Strategi Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bum Desa) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat.

STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BENETE
KABUPATEN SUMBAWA BARAT

ISMOL BAHAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini Penulis menyatakan bahwa Tesis berjudul Strategi Pengelolaan
Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dalam Pemberdayaan Masyarakat
Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat adalah karya Penulis sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir Tesis ini.


Bogor, 23 September 2015

Ismol Bahar
I354120115

RINGKASAN
ISMOL BAHAR. Strategi Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)
dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat.
Di bawah bimbingan NINUK PURNANINGSIH dan SOFYAN SJAF.
Keberadaan BUM Desa telah dijadikan instrumen pemberdayaan masyarakat
oleh pemerintah pusat. Kelahiran BUM Desa pada level komunitas, harus melalui
ruang partisipasi publik, dimana masyarakat dan pemerintah Desa menjadi inisiator
utama. Keberadaan lembaga ini di dalam komunitas dapat menjadi pengerak kegiatan
ekonomi dengan membawa misi sosial dan komersial. Sebagai lembaga sosial, BUM
Desa diharapkan memberikan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat miskin dengan
biaya terjangkau sedangkan sebagai organisasi bisnis berfungsi untuk memberikan
keuntungan bagi dirinya dan dapat berkontribusi bagi Pendapatan Asli Desa (PADes).
Sejak tahun 2004, BUM Desa Benete telah menjalankan usaha pelayanan kebutuhan
dasar masyarakat melalui bidang usaha pengelolaan air bersih, pengangkutan sampah
dan pengelolaan pariwisata Desa. Implikasi dari keberadaan usaha yang dijalankan

BUM Desa, dirasakan sangat bermanfaat oleh masyarakat terutama bagi warga tidak
mampu. Secara ekonomi, dari hasil usaha tersebut belum mampu memberikan
keuntungan baik bagi BUM Desa, maupun berkontribusi terhadap PADes.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk merumuskan strategi pengelolaan BUM
Desa dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan di Desa Benete.
Kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan ditunjang dengan
metode kuantitatif. Kajian dilakukan di Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat,
pada bulan Januari-Desember 2014. Pengumpulan data menggunakan wawancara
mendalam, focus group discussion (FGD), pengamatan partisipatif dan studi
dokumen.
Keberadaan BUM Desa Benete tidak terlepas dari peran, pengaruh dan
kepentingan para pihak (stakeholder). Hasil pemetaan stakeholder ditemukan
stakeholder kunci yaitu PTNNT, Kepala Desa, Pemerintah Desa, Pemda KSB
(BPMD), Pemerintah Kecamatan, Masyarakat/pelanggan, LSM LAKMUS dan
Pengelola BUM Desa. Hasil analisis terhadap stakeholder yang terlibat pada proses
pendirian dan operasional BUM Desa, menunjukkan bahwa PTNNT dan Kepala Desa
merupakan stakeholder utama yang memiliki pengaruh dan kepentingan tinggi.
Masyarakat dan pengelola berada pada kategori stakeholder sekunder yang memiliki
pengaruh rendah tetapi kepentingan tinggi. Pemerintah Desa dan Kabupaten memiliki
pengaruh tinggi tetapi belum berperan sebagaimana amanat regulasi dalam

memperkuat kelembagaan BUM Desa.
Hasil analisis faktor internal dan eksternal BUM Desa, menunjukkan bahwa
kapasitas SDM pengelola menjadi kelemahan. Keberadaan regulasi dari pemerintah
pusat menjadi peluang, serta ketersediaan sarana dan fasilitas usaha menjadi
keunggulan. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam membayar iuran merupakan
faktor penghambat bagi keberlanjutan usaha.
Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat
berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan
kemampuan pengelola, (3) perbaikan pada tata kelola bidang usaha pengolahan air
bersih dan pengangkutan sampah serta pengelolaan fasilitas wisata Pantai Benete.
Kata kunci: BUM Desa, pemberdayaan masyarakat, strategi pengelolaan.
.

SUMMARY
ISMOL BAHAR. Strategy of Management of village-owned enterprises (BUM
Desa) in the Village Community Empowerment at Benete West Sumbawa.
Supervised by NINUK PURNANINGSIH and SOFYAN SYAF.
BUM Desa existence of the village has been used as instruments of
community empowerment by the central government. Formation of BUM Desa at the
community level, must go through public participation, in which community and

village government became the main initiator. The existence of this institution in the
community can be locomotive economic activity by bringing social and commercial
mission. As a social institution, BUM Desa is expected to serve the basic needs of the
poor at an affordable cost, while on the other side of running a business function to
provide benefits for themselves and can contribute to the Revenue Villages (PADes).
Since 2004, BUM Desa Benete has been running business services basic needs of
society through business fields of water management, waste transport and
management of village tourism. The implications of the existence of the business
carried BUM Desa, has been very useful by the community, especially for the less
fortunate. Economically, the results of these efforts have not been able to provide
good profits for BUM Desa, as well as contributing to PADes. The objectives of this
study is to formulate a management strategy BUM Desa in realizing sustainable
community development in the village Benete. The study was conducted using
qualitative methods and supported by quantitative methods. Studies conducted in the
village Benete West Sumbawa regency, in January to December 2014. The data was
collected using in-depth interviews, focus group discussion (FGD), participatory
observation and document study.
The existence of the BUM Desa Benete can not be separated from the role,
influence and interests of the parties (stakeholders). The stakeholder mapping results
found that PTNNT key stakeholders, namely village government, local government of

KSB (BPMD), district government, community/ customer. LSM LAKMUS and
management BUM Desa. The results of this study related to the analysis of the
stakeholders involved in the process of establishing and operating BUM Benete
village, show that; PTNNT and village heads are the main stakeholders, namely the
influence and high importance while the public and the manager is in the category of
secondary stakeholders is low but the effect of high interest. The village and district
government have high influence but not act as mandated by regulation in institutional
strengthening BUM Desa.
The analysis on internal and external factors of BUM Desa showed that the
capacity of human resource at managemen level as a weakness. The regulations of
the central government as an opportunities, as well as the availability of business
facilities to be strenghtening factors. The low of participation in paying retribution is
a weakness factor for the business sustainability of BUM Desa.
The BUM Desa management strategies in sustainable community
empowerment (1) to increase public participation, (2) strengthening the ability of the
management, and (3) governance improvements in the business fields of water
treatment, waste transportation and tourism management.
Keywords: BUM Desa, community empowerment, strategy management

