasalahan apa yang akan diangkat dalam wawancara, dalam penelitian ini yaitu tentang program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk yang dilaksanakan di sekolah. Langkah

selanjutnya adalah menentukan responden, lalu mempersiapkan perangkat wawancara seperti pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan, tape recorder, serta buku catatan. Langkah selanjutnya yaitu melakukan wawancara. Wawancara dilakukan secara langsung, dengan cara peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya telah disusun dalam pedoman wawancara kepada responden dan responden menjawab pertanyaan tersebut. Proses wawancara tersebut di dokumentasikan dengan alat perekam/kamera, untuk kemudian dibuat transkrip wawancaranya. Selain itu, setelah selesai melakukan wawancara, peneliti segera mencatat proses wawancara tersebut dalam catatan lapangan.

b) Observasi

Selain wawancara, teknik pengumpulan data lain yang digunakan adalah observasi. Observasi dapat didefinisikan sebagai “perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu” (Emzir, 2010:37-38). Pada tahap ini akan dilakukan observasi ke home industry pembuatan kerupuk, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pengadaan bahan mentah, alat-alat yang akan digunakan, dan proses pengolahan bahan mentah. Setelah melaksanakan observasi ke home industry guru mengetahui secara garis besar pengolahan membuat kerupuk, untuk menerapkan cara pengolahan kepada siswa di sekolah, guru melakukan sedikit modifikasi pada resep dan proses pengolahan.


(17)

Untuk melengkapi pengumpulan data, selain melaksanakan observasi, peneliti juga melaksanakan asesmen, tes kinerja awal, evaluasi.

Pada tahap ini akan dilakukan asesmen kepada siswa yang meliputi asesmen aspek fisik, aspek mental, aspek sosial, aspek keterampilan, aspek pekerjaan. Dengan asesmen ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa, supaya keterampilan membuat kerupuk ini berjalan dengan baik dan diharapkan potensi siswa dapat dioptimalkan.

b. Tes kinerja awal

Dilakukan setelah kecenderungan siswa terhadap suatu pekerjaan, tes kinerja ini berguna untuk mengetahui aspek – aspek yang sudah dan belum dikuasai siswa dalam pekerjaan. Tes kinerja ini dilakukan dengan meminta siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan suatu pekerjaan secara berurutan, siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan setiap tugasnya hingga selesai, atau sejauh yang ia mampu melakukannya. Instrumen tes kinerja ini adalah sebagai berikut :


(18)

Instrumen Tes Prasyarat Mengikuti Keterampilan membuat kerupuk

Dilakukan setelah kecenderungan siswa terhadap suatu pekerjaan diketahui. Tes kinerja ini berguna untuk mengetahui aspek apa saja yang sudah dan belum dikuasai siswa dalam sebuah pekerjaan.

Format instrumen penilaian tes kinerja adalah sebagai berikut:

Jenis Kegiatan ( Diisi secara terperinci per jenis kegiatan dilaksanakan)

No Aspek yang dinilai Skor Keterangan

Diisi berdasarkan tahapan kegiatan yang harus dilakukan dalam tes kinerja.

1 2 3

Catatan :

 Jenis kegiatan yang dilakukan siswa sebisa mungkin disusun secara berurutan  Poin 1 : Siswa dapat melakukan kegiatan sendiri, tanpa bantuan.

 Poin 2 : Siswa dapat melakukan kegiatan dengan diberi bantuan  Poin 3 : Siswa tidak dapat melakukan kegiatan.

 Jika siswa melakukan kegiatan dengan mendapat bantuan (mendapatkan nilai 2), maka pada kolom keterangan harus di deskripsikan serinci mungkin jenis bantuan yang diberikan.

 Hasil dari tes kinerja ini dapat menjadi pertimbangan untuk tetap memberikan latihan keterampilan membuat kerupuk .

Contoh instrumen penilaian tes kinerja yang telah diisi sebagai berikut :

Tabel Contoh instrumen penilaian tes kinerja

Jenis tes kinerja : Membuat kerupuk (diisi mulai dari pengenalan sampai pengemasan )

No Jenis Kegiatan 1 2 3 Keterangan

1 Kemampuan menyebutkan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kerupuk

- Tepung terigu 1 ons (secukupnya)

Dalam kegiatan menyebutkan bahan-bahan, siswa masih belum tepat menyebutkan nama bahan-bahan.

