Volatilitas Harga Pangan Utama Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya

VOLATILITAS HARGA PANGAN UTAMA INDONESIA DAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

SRI RETNO WAHYU NUGRAHENI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Volatilitas Harga Pangan
Utama Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Sri Retno Wahyu Nugraheni
NIM. H151110141

RINGKASAN
SRI RETNO WAHYU NUGRAHENI. Volatilitas Harga Pangan Utama Indonesia
dan Faktor yang Mempengaruhinya. Dibimbing oleh SRI HARTOYO dan
SAHARA.
Komoditas pangan utama seperti beras, jagung, kedelai, dan gula pasir
merupakan kebutuhan pokok yang pemenuhannya harus selalu dijaga oleh
pemerintah. Penyediaan pangan yang cukup dengan harga yang murah dan stabil
merupakan kewajiban pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi
seluruh lapisan masyarakat Indonesia, dimana hal ini tercantum dalam UndangUndang Pangan Nomor 8 Tahun 2012. Namun, terjadinya peningkatan dan
berfluktuasinya harga pangan pokok yang terjadi di Indonesia selama tiga tahun
terakhir menunjukkan ketersediaan pangan domestik masih sangat jauh dari
harapan dan kebutuhan domestiknya. Penelitian ini akan membahas mengenai
empat komoditas pangan utama Indonesia, yaitu beras, jagung, kedelai, dan gula
pasir, yang akan dilihat volatilitasnya, serta akan dicari faktor yang
mempengaruhi perubahan harga komoditas pangan utama tersebut.

Perhitungan share impor menunjukkan lebih dari 50 persen impor tanaman
pangan di Indonesia adalah untuk keempat komoditas pangan utama Indonesia ini
selama periode amatan. Perhitungan coefficient of variance dari keempat
komoditas menggambarkan bahwa harga gula pasir merupakan yang paling tinggi
nilai CV-nya, yaitu sebesar 11.45 persen. Dengan menggunakan metode ARCHGARCH, hasil analisis menunjukkan bahwa komoditas pangan pokok Indonesia
harganya masih volatil selama periode amatan tahun 2002-2011. Hal ini
menunjukkan bahwa harga yang murah dan stabil belum tercapai.
Metode VECM digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
perubahan harga pangan Indonesia yang dapat dilihat dari sisi permintaan maupun
penawarannya. Dari sisi permintaan, harga dunia, pendapatan per kapita, dan nilai
tukar menjadi faktor yang signifikan mempengaruhi perubahan harga pada
komoditas beras dan kedelai. Sedangkan untuk komoditas jagung, faktor yang
mempengaruhi yaitu harga dunia dan nilai tukarnya. Pendapatan per kapita
merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perubahan harga gula pasir
domestik. Dari sisi penawarannya, faktor yang mempengaruhi perubahan harga
beras domestik yaitu harga dunia dan iklim, sama seperti pada komoditas gula
pasir. Pada komoditas jagung, dan kedelai hanya satu faktor saja yang
mempengaruhi dari sisi penawarannya, yaitu iklim yang digambarkan dengan
fenomena el nino. Dampak guncangan variabel faktor terhadap perubahan harga
berlangsung cukup lama dan baru mulai stabil pada bulan ke 40.

Hal ini tentu harus mendapatkan perhatian pemerintah untuk dapat
melakukan stabilisasi harga pangan utama Indonesia untuk mencapai
swasembada. Mengontrol variabel faktor yang sebagian besar merupakan variabel
uncontrol menjadi salah satu tantangan bagi pemerintah dalam melakukan
kebijakan stabilisasi harga. Namun, terdapat satu variabel yang mampu dikontrol
pemerintah yaitu nilai tukar rupiah. Dimana, pemerintah harus mampu untuk
menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil untuk dapat menjaga stabilitas harga
komoditas pangan utama Indonesia.
Kata kunci: Harga Pangan, Volatilitas, ARCH-GARCH, VECM

