13
Menggunakan media sebagai saluran pesan setepat mungkin dan efektif dalam menyampaikan pesan yang dimaksud.
g. Capability of audience
Komunikasi tersebut memperhitungkan kemungkinan suatu kemampuan dari audiensinya, yaitu melibatkan berbagai faktor
adanya suatu kebiasaan. Kebiasaan membaca ataupun kemampuan menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya perlu diperhatikan
oleh pihak komunikator dalam melakukan suatu kampanye Public Relations Ruslan, 2003: 99-100.
Dalam kegiatan ini diperlukan rumusan program yang jelas untuk keberhasilan kampanye. Program kampanye adalah serangkaian kegiatan humas
yang direncanakan dan dilaksanakan selama proses kampanye tersebut berjalan, meliputi :
a. Kegiatan Program kampanye
1. menentukan tujuan yang hendak dicapai
2. menentukan sasaran kampanye
3. menentukan ruang lingkup kampanye
4. menentukan jangka waktunya
5. menentukan publik sasarannya
6. menentukan tema dan topik kampanye
7. menentukan efek yang diinginkan
8. menentukan sarana, fasilitas, perlengkapan yang akan menunjang
kampanye
14
9. pembentukan team work yang solid Anggoro, 2005:76-77.
E.5 Sasaran Kampanye
Dalam kampanye humas yang menjadi sasaran secara umum dikelompokan sebagai berikut :
a. Kelompok yang berkepentingan seperti pemerintah, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. b.
Masyarakat sekitar atau tertentu Community Relations , seperti lingkunga sosial di sekitar kawasan perkantoran, pendidikan, komunitas, keagamaan
dan sebagainya. c.
Badan lembagaga swadaya masyarakat Consumen Bodies, misalnya YLK Yayasan Lembaga Konsumen sebagai kelompok penekan yang
banyak memberikan kritikan yang cukup berpengaruh terhadap opini konsumen terhadap pemakaian produk atau perusahaan.
d. Kelompok sebagai penekan Pressure Group, Misalnya para politikus
eksekutif dan legislatif yang banyak memberikan pengaruh yang sifatnya kontrol sosial atas penilaian baik atau buruknya suatu perusahaan atau
instansi. e.
Kelompok pemuka agama dan masyarakat Opinion Leader,yang sifatnya suri tauladan atau para tokoh berupa imbauan atau ajakannya itu akan
menjadi panutan orang banyak dalam suatu komunitas atau mayarakat tertentu.
f. Trade Association atau asosiasi perdagangan atau profesi yang merupakan
industrial relations.
15
g. Kelompok business relations atau kelompok relasi bisnis, seperti pihak
perbankan, kreditor, suplier dan distributor. Ruslan, 2005: 33-34.
E.7 Model Proses Komunikasi dalam Kampanye E.7.1 Komunikasi Satu Arah
Pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyarakatkan penyampaian pesan searah dari seseorang atau suatu
lembaga kepada seseoranag atau kelompok lainnya, baik secara langsung tatap muka ataupun melalui media. Dalam komunikasi satu arah,
komunikasi dianggap sebagai proses linier yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran, atau tujuan. Pemahaman
komunikasi sebagai proses satu arah kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap muka, namun tidak keliru jika diterapkan dalam komunikasi
publik yang melibatkan tanya jawab dan komunikasi massa cetak atau elektronik. Rogers dan Shoemaker memperkenalkan model yang merupakan
proses komunikasi secara umum, model itu adalah S-M-C-R-E. Model ini merupakan sebuah proses komunikasi yang diawali oleh source sumber atau
komunikator. Dimana sumber merupakan seorang penemu sebuah gagasan baru atau seorang pemimpin. Message pesan merupakan bentuk penemuan
atau gagasan baru yang disebarkan dan diumumkan. Channel media atau saluran merupakan saluran komunikasi dalam menyampaikan penemuan
atau gagasan baru. Receiver penerima atau komunikan dalam hal ini adalah masyarakat secara umum. Effect dampak merupakan konsekuensi dari
pesan yang dikirim ke masyarakat, konsekuensinya berupa pengetahuan baru,
16
perubahan sikap, persuasif, menerima atau menolak. Penjelasan Regers dan Shoemaker tersebut merupakan model proses komunikasi yang sama atau
mirip pada unsur-unsur pembaruan komunikasi yang tersebar.
