Efisiensi Pada Usahatani Ubikayu Di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung.

EFISIENSI PADA USAHATANI UBIKAYU
DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
PROVINSI LAMPUNG

NUNI ANGGRAINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Efisiensi pada
Usahatani Ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
pada tesis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di
bagian akhir tesis.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015

Nuni Anggraini
NIM H453130191

RINGKASAN
NUNI ANGGRAINI. Efisiensi pada Usahatani Ubikayu di Kabupaten Lampung
Tengah Provinsi Lampung. (HARIANTO sebagai ketua, LUKYTAWATI
ANGGRAENI sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Komoditas ubikayu di indonesia merupakan komoditas tanaman pangan
terbesar kedua dari sisi produksi dengan pangsa produksi sebesar 20.67 persen
setelah komoditas padi pada tahun 2012. Salah satu daerah penghasil ubikayu di
Indonesia adalah Provinsi Lampung dengan sentra produksinya berada di
Kabupaten Lampung Tengah. Apabila dilihat dari sisi produktivitasnya,
produktivitas ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah masih rendah. Menurut
Kementerian Pertanian (2012), produktivitas potensial ubikayu di Provinsi
Lampung dapat mencapai 35-60 ton/ha. Sementara produktivitas ubikayu di
Kabupaten Lampung Tengah baru mencapai 25.78 ton/ha meskipun produktivitas
ini sudah lebih tinggi dari produktivitas ubikayu nasional. Hal ini

mengindikasikan belum efisiennya pengalokasian faktor-faktor produksi dan
kurang memadainya kemampuan petani dalam mengelola usahataninya.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah, (2)
menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi
usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah, dan (3) mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi pada
usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini dilakukan di
sentra produksi utama ubikayu Provinsi Lampung, yaitu Kabupaten Lampung
Tengah. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling
terhadap 78 petani ubikayu. Metode analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ubikayu, tingkat efisiensi teknis, dan inefisiensi teknis menggunakan
model fungsi produksi stochastic frontier dengan metode Maximum Likelihood
Estimation (MLE). Tingkat efisiensi alokatif dan ekonomi dianalisis dengan
menggunakan fungsi biaya dual frontier, sedangkan faktor inefisiensi alokatif dan
ekonomi dianalisis menggunakan model tobit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah adalah luas lahan, jumlah bibit,
pupuk N, dan pupuk K. Variabel yang memiliki nilai koefisien atau elastisitas
tertinggi adalah luas lahan, yang berarti bahwa produksi ubikayu sangat responsif

terhadap penggunaan lahan. Usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah
belum efisien baik secara teknis, alokatif maupun ekonomi dengan rata-rata nilai
efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi masing-masing sebesar 0.69, 0.71, dan
0.47. Hal ini mengindikasikan bahwa petani ubikayu di Kabupaten Lampung
Tengah belum secara optimal dalam mengalokasikan penggunaan input pada
tingkat biaya yang minimum. Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap
inefisiensi teknis adalah umur petani, umur panen, jumlah anggota keluarga, dna
akses kredit. Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap inefisiensi alokatif
adalah jarak lahan ke pabrik, sedangkan jumlah anggota keluarga dan akses kredit
berpengaruh terhadap inefisiensi ekonomi.
Kata Kunci : Efisiensi teknis, efisiensi alokatif, efisiensi ekonomi, usahatani
ubikayu, stochastic frontier

SUMMARY
NUNI ANGGRAINI. Efficiency of Cassava Farming in Central Lampung
Regency Lampung Province. (HARIANTO as leader, LUKYTAWATI
ANGGRAENI as a member of the supervising commission).
Cassava in Indonesia is the second largest food crop in terms of production
after paddy in 2012. Share of cassava production in Indonesia is 20,67%. One of
the cassava producing areas in Indonesia is Lampung Province with production

centers in Central Lampung Regency. However, when seen in terms of
productivity, the productivity of cassava in Central Lampung Regency is
relatively low. According to the Ministry of Agriculture (2012), the potential
productivity of cassava in Lampung Province could reach 35-60 tonnes/ha. While
the productivity of cassava in Central Lampung Regency reached 25.78 tonnes/ha,
although productivity has been higher than the national cassava productivity. It
indicates the allocation of production factors is not efficient and the ability of
farmers to manage their farming inadequate.
This research aims to : (1) analyze the factors that influence the cassava
production in Central Lampung Regency, (2) measure the level of technical,
allocative and economic efficiencies of cassava farming in Central Lampung
Regency, (3) identify the factors that influence the technical, allocative and
economic inefficiencies of cassava farming in Central Lampung Regency. This
research was conducted in cassava production center in Lampung Province,
namely Central Lampung Regency. A simple random sampling technique was
used to select 78 cassava farmers. This research was used the Cobb-Douglas
stochastic frontier production function with Maximum Likelihood Estimation
procedure to estimate the coefficients of the parameters of the production function
and also to predict technical efficiencies of the farmers. The level of allocative
and economic efficiencies were analyzed using the dual frontier cost function,

whereas the factors that influence the allocative and economic inefficiencies were
analyzed using tobit models.
The results showed that the factors affecting the cassava production in
Central Lampung Regency were land, seeds used, N fertilizer, and K fertilizer.
The variables that have the highest elasticity value is the land area, which means
that the production of cassava is very responsive to the use of land. The level of
technical, allocative and economic efficiencies of cassava farming were inefficient
with average technical, allocative and economic efficiencies value respectively of
0.69; 0.71; and 0.47. This indicates that cassava farmers in Central Lampung
regency has not been optimally allocate the use of inputs at the level of the
minimum cost. The results also showed that Age of farmer, the time of harvest,
household size, and access to credit were statistically significant technical
inefficiency factors. Socio-economic variables that significantly affect the
allocative inefficiency was distance from the fields to the factory, while the
household size and access to credit affect economic inefficiency.
Keywords : Technical efficiency, allocative efficiency, economic efficiency,
cassava farming, stochastic frontier

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EFISIENSI PADA USAHATANI UBIKAYU
DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
PROVINSI LAMPUNG

