Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

(1)

TUGAS AKHIR

PELAKSANAAN PENGAWASAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN PETISAH

DISUSUN OLEH :

NAMA : JULIATI SILAEN NIM : 082600106

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dengan baik..

Penyusunan laporan ini merupakan salah satu Tugas akhir dalam melengkapi persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administras Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.

Adapun judul Laporan PKLM ini adalah “ PELAKSANAAN

PENGAWASAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH. Penulis

menyadari bahwa dalam penulisan Laporan PKLM ini masih terdapat banyak kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan, namun dengan demikian mudah-mudahan Laporan PKLM ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis.

Dalam melakukan melakukan PKLM maupun dalam menyusun Laporan ini penulis tiidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bimbingan baik selama masih kuliah maupun dalam penyelesaian laporan ini.


(3)

Untuk itu penulis secara khusus mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

3. Kepada Bapak Rianto Julius SE, selaku dosen pembimbing.

4. Bapak Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan riset di kantor tersebut.

5. Kepada Kepala Sub. Bagian Umum di KPP Pratama Medan Petisah.

6. Kepada bang Mastiko selaku Pelaksana Seksi Pelayanan di KPP Pratama Medan Petisah yamg memberikan bimbingan dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini .

7. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta J. Silaen dan Ibunda R. Simanungkalit, yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi, membimbing dan mendo’akan anak-anaknya.

8. Teristimewa kepada Abang, Kakak dan Adik ku yang tercinta serta Keluarga Besar ku, terima kasih atas dukungan dan kasih sayangnya.,

9. Buat sahabat-sahabat sejatiku yang sama-sama berjuang Mimi, Irma, Imah dan Nama. Yang memberi dukungan selama kuliah, kebersamaan kita yang tak terlupakan dan akan menjadi kenangan indah dalam mencapai cita-cita. Semangant ya dan terus berjuang, semoga kita semua berhasil. Amin.


(4)

10. Buat teman-teman ku di kelas C dan Semua teman seperjuangan di D III Administrasi Perpajakan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan kalian semua. Moga kita sukses semua. Amin.

Tiada lain terima kasih yang dapat penulis sampaikan atas semua kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan yang diberikan selama ini. Dan semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat berguna bagi kita semua. Amin.

Medan,……….2011

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... ...i

BAB I...1

A. Latar Belakang PKLM...1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM...4

C. Uraian Teoritis...5

D. Ruang Lingkup PKLM...13

E. Metode PKLM...14

F. Metode Pengumpulan Data...15

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM...16

BAB II...18

A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Petisah...18

B. Tugas dan fungsi KPP Pratama Medan Petisah...18

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah...19

D. Deskripsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah...20

BAB III GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM ...25

A. Pengertian Pajak...25

B. Jenis-jenis Pajak...26

C. Fungsi Pemungutan Pajak...28

D. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi………...29


(6)

F. Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan (SPT)

Tahunan………...39

G. Surat teguran………...41

H. Surat Tagihan Pajak (STP)………...41

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ...43

A. Penyampaian SPT Tahunan………...43

B. Tata Cara Pengelolaan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi...43

C. Tata cara Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi………..53

D. Hasil Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi………...54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...58

A. Kesimpulan...58

B. Saran ...59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Seiring dengan peningkatan kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional, maka peranan pajak sebagai salah satu sumber pembiayaan pemerintah menjadi sangat penting, baik masa sekarang maupun masa yang akan datang. Peran serta masyarakat dalam pembiayaan pembangunan yang diwujudkan dalam kepatuhan pembayaran pajak sangat diperlukan untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional ke arah masyarakat yang adil dan makmur.

Dengan berlakunya undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 , maka sistem pemungutan pajak di Indonesia mengalami perubahan yang mendasar dari Official Assessment system ke Self Assessment system. Dalam Self Assessment system ini, masyarakat sebagai wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotong-royongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri pajak yang terutang. Konsep perpajakan tersebut adalah sangat ideal dengan menempatkan dan memberdayakan masyarakat (empowering people) sebagai subyek pelaku utama dalam sistem perpajakan. Keberhasilan sistem perpajakan nasional bergantung kepada kesadaran dan kerelaan masyarakat untuk berperan serta secara aktif dalam sistem perpajakan.


(8)

Tulang punggung self assessment system adalah voluntary compliance dari masyarakat. Tinggi rendahnya kesadaran masyarakat akan mempengaruhi jumlah penerimaan pajak yang pada giliran berikutnya jumlah data yang tersedia untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Dalam self assessment

system diasumsikan bahwa masyarakat adalah sebagai subyek (pelaku) yang

paling tahu terhadap masalah perpajakannya. Karena semua transaksi dan informasi perpajakan berada di tangannya, seberapa besar bentuk pengabdiannya sebagai wujud dari kegotong-royongan nasional dapat direncanakan dengan matang dan akurat.

Di dalam self assessment system ini, wajib pajak datang ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk mengambil sendiri formulir Surat Pemberitahunan (SPT) Tahunan, kemudian mengisi dan menyampaikannya kembali pada batas waktu yang telah ditentukan. Sedangkan aparat perpajakan (fiskus) dalam hal ini ditugaskan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan Wajib Pajak berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Sehingga melalui sistem ini diharapkan kesadaran masyarakat, yang mempunyai penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dalam melakukan kewajibannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien serta mudah untuk dipahami oleh anggota wajib pajak.

Salah satu aspek yang menjadi objek pengawasan dari aparat pajak (fiskus) dalam sistem perpajakan Self Assessment adalah pelaporan Surat Pemberitahunan Tahunan (SPT Tahunan) dan Surat Pemberitahuan Masa (SPT


(9)

Masa) Pajak Penghasilan Orang Pribadi maupun Badan. Di dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan yang dijumpai oleh aparat pajak. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman sebagian wajib pajak akan pedoman pedoman yang telah tertera di buku petunjuk pengisian Surat Pemberitahuan (SPT). Serta kebutuhan sebagian wajib pajak akan proses yang instan dan kemudahan dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT). Sehingga wajib pajak menggunakan jasa para konsultan pajak. Atas dasar itulah maka diperlukan sebuah pengawasan, yang mana pengawasan ini dilakukan untuk memperlancar pengadministrasian penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi.

Dalam rangka pelaksanaan pengawasan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi, pihak aparat pajak telah melakukan suatu tata cara pengawasan sebaik mungkin sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan adanya pelaksanaan pengawasan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ini, diharapkan penerimaan negara di sektor perpajakan akan semakin meningkat yang diperlukan untuk pembiayaan nasional.