E.7.2 Komunikasi Interaksi
Dalam pengertian sempit interaksi berarti saling mempengaruhi mutual influence. Komunikasi sebagai interaksi menyertakan komunikasi sebagai
proses-sebab akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Komunikasi sebagai interaksi lebih dinamis dari pada komunikasi satu arah. Namun
komunikasi interaksi masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun kedua
peran itu dianggap bergantian. Unsur yang terdapat dalam komunikasi interaksi adalah umpan balik feed
back, yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai
efektifitas pesan yang disampaikan sebelumnya.
E.7.3 Komunikasi Transaksi
Dalam konteks komunikasi transaksi, komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang diperoleh pada dasarnya bersifat
pribadi. Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku
verbal maupun nonverbal. Dalam komunikasi transaksional, pengamatan atas aspek tertentu saja, seperti pesan verbal saja atau pesan nonverbal saja. Tidak
menunjukan gambaran
komunikasi yang
utuh. Istilah
transaksi
17
mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam keadaan terindependensi atau tumbal balik. Mulyana, 2008:67-76
E.8 Efek Komunikasi dalam Kampanye
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang, karena pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau
penguatankeyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. Menurut Onong Uchyana Effendy
2006 dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, yang termasuk dalam efek komunikasi adalah Efek Kognitif Cognitive effect,
Efek Afektif Affective effect, serta Efek Konatif yang sering juga disebut Efek Behavioral Behavioral effect.
Efek Kognitif Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bigung menjadi lebih jelas.
Efek Afektif Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat
kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak.
Perasaan akibat terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang hingga tertawa terbahak-bahak, sedih hingga mencucurkan
18
air mata, dan lain-lain perasaan yang hanya bergejolak di dalam hati.
Efek Konatif Efek ini bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang
cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas, efek konatif sering
juga disebut dengan efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului
oleh efek kognitif danatau efek afektif.
E.9 Teknik Komunikasi E.9.1 Komunikasi Persuasif
Seringkali kita mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu baik secara tidak sadar maupun secara sadar. Ajakan tersebut biasanya berupa bujukan yang
berarti mempengaruhi orang lain, atau membuat perilaku orang lain berubah sesuai dengan keinginan kita dengan menggunakan komunikasi. Itulah yang
disebut proses persuasif. Sedangkan mempengaruhi orang lain agar melakukan apa yang kita inginkan dengan menggunakan apa saja, dengan alat apa saja,
misalnya ancaman, tekanan, pengkondisian, terror, siksaan dan sebagainya merupakan proses influence.
Jadi komunikasi persuasif adalah influence yang dibatasi dengan hanya menggunakan komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal
Purnawan, 2002:14-15. Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendi 1993:21 istilah persuasif persuasion bersumber pada perkataan Latin persuasio. Kata
19
kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Maka komunikasi persuasif adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang
komunikator untuk membujuk atau mengajak orang lain agar mengikuti kehendak komunikator Effendi, 1992:117. Senada dengan Ritonga 2005:14-15 yang
mengungkapkan bahwa tujuan komunikasi persuasif untuk mempengaruhi atau membujuk manusia lain baik itu secara umum maupun spesifik. Persuasif bersifat
psikologi manusiawi, berbeda dengan koersif yang bersifat sanksional, yaitu mempengaruhi orang lain dengan ancaman dan paksaan. Dari pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa komunikasi persuasif adalah komunikasi verbal maupun non verbal berupa bujukan atau ajakan agar komunikan mau mengikuti kehendak
komunikator. Menurut Effendi 1992:125-128 ada beberapa teknik dalam komunikasi
persuasif adalah sebagai berikut: a.
