Seleksi Rumput Tahan Cekaman Kekeringan Dan Potensi Pengembangannya Di Daerah Kering Dengan Teknik Leisa

SELEKSI RUMPUT TAHAN CEKAMAN KEKERINGAN DAN
POTENSI PENGEMBANGANNYA DI DAERAH KERING
DENGAN TEKNIK LEISA

MOH ALI HAMDAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Seleksi Rumput Tahan
Cekaman Kekeringan dan Potensi Pengembangannya di Daerah Kering dengan
Teknik Leisa” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016

Moh Ali Hamdan
D251130221

RINGKASAN

MOH ALI HAMDAN. Seleksi Rumput Tahan Cekaman Kekeringan dan Potensi
Pengembangannya di Daerah Kering dengan Teknik Leisa. Dibimbing oleh
PANCA DEWI MHK dan IWAN PRIHANTORO.
Peternakan ruminansia di Indonesia didominasi oleh peternakan rakyat.
Sebagian besar peternak memanfaatkan rumput sebagai hijauan pakan utama
untuk ternak. Akan tetapi kendala yang dihadapi oleh peternak adalah
ketersediaan hijauan. Kuantitas, kualitas, dan kontinuitas hijauan adalah faktor
penghambat hijauan pakan. Tujuan penelitian adalah menseleksi beberapa jenis
rumput yang tahan terhadap cekaman kekeringan, mengembangkan rumput tahan
kering di daerah kering, mengevaluasi potensi rumput tahan kering, dan untuk
mengetahui dosis pupuk yang sesuai untuk masing-masing jenis rumput tahan
kering dengan menggunakan teknik LEISA.

Penelitian tahap pertama menggunakan 10 jenis rumput yakni Brachiaria
decumbens Stapf, Brachiaria humidicola Schwieck, Brachiaria hybrid cv.
Mulato, Panicum maximum cv. Gatton, Panicum maximum var. Trichoglum,
Paspalum atratum Swollen, Paspalum notatum Flugge, Pennisetum purpureum
cv. Mott, Pennisetum purpureum cv. Taiwan, dan Setaria splendida Stapf.
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat level perlakuan
kadar air dari 100% hingga 25% kapasitas lapang. Peubah yang diamati berupa
respon morfologi, fisiologi, dan kandungan nutrisi dengan tujuan untuk
menseleksi rumput yang tahan kekeringan. Penelitian tahap pertama memberikan
hasil bahwa terdapat 6 rumput yang terpilih untuk dilakukan penelitian kedua.
Keenam rumput tersebut adalah Brachiaria decumbens Stapf, Brachiaria
humidicola Schwieck, Paspalum atratum Swollen, Paspalum notatum Flugge,
Pennisetum purpureum cv. Mott, dan Setaria splendida Stapf.
Penelitian tahap kedua menggunakan rancangan acak lengkap dengan
perlakuan lima kombinasi pupuk yang berbeda berdasarkan teknik LEISA.
Brachiaria decumbens Stapf memiliki produktivitas tertinggi pada lahan terbuka
dengan pemupukan 100% anorganik. Brachiaria humidicola Schwieck di lahan
terbuka dengan pemupukan organik 50% + anorganik 50% memberikan respon
produktivitas terbaik. Paspalum atratum Swollen di lahan terbuka menggunakan
pupuk organik 25% + pupuk anorganik 75% memiliki produktivitas terbaik.

Paspalum notatum Flugge di lahan terbuka dengan pupuk organik 25% +
anorganik 75% memiliki produktivitas terbaik. Pennisetum purpureum cv. Mott di
lahan terbuka memiliki produktivitas terbaik dengan pemberian pupuk 50%
anorganik + pupuk anorganik 50%. Setaria splendida Stapf dengan dosis
pemupukan organik 50% + anorganik 50% memberikan hasil terbaik ketika
ditanam di lahan terbuka.
Kata kunci: seleksi rumput tahan kekeringan, kandungan nutrisi, LEISA, dosis
pupuk, naungan.

SUMMARY

MOH ALI HAMDAN. The Selection of Drought Resistance Grass and Its
Potency on Dry Area by Using LEISA Technique. Supervised by PANCA DMH
KARTI and IWAN PRIHANTORO.
Indonesian ruminant livestock roled traditionally. Grass still the main feed
for cattle. As a tropical country, Indonesia has many grass diversity. However,
grass availability still become an obstacle. The quantity, quality, and continuity
are the limiting factor. The research aimed to select several drought resistance
grass, evaluating its potency and to find out the suitable dose of fertilizer by using
LEISA technique.