Namun dalam melaksanakan pengawasan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan tersebut, masih ada masalah-masalah yang timbul, seperti masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) dan juga wajib pajak orang pribadi yang kurang aktif menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh)


(10)

Orang Pribadi. sehingga pelaksanaan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) belum bisa berjalan sepenuhnya dengan efektif.

Dengan didasari pemikiran tersebut maka penulis mengangkat judul, yaitu “Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

1. TUJUAN PKLM

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor atau masalah-masalah yang bisa membuat pelaksanaan pengawasan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi belum berjalan dengan lancar dan efektif.

2. MANFAAT PKLM Bagi Mahasiswa

a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai proses pelaksanaan pengawasan penyampaian Surat


(11)

Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi.

b. Memberikan bekal pengetahuan tentang pengawasan terhadap Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara (FISIP USU)

a. Untuk meningkatkan hubungan baik antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi pemerintahan dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

b. Memberi masukan dan saran dalam rangka pelaksanaan pengawasan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi.

c. Mempromosikan Sumber-sumber potensial dari Perguruan Tinggi.

Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

a. Mendapat masukan dan saran untuk mengawasi pelaksanaan pengawasan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi.

b. Membina hubungan baik dengan lembaga pendidikan khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

c. Mempromosikan Image yang baik bagi wajib pajak.


(12)

Adapun uraian teoritis yang mendasari penelitian ini adalah :

1. Pengawasan 1.1. Pengertian

Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang mengawasi pelaksanaan pencapaian tujuan. Pengawasan bertujuan untuk mencegah terjadinya kemungkinan penyimpangan-penyimpangan terhadap rencana-rencana, instruksi-instruksi, saran-saran, dan sebagainya yang telah ditetapkan. Jadi dengan adanya pengawasan yang baik maka tujuan yang diharapkan akan tercapai secara efektif dan efisien. (Handayaningrat, 1980 : 143)

Jadi, Pengawasan juga mengandung arti tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengetahui atau menguji kepatuhan wajib pajak melaksanakan ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlaku.

1.2. Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan

Pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk mengawasi penyampain SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi setiap tahun pajak.

Adapun yang menjadi tujuan pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi adalah untuk mencegah terjadinya kemungkinan penyimpangan-penyimpangan atau penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam pelaksanaan perpajakannya pada suatu tahun pajak, disamping itu juga pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang


(13)

Pribadi dapat mendukung kelancaran administrasi perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak.

2. Pajak Penghasilan 2.1. Pengertian

Menurut Fidel, (2008 : 1) dalam bukunya yang berjudul “ Pajak Penghasilan”, ada pengertian pajak menurut Prof. Dr Rochmat Soemitro, SH, yaitu Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbal (kontra pretasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Sementara itu jika mengacu kepada Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Angka 1 disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarnya-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari defenisi di atas diketahui bahwa pajak memiliki beberapa unsur yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah

3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah.. 4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah.


(14)

Menurut Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri, yang dapat digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Jadi pengertian pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.

2.2. Wajib Pajak

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, yang meliputi pembayaran

pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.3. Subjek Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang termasuk subjek pajak adalah :

a. 1) Orang pribadi

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.


(15)

c. Bentuk usaha tetap

Kewajiban pajak subjektif orang pribadi/badan/warisan dimulai dan berakhir pada saat :

• Orang pribadi dilahirkan, berada atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

• Badan didirikan atau berkedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak berkedudukan lagi di Indonesia.

• Timbulnya warisan yang berakhir pada saat warisan tersebut selesai dibagi.

2.4. Objek Pajak

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsums atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pension atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. Laba usaha;


(16)

1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; 2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,

atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun;

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang ,menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteru Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan

5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau pemodalan dalam perusahaan pertambangan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;


(17)

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta ; j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing; m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. Premi asuransi;

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak;

q. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah;

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan


(18)

3. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi 3.1 Pengertian

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan Peraturan perundang-undangan perpajakan.

Terdapat dua macam SPT yaitu :

a. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.

b. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

3.2. Fungsi SPT

a. Wajib Pajak PPh

Sebagai sarana Wajib Pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

1. Pembayaran Pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

2. Laporan tentang pemenuhan penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak.

3. Harta dan kewajiban,

4. Pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam satu


(19)

Masa Pajak

b. Pengusaha Kena Pajak

Sebagai sarana Wajib Pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM) yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

1. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;.

2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku

c. Pemotong/Pemungut Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan

D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Adapun yang menjadi ruang lingkup adalah 1. Tata cara penyampaian SPT Tahunan

2. Tata cara pengolahan SPT Tahunan


(20)

E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang dimulai dari mengajukan judul, penentuan judul, penentuan tempat praktek kerja lapangan, mencari bahan untuk pembuatan proposal, hingga pada tahapan konsultasi dengan dosen pembimbing .

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan studi mencari data-data serta informasi-informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literature, Peraturan Perundang-undangan Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Surat Edaran, Direktorat Jendral Pajak, Keputusan Menteri Keuangan, informasi dari majalah, surat kabar, catatan-catatan, maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan PKLM.

3. Observasi Lapangan

Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang ada pada instansi yang bersangkutan, mengenai objek studi khususnya, pelaksanaan pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

4. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data-data lapangan mengenai Pelaksanaan Penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak.


(21)

2. Pengamatan b. Data Sekunder 1. Studi Kepustakaan

2. Dokumentasi 5. Analisis dan Evaluasi

Penulis menganalisa dan mengevaluasi data mengenai Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi.

F. METODE PENGUMPULAN DATA

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Wawancara (Interview)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan unutk melengkapi laporan PKLM.

2. Metode Observasi (Observation Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan unutk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu ikut serta dalam mengerjakan tugas yang diberikan pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau memberikan arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang


(22)

berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

3. Metode Dokumentasi (Optional Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi.

G. SISTEMATIKA PENULISAN PKLM

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemilihan dalam penyusunan laporan, uraian teoritis, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, metode praktik, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan.

BAB II: GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Bab ini akan dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah, struktur organisasi, uraian tugas serta data-data mengenai jumlah pegawai.

BAB III: GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan tentang pengertian dan ketentuan –ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, khususnya pelaksanaan pengawasan pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.