-Garam secukupnya

- Air secukupnya

- Minyak goreng


(19)

c. Tes evaluasi

Tahap ini merupakan inti dari program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk.setelah asesmen evaluasi, kemampuan dan kebutuhan siswa terhadap keterampilan membuat kerupuk, maka siswa akan melanjutkan mengikuti kelas keterampilan yaitu pembelajaran keterampilan membuat kerupuk. Memasuki awal kelas keterampilan, siswa dibekali cara pembuatan kerupuk sesuai dengan urutannya. Adapun contoh silabus untuk kelas keterampilan latihan membuat kerupuk sebagai berikut :

Silabus Keterampilan Membuat Kerupuk Nama Sekolah : SLB C YPLAB

Satuan Pendidikan : SMALB

Mata Pelajaran : Keterampilan Tata Boga

Aspek yang dinilai

Kompetensi

Dasar Indikator Keterangan

Penilaian M M

B T M


(20)

( Kemampuan siswa berdasarkan

hasil asesmen )

Membuat Kerupuk

Menunjukan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan kerupuk.

Menyebutkan alat-alat yang dipakai dalam pembuatan kerupuk.

Menunjukkan bahan pembuatan kerupuk ( tepung tapioka, garam, gula putih,)

Menyebutkan bahan-bahan pembuatan kerupuk

(Di isi pada waktu pelaksanaan )

E v a l u a s i 1 (Kemampuan siswa

berdasarkan hasil evaluasi 1 )

Membuat Kerupuk

Membaca resep Di isi pada waktu pelaksanaan ) E v a l u a s i 2

(Kemampuan siswa berdasarkan hasil

evaluasi 2 )

Membuat Kerupuk

Mendidihkan air.

Menyiapkan tepung sesuai takaran yang sudah ditentukan

Mengaduk adonan menggunakan spatula

Menambahkan air mendidih kedalam adonan kerupuk Mengaduk adonan sampai kali

Di isi pada waktu pelaksanaan )

E v a l u a s i 3

(Kemampuan siswa berdasarkan hasil

evaluasi 3 )

Membuat Kerupuk

Memotong adonan kerupuk tipis-tipis

Menata kerupuk yang telah diiris di nampan

E v a l u a s i 4

(Kemampuan siswa berdasarkan hasil

evaluasi 4 )

1.1 Membuat Kerupuk

Menyiapkan minyak untuk menggoreng kerupuk Menjemur kerupuk sampai kering

Menggoreng kerupuk sampai matang

Di isi pada waktu pelaksanaan )


(21)

E v a l u a s i 5

Pada tahap pembelajaran ini, dilakukan setiap hari pada 4 jam pelajaran terakhir disekolah selama berada di jenjang SMALB. Selama berada pada tahap pembelajaran ini juga dilakukan evaluasi perkembangan siswa, untuk mengetahui potensi siswa berkembang dengan program pembelajaran yang diberikan. Pada akhir semester di kelas 3 SMALB, kemampuan bekerja siswa akan di evaluasi akhir, untuk menentukan apakah siswa tersebut sudah dapat membuat kerupuk dengan mandiri atau belum. Bila kemampuan siswa menunjukan bahwa ia sudah terampil, maka pihak sekolah akan memvalidasi hasil kerupuk buatan siswa ke tempat pembuatan kerupuk (Home Industry) sebagai uji kelayakan apakah kerupuk ini layak atau tidak di jual.

c) Dokumentasi

Teknik selanjutnya yang dipakai peneliti ini adalah dokumentasi. Sama hal nya dengan observasi, dokumentasi ini dipakai untuk menguatkan data yang telah diperolah sebelumnya. Dokumentasi dilakukan selama proses pengumpulan data dilakukan, baik dengan menggunakan tape recorder, kamera, atau catatan.


(22)

Dokumentasi ini tentunya didahului dengan meminta persetujuan dari narasumber.

2. Instrumen Penelitian

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pada tahap ini teknik pengumpulan data menggunakan instrumen asesmen keterampilan. Asessmen keterampilan ini berisi tentang aspek yang dibutuhkan dan kondisi awal siswa tunagrahita untuk menunjang pelaksanaan program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk. Asessmen yang dibuat untuk setiap siswa ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa tunagrahita.

3. Kondisi subjek penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dan objek dalam penelitian ini adalah dua orang guru yang biasanya mengajari anak-anak dalam keterampilan membuat kerupuk dan empat orang siswa tunagrahita ringan, sumber data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer terdiri dari sumber data utama dan sumber data data utama adalah dua orang guru yang mengajarkan tentang tatacara membuat kerupuk. Dan sumber data pendukung adalah empat orang anak tunagrahita.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui

dokumen, buku, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi, foto

4. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi. Pada dasarnya, triangulasi ini secara otomatis akan peneliti lakukan karena pada teknik pengumpulan datanya pun menggunakan teknik triangulasi.