The first stage reseach used 10 kinds of grasses, they were Brachiaria
decumbens Stapf, Brachiaria humidicola Schwieck, Brachiaria hybrid cv.
Mulato, Panicum maximum cv. Gatton, Panicum maximum var. Trichoglum,
Paspalum atratum Swollen, Paspalum notatum Flugge, Pennisetum purpureum
cv. Mott, Pennisetum purpureum cv. Taiwan, and Setaria splendida Stapf.
Research used completely randomized design with four water treatments level.
Evaluated variable were mofology, physiology, and nutrition compound. There
were six qualified grasses. They were Brachiaria decumbens Stapf, Brachiaria
humidicola Schwieck, Paspalum atratum Swollen, Paspalum notatum Flugge,
Pennisetum purpureum cv. Mott, and Setaria splendida Stapf.
The second stage used completely randomized design with five fertilizer
combination treatments based on LEISA technique. LEISA application increased
productivity of grasses and each grass gave specified respons. Brachiaria
decumbens Stapf fertilized by 100% anorganic has the best productivity on both
opened and shaded area. Anorganic 100% gave the best productivity of Paspalum
atratum Swollen on shaded area and combination of organic 25% + anorganic
75% gave the best productivity on opened area. Anorganic 100% gave the best
productivity of Paspalum notatum Flugge on shaded area and combination of
organic 25% + anorganic 75% gave the best productivity on opened area.
Anorganic 100% gave the best productivity of Pennisetum purpureum cv. Mott on

shaded area and combination of organic 50% + anorganic 50% gave the best
productivity on opened area. Setaria splendida Stapf fertilized by organic 50% +
anorganic 50% had the best productivity on both opened and shaded area.
Keywords: selection of drought resistance grass, nutrient compound, LEISA,
dosage of fertilizer, shaded area.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

SELEKSI RUMPUT TAHAN CEKAMAN KEKERINGAN DAN
POTENSI PENGEMBANGANNYA DI DAERAH KERING
DENGAN TEKNIK LEISA


MOH ALI HAMDAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji pada Ujian Tesis: Dr Ir Didid Diapari, MS

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Seleksi Rumput Tahan Cekaman
Kekeringan dan Potensi Pengembangannya di Daerah Kering dengan Teknik
Leisa. Penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan, Institut Pertanian
Bogor dan sebagian hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam seminar
internasional “The Third International Seminar on Animal Industry” pada bulan
Agustus 2015 di Bogor.
Karya ilmiah ini disusun untuk menginformasikan hasil penelitian
mengenai potensi rumput tahan cekaman kekeringan di daerah kering Kabupaten
Bojonegoro dengan harapan agar peternak lokal dapat mengatasi masalah
pemenuhan kebutuhan pakan ternak ruminansia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, komisi dosen pembimbing (Prof Dr Panca Dewi Manu Hara Karti MS
dan Dr Iwan Prihantoro, SPt, MSi) yang telah memberikan bimbingan dan segala
bentuk bantuan materi maupun moral sehingga penelitian dan tesis ini dapat
diselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada DIPA IPB
melalui program Penelitian Institusi yang telah membiayai seluruh biaya
penelitian penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih Ketua dan Staf
Sekretariat Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan (Prof Dr Ir
Yuli Retnani MSc, Bapak Supri dan Ibu Ade), Staf Laboratorium Agrostologi,
Bapak Djamil Bojonegoro dan rekan-rekan yang telah terlibat dan membantu
dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di
Program Magister Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor melalui program
BPDDN 2013.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat,
mahasiswa dan khususnya peternak lokal demi kemajuan peternakan Indonesia.
Bogor, Oktober 2016

Moh Ali Hamdan
D251130221

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR

xiii


DAFTAR LAMPIRAN

xiii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

1
1
2

2

METODE
Tahap I : Seleksi Rumput Tahan Kekeringan
Waktu dan Tempat Penelitian
Materi

Metode
Persiapan media tanam
Penentuan kapasitas lapang
Perlakuan
Peubah yang diamati
Persen penurunan peubah seleksi
Rancangan dan model matematika
Penilaian
Tahap II : Pengembangan Rumput Tahan Kekeringan di Lahan Kering
Waktu dan Tempat Penelitian
Materi
Metode
Persiapan Lahan
Penanaman
Pemupukan
Parameter morfologi tanaman
Parameter nutrisi hijauan
Rancangan dan model matematika

3

3
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
6
6
6
7
7
7
7
7
7
7

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap I : Seleksi Rumput Tahan Kekeringan
Mikroklimat Rumah Kaca
Penilaian (Scoring) Rumput Tahan Kekeringan
Rekapitulasi Penilaian Rumput Tahan Kekeringan
Kandungan Nutrisi Tanaman
Tahap II : Pengembangan Rumput Tahan Kekeringan di Lahan Kering
Karakteristik Tanah
Pertumbuhan Tinggi Rumput

