Ekstraksi simplisia Tinjauan Pustaka

kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan jatuh ke tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang Dalimartha, 2005. e. Khasiat tanaman Buah pisang rasanya manis, sifatnya dingin dan dapat sebagai penyegar, pelumas lubrikan usus, penawar racun, penurun panas antipiretik, anti radang, peluruh kencing diuretik dan laksatif ringan. Sedangkan kulit pisang digunakan untuk mengatasi borok yang menyerupai kanker, kelainan kulit pada herpes, ulcer ditungkai pada diabetes militus, kutil, migren, hipertensi sekunder, rambut tipis dan jarang dan luka bakar Dalimartha, 2005. f. Kandungan kimia Buah pisang mengandung flavonoid, glukosa, fruktosa, sukrosa, tepung, protein, lemak, minyak menguap, kaya akan vitamin A, B, C dan E, mineral kalium, kalsium, fosfor, Fe, pektin, serotonin, 5-hidroksi triptamin, dopamin dan noradrenalin. Kandungan kalium pada buah pisang cukup tinggi yang kadarnya bervariasi tergantung jenis pisangnya. Buah pisang yang berumur muda banyak mengandung tanin Dalimartha, 2005. Kulit pisang mengandung tanin, asam galat, gula, zat tepung, albumin, dan lemak Anjaria et al., 2002.

2. Ekstraksi simplisia

a. Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, berupa bahan yang di keringkan. Simplisia dibagi dalam 3 macam yaitu: simplisia nabati atau eksudat tanaman, simplisia hewani dan simplisia pelikan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tubuh atau isi sel yang dengan cara tertentu di keluarkan dari selnya atau senyawa nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhanya dan belum senyawa kimia murni Anonim, 2000. Simplisia hewani adalah simplisia hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan hewan atau belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni Anonim, 1979. b. Metode penyarian Penyarian merupakan perpindahan masa zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh carian penyari, sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari. Penyari akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari semakin luas Anonim, 1986. Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih menurut kemampuannya melarutkan dalam jumlah yang maksimal dari zat aktif dan seminimal mungkin bagi unsur yang tidak dinginkan Ansel, 1985. Metode yang digunakan tergantung pada wujud dan kandungan zat dari bahan yang akan disari. Metode dasar penyari adalah maserasi, perkolasi dan soxheltasi. Pemilihan metode penyarian disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari Harborne, 1987. c. Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair, dibuat dengan menyari simplisia hewani atau nabati menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk Anonim, 1979. Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Anonim, 2000. Bahan obat mentah yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan atau dikeringkan. Tiap-tiap bahan mentah disebut ekstrak, tidak mengandung hanya satu unsur saja tetapi berbagai macam unsur, tergantung pada obat yang digunakan dan kondisi ekstraksi Ansel, 1985. Sistem pelarut yang digunakan dalam ektraksi harus dipilih berdasarkan kemampuanya dalam melarutkan jumlah yang maksimum dari zat aktif dan yang seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan. Umumnya zat aktif dalam tanaman obat yang tipe sifat kimianya sama, mempunyai sifat kelarutan yang sama pula dan dapat diekstraksi menurut stimulan dengan pelarut tunggal dan campuran. Proses ekstraksi pada dasarnya adalah mengumpulkan zat aktif dari bahan mentah obat dan megeluarkannya dari bahan sampingan yang tidak diperlukan. Dalam ekstraksi obat, pelarut atau campuram pelarut disebut menstrum dan endapan atau ampas yang tidak mengandung zat aktif lagi diistilahkan sebagai marc Ansel, 1985. Istilah maserasi berasal dari bahasa latin macerare yang artinya merendam, merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan direndam dalam menstrum sampai meresap dan susunan sel melunak sehinga zat-zat yang sudah larut akan meluruh Ansel, 1985. Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana, mekanisme ekstraksi adalah dengan merendam serbuk simplisia dalam carian penyari. Cairan akan menembus dinding sel yang mengandung zat aktif di dalam sel dan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel Anonim, 1986. Maserasi dilakukan dengan cara menyatukan bahan simplisia yang dihasilkan sesuai dengan syarat Farmakope dengan bahan pengekstrak, kemudian rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung mencegah terjadi reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna dan dikocok berulang. Menurut Farmakope, lamanya waktu maserasi adalah 4-10 hari karena waktu tersebut telah memadai untuk memungkinkan berlangsungnya proses yang menjadi dasar dari cara ini. Setelah maserasi, rendaman diperas dengan kain pemeras Voigt, 1985. Pada penyarian dengan maserasi, pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel Anonim, 1986. Hasil penyaringan dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan dalam cairan penyari seperti malam dan lain-lain. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna Anonim, 1986. d. Larutan penyari Pemilihan larutan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Larutan penyari yang baik harus memenuhi kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, steril secara kimia dan fisika, bereaksi nertral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yakni hanya menarik zat yang berkhasiat. Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air dan eter Anonim, 1986. Kulit pisang mengandung tanin yaitu zat yang berkhasiat sebagai obat luka bakar. Tanin bersifat polar dan dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut alkohol-air Harborne, 1987. Umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah campuran etanol-air, etanol 70 volume sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan pengotor hanya dalam skala kecil larut dalam cairan pengekstraksi Voigt, 1985. Kerja campuran dari hidro-alkohol merupakan gabungan dari pelarut air dan alkohol, dan karena pelarut mudah tercampur, memungkinkan kombinasi yang fleksibel untuk membentuk campuran pelarut yang sesuai untuk mengetes fraksi bahan aktif dan bahan obat Ansel, 1985. Zat-zat kimia yang dapat disari oleh etanol-air antara lain yaitu antosian, glikosida, saponin, tanin dan karbohidrat Anonim, 1987.

3. Gel dan absorbsi obat dalam kulit