Prosedur Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Bandung Karees

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Pada dasarnya setiap Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dikenakan terhadap satu keluarga sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1) UU PPh yang mengatur bahwa penghasilan atau kerugian istri dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya (amin,2011). Pajak Penghasilan yang dikenakan terhadap orang pribadi tersebut berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Dalam Penghasilan Orang Pribadi ada yang disebut dengan Subyek pajak dan dibedakan menjadi dua, yakni subyek pajak dalam negri dan subyek pajak luar negri. Subyek pajak dalam negeri adalah Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, Sedangkan Subyek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri adalah Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, tapi memperoleh penghasilan dari Indonesia, Ada juga Objek Pajak Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia( Prasteyono, 2011 ).


(2)

2

Dalam melakukan pemungutan pajak di Indonesia menganut tiga sistem, Official Assesment System, Self Assessment System dan Witholding System, Ketiga sistem tersebut mempunyai keistimewaan masing-masing, Namun yang memiliki peranan sangat penting yang lebih dominan adalah Self Assesment System karena diterapkan pada sistem pemungutan Pajak Penghasilan (Cahyo,2011). Biasanya Sistem ini digunakan oleh karyawan atau pegawai karena mereka diwajibkan untuk mengisi SPT, yang berarti karyawan atau pegawai tersebut wajib menghitung, menyetor dan melaporkan pajak penghasilan terutangnya sendiri tanpa melalui pihak ketiga atau fiskus ( Antari, 2010). Fiskus berperan dalam melakukan penelitian atas kelengkapan dan kebenaran pelaporan serta melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kebenaran materi dalam laporan wajib pajak, atau dalam hal ini Surat Pemberitahuan (Rosdiana,2005). Dalam pelaksanaannya sistem ini dapat meningkatkan penerimaan karena dilakukan sesuai dengan sistem yang telah diterapkan. Pengunaan sistem ini untuk memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakanya (Cahyo,2011). Sistem pemungutan pajak ini mempunyai arti bahwa pemberian kepercayaan sepenuhnya pada Wajib Pajak untuk menentukan penetapan besarnya pajak yang terutang sendiri, dan kemudian melaporkan pembayaran pajak dan perhitungan pajak secara teratur jumlah pajak terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undang perpajakan. (Rahayu,2010)


(3)

3

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2010 ( UU KUP), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak setiap mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan dengan harus diisi dengan benar, lengkap dan jelas, Kemudian SPT Tahunan ditandatangani oleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau orang yang diberi kuasa untuk menandatangani sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus, SPT Tahunan tersebut dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditanda-tangani atau tidak sepunuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 534/ KMK.04/2000 dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-214/ PJ./2001 ( Laksito,2007)

Surat pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama antara wajib pajak dan administrasi pajak, yang memuat data–data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang. (Rahayu 2010), Sedangkan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi merupakan sarana bagi Wajib Pajak Karyawan untuk melaporkan seluruh penghasilan yang diterimanya dalam satu tahun pajak (termasuk istri dan anggota keluarga), pajak yang telah dilunasi maupun dipotong dalam satu tahun berjalan, PPh yang terutang serta harta dan kewajiban yang dimiliki dalam tahun pajak bersangkutan. Wajib pajak orang pribadi (WP-OP) dalam menyampaikan SPT Tahunan dapat menggunakan salah satu formulir SPT


(4)

4

1770 SS, 1770 S, atau 1770 agar seluruh jenis penghasilan yang dilaporkan dapat tertampung dalam formulir tersebut.(Dharmasetya,2007).

Pelaporan/Penyampaian Surat Pemberitahuan Orang Pribadi ( 1770 SS) harus dilampiri dengan bukti potong PPh Pasal 21 (1721 A1 atau 1721 A2). Setiap wajib pajak orang pribadi menyampaikan satu SPT dalam satu amplop. Wajib pajak dalam penyampaian SPT harus mengisi identitas dan elemen-elemen SPT dengan benar, lengkap dan jelas. Penulisan identitas pada amplop SPT harus sama dengan identitas yang terdapat dalam SPT Tahunan di dalamnya. SPT yang disampaikan agar tidak dilipat sehingga memudahkan dalam proses scanning. Tanda terima SPT yang diberikan adalah sah sepanjang SPT telah disampaikan dengan benar, lengkap dan jelas serta ditandatangani. Dropbox SPT sebagai alternatif tempat penyampaian SPT yang disediakan di tempat-tempat yang telah ditentukan sampai dengan 31 Maret 2011. Setelah tanggal 31 Maret 2011, wajib pajak hanya dapat menyampaikan SPT Tahunan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama tempat wajib pajak terdaftar atau dengan cara mengirimkan SPT tersebut melalui Kantor Pos secara tercatat atau bisa juga melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-518/PJ./2001 yang dialamatkan ke Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. SPT Tahunan Orang Pribadi harus disampaikan paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah akhir bulan ketiga setelah akhir Tahun Pajak( Dharmasetya,2007).


(5)

5

Setelah tahun pajak berakhir, Wajib Pajak Orang Pribadi harus melaporkan perhitungan, pemotongan dan penyetoran PPh dengan benar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan pajak yang telah berlaku. Penyetoran PPh atas Wajib Pajak atas pemotongan PPh yang telah dilakukan, bendaharawan pemerintah wajib menyetor PPh yang telah dipotong tersebut ke bank persepsi dan kantor pos paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya. Apabila bendaharawan pemerintah tersebut terlambat menyetor, ia dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan yang dijelaskan dalam Undang-Undang KUP Pasal 14. ( Prasteyono, 2011).

Kendala yang sering dihadapi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menyusun/mengisi SPT adalah kurang pahamnya Wajib Pajak dalam pengisiannya dan hal yang paling mendasar adalah bentuk formulir yang sering berubah-ubah. Sering kali terjadi kesalahan dalam pengisian Nomor pokok wajib pajak (NPWP) yang seharusnya diisikan dalam SPT Tahunan adalah NPWP wajib pajak sendiri yang terdapat pada kartu NPWP wajib pajak masing-masing, bukan NPWP Bendahara Pemotong PPh pasal 21 atau NPWP pemberi kerja. Kesalahan dalam menjumlah, misalnya penjumlahan penghasilan netto dari pekerjaan ditambah penghasilan netto lainnya, kesalahan dalam menentukan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), kesalahan yang sering saya temukan saat merekam data yaitu kesalahan dalam menentukan pajak yang terutang , Hal tersebut membuat jumlah lampiran dengan induk SPT tidak klop, Kesalahan-kesalahan tersebut mengakibatkan SPT


(6)

6

yang diterima KPP dianggap sebagai SPT tidak lengkap, dan apabila sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan dalam surat permintaan kelengkapan SPT yang ternyata tidak dapat dipenuhi Wajib Pajak, maka SPT anda dianggap tidak disampaikan. Untuk menyesuaikan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dan memberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam mengisi SPT Tahunan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengisian SPT yang timbul akibat kurang pahamnya wajib pajak, Maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dengan memilih judul

“ Prosedur Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang

Pribadi Pada KPP Pratama Bandung Karees “

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

1.2.1 Maksud Kerja Praktek

1. Bagaimana cara pengisian surat pemberitahuan (SPT) tahunan wajib pajak orang pribadi yang benar

2. Bagaimana penyampaian/pelaporan surat pemberitahuan (SPT) tahunan wajib pajak orang pribadi

3. Bagaimana cara pembetulan apabila terjadi kesalahan dalam surat pemberitahuan (SPT) tahunan wajib pajak orang pribadi


(7)

7

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek

Dari kerja praktek ini penulis mempunyai beberapa tujuan dalam pembuatan laporan ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui cara pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan orang pribadi yang benar

2. Untuk mengetahui penyampaian/pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan orang pribadi

3. Untuk mengetahui cara pembetulan kesalahan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan orang pribadi

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Kegunaaan yang akan diperoleh dari hasil penilitian ini adalah sebagai berikut:

 Bagi wajib pajak bisa mengetahui prosedur pengisian SPT tahunan orang pribadi yang benar.

Bagi Penulis

 Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan lebih jauh mengenai aktivitas dalam pengisian SPT.


(8)

8

 Memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan mengimplementasikannya didunia kerja, baik itu berupa kemampuan dan keterampilan yang telah diperoleh di tempat kuliah.

Bagi Peneliti lain

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk perbaikan atau pengembangan materi bagi peneliti lain yang ingin mengakaji di bidang atau masalah yang sama.