9
9
9
9
16
17
18
18
19

Produksi Berat Kering Rumput

25

4

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

33
33
33

5

DAFTAR PUSTAKA

34

6

LAMPIRAN

38

7

RIWAYAT HIDUP

42

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Bobot peubah seleksi rumput tahan kering
Acuan tetapan skor peubah seleksi
Evaluasi peubah konsumsi air
Evaluasi peubah jumlah daun
Evaluasi peubah tinggi tanaman
Evaluasi peubah kadar gula terlarut
Evaluasi peubah kadar air relatif daun
Evaluasi peubah produksi berat kering
Seleksi Rumput Tahan Kering
Kandungan nutrisi rumput
Karakter fisika dan kimia tanah di lokasi peneliian
Pertumbuhan Brachiaria decumbens
Pertumbuhan rumput Brachiaria humidicola
Pertumbuhan rumput Paspalum atratum
Pertumbuhan rumput Paspalum notatum
Pertumbuhan Pennisetum purpureum cv. Mott
Pertumbuhan rumput Setaria splendida
Produksi berat kering rumput di lahan Bojonegoro
Produktivitas rumput musim penghujan
Kandungan nutrient rumput

5
6
10
11
12
13
14
16
17
17
19
20
21
22
23
24
24
26
31
31

DAFTAR GAMBAR

1
2
3

Mikroklimat rumah kaca. (a) rataan suhu, (b) rataan intensitas cahaya
Produksi BK rumput padang penggembalaan
Produksi BK rumput potongan

9
28
29

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5

Analisis ragam konsumsi air Brachiaria decumbens Stapf
Uji duncan konsumsi air Brachiaria decumbens Stapf
Analisis ragam jumlah daun Panicum maximum var. Trichoglum
Uji duncan jumlah daun Panicum maximum var. Trichoglum
Analisis ragam tinggi tanaman Brachiaria hybrid cv. Mulato

38
38
38
38
38

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Uji duncan tinggi tanaman Brachiaria hybrid cv. Mulato
Analisis ragam kadar gula terlarut Paspalum atratum Swollen
Uji duncan kadar gula terlarut Paspalum atratum Swollen
Analisis ragam kadar air relatif daun P. purpureum cv. Mott
Uji duncan kadar air relatif daun P. purpureum cv. Mott
Analisis ragam produksi berat kering B. decumbens Stapf
Uji duncan produksi berat kering Brachiaria decumbens Stapf
Analisis ragam produksi bk Brachiaria decumbens Bojonegoro
Uji duncan produksi bk Brachiaria decumbens Bojonegoro
Estimasi produktivitas rumput musim hujan

39
39
39
39
39
40
40
40
40
41

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Peternakan ruminansia di Indonesia didominasi oleh peternakan rakyat.
Peternak menggunakan sistem pemeliharaan eksteksif dan semi intensif. Akan
tetapi, peternak umumnya tidak memiliki lahan untuk penggembalaan. Peternak
mencari rumput untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan dan menggembalakan
ternak di lahan yang ditmbuhi rumput. Rumput masih menjadi hijauan pakan
utama untuk ternak.
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki keanekaragaman rumput yang
tinggi. Keanekaragaman rumput ini membuat Indonesia memiliki jenis rumput
yang banyak jumlahnya. Akan tetapi, sebagai negara tropis, beberapa daerah di
Indonesia memiliki panjang musim yang berbeda. Ada tiga klasifikasi panjang
musim di Indonesia yaitu musim penghujan yang lebih panjang daripada musim
kemarau, musim penghujan yang sama dengan musim kemarau, dan musim
penghujan yang lebih pendek dari musim kemarau. Ketersediaan hijauan sangat
ditentukan oleh musim, umumnya hijauan melimpah di awal musim kemarau dan
kekurangan di awal musim penghujan. Bagi daerah yang memiliki musim
kemarau lebih panjang dari musim penghujan, ketersediaan hijauan menjadi
faktor penghambat bagi perkembangan peternakan. Widiati (2003) menyatakan
bahwa tidak terjaminnya kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas hijauan pakan
sepanjang tahun dapat mengganggu produktivitas ternak.
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, merupakan daerah kering dengan
musim kemarau yang lebih panjang daripada musim penghujan. Musim kemarau
berlangsung selama delapan bulan dan musim penghujan selama empat bulan
dalam satu tahun. Rataan curah hujan pada tahun 2006 sebanyak 120 mm per
bulan, tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 144 mm per bulan, dan tahun
2008 turun menjadi 142 mm per bulan. Menurut Goenadi (2003) rata-rata interval
curah hujan bulanan di nilai 100 mm hingga 150 mm diklasifikasikan dalam kelas
curah hujan rendah Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa Kabupaten
Bojonegoro memiliki curah hujan yang rendah.
Potensi ternak Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2013 terdiri dari
beberapa jenis, yaitu sapi potong sebanyak 160 037 ekor, sapi perah sebanyak
sembilan belas ekor, kerbau sebanyak 1 026 ekor, kuda sebanyak 123 ekor,
kambing sebanyak 105 013 ekor, dan domba sebanyak 129 990 ekor (BPS
Bojonegoro 2013). Potensi ternak tersebut tentunya memerlukan ketersediaan
hijauan sebagai pakan. Selama ini, pola penyediaan hijauan berasal dari rumput
non budidaya yang tumbuh di daerah sekitar hutan jati. Diketahui bahwa hanya
sebagian kecil peternak saja yang telah membudidayakan rumput dalam skala
kecil. Tingginya populasi ternak dan rendahnya curah hujan menjadikan
ketersediaan hijauan cenderung defisien sepanjang tahun terutama pada musim
kemarau.
Tingginya keanekaragaman jenis rumput di Indonesia menjadi potensi
bagi peternakan. Ada beberapa rumput yang memiliki sifat resisten terhadap
kekeringan, sehingga ketersediaan bisa menjadi andalan bagi pemenuhan
kebutuhan ternak. Hal ini tentu menjadi potensi untuk dikembangkan agar