SUMMARY
SRI RETNO WAHYU NUGRAHENI. The Staple Food Prices Volatility in
Indonesia and Its Influencing Factors. Supervised by SRI HARTOYO and
SAHARA.
Major food commodities such as rice, corn, soybeans, and sugar are the
basic needs which fulfillment must be maintained by the government. The
government must provide sufficient food at steady and affordable prices in order
to improve the welfare of the whole societies in Indonesia, as stated under the
2012 Act of Food No. 8. However, the increase and the fluctuation of staple food
prices in Indonesia over the last three years have shown that the domestic food

supply is still very far below its expected level and domestic’s demand. This
research analyzed four Indonesian primary food commodities-rice, corn, soybean,
and sugar-in terms of volatility and the factors that influence the changes in the
prices of these major food commodities.
During the observed periods, the import share calculation showed that more
than 50 percent of Indonesian imported food crop came from these four major
food commodities. The calculation of the coefficient of variance on these four
commodities illustrated that the price of sugar had the highest CV value,
amounting to 11.45 percent. The analysis using the ARCH-GARCH method
showed that Indonesian staple food commodity prices were still volatile during
the period of observation (years 2002-2011). The result indicated that the
affordable and stable prices had not yet been reached.
VECM method was used to determine the factors that affect food prices
changes in Indonesia which can be seen from both sides demand and supply. On
the demand side, the world price, per capita income, and the exchange rate were
the significant factors influencing the changes in rice and soybean prices. As for
corn price, it was influenced by the world price and the exchange rate. Per capita
income was the only factor influencing the changes in domestic sugar prices. On
the supply side, the factors that influenced the domestic rice and sugar prices
changes were the world price and the climate. As for corn and soybeans, the only

factor that influenced their prices changed was the climate which was depicted by
the El Niño phenomenon. The shock impact of these factor variables to the prices
changes lasted for quite a long time and began to stabilize in the 40th month.
This shock impact should certainly get the government attention to
implement staple food prices stabilization in order to achieve domestic selfsufficiency. Controlling those factor variables which largely comprised of
uncontrolled variables is one of the challenges for the government to implement
the price stabilization policy. However, there is one variable that can be controlled
government which is the exchange rate. By maintaining the exchange rate
stabilized, the government should be able to maintain the stability of the staple
food prices in Indonesia.
Keywords: food price, volatility, ARCH-GARCH, VECM

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

VOLATILITAS HARGA PANGAN UTAMA INDONESIA DAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

SRI RETNO WAHYU NUGRAHENI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr


Judul Tesis : Volatilitas Harga Pangan Utama Indonesia dan Faktor yang
Mempengaruhinya
Nama
: Sri Retno Wahyu Nugraheni
NIM
: H151110141

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS
Ketua

Sahara, SP, M.Si, Ph.D
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si

Dr Ir Dahrul Syah, MSc. Agr

Tanggal Ujian:
23 Juni 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia dan nikmat yang telah diberikan sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak tahun
2013 dan akhirnya dapat diselesaikan penulis dengan penuh perjuangan. Tema
yang diambil berdasarkan adanya wacana pemerintah dalam rangka swasembada
pangan Indonesia tahun 2014 untuk komoditas beras, jagung, kedelai, dan gula
pasir, namun harga dari komoditas tersebut yang tidak stabil. Volatilitas Harga

Pangan Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya diambil sebagai judul oleh
penulis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Sri Hartoyo dan Sahara, Ph.D
selaku pembimbing, serta Dr. Yeti Lis Purnamadewi dan Dr. Wiwiek Rindayati
selaku penguji sidang. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
dosen, teman asisten dosen, dan pegawai di Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB
untuk dukungan, semangat, dan doa yang tidak pernah berhenti mengalir
ditujukan kepada penulis sampai akhirnya tesis ini terselesaikan. Terima kasih
yang sangat besar juga ditujukan untuk Dian V. Panjaitan, M.Si untuk bimbingan
dan masukan yang sangat bermanfaat dari awal pembuatan hingga penyelesaian
tesis ini. Terimakasih ditujukan untuk Dr. Tanti Novianti, Ibu Hartini, Kak Heni
Hasanah, Mba Diyaniati, dan Muhammad Fazri atas dukungan serta semangat
yang telah diberikan. Tidak lupa juga ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada
teman-teman seperjuangan Ilmu Ekonomi Reguler V. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada seluruh keluarga, Bapak Soderin Setyahadi, Mba Sri Aliyatu
Syahifah, Mba Sri Aliyatu Syahidah, Mas Agus Triyono, Amalia Erlinandita P.H.,
dan keluarga lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala doa dan
kasih sayangnya. Tesis ini penulis persembahkan sepenuhnya untuk almarhumah
ibu dan almarhum bapak tersayang.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Agustus 2014

Sri Retno Wahyu Nugraheni

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

viii
viiix

DAFTAR LAMPIRAN

x

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
6
7
7

2 TINJAUAN PUSTAKA
7
Pengertian Volatilitas dan Pentingnya Menjaga Stabilitas Harga
7
Keterkaitan antara Variabel Faktor dengan Volatilitas Harga Komoditas
Pangan di Indonesia
8
Penelitian Terdahulu
10
Kerangka Pemikiran
14
3 METODE
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis

15
15
17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Produksi Domestik dan Impor Komoditas Pangan Utama
Indonesia
Share Impor Komoditas Pangan Utama Indonesia terhadap Total Impor
Pangan Indonesia
Coefficient of Variance Komoditas Pangan Utama Indonesia
Analisis Volatilitas Empat Komoditas Pangan Utama
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Harga Pangan Utama Indonesia
dan Pengaruh Guncangan Faktor tersebut pada Periode Mendatang

24
24
27
27
28
35

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

51
51
52

DAFTAR PUSTAKA

53

LAMPIRAN

55

RIWAYAT HIDUP

107

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 25
Tabel 26

Penelitian Terdahulu
Penjelasan Variabel dalam Penelitian
Perkembangan Produksi, Ekspor, Impor, dan Ketersediaan
Beras di Indonesia Tahun 2001-2011 (Ton)
Perkembangan Produksi, Ekspor, Impor, dan Ketersediaan
Jagung di Indonesia Tahun 2001-2011 (Ton)
Perkembangan Produksi, Ekspor, Impor, dan Ketersediaan
Kedelai di Indonesia Tahun 2001-2011 (Ton)
Perkembangan Produksi, Ekspor, Impor, dan Ketersediaan
Gula Pasir di Indonesia Tahun 2001-2011 (Ton)
Share Impor Komoditas Pangan Utama Indonesia terhadap
Total Impor Tanaman Pangan Indonesia Tahun 2002-2011
Hasil Uji Augmented Dickey Fuller
Model ARIMA Terbaik
Hasil Uji Efek ARCH terhadap Model Rataan Terbaik
Pemilihan Model ARCH/GARCH Terbaik
Hasil Uji Normalitas
Rangkuman Uji Stasioneritas pada Level
Rangkuman Uji Stasioneritas pada First Difference
Hasil Kointegrasi untuk Model Komoditas Beras
Hasil Kointegrasi untuk Model Komoditas Jagung
Hasil Kointegrasi untuk Model Komoditas Kedelai
Hasil Kointegrasi untuk Model Komoditas Gula Pasir
Faktor yang Mempengaruhi Harga Beras Indonesia dari Sisi
Permintaan
Faktor yang Mempengaruhi Harga Beras Indonesia dari Sisi
Penawaran
Faktor yang Mempengaruhi Harga Jagung Indonesia dari Sisi
Permintaan
Faktor yang Mempengaruhi Harga Jagung Indonesia dari Sisi
Penawaran
Faktor yang Mempengaruhi Harga Kedelai Indonesia dari Sisi
Permintaan
Faktor yang Mempengaruhi Harga Kedelai Indonesia dari Sisi
Penawaran
Faktor yang Mempengaruhi Harga Gula Pasir Indonesia dari
Sisi Permintaan
Faktor yang Mempengaruhi Harga Gula Pasir Indonesia dari
Sisi Penawaran

10
16
24
25
25
26
27
29
30
31
31
32
36
36
37
38
39
39
40
42
44
45
46
48
49
50

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Gambar 17
Gambar 18

Perkembangan Harga Komoditas Pangan di Indonesia
Tahun 2001-2011
Perkembangan Harga Pangan Dunia Tahun 1980 - 2011
Perkembangan Inflasi Indonesia Menurut Kelompok
Pengeluaran Tahun 2006-2013
Kerangka Pemikiran
Proses analisis VAR dan VECM
Coefficient of Variance Komoditas Pangan Utama Indonesia
Tahun 2002-2011
Volatilitas Harga Beras Indonesia Tahun 2002-2011
Volatilitas Harga Jagung Indonesia Tahun 2002-2011
Volatilitas Harga Kedelai Indonesia Tahun 2002-2011
Volatilitas Harga Gula Pasir Indonesia Tahun 2002-2011
Impulse Response Harga Beras terhadap Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi dari Sisi Permintaan
Impulse Response Harga Beras terhadap Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi dari Sisi Penawaran
Impulse Response Harga Jagung terhadap Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi dari Sisi Permintaan
Impulse Response Harga Jagung terhadap Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi dari Sisi Penawaran
Impulse Response Harga Kedelai terhadap Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi dari Sisi Permintaan
Impulse Response Harga Kedelai terhadap Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi dari Sisi Penawaran
Impulse Response Harga Gula Pasir terhadap Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi dari Sisi Permintaan
Impulse Response Harga Gula Pasir terhadap Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi dari Sisi Penawaran