NUNI ANGGRAINI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi Pembimbing

: Dr Alla Asmara, SPt MSi

Penguji Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian

: Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS

PRAKATA
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih pada
penelitian adalah tentang efisiensi usahatani dengan judul Efisiensi pada
Usahatani Ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Tesis ini
disusun sebagai tugas akhir dari tugas belajar pada Program Magister Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak atas bantuan dan

dukungan sehingga tesis ini dapat terselesaikan yaitu kepada:
1. Dr Ir Harianto, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Dr Lukytawati
Anggraeni, SP, M.Si sebagai Anggota Pembimbing yang selalu meluangkan
waktunya untuk memberikan koreksi dan telah membimbing dengan baik
serta memberikan banyak masukan demi kesempurnaan tesis ini.
2. Dr Ir Alla Asmara, SPt, MSi selaku penguji Luar Komisi dan Prof Dr Ir Sri
Hartoyo, MS selaku penguji Wakil Komisi Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian atas semua pertanyaan, masukan dan saran untuk perbaikan yang
diberikan kepada penulis.
3. Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menempuh
pendidikan.
4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian
Bogor atas segala ilmu yang diberikan selama proses perkuliahan dan Insya
Allah ilmu yang telah diberikan akan menjadi bekal dan diamalkan oleh
penulis. Begitu juga kepada Kepala Tata Usaha Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian beserta staff atas pelayanan akademik dan kemahasiswaan.
5. Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia atas kesempatan dan dukungan beasiswa BPPDN pendidikan
Program Megister di IPB.

6. Pengahargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada keluarga yaitu orang tua
penulis Bapak Syamsudin dan Ibu Siti Mrehati, Kakanda Hidayat Saputra SP,
M.Si dan adikku Desi Setiawati, S.H, Susi Wulan Sari dan Koharudin atas
doa, semangat dan kasih sayang yang tak terhingga.
7. Sahabatku Rini Desfaryani, Ahmad Zainudin, Ahmad Fanani, Gita Vinanda,
Joko Adrianto, Moh. Ibrahim, Stevana Astra Jaya, Pebriani Komba yang
sudah menjadi sahabat, memberikan dukungan serta semangat dan menjadi
keluarga di Bogor.
8. Teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) khususnya S2
angkatan 2013 dan juga kepada teman-teman S3 EPN 2012 yang telah berbagi
ilmu, berdiskusi dan belajar bersama selama mengikuti kuliah.
Semoga tesis ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi terutama menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dan yang
memerlukannya untuk kepentingan yang lebih baik.
Bogor, Oktober 2015
Nuni Anggraini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup dan Keterbatasan penelitian
2

3

4

5

xiii
xvi
xvi
1
5
7

7

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
Produksi dan faktor produksi
Konsep efisiensi produksi
Fungsi produksi frontier
Regresi tobit
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Kerangka Konseptual
Hipotesis

9
9
9
12
14
14
16
19

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengambilan Sampel
Jenis dan Sumber Data
Model dan Analisis Data
Analisis fungsi produksi stochastic frontier
Analisis efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi
Analisis inefisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi
Analisis pendapatan usahatani ubikayu
Definisi Operasional

20
20
20
21
21
22
24
25
26

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
KERAGAAN USAHATANI UBIKAYU
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Deskripsi Petani Responden Ubikayu
Keragaan Usahatani Ubikayu
Penggunaan Input dan Produksi Usahatani Ubikayu
Pendapatan Usahatani Ubikayu

DAN

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI USAHATANI
UBIKAYU
Pendugaan Fungsi Produksi Ubikayu dengan Metode OLS
dan MLE
Efisiensi Teknis, Alokatif, dan Ekonomi Petani Ubikayu
Inefisiensi Teknis Petani Ubikayu
Faktor yang Mempengaruhi Infisiensi Alokatif dan Ekonomi

28
33
38
42
45

49
52
54
57

6

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

59
59
60
65
79

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

20

Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu beberapa sentra
di Indonesia Tahun 2012
Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu
menurut
kabupaten di Lampung Tahun 2012
Penyebaran luas lahan menurut penggunaannya di Kabupaten
Lampung Tengah Tahun 2012
Jumlah penduduk menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis
kelamin di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012
Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman pangan di
Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012
Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu menurut
kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013
Sebaran petani responden berdasarkan umur di Kabupaten
Lampung Tengah
Sebaran petani responden berdasarkan pendidikan di Kabupaten
Lampung Tengah
Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman di Kabupaten
Lampung Tengah
Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan
keluarga di Kabupaten Lampung Tengah
Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan garapan dan
status kepemilikan lahan di Kabupaten Lampung Tengah
Keanggotaan petani responden dalam kelompok tani di Kabupaten
Lampung Tengah
Rata-rata jumlah kredit petani ubikayu berdasarkan skala usaha di
Kabupaten Lampung Tengah
Penggunaan input dan produksi usahatani ubikayu di Kabupaten
Lampung Tengah
Rata-rata harga input dan produksi usahatani ubikayu di
Kabupaten Lampung Tengah
Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan per hektar per musim
usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015
Pendugaan fungsi produksi frontier dengan metode pendugaan
MLE ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah
Sebaran hasil efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi petani ubikayu
di Kabupaten Lampung Tengah
Hasil pendugaan parameter model efek inefisiensi teknis fungsi
produksi stochastic frontier petani ubikayu di Kabupaten
Lampung Tengah Tahun 2015
Faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi alokatif dan
ekonomi

2
4
30
31
31
32
33
34
34
35
35
36
38
42
45
47
50
52

54
57

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu di Lampung Tahun
2004-2013
Pengukuran efisiensi teknis dan alokatif orientasi input
Konsep efisiensi teknis dan alokatif orientasi output
Fungsi produksi stochastic frontier
Kerangka konseptual penelitian

3
10
11
13
18

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

4

5
6
7

Hasil pendugaan parameter fungsi produksi ubikayu di kabupaten
Lampung Tengah dengan metode OLS model 1
Hasil pendugaan parameter fungsi produksi ubikayu di kabupaten
Lampung Tengah dengan metode OLS model 2
Hasil pendugaan fungsi produksi dan inefisiensi teknis usahatani
ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah dengan metode MLE
menggunakan program Frontier 4.1
Perhitungan nilai efisiensi alokatif dan ekonomi usahatani ubikayu di
Kabupaten Lampung Tengah dengan menggunakan fungsi dual
frontier
Rata-rata nilai efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi berdasarkan
skala usaha
Hasil pendugaan parameter inefisiensi alokatif usahatani ubikayu di
Kabupaten Lampung Tengah dengan menggunakan model Tobit
Hasil pendugaan parameter inefisiensi ekonomi usahatani ubikayu di
Kabupaten Lampung Tengah dengan menggunakan model Tobit