(23)

BAB IV: ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan mengemukakan analisa data dan evaluasi terhadap data-data yang berhubungan dengan judul laporan.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian, dan berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yang berisi saran-saran yang dapat diambil sebagai tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di lokasi penelitian.


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PKLM

A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Petisah

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah didirikan pada tanggal 26 Mei 2008 dengan membawahi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan helvetia, dan Kecamatan Medan sunggal.

KPP Pratama Medan Petisah mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Tugas dan fungsi KPP Pratama Medan Petisah

Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Petisah menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengelolaan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.


(25)

4. Penyuluhan perpajakan.

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak. 6. Pelaksanaan ekstensifikasi.

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib Pajak. 10.Pelaksanaan intensifikasi

11.Pembetulan ketetapan pajak.

12.pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Banguna.

13.Pelaksanaan konsultasi perpajakan. 14.Pelaksaanan administrasi kantor.

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah

Struktur organisasi bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Dirjen Pajak.


(26)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari sepuluh seksi yang masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Seksi Pengolahan Data dan Informasi; 2. Seksi Pelayanan;

3. Seksi Penagihan; 4. Seksi Pemeriksaan;

5. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan; 6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I; 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II; 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III; 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV; 10.Kelompok Jabatan Fungsional.

D. Deskripsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang terletak di Jl. Asrama No.7A Medan. Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum Tugas dan fungsi :


(27)

b. Melakukan urusan kepegawaian. c. Melakukan urusan keuangan.

d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga.

2. Seksi Pelayanan Tugas dan fungsi :

a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan. b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

c. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya.

d. Melakukan penerimaan dan pengelolaan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya.

e. Melakukan Penyuluhan Perpajakan.

f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Wajib Pajak.

g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak. h. Melakukan kerjasama perpajakan.

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi Tugas dan fungsi :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.


(28)

b. Membimbing/menghimbau kepada Wajib Pajak dan kunsultasi teknis perpajakan.

c. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak. d. Menganalisis kinerja Wajib Pajak.

e. Memberikan konsultasi kepada Wajib Pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangn perpajakan.

f. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi.

g. Memberikan usulan pembentukan ketetapan pajak, pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

h. Melakukan evaluasi hasil banding.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Tugas dan fungsi :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan.

b. Perekaman dokumen perpajakan. c. Merekam SSP lembar 3.

d. Merekam SPT Masa PPN 1107, 1107A dan 1107B. e. Merekam PPh Pasal 21

f. Merekam PPh Pasal 23/26 g. Merekam PPh Final Pasal 4


(29)

h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer. k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling

l. Penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Penagihan Tugas dan fungsi :

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak c. Penagihan aktif

d. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak e. Penyimapanan dokumen-dokumen penagihan

6. Seksi Ekstensifikasi Tugas dan fungsi :

a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan b. Pendataan objek dan subjek pajak

c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi


(30)

7. Seksi Pemeriksaan Tugas dan fungsi :

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.


(31)

BAB III

GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM A. Pengertian Pajak

Menurut Prof. DR. Rachmat Sumitro, SH (Mardiasmo, 2006: 1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-undang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Sementara itu jika mengacu kepada Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Angka 1 disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarnya-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari defenisi di atas diketahui bahwa pajak memiliki beberapa unsur yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah


(32)

3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah.. 4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

Menurut Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri, yang dapat digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Jadi pengertian pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.

B. Jenis-jenis Pajak

Menurut sifatnya pajak dapat dibedakan atas dua bagian:

1. Pajak Subjektif, adalah pajak yang memperhatikan kondisi keadaan wajib pajak untuk menetapkan pajaknya. Dalam hal ini penentuan besarnya pajak harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan kemampuan membayar wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak Objektif, adalah pajak yang pemungutannya berdasarkan pada objeknya, baik berupa denda atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak, dimana ditemukan dahulu objeknya baru ditentukan siapa


(33)

subjeknya tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: PPN, PBB, PPn-BM.

Menurut lembaga pemungutnya, pajak dibagi atas dua bagian:

1. Pajak Negara atau Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat atau pajak yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Departemen Keuangan yang digunakan untuk pembiayaan rumah tangga Negara pada umumnya. Pajak pusat merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Contoh : PPh, PPN, dan Bea Materai.

2. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan hasil pungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah. Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintahan daerah. Contoh : Pajak Hiburan, Pajak Reklame, PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), PBB, Iuran kebersihan, Retribusi terminal, Retribusi parkir, Retribusi galian pasir.

Menurut golongan, pajak dapat dibedakan atas dua bagian:

1. Pajak Langsung, adalah pajak yang pembayarannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain yang menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. Contoh: PPh, PBB.

2. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembayarannya dapat dialihkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak Penjualan, PPN, PPn-BM, Bea Materai dan Cukai.


(34)

C. Fungsi Pemungutan Pajak

Fungsi Pemungutan Pajak ada (2) dua yaitu: 1. Fungsi budgetair

Fungsi budgeteir merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiskal yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perepajakan yang berlaku “segala pajak untuk keperkuan negara berdasarkan undang-undang”. Yang dimaksud dengan memasukkan kas secara optimal adalah sebagi berikut:

a. Jangan sampai ada wajib pajak/subjek pajak yang tidak membayar kewajiban pajaknya.

b. Jangan sampai wajib pajak tidak melaporkan objek pajak kepada fiskus c. Jangan sampai ada objek pajak dari pengamatan dan perhitungan fiskus

yang terlepas.

Dengan demikian maka optimalisasi pemasukan dana ke kas negara tercipta atas usaha wajib pajak dan fiskus.

2. Fungsi Regulerend

Fungsi Regulerend yaitu pajak digunakan untuk melakukan kebijaksanaan Negara dalam bidang ekonomi, sosial, atau menentukan perekonomian, dengan sasaran untuk mencapai tujuan yang letaknya diluar bidang keuangan. Fungsi Regulerend atau fungsi mengatur dan sebagainya juga fungsi pajak dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, dan sebagainya sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini hanya sebagai pelengkap dari fungsi


(35)

utama pajak. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pajak dipakai sebagai alat kebijakan, misalnya: pajak atas minuman keras ditinggikan untuk mengurangi konsumsi fasilitas perpajakan sehingga perwujudan dari pajak regulerend yang terdapat dalam UU No I tahun 1967 tentang penanaman modal asing. Contoh: Bea materai modal, Bea masuk dan pajak penjualan, Bea balik nama, Pajak perseroan, dan Pajak deviden.

D. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan Peraturan perundang-undangan perpajakan.

Terdapat dua macam SPT yaitu :

1. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.

2. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

Di dalam undang undang KUP Pasal 3 Ayat 3, diatur sebagai berikut :

1. SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak

2. SPT Tahunan PPh WP orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak

3. SPT Tahunan PPh WP Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak


(36)

Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi terdapat tiga jenis SPT Tahunan PPh yaitu:

1. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi bentuk Formulir 1770

2. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi bentuk Formulir 1770 S

3. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi bentuk Formulir 1770 SS

1. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi bentuk Formulir 1770

Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (Formulir 1770 ) bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan:

a. dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau

b. dari satu atau lebih pemberi kerja; c. penghasilan lain,

adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II PER – 34/PJ/2010.


(37)

Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Sederhana (Formulir 1770 S ) bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan:

a. dari satu atau lebih pemberi kerja; b. dari dalam negeri lainnya; dan/atau

c. yang dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau bersifat final,

adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III PER – 34/PJ/2010.

3. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi bentuk Formulir 1770 SS

Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Sangat Sederhana (Formulir 1770 SS) bagi Wajib Pajak:

a. yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari

Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) setahun dan

b. tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan berupa bunga bank dan/atau bunga koperasi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran V PER – 34/PJ/2010.

Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan menggunakan Formulir 1770 SS maka Lampiran Bukti Pemotongan Pajak


(38)

Penghasilan Pasal 21 berupa Bukti Pemotongan 1721 A1 dan/atau 1721 A2 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Formulir 1770 SS.

E. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi

Sebelum membahas tentang penyampaian SPT Tahunan, ada baiknya kita menghetahui terlebih dahulu beberapa pengertian yang berkaitan dengan

penyampain tersebut.

1. Surat Pemberitahuan Tahunan yang selanjutnya disebut dengan SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak yang meliputi SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (SPT 1770, SPT 1770 S, SPT 1770 SS), SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan (SPT 1771 dan SPT 1771/$), termasuk SPT Tahunan Pembetulan.

2. SPT Tahunan Elektronik yang selanjutnya disebut dengan e-SPT Tahunan adalah data SPT Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1 dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi

e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

3. SPT Lengkap adalah SPT yang semua elemen SPT Induk dan lampirannya telah diisi dengan lengkap, SPT Induk telah ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya, dan telah dilengkapi dengan lampiran khusus, serta keterangan dan/atau dokumen yang disyaratkan.


(39)

4. e-SPT Lengkap adalah SPT sebagaimana dimaksud pada angka 2 yang semua elemen SPT Induk dan lampirannya telah diisi dengan lengkap dan dapat diproses dalam Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak, dan telah dilengkapi dengan lampiran khusus, serta keterangan dan/atau dokumen lain yang tidak dapat disampaikan secara elektronik.

5. e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau Pemberitahuan

Perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara on-line yang real time melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

6. Tempat Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut dengan TPT adalah tempat pelayanan perpajakan yang terintegrasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) termasuk Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) untuk memberikan pelayanan perpajakan.

7. Pojok Pajak/Mobil Pajak/Tempat Khusus Penerimaan SPT Tahunan (Drop

Box) adalah tempat lain yang dapat digunakan untuk menerima SPT

Tahunan/e-SPT Tahunan.

8. Media Eletronik adalah sarana penyimpan data digital yang dapat dibaca oleh Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak.

9. Tanda Terima SPT adalah tanda bukti penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang diberikan petugas kepada Wajib Pajak.

10. Pengolahan SPT adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penelitian SPT dan perekaman SPT.


(40)

11. Penelitian SPT atau e-SPT adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian SPT Tahunan atau e-SPT Tahunan dan lampiran-lampirannya serta kelengkapan lampiran yang disyaratkan dan penilaian tentang kebenaran penulisan dan perhitungannya termasuk menerbitkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan apabila SPT yang diterima tidak lengkap.

12. Validasi adalah kegiatan penelitian kebenaran data/informasi atas SPT Tahunan yang disampaikan dengan menggunakan aplikasi e-SPT.

13. Perekaman SPT adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan semua unsur SPT ke dalam basis data perpajakan dengan cara antara lain merekam, uploading, dan/atau memindai (scanning).

14. Loading adalah kegiatan memindahkan data/informasi digital dari media elektronik/jaringan komunikasi data ke Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak.

Berikut ini merupakan tata cara pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan :

1. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan /e-SPT baik langsung maupun melalui Pos/Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Tahunan yang

disampaikan langsung oleh Wajib Pajak dan SPT Tahunan yang disampaikan melalui Pos/Ekspedisi. Untuk SPT Tahunan Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang diterima secara langsung harus ditolak sedangkan yang melalui


(41)

Pos/Ekspedisi diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan Surat Pengantar.

3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT berdasarkan ketentuan:

a. Untuk SPT Tahunan lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT Tahunan atau kelengkapannya, menerbitkan BPS/LPAD, menyampaikan langsung atau mengirimkan BPS ke Wajib Pajak atau kuasanya, menggabungkan LPAD dengan SPT Tahunan atau dokumen kelengkapannya.

b. Untuk SPT Tahunan tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak sedangkan yang melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan disertai Surat Penolakan SPT Tahunan.

c. Untuk SPT Tahunan tidak lengkap diterima dibuatkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan, yang disampaikan secara langsung atau dikirimkan ke Wajib Pajak.

4. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar Penerusan SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak lain, Surat Penolakan SPT Tahunan, dan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan ke Kepala Seksi Pelayanan, serta meneruskan SPT Tahunan beserta Register Harian Penerimaan SPT Tahunan ke Seksi Pengolahan Data dan Informasi. 5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang


(42)

penatausahaan dokumen dan penyampaian dokumen oleh Pelaksana Seksi Pelayanan melalui Subbagian Umum dengan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

6. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi merekam elemen-elemen SPT Tahunan dan membuat Transkrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan Wajib Pajak, mencetak Lembar Penelitian SPT Tahunan untuk SPT Tahunan Unbalance serta menggabungkannya dengan SPT Tahunan yang bersangkutan (selanjutnya diproses dengan SOP Tata Cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan (SPT)), kemudian mengirim SPT Tahunan/Kelengkapan Data Surat Pemberitahuan Tahunan yang sudah direkam ke Pelaksana Seksi Pelayanan.

