Prosedur pengolahan SPT PPH (Surat Pemberitahuan Pajak penghasilan) Tahunan Orang pribasi Pada KPP Pratama Bandung Karees

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Pemerintah berwenang dalam mengatur kehidupan bernegara, menjalankan fungsinya dalam penyelenggaraan negara sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara. Pemerintah sudah semestinya bertanggung jawab pada kehidupan rakyatnya. Peranan pemerintah sangat besar dalam menjalankan kehidupan masyarakatnya.

Peran penerimaan pajak sangat penting bagi kemandirian pembangunan, karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara dari dalam negeri yang paling utama untuk membiayai negara yang tercantum dalam APBN. Sejak dilakukannya reformasi perpajakan yang pertama pada tahun 1984, diharapkan penerimaan pajak sebagai sumber utama pembiayaan Anggaran Belanja Bulanan Negara (APBN) dapat dipertahankan kesinambungannya untuk membangun sarana dan prasarana umum negara. Selain sebagai sumber penerimaan , pajak juga memiliki fungsi lain yaitu fungsi utama. Menteri Keuangan mengatakan selain ditujukan untuk meningkatkan penerimaan negara, penerimaan pajak juga akan diarahkan untuk memberikan stimulus secara terbatas guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas, dan akan tetap diarahkan untuk melanjutkan reformasi administrasi dan penyempurnaan kebijakan dibidang pajak, kepabeanan dan cukai.


(2)

Pajak merupakan salah satu jenis penerimaan yang bersumber dari dalam negeri sering dikemukakan bahwa pemungutan pajak masih perlu ditingkatkan lagi, sejalan dengan perkembangan yang ada dan disadari bahwa banyak masalah yang tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada, sehingga menuntut adanya penyempurnaan undang-undang perpajakan, diharapkan penerimaan negara yang bersumber dari sektor pajak dapat lebih maksimal.

Pajak bersifat dinamik sehingga menuntut adanya penyempurnaan terhadap Undang-Undang Perpajakan secara berkesinambungan, dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara sistem perpajakan dengan tingkat kehidupan nasional, baik dari segi pembangunan nasional yang telah dicapai dengan tingkat pendapatan masyarakat yang semakin beragam menyebabkan sistem perpajakan yang lama tidak sejalan lagi dengan perkembangan yang ada.

Disisi lain masyarakat sebagai pihak yang diberi perlindungan memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam menjalankan fungsinya yang bisa ditujukan melalui keikutsertannya dalam pembiayaan negara. Maka pemungutan pajak dari rakyat dilakukan sebagai salah satu sumber modal atau dana. Pajak dipungut berdasarkan asas keadilan, dimana hanya warga negara yang memiliki kemampuan yang dipungut pajak untuk dapat mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat.

Sekarang dengan adanya sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia yaitu self assesment system dimana segala pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh wajib pajak. Kondisi perpajakan yang menuntut


(3)

keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi.

Salah satu agenda rutin tahunan dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah penerimaan laporan SPT Tahunan Wajib Pajak. Dalam proses penyelenggaraannya, DJP menunjuk setiap Kantor Pelayanan Pajak untuk melaksanakan penerimaan SPT Tahunan bagi seluruh Wajib Pajak (WP) yang terdaftar di wilayah kerja masing-masing.

Bagi setiap badan maupun orang pribadi yang menurut ketentuan peraturan Undang-undang perpajakan sudah ditetapkan sebagai Wajib Pajak, maka wajib melakukan kewajiban perpajakannya. Dalam pelaporan pajak terutang Wajib Pajak harus mampu mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dengan baik dan benar, apabila surat pemberitahuan diisi tidak benar maka akan dikenakan sanksi perpajakan, karena Surat Pemberitahuan (SPT) ini akan digunakan oleh Wajib Pajak untuk mempertanggungjawabkan besarnya pajak terutang yang sudah dihitung.

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

SPT Tahunan Pajak Penghasilan yang diisi oleh wajib pajak terdiri dari dua jenis yaitu Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahunan Orang pribadi (SPT PPh Tahunan OP) dan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahunan Badan (SPT PPh Tahunan Badan). Berdasarkan informasi dari kepala seksi


(4)

pelayanan KPP Pratama Bandung Karees mengenai jumlah SPT bahwa SPT PPh OP memiliki penerimaan pelaporan SPT lebih banyak dibandingkan SPT PPh Badan. Proses pengolahan SPT secara benar dan lengkap merupakan tahap yang penting dalam administrasi pajak. Pengolahan SPT adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penelitian SPT dan perekaman SPT, baik meliputi penatausahaan yang meliputi penerimaan SPT, pencatatan/perekaman (recording) SPT, penggolongan SPT dan penyimpanan (filling) dokumen SPT maupun dalam pelayanan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak.

Terdapat dua macam SPT yang dipakai untuk menyampaikan pemberitahuan tentang pajaknya yaitu :

a. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.

b. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak

Kendala yang terjadi setiap tahun dalam pelaksanaan penerimaan SPT Tahunan adalah terjadi penumpukan Wajib Pajak yang ingin melaporkan SPT Tahunannya, dikarenakan Wajib Pajak cenderung melaporkan SPT Tahunannya pada hari-hari terakhir batas akhir pelaporan, yaitu paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya tahun pajak (31 Maret) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 4 bulan setelah berakhirnya tahun pajak (30 April) untuk Wajib Pajak Badan.

Dalam Ketentuan Tentang Cara Pengisian SPT yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau Badan lembar SPT tersebut wajib diisi secara benar, lengkap, jelas dan harus ditandantangani oleh WP. Dalam hal SPT diisi dan ditandatangani


(5)

oleh orang lain bukan oleh WP, harus dilampiri surat kuasa khusus. Untuk Wajib Pajak Badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus/direksi.

Dalam penyampaian SPT, terdapat ketentuan yang harus wajib pajak ketahui serta lakukan yakni :

1. SPT dapat disampaikan secara langsung atau melalui pos secara tercatat ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) setempat, atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Batas waktu penyampaian:

a. Penyampaian SPT Tahunan PPh Badan paling lambat 4 bulan sejak akhir Tahun Pajak.

b. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) SPT Masa.

c. SPT Masa, paling lambat dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak. d. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, paling lambat tiga bulan setelah akhir

Tahun Pajak.

3. SPT yang disampaikan langsung ke KPP/KP4 diberikan bukti penerimaan. Dalam hal SPT disampaikan melalui pos secara tercatat, bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai bukti penerimaan.

Setiap WP harus mengambil sendiri formulir SPT di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor


(6)

Wilayah DJP, Kantor Pusat DJP, atau melalui website DJP : http://www.pajak.go.id atau mencetak/ menggandakan/ fotokopi dengan bentuk dan isi yang sama dengan aslinya.

Fungsi SPT Tahunan PPh adalah sebagai sarana bagi wajib pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan pajak penghasilan yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang sbb:

1. Wajib Pajak PPh

Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;

b. penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak; - harta dan kewajiban;

c. pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak.

2. Pengusaha Kena Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :


(7)

b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT Tahunan Apabila WP tidak dapat menyelesaikan/ menyiapkan laporan keuangan tahunan untuk memenuhi batas waktu penyelesaian, WP berhak mengajukan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis disertai surat pernyataan mengenai penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) tahun pajak dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang atau dengan cara lain yang ketentuan diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan.

Pembetulan SPT untuk pembetulan SPT atas kemauan WP sendiri dapat dilakukan sampai dengan daluwarsa, kecuali untuk SPT Rugi atau SPT Lebih Bayar paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa, sepanjang belum dilakukan pemeriksaan. Sanksi administrasi atas pembetulan SPT dengan kemauan Wajib Pajak sendiri setelah Pemeriksaan tetapi belum dilakukan penyidikan 150% dari pajak yang kurang dibayar.

Sanksi bagi WP yang tidak atau terlambat menyampaikan SPT, SPT yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, dikenakan sanksi administrasi berupa denda :


(8)

Tabel 1.1 Sanksi Administrasi

Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak orang pribadi atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.

Subjek PPh Orang Pribadi Dalam Negeri adalah orang pribadi terbagi atas dua golongan yaitu subjek pajak orang pribadi dalam negeri dan subjek pajak orang pribadi luar negeri. Subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam periode 12 bulan dan orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dam mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

Subjek pajak luar negeri adalah orang yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari yang menjalankan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia dan Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak

No Jenis SPT Sanksi

1. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Rp. 100 ribu 2. SPT Tahunan PPh Orang Badan Rp. 1 juta

3. SPT Masa PPN Rp. 500 ribu


(9)

lebih dari 183 hari yang dapat memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan kegiatan usaha melalui BUT di Indonesia.

Di Indonesia sendiri terdapat kategori yang tidak termasuk dalam subjek pajak penghasilan. Diantaranya sebagai berikut :

a. Kantor perwakilan negara asing;

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

c. Organisasi-organisasi internasional, dengan syarat: (a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;

(b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Objek pajak PPh Orang Pribadi Dalam Negeri adalah penghasilan di mana setiap penambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib


(10)

pajak berasal dari dalam negeri maupun luar Indonesia dan dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak / WP.

Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda administrasi bunga 2% (dua persen) sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo pembayaran. Wajib Pajak yang alpa tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan dapat merugikan negara yang dilakukan pertama kali tidak dikenai sanksi pidana tetapi dikenai sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari pajak yang kurang dibayar.

Batas Waktu dalam Pembayaran Pajak terdiri dari berikut :

a. Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atas Masa Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak melewati 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir.

b. Batas waktu pembayaran untuk kekurangan pembayaran pajak berdasarkan SPT Tahunan paling lambat sebelum SPT disampaikan.

c. Jangka waktu pelunasan surat ketetapan pajak untuk Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu paling lama 2 bulan.