67
68

69

75
76
77
78

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor ekonomi yang penting kedudukannya di
Indonesia sebagai sumber pendapatan masyarakat dan menyediakan lapangan
pekerjaan. Data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas harga berlaku
menurut sektor usaha pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sektor pertanian
menjadi sektor utama kedua yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.
Sektor pertanian menyumbang 14.43 persen dari total PDB pada tahun 2013
setelah industri pengolahan (23.69 persen). Melihat pentingnya sektor pertanian,
maka diperlukan upaya nyata untuk mengembangkan dan memajukan sektor
pertanian secara berkelanjutan (BPS, 2014).
Sektor pertanian secara luas terdiri dari beberapa subsektor yaitu subsektor
tanaman pangan, hortikultura, perikanan, kehutanan dan perternakan. Sub sektor
tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan
mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan,
penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa. Hal ini terlihat bahwa subsektor
tanaman pangan mempunyai kontribusi yang paling besar terhadap PDB sektor
pertanian yaitu sebesar 47.43 persen disusul oleh subsektor perikanan (22.26
persen) (BPS, 2014). Sampai saat ini hampir seluruh masyarakat Indonesia masih
menjadikan beras sebagai makanan pokok. Oleh karena itu, untuk mengurangi
ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras diperlukan adanya alternatif
pangan pengganti beras yang menjadi sumber karbohidrat misalnya ubikayu
dalam mewujudkan program diversifikasi pangan.
Seiring berjalannya waktu, ubi kayu tidak hanya digunakan sebagai bahan
makanan untuk konsumsi dan bahan baku tapioka melainkan terus dikembangkan
untuk industri yang mengembangkan energi nonfosil berupa bioenergi, sebagai
pengganti sumber energi bahan bakar minyak. Produk utama yang dihasilkan oleh
industri-industri bioenergi antara lain adalah bioetanol atau biofuel. Ubikayu juga
memiliki
karakteristik
yang
membuat
menarik
petani
dalam
membudidayakannya. Hal ini dikarenakan ubikayu kaya akan karbohidrat,
tersedia sepanjang tahun dan lebih toleran terhadap tanah yang memiliki
kesuburan yang rendah serta tahan terhadap kekeringan, hama dan penyakit
(Aboki et al. 2013).
Indonesia merupakan salah satu produsen ubikayu dunia. Pada tahun 2012
produksi ubikayu Indonesia (23.92 juta ton) di dunia menempati urutan kedua
setelah Nigeria (54.00 juta ton). Akan tetapi Indonesia berada pada urutan kelima
negara-negara produsen ubikayu dengan produktivitas sebesar 21.36 ton/ha
dengan produktivitas tertinggi dicapai oleh negara India yaitu sebesar 36.41
ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2013). Komoditas ubikayu di Indonesia merupakan
komoditas tanaman pangan terbesar kedua dari sisi produksi dengan pangsa
produksi sebesar 20.67 persen setelah komoditas padi pada tahun 2012. Produksi
ubikayu pada tahun 2012 sebesar 24.18 juta ton umbi basah, meningkat sebanyak
133.35 ribu ton (0.55 persen) dibandingkan tahun 2011. Peningkatan produksi
ubikayu tahun 2012 terjadi di Pulau Jawa sebesar 607.66 ribu ton, sedangkan
diluar pulau jawa mengalami penurunan sebesar 474.32 ribu ton (BPS, 2013).

Berdasarkan potensi fisik, seperti kesesuaian lahan, iklim, sumber daya
manusia, dan tingkat adaptasi teknologi, maka tanaman ubikayu dapat
dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Data produksi ubikayu di
Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat empat provinsi yang
merupakan sentra produksi ubikayu di Indonesia, yaitu Provinsi Lampung, Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Provinsi Lampung merupakan sentra
produksi ubikayu terbesar di Indonesia. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubikayu beberapa sentra di
Indosesia Tahun 2012
No

Propinsi

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas
(Ton/Ha)

Share
produksi(%)

1

Lampung

324 749

8 387 351

25.83

34.69

2

Jawa Timur

189 982

4 246 028

22.35

17.56

3

Jawa Tengah

176 849

3 848 462

21.76

15.92

4

Jawa Barat
Indonesia

100 159
1 129 688.00

2 131 123
24 177 372.00

21.28
21.40

8.81
100.00

Sumber : BPS, 2014

Mengingat potensi pengembangan produk berbasis ubikayu yang cukup luas
dan belum jenuhnya potensi pasar ubikayu, baik di dalam maupun di luar negeri,
sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan penduduk dan industri, maka
pengembangan agribisnis ubikayu di Indonesia umumnya dan di Provinsi
Lampung pada khususnya sangat diperlukan. Produksi ubikayu di Provinsi
Lampung selama kurun waktu sepuluh tahun (2004-2013) menunjukkan adanya
fluktuasi pada luas lahan dan produksinya tetapi produktivitasnya selalu
mengalami peningkatan. Penurunan produksi disebabkan karena penurunan luas
lahan di beberapa sentra produksi ubikayu di Lampung.
Luas Panen (ha)

Luas
400000
300000
200000
100000
0
2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Periode

a. Luas panen ubikayu
Produksi

Produksi (ton)

10000000
5000000
0
2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

b. Produksi ubikayu

2011

2012

2013

Periode

Produktivitas

Produktivitas (ton/ha)