2

ketersediaannya tidak terlalu dipengaruhi oleh musim. Beberapa rumput yang
tahan kekeringan menurut hasil penelitian Karti (2010) adalah Brachiaria
decumbens Stapf, Brachiaria humidicola Schwieck, Brachiaria hybrid cv.
Mulato, Panicum maximum cv. Gatton, Panicum maximum var. Trichoglum,
Paspalum atratum Swollen, Paspalum notatum Flugge, Pennisetum purpureum
cv. Mott, Pennisetum purpureum cv. Taiwan, Setaria splendida Stapf.
Beberapa kajian menunjukkan bahwa rumput yang tahan kekeringan
memiliki produktivitas yang relatif stabil sepanjang tahun. Apabila
produktivitasnya menurun, penurunan produktivitas tersebut tidak menurun tajam.
Rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) memiliki produksi 2000 hingga
2500 kg/ha/bulan ketika musim penghujan (Olivo et al. 1992; Coser et al. 1997)
dan menurun hingga 1600 kg/ha/bulan pada musim kemarau di daerah tropis
(Werner et al. 1966). Brachiaria humidicola Schwieck memiliki toleransi yang
moderat terhadap naungan dan kemampuan produksinya termasuk tinggi.
Produksi bahan kering Brachiaria humidicola Schwieck pada naungan antara 025% diketahui mencapai 22,0 ton/ha/th dan mencapai 10,5 ton/ha/th pada tingkat
naungan 50-75% (Wong 1990). Selain itu, rumput koronivia (Brachiaria
humidicola Schwieck) cukup persisten dan agresif sebagai salah satu rumput
padang penggembalaan (Abdullah 2010).
Upaya pengembangan rumput tahan kekeringan dapat menggunakan
teknik LEISA. LEISA merupakan singkatan dari Low External Input for
Sustainable Agriculture. Teknik ini memiliki prinsip yang masih mengizinkan
penggunaan input dari luar lingkungan seperti penggunaan pupuk dan pestisida
dalam jumlah yang terbatas namun dapat memberikan peningkatan hasil yang
optimal. Sutanto (2002) menyatakan bahwa penggunaan pupuk kimia masih
dipebolehkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Tanaman yang ditanam
harus memiliki daya adaptasi yang tinggi agar penggunaan external input (pupuk)
dapat diminimalisir (Giovannuci 2007). Oleh karena itu, penggunaan bibit rumput
yang dikembangkan harus memiliki karakter yang tahan terhadap kekeringan.

Tujuan Penelitian
Penelitian memiliki beberapa tujuan yakni (1) menseleksi beberapa jenis
rumput yang tahan terhadap cekaman kekeringan, (2) mengembangkan rumput
tahan kering di daerah kering, (3) mengevaluasi potensi rumput tahan kering, dan
(4) untuk mengetahui dosis pupuk yang sesuai untuk masing-masing jenis rumput
tahan kering dengan menggunakan teknik LEISA.