7. Account Representative melakukan penelitian sesuai dengan ketentuan dan memproses SPT yang terdapat kesalahan matematis dan/atau terlambat disampaikan/dibayar berdasarkan data hasil perekaman SPT. Dalam hal terdapat kesalahan matematis, Account Representative membuat Surat Himbauan (SOP Tata Cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian/pembayaran SPT, Account Representative menerbitakan STP (SOP Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)).

8. Pelaksana Seksi Pelayanan meneruskan SPT Tahunan yang termasuk Surat Pemberitahuan Tahunan Lebih Bayar untuk diproses dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan.


(43)

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dinyatakan tidak lengkap apabila:

1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau nama Wajib Pajak tidak dicantumkan dalam SPT Induk dengan lengkap dan jelas;

2. SPT Induk tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya;

3. SPT Induk ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak tetapi tidak dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus atau SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ditandatangani oleh ahli waris tetapi tidak dilampiri dengan Surat Keterangan Kematian dari Instansi yang berwenang;

4. Terdapat elemen SPT Induk yang diisi tidak lengkap;

5. SPT Kurang Bayar tetapi tidak dilampiri dengan bukti pelunasan berupa SSP yang sesuai;

6. SPT tidak atau kurang disertai dengan lampiran pada Formulir sebagaimana ditetapkan pada Lampiran III.1.a. atau III.2.a. atau III.3.a. atau III.4.a pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;

7. SPT/e-SPT tidak atau kurang disertai dengan Lampiran Keterangan dan/atau Dokumen yang Disyaratkan sebagaimana ditetapkan pada Lampiran III.1.a s.d. III.4.a atau III.1.b s.d. III.4.b atau III.1.c s.d. III.4.c pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;

8. Lampiran "Daftar Harta dan Kewajiban Pada Akhir Tahun dan Daftar Susunan Anggota Keluarga" dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dilampirkan tetapi diisi tidak lengkap;


(44)

9. Lampiran "Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal dan Daftar Susunan Pengurus dan Komisaris" dalam SPT Tahunan PPh Badan dilampirkan tetapi diisi tidak lengkap;

10.Terdapat Lampiran Khusus sebagaimana ditetapkan pada Lampiran-Lampiran III.1.a s.d. III.4.a atau III.1.b s.d. III.4.b atau III.1.c s.d. III.4.c pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang diisi tidak lengkap;

11.e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan menggunakan media elektronik, tetapi hanya menyampaikan SPT Induk hasil cetakan tanpa disertai media elektronik;

12.e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan menggunakan media elektronik, tetapi SPT Induk berdasarkan data digitalnya tidak sesuai dengan SPT Induk hasil cetakan yang disampaikan oleh Wajib Pajak;

13.Loading atas e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan menggunakan media elektronik tidak dapat di-load pada aplikasi Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak;

14.e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan menggunakan media elektronik tetapi elemen-elemen data digitalnya tidak diisi atau diisi tetapi tidak lengkap;

15.e-SPT yang data digitalnya disampaikan melalui e-filing tetapi elemen-elemen data digitalnya tidak diisi atau diisi tetapi tidak lengkap.


(45)

F. Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan adalah pemberitahuan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan.

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 21/PJ/2009 tentang tata cara penyampaian pemberitahuan perpanjangan surat pemberitahuan

Tahunan, Pasal 2 menyebutkan bahwa Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan untuk paling lama 2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2):

1. bagi Wajib Pajak Badan atau Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) 1770-Y/1771-Y/1771-$Y sebagaimana dimaksud pada Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, atau dalam bentuk data elektronik (e-SPTy);

2. bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas disampaikan dalam bentuk surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.


(46)

Tata cara pemberitahuan :

1. Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dibuat secara tertulis dan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak, sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir.

2. Pemberitahuan dilampiri dengan perhitungan sementara, laporan keuangan sementara dan SSP sebagai bukti pelunasan.

3. Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan wajib ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasa wajib pajak.

4. Dalam hal Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan ditandatangani oleh kuasa wajib pajak, Pemberitahunan Perpanjangan SPT Tahunan harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus

5. Pemberitahuan disampaikan secara langsung, melalui pos dengan bukti pengiriman surat atau cara lain melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat, atau dengan cara e-Filling melalui ASP 6. Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara langsung

diberikan tanda penerimaan surat dan penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara e-Filling melalui ASP diberikan Bukti Penerimaan Elektronik

7. Bukti pengiriman surat melalui pos, jasa ekspedisi atau jasa kurir atau tanda penerimaan surat serta Bukti Penerimaan Elektronik menjadi bukti penerimaan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan


(47)

Apabila SPT tidak disampaikan sesuai batas waktu yang ditentukan atau

batas waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan, dapat diterbitkan Surat Teguran (Pasal 3 ayat 5a UU KUP).

H. Surat Tagihan Pajak (STP)

Pengertian Surat Tagihan Pajak Berdasarkan Pasal 1 angka 20 UU KUP,

Surat Tagihan Pajak (disingkat STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Yang menerbitkan STP adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat seseorang atau badan terdaftar sebagai Wajib Pajak. Terbitnya STP ini biasanya disebabkan Wajib Pajak tidak melakukan satu atau beberapa kewajiban pajak yang diamanatkan oleh Undang-undang.


(48)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Penyampaian SPT Tahunan

Penyampaian SPT Tahunan dapat disampaikan di :

1. TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) yang ada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau di termasuk Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)

2. Pos

3. Pojok Pajak, yang biasanya ditempatkan di mall 4. Mobil Pajak.

5. Drop Box/ atau tempat lain yang dapat digunakan untuk menerima SPT/E-SPT. Drop box bisa ditempatkan di KPP, pusat perbelanjaan, pusat bisnis, pusat keramaian, dll.