30.00
20.00
10.00
0.00
2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Periode

c. Produktivitas ubikayu
Sumber : BPS, 2014

Gambar 1. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubikayu di Lampung Tahun
2004-2013
Pada tahun 2012 produksi ubikayu mencapai 8.39 juta ton umbi basah.
Produksi ini menyuplai sepertiga produksi ubikayu nasional sehingga menjadikan
Provinsi Lampung sebagai penghasil ubikayu terbesar di Indonesia. Produksi
ubikayu yang dihasilkan di Lampung merupakan gabungan dari berbagai varietas
ubikayu seperti varietas UJ-3 (Thailand), UJ-5 (Cassesart) dan varietas klon lokal.
Dua jenis varietas yang banyak ditanam oleh petani adalah varietas UJ-3
(Thailand) dan UJ-5 (Cassesart) dengan rata-rata produktivitas yang bisa dicapai
sebesar 35-40 ton/ha (Thailand) dan 45-60 ton/ha (Cassesart) (Kementan, 2012).
Populernya ubikayu di Lampung saat ini dikarenakan budidaya ubikayu yang
relatif mudah dikembangkan dan cepat terserap di pasar. Selain itu, keberadaan 66
pabrik tapioka yang tersebar di Lampung menjadi penyerap terbesar ubikayu
basah di Lampung. Ubikayu di Lampung juga diharapkan menjadi makanan
alternatif pengganti beras, dimana telah dikembangkan beras olahan dari ubikayu
yang dinamakan ‘beras siger’.
Kabupaten Lampung Tengah merupakan sentra produksi ubikayu utama di
Provinsi Lampung. Pada tahun 2012 produksi ubikayu di Kabupaten Lampung
Tengah sebesar 3.37 juta ton umbi basah atau setara dengan 40.20 persen dari
total produksi ubikayu di Provinsi Lampung. Apabila dilihat dari sisi
produktivitas, produktivitas tertinggi masih dicapai oleh Kabupaten Mesuji (27.36
ton/ha) sedangkan Kabupaten Lampung Tengah berada pada urutan keenam
setelah Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang Barat, Tulang Bawang, Lampung
Utara, dan Lampung Timur. Produktivitas ubikayu Kabupaten Lampung Tengah
yang masih rendah disebabkan oleh keterbatasan penguasaan teknologi produksi,
keterbatasan modal usahatani, manajemen budidaya yang belum efisien, serta
tidak adanya jaminan pasar yang menyebabkan lemahnya insentif harga yang
diterima petani akibat dari posisi tawar (bargaining position) petani terhadap
pabrik yang sangat rendah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura,
2013).

Tabel 2. Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu menurut kabupaten di
Provinsi Lampung Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kabupaten/Kota
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Tulang Bawang Barat
Bandar Lampung
Metro

Luas Panen (Ha)
674
585
10 100
47 555
130 781
51 782
15 725
19 767
3 323
621
4 629
38 926
159
122

Produksi (Ton)
13 680
12 270
214 730
1 236 925
3 371 618
1 357 275
373 832
532 395
71 001
12 850
126 661
1 058 194
3 390
2 530

Produktivitas
(Ton/Ha)
20.30
20.97
21.26
26.01
25.78
26.21
23.77
26.93
21.37
20.69
27.36
27.18
21.32
20.74

Sumber : BPS, 2013

Permasalahan produktivitas usahatani yang rendah berkaitan erat dengan
persoalan efisiensi dalam penggunaan input. Dimana alokasi penggunaan input
yang belum sesuai dengan yang dianjurkan. Efisiensi merupakan faktor yang
sangat penting dalam penentuan pertumbuhan produktivitas terutama pada
pertanian di negara berkembang dimana sumber daya yang terbatas dan
kurangnya kesempatan dalam mengembangkan dan mengadopsi teknologi yang
lebih baik (Bifarin, 2010). Evaline (2013) menyatakan bahwa efisiensi dapat
dicapai dengan baik dengan meminimalkan sumber daya yang dibutuhkan untuk
memproduksi output tertentu, atau memaksimalkan output yang dihasilkan dari
sumber daya tertentu. Oleh karena itu harus disertai dengan penggunaan sumber
daya yang efisien sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
Kemampuan petani dalam mengelola dan mengalokasikan berbagai input
yang digunakan dalam usahatani berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas
serta memberikan gambaran mengenai tingkat efisiensi yang dicapai oleh petani.
Selain itu faktor sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap efisiensi teknis
usahatani. Beberapa penelitian menemukan bahwa petani di negara berkembang
belum sepenuhnya mencapai efisiensi teknis (Bravo-Ureta dan Pinheiro 1997;
Ahmad et al. 2002; Asadullah dan Rahman 2005). Bravo-Ureta and Pinheiro
(1997) menyatakan bahwa rata-rata efisiensi teknis yang dicapai petani di negara
berkembang baru mencapai 66-70 persen atau inefisiensi teknis berkisar antara
30-34 persen. Penggunaan input dan pencapaian efisiensi teknis merupakan kunci
penentu untuk mempercepat pertumbuhan sektor pertanian. Efisiensi teknis dan
alokatif merupakan dua elemen penting dari efisiensi produksi. Hal ini mendorong
perlu adanya kebutuhan akan analisis efisiensi baik secara teknis, alokatif maupun
ekonomi serta faktor inefisiensi usahatani untuk membantu dalam hal peningkatan
kemampuan mengelola usahatani dan kendala peningkatan produktivitas
mengingat bahwa Provinsi Lampung merupakan produsen ubikayu terbesar di
Indonesia.