3

2

METODE

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental yang dibagi menjadi
dua tahap. Tahap pertama yakni seleksi rumput untuk memperoleh jenis yang
tahan terhadap kekeringan. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca agar kondisi
lingkungan dapat dimanipulasi sedemikian rupa agar perlakuan kekeringan dapat
dilakukan. Setelah mendapatkan jenis rumput yang paling tahan terhadap
kekeringan maka penelitian dilanjutkan ke tahap kedua. Penelitian tahap kedua
merupakan penelitian di lapangan yang bertujuan untuk mengembangkannya di
lahan kering.

Tahap I : Seleksi Rumput Tahan Kekeringan
Penelitian tahap pertama menggunakan 10 jenis rumput yang memiliki
sifat tahan kering. Seleksi bertujuan untuk mengeliminasi empat jenis rumput
yang kurang tahan terhadap kekeringan. Keenam jenis rumput terpilih akan
dikembangkan dalam penelitian tahap kedua.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tahap pertama dilakukan di rumah kaca unit agrostologi
kandang B laboratorium lapang Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
pada bulan Oktober hingga Desember 2014.

Materi
Penelitian menggunakan 10 jenis rumput tahan kekeringan. Rumput
tersebut adalah Brachiaria decumbens Stapf, Brachiaria humidicola Schwieck,
Brachiaria hybrid cv. Mulato, Panicum maximum cv. Gatton, Panicum maximum
var. Trichoglum, Paspalum atratum Swollen, Paspalum notatum Flugge,
Pennisetum purpureum cv. Mott, Pennisetum purpureum cv. Taiwan, Setaria
splendida Stapf, tanah latosol dramaga, pupuk kandang, polibag, gembor, ayakan,
meteran, jangka sorong, gunting, kantong kertas, timbangan, oven 60 oC dan oven
105 oC.
Metode
Persiapan media tanam. Media tanam yang digunakan adalah tanah latosol
dramaga dengan penambahan pupuk kandang. Tanah dan pupuk kandang diayak
dengan menggunakan saringan 0,5 cm. Hasil ayakan dicampur secara merata.
Media tanam yang dipergunakan sebanyak 5 kg dengan komposisi tanah 90 % dan
pupuk kandang 10 %. Kemudian media tanam dimasukkan ke dalam polibag.

4

Penentuan kapasitas lapang. Penentuan kapasitas lapang mengacu pada teori
yang dikemukakan Dani dan Warth (2000); Jury (2001). Pada penelitian ini
penyiraman air untuk mencapai kadar jenuh dilakukan selama 24 jam hingga
memperoleh volume air yang kemudian digunakan sebagai perlakuan kontrol.
Perlakuan. Penelitian tahap pertama menggunakan 4 perlakukan yaitu 100%
kapasitas lapang, 75% kapasitas lapang, 50% kapasitas lapang, 25% kapasitas
lapang. Penyiraman dilakukan selama 3 hari sekali untuk mengatur kadar air tanah
agar tidak mencapai level perlakuan yang lain.
Peubah yang diamati. Peubah yang diamati pada penelitian ini ada 3 jenis yaitu
morfologi tanaman (tinggi tanaman dan jumlah daun), fisiologi tanaman
(konsumsi air, kadar air relatif daun dan total gula terlarut), serta produksi (bahan
kering). Metode yang digunakan untuk mengamati peubah tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Konsumsi air. Konsumsi air bagi tanaman dihitung setiap tiga hari sekali.
Tanaman disiram dengan sejumlah air untuk mengembalikan ke kondisi awal
perlakuan cekaman kekeringan yang diberikan. Penambahan air ke tanaman
dihitung sebagai konsumsi air.
2. Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur setiap 7 hari sekali untuk mengetahui
pola pertumbuhan tanaman. Tinggi tanaman diukur dari atas tanah hingga
ujung daun tertinggi dari tanaman tersebut dengan menggukan meteran.
3. Jumlah daun. Jumlah daun dihitung setiap 7 hari sekali untuk mengetahui pola
pertumbuhan tanaman. Daun yang telah mati tidak dihitung.
4. Kadar air relatif daun. Sampel daun segar ditimbang sehingga didapatkan berat
segar (BS), kemudian dimasukkan ke dalam gelas plastik. Gelas plastik berisi
sampel daun segar diberi aquadest sehingga seluruh permukaan daun terendam,
ditutup dengan kertas saring, dan disimpan selama 24 jam. Air yang masih tersisa
dibuang dan sampel ditiriskan dengan tisu, ditimbang sehingga didapatkan berat
turgid (BT). Kemudian sampel di oven pada suhu 60°C selama 2x24 jam,
ditimbang dan didapatkan berat kering (BK). Nilai kadar air relatif daun
BS-BK
didapatkan dengan menggunakan perhitungan: kadar air relatif daun= BT-BK ×100%.
5. Kadar gula terlarut. Pengukuran kadar gula terlarut menggunakan alat
refractometer brix tipe 032. Pada bagian batang rumputdipecah dan diambil air
yang terkandung di dalamnya. Air pada bagian batang tanaman diteteskan pada
bidang pengamatan kemudian ditutup menggunakan tutup yang ada. Setelah itu
dilakukan pembacaan skala kadar gula.
6. Berat kering. Pengukuran berat kering dilakukan saat panen dengan cara
menimbang berat segar saat panen. Setelah itu dilakukan pengeringan secara
diangin-anginkan selama satu hari. Selanjutnya dilakukan pengeringan
menggunakan oven 60°C selama dua hari.
Persen penurunan peubah seleksi. Penurunan peubah seleksi kekeringan
dihitung sebagai salah satu faktor penilaian peubah seleksi selain hasil uji statistik.
Penurunan peubah seleksi menggunakan P4 sebagai kontrol kemudian masingmasing P1, P2, dan P3 dihitung penurunannya dengan rumus sebagai berikut.
Penurunan (%) =