Bagi Pengembangan

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi yang positif dan diharapkan bermanfaat bagi pihak lain ingin lebih mengetahui tentang permasalahan yang ada pada penelitian ini.

1.4 Metode Kerja Praktek

Metode yang digunakan penulis dalam menyusun laporan kerja praktek adalah

Metode deskriftif yaitu suatu metode yang menggambarkan dan melaporkan suatu kejadian atau peristiwa pada waktu peneliti mengadakan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah :

1. Teknik Wawancara (Interview)

Penulis melakukan tanya jawab secara langsung kepada para karyawan (narasumber) tentang hal-hal yang berhubungan dengan oprasional kerja dimana penulis ditempatkan.


(9)

9

2. Pengamatan Langsung (Observasi)

Penulis mengamati dan mempelajari secara langsung dilapangan mengenai aturan-aturan prosedur perekaman SPT PPh pasal 21 atas wajib pajak orang pribadi.

3. Studi Pustaka

Penulis mencari literature yang berhubungan dengan topik laporan seperti buku-buku dari perpustakaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

1.5 Lokasi Dan Waktu Kerja Praktek

Berikut ini merupakan ulasan mengenai lokasi dan waktu penelitian laporan kerja praktek ini.

1.5.1 Lokasi :

KPP Pratama Bandung Karees

Jalan Ibrahim Adjie No. 372 (Kiara Condong), Bandung 40275, Telp:022-7333355,733318


(10)

10

Gambar 1.1 Lokasi KPP Pratama Bandung Karees

1.5.2 Waktu Penelitian :

Waktu kerja praktek tersebut dilaksanakan selama 1 bulan dari tanggal 01 Agustus 2011 sampai dengan 26 Agustus 2011. Adapun ketentuan jam kerja di Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees

 07.30 WIB - 12.00 WIB.

 12.00 WIB - 13.00 WIB (Istirahat)


(11)

11

Tabel 1.1

Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

No Kegiatan KP Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11

1 Permohonan Ijin KP 2 Realisasi Ijin KP 3 Menentukan Tempat KP 4 Mendapatkan surat penerimaan 5 Mendapat Absen untuk KP 1 Aktivitas KP

2 Bimbingan Di tempat KP 1 Konsultasi

2 Mulai Bimbingan 3 Pembuatan Laporan 4 Ujian KP

5 Selesai pelaksanaan I

II

III

Persiapan KP

Pelaksanaan KP


(12)

12

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Bandung Karees

Perkembangan perpajakan di Indonesia timbul sejak zaman penjajahan Belanda, dalam perang dunia I (1914-1918) keadaan keuangan seluruh dunia mengalami kehancuran sehingga negara terpaksa melakukan pemungutan pajak melalui system dan cara yang disesuaikan dengan negara masing-masing. Pajak didirikan di Indonesia dengan nama Carlogo Veganes Blasting (Pajak Penghasilan). Pada zaman Colonial Belanda, pelaksanaan pemungutan pajak dilakukan oleh De Inspective Van Financian yaitu badan yang mengurus pemungutan pajak dari rakyat untuk Negara berdasarkan Undang-Undang Colonial Belanda.

Pada Zaman penjajahan jepang tepatnya tanggal 9 Maret 1942 De Inspective Van Financian diganti oleh suatu badan yang mengurus keuangan dibawah penerintahan Jepang yang bernama Zaimu, kemudian Jepang menyerah kepala sekutu, dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka zaimu diganti menjadi Inspeksi Keuangan untuk seluruh kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, Sumedang, Garut, Tasikamlaya, Ciamis, dan Banjaran. Khusunya untuk Inspeksi Keuangan Bandung yang berkedudukan di Gedung Concordia (Sekarang Gadung Merdeka) yang berada


(13)

13

di Jalan Raya Barat (Sekarang Gadung merdeka) yang berada di Jalan Raya Barat (Sekarang Jalan Asia Afrika) .

Agresi Militer (1984) Ibu Kota Republik Yogyakarta diserbu mengakibatkan terjadinya perang yang dahsyat. Perundingan-perundingan dilakukan Pemerintah Belanda mengakui Kemerdekaan Republik Indonesia, maka inspeksi Keuagan Bandung yang bertempat tinggal di Jalan Jendral Asia Afrika Bandung namanya diubah menjadi Inspeksi Pajak. Kemudian Direktorat Jendral Pajak mengubah Inspeksi Pajak Bandung berdasarkan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor.1414/kmk.01/1979 tanggal 5 April 1979, Insepksi Pajak tersebut menjadi dua Inspeksi Pajak, yaitu :

Sejak jaman penjajahan Belanda, pemungutan pajak memang sudah dilaksanakan dan ditangani oleh suatu badan yang bernama De Inspective Ementien

yang mengurus masalah pemungutan pajak dari rakyat secara paksa berdasarkan undang-undang Kolonial Belanda yang berlaku pada saat itu hasilnya digunakan untuk kepentingan penjajah.

Pada waktu pemerintahan penjajah Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 9 Maret 1942, akan nama De Inspective Ementiendi ganti menjadi Zaimuba

yaitu suatu badan di bawah pemerintahan Jepang yang mengurus masalah keuangan. Namun Zaimuba tidak bertahan lama, karena Jepang menyerah kepada sekutu. Pada saat kekosongan kekuasaan itu, Indonesia telah memproklamasikan


(14)

14

kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, sehingga nama Zaimuba diganti dengan

Inspeksi Keuangan Bandung yang berkedudukan di Gedung Concerdia (Gedung Merdeka) di jalan Asia Afrika Bandung. Inspeksi Keuangan Bandung tersebut meliputi daerah Swatantra tingkat II, Kota Praja Bandung, Kabupaten Sumedang, Karawang, Bekasi, Purwakarta, Subang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis serta Banjar.

Ketika terjadi Agresi Militer Belanda I, Pasukan Belanda menguasai Wilayah Bandung Utara, Sedangkan pemerintah Indonesia bertahan di sebelah Selatan. Oleh Karena itu, Inpeksi Keuangan Bandung dipindahkan Ke Soreang (Bandung Selatan). Pada Agresi Militer Belanda II, Inspeksi Keuangan Bandung dipecah menjadi 2 aliran:

1. Aliran Cooperative, berkedudukan di Soreang Bandung. 2. Aliran Non Cooperative, berkedudukan di Tasikmalaya.

Setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI, maka Kantor Inspeksi Keuangan Bandung yang berkedudukan di Tasikmalaya dipindahkan lagi ke Bandung, yaitu dijalan Raya Barat (sekarang Jalan Asia Afrika), tepatnya disebelah Hotel Homan antau didepan Kantor KPU.

Dengan perkembangan jaman dan bertambahnya jumlah penduduk serta meningkatnya tingkat ekonomi masyarakat, maka pada tahun 1965, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung (termasuk Inspeksi Keuangan lainnya di Indonesia), diganti menjadi Inspeksi Pajak Bandung yang Berada di bawah Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan R.I, dimana Kantor Pajak Bandung Dipecah menjadi :


(15)

15

1. Kantor Inspeksi Pajak Bandung. 2. Kantor Inspeksi Pajak Karawang.

Kemudian pada tanggal 1 Januari 1980, Kantor Inspeksi Pajak Bandung dipecah menjadi 2 Inspeksi Pajak berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan R.I Nomor : KEP-141/KMK/1979, tanggal 6 April 1979, dimana pembagian wilayah Inspektasi Pajak Bandung Meliputi :

1. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur yang bertempat di Jalan Asia Afrika No. 114 Bandung.

2. Kantor Inspeksi Pajak Barat yang bertempat di Jalan Sukarno-Hatta No. 118 Bandung.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan R.I Nomor : KEP-267/KMK/1989, memutuskan bahwa 1 April 1989, seluruh Kantor Inspeksi Pajak yang berada di Indonesia namanya diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan di Bandung sendiri di pecah menjadi 4 Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur, Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung (Sekarang jadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees).

2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah, Jalan Purnawan No. 21 Bandung. 3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat, Jalan Soekarno-Hatta No. 118

Bandung.


(16)

16

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan R.I Nomor : KEP-94/KMK/1994 tanggal 29 Maret 1994, Kantor Pelayanan Pajak tersebut berubah menjadi :

1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees, Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung.

2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega, Jalan Soekarno-Hatta No. 118 Bandung.

3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonegara, Jalan Asia Afrika Bandung. 4. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying, Jalan Purnawarman No. 21

Bandung.