Praktek ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sistem pengolahan SPT PPh Tahunan Orang Pribadi yang dikarenakan pada sewaktu kerja paraktek penulis ditugaskan untuk mengetahui dan mengolah SPT PPh Tahunan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees tepatnya di bagian Seksi Pelayanan.


(11)

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis utarakan diatas, maka penulis tertarik untuk membuat Laporan Kerja Praktek dengan judul “Tinjauan Atas Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees”

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Dalam melakukan kerja praktek dalam hal pengolahan SPT PPh Tahunan Orang Pribadiini,dibagian Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees terdapat tata cara yang sudah ditetapkan,demi kelancaran dalam kegiatan pelaksanaannya. Sehingga demi kelancaran inilah terdapat maksud dan tujuan kerja praktek yang dilakukan.

1.2.1 Maksud Kerja Praktek

Maksud dengan melakukan kerja Praktek ini, penulis ingin bermaksud untuk mengetahui prosedur pengolahan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi pada bagian Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees.

Serta untuk mengumpulkan data dan mencari tahu sebanyak mungkin tentang pengolahan SPT PPh Tahunan Orang Pribadi seperti cara pelaksanaan, prosedur bagaimana SPT tersebut di olah sebelum dikirim ke kantor pusat, dan informasi yang sesuai dengan topik yang akan penulis bahas.


(12)

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek

Sedangkan untuk tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dengan mengadakan kerja praktek ini adalah:

1. Untuk mengetahui tata cara pengisian SPT PPh Tahunan Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bandung-Karees .

2. Untuk mengetahui prosedur pengolahan SPT PPh Tahunan Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bandung-Karees.

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Hasil kerja praktek ini diharapkan dapat membantu dan memberikan informasi bagi penulis, instansi Pemerintahan yang diteliti, juga khususnya program studi akuntansi dan tentunya untuk Fakultas Ekonomi di Univeritas Komputer Indonesia dan masyarakat pada umumnya yaitu sebagai berikut: 1. Penulis

a. Bisa melakukan perekaman SPT PPh Tahunan Orang Pribadi. b. Bisa mengklasifikasikan SPT berdasarakan jenis SPT.

c. Bisa melakukan scan nomor barcode SPT PPh orang Pribadi dan menginput nya ke dalam database.

d. Bisa melakukan pengemasan SPT PPh Tahunan Orang Pribadi yang telah di scan kedalam drop box.

e. Memperoleh pengalaman di dunia kerja sebagai studi banding dari apa yang dapat selama perkuliahan dengan kerja praktek ini,


(13)

f. Khususnya penulis bisa melakukan pengolahan SPT PPh Tahunan Oarang Pribadi

2. Instansi Pemerintah

a. Membantu perekaman SPT PPh Orang Pribadi.

b. Membantu mengklasifikasikan SPT berdasarkan jenis SPT.

c. Membantu melakukan pemberian nomor barcode SPT PPh orang Pribadi dan menscan ke dalam database.

d. Membantu melakukan pengemasan SPT yang telah di scan kedalam drop box.

3. Universitas Komputer Indonesia a. Program Studi Akuntansi

Untuk Program Studi Akuntansi yaitu untuk lebih memperkenalkan lagi Prodi Akuntansi Perpajakan dan Sistem Informasi Akuntansi kepada mahasiswanya karena mata kuliah ini sangat penting di dunia kerja khususnya di Instansi Pemerintah.

b. Fakultas Ekonomi

Untuk Fakultas Ekonomi kegunaan diadakan Program Kerja Praktek ini adalah untuk memperkenalkan Prodi Komputer Aplikasi akuntansi khususnya dalam pengoprasian Microsoft Excel.


(14)

1.4 Metode Kerja Praktek

Dalam melaksanakan kerja praktek ini, penulis menggunakan metode Block Relase, yaitu suatu metode yang menjelaskan bahwa pelaksanaan kerja praktek tersebut dilakukan dalam 1 (satu) periode tertentu. Kerja Praktek tersebut dilaksanakan selama 1 (satu) bulan dalam waktu 25 hari kerja yaitu dari hari Senin sampai dengan Jumat.Dimulai dari tanggal 01 Agustus sampai dengan 26 Agustus 2011.Pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu kerja yang terdapat pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam menyusun laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Riset Lapangan (Field Research)

Riset Lapangan (Field Research) yaitu merupakan penelitian yang dilakukan penulis dengan cara terjun langsung pada objek penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan metode pengambilan data yang tersedia dilapangan yaitu:

a. Pengamatan (Observation)

Penulis melakukan pengamatan secara langsung dan mempelajari kegiatan-kegiatan mengenai masalah yang akan dibahas oleh penulis, serta ikut turun langsung dalam pengerjaan pekerjaan tertentu yang berkaitan dengan akuntansi pajak di bagian Seksi Pelayanan yang dikhususkan pada pengolahan SPT PPh Tahunan Orang Pribadi.


(15)

b. Wawancara (Interview)

Penulis langsung melakukan Tanya jawab dengan Kepala Bagian dan Staf di bagian Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung-Karees selaku orang yang bertanggung jawab di bagian tersebut untuk mendapatkan perizinan kerja praktek dan juga untuk meminta data yang akan dilakukan untuk membuat laporan kerja praktek yang dilakukan secara tidak terstruktur. Penulis langsung menanyakan apa yang akan dijadikannya sebagai bahan penulisan pada laporannya.

c. Dokumentasi (Document)

Bukti-bukti dan dokumen-dokumen pendukung yang berkaitan dengan objek penelitian yang diperlukan penulis untuk dijadikan bahan dalam pembuatan laporan kerja praktek seperti lembar formulir SPT PPh Tahunan Orang Pribadi, kemudian Strukutur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

2. Studi Pustaka (Library research)

Yaitu suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dari berbagai macam bahan bacaan,.Juga bacaan–bacaan yang ada di perpustakaan baik buku–buku, diktat dan bahan–bahan lain yang ditulis dan disusun rapi oleh beberapa penulis yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas. Salah satu buku yang dipakai oleh penulis dalam mengerjakan laporan ini adalah


(16)

1. Rahayu Kurnia Siti dan Suhayati Ely,2010 .PERPAJAKAN INDONESIA : Teori dan Teknis Perhitungan, Yogyakarta : Graha Ilmu.

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

1.5.1 Lokasi Kerja Praktek

Dalam melakukan kegiatan Kerja Praktek ini penulis mengambil lokasi kuliah kerja praktek yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung-Karees di bagian Seksi Pelayanan Jl. Ibrahim Adjie No. 372 Bandung, Telp (022) 7333355 – 7337010 – 7333180, Fax (022) 7337015.

1.5.2 Waktu Kerja Praktek

Penulis melakukan kegiatan kerja praktek dimulai pada tanggal 1 s/d 26 Agustus 2011. Berikut ini adalah aktivitas kerja dan aktivitas kantor di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung-Karees pada bagian Seksi Pelayanan, serta tabel jadwal pelaksanaan kerja praktek yaitu:


(17)

Tabel 1.2

Aktivitas Kerja Praktek dan Aktivitas di Kantor

No Aktivitas Hari Waktu

1 Kerja Praktek Senin s/d Jum’at 07:30 s/d 16:00 WIB

2 Istirahat

Senin s/d Kamis 12:00 s/d 13:00 WIB

Jum’at 12:30 s/d 13:00 WIB


(18)

Tabel 1.3

Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

NO KEGIATAN

BULAN JUNI 2011 JULI 2011 AGUS 2011 SEPT 2011 OKT 2011 NOV 2011 DES 2011

I TAHAP PERSIAPAN

KERJA PRAKTEK

1. Permohonan Surat Kerja Praktek 2. Pengajuan Kerja

Praktek Ke Instansi 3. Persetujuan Kerja

Praktek

II TAHAP

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

1. Meminta surat keterangan dari instansi 2. Kerja Praktek 3. Pengambilan dan

pengumpulan data instansi

III PELAPORAN KERJA PRAKTEK

1. Bimbingan Kerja Praktek dengan pembimbing akademik

2. Bimbingan Kerja Praktek dengan pembimbing instansi 3. Pembuatan

Laporan 4. Ujian Kerja Praktek

5. Pengumpulan Laporan Kerja Praktek


(19)

(20)

19 BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

Sejak zaman pejajahan Belanda, pemungutan pajak memang sudah dilaksanakan dan ditangani oleh suatu badan yang bernama De Inspective Emantiem yang mengurus masalah pemungutan pajak dari rakyat secara paksa berdasarkan Undang-Undang colonial Belanda yang berlaku pada saat itu dan hasilnya digunakan untuk kepentingan penjajah.

Pada waktu penyerahan pemerintah penjajahan Belanda kepada pemerintah Jepang pada tanggal 9 Maret 1942, maka nama DeInspective Emantiem diganti menjadi Zaimuda, yaitu suatu badan dibawah pemerintah Jepang yang mengurus masalah keuangan.

Namun Zaimuda tidak bertahan lama karena jepang menyerah kepada sekutu. Pada saat kekosongan kekuasaan itu, Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, sehingga nama Zaimuda diganti dengan “Inpeksi Keuangan” yang berkedudukan di Concordia (Gedung Merdeka) jalan raya barat (sekarang jalan Asia Afrika). Inpeksi keuangan Bandung meliputi daerah swantara tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung, Sumedang, Karawang, Bekasi, Purwakarta, Subang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar.