(23)

Pengujian keabsahan data dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari beberapa responden dengan metode yang sama.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif, Bogdan dalam Sugiyono ( 2007: 427 ) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Lexy J.Moleong mengemukakanpengertian analisis data sebagai proses mengatur urutan data,mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satu uraian dasar. Proses analisis data di mulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan. Tujuan diadakan penafsiran adalah untuk memberikan makna pada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep. Analisis data telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

Dengan kata lain penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Tetapi dalam penelitian ini, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Display data ini dilakukan dengan menggunakan teks naratif, sehingga hasil penilitian baik dari hasil wawancara maupun observasi diterangkan sejelas mungkin. Langkah terakhir dari analisis data yang dilakukan yaitu menarik kesimpulan dari data yang telah diperoleh. Penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan menyajikan data-data yang juga dalam bentuk naratif untuk selanjutnya dijadikan sebagai salah satu bahan untuk membuat rumusan program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk.

Teknik analisis data model Miles and Huberman, dimana setelah data diperoleh akan dilakukan reduksi data (data reduction)dengan merangkum data hasil penelitian, menyisihkan data yang tidak terapakai, dan malakukan pengkodean. Selanjutnya yaitu melakukan display data (data display) dengan


(24)

menyajikan data kedalam bentuk teks naratif. Langkah terakhir dari analisis data yang dilakukan yaitu menarik kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification) dari data yang telah diperoleh. Secara garis besar, tahapan-tahapan penelitian ini dapat dilihat dalam bagan tahapan penelitian “Program pembelajaran Keterampilan Membuat Kerupuk Untuk Tunagrahita Ringan Di


(25)

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil hasil penelitian. Hasil penelitian merupakan jawaban dari fokus masalah. Adapun hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kegiatan yang dilakukan guru keterampilan di SMALB C YPLAB Kota Bandung sebelum membuat program keterampilan membuat kerupuk untuk anak tunagrahita ringan adalah melaksanakan asesmen. Hasil asesmen menjadi salah satu rujukan dalam membuat program pembelajaran selain dari pedoman standart kompetensi keterampilan tata boga, sehingga program dapat bermanfaat bagi anak tunagrahita dalam pengembangan motorik kasar, motorik halus, dan kognitif. Untuk kemampuan awal siswa masih belum menguasai teknik dan cara pengolahan. Untuk aspek motorik kasar dan halus, YG, AN, MT, AD sudah bagus. Untuk aspek kognitif siswa YG, MT, AN, MT, AD masih sering lupa, guru harus sering mengingatkan kembali kepada siswa dan siswa harus banyak berlatih secara berulang-ulang.

2. Kegiatan pembelajaran awal keterampilan membuat kerupuk berjalan sesuai dengan program pembelajaran. Kesulitan yang ditemui dalam pembelajaran membuat kerupuk diantaranya hasil yang dikerjakan masih kurang maksimal, hal ini disebabkan karena kondisi siswa, daya tangkap siswa. Siswa sudah mengetahui kemampuan dasar pada pertemuan kesatu sampai pertemuan kelima pada umunya siswa masih memerlukan bantuan guru. Pembelajaran keterampilan membuat kerupuk telah terstruktur, dengan penjadwalan hari yang sudah jelas. Dalam proses pelaksanaanya, Pelaksanaan program membuat kerupuk berjalan dengan lancar sesuai dengan program yang telah disusun sebelumnya, layanan program sesuai dengan kondisi siswa dan sudah terstruktur dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran bersifat individu tetap diutamakan, karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda,


(27)

untuk selanjutnya Program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk dapat dilanjutkan.

4. Pelaksanaan rumusan program akhir pembelajaran adalah pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran membuat kerupuk, hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa dapat menyerap pembelajaran yang sudah diberikan. Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran membuat kerupuk ini menggunakan teknik tugas individu dengan bentuk instrumen aspek-aspek unjuk hasil kerja. Hasil skor yang diperoleh dari kemampuan siswa SMALB C YPLAB Kota Bandung dalam pembelajaran keterampilan membuat kerupuk terbagi dalam lima kali pertemuan. Hasil evaluasi dari subjek YG, AN, MT, AD masing-masing memperoleh skor dari pertemuan satu YG 83, 66, 85, 66, 76, AN 66, 66, 70, 79, 76, AD 74, 66, 82, 70, 76 MT 91. 66, 65, 66, 76 berdasarkan skor yang diperoleh dapat disimpulkan siswa memiliki skor yang baik. YG masih memerlukan bantuan pada kegiatan menyebutkan nama alat, membaca resep, mengaduk adonan menggunakan spatula, mengiris dodolan, AN membaca resep, mengaduk adonan, membentuk adonan, mengiris dodolan, menggoreng kerupuk, AD membaca resep untuk lainnya YG sudah bisa tanpa bantuan guru, MT menyebutkan nama dan alat untuk membuat kerupuk, membaca isi resep, mengaduk adonan, mengiris dodolan, menggoreng kerupuk. Dari hasil penelitian siswa sudah mandiri yaitu AD dan YG yang memerlukan bantuan AN dan MT. Siswa tunagrahita disebut mandiri bisa melakukan tanpa bantuan guru tetapi masih dalam pengawasan guru. Guru mengupayakan solusi dalam mengatasi hambatan yang ditemui sehingga proses kegiatan belajar dan mengajar dalam keterampilan membuat kerupuk dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.