Teknik Asosiasi Association Adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya
pada suatu obyek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Teknik ini sering di gunakan oleh kalangan bisnis atau
kalangan politik. Sebagai contoh, dalam kampaye Pemilihan Umum, ada partai polotik yang memanfaatkan ketenaran Oma Irama si raja
dangdut untuk merebut hati massa. Dengan alasan peristiwa pemunculannya sering membuat massa menjadi histeris.
b. Teknik Integrasi Integration
20
Merupakan kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. Ini berarti bahwa melalui
komunikasi verbal maupun nonverbal, komunikator menggambarkan bahwa ia ‘senasib’ dan menjadi ‘satu’ dengan komunikan. Sebagai
contoh, komunikator menggunakan perk ataan “kita”, bukan
perkataan “saya” atau “kami”. Komunikator dalam menggunakan kata “kita” mengandung arti bahwa ia memperjuangkan kepentingan
bersama, atau sedikitnya kepentingan komunikator dan komunikan. Sehingga pihak komunikan tidak merasa bahwa pihak komunikator
menempatkan diri di atasnya atau mengguruinya. c.
Teknik Iming-iming dan Menakut-nakuti Pay-off and Fear Arousing
Dalam kegiatan mempengaruhi orang lain, seorang komunikator bisa melakukannya dengan dua cara, yaitu dengan jalan iming-iming
pay-off hal yang menguntungkan atau memberi harapan rewarding
dan menakut-nakuti
fear arousing
dengan menggambarkan konsekuensi yang buruk punishment. Dalam
rangka mencapai
tujuannya, teknik
pay-off berdaya-upaya
menumbuhkan kegairahan emosional, sedangkan teknik fear arousing berupaya membangkitkan ketegangan emosional. Tetapi
ketegangan emosional yang berkelebihan mengandung unsur tidak baik. Oleh karena itu, Janis dan Feshbach menganjurkan untuk tidak
21
menggunakan fear arousing yang berlebihan, tetapi lebih baik memakainya secara sineger-tengah.
d. Teknik Tataan Icing
Merupakan seni menata pesan komunikasi dengan emotional appeal sedemikian rupa sehingga komunikan menjadi lebih tertarik. Dengan
demikian pesan komunikasi bisa enak didengar atau dibaca serta termotivasi untuk melakukan sebagaimana disarankan oleh isi pesan
tersebut. Usaha menampilkan emotional appeal dimaksudkan hanya agar komunikan lebih tertarik hatinya, komunikator sama sekali
tidak membuat cacat fakta informasi yang ditata tadi. Maka, faktanya sendiri harus tetap utuh, tidak boleh dilebih-lebihkan atau dikurangi.
Hal ini bertujuan untuk menjaga kredibilitas komunikator. e.
Teknik Gerak Tipu Red Herring
Istilah red herring sukar diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, sebab red herring adalah nama ikan yang hidup di samudera Atlantik
Utara. Jenis ikan ini terkenal dengan kebiasaannya dalam membuat gerak tipu ketika diburu oleh binatang lainnya atau oleh manusia.
Dalam hubungannya dengan komunikasi persuasi, teknik red herring adalah seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan dalam
perdebatan dalam mengelakkan argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang
dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan.
22
Jenis teknik ini biasanya dilakukan pada saat komunikator berada pada posisi terdesak.
Demi keberhasilannya, maka komunikasi persuasif perlu dilaksanakan secara sistematis. Para ahli memiliki pendapat yang sama
untuk menentukan pendekaatan approach komunikasi persuasif, yakni disebut dengan
“A-A-procedure” atau “from Attention to Action procedure
”. Ada ahli yang menganjurkan agar A-A-proedure tersebut dilakukan melalui proses rumus klasik atau formula AIDDA, yaitu:
A – Attention
Perhatian I
– Interest Minat
D – Desire
Hasrat D
– Decision Keputusan
A – Action
Tindakan Effendi, 1993:25. Dalam setiap komunikasi selalu ada yang namanya hambatan. Begitu juga
dengan komunikasi persuasif, yaitu hambatan yang sifatnya objektif dan yang subjektif. Hambatan yang sifatnya objektif merupakan gangguan terhadap
berlangsungnya komunikasi yang tidak sengaja dilakukan orang lain. Ini dinamakan gangguan mekanik dan semantik.