(21)

Ketika terjadi Agresi Militer Belanda I, pasukan Belanda menguasai wilayah Bandung Utara, sedangkan pemerintah Indonesia bertahan di sebelah selatan. Oleh karena itu, inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke Soreang (Bandung Selatan) agat tidak menggangu keamanan. Tetapi akibat revolusi yang berkepanjangan maka peperangan tidak dapat dihindarkan, dan pada saat terjadi Agresi Militer Belanda II pada tanggal pada tanggal 19 Desember 1948, ibukora RI yang pada saat itu berada di Yogyakarta direbut oleh Belanda. Untuk menghindari serangan tersebut, maka kantor inspeksi Keuangan Bandung pindah ke Tasikmalaya. Dengan keadaan tersebut maka terbentuklah perbedaan teknis yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Aliran Cooperatif

Kelompok ini berkerja sama dengan Belanda dan menolak pindah ke Tasikmalaya.

2. Aliran Non cooperative

Kelompok ini pindah ke Tasikmalaya dan tidak bekerja sama dengan Belanda.

Setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia, maka kantor inspeksi Keuangan Bandung yang berkedudukan di Tasikmalaya bergabung kembali dengan kantor inspeksi Keuangan yang berada di Bandung, yaitu di Jalan Raya Barat (sekarang Jalan Asia Afrika), tepatnya di sebelah Hotel Savoy Homan.

Seiring dengan perkembangan zaman dan bertambahnya jumlah penduduk serta berkembangnya tingkat ekonomi masyarakat, maka pada tahun 1965


(22)

kantor inspeksi Keunagan Bandung (termasuk kantor Inspeksi keunagan lainnya di Indonesia), berubah namanya menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Dengan daerah wewenangnya meliputi daerah Swantara Tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika no. 114 Bandung, sementara Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Purwakarta, dan Subang yang berkedudukan di Karawang. Inspeksi Pajak Bandung dipecah lagi pada tahun 1967 menjadi :

1. Inspeksi Pajak Bandung yang meliputi: Kota Praja Bandung dan Kabupaten Sumedang.

2. Inspeksi Pajak Tasikmalaya yang meliputi: Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar yang berkedudukan di Tasikmalaya.

Dengan berkembangnya penduduk di berbagai bidang dan perkembangan pembangunan di berbagai sector, khususnya di Kota Bandung, maka Inspeksi Pajak ini dipecah lagi menjadi dua Inspeksi Pajak yaitu :

1. Inspeksi Pajak Bandung Timur yang berkedudukan di Jala Asia Afrika no. 114 Bandung (termasuk Kabupaten Sumedang).

2. Inspeksi Pajak Bandung Barat yang berkedudukan di Jalan Soekarno-Hatta Bandung.

Sesuai Surat Keputusan Menkeu RI No. 276/KMK/1989, terhitung mulai tanggal 1 April 1989 seluruh Kantor Pajak di Indonesia namanya berubah menjadi “Kantor Pelayanan Pajak”. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan


(23)

Menkeu RI No. 561/KMK.01/1992, tanggal 21 Mei 1992, Organisasi Direktorat Jendral Pajak diadakan reorganisasi menjadi 120 Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dan jumlah KPP di Kodya Bandung menjadi 4 (empat) Kantor Pelayanan Pajak, terdiri dari:

Table 2.4

Kantor Pelayanan Pajak Kodya Bandung Tahun 1992

No Nama Kantor Pelayanan Pajak Alamat

1 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bandung Timur Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung

2 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bandung Tengah

Jalan Purnawarman No.21 Bandung

3 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bandung Barat Jalan Soekarno-Hatta Bandung

4 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bandung Cimahi

Jalan Raya Barat Cimahi

Sumber : KPP Pratama bandung karees

Dalam rangka meningkatkan penerimaan dan pemberian pelayanan pajak kepada masyarakat secara selektif dan efisien, maka perlu diadakan kembali penetapan mengenai organisasi dan tata cara kerja Direktorat Jendral Pajak.

Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 756/KMK.01/1993, tanggal 3 Agustus 1993, yang disempurnakan dengan Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994, tanggal 29


(24)

Maret 1994 serta penyesuaian dengan wilayah Pemerintah Tingkat II Kota madya Bandung, maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Kota Madya Bandung dilakukan pemecahan kembali menjadi 5 (lima) Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

Table 2.5

Kantor Pelayanan Pajak Kodya Bandung Tahun 1994

No Nama Kantor Pelayanan Pajak Alamat

1 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Karees Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung

2 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Cibeunying Jalan Purnawarman No.21 Bandung

3 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Tegallega Jalan Soekarno-hatta No. 216 Bandung

4 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bojonagara Jalan Cipaganti No. 157 Bandung

5 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Cimahi Jalan Raya Barat Cimahi

Sumber : KPP Pratama bandung karees

Berdasarkan Surat Keputusan Menkeu RI No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2002, terhitung mulai tanggal 1 Februari 2002, KPP di Bandung dibagi menjadi :


(25)

Table 2.6

Kantor Pelayanan Pajak Kodya Bandung Tahun 2002

No Nama Kantor Pelayanan Pajak Alamat

1 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Karees Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung

2 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Cibeunying Jalan Purnawarman No.21 Bandung

3 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Tegallega Jalan Soekarno-hatta No. 216 Bandung

4 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bojonagara Jalan Cipaganti No. 157 Bandung

5 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Cicadas Jalan Soekarno-Hatta No. 781 Bandung

6 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Cimahi Jalan Raya Barat Cimahi Sumber : KPP Pratama bandung karees

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007, tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroprasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Barat I dan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Barat II tanggal


(26)

28 Agustus 2007, terhitung mulai tanggal 9 Agustus 2007, KPP di Bandung dibagi menjadi :

Table 2.7

Kantor Pelayanan Pajak Kodya Bandung Tahun 2007

No Nama Kantor Pelayanan Pajak Alamat

1 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Karees Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung

2 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Cibeunying Jalan Purnawarman No.21 Bandung

3 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Tegallega Jalan Soekarno-hatta No. 216 Bandung

4 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bojonagara Jalan Cipaganti No. 157 Bandung

5 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Cicadas Jalan Soekarno-Hatta No. 781 Bandung

Sumber : KPP Pratama bandung karees

Adapun wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Karees meliputi:

1. Kecamatan Kiaracondong 2. Kecamatan Batununggal 3. Kecamatan Lengkong 4. Kecamatan Regol


(27)

5. Kecamatan Bandung Kidul

2.2Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

Struktur organisasi disusun sebagai syarat mutlak atau yang harus ada dalam setiap perusahaan atau lembaga, karena struktur organisasi membagi peranan serta tanggungjawab wewenang tiap-tiap seksi yang ada dalam perusahaan atau lembaga.

Struktur organisasi ini dibuat atau disusun agar tidak terjadi adanya kesalahan dalam pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian atau staf. Dengan demikian, sangat jelas tampak adanya pemisah fungsi sehingga tidak terjadi saling menyalahkan dan saling menghambat yang dapat timbul karena pengorganisasian yang kurang baik.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees merupakan kantor pajak yang memiliki pembagian tugas atau jabatan sesuai dengan kantor pelayanan pajak lainnya. Namun dalam pelaksanaanya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees dikenal oleh masyarakat yang selalu sigap dalam membantu wajib pajak untuk menyelesaikan pembayaran pajak, dengan keramahan dalam pelayanan sehingga wajib pajak merasa nyaman dan terpuaskan.

Dalam pelaksanaanya sebagai lembaga keuangan negara atau pemerintah, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees membuat struktur organisasi sebagaimana terlampir, namun dalam proses praktek kerja penulis di tempatkan pada sub bagian Pelayanan.


(28)

STUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG KAREES

Sumber : KPP Pratama Bandung Karees

Gambar 2.1

Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Karees

KEPALA KANTOR KELOMPOK FUNGSIONAL PEMERIKSA SUB BAGIAN UMUM SEKSI PENGOLAHAN DATA & INFORMASI SEKSI PELAYANAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENGAWASAN & KONSULTASI II SEKSI PENGAWASAN & KONSULTASI II SEKSI PENGAWASAN & KONSULTASI III SEKSI PENGAWASAN &

KONSULTASI IV

ACCOUNT REPRESENTATIVES


(29)

2.3 Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

Dalam pelaksanaan kegiatan perpajakan di KPP Pratama Bandung Karees terdapat beberapa bagian yang mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan kegiatan perpajakan.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama bertugas melaksanakan : - Penyuluhan

- Pelayanan

- Pengawasan ( pemeriksaan dan penagihan )

1. Sub Bagian Umum mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan perlengkapan.

2. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan. 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan

pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumentasi perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling, dan penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, dan kerjasama perpajakan.


(30)

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pengawasan kepatuhan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak, konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi, dan melaksanakan evaluasi hasil banding.

6. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan aturan pelaksanaan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran SP3, dan administrasi pemeriksaan lainya.

7. Seksi penagihan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak.

8. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan koordinasi dengan seksi pemeriksaan pejabat fungsional penilaian dan berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.

2.4 Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

Bagian Seksi Pelayanan merupakan salah satu bagian penting di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung-Karees untuk melaksanakan kegiatan pengadministrasian perpajakan.

Berikut ini merupakan aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh bagian Seksi Pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung-Karees :

1. Melaksanakan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan. 2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.


(31)

4. Penyuluhan perpajakan.


(32)

31 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Penulis melakukan kegiatan kuliah kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Kares di bagian Seksi Pelayanan, dalam pelaksanaannya penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan di bidang pengolahan SPT PPh Tahunan Orang Pribadi.

Disetiap perusahaan/instansi pasti mempunyai kewajiban pada ketentuan yang harus diikuti dalam mengolah data untuk keperluan perusahaan. Hal ini berhubungan dengan pencatatan dokumen untuk suatu instansi dan menyiapkan beragam laporan yang berasal dari catatan – catatan yang diambil dari dokumen tersebut.

