III. PERMASALAHAN
Di negara-negara yang relatif lebih dahulu berkembang dibandingkan Indonesia, pada umumnya di wilayah pesisir pantai mereka berdiri kota-kota
dan pemukiman penduduk Water Front City yang tertata dengan rapi, bahkan cenderung eksklusif karena didukung oleh keindahan panorama dan suasana
semilir angin dan deburan ombak dari laut. Kondisi di negara-negara maju tersebut sangat bertolak belakang kontradiksi dengan yang terjadi di
Indonesia termasuk di Provinsi Sumatera Utara. Umumnya wilayah pesisir di Sumatera Utara tidak tertata dengan baik
bahkan terkesan kumuh dan merupakan tempat bermukimnya masyarakat yang kondisinya masih berada di bawah garis kemiskinan. Mengapa kondisi
seperti ini harus terjadi ? selain kelemahan pada strategi dan prioritas pembangunan, pola pendekatan pembangunan wilayah pesisir dan kelautan
selama ini masih bersifat parsial. Daerah melaksanakan pembangunan secara sendiri-sendiri di wilayahnya masing-masing. Pendekatan yang dilakukan
selama ini selain tidak efisien dan tidak efektif, tidak akan pernah berhasil secara optimal sebab karakteristik wilayah pesisir dan kelautan memerlukan
pola pembangunan yang terpadu dan menyeluruh Integratif and Comprehensif atau dikenal sebagai ”One Ocean and Marine Management”.
Beberapa permasalahan yang terjadi di Wilayah Pantai Timur dan Pantai Barat di provinsi Sumatera Utara yang umumnya terjadi pula di
wilayah-wilayah pesisir di daerah-daerah lainnya di Indonesia antara lain adalah :
Murbanto Sinaga : Pembangunan Wilayah Pesisir Pantai dan Pulau-Pulau Kecil Melalui Program…, 2006
USU Repository © 2006
1. Terjadinya ”Overfishing”
Kondisi ini terjadi utamanya akibat kegiatan penangkapan ikan yang tidak teratur di daerah-daerah yang berlokasi dekat dengan garis pantai,
bukan di laut lepas yang jaraknya relatif jauh. Pada umumnya ikan yang berada dekat garis pantai masih relatif kecil-kecil, belum saatnya untuk
ditangkap namun telah ditangkap oleh para nelayan. Akibat ditangkap terlalu dini, ikan tersebut belum sempat dewasa dan bertelur untuk
berkembang biak. Ikan-ikan saat masih kecil-kecil dan belum dewasa umumnya berada dekat ke garis pantai. Setelah besar dan dewasa ikan-
ikan tersebut pindah ke laut lepas yang jauh dari garis pantai. Ikan-ikan yang telah besar dan dewasa inilah yang seharusnya boleh diizinkan
untuk ditangkap. Oleh sebab itu perlu disusun suatu aturan-aturan PERDA yang mengatur zona penangkapan ikan sehingga Over Fishing
dapat dihindarkan. 2.
Terjadinya Kontaminasi Akibat Budidaya Tambak Udang. Menjamurnya tambak-tambak udang, khususnya tambak-tambak udang
intensive terutama disepanjang Pantai Timur menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi tanah di wilayah pantai. Umumnya budidaya
tambak udang memakai obat-obatan dan pakan yang mengandung zat-zat kimiawi. Kondisi ini mengakibatkan tanah di wilayah tersebut
terkontaminasi, salah satu akibatnya adalah menurunnya kesuburan tanah di wilayah pesisir. Menurunnya kesuburan tanah juga akan menyebabkan
semakin menurunnya produktivitas tambak udang yang telah ada di
Murbanto Sinaga : Pembangunan Wilayah Pesisir Pantai dan Pulau-Pulau Kecil Melalui Program…, 2006
USU Repository © 2006
wilayah tersebut. Guna menghindari akibat negatif yang ditimbulkan, diperlukan suatu program kegiatan revitalisasi tambak udang dengan
teknologi sederhana dan tepat guna. Dampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh budidaya tambak udang adalah terjadinya konversi
lahan hutan mangrove menjadi areal tambak. Kondisi ini mengancam kelestarian ekosistem di daerah pesisir dan kelautan. Hutan tanaman
mangrove selain berfungsi untuk menghindari tejadinya erosi juga merupakan tempat ikan-ikan bertelur dan berkembang biak. Akar
pepohonan tanaman mangrove membantu produksi oksigen yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan-ikan yang
masih kecil di perairan hutan mangrove. Kepunahan tanaman mangrove akan mengancam kelestarian wilayah pesisir dan perkembangan
kehidupan ikan-ikan di perairan sekitar garis pantai. 3.
Akitivitas atau kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan pantai.
Berbagai aktivitas kehidupan masyarakat masyarakat biasa maupun bisnis yang tidak teratur dan dikelola dengan baik di wilayah pesisir
pantai dan pulau-pulau kecil mengancam kelestarian dan kelangsungan ekosistem lingkungan pantai. Berbagai aktivitas tersebut antara lain :
3.1. Pencemaran lingkungan
pantai yang disebabkan oleh : a.
Sampah lokal
b. Limbah dari kapal-kapal.
Murbanto Sinaga : Pembangunan Wilayah Pesisir Pantai dan Pulau-Pulau Kecil Melalui Program…, 2006
USU Repository © 2006
c. Limbah dari kegiatan pertanian. d. Limbah dari kegiatan pertambangan.
e. Limbah dari kegiatan industri. 3.2.
Eksploitasi Sumber Daya Alam yang tidak teratur dan berlebihan. Eksploitasi yang berlebihan terhadap SDA di wilayah pesisir
menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan pantai yang potensial. Eksploitasi yang berlebihan tersebut antara lain :
a. Penggunaan Hutan.
b. Penambangan Galian c. Terjadinya penggundulan hutan khususnya pasir di titik lokasi
tertentu. 3.3.
Pertumbuhan Penduduk dan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir yang tidak terkontrol menyebabkan terjadinya kerusakan
lingkungan pantai. Kegiatan yang menyebabkan kerusakan lingkungan pantai antara lain :
a. Pembangunan perumahan yang semeraut di sepanjang garis
pantai. b.
Kegiatan Reklamasi Pantai akibat kebutuhan lahan. 3.4. Gangguan ekosistem lingkungan pantai akibat sedimen yang
dibawa oleh arus aliran sungai ke muara pantai.
Murbanto Sinaga : Pembangunan Wilayah Pesisir Pantai dan Pulau-Pulau Kecil Melalui Program…, 2006
USU Repository © 2006
3.5. Gangguan ekosistem lingkungan pantai akibat adanya pembangunan pemecah gelombang break water yang tidak tepat
lokasi dan tidak dikelola dengan baik. 4. Kegiatan usaha perikanan tidak dilakukan dengan menerapkan sistem
bisnis perikanan terpadu yang berbasis pada industri. 5. Masih minimnya prasarana di wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau
kecil . 6. Masih minimnya dukungan permodalan dan perbankan dan lembaga
keuangan lainnya. 7. Masih rendahnya aksesibilitas terhadap teknologi pengolahan dan pasca
panen. 8. Masih belum adanya Blue Print Cetak Biru pembangunan perikanan
dan kelautan yang disepakati bersama dan diimplementasikan secara produktif dan strategis.
Murbanto Sinaga : Pembangunan Wilayah Pesisir Pantai dan Pulau-Pulau Kecil Melalui Program…, 2006
USU Repository © 2006
IV. MAKSUD DAN TUJUAN