65
5 S
ikap Bi jaksa
na 3. Meneladan sikap
bijaksana Br. Bernardus Hoecken, FIC
34.Saya berpikir bahwa setiap orang tidak pernah luput dari
kesalahan, maka saya tidak segera mengadili orang yang
melakukan kesalahan terhadap saya.
9 Me
nc int
ai
P ara
brud er
1. Menjelaskan Arti mencintai para bruder
19. Saya memahami, mengerti cara hidup dan aturan-aturan yang
dijalani oleh para bruder.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Efektivitas
Output
Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran memiliki tujuan utama untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh
Br. Bernardus Hoecken, FIC. Nilai-nilai luhur ini oleh para bruder FIC disebut dengan sepuluh keutamaan Bernardus. Sepuluh keutamaan
tersebut antara lain adalah percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana,
saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder atau sesama Sugi, 2011.
Tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran, jika dilihat dari hasil analisis data pada penelitian ini, menunjukkan pencapaian
output
yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sebagian besar responden peserta didik berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi.
Output
yang
66
demikian menunjukkan bahwa pendidikan karakter kepangudiluhuran secara umum dapat berhasil dengan baik. Pendidikan Karakter
Kepangudiluhuran dapat dipahami, dimengerti, dihayati dan di laksanakan dengan baik dalam hidup sehari-hari.
Output
Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ini tentunya tidak lepas dari proses pendidikan yang baik. Riyanto 2014 menegaskan
bahwa pendidikan yang benar atau baik dapat menjadi suatu usaha untuk pembinaan pribadi untuk mencapai tujuan akhirnya hubungan diri dengan
Tuhan, dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat hubungan diri dengan keluarga, masyarakat, dan alam sekitar. Lebih dari itu, Arikunto
1999 menegaskan bahwa pendidikan yang benar tentu harus diusahakan melalui proses
input
dan transformasi yang baik. Dengan demikian kedua hal tersebut akan menghasilkan sebuah luaran
output
yang bermutu dalam sebuah pendidikan.
Hasil selanjutnya dari penelitian ini adalah adanya sebagian kecil yang menduduki kategori sedang. Data menunjukkan bahwa ada 23,98
atau sekitar 41 peserta didik yang berada pada kategori sedang. Kategori ini secara kriteria termasuk dalam kategori aman. Namun, secara
kedudukan kategori ini berada pada posisi tengah yaitu berada di antara kategori rendah dan kategori tinggi. Memperhatikan pentingnya
peningkatan terus menerus Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran, maka hal ini perlu menjadi perhatian agar pencapaian
output
pendidikan ini dapat menjadi semakin baik.
67
Sukmadinata 2015 mengemukakan bahwa tujuan evaluasi pendidikan secara umum adalah untuk membantu merancang,
menyempurnakan dan menguji pelaksanaan suatu praktik pendidikan. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka hasil dari penelitian ini dapat
menjadi acuan untuk penyempurnaan terhadap Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran demi tercapainya
output
pendidikan yang lebih baik di kemudian hari tentu perlu dilakukan.
Peningkatan dan penyempurnaan dilakukan agar dalam pencapaian pendidikan karakter tidak berhenti dan merasa puas akan hasil yang sudah
didapat. Sebab pendidikan karakter perlu untuk terus menerus ditingkatkan agar karakter kepangudiluhuran sungguh-sungguh menjadi milik secara
penuh dan dapat dihayati, diaplikasikan, serta dihidupi dalam hidup sehari- hari dengan sangat baik.
2.
Output
Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran berdasarkan Aspek Pengetahuan dan Penghayatan
Hasil
output
Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran didasarkan pada data yang mencakup dua aspek yaitu aspek pengetahuan dan aspek
penghayatan. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh Suyanto 2010 yang menyebutkan pendidikan karakter melibatkan aspek pengetahuan
cognitive
, perasaan
feeling
, dan tindakan
action
. Aspek penghayatan dalam penelitian ini merupakan isi dari aspek perasaan dan tindakan yang
dalam pengukurannya dijadikan satu.
68
Jika dilihat dari hasil deskripsi data antara aspek pengetahuan dan penghayatan hasilnya mengalami penurunan frekuensi.
Output
aspek pengetahuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran hasilnya lebih tinggi
jika dibanding dengan
output
aspek penghayatan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran. Hasil ini menunjukkan bahwa tingginya pengetahuan
untuk beberapa peserta didik tidak serta merta menjadikan peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan pengetahuan itu dalam tindakan
nyata di kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang tinggi yang sudah berhasil dikuasai oleh peserta didik masih perlu dimotivasi atau didukung
dalam usaha penghayatannya dalam hidup sehari-hari. Hal ini penting agar pemahaman yang sudah didapatkan tidak menjadi suatu hal yang sia-sia.
Menurut Darminta 2006 nilai-nilai hidup manusia bergerak berlandaskan tiga pijakan utama yaitu kognisi, afeksi, dan aksi. Kognisi
erat kaitannya dengan pemahaman secara logis dalam berbagai bentuk pengetahuan dan daya intelektual. Afeksi merupakan daya untuk
mengendapkan apa yang sudah dipahami dalam ranah kognisi dan keduanya menghasilkan sebuah tindakan dalam bentuk perilaku. Berkaitan
dengan pendapat tersebut maka menjadi jelas bahwa keberhasilan sebuah penanaman nilai harus mencakup tiga aspek tersebut. Jika sebuah nilai
baru mencapai tahap kognisi, maka peningkatan untuk dua hal yang lain yaitu afeksi dan aksi penghayatan perlu ditingkatkan. Peningkatan
bidang penghayatan karakter Kepangudiluhuran dapat dilakukan dengan memberikan tugas terapan yang berkaitan dengan materi dibahas.
69
3. Nilai Karakter Kepangudiluhuran yang Capaian