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh tulisan ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BENETE
KABUPATEN SUMBAWA BARAT

ISMOL BAHAR
I354120115

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

pada Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji luar pada saat ujian Tesis : Dr Ir Nurmala K. Panjaitan

Judul Tesis : Strategi Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa Benete Kabupaten Sumbawa
Barat
Nama
: Ismol Bahar
NIM
: I354120115

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MS
Ketua

Dr Sofyan Sjaf, Msi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Magister Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 23 September 2015

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga Kajian Pengembangan Masyarakat yang berjudul Strategi
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dalam Pemberdayaan
Masyarakat Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Barat dapat terselesaikan. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Magister Profesional
Pengembangan Masyarakat di Sekolah Pascasarjanan Institur Pertanian Bogor.
Pembahasan mengenai Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)
dalam Pemberdayaan Masyarakat menjadi menarik karena keberadaan lembaga
ekonomi Desa yang kuat dibutuhkan dalam pengelolaan potensi sumberdaya Desa
untuk kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Sepanjang penulisan Tesis
ini, berbagai pihak telah turut membantu Penulis, maka pada kesempatan ini
Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Ibu Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MS dan Bapak Dr Sofyan Sjaf, MSi
sebagai Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing serta Ibu Dr Ir
Nurmala K. Panjaitan selaku penguji luar komisi.
2. Bapak Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS, Ir Fredian Tonny Nasdian MS

atas saran, kritik dan masukan terhadap tulisan ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
3. Bapak dan Ibu Dosen MPM-IPB atas dedikasi dalam mentransfer ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta staf sekretariat MPM (Ibu Susi dan
Ibu Hetty) atas bantuannya yang sangat berarti bagi Penulis. Semoga
amal ibadah Bapak dan Ibu mendapat balasan berlipat ganda dari
Allah SWT.
4. Bapak Ir Martiono Hadianto selaku Presiden Direktur PT Newmont
Nusa Tenggara dan Bapak Dr Ir Amri Rachman Msi, mewakili Pemda
Kabupaten Sumbawa Barat atas semua bantuan pembiayaan
pendidikan dan dukungan fasilitas.
5. Rekan-rekan Mahasiswa MPM seperjuangan yang telah manjadi teman
dalam suku dan duka selama kuliah, berdiskusi dan berdebat secara
konstruktif, semoga menjadi kenangan yang tak terlupakan.
6. Seluruh keluargaku tercinta atas dukungan, kesabaran, kasih sayang
serta do’a tulusnya hingga perjuangan ini dapat tercapai.
7. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, semoga
semua bantuan dan dukungannya menjadi ibadah di sisi Allaw SWT.
Meskipun dalam proses penyusunan laporan Tesis ini, sarat dengan
masukan nilai-nilai akademik dari para dosen pembimbing, namun Penulis yakin

bahwa kajian ini masih banyak kekurangan. Semua kekurangan tersebut karena
keterbatasan Penulis untuk mengelaborasi dan menterjemahkan arahan dari
pembimbing. Oleh karena itu segala kekurangan dalam kajian ini merupakan
tanggungjawab Penulis sepenuhnya. Demikian, semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat.
Bogor, 23 September 2015
Ismol Bahar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Kajian
Manfaat Kajian
Ruang Lingkup Kajian
2 PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Pengertian dan Prinsip BUM Desa
Strategi Pengelolaan BUM Desa
Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan BUM Desa
BUM Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat
Kajian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
3 METODE KAJIAN
Lokasi dan Waktu Kajian
Pendekatan Kajian
Teknik Pengumpulan Data
Pemilihan Informan
Pengolahan dan Analisis Data
Metode Kuantitatif
Pemilihan Responden
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Analisis Deskriptif
Analisis Matriks SWOT
Perancangan Strategi dan Program Aksi
Metode Perancangan
Identifikasi Faktor Internal
Identifikasi Faktor Eksternal
Partisipan Perancangan
Proses Perancangan
4 GAMBARAN UMUM LOKASI KAJIAN
Profil Komunitas Desa Benete
Kependudukan
Jumlah dan Komposisi Penduduk
Pertumbuhan Penduduk
Kepadatan Geografis dan Agraris
Pendidikan Penduduk Desa Benete
Kondisi Infrastruktur Dasar dan Sarana Prasarana Desa
Sarana Jalan
Sarana Air Bersih dan MCK
Kelembagaan Ekonomi

xiv
xiv
1
1
3
6
6
7
9
9
9
12
18
19
20
23
24
27
27
27
27
28
29
31
31
31
31
32
33
33
33
33
34
34
37
37
39
39
41
42
43
43
43
44
44

5

6

Jaringan Bisnis
Mata Pencaharian Utama
Usaha Pertanian
Usaha Dagang
Usaha Jasa
Karyawan Swasta
Pegawai Pemerintah
Profil Pemerintahan Desa Benete
Aparatur Pemerintah Desa Benete
Keuangan Desa Benete
Gambaran Kerja BUM Desa Benete
Bidang Usaha Pengelolaan Air Bersih
Bidang Usaha Jasa Pengangkutan Sampah
Bidang Usaha Pengelolaan Pasilitas Pariwisata Pantai Benete
Personel BUM Desa Benete
ANALISIS PERAN, PENGARUH DAN KEPENTINGAN STAKEHOLDER DALAM PEMBENTUKAN DAN OPERASIONAL BUM
DESA BENETE
Keterlibatan Stakeholder dalam Pembentukan BUM Desa Benete
Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Operasional BUM Desa Benete
Peran, Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder dalam Pembentukan
serta Operasional BUM Desa Benete
KONDISI INTERNAL DAN EKSTERNAL SERTA KINERJA BUM
DESA BENETE DALAM PEMBER-DAYAAN MASYARAKAT
Kondisi Internal
Kondisi Personalia
Kelembagaan BUM Desa Benete
Kondisi Produksi
Kondisi Keuangan
Kondisi Pemasaran
Kondisi Sarana dan Prasarana
Kondisi Eksternal BUM Desa Benete
Jumlah Penduduk
Luas Wilayah
Jaringan Komunikasi antar Dusun
Prasarana dan Sarana Perhubungan dan Komunikasi
Pemasaran Produk Komunitas
Kelembagaan Sosial
Kelembagaan Produksi
Sarana dan Prasarana Pemerintahan
Sosial Budaya
Pola Nafkah Masyarakat dan Prasarananya
Keberadaan PTNNT
Kondisi Regional KSB
Pemerintah Pusat
Kinerja BUM Desa Benete Dalam Pemberdayaan Masyarakat