3.1.1 Tata Cara Pengisian SPT PPh Tahunan Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees bagian Seksi Pelayanan

Tata cara pengisian SPT PPh Tahunan Orang Pribadi tidak terlepas dari adanya tata cara pengisiannya secara benar. Dari tahap pengisian SPT 1770 S dilanjutkan dengan tahap berikutnya, untuk lebih jelas nya bisa dilihat flow chart di bahah ini :


(33)

Sumber : KPP Pratama Bandung Karees

Gambar 3.1


(34)

Adapun tahap pengisian SPT 1770 S secara umum pada flow chart diatas sebagai berikut:

1. Pengisian formulir SPT 1770 S (Induk SPT) 2. Pengisian formulir SPT 1770 S-I

3. Pengisian formulir SPT 1770 S-II 4. Pengisian formulir SPT 1770 S lampiran 5. Pengisian fomulir SPT 1721- A1

3.1.2 Prosedur Pengolahan SPT PPh Tahunan Orang Pribadi pada KPP PratamaBandung Karees

Prosedur pengolahan SPT PPh Tahunan Orang Pribadi meliputi penyampaian SPT oleh Wajib Pajak dahulu, kemudian dilanjutkan dengan berbagai tahapan lainnya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di flow chart di bawah ini :


(35)

Sumber : KPP Pratama Bandung Karees

Gambar 3.2

Prosedur Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees. (1)


(36)

Sumber : KPP Pratama Bandung Karees

Gambar 3. 3

Prosedur Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees. (2)


(37)

Adapun tahap pengolahan SPT secara umum pada flow chart diatas sebagai berikut:

1. Tahap Pelaporan SPT.

a. Tahap penyampaian SPT oleh Wajib pajak.

2. Tahap Pemeriksaan oleh Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) . b. Tahap penelitian tempat terdaftar WP.

c. Tahap pengecekan kelengkapan SPT. 3. Seksi Pusat Data dan Informasi.

a. Menerima dan meneliti tempa WP terdaftar. 4. Seksi Pelayanan

a. Menerima dan menatausahakan SPT Lebih Bayar. 5. Account Representatives

a. Meneliti dan memproses SPT yang bermasalah atau terlambat sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

6. Tata Pemeriksaan

a. Melakukan pemeriksaan terhadap SPT Lebih Bayar. 7. Kepala Seksi pelayanan

a. Meneliti dan menandatangani surat permintaan kelengkapan SPT. b. Melakukan penyampaian dokumen di KPP.


(38)

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Prosedur pengisian SPT PPh Tahunan Orang Pribadi tidak terlepas dari adanya tata cara pengisian nya secara benar. Adapun prosedur untuk pengisian SPT secara benar, yaitu :

Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 perlu diperhatikan bahwa :

1. Setiap WP wajib mengisi dan menyampaikan SPT PPh Tahunan dengan benar, lengkap, jelas dan menandatanganinya.

2. Setiap WP yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT PPh Tahunan atau menyampaikan SPT PPh Tahunan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Bentuk Dan Isi Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan ( PPh ) Formulir 1107.

SPT PPh Tahunan Orang Pribadi bentuk formulir 1770 S terdiri dari : a. Induk SPT

b. Lampiran 1770 S, baik dalam bentuk formulir kertas (hard copy) atau data elektronik, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan nama formulir sebagai berikut :


(39)

No Nama Formulir Keterangan

1 SPT Tahunan PPh Orang Pribadi (Sederhana) Induk SPT

2

Penghasilan yang dikenakan PPh final, Penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri, Penghasilan yang tidak termasuk objek PPh, Daftar harta, dam Daftar Kewajiaban.

Lampiran 1770 S

a. Lampiran SPT PPh Tahunan Orang Pribadi yaitu : Lampiran – Penghasilan yang dikenakan PPh final, Penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri, Penghasilan yang tidak termasuk objek PPh, Daftar harta, dam Daftar Kewajiaban.

SPT Tahuanan dibuat rangkap 2 (dua): 1. Lembar ke-1 Untuk KPP, dan 2. Lembar ke-2 Untuk WP.

b. Jumlah rupiah PPh dihitung dalam satuan rupiah penuh (dibulatkan ke bawah).

c. Dalam hal jumlah Rupiah adalah NIHIL karena: 1. Tidak ada nilainya, atau

2. Penjumlahan dan/atau pengurangan Rupiah menghasilkan NIHIL. maka dalam lajur kolom jumlah Rupiah yang bersangkutan ditulis angka 0 (Nol).

d. Sebelum disampaikan ke KPP atau KP4, SPT Tahunan PPh Orang Pribadi harus ditandatangani, diberi nama jelas, jabatan dan cap


(40)

perusahaan. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang disampaikan namun tidak ditandatangani, dikategorikan sebagai SPT yang tidak lengkap, dan dianggap tidak disampaikan.

e. Dalam hal terdapat kesulitan dalam pengisian SPT Masa PPN, agar menghubungi KPP atau KP4.

3.2.1 Teknis Tata Cara Pengisian SPT PPh Tahunan Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees

Tata Cara Pengisian SPT Tahunan pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees didasarkan pada tata cara pengisian yang telah diatur oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sehingga secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengisian Formulir SPT 1770 S (Induk SPT)

Tata cara Pengisian formulir SPT 1770 S (Induk SPT) bisa diuraikan sebagai berikut :


(41)

Sumber : KPP Pratama Bandung Karees

Gambar 3.4


(42)

Adapun cara pengisian SPT Tahunan OP 1770 S secara umum pada gambar diatas yaitu sebagai berikut :

a. Nomor NPWP diisi sesuai nomor NPWP yang dimiliki oleh para WP. b. Nama diisi dengan lengkap.

c. Alamat diisi dengan lengkap.

d. Kelurahan/Kecamatan diisi sesuai tempat tinggal WP. e. Kota/Kode Pos diisi sesuai tempat tinggal WP. f. Pekerjaan diisi sesuai dengan pekerjaan WP

g. Alamat tempat kerja diisi sesuai dengan daerah tempat kerja WP berada. h. Nomor telepon diisi dengan nomor telepon tempat WP bekerja.

A. Penghasilan Netto

1. Penghasilan Neto dalam nengeri sehubungan dengan pekerjaan (Diisi dariformulir 1770 S-1 jumlah bagian A kolom 5).

2. Penghasilan dalam negeri lainnya (Diisi dari Formulir 1770 S-I jumlah Bagian B Kolom (5) ).

3. Penghasilan neto luar negeri ( Diisi dari lampiran tersendiri). 4. Jumlah penghasilan neto ( Diisi dari jumlah 1 + 4 ).

B. Penghasilan Kena Pajak

5. Zakat atas penghasilan (Diisi jumlah zakat atas penghasilan yang menjadi objek pajak yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah sesuai dengan bukti setoran yang sah).


(43)

6. Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) (diisi dari perhitungan jumlah PTKP).

Yang menjadi penghasilan tidak kena pajak ialah : a. Mempunyai istri

b. Mempunyai anak

c. Keluarga segaris/sebenda, Besar tanggungan maksimal adalah 3 orang

7. Diisi dari penjumlahan no 5 + 6.

8. Penghasilan kena pajak ( Diisi dari no 4 – 7 ). C. PPh Terutang

9. PPh terutang Diisi dengan hasil penerapan tarif Pasal 17 UU PPh atas Penghasilan Kena Pajak yang tercantum pada Huruf B Angka 8. Tarif PPh adalah sebagai berikut:

10. Pengembalian / Pengurangan PPh Pasal 24 yang telah di kredit kan (Diisi dengan selisih antara besarnya pajak yang telah dikreditkan dengan besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia setelah

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

0 s.d Rp. 50.000.000 5%

di atas Rp. 50.000.000 s,d Rp. 250.000.000 15% di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 100.000.000,00 15% di atas Rp 100.000.000,00 s.d. Rp 200.000.000,00 25%


(44)

adanya pengembalian / pengurangan pajak penghasilan yang dibayar / dipotong / terutang di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5) UU PPh, yang diterima dalam tahun pajak yang bersangkutan sepanjang pengembalian / pengurangan bukan disebabkan oleh adanya perubahan penghasilan. Oleh karena PPh yang dibayar / dipotong / terutang di luar negeri tersebut semula telah dikreditkan dari Pajak Penghasilan yang terutang dalam SPT Tahunan PPh, maka dengan pengurangan / restitusi atas Pajak Penghasilan yang dibayar / dipotong / terutang di luar negeri tersebut menyebabkan pengkreditan tersebut menjadi lebih besar dari yang seharusnya. Selisih tersebut harus dibayar kembali dengan menambahkan pada Pajak Penghasilan terutangdalam tahun ini).

11. Jumlah PPh Terutang ( Diisi dari no 9 + 10 ). D. Kredit Pajak

12. PPh yang dipungut/dipotong oleh pihak lain/ditanggung pemerintah dan atau terutang luar negeri (Diisi Hasil Penjumlahan dari Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian C Kolom (5) dan Kolom (6) ).

13. PPh yang harus dibayar sendiri atau PPh yang lebih dipotong/dipungut (Diisi dengan hasil pengurangan dari Angka 11 dengan Angka 12. Beri tanda (X) dalam kotak yang sesuai ).