(Perlakuan-P4)
P4

×100 %

5

Rancangan dan Model Matematika
Rancangan percobaan pada penelitian tahap pertama menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan empat ulangan.
Keempat perlakuan tersebut adalah:
P1 : kadar air 25 % kapasitas lapang
P2 : kadar air 50 % kapasitas lapang
P3 : kadar air 75 % kapasitas lapang
P4 : kadar air 100 % kapasitas lapang
dengan menggunakan model matematika RAL sebagai berikut:
Yij = µ + αi + εij
Keterangan:
Yij
: nilai hasil pengamatan pemberian pupuk ke i dan ulangan ke j
µ
: rataan umum
αi
: pengaruh perlakuan pemberian air ke-i
εij
: galat perlakuan pemberian air ke i dan ulangan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA),
apabila beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel
dan Torrie 1995). Pengolahan data menggunakan software statistik SPSS 16.0.
Penilaian. Penilaian (scoring) mengacu pada Rangkuti (1997). Penilaian dibagi
menjadi dua bagian yakni skor dan bobot. Total bobot adalah 100. Bobot
diberikan kepada setiap peubah yang diamati dalam penelitian. Bobot peubah
cekaman kekeringan bervariasi dari yang tertinggi adalah peubah cekaman
kekeringan yang memegang peranan penting dari seleksi kekeringan. Skor
diberikan kepada setiap jenis tanaman dimulai dari hasil respon peubah terhadap
perlakuan kekeringan yang diberikan. Skor tanaman diberikan berdasarkan daya
adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan. Total nilai tertinggi menunjukkan
jenis rumput yang menunjukkan performa paling baik terhadap cekaman
kekeringan. Dari 10 jenis akan dipilih enam jenis dengan total nilai paling tinggi.
Peubah yang digunakan untuk acuan seleksi sebanyak enam kategori yakni
konsumsi air, jumlah daun, tinggi tanaman, kadar gula, kadar air relatif daun, dan
bahan kering. Penetapan penilaian bobot berdasarkan prioritas peubah seleksi.
Detil tetapan nilai peubah seleksi disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Bobot peubah seleksi rumput tahan kering
Peubah
Bobot
Morfologi
tinggi tanaman
10
jumlah daun
10
Fisiologi
konsumsi air
10
kadar air relatif daun
15
kadar gula terlarut
15
Produksi
bahan kering
40

Total Bobot
25

35

40

Keterangan : total bobot adalah 100 yang terbagi menjadi beberapa peubah seleksi

6

Penetapan scoring dilakukan untuk mendapatkan ketahan rumput terhadap
cekaman kekeringan. Masing-masing rumput yang ditanam di rumah kaca
dievaluasi menurut enam peubah seleksi. Penilaian diberikan kepada semua
rumput secara komprehensif menurut respon terhadap perlakuan. Rumput yang
memberikan respon paling baik akan memiliki skor tertinggi dan rumput yang
memberikan respon paling buruk mendapatkan skor terendah. Berikut Tabel 2
adalah acuan tetapan skor untuk tanaman berdasarkan evaluasi daya adaptasi
terhadap cekaman kekeringan.
Tabel 2 Acuan tetapan skor peubah seleksi
Analisa Statistik

Bobot Peubah
10
15
40

Persen Penurunan Peubah

Tidak beda nyata *) 0

10.00

15.00

40.00

Beda nyata *)