Perumusan Masalah
Ubikayu merupakan komoditi strategis sebagai sumber pendapatan bagi
petani yang berperan dalam peningkatan kesejahteraan petani. Ubikayu selain
dapat dijadikan bahan pangan juga dimanfaatkan sebagai konsumsi pangan lokal,
bahan baku industri, dan pakan ternak. Untuk itu diperlukan adanya skenario dan
strategi pencapaian produksi untuk pemenuhan kebutuhan ubikayu dalam negeri,
yang akan dilakukan dengan peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam dan
optimalisasi pembinaan di daerah sentra produksi maupun daerah pengembangan
(Kementan, 2012).
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usahatani ubikayu
Indonesia adalah rendahnya penerapan teknologi, terbatasnya modal usahatani,
sempitnya lahan skala usaha, terjadinya fluktuasi produksi dan harga pada saat
panen raya dan sifat ubikayu yang mudah rusak. Adanya permasalahan tersebut
menyebabkan produktivitas ubikayu yang masih rendah (Darwis et.al. 2008).
Jika dilihat dari sisi produktivitas, produktivitas ubikayu di Provinsi
Lampung khususnya di Kabupaten Lampung Tengah masih tergolong rendah.
Menurut Kementan (2012), produksi potensial tanaman ubikayu di Provinsi
Lampung untuk varietas UJ-3 (Thailand) dan UJ-5 (Cassesart) dapat mencapai
rata-rata produktivitas dari varietas tersebut sebesar 35-40 ton/ha (Thailand) dan
45-60 ton/ha (Cassesart), sementara rata-rata produktivitas ubikayu di Kabupaten
Lampung Tengah baru mencapai 25,78 ton/ha meskipun produktivitas ini sudah
lebih tinggi dari produktivitas ubikayu nasional. Hal ini mengindikasikan belum
efisiennya pengalokasian faktor-faktor
produksi dan kurang memadainya
kemampuan petani dalam mengelola usahataninya.
Permasalahan produktivitas ubikayu yang masih rendah di Kabupaten
Lampung Tengah diduga akibat alokasi penggunaan faktor produksi (input)
seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja yang masih belum optimal. Hal
ini didukung oleh penelitian Anggraini (2013) yang menunjukkan bahwa rata-rata
petani belum secara optimal dalam pengalokasian faktor-faktor produksi dimana
penggunaan faktor-faktor produksi oleh petani ubikayu masih belum sesuai
dengan anjuran yang telah ditetapkan. Penggunaan rata-rata faktor produksi
(input) berupa bibit, pupuk Urea, SP-36, Ponska dan pupuk kandang adalah
masing-masing 16 788 stek, 266.89 kg, 59.64 kg, 290.62 kg dan 230.63 kg per
hektar. Dosis ini belum sesuai dengan anjuran yaitu bibit 12.500 stek, Urea 200
kg, SP-36 100 kg, Ponska 150 kg, pupuk kandang 5000 kg per hektar. Oleh
karena itu, produktivitas ubikayu di Provinsi Lampung khususnya di Kabupaten
Lampung Tengah perlu ditingkatkan dengan cara penggunaan input yang optimal
dan berkualitas seperti bibit unggul dan pupuk organik. Penggunaan varietas
Cassesart dengan sistem tanam double row juga dapat dijadikan salah satu
alternatif dalam meningkatkan produktivitas ubikayu.
Penelitian tentang efisiensi ubikayu sudah banyak dilakukan, namun masih
terbatas pada faktor-faktor produksi dan tingkat efisiensi teknis. Penelitianpenelitian yang sebelumnya dilakukan hanya menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap produksi ubikayu dan tingkat efisiensi teknis (Anggraini,
2013; Ogunniyi et al. 2013; Sam, 2013), padahal telah ada beberapa studi efisiensi
ubikayu juga sudah memperbandingkan sampai efisiensi alokatif dan ekonomi
(Aboki et al. 2013, Ogundari dan Ojo, 2007). Penelitian tentang efisiensi dalam

lingkup yang lebih luas seperti tingkat efisiensi alokatif dan ekonomi juga perlu
dilakukan karena selain melihat kombinsi input yang optimal juga perlu
memperhitungkan biaya minimum yang dilihat dari harga faktor produksi yang
digunakan dan keuntungan yang diperoleh petani. Hal ini didukung oleh
penelitian Halil (2013) yang menyatakan bahwa tercapainya efisiensi teknis tidak
menjamin tercapainya efisiensi alokatif karena efisiensi alokatif berkaitan dengan
harga input.
Penelitian lain yang sudah dilakukan terkait tingkat efisiensi alokatif dan
ekonomi usahatani ubikayu (Aboki et al. 2013 dan Ogundari dan Ojo 2007) yang
menunjukkan bahwa petani ubikayu di Nigeria sudah efisien baik teknis, alokatif
maupun ekonomi yang berarti bahwa petani relatif sangat efisien dalam
mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Hal ini dikarenakan petani ubikayu
telah menggunakan input secara optimal dengan mengkombinasikan input pada
tingkat biaya minimum sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum.
Pengukuran tingkat efisiensi adalah hal yang penting dalam upaya peningkatan
produktivitas karena perluasan areal dan adopsi teknologi baru relatif sulit
dilakukan dalam jangka pendek. Pertanyaan yang muncul adalah faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi produksi ubikayu dan bagaimana tingkat efisiensi teknis,
alokatif dan ekonomi yang dicapai oleh petani ubikayu di Kabupaten Lampung
Tengah?
Selain dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan input-input produksi maka
tingkat efisiensi usahatani ubikayu juga dipengaruhi oleh karakteristik sosial
ekonomi petani yang berasal dari diri petani. Beberapa karakateristik sosial
ekonomi petani yang menjadi sumber-sumber inefisiensi adalah umur,
pengalaman usahatani, ukuran rumah tangga, tingkat pendidikan, keanggotaan
kelompok tani, penyuluhan, akses kredit dan lainnya. Hal ini akan mempengaruhi
kemampuan manajerial petani pada produksi ubikayu sehingga akan berpengaruh
pada tingkat efisiensi usahatani ubikayu. Oleh karena itu peningkatan efisiensi
juga dapat dilakukan dengan memperbaiki kemampuan manajerial petani yang
berasal dari diri petani melalui faktor sosial ekonomi.
Penelitian mengenai faktor inefisiensi teknis ubikayu telah dilakukan oleh
Ogunniyi et al. 2013, Audu et al. 2013, Ogundari dan Brummer 2011, dan Aboki
et al. 2013. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ogunniyi et al. (2013) dan
Ogundari dan Brummer (2011) menyebutkan bahwa ketersediaan penyuluhan
dapat meningkatkan efisiensi teknis ubikayu dimana penyuluhan dapat membantu
petani dalam mengadopsi teknologi baru dan membimbing petani terkait dengan
pengguaan sumberdaya. Akan tetapi Aboki et al. (2013) menemukan bahwa
ketersediaan penyuluhan meningkatkan inefisiensi teknis.
Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa umur, pendidikan dan pengalaman
berpengaruh terhadap peningkatan efisiensi teknis ubikayu (Audu et al. 2013),
akan tetapi hal ini berbeda dengan hasil penelitian Ogunniyi et al. (2013) dimana
faktor tersebut justru menurunkan tingkat efisiensi teknis ubikayu. Faktor lainnya
yang juga berpengaruh terhadap efisiensi teknis ubikayu adalah akses kredit,
dimana petani yang mempunyai akses terhadap sumber-sumber kredit akan lebih
mudah membiayai usahataninya dan lebih mampu dalam membeli input-input
yang dibutuhkan. Audu et al. (2013) dan Ogundari dan Brummer (2011)
menyatakan akses kredit memungkinkan petani untuk meningkatkan efisiensi