Yang dimaksud dengan gangguan mekanik ialah gangguan disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan bersifat fisik. Hal ini erat hubungannya
23
dengan media massa atau saluran komunikasi interpersonal secara lisan. Sedangkan gangguan semantik merupakan gangguan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa yang biasanya berbentuk dalam salah pengertian.
Hambatan selanjutnya adalah yang bersifat subjektif, yaitu hambatan yang sengaja dibuat oleh orang lain, dalam hal ini adalah pertentangan kepentingan dan
prasangka. Hambatan karena kepentingan merupakan hambatan jenis lain dalam komunikasi yang terdapat pada diri komunikan. Komunikan akan memperhatikan
pesan komunikasi yang ada hubungan dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian, tetapi juga menentukan daya tanggap dan
tingkah laku kita sehingga menjadi reaktif terhadap segala perangsang yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kepentingan individu itu sendiri, yang merupakan
akibat terpengaruhinya perasaan dan pikirannya. Sedangkan hambatan karena prasangka merupakan satu hambatan berat
bagi suatu kegiatan komunikasi karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator. Pada orang yang berprasangka, emosinya
memaksa dia untuk menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara emosional. Emosi seringkali membutakan pikiran-pikiran dan perasaan terhadap
fakta yang bagaimanapun kenyataannya. Sehingga membuat seseorang tidak dapat lagi berpikir secara objektif dan apa yang dilihat atau didengarnya selalu akan
dinilai negatif. Prasangka dapat terjadi terhadap ras, suku bangsa, agama, partai politik, kelompok dan siapa saja yang pernah mendapatkan pengalaman atau
kesan tidak enak. Dalam sebuah eksperimen, didapatkan hasil nyata bahwa
24
manusia dalam menilai sesuatu memberlakukan persaan senang dan tidak senang like and dislike.
E.9.2 Komunikasi Informatif
Pengertian informatif yakni agar orang lain yang diajak komunikasi dapat mengerti dan tahu apa yang disampaikan atau diucapkan oleh seorang
komunikator. Senada dengan Suprapto dan Fahrianoor 2004:88 dalam bukunya yang menyebutkan bahwa komunikasi informatif adalah proses penyampaian
pesan yang sifatnya “memberi tahu” atau memberi penjelasan kepada orang lain. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan informasi
adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu. Adapun macam informasi yang ingin diinformasikan sesuai dengan prinsip-
prinsip sebagai berikut: Batasi jumlah informasi
Jangan jejali komunikan dengan informasi yang terlalu banyak. Batasi jumlah informasi yang dikomunikasikan dan kembangkan
presentasinya. Akan lebih baik menyajikan dua potong informasi baru dan menjelaskan dengan contoh-contoh, ilustrasi dan deskriptif
ketimbang menyajikan lima potong tanpa penjelasan.
25
Tekankan manfaat Komunikan akan mengingat informasi dengan baik bila mereka
merasa informasi itu bermanfaat untuk kebutuhan atau tujuan mereka.
Kaitkan informasi baru dengan yang lama
Komunikan akan
lebih mudah
mencerna informasi
dan mengingatnya lebih lama apabila informasi tersebut dikaitkan
dengan apa yang telah mereka ketahui. Kaitkan yang baru dengan yang lama, yang tidak dikenal dengan yang dikenal, yang belum
pernah dirasakan dengan yang pernah dirasakan. Sajikan informasi melalui beberapa alat indra
Komunikan akan mengingat dengan baik informasi yang mereka terima melalui beberapa alat indra seperti pendengar, penglihat,
penciuman, pengecap dan perasa. Variasikan tingkat abstrak
Kombinasikan abstraksi dan rincian. Terlalu banyak abstraksi tanpa rincian atau terlalu banyak rincian tanpa abstraksi akan kurang
efektif ketimbang kombinasi keduanya.