6. Melalui aplikasi E-Filing, adalah suatu cara penyampaian SPT atau yang dilakukan secara on-line yang real time melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

B. Tata Cara Pengelolaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

1. Petugas penerima SPT pada TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box mempunyai tugas:


(49)

a. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak dalam amplop tertutup yang di atasnya ditulis :

1. NPWP; 2. Nama WP; 3. Tahun Pajak;

4. Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar); Nomor Telepon. 5. Nomor Telepon

KPP dapat menyediakan amplop jika Wajib Pajak memintanya. Guna mempercepat pelayanan, pada TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box disediakan stempel/cap yang berisi informasi di atas untuk dibubuhkan di amplop.

b. Menuliskan NPWP Wajib Pajak pada lembar “untuk Wajib Pajak”, membubuhkan stempel KPP, tanggal penerimaan, nama, NIP dan tanda tangan pada Tanda Terima sebagaimana pada Lampiran II.1.

c. Memberikan Tanda Terima (Bagian Untuk Wajib Pajak) kepada Wajib Pajak, dan menempelkan bagian lain (Bagian Untuk Ditempelkan pada

Amplop) pada amplop SPT Wajib Pajak. Bagian arsip disimpan untuk

diserahkan kepada Kepala Seksi Pelayanan.

d. Memisahkan antara SPT Tahunan/e-SPT Tahunan Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP sendiri dengan Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain, serta per status SPT (KB, N dan LB) dan per jenis Wajib Pajak (Orang Pribadi dan Badan).


(50)

e. Membuat Berita Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT melalui TPT/Pojok Pajak/Mobil pajak/Drop Box sebagaimana pada Lampiran II.2. f. Menyerahkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang diterima dan Berita

Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT kepada Petugas Seksi Pelayanan.

2. Pelaksana Seksi Pelayanan mempunyai tugas:

a. Menerima dan meneliti SPT dan Berita Acara Serah Terima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Petugas Penerima SPT, selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani.

b. Merekam Tanda Terima dan informasi Wajib Pajak pada amplop ke dalam aplikasi pengawasan Drop Box.

c. Mengelompokkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan (termasuk SPT yang diterima dari KPP lain) berdasarkan tempat Wajib Pajak terdaftar.

d. Dari hasil pengelompokan SPT pada angka 3, atas SPT Tahunan/e-SPT Tahunan Sendiri dibuatkan Daftar Nominatif Pengiriman SPT Wajib Pajak Sendiri untuk kemudian dilakukan penelitian kelengkapan SPT.

e. Dari hasil penelitian kelengkapan SPT,

1. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang dinyatakan lengkap, dicetak Daftar Nominatif SPT Lengkap dan diteruskan ke Petugas TPT untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT; dan


(51)

masing-masing SPT yang tidak lengkap selanjutnya diteruskan ke

Account Representative bersama dengan Daftar Nominatif SPT Tidak

Lengkap.

f. Dari hasil pengelompokan SPT pada huruf c, atas SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang tidak terdaftar di KPP sendiri dibuatkan/dicetak Daftar Nominatif Pengiriman SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dan dibuatkan konsep Surat Pengiriman SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.

g. Meneruskan Daftar Nominatif Pengiriman SPT dan konsep Surat Pengiriman Berkas SPT ke Kepala Seksi Pelayanan untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.

h. Menerima Surat Pengiriman dan Daftar Nominatif yang telah ditandatangani oleh Kepala KPP.

i. Menatausahakan dan mengirimkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan, Surat Pengiriman dan Daftar Nominatif sesuai dengan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen.

j. Menerima SPT Tahunan yang telah dilakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan oleh Petugas TPT, untuk dilakukan pengemasan SPT jika pengolahan SPT dilakukan di Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (PPDDP).

k. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah direkam dan Register Harian dari Seksi PDI untuk selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.


(52)

l. Dalam hal SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang diterima melalui pos/ekspedisi tidak terdaftar di KPP sendiri akibat kesalahan pengiriman, pelaksana Seksi Pelayanan meneruskan ke KPP Wajib Pajak terdaftar sesuai SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen.

3. Petugas TPT mempunyai tugas:

a. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap dari Petugas Seksi Pelayanan.

b. Melakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan serta

loading e-SPT Tahunan.

c. Mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) dan Bukti Penerimaan Surat (BPS) serta register harian.

d. Meneruskan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) untuk dilakukan perekaman detil SPT atau meneruskan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke Petugas Seksi Pelayanan untuk dilakukan pengemasan SPT jika pengolahan SPT dilakukan di PPDDP.

e. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari KPP lain dan/atau dari Pos/ekspedisi untuk selanjutnya diteruskan ke Pelaksana Seksi Pelayanan untuk diteliti.

f. Menandai nomor dan tanggal Surat Pengiriman SPT dari KPP lain, serta menandai setiap SPT yang terdapat pada Daftar Nominatif Pengiriman SPT.


(53)

1. Menerima kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Wajib Pajak.

2. Meneliti kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Wajib Pajak. 3. Mencetak dan menandatangani LPAD/BPS kelengkapan SPT

Tahunan/e-SPT Tahunan dan menyerahkan BPS kepada Wajib Pajak. 4. Meneruskan kelengkapan SPT ke Account Representative.

h. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap oleh Account Representative untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan serta loading e-SPT Tahunan.

4. Account Representative mempunyai tugas :

a. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Pelaksana Seksi Pelayanan yang dinyatakan tidak lengkap.

b. Mencetak konsep Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang terdapat di dalam aplikasi pengawasan Drop Box, selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.

c. Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah ditandatangani oleh Kepala KPP selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen.


(54)

d. Menerima kelengkapan SPT dari Petugas TPT untuk digabungkan dengan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.

e. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap diteruskan ke Petugas TPT untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan serta loading e-SPT Tahunan.

f. Dalam hal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan tidak dipenuhi dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan, Account

Representative mencetak konsep Surat Pemberitahuan SPT Dianggap

Tidak Disampaikan selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.

g. Mencetak Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan sebagaimana dan mengirimkan ke Seksi PDI bersama berkas SPT yang dianggap tidak disampaikan.

h. Dalam hal terjadi kesalahan matematis dalam pengisian SPT, Account

Representative menerbitkan Surat Himbauan Pembetulan SPT sesuai


(55)

i. Dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian SPT dan/atau keterlambatan pembayaran pajak, Account Representative menerbitkan Surat Tagihan Pajak sesuai dengan SOP Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak.

5. Petugas Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas :

a. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Petugas TPT yang telah diberi LPAD/BPS.

b. Merekam SPT Tahunan ke dalam basis data perpajakan.

c. Meneruskan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah direkam/di-load ke Seksi Pelayanan untuk selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

d. Mengadministrasikan Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan dan melaksanakan SOP Pembentukan Bank Data atas berkas SPT yang dianggap tidak disampaikan.