sedangkan Oladeebo dan Oluwaranti (2012) menemukan bahwa akses kredit
meningkatkan inefisiensi teknis.
Penelitian mengenai faktor inefisiensi ubikayu masih terbatas pada
inefisiensi teknis dan belum mengkaji faktor inefisiensi alokatif maupun ekonomi.
Kajian mengenai faktor inefisiensi alokatif dan ekonomi juga perlu dilihat karena
diduga terdapat perbedaan faktor sosial ekonomi yang akan mempengaruhi
kemampuan manajerial petani dalam mengkombinasikan input pada tingkat biaya
yang minimum. Penelitian mengenai inefisiensi menunjukkan bahwa perkiraan
pada faktor-faktor inefisiensi dapat membantu dalam memutuskan apakah akan
meningkatkan efisiensi atau mengembangkan teknologi baru dalam meningkatkan
produktivitas. Berdasarkan hal tersebut maka timbul pertanyaan yaitu apakah
yang menjadi faktor-faktor inefisiensi pada usahatani ubikayu di Lampung
Tengah?
Efisiensi teknis menggambarkan kemampuan dari suatu usahatani
memperoleh produksi yang maksimal dari sejumlah input tertentu, sedangkan
efisiensi alokatif memperlihatkan bagaimana kemampuan dari suatu usahatani
untuk menggunakan proporsi input optimal pada tingkat biaya minimum (least
cost combination) dalam menghasilkan output tertentu. Apabila petani dalam
mengelola usahatani telah menggunakan kombinasi input secara optimal dan
mengkombinasikan input pada tingkat biaya minimum maka tercapai efisiensi
ekonomi yang diukur dengan kriteria keuntungan maksimum. Penelitian
mengenai efisiensi usahatani ubikayu baik secara teknis, alokatif dan ekonomi
serta faktor inefisiensinya perlu dikaji karena selain kombinasi input secara
optimal juga memperhitungkan biaya sehingga diperoleh keuntungan yang
maksimal. Selain itu juga perlu dikaji faktor-faktor inefisiensi yang dapat
memberikan informasi bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan terkait
dengan upaya peningkatan produktivitas ubikayu di Provinsi Lampung sehingga
dapat meningkatkan output serta pendapatan yang diperoleh oleh petani ubikayu.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan dari penelitian ini adalah
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubikayu di
Kabupaten Lampung Tengah.
2. Menganalisis efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi petani ubikayu di
Kabupaten Lampung Tengah.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor inefisiensi teknis, alokatif dan ekonomi di
Kabupaten Lampung Tengah.

Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai lingkup penelitian ini terbatas pada
petani yang mengusahakan ubikayu pada satu musim tanam yang sama di daerah
sentra produksi ubikayu terbesar di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi
Lampung. Penelitian ini menganalisis tingkat efisiensi teknis, alokatif, dan

ekonomi serta faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani ubikayu. Data yang
digunakan adalah data cross section. Jenis ubikayu dalam penelitian ini hanya
meneliti jenis varietas cassesart. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini hanya
dilakukan dari sisi input.
Sehubungan dengan tujuan penelitian tersebut maka diharapkan hasil
penelitian berguna sebagai bahan masukan bagi petani dalam mengalokasikan
faktor produksi secara efisien sehingga akan diperoleh pendapatan yang
maksimal. Selain itu juga diharapkan dapat berguna bagi pemerintah atau lembaga
dalam menentukan kebijakan untuk pengembangan usahatani ubikayu dan upaya
terkait peningkatan produktivitas ubikayu.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis

Produksi dan fungsi produksi
Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua
atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam berproduksi
diperlukan sejumlah input, dimana umumnya input yang diperlukan adalah
kapital, tenaga kerja dan teknologi. Dengan demikian terdapat hubungan antara
produksi dengan input, yaitu output maksimal yang dihasilkan dengan input
tertentu atau disebut fungsi produksi.
Fungsi produksi menjelaskan hubungan teknis yang mentransformasikan
input atau sumberdaya menjadi output atau komoditas (Debertin 1986). Menurut
Coelli et al. (1998) fungsi produksi menerangkan hubungan teknis antara input
dan output pada suatu proses produksi. Secara matematis bentuk umum fungsi
produksi dapat dirumuskan:
Y = f (X1, X2, …, Xn ) ........................................................................ (2.1)
Dimana Y merupakan jumlah produksi yang dihasilkan atau output dari
penggunaan masukan input, sedangkan X1, X2, …, Xn merupakan faktor-faktor
produksi atau input yang digunakan untuk menghasilkan output.
Ada beberapa fungsi produksi yang selama ini dikenal dan digunakan dalam
penelitian. Salah satunya adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Bentuk umum
fungsinya adalah :
Y = 0X1 1X2 β ... Xn neu .................................................................... (2.2)
Pendugaan akan lebih mudah jika fungsi produksi Cobb-Douglas
ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural menjadi :
δn Y = ln 0 + 1lnX1 + 2lnX2 + ... + nlnXn + u ln e ...................... (2.3)
Konsep Efisiensi Produksi
Farrell (1957) dalam Coelli et al. (1998) memperkenalkan bahwa efisiensi
terdiri dari efisiensi teknis (Technical Efficiency-TE) yaitu kemampuan suatu
perusahaan untuk mendapatkan output maksimum dari penggunaan suatu set input
(bundle). Efisiensi teknis berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan
untuk berproduksi pada kurva frontier isoquant. Seorang petani secara teknis
dikatakan lebih efisien dibandingkan dengan petani lainnya jika dengan
penggunaan jenis dan jumlah input yang sama menghasilkan output secara fisik
yang lebih tinggi. Efisiensi alokatif (Allocative Efficiency-AE) adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk menggunakan input pada proporsi yang optimal pada
harga dan teknologi produksi tertentu (given). Gabungan kedua efisiensi ini
disebut efisiensi ekonomi (Economic Efficiency-EE) atau disebut juga efisiensi
total.
Secara umum konsep efisiensi didekati dari dua sisi pendekatan yaitu dari
sisi alokasi penggunaan input dan dari sisi output yang dihasilkan. Pendekatan
dari sisi input yang dikemukakan Farrell (1957), membutuhkan ketersediaan