9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

13.50
12.00
10.50
9.00
7.50
6.00
4.50
3.00
1.50
0.00

36.00
32.00
28.00
24.00
20.00
16.00
12.00
8.00
4.00
0.00

1 s/d 10
11 s/d 20
21 s/d 30
31 s/d 40
41 s/d 50
51 s/d 60
61 s/d 70
71 s/d 80
81 s/d 90
91 s/d 100

Keterangan: *) Analisa statistik menggunakan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT)

Tahap II : Pengembangan Rumput Tahan Kekeringan di Lahan Kering
Penelitian tahap kedua menggunakan enam jenis rumput yang memiliki
total nilai hasil seleksi tertinggi. Total nilai tertinggi menunjukkan respon paling
baik terhadap cekaman kekeringan. Keenam jenis rumput terpilih ditanam di
Kabupaten Bojonegoro sebagai salah satu daerah kering di Jawa Timur yang
sedang aktif mengembangkan peternakan rakyat ruminansia.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tahap kedua dilakukan di hutan jati Desa Sambeng, Kecamatan
Kasiman, Kabupaten Bojonegoro. Penelitian tahap kedua ini dilaksanakan pada
bulan Desember 2014 hingga Januari 2015.
Materi
Penelitian menggunakan enam jenis rumput hasil seleksi tahap pertama,
pupuk organik (Petroorganik), pupuk anorganik (Urea, SP36, KCl), herbisida,

7

sabit, meteran, ember, gembor, cangkul, kantong kertas, alat tulis, timbangan,
plastik sampel, karung.
Metode
Persiapan Lahan. Tahap pertama dari persiapan lahan adalah land clearing.
Metode land clearing meliputi pembakaran lahan, penyemprotan herbisida, dan
pemotongan gulma.
Penanaman. Rumput ditanam pada lahan yang telah disiapkan dengan jarak
tanam sebesar 75 cm. Pemangkasan dilakukan pada hari ke-30 setelah
penanaman. Pemangkasan dilakukan untuk penyamarataan tinggi dan ukuran
tanaman sehingga tanaman memiliki ukuran yang seragam. Tanaman dipangkas
dengan tinggi 10 cm di atas tanah yang selanjutnya disebut tinggi awal (H0).
Pemupukan. Pemupukan dilakukan setelah pemangkasan. Pemupukan
menggunakan metode LEISA (Low External Input for Sustainable Agriculture).
LEISA merupakan suatu pola usaha tani yang memanfaatkan sumberdaya alam
seperti pupuk organik serta sumber daya hayati (mikroba berguna) dalam bentuk
pupuk hayati, namun penggunaan input luar (pupuk anorganik dan pestisida
kimia) masih diperbolehkan dalam jumlah yang lebih rendah selama produk yang
dihasilkan aman dan sehat (Sutanto 2002); (Giovannucci 2007). Pupuk yang
digunakan adalah pupuk organik (Petroorganik) dan pupuk anorganik (Urea,
SP36, dan KCl). Dosis pupuk organik yang digunakan adalah 5 ton/ha, dosis
pupuk urea sebanyak 200 kg/ha, dosis pupuk SP36 sebanyak 150 kg/ha, dan dosis
pupuk KCl sebanyak 100 kg/ha. Berdasarkan dosis tersebut diperoleh dosis untuk
pemupukan tanaman berdasarkan satuan luas tanam.
Parameter morfologi tanaman. Parameter diukur pada saat pemeliharaan dan
pemanenan. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman dan produksi berat
kering.
Parameter nutrisi hijauan. Parameter nutrisi yang digunakan adalah analisa
proksimat (AOAC 2005) dan analisa Van Soest (1991).
Rancangan dan model matematika. Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 2x5 dengan
2 faktor yakni dosis pupuk dan lokasi tanam. Lokasi tanam yakni di bawah
naungan dan lahan terbuka. Lima perlakuan dan masing-masing perlakuan
memiliki empat ulangan. Perlakuan dosis pupuk tersebut adalah:
P1 : 100 % pupuk organik
P2 : 75 % pupuk organik + 25 % pupuk anorganik
P3 : 50 % pupuk organik + 50 % pupuk anorganik
P4 : 25 % pupuk organik + 75 % pupuk anorganik
P5 : 100 % pupuk anorganik
Adapun model matematika rancangan tersebut adalah sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

8

Keterangan:
Yijk
: nilai hasil pengamatan pemberian pupuk ke i dan ulangan ke j
µ
: rataan umum
αi
: pengaruh taraf ke-i dari faktor A
βj
: pengaruh taraf ke-j dari faktor B
(αβ)ij : pengaruh taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
εijk
: galat dari satuan percobaan ke-k
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA),
apabila beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel
dan Torrie 1995). Pengolahan data menggunakan software statistik SPSS 16.0.