E.9.3 Komunikasi Instruktif
26
Instruktif adalah suatu perintah yang biasanya perintah tersebut bersifat mengancam. Tetapi ancamannya itu mengandung suatu yang dapat menjadikan
seseorang itu untuk melakukan perintahnya. Instruktif bersifat memerintah, nasihat-nasihatnya bergaya. Sedangkan yang dimaksud dengan instruksi adalah
perintah atau arahan untuk melakukan suatu pekerjaan atau melakukan suatu tugas, dan merupakan pelajaran dan petunjuk.Dari pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa komunikasi instruktif adalah komunikasi yang bersifat memerintah, nasihat-nasihatnya bergaya, biasanya berupa pelajaran dan petunjuk
agar orang lain melakukan suatu tindakan tersebut.
E.9.4 Komunikasi Koersif
Istilah koersif dalam bahasa Inggris coercion, berasal dari bahasa latin coercion
yang secara harafiah berarti “pengekangan” dan secara maknawiah berarti upaya untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan kekuatan.
Seperti yang diungkapkan oleh Suprapto dan Fahrianoor 2004:94, komunikasi koersif adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan
cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu tindakan atau kegiatan tertentu. Dalam prakteknya, untuk mencapai tujuan itu dilakukan kegiatan dalam
bentuk sanksi, ancaman, intimidasi, pemerasan, boikot, terror, dan lain-lain, sehingga orang yang dijadikan sasaran merasa terpaksa, cemas, takut dan
sebagainya. Jadi teknik komunikasi ini mengandung sanksi apabila tidak dilaksanakan oleh si penerima pesan. Komunikasi ini bersifat imperatif yang
artinya mengandung keharusan dan kewajiban untuk ditaati serta dilaksanakan.
27
Otto Lerbinger dalam bukunya, Designs for Persuasive Communication mengulas tentang koersif. Di mana ia mengatakan bahwa, jika paksaan ingin
dilaksanakan, orang banyak atau rakyat tidak perlu secara nyata didorong-dorong. Penjagaan berseragam, senapan yang bersangkur, kendaraan yang dilengkapi
senjata, bahkan penjara atau tiang gantungan sudah menunjukkan lambang paksaan. Dan semuanya itu merupakan lambang dari sebuah kekuatan. Jadi,
komunikasi koersif berarti proses penyampaian pesan pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, opini, atau perilaku dengan
gaya yang mengandung paksaan Effendy, 2002:84. E.9.5 Media yang Digunakan dalam Kegiatan Kampanye
Menurut Association of Educational Communications and Technology AECT media adalah segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan
informasi Situmorang dan Suparman, 1988:15. Menurut Ahmad Rohani 1997:24, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai untuk
menyampaikan ide, sehingga ide tersebut dapat kepada penerima. Kampanye yang sudah direncanakan dengan matang memerlukan media untuk memperluas,
menyebarkan dan mengkomunikasikan kepada target sasarannya. Media yang sering dipakai dalam kegiatan kampanye humas diantaranya.
a. Media Pers Press : media ini terdiri dari berbagai macam koran,
majalah, tabloid, buku baik yang berskala regional, nasional maupun internasional.
b. Audio-Visual : media ini terdiri dari slide dan kaset video atau bisa
juga gulungan film-film dokumenter.
28
c. Radio : kategori ini meliputi semua jenis radio dengan berbagai
macam program siarannya dan sering digunakan sebagai media humas yang sangat efektif.
d. Televisi : media ini adalah media audio visual dengan berbagai
siarannya dan sering digunakan sebagai media humas yang sangat efektif.
e. Pameran : media ini digunakan untuk ekshibisi secara langsung ke
target sasarannya. f.