informasi harga input dan sebuah kurva isoquant yang menunjukkan kombinasi
input yang digunakan untuk menghasilkan output secara maksimal. Pendekatan
dari sisi output merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat sejauh mana
jumlah output secara proporsional dapat ditingkatkan tanpa mengubah jumlah
input yang digunakan.
Gambar β menjelaskan tentang konsep pengukuran efisiensi. Kurva SS’
merupakan isoquant frontier yang menggambarkan kombinasi input minimum
untuk menghasilkan output satu unit yang secara teknis paling efisien. Jika untuk
menghasilkan output satu unit digunakan kombinasi input pada titik P maka
kombinasi input tersebut dikatakan secara teknis tidak efisien. Kombinasi input
yang secara teknis efisien adalah di titik Q. Tingkat efisiensi teknis pada
penggunaan kombinasi input adalah OQ/OP. Jika rasio harga-harga input X1 dan
X2 ditunjukkan oleh garis AA’ maka kombinasi input pada titik Q secara alokatif
belum efisien. Efisiensi alokatif dapat ditentukan jika garis AA’ menyinggung
kurva isoquant SS’ yaitu pada titik Q’. Efisiensi alokatif terjadi jika untuk
menghasilkan satu unit output digunakan biaya yang terendah yaitu pada garis
AA’ (isocost) seperti yang ditunjukkan pada kombinasi input di titik Q’ atau R
sehingga kombinasi input di titik Q sudah efisien secara teknis tetapi belum
efisien secara alokatif. Hal ini disebabkan untuk menghasilkan satu unit output
masih dapat digunakan kombinasi input yang biayanya terendah yaitu titik R.
Berdasarkan uraian di atas maka efisiensi alokatif adalah OR/OQ. Oleh karena
titik R tau Q’ secara teknis dan alokatif efisien maka efisiensi ekonomi adalah
perkalian antara efisiensi teknis dengan efisiensi alokatif yaitu sebesar OR/OP.

Sumber : Farrell (1957)

Gambar 2. Pengukuran efisiensi teknis dan alokatif orientasi input
Coelli et al. (1998) pengertian konsep efisiensi dapat melalui pendekatan
output, diilustrasikan menggunakan Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) pada
Gambar 3. Diagram pada Gambar 3 menggambarkan fungsi produksi dengan dua
output (y1 dan y2) dengan satu input (x). Pada tingkat teknologi tertentu kurva
kemungkinan produksi digambarkan dengan garis ZZ’, kurva isorevenue
digambarkan dengan garis DD’. Titik A adalah titik yang menggambarkan kondisi
inefisiensi karena berproduksi di bawah output maksimum yang dapat dicapai.
Jarak AB menunjukkan kondisi inefisiensi teknis, sehingga efisiensi teknis
sebesar OA/OB. Jika informasi harga diketahui, maka garis isorevenue DD’ dapat

diperoleh. Efisiensi Alokatif yang diperoleh sebesar OB/OC. Efisiensi ekonomi
merupakan hasil perkalian antara efisiensi teknis dan alokatif yaitu sebesar
OA/OC.

Sumber : Coelli et al. 1998

Gambar 3. Konsep efisiensi teknis dan alokatif orientasi output
Efisiensi teknis dapat diukur dengan pendekatan dari sisi output dan sisi
input. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi output merupakan rasio dari output
observasi terhadap output batas. Indeks efisiensi ini digunakan sebagai
pendekatan untuk mengukur efisiensi teknis di dalam analisis stochastic frontier.
Dalam penelitian ini pengukuran efisiensi tidak dilakukan dari sisi output. Hal ini
dikarenakan dalam penelitian ini hanya menghasilkan satu jenis output yaitu
ubikayu dalam bentuk umbi basah sehingga pengukuran efisiensi dalam penelitian
ini hanya dilakukan dari sisi input.
Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input merupakan rasio dari input atau
biaya batas (frontier) terhadap input atau biaya observasi. Bentuk umum dari
ukuran efisiensi teknis yang dicapai oleh observasi ke-i pada waktu ke-t
didefinisikan sebagai berikut :
............................................... (2.4)
dimana nilai TEi antara 0 dan 1 atau 0 < TEi < 1.
Pada saat produsen telah menggunakan sumberdayanya pada tingkat
produksi yang masih mungkin ditingkatkan, berarti efisiensi teknis tidak tercapai
karena adanya faktor-faktor penghambat. Tetapi banyak faktor yang
mempengaruhi tidak tercapainya efisiensi teknis di dalam fungsi produksi. Ada
beberapa efek model efisiensi teknis yang sering digunakan dalam penelitian
empiris menggunakan analisis stochastic frontier. Coelli et al. (1998) membuat
model efek inefisiensi teknis diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong
normal dengan variabel acak yang tidak negatif. Untuk usahatani ke-i pada tahun
ke-t, efek inefisiensi teknis uit diperoleh dengan pemotongan terhadap distribusi
ζ(μit, |), dengan rumus:
μ = + Z + w ......................................................................................... (2.5)
it

0

it

it

dimana Zit adalah variabel penjelas yang merupakan vektor dengan ukuran (1xM)
yang nilainya konstan, adalah parameter skalar yang dicari nilainya dengan
ukuran (Mx1) dan wit adalah variabel acak.
Dengan mengasumsikan bahwa sebuah usahatani dalam mencapai
keuntungannya harus mengalokasikan biaya secara minimum dari input yang ada,
atau berarti sebuah usahatani berhasil mencapai efisiensi alokatif. Dengan
demikian, akhirnya akan diperoleh fungsi biaya frontier dual yang bentuk
persamaannya sebagai berikut:
C = C(y ,p ,β ) + u .......................................................................................... (2.6)
i