46
47
47
47
47
48
48
48
48
49
50
51
54
55
56

61
61
65
66
66
73
73
73
75
75
77
78
81
82
83
83
83
83
83
84
84
84
84
85
85
85
85
86

7

STRATEGI PENGELOLAAN BUM DESA BENETE YANG
BERKELANJUTAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Perumusan Strategi Inti
Visi
Misi
Tujuan
Rumusan Strategi Pengelolaan BUM Desa Benete
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

90
93
93
93
93
95
97
97
97
98

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19

Strategi lima “C” - pendekatan untuk pengubahan tata kelola
organisasi
Teknik pengambilan data.
Matriks Analisis SWOT
Penduduk Desa Benete berdasarkan umur dan jenis kelamin
Pertumbuhan jumlah penduduk Desa Benete
Luas wilayah, kepadatan penduduk per Km2 dan jumlah
penduduk di Kecamatan Maluk tahun 2012.
Tingkat pendidikan masyarakat Benete Tahun 2013
Lembaga ekonomi yang ada di Desa Benete Tahun 2013
Tingkat Pendidikan Aparatur Desa Benete Tahun 2014
Penilaian pelanggan terhadap kemampuan BUM Desa dalam
merumuskan aturan dan implementasinya
Penilaian masyarakat terkait kemampuan pengelola dalam
melayani pelanggan
Penilaian pelanggan terhadap kemampuan pengelola BUM Desa
dalam mendorong pelibatan masyarakat/pelanggan
Matrik analisis peran, kepentingan dan pengaruh stakeholder ada
pengembangan BUM Desa Benete.
Penilaian masyarakat/pelanggan terkait kemampuan SDM BUM
Desa Benete
Jumlah pelanggan, pemakaian air dan penerimaan pada BUM
Desa Benete periode Januari-Agustus 2014
Penilaian pelanggan terkait kinerja pengelolaan pada masingmasing bidang usaha
Pendapatan BUM Desa Benete dari pengolahan sampah tahun
2014.
Matrik analisis faktor internal BUM Desa Benete Tahun 2014
Matrik evaluasi faktor eksternal BUM Desa Benete tahun 2014

15
29
32
40
41
42
43
45
49
54
58
59
70
74
78
79
80
81
86

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9

Model manajemen strategi (Pearse dan Robinson 1997)
Pengembangan kelembagaan saling memberdayakan pada
kawasan pedesaan berbasis komunitas
Peta tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh stakeholder
Hubungan antar variabel pengelolaan BUM Desa dalam
pemberdayaan masyarakat Desa Benete
Komponen dalam analisis data (interactive model)
Peta administratif Kecamatan Maluk
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan jumlah
kepala keluarga per dusun
Luas lahan menurut penggunaan di Desa Benete Tahun 2013
Ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi di Desa Benete
tahun 2013

14
17
18
26
30
38
39
42
44

Gambar 10 Grafik pekerjaan utama kepala keluarga di Desa Benete tahun
2012
Gambar 11 Grafik alokasi APBDes Desa Benete tahun 2013-2014
Gambar 12 Grafik perkembangan jumlah pelanggan air bersih
Gambar 13 Grafik partisipasi pelanggan air bersih dalam membayar iuran
Gambar 14 Jumlah pengangkutan sampah ke TPA
Gambar 15 Struktur organisasi BUM Desa Benete
Gambar 16 Proses pembentukan dan operasional BUM Desa Benete.
Gambar 17 Piramida tingkat keterlibatan stakeholder pada proses
pembentukan awal BUM Desa Benete
Gambar 18 Skema peran, pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam
pembentukan serta operasional BUM Desa Benete
Gambar 19 Posisi stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan terhadap
operasional BUM Desa Benete
Gambar 20 Peta Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pengaruh Stakeholder
BUM Desa Benete
Gambar 21 Kondisi pemasaran air bersih.
Gambar 22 Strategi perubahan kondisi internal BUM Desa Benete
Gambar 23 Potensi Usaha dan Hubungan dengan Kepentingan Stakeholder
Gambar 24 Proses manajemen strategi BUM Desa

48
50
52
53
55
56
64
64
67
68
71
79
82
88
92

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis peran, pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam
pembentukan dan operasional BUM Desa Benete
100
Lampiran 2: Matrik Analisis SWOT BUM Desa Benete untuk peningkatan
kapasitas kelembagaan dan pengembangan unit usaha dalam
mewujudkan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan.
101
Lampiran 3. Rencana aksi pengelolaan BUM Desa melalui peningkatan
kapasitas kelembagaan dalam mewujudkan pemberdayaan
masyarakat berkelanjutan.
102