(28)

REKOMENDASI

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan, maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :

1. Rekomendasi dari pihak sekolah

a. Diharapkan guru keterampilan membuat kerupuk hendaknya guru lebih komunikatif lagi dalam memberikan teori, sehingga teori dapat dengan mudah dipraktikan dan mudah dipahami oleh siswa.

b. Diharapkan guru memberikan kepercayaan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas pada saat pelaksanaan pembelajaran, bertujuan ssiwa lebih mandiri dan bertanggung jawab.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang sama tentang pengembangan pembelajran keterampilan membuat kerupuk pada jenjang SMALB, dan penelitian berikutnya dapat memberikan hasil penelitian yang lebih sempurna agar siswa tunagrahita ringan jenjang SMALB mempunyai keahlian untuk bekal masa depannya.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup.Bandung : Alfabeta.

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rinekacipta

Arikunto, S. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: P2LPTK. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar SDLB-C. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Delphie, (2006:71). Anak Tunagrahita.

Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fathoni, Abdurahman. (2006). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta

Karlina, R (2012). Pelaksanaan Pembelajaran Tanaman Hias Untuk Anak Tunagrahita Ringan Di SLB Pambudi Dharma I Cimahi. Bandung : Tidak Diterbitkan

Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Moeloeng,LJ. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya Bandung.

PH, Bartono (2006) Dasar-Dasar Food Product. Yogyakarta : ANDI PH, Bartono (2010). TataBoga Industri, Yogyakarta; ANDI


(30)

Sugiono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sunarsih. (2012). Wawasan Guru Tentang Belajar Pembelajaran TataBoga Sebagai Dasar Acuan Dalam Pelaksanaan Peran dan Tugasnya. Skripsi. Bandung : Tidak Diterbitkan

Tsania (2011). Program pembelajaran keterampilan vokasional bagi anak tunagrahita di SLB C Sumbersari Bandung. Skripsi: Tidak Diterbitkan Wahyono, R (2003). Aneka Cemilan Dari Tepung Tapioka.

Jakarta;PT.Gramedia Pustaka Utama

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

(2)

84

Rizka Rizanna, 2014

Program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk untuk anak tunagrahita ringan jenjang smalb di SLB C YPLAB Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil hasil penelitian. Hasil penelitian merupakan jawaban dari fokus masalah. Adapun hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kegiatan yang dilakukan guru keterampilan di SMALB C YPLAB Kota

Bandung sebelum membuat program keterampilan membuat kerupuk untuk anak tunagrahita ringan adalah melaksanakan asesmen. Hasil asesmen menjadi salah satu rujukan dalam membuat program pembelajaran selain dari pedoman standart kompetensi keterampilan tata boga, sehingga program dapat bermanfaat bagi anak tunagrahita dalam pengembangan motorik kasar, motorik halus, dan kognitif. Untuk kemampuan awal siswa masih belum menguasai teknik dan cara pengolahan. Untuk aspek motorik kasar dan halus, YG, AN, MT, AD sudah bagus. Untuk aspek kognitif siswa YG, MT, AN, MT, AD masih sering lupa, guru harus sering mengingatkan kembali kepada siswa dan siswa harus banyak berlatih secara berulang-ulang.

2. Kegiatan pembelajaran awal keterampilan membuat kerupuk berjalan sesuai dengan program pembelajaran. Kesulitan yang ditemui dalam pembelajaran membuat kerupuk diantaranya hasil yang dikerjakan masih kurang maksimal, hal ini disebabkan karena kondisi siswa, daya tangkap siswa. Siswa sudah mengetahui kemampuan dasar pada pertemuan kesatu sampai pertemuan kelima pada umunya siswa masih memerlukan bantuan guru. Pembelajaran keterampilan membuat kerupuk telah terstruktur, dengan penjadwalan hari yang sudah jelas. Dalam proses pelaksanaanya, Pelaksanaan program membuat kerupuk berjalan dengan lancar sesuai dengan program yang telah disusun sebelumnya, layanan program sesuai dengan kondisi siswa dan sudah terstruktur dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran bersifat individu tetap diutamakan, karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda,


(3)

untuk selanjutnya Program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk dapat dilanjutkan.