i

i

i

dimana:
C = biaya produksi
yi = jumlah output
pi = harga input
βi = koefisien parameter
ui = error term (efek inefisiensi biaya)
Efisiensi ekonomi (economic efficiency) didefiisikan sebagai rasio total biaya
produksi minimum yang diobservasi (C*) dengan total biaya produksi aktual (C)
Efisiensi ekonomis juga merupakan gabungan dari efisiensi teknis dan alokatif
dimana nilai efisiensi ekonomi berkisar antara 0 sampai 1.
Fungsi Produksi Frontier
Produksi frontier memiliki definisi yang hampir sama dengan fungsi
produksi dan umumnya banyak digunakan saat menjelaskan konsep pengukuran
efisiensi. Frontier digunakan untuk menekankan pada kondisi optimum yang
dapat dihasilkan (Coelli et al. 1998). Konsep produksi batas (frontier production
function) menggambarkan output maksimum yang dapat dihasilkan dalam suatu
proses produksi. Fungsi produksi frontier merupakan fungsi produksi yang paling
praktis atau menggambarkan produksi maksimal yang dapat diperoleh dari variasi
kombinasi faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi tertentu (doll
dan Orazem 1984). Fungsi produksi frontier digunakan untuk menghubungkan
titik-titik output maksimum untuk setiap tingkat penggunaan input. Jadi fungsi
produksi tersebut mewakili kombinasi input-output secara teknis paling efisien.
Frontier stochastic disebut juga composed error model. Variabel i atau dikenal
dengan nama error term terdiri dari dua komponen yaitu vi dan ui, dimana i = viui, i = 1,...,n. Aigner et al. (1977) dikutip dalam Coelli et al. (1998) menyatakan
persamaan fungsi stochasstic frontier adalah :
Ln Yi = ln 0 +

i

ln Xi + (vi-ui) i = 1,2, ... , n ................................. (2.7)

Dimana : Variabel i atau vi-ui adalah spesifik error term dari observasi ke-i.
Variabel acak vi berguna untuk menghitung ukuran kesalahan dan faktorfaktor diluar kontrol petani (eksternal) atau faktor-faktor yang tidak pasti seperti
iklim, cuaca, serangan hama dan penyakit tanaman yang juga disebut dengan
gangguan statistik (statistical noise) didalam nilai variabel output bersama dengan

pengaruh-pengaruh yang dikombinasikan dari variabel input yang tidak
dispesifikasi dalam fungsi produksi. Kesalahan pengukuran dan permodelan juga
termasuk dalam variabel vi, sedangkan variabel ui disebut dengan one side
disturbance yang berfungsi untuk menangkap efek inefisiensi. Variabel ui
merupakan variabel non negatif dan diasumsikan terdistribusi secara bebas.
Komponen error (galat) yang sifatnya internal dapat dikendalikan petani dan
lazimnya berkaitan dengan kapasitas manajerial petani dalam mengelola
usahataninya yang dicerminkan oleh ui. Komponen ini sebarannya simetris (one
sided) yakni ui > 0. Jika proses produksi berlangsung efisien (sempurna) maka
ouput yang dihasilkan berimpit dengan potensi maksimalnya yang berarti ui = 0.
Sebaliknya jika ui < 0 bererti berada di bawah potensi maksimalnya.
Fitur dasar dari model stochastic frontier digambarkan dalam dua dimensi
pada gambar 4. Input-input diwakili dalam sumbu horizontal dan output dalam
sumbu vertikal. Komponen deterministik dari model frontier, y = exp (x ),
digambarkan yang mengasumsikan bahwa skala hasil yang menurun digunakan.
Input-input dan output-output yang diamati dari dua perusahaan i dan j,
dipresentasikan dalam grafik. Perusahaan ke-i menggunakan tingkat input, xi,
untuk menghasilkan output, yi. Nilai input output yang diamati diindikasikan
dengan titik yang ditandai dengan x di atas nilai x1. Nilai dari output stochastic
frontier, yi*=(xi +vi) ditandai dengan titik x di atas fungsi produksi karena
kesalahan acak, vi, adalah positif. Dengan cara yang sama, perusahaan ke-j
menggunakan input, xj, dan menghasilkan output, yi. Akan tetapi, output frontier,
yj*=(xj +vj), di bawah fungsi produksi karena keselahan acak, vj, adalah negatif.
Tentu saja output-output stochastic frontier, yi* dan yj* tidak diamati karena
kesalahan-kesalahan acak, vi dan vj tidak dapat diamati.
Pendugaan Maximum Likelihood Estimation (MLE) pada model stochastic
frontier dilakukan melalui proses dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS) untuk menduga parameter teknologi dan inputinput produksi ( j) dan tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga
keseluruhan parameter faktor produksi ( j), intersep ( 0), dan varians dari kedua
komponen kesalahan vi dan ui ( v2 dan u2).

Sumber : Coelli et al. (1998)

Gambar 4. Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Regresi Tobit
Model Tobit mengasumsikan bahwa variabel tidak bebas terbatas nilainya
(censored), hanya variabel bebas yang tidak terbatas nilainya, semua variabel
(baik bebas maupun tidak bebas) diukur dengan benar, tidak ada autokorelasi,
heteroskeditas dan multikolinearitas yang sempurna serta menggunakan model
matematis yang tepat. Apabila data yang akan dianalisis memiliki nilai variabel
tidak bebas yang terbatas (censored), Ordinary Least Square (OLS) tidak dapat
diaplikasikan untuk mengestimasi koefisien regresi. Jika digunakan OLS maka
akan terjadi bias dan estimasi parameter yang tidak konsisten. Regresi tobit yang
mengikuti konsep maximum likelihood menjadi pilihan yang tepat untuk
mengestimasi koefisien regresi (Chu et al. 2010). Secara umum persamaan
struktural model Tobit sebagai berikut :
yi* = Xi

+

i ..................................................................................................

(2.8)

Dimana: yi* : Variabel latent; Xi : vektor variabel independen; : Parameter yang
diestimasi; i : gangguan acak
Dalam proses produksi, petani akan efisien secara penuh jika berproduksi
disepanjang batas (y*) yang juga menggambarkan tingkat teknologi yang
digunakan. Batas tersebut menggambarkan posisi titik output dari petani yang best
price tanpa memungkinkan untuk dapat menambah proses produksinya. Output
petani yang efisien (yi) terhadap output potensial sepanjang batas/frontier adalah
sama (y*=yi). Model tobit untuk faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi
alokatif dan ekonomi (Sibiko et al. 2013) adalah :

................................................................................. (2.9)

yi=y* jika 0