5. Kantor Pelayanan Pajak Cimahi Jalan Raya Barat No. 574 Cimahi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Republik Indonesia No.112/KMK 01/2007 tersebut, terdapat lima Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung, yaitu :

1. KPP Pratama Bandung Bojonagara Jl. Surya Sumantri

2. KPP Pratama Bandung Cibeunying Jl. Purmawarman No.21

3. KPP Pratama Bandung Cicadas Jl. Soekarno Hatta No. 781 4. KPP Pratama Bandung Karees


(17)

17

5. KPP Pratama Bandung Jl. Soekarno-Hatta No. 216

Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees terhitung mulai tanggal 28 Agustus 2007.

2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

Struktur organisasi disusun sebagai syarat mutlak atau yang harus ada dalam setiap perusahaan atau lembaga, karena struktur organisasi membagi peranan serta tanggungjawab wewenang tiap-tiap seksi yang ada dalam perusahaan atau lembaga.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees merupakan kantor pajak yang memiliki pembagian tugas atau jabatan sesuai dengan kantor pelayanan pajak lainnya. Namun dalam pelaksanaanya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees dikenal oleh masyarakat yang selalu sigap dalam membantu wajib pajak untuk menyelesaikan pembayaran pajak, dengan keramahan dalam pelayanan sehingga wajib pajak merasa nyaman dan terpuaskan.

Sebagaimana instansi-instansi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees mempunyai struktur organisasi dimana struktur organisasi tersebut merupakan suatu sarana untuk pembagian kerja sesuai dengan bidangnya, sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan dan memudahkan proses kegiatan yang dilaksanakan.

Adapun struktur organisasi pada setiap KPP Pratama Bandung Karees adalah sebagai berikut :


(18)

18

Gambar 2.1


(19)

19

2.3 Uraian Tugas dan Jabatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Karees

1. Kepala Kantor

Ikhtisar jabatan :

Mengelola pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Uraian tugas dan kegiatan :

a. Melakukan penyuluhan (Membina karyawan yang ada di wilayah wewenang kekuasaannya).

b. Melakukan peningkatan pelayanan

c. Melakukan pengawasan termasuk mengawasi jalannya kegiatan operasional perpajakan yaitu :

1) Pajak Penghasilan (PPh)

2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

4) Pajak bumi dan Bangunan (PBB)


(20)

20

6) Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL)

d. Menerima laporan kerja dari setiap seksi yang membuat kegiatan operasional Kantor Pelayanan Pajak.

e. Menetapkan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan serta realisasi penerimaan pajak tahun lalu.

f. Menetapkan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi /ekstensifikasi perpajakan.

g. Menjamin pelaksanaan pencarian data dan pengolahan data yang strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

h. Menjamin terlaksananya pengolahan data wajib pajak guna menyajikan informasi perpajakan yang dapat dimanfaatkan oleh Kantor Pajak lain.

i. Menetapkan penyusunan monografi perpajakan.

j. Menjamin terlaksananya pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh, dan pembayaran masa PPN/PPnBM, serta pembayaran PBBm dan BPHTB untuk mengetahui tingkat kapatuhan wajib pajak serta mengendalikan/melaksanakan pemeriksaan pajak.


(21)

21

k. Menjamin pelaksanaan penelitian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang yang disampaikan melampaui batas waktu dan penelitian sehubungan dengan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang tidak disampaikan (ke pos).

l. Mengarahkan pegawai untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan profesionalisme di Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

m. Menjamin pelaksanaan pendataan objek dan subjek pajak serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) berdasarkan ketentuan yang berlaku.

n. Menjamin pelaksanaan pengawasan, bimbingan dan pemberian konsultasi terhadap wajib pajak atas pemenuhan kewajiban perpajakannya dan pemantauan atas proses administrasi perpajakan

2. Subbagian Umum

Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Melakukan urusan kepegawaian

b. Melakukan urusan keuangan

c. Melakukan urusan tata usaha


(22)

22

3. Seksi Ekstensifikasi

Memiliki tugas dan tanggung jawab esbagai berikut:

a. Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan

b. Pendataan obyek dan subyek pajak

c. Penilaian obyek pajak

d. Kegitan ekstensifikasi perpajakan

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Pengumpulan dan pengolahan data

b. Penyajian dokumen perpajakan

c. Perekaman dokumen perpajakan

d. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan

e. Pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB

f. Pelayanan dukungan dan teknik computer

g. Pemantauan aplikasi e-SPT


(23)

23

5. Seksi Pelayanan

Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Memberikan pelayanan terhadap Wajib Pajak dengan melakukan penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan

b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan

c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya.

d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak

f. Kerjasama perpajakan

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan wajib pajak,melalui pemanfaatan data dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) atau Sistem Informasi DJP (SI DJP).

b. Bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak

c. Konsultasi teknis kerja perpajakan kepada Wajib Pajak


(24)

24

e. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi

f. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberataan

g. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku

h. Membantu Wajib Pajak dalam memperoleh pengawasan dan konfirmasi masalah perpajakan

i. Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru kepada Wajib Pajak

j. Melakukan permutakhiran data Wajib Pajak dalam membuat company profile

k. Menyelesaikan permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib Pajak

7. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas sebagai berikut:

a. Penyusunan rencana pemeriksaan

b. Pengawasan aturan pelaksanaan pemeriksaan

c. Penerbitan dan penyaluran SP3 (Surat Perintah Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak)


(25)

25

8. Seksi Penagihan

Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif

b. Piutang pajak

c. Penundaan angsuran tunggakan pajak

d. Usulan penghapusan piutang pajak

e. Mempersiapan teguran dan melakukan penagihan dengan surat paksa

9. Kelolompok Jabatan Fungsional

Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Pejabat Fungsional Pemeriksa, mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berkoordinasikan denagn seksi pemeriksaan

b. Pejabat Fungsional Penilai, mempunyai tugas melakukan kegiatan masing-masing berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan berkoordiansi dengan seksi ektensifikasi.


(26)

26

2.4 Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

2.4.1 Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor : KEP-443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyelidikan Pajak, Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan, maka kedudukan, rugas pokok dan fungsi kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees adalah sebagai berikut :

1. Kedudukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees adalah satu unit instansi vertikal Departemen Keuangan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I

b. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees dipimpin oleh seorang Kepala.

2. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan operasional Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.


(27)

27

a. Pendataan objek dan subjek pajak dan penilaian objek pajak

b. Pengolahan dan penyajian data perpajakan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan (BPHTB).

c. Penetapan perpajakan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan (BPHTB)

d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, serta penyelesaian restitusi perpajakan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan (BPHTB)

e. Penyelesaian keberatan, pengurangan dan penatausahaan banding f. Pembetulan surat ketetapan pajak

g. Pengurangan sanksi pajak

h. Pemeriksaan dan penerapan sanksi perpajakan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan (BPHTB)

i. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

2.4.2 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.


(28)

28

Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

a. Misi Fiskal

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sector pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efesiansi yang tinggi.

b. Misi Ekonomi

Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dan kebijakan yang meminimalisasi distorsi

c. Misi Politik

Mendukung proses demokratisasi bangsa d. Misi Kelembagaan

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknologi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

2.4.3 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees meliputi 5 kecamatan dan 32 kelurahan, yaitu sebagai berikut:

1. Kecamatan Regol

 Kelurahan Ancol

 Kelurahan Cigereleng


(29)

29

 Kelurahan Balonggede

 Kelurahan Pasirluyu

 Kelurahan Ciseureuh

 Kelurahan Pungkur 2. Kecamatan Batununggal

 Kelurahan Binong

 Kelurahan Maleer

 Kelurahan Kebon Gedang

 Kelurahan Samoja

 Kelurahan Cibangkong

 Kelurahan Gumuruh

 Kelurahan Kacapiring

 Kelurahan Kebon Waru 3. Kecamatan Bandung Kidul

 Kelurahan Wates

 Kelurahan Mengger

 Kelurahan Kujang Sari

 Kelurahan Batununggal 4. Kecamatan Lengkong

 Kelurahan Cijagra


(30)

30

 Kelurahan Cikawao

 Kelurahan Turangga

 Kelurahan Burangrang

 Kelurahan Paledang

 Kelurahan Lingkar Selatan 5. Kecamatan Kiaracondong

 Kelurahan Kebon Kangkung

 Kelurahan Cicaheum

 Kelurahan Sukapura

 Kelurahan Kebon Jayanti

2.4.4 Jenis Pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Karees

Jenis-jenis pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees meliputi:

1. e-Register

sistem pendaftaran wajib pajak secara online (e-Registration) adalah sistem aplikasi sebagai bagian dari sistem informasi perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran wajib pajak.