Bahan-bahan cetakan : yakni berbagai macam bahan cetakan yang bersifat mendidik, informatif, dan menghibur yang disebarkan
dalam berbagai bentuk, seperti pamflet, poster, spanduk, flyer, dan sebagainya.
g. Penerbitan buku khusus sponsored books : isi buku ini
bermacam-macam, misalnya mengenai seluk beluk organisasi, petunjuk lengkap mengenai program, produk atau organisasi.
h. Pesan-pesan lisan spoken word : media humas tidak hanya
melalui media massa saja tetapi melalui komunikasi langsung atau tatap muka.
i. Pemberian sponsor sponsorship : media ini bertujuan untuk
memperkenalkan organisasi dengan berpartisipasi dalam acara, sehingga terkesan organisasi ini peduli terhadap acara tersebut
yang akan berpengaruh pada pencitraan. j.
Bentuk-bentuk media humas lainnya Anggoro,2005:84-85
29
Alat pendukung kampanye humas dalam publikasi dan pengenalan antara lain :
a. Suplemen, advertorial artikel sponsor periklanan humas,
sponsorship penyokong acara. b.
Booklet, brosur, leaflet, dan lain-lain. c.
Poster, sticker, banner, spanduk, umbul-umbul, pamflet. d.
Postcard, calender, supplement publications, direct mail. e.
Surat berkop perusahaan, kartu nama untuk membangun relasi. f.
Komunikasi melalui faxmail, teleks, telephone. g.
Komunikasi elektronik atau Email, misalnya internet, computer line dan direct phone Nasution, 2003:106.
Secara umum ada tiga faktor untuk menentukan media dapat menyampaikan pesan secara efektif antara lain adalah :
a. Ketepatan dalam memilih media yang sesuai dengan materi dan
tujuan yang hendak dicapai. b.
Kesesuaian media dengan sasaran. c.
Ketepatan cara penggunaannya Situmorang dan Suparman, 1988:18.
Dengan memperhatikan ketiga faktor tersebut, diharapkan suatu media akan bisa menyampaikan kepada penerima dengan efektif, meskipun tanpa
penjelasan tambahan dari pemberi pesan.
30
E.10 Hambatan Dalam Kampanye
Kegiatan kampanye yang dilakukan untuk tujuan tertentu tidak akan lepas dengan berbagai hambatan yang menjadi penghalang dengan tujuan yang
diinginkan. Hambatan tersebut selanjutnya mendapatkan perhatian untuk diselesaikan. Adapun hambatan dalam melakukan kampanye public relations
adalah sebagai berikut : a.
Komunikator lemah atau tidak menguasai Communication Skill kemampuan berkomunikasi sehingga pesan yang disampaikan
tidak mempengaruhi opini publik. b.
Pesan yang disampaikan tidak lengkap dan sesuai dengan keinginan atau minat audiensinya atau menggunakan bahasa yang
tidak dimengerti oleh komunikan. c.
Media yang dipakai untuk menyampaikan pesan ke komunikan kurang pas sehingga tidak mampu menjangkau audiensinya dengan
optimal. Hal tersebut diakibatkan dari kurang memperhitungkan strategi menggunakan perencanaan media secara tepat sehingga
pesannya tidak sampai ke audiens dan menghasilkan citra yang kurang baik.
d. Komunikan yang menjadi obyek sasaran public relations tidak
diketahui dengan jelas dan rinci siapa yang dijadikan sasaran khalayak, akibatnya komunikan tidak terfokus.
31
e. Efek dan dampak yang dihasilkan dari keempat komponen tersebut
saling berkorelasi, satu sama lain terjadi banyak hambatan dan kekurangan Ruslan, 2005:43-44.
E.11 Pengertian Humas
Cutlip dan Center seperti yang dikutip oleh Sumirat dalam bukunya Dasar- dasar Public Relations menyatakan bahwa Public Relations adalah fungsi
menejemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan
melakukan suatu program kehgiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik Sumirat, 2003:14.
Pendapat lain menurut Khasali Menyatakan Publik Relations adalah fungsi strategi menejemen melakukan komunikasi yang menimbulkan pemahaman dan
penerimaan dari publik. Selain menyangkut hubungan dengan menejemen Public relations juga sebagai penerapan dari konsep komunikasi yang dipakai secara luas
dalam bidang non bisnis seperti politik, kenegaraan, sosial, pemerintah, keagamaan, dan sebagainya Khasali, 1994:15. Konsep humas menurut Rex F.