4. Pelaksanaan rumusan program akhir pembelajaran adalah pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran membuat kerupuk, hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa dapat menyerap pembelajaran yang sudah diberikan. Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran membuat kerupuk ini menggunakan teknik tugas individu dengan bentuk instrumen aspek-aspek unjuk hasil kerja. Hasil skor yang diperoleh dari kemampuan siswa SMALB C YPLAB Kota Bandung dalam pembelajaran keterampilan membuat kerupuk terbagi dalam lima kali pertemuan. Hasil evaluasi dari subjek YG, AN, MT, AD masing-masing memperoleh skor dari pertemuan satu YG 83, 66, 85, 66, 76, AN 66, 66, 70, 79, 76, AD 74, 66, 82, 70, 76 MT 91. 66, 65, 66, 76 berdasarkan skor yang diperoleh dapat disimpulkan siswa memiliki skor yang baik. YG masih memerlukan bantuan pada kegiatan menyebutkan nama alat, membaca resep, mengaduk adonan menggunakan spatula, mengiris dodolan, AN membaca resep, mengaduk adonan, membentuk adonan, mengiris dodolan, menggoreng kerupuk, AD membaca resep untuk lainnya YG sudah bisa tanpa bantuan guru, MT menyebutkan nama dan alat untuk membuat kerupuk, membaca isi resep, mengaduk adonan, mengiris dodolan, menggoreng kerupuk. Dari hasil penelitian siswa sudah mandiri yaitu AD dan YG yang memerlukan bantuan AN dan MT. Siswa tunagrahita disebut mandiri bisa melakukan tanpa bantuan guru tetapi masih dalam pengawasan guru. Guru mengupayakan solusi dalam mengatasi hambatan yang ditemui sehingga proses kegiatan belajar dan mengajar dalam keterampilan membuat kerupuk dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.


(4)

86

Rizka Rizanna, 2014

Program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk untuk anak tunagrahita ringan jenjang smalb di SLB C YPLAB Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu REKOMENDASI

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan, maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :

1. Rekomendasi dari pihak sekolah

a. Diharapkan guru keterampilan membuat kerupuk hendaknya guru lebih

komunikatif lagi dalam memberikan teori, sehingga teori dapat dengan mudah dipraktikan dan mudah dipahami oleh siswa.

b. Diharapkan guru memberikan kepercayaan kepada siswa dalam

menyelesaikan tugas pada saat pelaksanaan pembelajaran, bertujuan ssiwa lebih mandiri dan bertanggung jawab.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang sama tentang pengembangan pembelajran keterampilan membuat kerupuk pada jenjang SMALB, dan penelitian berikutnya dapat memberikan hasil penelitian yang lebih sempurna agar siswa tunagrahita ringan jenjang SMALB mempunyai keahlian untuk bekal masa depannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup.Bandung : Alfabeta.

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rinekacipta

Arikunto, S. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: P2LPTK. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2006). Standar Kompetensi dan

Kompetensi dasar SDLB-C. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Delphie, (2006:71). Anak Tunagrahita.

Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fathoni, Abdurahman. (2006). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta

Karlina, R (2012). Pelaksanaan Pembelajaran Tanaman Hias Untuk Anak

Tunagrahita Ringan Di SLB Pambudi Dharma I Cimahi. Bandung : Tidak Diterbitkan

Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Moeloeng,LJ. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya Bandung.

PH, Bartono (2006) Dasar-Dasar Food Product. Yogyakarta : ANDI PH, Bartono (2010). TataBoga Industri, Yogyakarta; ANDI


(6)

Rizka Rizanna, 2014

Program pembelajaran keterampilan membuat kerupuk untuk anak tunagrahita ringan jenjang smalb di SLB C YPLAB Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sunarsih. (2012). Wawasan Guru Tentang Belajar Pembelajaran TataBoga

Sebagai Dasar Acuan Dalam Pelaksanaan Peran dan Tugasnya. Skripsi.

Bandung : Tidak Diterbitkan

Tsania (2011). Program pembelajaran keterampilan vokasional bagi anak

tunagrahita di SLB C Sumbersari Bandung. Skripsi: Tidak Diterbitkan

Wahyono, R (2003). Aneka Cemilan Dari Tepung Tapioka.

Jakarta;PT.Gramedia Pustaka Utama

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.