(31)

31

2. e-Filling

e-Filling adalah suatu cara penyampaian surat pemberitahuan yang dilakukan melalui sistem online dan real time pada satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.

3. e-SPT

Elektronik surat pemberitahuan atau biasa disebut e-SPT adalah aplikasi (software) yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh wajib pajak untuk kemudahan dalam menyampaikan SPT.

4. Surat Keterangan Fiskal

Surat keterangan fiskal adalah suatu jenis pelayanan pajak yang disediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang menyediakan surat keterangan fiskal.

5. Konsultasi Perpajakan

Konsultasi perpajakan adalah suatu jenis pelayanan untuk berkonsultasi mengenai perpajakan. Wajib pajak dapat berkonsultasi dengan pegawai pajak mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perpajakan.


(32)

32

BAB III

PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees dari Tanggal 1 Agustus-26 Agustus. Penulis ditempatkan pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi, dalam kerja praktek tersebut penulis diberikan pengarahan dan bimbingan di Kantor Pelayanan Pajak yaitu mengenai kegiatan perekaman data di Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

3.1.1 Proses Perekaman Surat Pemberitahuan (SPT)

Perekaman surat pemberitahuan (SPT) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan semua unsur SPT ke dalam basis data perpajakan dengan cara antara lain merekam, memindahkan data/informasi digital dari media elektronik/jaringan komunikasi data ke Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak (uploading) dan/atau memindai (scanning). Perekaman dapat dilakukan setelah proses penelitian SPT selesai, dimana data yang berada dalam SPT harus sudah benar dan lengkap.

3.1.2 Tugas dan Ketentuan Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI):

a. Menerima SPT Tahunan dari Petugas TPT yang telah diberi LPAD atau BPS. b. Merekam SPT Tahunan ke dalam basis data perpajakan.


(33)

33

c. Meneruskan SPT Tahunan yang telah direkam/di-load ke Seksi Pelayanan untuk selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

d. Mengadministrasikan Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan dan melaksanakan SOP Pembentukan Bank Data atas berkas SPT yang dianggap tidak disampaikan.

Adapun ketentuan-ketentuan yang dilakukan dalam proses perekaman Surat Pemberitahuan (SPT), meliputi:

1. Sebelum melakukan perekaman, Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi harus membuat Transkrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan Wajib Pajak Orang Pribadi.

2. Setelah itu SPT Tahunan beserta Register Harian diterima dan dicocokkan, Pelaksana Seksi PDI membuat Transkrip Kutipan Elemen-elemen dari Laporan Keuangan Wajib Pajak dengan cara mengutip data dari Neraca dan Laporan Laba/Rugi ke Transkrip Kutipan Elemen-elemen dari Laporan Keuangan Wajib Pajak sesuai dengan pengelompokan yang telah ditentukan dalam formulir tersebut tanpa mengubah nilai yang dilaporkan Wajib Pajak. 3. Pelaksana Seksi PDI merekam elemen-elemen SPT sesuai dengan menu

perekaman SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

Adapun kajian pustaka yang digunakan penulis dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek adalah sebagai berikut:


(34)

34

3.1.3 Prosedur

Terdapat bermacam-macam pengertian prosedur yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:

Pengertian Prosedur menurut Ardiyos adalah sebagai berikut :

“Prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian

tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi

dapat terjadi berulangkali dan dilaksanakan secara seragam.”

( 2004:734 )

Sedangkan pengertian prosedur menurut Azhar Susanto adalah sebagai berikut:

“Prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan

secara berulang-ulang dengan cara yang sama”.

(2007:264)

Berdasarkan kedua definisi diatas prosedur dapat diartikan bahwa rangkaian tindakan atau aktivitas yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulangkali dan dilaksanakan secara seragam atau berulang-ulang dengan cara yang sama.

3.1.4 Surat Pemberitahuan (SPT)

Terdapat bermacam-macam pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:

Pengertian Surat Pemberitahuan menurut Tony Marsyahrul adalah sebagai berikut :


(35)

35

“Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak

digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan”.

(2006:46)

Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Mardiasmo adalah sebagai berikut:

“Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

(2009:29)

Sedangkan pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, adalah sebagai berikut :

“Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi alat

kerja sama antara Wajib Pajak dan administrasi pajak, yang memuat data-data

yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang”.

(2010:43)

Berdasarkan ketiga definisi diatas Surat Pemberitahuan dapat diartikan sebagai surat atau dokumen yang menjadi alat kerja sama antara Wajib Pajak dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang.

3.1.5 Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak penghasilan atas wajib pajak orang pribadi biasanya berdasarkan penghasilan yang diperoleh baik di Indonesia maupun di luar negeri dalam satu tahunan pajak (Prasetyono,2011). Berikut ini Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Para ahli:


(36)

36

Menurut Siti Kurnia Rahayu definisi pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

“ Pajak penghasilan adalah pajak yang terhutang sehubungan dengan

pekerjaan, jasa , dan kegiatan yang wajib dipotong dan disetorkan oleh pemberi

kerja”

(2010:91)

Menurut Dwi Sunar Prasetya pengertian pajak penghasilan adalah sebagai berikut :

“Pajak Penghasilan adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,

dan kegiatan”.

(2011:46)

Berdasarkan kedua definisi diatas pajak penghasilan dapat diartikan pajak atas penghasilan berupa upah, gaji, honorarium , tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan , jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negri.

3.1.6 Wajib Pajak

Terdapat bermacam-macam pengertian Wajib Pajak yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:

Pengertian Wajib Pajak Menurut Dwi Sunar Prasetya, adalah sebagai berikut :

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, yang meliputi pembayar


(37)

37

kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakannya”.

(2011:29)

Pengertian Wajib Pajak Menurut pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2000 :

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan

kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan atau pemotongan pajak”.

Berdasarkan kedua definisi diatas dapat diarikan bahwa wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan, yang meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakannya

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Adapun teknis pelaksanaan kerja praktek adalah:

1. Perkenalan dengan para staf dan karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees khusunya para staf di Seksi Pengolahan data dan Informasi. 2. Ditempatkan pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi dijelaskan tugas dan

tanggung jawab dari Seksi tersebut dan mendapatkan penjelasan mengenai bidang yang akan dilaksanakan yaitu pengolahan data wajib pajak yang lebih sering disebut oleh instansi terkait yaitu Perekaman dokumen perpajakan. 3. Melakukan perekaman dokumen perpajakan, yaitu perekaman SPT Tahunan. 4. Melakukan perhitungan atas perekaman SPT yang dilakukan setiap harinya.

SPT yang sudah direkam oleh penulis selanjutnya diberikan kembali kepada pembimbing di perusahaan untuk dilakukan perhitungan kembali. Setiap harinya


(38)

38

penulis diwajibkan untuk menghitung berapa banyak SPT yang direkam untuk mengetahui berapa hasil perekaman SPT tersebut untuk setiap harinya. Karena pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai target yang harus dicapai untuk setiap harinya dan diakumulasi setiap bulanya agar dapat terlihat pada akhir tahunnya apakah terdapat peningkatan atau mungkin pengurangan dalam perekaman yang sudah dilakukan oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek

3.3.1 SPT Tahunan Orang Pribadi

SPT Tahunan wajib pajak orang pribadi adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran terutang dalam satu tahun pajak.

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) bagi Wajib Pajak adalah:

a. Memberikan data dan angka yang relevan dengan perhitungan kena pajak b. Menentukan besarnya pajak yang harus dibayar

c. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan tau melaliu pemotongan, pemungutn pihak lain dalam satu tahun pajak, atau bagian tahun pajak (Wajib Pajak Penghasilan).

d. Melaporkan pembayaran dari kegiatan pemotongan atau pemungutan pajka orang pribadi atau badan lain(Wajib Pajak Penghasilan)

e. Melaporkan pembayaran pajak yang dipungut dalam hal ini adalah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPN dabn PPnBM), bagi Pengusaha Kena Pajak.


(39)

39

SPT tidak lengkap, adalah SPT yang tidak memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Nama dan NPWP tidak dicantumkan dalam SPT

2. Unsur SPT induk dan lampiran tidak/kurang lengkap diisi.

3. SPT tidak ditandatangani Wajib Pajak atau ditandatangani kuasa Wajib Pajak tetapi tidak dilampiri dengan surat kuasa khusus.

4. SPT tidak atau kurang dilampiri dengan lampiran yang disyaratkan atau 5. SPT kurang bayar tetapi tidak dilampiri dengan SPT.