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberdayaan komunitas desa memiliki arti penting sebagai sel penyusun
tubuh negara dan sumber kekuatan bagi komunitas negara. Desa-desa yang
berdayalah yang membentuk kecamatan dan kabupaten, propinsi dan negara yang
kuat, sebaliknya desa-desa yang rapuh akan menciptakan kecamatan serta
kabupaten, propinsi dan negara yang rapuh pula (Mubyarto 1999). Paradigma
pembangunan masyarakat desa yang bertumpu pada kekuatan swadaya dan
partisipasi sangat relevan dengan tantangan yang dihadadapi bangsa saat ini.
Melalui keswadayaan dan partisipasi masyarakat akan meningkatkan efisiensi
pembangunan dan memberikan kemudahan bagi pemerintah dalam menjalankan
program-program pengembangan masyarakat.
Mekanisme pengambilan keputusan dan penyelenggaraan program harus
benar-benar mencerminkan bottom up atau program yang lahir dari keinginan dan
kebutuhan masyarakat. Sebagaimana disampaikan oleh Mubyarto (1999) bahwa
salah satu upaya untuk merangsang lahirnya gerakan masyarakat pada komunitas
lokal, maka istilah program pengembangan masyarakat desa seharusnya tidak lagi
berkonotasi program masuk desa, melainkan program dari desa. Artinya dalam
segala kegiatan pembangunan desa, masyarakat desa itulah yang menjadi pelaku
utama. Masyarakat berpartisipasi dalam semua proses, mulai dari perumusan
masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi sampai
pemanfaatan hasil-hasilnya, sehingga masyarakat akan dapat menerima
“kegagalan” maupun “keberhasilan” program secara bertanggung jawab.
Pelaksanaan desentralisasi (otonomi daerah) diharapkan proses
pemberdayaan masyarakat dapat mengalami percepatan melalui kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah daerah. Dalam hal ini, Prasojo (2003) menyebutkan
bahwa dari sudut pandang pemerintah dan masyarakat daerah, nilai utama
kebijakan desentralisasi adalah perwujudan political equality, yakni terbukanya
partisipasi masyarakat dalam berbagai aktivitas politik ditingkat nasional. Nilai
kedua adalah local accountability, yakni kemampuan pemerintah daerah dalam
memperhatikan hak-hak masyarakat ditingkat local dan nilai ketiga adalah local
responsiveness, yakni pemerintah daerah dianggap mengetahui lebih banyak
tentang berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya.
Otonomi daerah menjadi sistem pemerintahan bukan dengan tujuan
berpikir dan bertindak lokal, tetapi diharapkan dapat lebih cepat dan tepat dalam
mengatasi masalah masyarakat serta menggerakkan potensi lokal. Sebagaimana
diungkapkan oleh Salam (2001) sebagai berikut:
1) Lebih mendekatkan pengambilan keputusan dengan masyarakat sebagai
sasaran sehingga operasionalisasi keputusan dapat lebih realistik, efektif dan
efisien;
2) Meringankan beban organisasi pada level yang lebih tinggi sehingga dapat
menggunakan waktu, energi dan perhatiannya ke sasaran permasalahan yang
lebih strategik;
3) Membina kemampuan bertanggung jawab demi para penerima wewenang
pada tingkat yang lebih rendah, sehingga secara langsung dapat menciptakan
iklim kaderisasi yang lebih empirikal dan sistimatik; dan

2

4) Dengan kewenangan yang diterimanya, kebanggaan para pengambil
keputusan dan pelaksanaan keputusan pada tingkat yang lebih rendah akan
terbangun karena merasa dipercaya oleh pemerintah yang lebih tinggi.
Sebagai strategi pembangunan dan pengembangan kelembagaan lokal,
keswadayaan di tingkat lokal memprioritaskan pada penciptaan kondisi-kondisi
masyarakat di suatu daerah dan komunitas dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
mereka sendiri dengan menggunakan sumber daya lokal yang berada di bawah
kontrol masyarakat lokal. Peranan unit-unit teritorial seperti pemerintah lokal
merupakan hal pokok dalam koordinasi kebijakan pembangunan dan
pengembangan kelembagaan lokal. Keberhasilan unit-unit organisasi teritorial
dinilai berdasarkan sampai sejauh mana organisasi-organisasi tersebut mempunyai
andil bagi penciptaan landasan pembangunan lokal secara mandiri (Nasdian 2014).
Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) telah dijadikan instrumen oleh
pemerintah pusat dalam pemberdayaan masyarakat, selanjutnya ditindaklanjuti
oleh pemerintah daerah melalui Perda dan operasionalisasinya melalui Perdes.
BUM Desa dalam konteks perundang-undangan telah diatur sejak terbitnya UU
No. 32 tahun 2004, pasal 213 yang berbunyi “Desa dapat mendirikan badan usaha
milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa”. Peraturan Pemerintah No.
72 Tahun 2005 tentang desa (pasal 78), PermenDagri No. 39 tahun 2010 dan
terakhir UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (pasal 87). Selanjutnya diterbitkan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2014 dan diperjelas dalam PermenDesa
PDTT No. 4 Tahun 2015.
Desa Benete merupakan salah satu Desa yang berada di kawasan lingkar
tambang karena letak wilayah berbatasan langsung dengan kawasan industri
pertambangan Batu Hijau yang dikelola PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT).
Sebagai sebuah komunitas desa yang berlokasi di kawasan industri, sudah barang
tentu memiliki karakteristik yang khas sebagai bentuk adaptasi budaya dari
keberadaan industri. Interaksi langsung dengan karyawan dan pendatang dari luar
daerah menunjukkan adanya kecenderungan mengikuti gaya hidup dan selera
yang berubah dari kebiasaan sebelumnya. Kehidupan komunitas desa sebelumnya
cenderung pasif menjadi sangat dinamis, ditandai tingginya ekspektasi warga
untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan peluang kerja di perusahaan.
Sebagai upaya menjaga stabilitas sosial dan ekonomi masyarakat, PTNNT
sebagai kontraktor utama pertambangan di Batu Hijau Sumbawa Barat,
menjalankan Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) salah satunya
adalah program pengembangan masyarakat. Kontribusi program pengembangan
masyarakat dalam menciptakan peluang ekonomi dan pembangunan infrastruktur
umum, cukup dirasakan manfaat oleh masyarakat. Perusahaan terus mendorong
partisipasi stakeholders pada setiap proses untuk menjamin keberlanjutan program.
Partisipasi masyarakat didorong agar program pengembangan masyarakat selalu
mempertimbangkan dimensi sosial, ekonomi maupun lingkungan secara
berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Selain peran pemberdayaan masyarakat yang dikelola perusahaan,
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (Pemda KSB) juga menjalankan program
pemberdayaan masyarakat dan bantuan sosial. Semangat otonomi daerah telah
mendorong inovasi Pemda KSB untuk menjalankan program yang pro kepada
kebutuhan masyarakat. Tercatat bahwa sejak tahun 2005 telah memberlakukan
program pendidikan dan pengobatan gratis bagi semua warganya.