14. PPh yang harus dibaya sendiri

a. Pasal 25 ( Diisi dengan jumlah PPh yang telah dibayar sendiri oleh Wajib Pajak selama 25 tahun pajak yang bersangkutan berupa


(45)

PPh Pasal 25 tahun pajak yang bersangkutan termasuk jumlah pelunasan PPh yang terutang berdasarkan penghitungan sementara dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan ).

b. STP PPh PASAL 25 (Hanya Pokok Pajak) Diisi dengan jumlah Pajak Penghasilan yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP) untuk tahun pajak yang bersangkutan termasuk Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan Pasal 25 ayat (7) dari Pengusaha Tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan lain yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final, tidak termasuk sanksi administrasi berupa bunga dan / atau denda. c. Fiskal luar negeri Diisi dengan jumlah pembayaran uang Fiskal

Luar Negeri yang dilakukan sendirioleh Wajib Pajak, isteri, anak / anak angkat yang belum dewasa, yang menjadi tanggungan sepenuhnya dalam tahun pajak yang bersangkutan. Termasuk juga pembayaran uang fiskal luar negeri yang ditanggung Wajib Pajak atas nama pegawai sehubungan dengan penugasan pegawai tersebut ke luar negeri dalam tahun pajak yang bersangkutan tidak termasuk isteri, anak / anak angkat dari pegawai yang bersangkutan. Apabila pegawai ke luar negeri bukan dalam rangka hubungan kerja, seperti ekspatriat berlibur kembali ke negaranya, maka pembayaran fiskal tersebut tidak boleh dimasukkan disini, termasuk isteri, anak/ anak angkat dari pegawai tersebut (Pasal 25


(46)

ayat (8) UU PPh, Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2001).

d. Kredit Pajak ( Diisi dari hasil penjumlahan a + b + c ). E. PPh Kurang / lebih bayar

15. PPh yang kurang dibayar (PPh Pasal 29) atau PPh yang lebih bayar (PPh Pasal 28A) Diisi dengan hasil pengurangan Angka 13 dengan Angka 15. Beri tanda (X) dalam kotak yang sesuai. Dalam hal tidak terdapat pajak yang harus dibayar, maka cantumkan kata “NIHIL” pada ruang yang harus diisi. Apabila terdapat jumlah pajak yang kurang dibayar, jumlah tersebut harus dibayar lunas selambat-lambatnya tanggal 25 (dua puluh lima) bulan ketiga setelah tahun pajak / tahun buku berakhir sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan disampaikan. Cantumkan tanggal pembayaran tersebut pada tempat yang tersedia.

F. Permohonan

16. Permohonan Hanya diisi apabila terdapat jumlah PPh yang lebih bayar pada Angka Kredit Pajak.Wajib Pajak harus memberi tanda silang (X) dalam kotak yang tersedia.Permohonan tidak berlaku apabila kelebihan bayar berasal dari PPh yangditanggung pemerintah dan zakat.

G. Angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak berikutnya

Diisi dengan besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak berikutnya. Berilah tanda (X) pada salah satu kotak.


(47)

a. Apabila PPh Pasal 25 tahun berikutnya dihitung berdasarkan 1/12 dari jumlah PPh yang harus dibayar sendiri pada Angka 13.

b. Apabila PPh Pasal 25 dihitung tersendiri, jika terdapat penghasilan tidak teratur dan terdapat pembayaran zakat atas penghasilan.

H. Penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final dan dikenakan pajak tersendiri.

Dalam kolom ini diisi apabila WP mempunyai penghasilan yang termasuk ke dalam bagian dari kolom tersebut ( a hingga j).

I. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak

Diisi apabila WP mempunyai jumlah penghasilan yang tidak termasuk objek pajak yang termasuk ke dalam bagian dari kolom tersebut (a hingga e).

J. Jumlah Pajak Penghasilan

Diisi dari (Jumlah dari Huruf C Angka 11 + Jumlah Huruf H). K. Harta dan Kewajiban

1. Jumlah harta diisi dari Formulir 1770 S-II Bagian A Jumlah Kolom (4). 2. Jumlah kewajiban diisi dari Formulir 1770 S-II Bagian B Jumlah Kolom

(4). L. Lampiran

a. Fotokopi Formulir 1721-A1 atau 1721-A2 atau Bukti Potong PPh Pasal21 Wajib dilampirkan oleh semua Wajb Pajak Orang Pribadi yang mempunyaipenghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja.


(48)

b. Daftar Susunan Keluarga Yang Menjadi Tanggungan Wajib Pajak Wajib dilampirkan oleh Wajib Pajak yang mempunyai tanggungan. c. Surat Setoran Pajak lembar ke-3 PPh Pasal 29 Wajib dilampirkan oleh

semua Wajib Pajak, kecuali apabila tidak ada setoran akhir (nihil). Dalam hal Wajib Pajak melakukan pembayaran dengan media e– payment melalui bank-bank persepsi tertentu yang telah ditunjuk oleh DirektoratJenderal Pajak, lampirkan bukti pembayaran pajak yang sah sebagai penggantiSSP lembar ke-3.

d. Surat Kuasa Khusus Wajib dilampirkan oleh Wajib Pajak yang pengisian SPT Tahunannya dikuasakan kepada pihak lain yang berkompeten.

e. Lampiran Lainnya Seperti Fotokopi Bukti Setoran Zakat dan lain-lain. M. Pernyataan

Pernyataan ini dibuat sehubungan dengan jaminan akan kebenaran dan kelengkapan pengisian SPT Tahunan. Apabila ternyata diisi dengan tidak benar dan/atau tidak lengkap, Wajib Pajak akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sehubungan dengan itu, Wajib Pajak atau kuasanya wajib menandatangani, membubuhkan nama lengkap dan NPWP serta mencantumkan tanggal, bulan dan tahun diisinya SPT pada tempat yang tersedia. Beri tanda silang (X) dalam kotak yang sesuai.


(49)

2. Pengisian Formulir SPT 1770 S - I

Setelah formulir 1770 S (induk SPT) selesai diisi, kemudian dilanjutkan dengan mengisi formulir 1770-SI. Adapun cara pengisiannya sebagai berikut : a. Nomor NPWP diisi sesuai nomor NPWP yang dimiliki oleh para WP. b. Nama diisi dengan lengkap oleh WP.

Bagian A : Penghasilan neto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan. 1. Kolom 2 diisi dengan nama pemberi kerja atau perusahaan dimana WP

mendapatkan penghasilannya.

2. Kolom 3 diisi dengan jumlah penghasilan bruto yang didapat oleh WP. 3. Kolom 4 diisi dengan pengurang penghasilan bruto.

4. Bruto dikurang dengan pengurang penghasilan bruto.

5. Kolom 5 diisi dengan penghasilan netto hasil dari penghasilan Bagian B : Penghasilan netto dalam negeri lainnya.

1. Bunga : Dalam pengertian bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan lain sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, baik yang dijanjikan maupun tidak, yang diterima atau diperoleh wajib pajak sendiri, isteri dan anak / anak angkat yang belum dewasa Pasal 4 ayat (1) huruf f, Pasal 8, dan Pasal 23 UU.

2. Deviden : Yang dimaksud dengan dividen adalah bagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri dan anak / anak angkat yang belum dewasa selaku pemegang saham atau pemegang polis asuransi dan anggota koperasi.


(50)

3. Royalti : Yang dimaksud dengan royalti adalah setiap imbalan dengan nama apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri dan anak / anak angkat yang belum dewasa sehubungan dengan penyerahan penggunaan hak kepada pihak lain.

4. Sewa : Yang dimaksud dengan sewa adalah setiap imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri dan anak / anak angkat yang belum dewasa sehubungan dengan penggunaan harta oleh pihak lain, harta gerak misalnya sewa pemakaian mobil, sewa alat-alat berat (Pasal 4 ayat (1) huruf i, Pasal 8, dan Pasal 23 UU PPh).

5. Penghargaan dan Hadiah :

a. Hadiah undian Yang dimaksud hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang pemberiannya melalui cara undian.

b. Hadiah dan penghargaan perlombaan Yang dimaksud dengan hadiah dan penghargaan perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang diberikan melalui suatu perlombaan atau adu ketangkasan, misalnya dari :

1. perlombaan olah raga;

2. kontes kecantikan / busana, kontes lainnya; 3. kuis di televisi / radio;


(51)

c. Penghargaan atas suatu prestasi tertentu, misalnya penghargaan atas penemuan benda purbakala, penghargaan dalam menjualkan suatu produk.

d. Hadiah sehubungan dengan pekerjaan pemberian jasa dan kegiatan lainnya yang pemberiannya tidak melalui cara undian atau perlombaan.

6. Keuntungan dari pengalihan/penjualan harta : Yang dimaksud dengan keuntungan dari penjualan / pengalihan harta ialah penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan anak / anak angkat yang belum dewasa sehubungan dengan penjualan / pengalihan harta.

7. Penghasilan dari luar usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan anak / anak angkat yang belum dewasa selain yang telah disebutkan di atas agar disebutkan jenis penghasilannya dengan jelas. Bila kolom ini tidak mencukupi dapat dibuat pada lampiran tersendiri. Penghasilan tersebut misalnya :

1. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;

2. Keuntungan karena pembebasan utang;

3. Penerimaan dari piutang yang telah dihapuskan; 4. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

5. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. (Pasal 4 dan Pasal 8 UU PPh).


(52)

Bagian C : Daftar pemungutan/pemotongan PPh oleh pihak lain yang ditanggung pemerintah.

Bagian ini merupakan rincian angsuran Pajak Penghasilan berupa pemotongan/ pemungutan oleh pihak lain dan PPh yang ditanggung Pemerintah yang diperhitungkan sebagai kredit pajak (Pasal 28 UU PPh, Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1994 dan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2003). 1. Kolom 1 diisi dengan nomor

2. Kolom 2 diisi dengan nama dan NPWP pemotong/pemungut pajak. 3. Kolom 3 diisi dengan nomor dan tanggal bukti pemotongan/pemungutan. 4. Kolom 4 diisi dengan jenis pajak

5. Kolom 5 diisi dengan jumlah PPh yang dipotong/dipungut. 6. Kolom 6 diisi dengan jumlah PPh yang ditanggung pemerintah.

3. Pengisian Formulir SPT 1770 S - II

Setelah formulir 1770-S I selesai diisi, kemudian dilanjutkan dengan mengisi formulir 1770-S II. Adapun cara pengisiannya sebagai berikut :

a. Nomor NPWP diisi sesuai nomor NPWP yang dimiliki oleh para WP. b. Nama diisi dengan lengkap oleh WP.