Harlow seperti yang dikutip Nasution bahwa konsep humas dibagi menjadi dua yaitu :
a. Humas sebagai Method of Communication
Dimana humas merupakan rangkaian atau sistem kegiatan komunikasi secara khas. Artinya sebagai metode komunikasi terdapat bahwa setiap
pimpinan dari organisasi bagaimanapun kecilnya dapat melaksanakan
32
fungsi-fungsi humas. Dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara humas dan organisasi adalah sebagai metode komunikasi.
b. Humas sebagai State of Being
Merupakan perwujudan suatu kegiatan komunikasi yang dilembagakan dalam bentuk biro, bagian, divisi, atau seksi, itulah yang dimaksudkan
“state of being” dalam sistem menejemen kehumasan, artinya terdapat orang yang memimpin atau pejabat humas dalam lembaga tertentu.
E.12 Pengertian Kesadaran
Kesadaran adalah suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap stimulus internal dan eksternal. Yaitu terhadap peristiwa-peristiwa lingkungan dan
sensasi tubuh, memori danpikiran. Pengertian lainnya adalah Kemampuan individu mengadakan hubungan dengan ingkungan serta diri sendiri melalui
panca inderanya dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta diri sendiri melalui perhatian.
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan,
anjuran dan sebagainya. Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau
efek tertentu untuk meningkatkan kesadaran.
E.13 Pengertian Pajak
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. dalam Munawir, 2000:3 dinyatakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat atau rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa
33
timbal balik kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan definisi di atas maka unsur-
unsur pajak adalah : 1.
Iuran rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak adalah negara dan iuran tersebut berupa uang bukan barang atau jasa
2. Ketentuan pajak berdasarkan undang - undang, jadi ketentuan
pajak dilaksanakan berdasarkan undang - undang yang dibuat oleh penyelenggara negara dan pemerintahan.
3. Tanpa jasa timbal balik dan kontra prestasi dari negara atau yang
secara langsung dapat ditunjuk. 4.
Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara yaitu pembiayaan negara yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Secara umum jenis-jenis pajak dapat dibagi menjadi : 1.
Pajak Penghasilan PPh, 2.
Pajak Pertambahan Nilai PPN, 3.
Pajak Penjualan Barang Mewah PPnBM, 4.
Pajak Bumi dan Bangunan PBB, dan 5.
Pajak Lainnya. Berdasarkan penerimaannya maka pajak dibedakan menjadi Pajak
Langsung dan Pajak Tidak Langsung Munawir, 2000:23 Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain, contohnya adalah Pajak Penghasilan PPh, Pajak Bumi dan Bangunan PBB. Sedangkan Pajak tidak langsung adalah pajak yang
34
pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain seperti Pajak Pertambahan Nilai PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM.
Dalam pembahasan ini selanjutnya akan lebih difokuskan pada pajak Penghasilan PPh sebagai salah satu sumber utama penerimaan pajak bagi negara.
E.14 Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah tersampaikannya gagasan, pesan dan perasaan dengan cara yang baik dalam kontak sosial yang baik pula. Komunikasi dapat
efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan
tidak ada hambatan untuk hal itu. Komunikasi efektif terjadi apabila sesuatu pesan yang diberitahukan
komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi. Adapun Hukum komunikasi efektif antara lain :
a. Hukum 1 : Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran
pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hokum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan
orang lain. b.
Hukum 2 : Empathy Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada
situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan
35
kita mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengeti orang lain. Dengan memahami dan
mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam
membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan dengan
cara dan sikap menerimanya c.
Hukum 3 : Audible Makna audible antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti
dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka
audible berari pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus
disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum
mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alan bantu audio visual yang
akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.
d. Hukum 4 : Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hokum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan
itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau
36
berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Kesalahan penafsiran atau perasaan
yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
e. Hukum 5 : Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsure yang terkait dengan
hokum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap
rendah hati pada intinya antara lain sikap penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, rela memaafkan
serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar. Diah Wulandari, 2009:52
F. Devinisi Konseptual