dipisahkan, dapat ditukar, dapat dipindahkan dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi
Kata-kata dari bahasa asing yang digunakan di dalam bahasa Indonesia ada yang lafal dan ejaannya telah disesuaikan dengan lafal dan ejaan bahasa Indonesia,
seperti kata sopir, mesin, riset, kamar, waktu dan polusi. Banyak juga kata-kata dari bahasa asing yang belum disesuaikan, seperti tower, illegal lodging dan hairdryer.
Kata-kata yang digunakan di dalam kalimat, harus dibentuk dahulu dari kata dasar. Pembentukan dapat melalui proses afiksasi atau proses proses pemberian
imbuhan, proses reduplikasi atau proses pengulangan dari bentuk dasar, dan ada juga yang melalui proses afiksasi serta proses reduplikasi sekaligus.
2.4. Pengertian Frasa
Menurut Tarigan 1984:93 menyatakan bahwa frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak
mempunyai ciri-ciri klausa atau yang tidak melebihi batas subjek atau predikat. Selanjutnya, Chaer 2011:19 menegaskan bahwa frasa merupakan kelompok kata
atau rangkaian kata yang menduduki salah satu unsur kalimat, yaitu subjek S, predikat P, Objek O atau keterangan Ket.
Contoh kalimat : 1
Adik saya dirawat di rumah sakit 2
Ani menderita penyakit usus buntu Pada kalimat 1 unsur subjeknya adalah frasa adik saya, unsur predikatnya
berupa sebuah kata yaitu dirawat dan unsur keterangannya adalah di rumah sakit, sedangkan pada kalimat 2, unsur subjeknya adalah sebuah kata yaitu Ani, dan unsur
predikatnya adalah menderita dan unsur objeknya yaitu penyakit usus buntu.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa frasa adalah rangkaian kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi dan pada
umumnya menjadi pembentuk klausa atau kalimat-kalimat. Contoh frasa yaitu pintu jenazah. Tuturan yang berupa frasa pintu jenazah tidak dimaksudkan untuk
membicarakan atau membahas masalah pintu milik jenazah, karena hal ini tidak masuk akal dan tidak mungkin. Frasa pintu jenazah pada tuturan tersebut mempunyai
maksud pintu menuju kamar mayat atau kamar jenazah yang berada di rumah sakit.
2.5. Pengertian Singkatan
Dalam perkembangan bahasa terakhir ini, bahasa Indonesia terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur - unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang
digabungkan menjadi satu. Singkatan atau abreviasi teratur cara memendekkan kata yang menjadi unsurnya. Contoh, singkatan ABRI yang kepanjangannya adalah
Angkatan Barsenjata Republik Indonesia. Pada singkatan ini diambil huruf pertama pada tiap unsur Pateda, 2001:152. Makna singkatan harus dicari pada unsur yang
membentuk singkatan. Dengan kata lain, maknanya adalah kepanjangan singkatan itu sendiri.
Singkatan digolongkan oleh Harimurti dalam Pateda, 2001:152 ke dalam kependekan, karena kependekan terdiri dari : 1 singkatan, misalnya ABRI, 2
penggalan, misalnya prof profesor, 3 akronim, misalnya asbun = asal bunyi, 4 kontraksi, misalnya takkan = tidak akan, dan 5 lambang huruf, misalnya cm =
sentimeter, g = gram, l = liter dan X = 10. Singkatan seringkali dianggap sebagai kata, karena dapat dipendekkan atau
disingkatkan lagi ketika singkatan tersebut ditambah dengan unsur lain. Misalnya, ABRI yang digabungkan dengan urutan kata masuk desa terbentuklah singkatan
A.M.D yang kepanjangannya adalah ABRI Masuk Desa.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa singkatan merupakan satuan hasil penyingkatan yang ditulis dan dilafalkan menyerupai kata
yang wajar. Pemakaian singkatan meluas di berbagai lingkungan sosial. Hal ini disebabkan pemakaian bahasa menginginkan komunikasi yang praktis dan jelas.
Penggunaan singkatan dilandasi prinsip penghematan tempat dalam bahasa tulis dan penghematan waktu bagi bahasa lisan. Proses pembentukan kependekan atau
singkatan adalah proses pembentukan yang bersifat praktis dan berguna bagi masyarakat pemakai bahasa.
2.6. Makna Kata dan Makna Istilah