Bagian A : Daftar Harta

Bagian ini diisi dari jumlah harta yang dimiliki oleh WP baik itu berupa rumah, kendaraan, tabungan, saham, dan lainnya.

Bagian B : Daftar Kewajiban


(53)

4. Pengisian Formulir SPT 1770 S Lampiran

Setelah formulir 1770-S II selesai diisi, kemudian dilanjutkan dengan mengisi formulir 1770-S lampiran. Adapun cara pengisiannya sebagai berikut : a. Nomor NPWP diisi sesuai nomor NPWP yang dimiliki oleh para WP. b. Nama diisi dengan lengkap.

Bagian ini diisi dari adanya tanggungan yang dimilki oleh WP diantaranya:

1. Istri. 2. Anak.

3. Keluarga sebenda atau segaris.

5. Pengisian Formulir SPT 1721 A1

Setelah formulir 1770-S lampiran selesai diisi, kemudian dilanjutkan dengan mengisi formulir 1721-A1. Formulir ini diisi oleh pemberi kerja atau perusahaan dimana WP mendapatkan penghasilan atas pekerjaannya. Adapun cara pengisiannya sebagai berikut :

1. Nomor urut diisi sesuai nomor urut WP.

2. NPWP pemotong pajak diisi NPWP perusahaan pemberi kerja. 3. Nama NPWP pemotong pajak diisi nama perusahaan pemberi kerja. 4. Alamat diisi alamat perusahaan pemberi kerja.

5. Nama pegawai atau penerima pensiun diisi nama WP penerima penghasilan.


(54)

6. NPWP pegawai atau penerima pensiun diisi NPWP WP penerima penghasilan.

7. Jabatan diisi jabatan WP penerima penghasilan didalam perusahaan.

8. Status, jenis kelamin, dan karyawan asing diisi sesuai status WP , diisi dengan member tanda X.

9. Jumlah tanggungan untuk PTKP diisi berapa jumlah tanggungan WP penerima penghasilan.

10. Masa perolehan penghasilan diisi masa penghasilan atau tahun penghasilan didapat.

A. Penghasilan Bruto

1. Nomor 1 Gaji / Pensiun / THT diisi oleh gaji WP penerima penghasilan di setahunkan.

2. Nomor 2 Tunjuangan PPh diisi apabila WP mendapatkan tunjangan dari perusahaan.

3. Nomor 3 Tunjangan Lodaya, Uang lembur apabila WP mendapatkan tunjangan tersebut.

4. Nomor 4 Honorarium dan imbalan lainnya diisi apabila WP mendapatkan tunjangan tersebut.

5. Nomor 5 Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja diisi apabila ada asuransi yang dibayar oleh perusahaan permberi kerja.

6. Nomor 6 Penerimaan dalam bentuk Natura dan Kenikmatan seperti tunjangan sembako, tunjangan kesehatan diisi apabila WP mendapatkan tunjangan tersebut.


(55)

7. Nomor 7 jumlah angka 1 s/d 6 dijumlahkan seluruhnya.

8. Nomor 8 Tantem, Bonus, Gratifikasi, Jasa Produksi, dan THR diisi apabila WP mendapatkannya dari pemberi kerja.

9. Nomor 9 jumlah Penghasilan Bruto angka 7 + 8 . B. Pengurang

10. Nomor 10 Biaya Jabatan / Pensiunan atas penghasilan pada angka 7 diisi dari perhitungan 5% x Penghasilan Bruto setahun, atau Rp. 108.000 perbulan. Minimal Rp. 1.000.000.

11. Nomor 11 Biaya Jabatan / Pensiunan atas penghasilan pada nomor 8 diisi dari perhitungan 5% x Penghasilan Bruto setahun, atau Rp. 108.000 perbulan. Minimal Rp. 1.000.000.

12. Nomor 12 Iuran / THT / JHT diisi dari iuran yang dipotong oleh perusahaan.

13. Nomor 13 Jumlah pengurang diisi dari penjumlahan nomor 10 s/d 12. C. Penghitungan PPh Pasal 21

14. Nomor 14 jumlah penghasilan neto diisi dari hasil pengurangan nomor 9 – 13.

15. Nomor 15 Penghasilan Neto masa sebelumnya diisi dari jumlah penghasilan neto di masa / tahun sebelumnya.

16. Nomor 16 jumlah penghasilan neto untuk penghitungan PPh pasal 21 (setahun / disetahunkan) diisi dari hasil pengurangan nomor 14 – 15. 17. Nomor 17 Penghasilan tidak kena pajak diisi dari jumlah tanggungan


(56)

18. Nomor 18 Penghasilan kena pajak setahun / disetahunkan diisi dari hasil pengurangan nomor 16 – 17.

19. Nomor 19 PPh Pasal 21 atas penghasilan kena pajak setahun / disetahunkan diisi dari jumlah penghasilan kena pajak setahun / disetahunkan.

20. Nomor 20 PPh Pasal 21 yang telah dipotong masa sebelumnya diisi dari jumlah PPh Pasal 21 yg dipotong di masa sebelumnya.

21. Nomor 21 PPh Pasal 21 terutang diisi dari jumlah PPh Pasal 21 yang masih belum dibayar.

22. Nomor 22 PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah diisi dari jumlah PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh Pemerintah.

23. Nomor 23 PPh Pasal 21 yang harus dipotong diisi dari hasil pengurangan nomor 21 – 22.

24. Nomor 24 PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 26 yang telah dipotong dan dilunasi diisi dari hasil PPh yang telah dipotong oleh pemberi kerja. 25. Nomor 25 PPh Pasal 21 yang kurang potong diisi dari hasil

pengurangan nomor 23 – 24 sementara untuk yang lebih potong diisi dari hasil pengurangan nomor 24 – 23.

26. Nomor 26 jumlah tersebut pada angka 25 telah dipotong dari pembayaran gaji bulan diisi dari bulan saat pemotongan PPh pasal 21 dilaksanakan.


(57)

D. Pernyataan

Diisi dari penyataan yang mengisi lampiran SPT 1721 A1 diantaranya : a. Pemotong Pajak adalah pemotong pajak langsung mengisi sendiri

lampiran SPT 1721 A1.

b. Kuasa apabila adalah orang yang ditunjuk oleh perusahaan / pemberi kerja untuk mengisi lampiran SPT 1721 A1.

c. Mengisi tanda tangan, nama lengkap dan NPWP

d. Mengisi tanggal dan tahun saat lampiran SPT 1721 A1 diisi.

3.2.2 Teknis Prosedur Pengolahan SPT PPh Tahunan Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees

Berdasarkan Peraturan Dirjen PajakPasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 185/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.

a. Bahwa untuk memperlancar pelaksanaan tugas penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi sehubungan dengan adanya perubahan dan penyempurnaan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi beserta Lampirannya.

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi (SPT Tahunan PPh Orang Pribadi).


(58)

Pihak-pihak yang terkait dalam Prosedur Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Orang Pribadi( PPh) adalah:

1. Kepala Seksi Pelayanan

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

3. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Pelaksana Seksi Pelayanan

5. Seksi Pemeriksaan 6. Wajib Pajak

Formulir yang digunakan dalam Prosedur Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Orang Pribadi( PPh) adalah:

1. Surat Pemberitahuan Tahuanan (SPT Tahunan). 2. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD).

Adapun teknis dari pengolahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahunan Orang Pribadi sebagai berikut :

1. Wajib Pajak menyampaikan SPT baik langsung maupun melalui Pos / Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak dan SPT yang disampaikan melalui Pos / Ekspedisi. Untuk SPT Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang diterima secara langsung harus ditolak sedangkan melalui Pos / Ekspedisi diteruskan ke kantor pelayanan pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan surat pengantar.


(59)

3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT berdasarkan keputusan:

a. Untuk SPT lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT atau kelengkapan, menerbitkan Bukti penerimaan Surat (BPS) / Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD), menyampaikan langsung atau mengirimkan BPS ke Wajib Pajak atau kuasanya. Menggabungkan LPAD dengan SPT Masa atau dokumen kelengkapan SPT Tahunan. b. Untuk SPT tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak

sedangkan yang melalui Pos / Ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan disertai Surat penolakan SPT Tahunan.

4. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar Penerusan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak lain dan Surat Penolakan SPT ke Kepala Seksi Pelayanan, dan meneruskan SPT beserta berkasnya ke Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang diterima. Proses atau surat yang telah ditandatangani dilanjutakan ke SOP tata cara penatausahaan Dokumen WP dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

6. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek dan mencocokan kebenaran fisik SPT apakah telah sesuai dengan isi berkasnya, merekam SPT Tahunan lengkap, dan mengirimkan SPT yang telah direkam ke seksi pelayanan.


(60)

7. Acccount Representative meneliti dan memproses SPT yang terdapat kesalahan matematis dan/ atau terlambat disampaikan/ dibayar berdasarkan data hasil perekaman SPT. Dalam hal ini terdapat kesalahan matematis, Account Representative membuat surat himbauan (SOP tentang cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian / pembayaran SPT dibuatkan SPT (SOP tentang Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP).

8. Pelaksanaan Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan menatausahakan SPT. SPT Lebih Bayar yang meminta pengembalian dikirim ke seksi pemeriksaan dan ditindak lanjuti dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan. 9. Setelah SOP Tata cara Pemeriksaan dilakukan dan SPT dinyatakan

lengkap kemudian dilakukan pengemasan SPT untuk dilakukan pengiriman ke kantor pusat.

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

Salah satu tujuan Kuliah Kerja Praktek adalah membahas hasil-hasil kuliah kerja praktek berdasarkan data-data yang didapat selama pelaksanaan kuliah kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees maka penulis memberikan penjelasan tentang pelaksanaan Prosedur Pengolahan SPT PPh Tahunan Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.