9

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap I : Seleksi Rumput Tahan Kekeringan
Mikroklimat Rumah Kaca
Penelitian tahap pertama dilaksanakan di rumah kaca laboratorium lapang
agrostologi, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Oktober hingga Desember 2014.
Pada bulan tersebut merupakan musim penghujan. Hujan sering terjadi saat sore
hari.

(a)

(b)

Gambar 1 Mikroklimat rumah kaca. (a) rataan suhu, (b) rataan intensitas cahaya

Suhu dan kelembaban rata-rata harian di rumah kaca adalah 30,4°C dan
70,3%. Pada Gambar 1, suhu terendah terjadi pada sore hari dan suhu maksimum
terjadi pada siang hari. Pada minggu kelima terdapat perbedaan dengan mingguminggu sebelumnya. Suhu sore hari lebih tinggi daripada pagi hari. Hal tersebut
terjadi karena sore hari pada minggu kelima cuaca cukup cerah dan tidak terjadi
hujan. Cuaca cerah pada sore hari di minggu kelima mengakibatkan intensitas
cahaya lebih tinggi daripada minggu-minggu sebelumnya. Mikroklimat ini
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan rumput. Treshow (1970) menyatakan
tanaman akan melakukan adaptasi terhadap lingkungan.
Penilaian (Scoring) Rumput Tahan Kekeringan
Peubah diamati untuk mengetahui upaya rumput beradaptasi terhadap
cekaman kekeringan. Salisbury dan Ross (1991) mengelompokkan menjadi 2
mekanisme adaptasi. Mekanisme tersebut adalah drought tolerance dan drought
avoidance. Mekanisme drought tolerance (toleran kekeringan) meliputi
peningkatan rasio akar tajuk (Li et al. 2010). Mekanisme drought avoidance
(menghindari kekeringan) meliputi mengurani perkembangan daun dan penurunan
kadar air relatif daun (Calvet et al. 2004).
Besarnya nilai maksimal sesuai dengan bobot masing-masing peubah.
Total nilai (skor) maksimum dari rumput adalah 100. Rumput yang memiliki total
nilai (skor) yang tertinggi dinilai mampu beradaptasi terhadap kekeringan dengan
baik. Berikut ini adalah tabel yang berisi tentang detil penilaian masing-masing
rumput terhadap peubah seleksi cekaman kekeringan.

10

Tabel 3 Evaluasi peubah konsumsi air
Jenis Rumput
B. decumbens
Skor
B. humidicola
Skor
B. hybrid cv.
Mulato
Skor
P. maximum cv.
Gatton
Skor
P. maximum var.
Trichoglum
Skor
P. atratum
Skor
P. notatum
Skor
P. purpureum
cv. Mott
Skor
P. purpureum
cv. Taiwan
Skor
S. splendida

Konsumsi Air (gram)
P1

P2

P3

P4

36.61±5.06bc

53.75±7.53c

33.04±5.83a

48.10±11.80ab

7

10

6

39.11±4.18b

41.61±4.36b

37.14±5.24b

6

6

6

47.08±4.19b

65.60±4.08a

40.48±4.61b

3

8

2

44.88±2.04b

51.55±2.70b

42.80±3.76b

8

7

5

41.31±4.68b

49.76±5.78ab

40.71±7.09b

7

8

7

40.30±1.83b

58.39±3.74a

36.61±4.78b

6

8

5

37.68±0.68b

54.76±5.75a

38.39±5.12b

7

10

8

40.83±5.86

53.75±2.30

41.07±9.62

10

10

10

42.02±3.19c

63.04±6.31ab

47.56±9.37bc

5

8

6

38.57±3.07c

51.37±8.12b

38.87±5.90c

61.73±2.63a
72.08±7.58a

73.10±9.98a

56.19±7.00a
65.77±1.07a
47.80±1.43ab
54.76±1.36

73.10±2.33a

Rataan
Skor
Tanaman
7.67
6.00
4.33

6.67

7.33
6.33
8.33
10.00

6.33

76.90±1.61a

5.67
Skor
5
6
6
Keterangan: P1:kadar air 25% dari kapasitas lapang, P2: kadar air 50% dari kapasitas lapang, P3:
kadar air 75% dari kapasitas lapang, P4: kadar air 100% dari kapasitas lapang. Angka yang diikuti
oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan ada pengaruh yang berbeda nyata
(P