6. Penyerahan kembali Surat Pemberitahuan (SPT)

SPT dikembalikan atau disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak, Wajib Pajak kan diberi tanda terima SPT, jika disampaikan melalui kantor pos harus tercatat, resi pos merupakan tanda bukti tanda terima dan tanggal pengiriman dianggap sebagia tanda bukti dan tanggal penerimaan, atau tempat lain yang ditunjuk Dir-Jen Pajak sesuai pasal 5 UU KUP. Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi selambat-lambatnya 3 bulan setelah akhir bulan. (Rahayu, 2010)

3.3.1.1 Subjek Pajak PPh Orang Pribadi

Subjek Pajak adalah orang atau badan yang dituju oleh undang-undang untuk dikenakan pajak. Pajak Penghasilan merupakan pajak subjektif sehingga untuk dapat dikenakan PPh, yang pertama dilihat adalah kondisi subyeknya. Setelah itu baru dilihat apakah obyek yang dimilikinya merupakan obyek pajak yang dikenai pajak berdasarkan UU PPh. Terdapat dua subyek pajak orang pribadi yaitu subyek pajak


(40)

40

orang pribadi dalam negeri dan luar negeri. Subyek Pajak orang pribadi dalam negeri merupakan orang yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, Sedangkan Subyek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri adalah Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, tapi memperoleh penghasilan dari Indonesia (Rahayu & Suhayati, 2010).

3.3.1.2 Jenis SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

Surat pemberitahuan (SPT) merupakam dokumen yang menjadi alat kerja sama antara wajib pajak dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang (Rahayu,2010).

KODE FORMULIR 1770

1 1770 SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Induk SPT

2 1770-I Hal 1 Penghasilan Neto Dalam Negeri Dari Usaha Dan/Atau Pekerjaan Bebas Bagi

WP yang Menggunakan Pembukuan Lampiran - I

3 1770-I Hal 2 Penghasilan Neto Dalam Negeri Dari Usaha Dan/Atau Pekerjaan Bebas Bagi

WP yang Menggunakan Norma Perhitungan Lampiran - I 4 1770-II Daftar Pemotongan/Pemungutan PPh Oleh Pihak Lain, PPh Yang

Dibayar/Dipotong di Luar Negeri dan PPh Ditanggung Pemerintah Lampiran - II

5 1770-III Penghasilan Yang Dikenakan Pajak Final Dan/Atau Bersifat Final Lampiran - III

6 1770-IV Harta Pada Akhir Tahun, Kewajiban Hutang Pada Akhir Tahun, Daftar

Susunan Anggota Keluarga Lampiran - IV

NO NAMA FORMULIR KETERANGAN

Tabel 3.1


(41)

41

3.3.2 Petunjuk Pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

Surat Pemberitahuan Tahunan PPh harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Selambat-lambatnya tiga bulan setelah akhir tahun pajak atau tahun buku. Berdasarkan Pasal 3 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2000, Wajib Pajak tidak dapat menyampaikan SPT Tahunan pada waktunya dapat memohon perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan secara tertulis disertai Surat Pernyataan mengenai perhitungan sementara pajak terutang dalam satu tahun pajak dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang (Prasetyono,2011).

Formulir 1770-Y ini merupakan Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi :

Tuliskan dengan jelas alasan permohonan perpanjangan waktu, seperti :

 Wajib Pajak mempunyai uasaha pada tempat lebih dari satu kota dan Laporan Keuangan belum dikonsilidasikan.

 Wajib Pajak sedang berada di Luar Negeri dan belum akan kembali ke Indonesia sebelum batas waktu penyampaian SPT.D 85

A. FORMULIR 1770 S

Mempunyai Penghasilan:


(42)

42

 Dalam Negeri Lainnya

 Yang dikenakan PPh Final dan/atau Bersifat Final

1. Petunjuk Umum

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP), hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak adalah sebagai berikut:

1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dengan benar, lengkap dan jelas serta menandatanganinya.

2. SPT Tahunan ditandatangani oleh Wajib Pajak atau orang yang diberi kuasa menandatangani sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus.

3. SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian dan Penandatanganan dan Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009 dan Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-214/PJ./2001 tentang Keterangan dan/atau Dokumen Lain yang Harus Dilampirkan Dalam Surat Pemberitahuan.

4. Wajib Pajak harus mengambil sendiri formulir SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)/Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi


(43)

43

Perpajakan (KP2KP) atau dengan cara mengunduh (download) melalui website www.pajak.go.id dan menyampaikannya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Tahun Pajak berakhir.

5. Penyampaian SPT Tahunan dilakukan secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak meliputi Pojok Pajak, Mobil Pajak dan Tempat Khusus Penerimaan Surat Pemberitahuan (Drop Box) atau dapat dikirimkan melalui pos dengan tanda bukti penerimaan surat atau dengan cara lain sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009.

6. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan harus dibayar lunas sebelum SPT Tahunan disampaikan. Apabila pembayaran dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

7. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran pajak (Bank Persepsi).


(44)

44

8. Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan (PPh Pasal 29) paling lama 12 (dua belas) bulan. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ./2008 tentang Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak, permohonan harus diajukan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar paling lambat 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran dengan menggunakan formulir tertentu sesuai lampiran Peraturan Direktur Jenderal tersebut.

9. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama 2 (dua) bulan. Pemberitahuan harus disertai penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang.

10.Apabila SPT Tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan atau dalam batas waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah).

11.Setiap orang yang karena kealpaannya atau dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Tahunan atau menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dapat


(45)

45

dikenakan sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Petunjuk Pengisian

SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun 2010 menggunakan format yang dapat dibaca dengan menggunakan mesin scanner, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Jika WP membuat sendiri formulir SPT Tahunan, jangan lupa untuk membuat ■ (segi empat hitam) di keempat sudut sebagai pembatas dokumen agar dokumen dapat di-scan.

2. Ukuran kertas yang digunakan F4/Folio (8.5 x 13 inch) dengan berat minimal 70 gram.

3. Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.

4. Kolom Identitas:

Bagi WP yang mengisi menggunakan mesin ketik, dalam mengisi isian yang tidak terstruktur (seperti: Nama Wajib Pajak, Jenis Usaha, dan Negara Domisili Kantor Pusat (khusus BUT)) kotak-kotak dapat diabaikan sepanjang tidak melewati batas samping kanan. Sedangkan untuk isian yang terstruktur (seperti: NPWP, Nomor Telepon) isian harus di dalam kotak.


(46)

46

NPWP :

Nama WP :

Jenis Usaha :

No. Telepon :

Catatan: Untuk yang menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian

harus dalam kotak.

5. Dalam mengisi kolom-kolom yang berisi nilai Rupiah, harus tanpa nilai desimal.

Contoh:

a. dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN

10.000.000,00).

b. dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125

(BUKAN 125,50)

B.FORMULIR 1770 S - I

1. Lampiran - I

0 1 2 3 4 5 6 7 0 0 0

K A R T O N O

P E M B O R O N G


(47)

47

 Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya

 Penghasilan Yang Tidak Termasuk Objek Pajak

 Daftar Pemotongan/Pemungutan PPh Oleh Pihak Lain Dan PPh Ditanggung Pemerintah

•• N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : BAGIAN A:PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA

(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL) (1)

angka (2)

BAGIAN B:PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK (1)

BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMA, KONGSI

BAGIAN C:DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH (1)

5. dst

Pindahkan Jumlah Bagian C ke Formulir Catatan : Induk 1770 S Bagian D angka 12 *)- DTP : Ditanggung Pemerintah

- Kolom (6) diisi dengan pilihan PPh Pasal 21/22/23/24/26/DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP) - Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiri (lihat buku petunjuk tentang Lampiran I Bagian C dan Induk SPT angka 3)

Halaman ke- dari halaman Lampiran-I JBC JUMLAH BAGIAN C

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI 1. 2. 3. 4. (3) JENIS PENGHASILAN ROYALTI PENGHARGAAN DAN HADIAH

JUMLAH BAGIAN A JENIS PENGHASILAN KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA PENGHASILAN LAINNYA JBA (2) BUNGA 1. SEWA (Rupiah) JUMLAH PENGHASILAN

Pindahkan Jumlah Bagian A ke Formulir Induk 1770 S Bagian A

PENGHASILAN LAINNYA YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK BUKTI PEMOTONGAN/ PEMUNGUT PAJAK 2. 3. 4. BANTUAN/SUMBANGAN/HIBAH BEASISWA (2) WARISAN 2. (4) NOMOR 5. 6. NO. 6. 3. 4. 1. 5. NO

KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA PEMUNGUT PAJAK

JUMLAH BAGIAN B NPWP PEMOTONG/ NAMA PEMOTONG/

TANGGAL PEMUNGUTAN

JBB

(2) (3) (5) (6) (7) DIPOTONG / DIPUNGUT PPh PASAL 21/

FORMU L IR (3) JUMLAH PENGHASILAN (Rupiah) T AH UN PAJ AK

1770 S - I

KEMENTERIAN KEUANGAN RI 2 0 NO.