(61)

3.3.1 Pembahasan Tata Cara Pengisian SPT PPh Tahunan Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees

Dalam melaksanakan tata cara pengisian SPT PPh Tahunan OP sendiri mempunyai ketentuan-ketentuan dan prosedur yang berlaku dan juga tentunya didukung dengan adanya dokumen - dokumen yang sah dan catatan - catatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah tentang tata cara pengisian SPT PPh Tahunan OP. Sebagai Instansi Pemerintah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Pengisian SPT PPh Tahuanan OP yang dilakukan telah sesuai dengan tata cara yang ditetapkan, yakni melalui tahap pengisian SPT PPh Tahunan OP formulir 1770 S (induk SPT), tahap pengisian SPT PPh Tahunan OP formulir 1770 I, tahap pengisian SPT PPh Tahunan OP formulir 1770 S-II, tahap pengisian SPT PPh Tahunan OP formulir 1770 S lampiran, dan tahap pengisian SPT PPh Tahunan OP formulir 1721-A1.

Contoh kasus pelaksanaan pengisian SPT PPh Tahunan OP formulir 1770 S sebagai berikut :

Tuan A sebagai salah satu Wajib Pajak mempunyai penghasilan atas pekerjaannya sebesar Rp. 68.204.000 setahun, dalam SPT menunjukan Kredit Pajak sebesar Rp. 0 atau NIIHIL. Maka akan dilakukan pengisian SPT PPh OP melalui formulir 1770 S untuk mengujinya.

Berdasarkan pada contoh kasus diatas maka tata cara pengisian yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(62)

A. Penghasilan Neto

1. Nomor 1 Diisi dari Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian A Kolom (5) yakni Rp. 68.204.000. didapat dari perhitungan berikut:

a. Gaji setahun Rp. 57.500.000 b. Tantem, bonus Rp. 12.000.000

c. Penghasilan Bruto Rp. 69.500.000

d. Biaya jabatan Rp. 108.000/bulan x 1 tahun (Rp. 1.296.000)

e. Penghasilan Neto Rp. 68.204.000

2. Nomor 4 diisi dari jumlah penambahan ( 1 – 4 ) Yakni Rp. 68.204.000 B. Penghasilan Kena Pajak

3. Nomor 6 diisi dari jumlah tanggungan yang dimiliki oleh WP, berikut tanggungan nya:

a. Untuk WP sendiri Rp. 12.000.000

b. Menikah Rp. 1.200.000

c. 2 anak ( 1 anak Rp. 1.200.000 ) Rp. 2.400.000

Jumlah Rp. 15.600.000

4. Nomor 7 diisi dari penjumlahan ( 5 + 6 )

5. Nomor 8 diisi dari jumlah pengurangan ( 4 – 7 ) yakni Rp. 68.204.000- Rp. 15.600.000 = Rp. 52.604.000.

C. PPh Terutang

6. Nomor 9 diisi dari (Tarif PPh Pasal 17 UU PPh X Huruf B Angka 8 ) 5% x Rp. 25.000.000 = Rp. 1.250.000


(63)

15% x Rp. 2.604.000 = Rp. 309.600 Rp. 4.140.600

7. Nomor 11 diisi dari penjumlahan nomor 9+10 yaitu Rp. 4.140.000

D. Kredit Pajak

8. Nomor 12 diisi dari pemungutan/pemotongan yang dilakukan oleh pihak lain/Pemerintah. Karena jumlah PPh terutang dan PPh yang dipungut/dipotong oleh pihak lain mempunyai jumlah yang sama maka kredit pajak menjadi Rp. 0 atau NIHIL.

J. Jumlah Pajak Penghasilan

9. Jumlah pajak penghasilan diisi dari ( jumlah huruf C angka 11 + jumlah huruf H ) karena jumlah huruf C angka 11 berjumlah Rp. 4.140.600 dan jumlah huruf H Rp. 0 maka hasil nya adalah Rp. 4.140.600.

K. Harta dan Kewajiban

10. Nomor 1 diisi dari jumlah harta yang terdapat pada formulir 1770 S-II bagian A jumlah kolom 4 sebesar Rp. 406.000.000, dan Nomor 2 diisi dari jumlah kewajiban yang terdapat pada formulir 1770 S-II bagian B jumlah kolom 4 sebesar Rp. 20.000.000.

L. Lampiran

11. Bagian ini diisi apabila ada berkas/lampiran yang di sertakan dalam pelaporan pajak selain formulir 1770 S.


(64)

M. Pernyataan

Diisi untuk mengetahui siapa yang siapa orang yang bertanggung jawab atas pernyataan lampiran-lampiran yang diberikan bisa oleh WP sendiri ataupun diberikan kepada kuasa yang ditunjuk oleh WP. Dalam hal ini adalah Tuan A.


(65)

Sumber : KPP Pratama Bandung Karees

Gambar 3.5


(66)

Sumber : KPP Pratama Bandung Karees

Gambar 3.6


(67)

Kemudian dilanjutkan dengan pengisian formulir SPT 1770 S-I. berikut tata cara pengisiannya :

1. Nama dan NPWP diisi sesuai dengan nama perusahaan dan NPWP perusahaan dimana WP mendapatkan penghasilannya.

Bagian A : Penghasilan neto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan 1. Jumlah peredaran/penghasilan bruto sebesar Rp. 69.500.000 , didapat

dari perhitungan berikut :

a. Gaji setahun Rp. 57.500.000 b. Tantem, bonus Rp. 12.000.000 c. Penghasilan Bruto Rp. 69.500.000

2. Pengurang penghasilan bruto diisi sebesar Rp. 1.296.000, didapat dari perhitungan berikut :

a. Biaya jabatan Rp. 108.000 perbulan x 1 tahun (12 bullan) = Rp. 1.296.000.

3. Penghasilan neto di dapat dari hasil peredaran/penghasilan bruto dikurang pengurang penghasilan bruto ( Rp. 69.500.000-Rp.1.296.000 = Rp. 68.204.000).

Bagian B : Penghasilan neto dalam negeri lainnya.

Diisi apabila ada penghasilan yang didapat selain dari penghasilan pekerjaan WP.


(68)

Bagian C : Daftar pemotongan/pemungutan oleh pihak lain dan PPh yang ditanggung pemerintah

1. Nama dan NPWP diisi dari nama perusahaan dan NPWP perusahaan dimana WP mendapatkan penghasilan.

2. Nomor dan tanggal bukti pemotong diisi sesuai kapan pemotongan itu dilakukan. Diisi lampiran 1721 A-1 No 2 tanggal 1 februari

3. Jenis pajak diisi dari jenis pajak yang dipotong/dipungut oleh perusahaan. Diisi PPh Pasal 21

4. Jumlah PPh yang dipotong/dipungut diisi sebesar Rp. 4.140.600, didapat dari perhitungan berikut:

5% x Rp. 25.000.000 = Rp. 1.250.000 10% x Rp. 25.000.000 = Rp. 2.500.000

15% x Rp. 2.604.000 = Rp. 309.600


(69)

Sumber : KPP Pratama Bandung Karees

Gambar 3.7


(70)

Kemudian dilanjutkan dengan pengisian formulir SPT 1770 S-II. berikut tata cara pengisiannya :

Bagian A : Daftar Harta

Bagian ini diisi dari harta yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Diisi sebagai berikut :

a. Rumah tahun 2000 harga harga perolehan perolehan Rp. 145.000.000 b. Motor Honda Supra tahun 2001 harga perolehan Rp. 11.000.000 c. Mobil Isuzu Panther tahun 2003 harga perolehan Rp. 90.000.000 d. Saham tahun 2005 harga perolehan Rp. 100.000.000 e. Tabungan tahun 2005 harga perolehan Rp. 10.000.000 f. Deposito tahun 2005 harga perolehan Rp. 50.000.000 Jumlah Daftar Harta Rp. 406.000.000 Bagian B : Daftar Kewajiban

Bagian ini diisi dari kewajiban yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Diisi sebagai berikut :


(71)

Sumber : KPP Pratama Bandung Karees

Gambar 3.8


(72)

Kemudian dilanjutkan dengan pengisian formulir SPT 1770 S Lampiran . berikut tata cara pengisiannya :

A. Daftar Susunan Keluarga yang menjadi Tanggungan

bagian ini diisi dari jumlah tanggungan yang dimiliki oleh Wajib Pajak sebagai perhitungan pernghasilan tidak kena pajak. Diisi sebagai berikut : 1. Rossa (Istri) tangal lahir 20 Mei 1964, Ibu Rumah Tangga

2. Niko Rahmat (Anak Kandung) tanggal lahir 18 Januari 1991, Pelajar 3. Budi Rahmat (Anak Kandung) tanggal lahir 14 Oktober 2001, Balita


(73)

Sumber : KPP Pratama Bandung Karees

Gambar 3.9


(74)

Kemudian dilanjutkan dengan pengisian formulir SPT 1721 A1 berikut tata cara pengisiannya :

Penghasilan Brut o

A. Penghasilan Neto

1. Nomor 1 diisi dari jumlah penghasilan WP selamat 1 tahun yaitu sebesar Rp. 57.500.000

2. Nomor 7 diisi dari jumlah no 1 s.d 6 yaitu sebesar Rp. 57.500.000

3. Nomor 8 diisi dari Tantem, THR yang diperoleh oleh WP sebesar Rp, 12.000.000

4. Nomor 9 diisi dari Rp. 57.500.000 + Rp.12.000.000 yaitu sebesar Rp. 69.500.000.

5. Nomor 10 biaya jabatan yang diperoleh WP, diperoleh dari perhitungan Rp. 108.000 perbulan x 1 Tahun (12 bulan) yaitu sebesar Rp. 1.296.000 6. Nomor 14 jumlah penghasilan neto diperoleh dari Rp. 69.500.000 – Rp.