3

Pada kajian profil komunitas Desa Benete tahun 2013, ditemukan bahwa
telah ada organisasi dan bisnis aktual dari BUM Desa yaitu menjalankan usaha di
bidang pelayanan air bersih, pengangkutan sampah, dan mengelola fasilitas
pariwisata di pantai Benete. Keberadaan usaha yang dikelola lembaga tersebut
telah membantu dalam penyediaan kebutuhan dasar masyarakat, meskipun dari
hasil usahanya belum berkontribusi terhadap pendapatan keuangan desa. Atas
kondisi tersebut maka diperlukan kajian untuk menemukan strategi pengelolaan
dan penguatan peran BUM Desa Benete dalam pemberdayaan masyarakat dan
kemandirian sebagai lembaga ekonomi milik Desa.
Perumusan Masalah
BUM Desa berada pada dua sisi organisasi, yaitu publik dan private.
Dinyatakan demikian, karena fungsinya dalam pelayanan sosial dan menciptakan
kegiatan ekonomi masyarakat (pemberdayaan masyarakat) dan dapat memberikan
keuntungan (ekonomi) bagi organisasi serta mampu menjadi sumber pendapatan
keuangan pemerintah desa. Pada kajian ini akan memperhatikan dua aspek
tersebut, walaupun akan mengedepankan kajian tentang kemampuan BUM Desa
dalam memberdayakan masyarakat. Makna mampu dalam hal ini adalah
menghasilkan aliran kas masuk bagi organisasi secara langsung atau terbentuk
usaha produktif pada masyarakat desa. Hal ini hanya dapat terjadi, jika
organisasi dijalankan dengan startegi pengelolaan yang tepat.
Konsep pembangunan melalui pola bantuan kepada masyarakat desa tidak
memberdayakan, dan sebaliknya malah menciptakan kultur ketergantungan. Dasar
pemikiran ini menuntut adanya upaya sistematis untuk memberdayakan dan
memandirikan ekonomi desa. BUM Desa dari aspek ekonomi merupakan lembaga
yang dapat diberdayakan menjadi basis kekuatan ekonomi masyarakat pedesaan
melalui konsolidasi kekuatan ekonomi pedesaan. BUM Desa sebagai lembaga
ekonomi perdesaan merupakan bagian penting dari proses pembangunan desa,
namun diakui masih banyak titik lemah dalam rangka mendukung penguatan
ekonomi pedesaan. Oleh karena itu diperlukan upaya sistematis dan berkelanjutan
untuk mendorong organisasi pedesaan agar mampu mengelola aset ekonomi
strategis di pedesaan sekaligus mengembangkan jaringan ekonomi demi
meningkatkan daya saing ekonomi perdesaan.
BUM Desa sebagai lembaga ekonomi milik desa akan dapat memberikan
sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa (PADes), sehingga
desa memiliki kemampuan melaksanakan pembangunan melalui prakarsa lokal
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan secara mandiri.
Ketersediaan material dari sumber daya alam dan tenaga kerja murah menjadikan
desa sebagai incaran para investor untuk pengembangan bisnisnya. Potensi desa
terancam dikelola oleh bisnis swasta dan investor dari luar daerah dengan manfaat
yang relatif kecil bagi kesejahteraan masyarakat. Kehadiran BUM Desa
diharapkan akan berkontribusi terhadap perubahan kesejahteraan masyarakat
karena menutup peluang dominasi kelompok tertentu dalam menguasai sumber
daya desa. Tentu dengan segala kelemahan yang dimiliki tidak dapat bersaing
dengan kekuatan inverstor luar. Kekuatan hukum yang melahirkan BUM Desa ini
justru diharapkan menjadi penangkal kekuatan arus pebisnis luar untuk menguasai
potensi ekonomi pedesaan.

4

Sebagaimana penjelasan pasal 87 UU Desa No. 6 Tahun 2014 bahwa
“BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk mendayagunakan segala
potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam
dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa”. Kehadiran BUM Desa diharapkan menjadi stimulan penggerak roda
perekonomian di pedesaan. Prinsipnya bahwa jika ingin mensejahterakan
masyarkat desa maka berdayakan dengan memberi akses pengelolaan aset
ekonomi desa oleh mereka sendiri. Substansi dan filosofi BUM Desa harus dijiwai
dengan semangat kebersamaan sebagai upaya memperkuat aspek ekonomi
kelembagaannya. Pada tahap ini, BUM Desa akan bergerak seirama dengan upaya
meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli desa. Begitu juga untuk
menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat maka BUM Desa berperan sebagai
institusi yang menjadi payung bagi aktivitas ekonomi masyarakat desa.
Pendirian dan pengembangan usaha BUM Desa memungkinkan dilakukan
melalui kerjasama antar desa. Pendirian BUM Desa melalui kerjasama antar desa
dimaksudkan untuk mengkonsolidasi kekuatan ekonomi masyarakat desa dengan
potensi yang sama atau saling mendukung dengan potensi diluar desa, agar
tercipta kerjasama yang dapat mendorong skala ekonomi lebih kuat (UU No. 6
tahun 2014). Pandangan ini lebih ditujukan untuk pengembangan ekonomi
wilayah yang dapat menjadi kekuatan ekonomi berbasis masyarakat, dalam
mendorong percepatan pembangunan ekonomi daerah.
Sebagai lembaga ekonomi baru di pedesaan, maka keberadaan BUM Desa
membutuhkan landasan yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangannya serta
sebagai acuan operasional bagi keberlanjutan lembaga. BUM Desa secara spesifik
tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti perseroan terbatas, CV, atau
koperasi. Oleh karena itu, BUM Desa merupakan suatu badan usaha bercirikan
Desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya di samping untuk membantu
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, juga untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Desa. BUM Desa juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa,
perdagangan, dan pengembangan ekonomi lainnya. BUM Desa dalam
kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi juga
berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.
Melalui Permen Desa No. 43 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan
dan Pengelolaan, dan Pembubaran BUM Desa merupakan upaya rekognisi
terhadap usaha Desa yang telah dilakukan selama ini. Peraturan ini memudahkan
pembentukan BUM Desa, bagi Desa yang belum membentuk BUM Desa.
Sedangkan Desa yang sudah terbentuk BUM Desa maka diarahkan untuk
membentuk unit-unit usaha berbadan hukum dalam skema strategi inkremental.
Pada skala lokal, unit-unit usaha bentukan BUM Desa menjalankan bisnis sosial
(social business) sederhana yang memberikan pelayanan umum (serving),
Penyewaan (renting), Perdagangan (trading), menjadi induk usaha bersama
(holding), usaha jasa perantara (brokering) serta bidang bisnis jasa keuangan
(financial business).
Sebagai salah satu lembaga ekonomi di Desa Benete yang keberadaannya
terbentuk atas inisiatif pihak swasta (PTNNT). Dominannya peran swasta dalam
pembentukan dan operasional BUM Desa ini memiliki pengaruh terhadap
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan serta kemandirian
lembaga tersebut. Atas dasar uraian ini, maka pertanyaan utama kajian ini adalah