22/23/24/26/DTP* JENIS PAJAK : JUMLAH PPh YANG DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

LAMPIRAN - I SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH

Gambar.3.1

Gambar Formulir 1770 S - I

BAGIAN A :

Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya ( Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final Dan/Atau Bersifat Final )

Bagian ini digunakan untuk melaporkan besarnya penghasilan neto dalam negeri lainnya seperti bunga, royalti, sewa, penghargaan dan hadiah, keuntungan dari penjualan/pengalihan harta dan penghasilan lainnya yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, istri, dan anak/anak angkat yang belum dewasa dalam Tahun


(48)

48

Pajak yang bersangkutan. Penghasilan tersebut tidak termasuk penghasilan yang telah dikenakan PPh final dan/atau PPh bersifat final serta penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.

Nomor – Kolom (1)

Cukup jelas.

Jenis Penghasilan - Kolom (2)

Diisi dengan jenis penghasilan yang diperoleh atau diterima dalam Tahun Pajak yang bersangkutan seperti:

Angka 1 - Bunga

Dalam pengertian bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan lain sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, baik yang dijanjikan maupun tidak, yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri dan anak/anak angkat yang belum dewasa. (Pasal 4 ayat (1) huruf f, Pasal 8, dan Pasal 23 UU PPh)

Angka 2 - Royalti

Yang dimaksud dengan royalti adalah setiap imbalan dengan nama apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri dan anak/anak angkat yang belum dewasa sehubungan dengan penyerahan penggunaan hak kepada pihak lain.

Angka 3 - Sewa

Yang dimaksud dengan sewa adalah setiap imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan anak/anak angkat yang belum dewasa sehubungan


(49)

49

dengan penggunaan harta oleh pihak lain, harta gerak misalnya sewa pemakaian mobil, sewa alat-alat berat (Pasal 4 ayat (1) huruf i,dan Pasal 23 UU PPh).

Angka 4 – Penghargaan dan Hadiah

Jenis hadiah dan penghargaan untuk tujuan pemajakan dapat dibedakan: a. Hadiah undian

Yang dimaksud hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang pemberiannya melalui cara undian.

b. Hadiah dan penghargaan perlombaan

Yang dimaksud dengan hadiah dan penghargaan perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang diberikan melalui suatu perlombaan atau adu ketangkasan

c. Penghargaan atas suatu prestasi tertentu, misalnya penghargaan atas penemuan benda purbakala, penghargaan dalam menjualkan suatu produk.

d. Hadiah sehubungan dengan pekerjaan pemberian jasa dan kegiatan lainnya yang pemberiannya tidak melalui cara undian atau perlombaan.

Angka 5 – Keuntungan Dari Penjualan / Pengalihan Harta

Yang dimaksud dengan keuntungan dari penjualan/pengalihan harta ialah penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan anak/anak angkat


(50)

50

yang belum dewasa sehubungan dengan penjualan/pengalihan harta.(Pasal 4 ayat (1) huruf d dan Pasal 8 UU PPh)

Angka 6 – Penghasilan Lainnya

Penghasilan dari luar usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan anak/anak angkat yang belum dewasa selain yang telah disebutkan di atas agar disebutkan jenis penghasilannya dengan jelas. Bila kolom ini tidak mencukupi dapat dibuat pada lampiran tersendiri (Pasal 4 dan Pasal 8 UU PPh)

Jumlah Penghasilan – Kolom (3)

Diisi dengan jumlah penghasilan untuk setiap jenis penghasilan.

Jumlah Bagian A

Diisi dengan hasil penjumlahan dari jumlah keseluruhan penghasilan neto kolom (3) dari masing-masing jenis penghasilan.

BAGIAN B :

Penghasilan Yang Tidak Termasuk Obyek Pajak

Formulir ini digunakan untuk menghitung besarnya penghasilan yang tidak termasuk objek pajak, yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, anak/anak angkat yang belum dewasa dalam Tahun Pajak yang bersangkutan, kecuali penghasilan:

1. isteri yang telah hidup berpisah;


(51)

51

3. isteri yang menghendaki untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri yang harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh isteri.

Nomor - Kolom (1)

Cukup jelas.

Jenis Penghasilan- Kolom (2)

Diisi dengan jenis penghasilan yang diperoleh atau diterima dalam Tahun Pajak yang bersangkutan seperti:

Angka 1 - Bantuan/Sumbangan/Hibah

Bantuan/sumbangan/hibah yang diterima atau diperoleh sepanjang tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 1 UU PPh).

Angka 2 - Warisan

Cukup Jelas.

Angka 3 – Bagian Laba Anggota Perseroaan Komanditer Tidak Atas Saham,


(52)

52

Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi. (Pasal 4 ayat (3) huruf i UU PPh).

Angka 4 – Klaim Asuransi Kesehatan, Kecelakaan, Jiwa, Dwiguna dan Beasiswa

Penggantian atau santunan yang diterima selaku pemegang polis dari perusahaan asuransi sehubungan dengan polis asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa (Pasal 4 ayat (3) huruf e UU PPh).

Angka 5 - Beasiswa

Penghasilan berupa beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal dan/atau pendidikan nonformal yang dilaksanakan di dalam negeri dan/atau di luar negeri pada tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.

Angka 6 – Penghasilan Lainnya Yang Tidak Termasuk Objek Pajak

Bagian ini untuk menampung penghasilan yang tidak termasuk objek pajak lainnya selain sebagaimana dimaksud pada Angka 1 s.d. Angka 5 seperti penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah untuk kepentingan umum dengan persyaratan khusus sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994.


(53)

53

Jumlah Penghasilan - Kolom (3)

Angka 1 dan Angka 2 – Bantuan/Sumbangan/Warisan

Kolom ini diisi dengan jumlah penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh dalam Tahun Pajak yang bersangkutan dari masing-masing jenis penghasilan. Dalam hal bantuan/sumbangan/hibah dan warisan diterima dalam bentuk harta berwujud.

Angka 3 – Bagian Laba Anggota Perseroan Komanditer Tidak Atas Saham,

Pesekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi

Kolom ini diisi dengan jumlah bagian laba yang diterima atau diperoleh dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh Orang Pribadi selaku anggota Perseroan Komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.

Angka 4 – Klaim Asuransi Kesehatan, Kecelakaan, Jiwa, Dwiguna, Beasiswa

Kolom ini diisi dengan besarnya jumlah penggantian atau santunan yang diterima atau diperoleh dalam Tahun Pajak yang bersangkutan dari perusahaan asuransi sehubungan dengan polis asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

Angka 5 – Beasiswa

Kolom ini diisi dengan besarnya jumlah penghasilan berupa beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal dan/atau pendidikan nonformal yang


(54)

54

dilaksanakan di dalam negeri dan/atau di luar negeri pada tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Angka 6 – Penghasilan Lainnya Yang Tidak Termasuk Objek Pajak

Kolom ini diisi dengan jumlah penghasilan yang diperoleh yang tidak termasuk objek pajak selain yang dimaksud Angka 1 s.d. Angka 5.

Jumlah Bagian B

Diisi dengan hasil penjumlahan seluruh penghasilan bruto yang tidak termasuk objek pajak.

BAGIAN C :

Daftar Pemotongan/ Pemungutan PPh Oleh Pihak Lain dan PPh Ditanggung Pemerintah

Bagian ini merupakan rincian angsuran Pajak Penghasilan berupa pemotongan/pemungutan oleh pihak lain dan PPh yang ditanggung Pemerintah yang diperhitungkan sebagai kredit pajak .

Nomor - Kolom (1)

Cukup jelas.

Nama Pemotong/Pemungut Pajak- Kolom (2)

Kolom ini diisi dengan nama masing-masing Pemotong/Pemungut Pajak.

NPWP Pemotong/Pemungut Pajak - Kolom (3)


(55)

55

Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan- Kolom (4)

Kolom ini diisi sesuai dengan nomor setiap bukti pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain.

Tanggal Bukti Pemotongan/Pemungutan – Kolom (5)

Kolom ini diisi sesuai dengan tanggal setiap bukti pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain dengan format penulisan dd/mm/yy.