1.296.000 yaitu sebesar Rp. 68.204.000.

7. Nomor 16 diisi dari jumlah penghasilan neto stelah di setahunkan yaitu sebesar Rp. 68.204.000

8. Nomor 17 Penghasilan PTKP dihitung dari tanggungan yang dimiliki oleh WP yakni sebesar Rp. 15.600.000, diperoleh dari perhitungan berikut:


(75)

a. Untuk WP sendiri Rp. 12.000.000

b. Menikah Rp. 1.200.000

c. 2 anak ( 1 anak Rp. 1.200.000 ) Rp. 2.400.000

Jumlah Rp. 15.600.000

9. Nomor 18 penghasilan kena pajak setahun / disetahunkan diperoleh dari Rp. 68.024.000 – Rp. 15.600.000 yaitu sebesar Rp. 52.604.000

10.Nomor 24 diisi dari jumlah PPh yang telah dipotong sebesar Rp. 4.140.000, diperoleh dari perhitungan berikut:

5% x Rp. 25.000.000 = Rp. 1.250.000 10% x Rp. 25.000.000 = Rp. 2.500.000

15% x Rp. 2.604.000 = Rp. 309.600

Rp. 4.140.600

11.Nomor 25 jumlah pph pasal 21 yang telah dipotng sebesar Rp. 4.140.000, diperoleh dari perhitungan berikut :

5% x Rp. 25.000.000 = Rp. 1.250.000 10% x Rp. 25.000.000 = Rp. 2.500.000 15% x Rp. 2.604.000 = Rp. 309.600


(76)

Sumber : KPP Pratama Bandung Karees

Gambar 3.10


(77)

Dari contoh pengisian SPT PPh Tahunan Orang Pribadi tersebut dapat disimpulkan, secara keseluruhan kelebihan dari tata cara pengisian SPT PPh Tahunan Orang Pribadi tersebut berjalan dengan sangat baik dimana Wajib Pajak telah melaksanakan kegiatan Self Assesment System dengan baik terlihat dari pengisian SPT PPh berjalan dengan baik karena dalam formulir telah dicantumkan proses perhitungan pajaknya. Namun dalam hal pengisian SPT masih banyak WP yang keliru menghitung penghasilan netto karena terdapat berbagai tambahan penghasilan serta pengurang pajak penghasilannya.

3.3.2 Pembahasan Prosedur Pengolahan SPT PPh Tahunan Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees

Dalam melaksanakan pengolahan SPT PPh Tahunan OP sendiri mempunyai ketentuan-ketentuan dan prosedur yang berlaku dan juga tentunya didukung dengan adanya dokumen - dokumen yang sah dan catatan - catatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah tentang tata cara pengolahan SPT. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees bagian Seksi Pelayanan ini khususnya untuk mengentry data pada SPT dilakukan secara komputerisasi supaya lebih memudahkan para pegawai untuk mempermudah dan mempercepat proses pengentrian data, namun masih ada juga yang masih manual untuk memisahkan/mengelompokan SPT sesuai jenisnya supaya tidak keliru saat pengiriman ke kantor pusatnya.

Contoh kasus pelaksanaan Prosedur Pengolahan SPT PPh Tahunan OP formulir 1770 S sebagai berikut :


(78)

Tuan A salah satu Wajib Pajak melaporkan SPT PPh Tahunan OP ke petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). Setelah dilakukan pengecekan kelengkapan SPT tersebut didapat bahwa SPT PPh Tahunan OP tersebut tidak terdapat tanda tangan dari WP. Dilakukan Prosedur Pengolahan SPT atas kasus diatas:

1. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneliti tempat terdaftar WP, apabila WP tidak terdaftar di KPP dimana seharusnya dia melaporkan SPT PPh Tahunan OP tersebut akan dilakukan pengantaran SPT ke KPP dimana WP terdaftar, namun apabila WP terdaftar di KPP tersebut dilakukan pengecekan formulir SPT PPh Tahunan OP dan dilakukan perekaman SPT PPh Tahunan OP beserta lampirannya.

2. Pelaksanan Seksi Pelayanan menerima SPT PPh Tahunan OP tersebut dan menatausahan SPT tersebut melalui komputer atau manual.

3. Pelaksanaan Seksi Pusat Data dan Informasi (PDI) menerima SPT PPh Tahunan OP tersebut kemudian meneliti tempat WP terdaftar, apabila setelah di cocokan di data komputer WP tersebut ada dilanjutkan dengan memproses lampiran SPT yang bermasalah atau tidak terdapat tanda tangan tersebut dibagian Account Representatives.

4. Account Representatives meneliti dan memproses SPT PPh Tahunan OP yang terdapat kesalahan sesuai SOP himbauan perbaikan, kemudian diserahkan ke Kepala Seksi Pelayanan untuk di ditandatangani.


(79)

5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti SPT PPh Tahunan OP tersebut kemudian ditandatangani untuk dilakukan permintaan kelengkapan SPT PPh Tahunan OP tersebut.

6. Untuk SPT PPh Tahunan OP yang tidak terdapat masalah kemudian diserahkan ke bagian Seksi Pelayanan kembali untuk dilakukan pengadministrasian SPT PPh Tahunan OP tersebut seperti :

1. Perekeman SPT PPh tersebut .

2. Pengklasifikasian SPT PPh Tahunan OP menurut jenis nya.

3. Melakukan pemberian nomor barcode SPT PPh Tahunan OP dan menscannya ke dalam database.

4. Dilakukan pengemasan SPT PPh Tahuanan OP yang telah di scan ke dalam kotak Drop Box untuk dikirim ke kantor Pusat.

Dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari prosedur pengolahan SPT PPh Tahunan OP pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees telah berjalan sesuai dengan prosedurnya guna mendapatakan SPT PPh Tahunan OP yang telah sesuai dengan prosedur pengolahannya yakni tidak terdapat kesalahan di dalam formulir SPT PPh Tahunan OP yang bisa menghambat proses perpajakannya. Namun dalam prosedur pengolahan diatas terdapat kekurangan yakni memakan waktu yang cukup lama disebabkan keterbatasan petugas dan sebagian WP melaporkan SPT PPh Tahunannya pada batas akhir penyampaian SPT PPh Tahunan OP sehingga terjadi penumpukan SPT di


(80)

Kantor yang berdampak pengolahan SPT menjadi membutuhkan waktu yang lama.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Siti Kurnia Rahayu, 2010 .PERPAJAKAN INDONESIA : Konsep dan Aspek Formal, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati,2010 .PERPAJAKAN INDONESIA :

Teori dan Teknis Perhitungan, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pajak : Tata Cara Pengisian SPT Tahunan, 2010, Jakarta


(2)

97

Daftar Riwayat Hidup

Data Pribadi

Nama Lengkap : Rizal Maulana Nama Panggilan : Izal dan Jony

Tempat Tanggal Lahir: Bogor, 21 Agustus 1991

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl.Nanjung no.95 Rt.03/11 Cimahi Selatan

No Hp : 0856 5901 7277

E – mail : izal_21081991@yahoo.com Data Pendidikan

1. Pendidikan Formal :

Tahun Keterangan

1996 - 2002 SD NEGERI BAROS 2 CIMAHI 2002 - 2005 SMP NEGERI 2 CIMAHI

2005 - 2008 SMA NEGERI 4 CIMAHI

2009 - sekarang Universitas Komputer Indonesia

Tercatat sebagai mahasiswa jenjang D - III Program Studi Akuntansi, Fakultas

Ekonomi Unikom

2. Pendidikan Non Formal :

Tahun Keterangan


(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat, ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kuliah kerja praktek ini dengan mengambil judul “PROSEDUR PENGOLAHAN SPT PPH (SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN) TAHUNAN ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG-KAREES”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari isi maupun bahasanya. Hal ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun untuk dijadikan bahan masukan guna penulisan yang akan datang sehingga menjadi lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat serta doa dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:


(4)

ii

1. Dr.Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia

2. Prof. Dr. Hj Umi Narimawati,Dra.,SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini SE.,M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Jenjang Diploma III Universitas Komputer Indonesia.

4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si selaku Sekretaris Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. Ony Widilestariningtyas,SE.,M.Si., Selaku Wali kelas AK-5 Angkatan 2009 Program Studi Akuntansi Falkutas Ekonimi Universitas Komputer Indonesia. Dan Selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan tekun memberikan waktu dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.

6. Didik Agung Sujatmika selaku pembimbing kerja praktek serta semua

Bapak, Ibu, dan Karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Karees yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

7. Anggrah Warsono selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bandung Karees.

8. Ramelan selaku Kepala Sub Bagian Umum di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung-Karees.

9. Untuk kedua orang tua saya yang sangat saya cintai “Bapak Didi

Saepudin dan Ibu Yayah Sabariah” terima kasih atas semua kasih dan sayang, perhatian, dukungan dan do’a yang tiada henti untuk anakmu ini hingga saat ini serta seluruh keluarga besar penulis.


(5)

iii

10. Wati Aris Astuti Selaku Koordinator Kerja Praktek Program Studi

Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

11. Semua Bapak, Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer

Indonesia yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

12. Teman-teman AK-5 angkatan 2009 serta teman – teman se-UNIKOM,

juga semua orang yang dikenal penulis terima kasih banyak atas semua dukungannya.

13. Untuk anak – anak MABES ( Heru Iswanto, Moch Gilang Kumala,

Rahmat Surya, Aditia Pratama) jangan main Play Station terus, inget tugas, dan spesial terima kasih untuk Eriska Wulandari yang selalu memberi semangat bagi penulis selama ini.

Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu terima kasih atas semua bantuan selama laporan ini. Sebagai akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua yang memerlukan.

Bandung, Desember 2011 Penulis

Rizal Maulana NIM : 21309018


(6)