5

“Bagaimana strategi pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dalam
pemberdayaan masyarakat berkelanjutan di Desa Benete Kabupaten Sumbawa
Barat?”.
Untuk menjawab pertanyaan kajian tersebut maka diperlukan rumusan
masalah dengan mengidentifikasi potensi kelembagaan BUM Desa dalam
pemberdayaan masyarakat dan melakukan analisis para-pihak (stakeholder) yang
berperan dalam pembentukan dan operasional BUM Desa pada level desa dan
PTNNT. Selanjutnya adalah menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal
yang berpengaruh terhadap pengembangan BUM Desa. Adapun ujung dari kajian
ini adalah menemukan rumusan strategi yang dapat diterapkan untuk mengelola
BUM Desa dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan di Desa
Benete Kabupaten Sumbawa Barat.
Kelahiran BUM Desa sebaga lembaga yang diharapkan memiliki
kemampuan menjadi pilar ekonomi Desa, semestinya lahir dari ruang partisipasi
masyarakat yang disinergikan dengan potensi sumberdaya desa. Kekuatan hukum
yang dimiliki oleh BUM Desa telah ada sejak diberlakukannya UU No. 32 tahun
2004 dan terakhir UU No. 6 tahun 2014 yang di perkuat dengan Permen Desa
PDTT No. 4 tahun 2015. Tujuannya adalah menciptakan kegiatan ekonomi bagi
masyarakat sehingga terjadi peningkatan pendapatan masyarakat (terberdayakan)
dan memberikan keuntungan finansial sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli
Desa (PADes) dari pembagian hasil usaha. Pendirian BUM Desa tidak terlepas
dari pengaruh dan kepentingan berbagai pihak. Berdasarkan fakta empiris dari
pendirian BUM Desa Benete, perlu dilakukan kajian tentang, “bagaimana peran,
pengaruh dan kepentingan para pihak (stakeholders) yang terlibat dalam
pembentukan dan operasional BUM Desa Benete?”
Kurun waktu lebih dari sepuluh tahun, karena tepatnya operasionalisasi
usaha BUM Desa Benete telah mulai sejak tahun 2004, sebagai bukti bahwa
organisasi tersebut telah mampu bertahan dengan ragam aktivitas usahanya.
Keberlanjutan usaha tidak terlepas dari kondisi internal dan eksternal
kelembagaan seperti dukungan keuangan serta aliansi strategis antar stakeholder
pada setiap level kebijakan. Sinergitas antara kondisi internal dan eksternal akan
menjadi faktor pengerak dalam mengembangkan BUM Desa sehingga perlu
dilakukan penggalian secara mendalam. Faktor internal BUM Desa Benete
muncul sebagai keunggulan atau kelemahan, dijadikan dasar untuk merumuskan
kebijakan pengelolaan internal dan menyesuaikannya dengan kondisi eksternal
yang tidak dapat dikontrol. Berdasarkan hal ini dimunculkan permasalahan,
“bagaimanakah kondisi internal dan eksternal serta kinerja BUM Desa Benete
dalam pemberdayaan masyarakat?”.
Permasalahan di atas dimunculkan sebagai tahapan proses untuk
menentukan strategi yang dapat digunakan dalam pengelolaan BUM Desa Benete,
untuk mencapai tujuannya sebagai lembaga ekonomi yang memberdayakan
masyarakat dan memberikan nilai tambah bagi pendapatan asli desa. Kondisi yang
diharapkan dari keberadaan BUM Desa adalah terbentuk usaha bisnis dengan
aliran kas masuk yang positif, proses produksi berjalan dengan baik dan sisi lain
masyarakat dapat diberdayakan melalui unit usaha yang dikembangkan BUM
Desa. Berhubungan dengan hal ini muncul pertanyaan, “apakah strategi yang
dapat dijalankan BUM Desa Benete dalam mewujudkan pemberdayaan
masyarakat berkelanjutan?”.

6

Untuk memecahkan permasalahan di atas, peneliti tidak murni
memposisikan diri sebagai pihak luar yang hanya berperan sebagai pengumpul
data dan menggali informasi dari informan. Dalam menemukan jawaban dan
menganalis pilihan strategi, peneliti juga memposisikan diri sebagai pihak yang
aktif dalam memberikan kontribusi agar BUM Desa Benete dapat mewujudkan
tujuannya.
Guna lebih fokusnya kajian ini, maka dapat dirumuskan pokok-pokok
permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimana peran, pengaruh dan kepentingan para pihak (stakeholders)
yang terlibat dalam pembentukan dan operasional BUM Desa Benete?
2) Bagaimanakah kondisi internal dan eksternal serta kinerja BUM Desa
Benete dalam pemberdayaan masyarakat?
3) Apakah strategi yang dijalankan BUM Desa Benete dalam
mewujudkan pemberdayaan masyarakat?
Tujuan Kajian
Tujuan utama dari kajian ini adalah untuk melakukan analisis mengenai
strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat. Secara spesifik
tujuan kajian ini adalah :
1) Menganalisis peran, pengaruh dan kepentingan para pihak (stakeholders)
dalam pembentukan dan operasional BUM Desa pada level desa dan
PTNNT.
2) Menganalisis kondisi internal dan eksternal serta kinerja BUM Desa
Benete dalam pemberdayaan masyarakat.
3) Merumuskan strategi pengelolaan BUM Desa Benete berkelanjutan dalam
mewujudkan pemberdayaan masyarakat.
Manfaat Kajian
Diharapkan dari kajian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat ilmiah
Memberikan sumbangan khazanah pengetahuan, terutama pada
implikasi kebijakan pemerintah dalam pengentasan kemiskinan melalui
penguatan lembaga ekonomi desa yang dikelola dan dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat. Memberikan tambahan bahan rujukan bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik pada kajian yang sama, yaitu penguatan
kelembagaan ekonomi Desa, pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan
masyarakat melalui peran pemerintah dan swasta sebagai pemberi stimuli.
2. Manfaat praktis
Memberikan masukan untuk perbaikan dalam pengelolaan BUM Desa
di Desa Benete. Pada skala yang lebih besar diharapkan dapat memberikan
solusi konsep dalam posisi pemerintah sebagai perumus kebijakan publik.