Jenis Pajak : PPh Pasal 21/Pasal 22/Pasal 23/Pasal 24/Pasal 26/DTP - Kolom (6)

Kolom ini diisi dengan jenis pajak yang telah dipotong/dipungut/ditanggung pemerintah yaitu : PPh Pasal 21 (ditulis 21), PPh Pasal 22 (ditulis 22), PPh Pasal 23 (ditulis 23), PPh Pasal 24 (ditulis 24), PPh Pasal 26 (ditulis 26) dan PPh Ditanggung Pemerintah (ditulis DTP).

PPh Pasal 21

PPh Pasal 21 meliputi PPh yang telah dipotong oleh pemotong PPh Pasal 21 dalam Tahun Pajak yang bersangkutan, baik terhadap Wajib Pajak sendiri maupun terhadap isteri Wajib Pajak yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja, dan anak/anak angkat yang belum dewasa dikutip dari Formulir 1721-A1 Angka 21 dan/atau dari Formulir 1721-A2 dan/atau Bukti Pemotongan PPh Pasal 21, tidak termasuk PPh Pasal 21 yang bersifat final.


(56)

56

PPh Pasal 22 meliputi Pajak Penghasilan yang telah dipungut dalam Tahun Pajak yang bersangkutan Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

PPh Pasal 23

PPh Pasal 23 meliputi Pajak Penghasilan yang telah dipotong dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh pemotong PPh Pasal 23 atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, hadiah dan penghargaan, bonus, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, imbalan atas jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Keuangan, kecuali pemotongan PPh yang bersifat final (Pasal 23 UU PPh 2008)

PPh Pasal 24

PPh Pasal 24 adalah pajak yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun yang bersangkutan, sebesar PPh yang dibayar /dipotong/terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU PPh.

PPh Pasal 26

Pemotongan pajak atas Wajib Pajak Luar Negeri adalah bersifat final namun atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c Undang-undang PPh, dan atas penghasilan Wajib Pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha


(57)

57

tetap, pemotongan pajaknya tidak bersifat final sehingga potongan pajak tersebut dapat dikreditkan dalam SPT Tahunan PPh. Tidak termasuk PPh Pasal 26 yang telah dikreditkan pada lembar formulir 1721 – A1

PPh Ditanggung Pemerintah

Kolom ini diisi dengan jumlah Pajak Penghasilan yang ditanggung pemerintah sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI/POLRI, dan Para Pensiunan atas Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 tentang Pajak Penghasilan yang Ditanggung oleh Pemerintah atas Penghasilan Pekerja dari Pekerjaan.

Jumlah PPh Yang Dipotong/Dipungut - Kolom (7)

Kolom ini diisi dengan jumlah Pajak Penghasilan yang telah dipotong/dipungut oleh pemotong pajak PPh Pasal 21/Pasal 22/Pasal 23/Pasal 24/Pasal 26/DTP dalam Tahun Pajak yang bersangkutan.

Jumlah Bagian C

Diisi dengan hasil penjumlahan keseluruhan PPh Pasal 21/Pasal 22/Pasal 23/Pasal 24/Pasal 26/DTP yang telah dipotong/dipungut pada Kolom (7). 11


(58)

58

C. FORMULIR 1770 S - II

1. Lampiran– II

 Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final dan/atau Bersifat Final

 Harta Pada Akhir Tahun

 Kewajiban/Utang Pada Akhir Tahun

 Dafar Susunan Anggota Keluarga

•PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

•HARTA PADA AKHIR TAHUN

•KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN

•DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

N P W P : NAMA WAJIB PAJAK :

BAGIAN A :PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL (1)

BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, SURAT BERHARGA NEGARA

PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN PENSIUN YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUN GUNA SERAH

BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

:HARTA PADA AKHIR TAHUN NO.

(1) 5. dst

BAGIAN C :KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN (1)

5 dst

BAGIAN D :DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA NO. (1) 1 2 3 4 5

Halaman ke- dari halaman Lampiran-II

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI

PEKERJAAN (5) NAMA (2) TANGGAL LAHIR (3) BUNGA/DISKONTO OBLIGASI (4) DIVIDEN HUBUNGAN KELUARGA 13.PENGHASILAN ISTRI DARI SATU PEMBERI KERJA

PENGHASILAN DARI TRANSAKSI DERIVATIF 10.

HARGA PEROLEHAN

(Rupiah)

JUMLAH BAGIAN A JBA (4) 2 0 (Rupiah) TAH UN PAJ AK (4) (2) (3)

DASAR PENGENAAN PAJAK/

PENGHASILAN BRUTO PPh TERUTANG PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

NO. 2. 5. 3. 4.HADIAH UNDIAN 1.

FO

RM

UL

IR

KEMENTERIAN KEUANGAN RI SUMBER/JENIS PENGHASILAN

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

1770 S - II

LAMPIRAN - II

(Rupiah) KETERANGAN (5) JBB (3) 2. TAHUN PEROLEHAN (2) 6. 7. 9. 1. 8. 12. 11. 14. BAGIAN B JENIS HARTA 4 3 2 1

JUMLAH BAGIAN B 3. 4. NO. NAMA

HONORARIUM ATAS BEBAN APBN/APBD SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGGUNAN PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

JUMLAH PEMBERI PINJAMAN PEMINJAMAN

TAHUN ALAMAT PEMBERI PINJAMAN

(2) (3) (4) (5) JUMLAH BAGIAN C JBC

Gambar 3.2 Gambar Formulir 1770 S - II

BAGIAN A:

Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final dan/atau Bersifat Final

Formulir ini digunakan untuk menghitung besarnya penghasilan neto dalam negeri, yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, anak/anak angkat yang


(59)

59

belum dewasa dalam Tahun Pajak yang bersangkutan yang pajaknya dibayar/dipotong/dipungut oleh pihak lain dan bersifat final.

Nomor - Kolom (1)

Cukup jelas.

Sumber/Jenis Penghasilan - Kolom (2)

Diisi dengan jenis penghasilan yang diperoleh atau diterima dalam Tahun Pajak yang bersangkutan seperti:

Angka 1 - Bunga Deposito, Tabungan, Diskonto SBI, Surat Berharga Negara (SBN)

Bunga Deposito, Tabungan, Diskonto SBI dan Surat Berharga Negara (SBN) berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UU PPh, Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia dan Keputusan MenKeu No. 51/KMK.04/2001 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia.

Angka 2 - Bunga/Diskonto Obligasi

Bunga dan Diskonto Obligasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi.

Angka 3 – Penjualan Saham di Bursa Efek

Penjualan Saham Di Bursa Efek adalah penghasilan yang berasal dari penjualan saham (saham pendiri/saham bukan pendiri) di bursa efek berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari


(60)

60

Transaksi Penjualan Saham Di Bursa Efek sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.04/1997 tentang Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek.

Angka 4 – Hadiah Undian

Hadiah Undian berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UU PPh, Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan Atas Hadiah Undian, dan Keputusan Dirjen Pajak. Nomor KEP-395/PJ./2001 tentang Pengenaan Pajak Penghasilan atas Hadiah dan Penghargaan.

Angka 5 - Pesangon, Tunjangan Hari Tua dan Tebusan Pensiun Yang Dibayarkan Sekaligus

Pesangon, Tunjangan Hari Tua dan Tebusan Pensiun yang Dibayar Sekaligus adalah pesangon dari pemberi kerja dan uang yang diterima oleh pegawai tetap atau pensiunan dari Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, PT. Astek, Badan Penyelenggara Jamsostek berdasarkan Pasal 21 ayat (8) UU PPh, Peraturan Pemerintah Nomor 149 Tahun 2000 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.

Angka 6 – Honorarium atas Beban APBN / APBD

Honorarium atas beban APBN/APBD adalah penghasilan berupa imbalan yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI/POLRI dan Pensiunan yang dibebankan kepada keuangan negara/daerah sehubungan dengan


(61)

61

pekerjaan, jasa, dan kegiatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994

Angka 7 - Pengaliahan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan

Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah penghasilan yang berasal dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008

Angka 8 – Sewa Atas Tanah dan/atau Bangunan

Sewa atas tanah dan/atau bangunan adalah Penghasilan dari persewaan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung, perkantoran, rumah kantor, rumah toko, gudang dan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002

Angka 9 - Bangunan Yang Diterima Dalam Rangka Bangun Guna Serah

Bangunan yang diterima dalam rangka Bangun Guna Serah yang dibangun di atas tanah yang dimiliki Wajib Pajak sehubungan dengan berakhirnya masa perjanjian Bangun Guna Serah, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 248/KMK.04/1995 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Terhadap Pihak-Pihak Yang Melakukan Kerjasama dalam Bentuk Perjanjian Bangun Guna Serah ("Built Operate And Transfer").