(56)

(57)

(58)

C. Tata cara Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

1. Penilaian Kelengkapan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

Penilaian kelengkapan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dilakukan oleh petugas penerima SPT yang meliputi :

a. Pengecekan kelengkapan SPT Tahunan PPh yang berupa pengisian semua unsur yang tercantum dalam SPT Induk dan semua lampirannya.

b. Pengecekan adanya tandatangan Wajib Pajak pada SPT Induk atau tandatangan kuasa Wajib Pajak.

c. Pengecekan yang telah dilengkapi dengan lampiran khusus, serta keterangan dan/atau dokumen yang diisyaratkan.

Pada saat penilaian kelengkapan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi sebagaimana dimaksud di atas, apabila ternyata SPT tidak lengkap diterima dibuatkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan, yang disampaikan secara langsung atau dikirimkan ke Wajib Pajak.

2. Membuat daftar penyampaian SPT Tahunan PPh orang Pribadi yang terdiri dari dari jumlah SPT Tahunan disampaikan dan jumlah SPT Tahunan tidak disampaikan

3. Mengirim Surat Teguran kepada Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh.


(59)

D. Hasil Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

Hasil kegiatan pelaksanaan pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dapat berupa :

1. Tanda terima SPT dalam hal SPT lengkap

2. Surat permintaan kelengkapan kepada wajib pajak disertai dengan pengambilan SPT yang tidak lengkap

3. Surat teguran dalam hal SPT tidak masuk atau terlambat disampaikan dan/atau pajak yang terutang terlambat atau kurang disetor.

4. STP dan pemberitahuan hasil penelitian SPT, dalam hal SPT yang semula Nihil atau Kurang Bayar, setelah diteliti ternyata terdapat salah tulis atau salah hitung, sehingga menghasilkan tambahan pajak yang masih harus dibayar.


(60)

TABEL 1

PENERIMAAN SPT TAHUNAN PPh ORANG PRIBADI

TAHUN WAJIB PAJAK TERDAFTAR WAJIB PAJAK EFEKTIF SPT KURANG BAYAR SPT LEBIH BAYAR SPT NIHIL %

2009 66310 16484 3905 23 12556 24,8

2010 74838 19783 3822 29 15932 26,4

SELISIH 8528 3299 83 6 3376 1,6

*Sumber KPP Medan Petisah

66310 74838 16484 19783 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000

Tahun 2009 Tahun 2010

GRAFIK PENERIMAAN SPT TAHUNAN PPh OP DI KPP PRATAMA MEDAN PETISAH

WP TERDAFTAR


(61)

Dari tabel 1 dan grafik penerimaan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi jelas terlihat bahwa terjadi peningkatan untuk jumlah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pratama Medan Petisah, dari tahun 2009 yang semula berjumlah 66310 menjadi 74838 pada tahun 2010, berarti terjadi peningkatan sebesar 8528 wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran wajib pajak dalam mendaftarkan diri masih cukup tinggi. Begitu juga dengan jumlah SPT yang masuk atau wajib pajak efektif atau yang diterima aparatur pajak yang mana terjadi peningkatan sebesar 3299. Pada tahun 2009 SPT yang masuk sebesar 16484 wajib pajak, kemudian tahun 2010 meningkat menjadi 19783 wajib pajak.

Selanjutnya dari 66310 wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah pada tahun 2009, hanya 16484 orang (Wajib Pajak Efektif) yang menyampaikan SPT Tahunannya. Hal ini berarti tidak sampai setengah dari jumlah wajib pajak terdaftar yang memiliki kesadaran dalam melaksanakan kewajiban pembayaran pajaknya atau tepatnya 24,8 % dari jumlah wajib pajak terdaftar.

Kemudian hal sama juga terjadi pada tahun 2010, dari 74838 wajb pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah hanya 19783 wajib pajak yang menyampaikan SPT Tahunannya.


(62)

TABEL II

JUMLAH SURAT TEGURAN TAHUN 2009 JUMLAH WP YANG HARUS

DITEGUR

JUMLAH SURAT TEGURAN YANG DIKIRIM

5010 5010

* Sumber KPP Pratama Medan Petisah

Dari tabel II di atas dapat diketahui jumlah Wajib Pajak yang diberi Surat teguran sebanyak 5010 dan pihak aparat pajak (Fiskus) mengirimkan surat teguran tersebut kepada wajib pajak yang tidak melakukan kewajibannya sebagai wajib pajak.

Surat teguran yang dikirimkan tersebut, bukan hanya karena wajib pajak tersebut tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan-nya, akan tetapi sebab lainnya adalah karena masih adanya kesalahan dalam pengisian SPT dan juga keterlambatan Wajib pajak dalam menyampaikan SPT.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya, penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Dalam sistem self-assessment, masyarakat diberikan kepercayaan dan tanggungjawab yang lebih besar untuk menghitung, memperhitungkan, membayar sendiri dan melaporkan besarnya pajak yang terutang, sedangkan aparat pajak fungsinya dititik beratkan pada pembinaan dan pengawasan terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak, berdasarkan keentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

3. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahunan Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

4. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan dapat diterbitkan Surat Teguran.


(64)

5. Dengan melaksanakan pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi maka sistem pengadministrasian SPT dapat lebih efektif dan juga dapat mengurangi kesalahan Wajib Pajak dalam hal mengisi dan menyampaikan SPT –nya ke Kantor Pelayanan Pajak

6. Pelaksanaan pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi telah melalui mekanisme pengadministrasian dimana dalam melaksanakan pengawasan tersebut telah melibatkan beberapa Seksi antara lain :

a. Seksi Pelayanan

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi c. Dan Account Representative

7. Masih adanya Wajib Pajak yang belum sadar untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga masih banyak wajib pajak yang mendapat surat teguran dari Kantor Pelayananan Pajak dimana wajib pajak tersebut terdaftar.

B. SARAN

Ada beberapa saran yang perlu penulis kemukakan dalam tugas akhir ini antara lain :

1. Prosedur pengawasan sudah bagus, dengan adanya sedikit perubahan mengenai jumlah Wajib Pajak yang akan menyampaikan SPT-nya diperlukan adanya mekanisme tambahan untuk dapat mengatasi peningkatan Wajib Pajak.


(65)

2. Disarankan kepada semua pihak di Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Petisah untuk lebih meningkatkan pelayanan bagi Wajib Pajak, terutama dalam memberikan informasi dan penyuluhan bagi masyarakat umumnya dan Wajib Pajak khususnya yang belum menyadari sepenuhmya hak dan kewajiban dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sekarang ini dengan Wajib Pajak jauh lebih besar dibandingkan pihak aparat pajak yang akan melayani Wajib Pajak, maka untuk itu dibutuhkan aparat-aparat yang profesional dalam mengelola penerimaan negara khususnya di bidang pajak.

3. Tindakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam hal pengawasan Penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi sudah sesuai dengan prosedur tetapi disarankan untuk lebih diefektifkan lagi, baik prosedurnya maupun tahap pelaksanaannya.


(66)

DAFTAR PUSTAKA

Fidel, 2008, Pajak Penghasilan, Carofin Publishing, Jakarta.

Handayaningrat, Soewarno, 1980, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan

Manajemen, CV Haji Masagung, Jakarta.

Mardiasmo, Prof. Dr. MBA; Ak. Perpajakan, Andi, Edisi Revisi 2006, Yogyakarta, 2006.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, Tentang Pajak Penghasilan

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-/ 2/PJ/2011, Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.


(1)

Dari tabel 1 dan grafik penerimaan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi jelas terlihat bahwa terjadi peningkatan untuk jumlah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pratama Medan Petisah, dari tahun 2009 yang semula berjumlah 66310 menjadi 74838 pada tahun 2010, berarti terjadi peningkatan sebesar 8528 wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran wajib pajak dalam mendaftarkan diri masih cukup tinggi. Begitu juga dengan jumlah SPT yang masuk atau wajib pajak efektif atau yang diterima aparatur pajak yang mana terjadi peningkatan sebesar 3299. Pada tahun 2009 SPT yang masuk sebesar 16484 wajib pajak, kemudian tahun 2010 meningkat menjadi 19783 wajib pajak.

Selanjutnya dari 66310 wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah pada tahun 2009, hanya 16484 orang (Wajib Pajak Efektif) yang menyampaikan SPT Tahunannya. Hal ini berarti tidak sampai setengah dari jumlah wajib pajak terdaftar yang memiliki kesadaran dalam melaksanakan kewajiban pembayaran pajaknya atau tepatnya 24,8 % dari jumlah wajib pajak terdaftar.

Kemudian hal sama juga terjadi pada tahun 2010, dari 74838 wajb pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah hanya 19783 wajib pajak yang menyampaikan SPT Tahunannya.


(2)

TABEL II

JUMLAH SURAT TEGURAN TAHUN 2009 JUMLAH WP YANG HARUS

DITEGUR

JUMLAH SURAT TEGURAN YANG DIKIRIM

5010 5010

* Sumber KPP Pratama Medan Petisah

Dari tabel II di atas dapat diketahui jumlah Wajib Pajak yang diberi Surat teguran sebanyak 5010 dan pihak aparat pajak (Fiskus) mengirimkan surat teguran tersebut kepada wajib pajak yang tidak melakukan kewajibannya sebagai wajib pajak.

Surat teguran yang dikirimkan tersebut, bukan hanya karena wajib pajak tersebut tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan-nya, akan tetapi sebab lainnya adalah karena masih adanya kesalahan dalam pengisian SPT dan juga keterlambatan Wajib pajak dalam menyampaikan SPT.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya, penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Dalam sistem self-assessment, masyarakat diberikan kepercayaan dan tanggungjawab yang lebih besar untuk menghitung, memperhitungkan, membayar sendiri dan melaporkan besarnya pajak yang terutang, sedangkan aparat pajak fungsinya dititik beratkan pada pembinaan dan pengawasan terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak, berdasarkan keentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

3. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahunan Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

4. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan dapat diterbitkan Surat Teguran.


(4)

5. Dengan melaksanakan pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi maka sistem pengadministrasian SPT dapat lebih efektif dan juga dapat mengurangi kesalahan Wajib Pajak dalam hal mengisi dan menyampaikan SPT –nya ke Kantor Pelayanan Pajak

6. Pelaksanaan pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi telah melalui mekanisme pengadministrasian dimana dalam melaksanakan pengawasan tersebut telah melibatkan beberapa Seksi antara lain :

a. Seksi Pelayanan

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi c. Dan Account Representative

7. Masih adanya Wajib Pajak yang belum sadar untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga masih banyak wajib pajak yang mendapat surat teguran dari Kantor Pelayananan Pajak dimana wajib pajak tersebut terdaftar.

B. SARAN

Ada beberapa saran yang perlu penulis kemukakan dalam tugas akhir ini antara lain :

1. Prosedur pengawasan sudah bagus, dengan adanya sedikit perubahan mengenai jumlah Wajib Pajak yang akan menyampaikan SPT-nya diperlukan adanya mekanisme tambahan untuk dapat mengatasi peningkatan Wajib Pajak.


(5)

2. Disarankan kepada semua pihak di Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Petisah untuk lebih meningkatkan pelayanan bagi Wajib Pajak, terutama dalam memberikan informasi dan penyuluhan bagi masyarakat umumnya dan Wajib Pajak khususnya yang belum menyadari sepenuhmya hak dan kewajiban dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sekarang ini dengan Wajib Pajak jauh lebih besar dibandingkan pihak aparat pajak yang akan melayani Wajib Pajak, maka untuk itu dibutuhkan aparat-aparat yang profesional dalam mengelola penerimaan negara khususnya di bidang pajak.

3. Tindakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam hal pengawasan Penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi sudah sesuai dengan prosedur tetapi disarankan untuk lebih diefektifkan lagi, baik prosedurnya maupun tahap pelaksanaannya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Fidel, 2008, Pajak Penghasilan, Carofin Publishing, Jakarta.

Handayaningrat, Soewarno, 1980, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, CV Haji Masagung, Jakarta.

Mardiasmo, Prof. Dr. MBA; Ak. Perpajakan, Andi, Edisi Revisi 2006, Yogyakarta, 2006.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, Tentang Pajak Penghasilan

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-/ 2/PJ/2011, Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.


Dokumen yang terkait

Dampak Pelaksanaan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)

11 125 176

Praktik Kerja Lapangan Mandiri Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

0 42 64

Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

1 94 65

Pelaksanaan Pengawasan Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1 59 110

Tata Cara Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

26 327 61

Tatacara Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 55 56

Mekanisme Perekaman Data Informasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 65 63

Pelaksanaan Pengawasan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

0 43 43

Pelaksanaan Pemeriksaan Surat Pemberitahuan (Spt) Tahunan Pada Seksi Pph Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

1 45 64

Proses Administrasi Penyampaian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 44 40