7

Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup kajian ini adalah: (1) melakukan analisis peran, pengaruh
dan kepentingan para aktor yang terlibat (stakeholders) dalam pendirian dan
operasional BUM Desa pada level desa dan PTNNT; (2) melakukan analisis
kondisi internal dan eksternal BUM Desa Benete untuk mengetahui peluang dan
tantangan dalam pengembangan usaha dan kemadirian kelembagaan; (3)
merumuskan strategi pengelolaan BUM Desa Benete berkelanjutan dalam
mewujudkan pemberdayaan masyarakat.
Secara umum bahwa melalui kajian ini diharapkan dapat menghasilkan
suatu strategi pengelolaan BUM Desa dalam mewujudkan pemberdayaan
masyarakat di Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat, serta dapat menjadi
rujukan pengalaman untuk pengembagan BUM Desa dalam pemberdayaan
masyarakat desa ditempat-tempat lainnya.

8

2 PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Pengertian dan Prinsip BUM Desa
Lahirnya konsep BUM Desa tidak lepas dari upaya pembelajaran yang
secara terus menerus dilakukan oleh pemerintah sebagai perumus kebijakan
publik. Pemberlajaran dalam konteks kerja pembangunan yang mengarah pada
pemberdayaan masyarakat telah ada mulai dari program Bimbingan Massal
(Bimas), Instruksi Massal (Inmas), kemudian ragam program pengentasan
kemiskinan, seperti tabungan Kesejahteraan Rakyat (Takesra), Kredit Usaha
Kesejaheraan Rakyat (Kukesra), P4K dan terakhir pada era orde baru adalah
program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Era reformasi juga dikenal Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), selanjutnya yang terbaru atau
mendapatkan perhatian adalah Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).
Pengertian BUM Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan
usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa (pasal 1
ayat 6 UU No. 06 tahun 2014). Pengertian Desa itu sendiri adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
BUM Desa didirikan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan dibidang
ekonomi dan atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerjasama
antar Desa (pasal 2 UU No. 6 Tahun 2014). Kehadiran BUM Desa sebagai
lembaga ekonomi Desa masih sangat muda. Kemungkinan pada prakteknya masih
lemah dalam permodalan, tata kelola dan kelemahan pada aspek lainnya, sehingga
perlu dukungan pemerintahan yang lebih tinggi dalam melakukan proteksi,
dukungan dan sejenisnya. Dapat dipastikan dalam implementasinya tidak selalu
memunculkan penguatan kelembagaan, karena organisasi ini didirikan untuk
meminimalisir praktek ekonomi yang selama ini menghambat kesejahteraan
masyarakat Desa seperti praktek ijon, rentenir dan sejenisnya. Selama ini, pihak
swasta yang jauh lebih awal telah mengenali kebutuhan masyarakat dan potensi
yang ada di Desa, sehingga ada persaingan dalam taraf pelaksanaan.
BUM Desa didirikan atas prakarsa (inisiatif) masyarakat dan pemerintah
Desa dan pengelolaanya berdasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif,
(user-owned, user-benefited, and user-controlled), transparansi, emansipatif,
akuntable, dan sustainable dengan mekanisme member-base dan self-help
(PKDSP 2007). Berikut makna setiap item dari prinsip usaha BUM Desa, sebagai
berikut:
1) Kooperatif; semua komponen yang terlibat di dalam BUM Desa harus
mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan
kelangsungan hidup usahanya.

10

2) Partisipatif; semua komponen yang terlibat di dalam BUM Desa harus
bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan
kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUM Desa.
3) Emansipatif; semua komponen yang terlibat di dalam BUM Desa harus
diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.
4) Transparan; aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat
umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan
mudah dan terbuka.
5) Akuntabel; seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan
secara teknis maupun administratif.
6) Sustainabel; kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan
oleh masyarakat dalam wadah BUM Desa.
Posisi BUM Desa berbeda dengan lembaga lainnya yang pernah ada, terkait
dengan program pemerintah untuk pemberdayaan masyarakat. Aspek-aspek
pembedanya sebagaimana tercantum dalam UU No. 6 Tahun 2015 dan Peraturan
Pemerintah No. 43 Tahun 2014, terkait BUM Desa sebagai berikut: (1)
Kepemilikan bersama pemerintah Desa dan masyarakat; (2) Modal usaha
bersumber dari Desa dan dari masyarakat melalui penyertaan modal; (3)
Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal
(local wisdom); (4) Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi desa
dan kebutuhan pasar; (5) Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat yang
diatur dalam peraturan Desa (village policy); (6) Pembinaan dan pengawasan oleh
Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Desa; dan pada tingkatan opersionalisasi,
BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam membina
pengelolaan BUM Desa.
Bidang usaha yang dapat dikembang melalui BUM Desa cukup luas
sebagaimana ketentuan PermenDesa No. 4 tahun 2015 yaitu terdiri dari:
1) Bisnis sosial (social business) sederhana yang memberikan pelayanan
umum (serving) kepada masyarakat dengan memperoleh keuntungan
finansial dan dapat memanfaatkan sumber daya lokal dan teknologi tepat
guna, meliputi:
a) air minum Desa;
b) usaha listrik Desa;
c) lumbung pangan; dan
d) sumber daya lokal dan teknologi tepat guna lainnya.
2) Bisnis penyewaan (renting) barang untuk melayani kebutuhan masyarakat
Desa dan ditujukan untuk memperoleh Pendapatan Asli Desa, meliputi:
a) alat transportasi;
b) perkakas pesta;
c) gedung pertemuan;
d) rumah toko;
e) tanah milik BUM Desa; dan
f) barang sewaan lainnya.
3) Usaha perantara (brokering) yang memberikan jasa pelayanan kepada
warga, meliputi:
a) jasa pembayaran listrik;