(62)

62

Angka 10 – Bunga Simpanan Yang Dibayarkan Oleh Koperasi Kepada

Anggota Koperasi

Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final, berdasarkan Pasal 4 ayat (2) huruf a UU PPh dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi.

Angka 11 – Penghasilan Dari Transaksi Derivatif

Penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa bukan sebagai objek pajak sehubungan dengan tidak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2009 Pasal 2, Pasal 3 Ayat (1), (2) dan (3) serta Pasal 5. Jadi kolom ini tidak perlu diisi.

Angka 12 – Dividen

Yang dimaksud dengan dividen adalah bagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri dan anak/anak angkat yang belum dewasa selaku pemegang saham atau pemegang polis asuransi dan anggota koperasi. (Pasal 17 ayat (2c) UU PPh Tahun dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri)

Angka 13 – Penghasilan Isteri Dari Satu Pemberi Kerja

Penghasilan isteri dari satu pemberi kerja adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh isteri dalam Tahun Pajak yang semata-mata berasal dari satu pemberi kerja


(63)

63

yang telah dipotong PPh Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya berdasarkan Pasal 8 ayat (1) UU PPh.

Angka 14 – Penghasilan Lain Yang Dikenakan Pajak Final dan/atau Yang

dikenakan Pajak Final dan/atau Bersifat Final

Untuk menampung penghasilan yang dikenakan PPh final dan/atau bersifat final lainnya yang tidak termasuk dalam penghasilan sebagaimana dimaksud Angka 1 s.d. Angka 13.

Dasar Pengenaan Pajak/Penghasilan - Kolom (3)

Diisi dengan jumlah dasar pengenaan pajak/penghasilan bruto untuk setiap sumber/jenis penghasilan.

PPh Terutang - Kolom (4)

Diisi dengan jumlah PPh terutang untuk setiap sumber/jenis penghasilan.

Jumlah Bagian A

Diisi dengan hasil penjumlahan dari jumlah PPh terutang pada kolom (4) dari masing-masing sumber/jenis penghasilan.

Tahun Perolehan- Kolom (3)

Kolom ini diisi tahun perolehan dari masing-masing harta yang dimiliki sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Harga Perolehan - Kolom (4)

Kolom ini diisi harga perolehan dari masing-masing harta yang dimiliki sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.


(64)

64

Keterangan - Kolom (5)

Kolom ini diisi dengan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu. Misalnya untuk rumah dan tanah diberi keterangan Nomor Objek Pajak (NOP) sesuai yang tertera dalam SPPT PBB.

Jumlah Bagian B

Diisi dengan hasil penjumlahan seluruh harta pada kolom (4). Contoh pengisian harta pada akhir tahun:

NO JENIS HARTA TAHUN

PEROLEHAN

HARGA PEROLEHAN

(Rupiah)

KETERANGAN

1 2 3 4 5

1 Rumah luas xxx m²

veteran No.6 Solo 1995 80.000.000 NOP : 11.71.030.032.008.0165.0

2 Mobil (BMW,2000) 2000 250.000.000 BPKB NO : H-623441

3 Deposito (Bank Bali) 1998 50.000.000

JUMLAH BAGIAN B JBB 590.000.000

Tabel 3.2

Tabel pengisian harta pada akhir tahun

BAGIAN C:

Kewajiban/Utang Pada Akhir Tahun

Formulir ini digunakan untuk melaporkan jumlah kewajiban/utang pada akhir Tahun Pajak yang dimiliki Wajib Pajak sendiri, isteri, anak/anak angkat yang belum dewasa, kecuali kewajiban/utang yang dimiliki :

1. isteri yang telah hidup berpisah;


(65)

65

3. isteri yang menghendaki untuk melakukan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri, yang harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh isteri.

Ilustrasi: Seorang Wajib Pajak pada Tahun 2007 meminjam sejumlah uang kepada Bank Rakyat Indonesia Gatot Subroto sebesar Rp. 100.000.000,00. Sampai dengan akhir Tahun 2009 sisa pinjaman yang masih harus dilunasi oleh Wajib Pajak tersebut kepada Bank BRI adalah sebesar Rp. 20.000.000,00.

Contoh pengisian Kewajiban/Utang pada kolom (5) :

NO NAMA PEMBERI PINJAMAN

ALAMAT PEMBERI PINJAMAN

TAHUN

PEMINJAMAN JUMLAH

1 Bank BRI Jl. Jend. Gatot Subroto 2007 Rp.20.000.000,00

2 ……….. ……….. ………….. ………

JBC Rp.20.000.000,00 JUMLAH BAGIAN C

Tabel 3.3

Tabel pengisian Kewajiban/Utang pada kolom

Kolom (1) Cukup jelas.

Nama Pemberi Pinjaman - Kolom (2)

Kolom ini diisi nama pemberi pinjaman.

Alamat Pemberi Pinjaman - Kolom (3)

Kolom ini diisi dengan alamat pemberi pinjaman

Tahun Peminjaman- Kolom (4)


(1)

iv DAFTAR ISI

Hal.

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI………...……….. iv

DAFTAR GAMBAR………... vii

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR LAMPIRAN………... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek………... 1

1.2 Maksud Dan Tujuan Kerja Praktek Masalah………...………… 6

1.2.1 Maksud Kerja Praktek……….. 6

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek……… 7

1.3 Kegunaan Kerja Praktek………...... 7

1.4 Metode Kerja Praktek……… 8

1.5 Lokasi Dan Waktu Kerja Praktek………. 9

1.5.1 Lokasi Kerja Praktek………... 9

1.5.1 Waktu Kerja Praktek……… 10

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat KPP PRATAMA Bandung Karess……… 12


(2)

v

2.3 Uraian Tugas dan Jabatan KPP PRATAMA Bandung Karees………. 19

2.4 Aspek Kegiatan KPP PRATAMA Bandung Karees………. 26

2.4.1 Kedudukan, Tugas dan Fungsi……….. 26

2.4.2 Visi dan Misi KPP PRATAMA Bandung Karees………. 27

2.4.3Wilayah Kerja KPP PRATAMA Bandung Karees………... 28

2.4.4 Jenis Pelayanan KPP PRATAMA Bandung Karees………. 30

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek……….…...... 32

3.1.1 Proses Perekaman Surat Pemberitahuan………... 32

3.1.2 Tugas dan Ketentuan Seksi Pengolahan Data dan Informasi………... 32

3.1.3 Prosedur……….... 34

3.1.4 Surat Pemberitahuan (SPT)………... 34

3.1.5 Pajak Penghasilan (PPh)……….. 36

3.1.6 Wajib Pajak (WP)……… 37

3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek ………. 38

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek……….. 39

3.3.1 SPT Tahunan Orang Pribadi………... 39

3.3.1.1 Subyek Pajak PPh Orang Pribadi………... 40


(3)

vi

3.3.2 Petunjuk Pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi………41

3.3.3 Kendala-Kendala dalam Pengisian SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees………76

3.3.4 Upaya Penanggulangan dalam Pengisian SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees…………. 77

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan………. 78

4.2 Saran………....79

DAFTAR PUSTAKA ……… 80


(4)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lokasi KPP Pratama Bandung Karees……….….………10

Gambar 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Karees………. 18

Gambar.3.1 Gambar Formulir 1770 S –I………. 47

Gambar 3.2 Gambar Formulir 1770 S –II……….... 58


(5)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek... 11

Tabel 3.1 Tabel Kode SPT PPh Orang Pribadi……….. 40

Tabel 3.2 Tabel Pengisian harta pada akhir tahun………. 64

Tabel 3.3 Tabel Pengisian Kewajiban/Utang pada kolom………. 65

Tabel 3.4 Tabel Penghasilan Neto Dan Pajak Atas Penghasilan Yang Dibayar/Dipotong/Terutang Di Luar Negeri………..69


(6)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Permohonan Kuliah Kerja Praktek ... 82 LAMPIRAN 2 Surat Ijin Lokasi Praktek Kerja Lapangan dari Kantor

Wilayah Jawa Barat 1 ... 83 LAMPIRAN 3 Daftar Kehadiran Kerja Praktek ...84 LAMPIRAN 4 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek dari KPP Pratama

Bandung Karees ... 85 LAMPIRAN 5 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Dosen……….. 86 LAMPIRAN 6 Berita Acara Bimbingan Kerja Praktek ... 87 LAMPIRAN 7 SPT PPh Orang Pribadi ... 88