11

b) pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat;
dan
c) jasa pelayanan lainnya.
4) Bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang (trading) barang-barang
tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada
skala pasar yang lebih luas, meliputi:
a) pabrik es;
b) pabrik asap cair;
c) hasil pertanian;
d) sarana produksi pertanian;
e) sumur bekas tambang; dan
f) kegiatan bisnis produktif lainnya.
5) Bisnis keuangan (financial business) yang memenuhi kebutuhan usahausaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi Desa, yaitu
dapat memberikan akses kredit dan peminjaman yang mudah diakses oleh
masyarakat Desa.
6) Usaha bersama (holding) sebagai induk dari unit-unit usaha yang
dikembangkan masyarakat Desa baik dalam skala lokal Desa maupun
kawasan perdesaan, meliputi;
a) pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi
nelayan kecil agar usahanya menjadi lebih ekspansif;
b) Desa wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok
masyarakat; dan
c) kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis usaha lokal
lainnya.
Bidang usaha sesuai dengan fungsi di atas mutlak mengarah pada tujuan
pendirian BUM Desa, sebagaimana disebutkan dalam Permen Desa No. 4 tahun
2015 pasal 3 yaitu; (1) meningkatkan perekonomian desa; (2) mengoptimalkan
aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa; (3) meningkatkan usaha
masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa; (4) mengembangkan
rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga; (5)
menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan
umum warga; (6) membuka lapangan kerja; (7) meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi desa; (8) meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan PADes.
Kegiatan usaha masyarakat harus berkembang, bukan mematikan usaha
yang telah ada. Keberadaan lembaga ekonomi lain di desa dengan pelibatan peran
swasta (private), tidak saling melemahkan. BUM Desa bukan pesaing organisasi
private, tetapi bersifat menguatkan kegiatan ekonomi tersebut. BUM Desa
dirancang bukan sebagai organisasi skala kecil, tetapi disiapkan untuk menjadi
organisasi atau kelembagaan ekonomi-sosial yang besar.
Dapat dilihat dari proses pendirian yang relatif kompleks, layaknya
perusahaan dengan skala investasi yang besar yaitu:
1) Mendisain struktur organisasi; diperlukan adanya struktur organisasi yang
menggambarkan bidang pekerjaan apa saja yang harus tercakup di dalam
organisasi tersebut. Bentuk hubungan kerja (instruksi, konsultatif, dan
pertanggunganjawab) antar personil atau pengelola BUM Desa.

12

2) Menyusun tugas dan fungsi pengelola; ada kejelasan tugas,
tanggungjawab, dan wewenang pemegang jabatan tidak terjadi duplikasi
yang memungkinkan setiap jabatan/pekerjaan yang terdapat di dalam
BUM Desa diisi oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya.
3) Menetapkan sistem koordinasi; penetapan sistem koordinasi yang baik
memungkinkan terbentuknya kerja sama antar unit usaha dan lintas Desa
berjalan efektif.
4) Menyusun bentuk aturan kerjasama dengan pihak ketiga; transaksi jual
beli atau simpan pinjam penting diatur ke dalam suatu aturan yang jelas
dan saling menguntungkan. Penyusunan bentuk kerjasama dengan pihak
ketiga diatur secara bersama dengan Dewan Komisaris BUM Desa.
5) Menyusun pedoman kerja organisasi BUM Desa; pihak-pihak yang
berkepentingan memahami aturan kerja organisasi.
6) Menyusun Desain sistem informasi; BUM Desa merupakan lembaga
ekonomi Desa yang bersifat terbuka. Untuk itu, diperlukan penyusunan
Desain sistem pemberian informasi kinerja BUM Desa dan aktivitas lain
yang memiliki hubungan dengan kepentingan masyarakat umum.
Sehingga keberadaannya sebagai lembaga ekonomi Desa memperoleh
dukungan dari banyak pihak.
7) Menyusun rencana usaha (business plan); penyusunan rencana usaha
penting untuk dibuat dalam periode 1-3 tahun. Sehingga para pengelola
BUM Desa memiliki pedoman yang jelas apa yang harus dikerjakan dan
dihasilkan dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan dan kinerjanya
menjadi terukur. Penyusunan rencana usaha dibuat bersama dengan
Dewan Komisaris BUM Desa.
8) Menyusun sistem administrasi dan pembukuan; bentuk administrasi dan
pembukuan keuangan harus dibuat dalam format yang mudah, tetapi
mampu menggambarkan aktivitas yang dijalankan BUM Desa.
9) Melakukan proses rekruitmen; persyaratan bagi pemegang jabatan di
dalam BUM Desa penting dibuat oleh Dewan Komisaris. Selanjutnya
dibawa ke dalam forum rembug Desa untuk disosialisasikan dan
ditawarkan pada masyarakat.
10) Menetapkan sistem pengupahan dan penggajian; sistem imbalan harus
jelas dan bernilai (PKDSP 2007).
Berbagai proses dalam pendirian BUM Desa bukan untuk syarat
kelembagaan yang kecil, karena perusahaan dalam skala kecil dan menengah tidak
mempunyai persyaratan pendirian yang kompleks. Berdasarkan syarat pendirian
tersebut, maka keberadaan BUM Desa bukan hanya beroperasional dalam skala
komunitas (Desa), tetapi juga lintas hubungan dengan komunitas lain secara
horisontal dan vertikal.
Strategi Pengelolaan BUM Desa
Strategi memiliki kaitan erat dengan konsep perencanaan dan pengambilan
keputusan, sehingga berkembang menjadi manajemen strategi. Menurut David
(2012) bahwa manajemen strategi adalah seni dan ilmu untuk memformulasikan,
mengimplmenetasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang
memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategis tidak

13

hanya menjadi domain organisasi bisnis yang mencari laba semata tetapi juga
relevan diterapkan pada organiasi pemerintah, swasta, pendidikan, rumah sakit
dan organisasi nirlaba lainnya. Beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa
organiasi yang memiliki dan menerapkan rancangan strategi dengan konsisten
ternyata lebih unggul kinerjanya dibandingkan dengan organiasi yang tidak
memformulasikan strateginya dengan jelas.
Definisi strategi menurut Tjiptono (2002) sebagai “apa yang suatu
organisasi ingin lakukan (intends to do) dan apa yang organisasi akhirnya lakukan
(eventually does)”. Definisi strategi tersebut diperjelas oleh Tripomo dan Udan
(2005) mengutip pendapat Barry yang menyatakan bahwa strategy is a plan of
what an organization intends to be in the future on how it will get there. Strategi
adalah rencana tentang apa yang ingin dicapai atau hendak menjadi apa suatu
organisasi di masa depan (arah) dan bagaimana cara mencapai keadaan yang
diinginkan tersebut (rute). Pada pandangan intends to do dijelaskan bahwa
strategi merupakan program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi
dan mengimplementasikan misinya. Dalam hal ini manajer harus aktif, sadar dan
rasional dalam merumuskan strategi organisasi. Adapun dalam pandangan
eventually does, strategi dapat dinyatakan sebagai suatu pola tanggapan atau
respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
Budiman at. al (1989) mendefinikan strategi sebagai “rencana yang
merupakan satu kesatuan (unified), bersifat luas (conprehensive) dan terpadu
(integrated) yang menghadapkan keunggulan-keunggulan