4
5
6
15
20
28
32
33
33
34
41
43
44
45
47
49
50
51

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Stasioner untuk Model ARCH-GARCH
Lampiran 2 Uji Correlogram untuk Harga Komoditas Pangan Indonesia
Lampiran 3 Model ARIMA Terbaik
Lampiran 4 Uji Efek ARCH
Lampiran 5 Uji Normalitas Model ARIMA terbaik
Lampiran 6 Model ARCH-GARCH Terbaik
Lampiran 7 Uji Stasioneritas untuk Model VAR-VECM
Lampiran 8 Uji Lag Optimum dan Stabilitas Model VAR
Lampiran 9 Hasil Uji Kointegrasi
Lampiran 10 Model VECM Komoditas Pangan Indonesia

55
57
61
63
64
65
70
76
84
94

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan menyatakan bahwa pembangunan nasional merupakan
pencerminan kehendak seluruh rakyat untuk terus menerus meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan secara adil merata dalam segala aspek kehidupan
yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan berkelanjutan dalam rangka
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, baik material maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi setiap rakyat
Indonesia. Pangan harus senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi,
dan beragam dengan harga terjangkau oleh daya beli masyarakat. Selain itu,
pemenuhannya tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat. Untuk mencapai semua itu, maka perlu diselenggarakan suatu sistem
pangan yang memberikan perlindungan yang tepat bagi seluruh lapisan
masyarakat, baik dari sisi konsumen maupun sisi produsen.
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang tidak diimbangi dengan
penyediaan pangan yang memadai menyebabkan ketahanan pangan terganggu.
Sehingga, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat tren peningkatan pemenuhan
kebutuhan pangan Indonesia (LIPI 2011). Kejadian ini membuat harga pangan
menjadi melonjak sangat tinggi dan volatil. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan
tujuan pembuatan UU Pangan Nomor 18 Tahun 2012 tersebut tentang pemenuhan
kebutuhan pangan dalam kuantitas dan harga yang terjangkau. Dalam beberapa
tahun terakhir saja, harga komoditas pangan terus mengalami peningkatan
sehingga masyarakat semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu
kebutuhan pangan. Misalnya saja, pada Juli 2012 lalu harga kedelai meningkat
relatif tinggi jika dibandingkan saat kondisi krisis pangan tahun 2007-2008 1 .
Kejadian ini, tidak hanya merugikan konsumen, tetapi pengusaha produk olahan
kedelai pun juga merasakan hal yang sama. Produsen produk olahan kedelai lebih
memilih untuk tidak melakukan produksi daripada merugi karena konsumen yang
tidak mau membeli produk olahan kedelai dengan harga yang tinggi.
Harga komoditas pangan yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun dan cenderung volatil dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Faktor pertama yang dianggap mempengaruhi perubahannya yaitu harga pangan
dunia. Misalnya pada saat terjadi peningkatan harga kedelai di Indonesia pada
tahun 2012 lalu, pemerintah Indonesia melakukan inisiatif untuk melakukan impor
karena supply domestik dianggap tidak mampu mencukupi kebutuhan
domestiknya yang membuat harga melonjak sangat tinggi. Kebijakan yang telah
dilakukan
tertuang
dalam
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
133/PMK.011/2013 mengenai penurunan bea masuk impor dari 5 persen menjadi
0 persen ini dimaksudkan pemerintah agar dapat menurunkan harga kedelai
domestik. Penurunan bea masuk impor ini tidak dilakukan selamanya, tetapi
1

Dikutip dari
: http://www.merdeka.com/uang/harga-kedelai-tertinggi-sepanjangsejarah.html : ”Harga kedelai tertinggi sepanjang sejarah”

2
dilakukan hingga pemenuhan kedelai domestik dirasa sudah mencukupi dan harga
kembali normal. Merujuk pada kebijakan ini saja, pemerintah tidak menginginkan
harga kedelai terlalu tinggi dengan memastikan supply domestik terjaga. Seperti
yang kita ketahui, pemenuhan kebutuhan kedelai domestik masih sangat
tergantung dari impor, maka harga dunia akan sangat menentukan besaran harga
domestik yang akan dijual pada konsumen. Apabila ternyata harga kedelai dunia
mengalami peningkatan, maka harga kedelai domestik juga akan mengalami
peningkatan. Kejadian ini, tidak hanya pada komoditas kedelai saja, tetapi hal
serupa juga terjadi pada komoditas pangan yang lain seperti beras, jagung, dan
gula pasir.
Kedua, kondisi perekonomian suatu negara juga dianggap sebagai faktor
yang menentukan harga pangan suatu negara. Ketika kondisi ekonomi tidak
mendukung peningkatan produksi pangan nasional, misalnya saja terjadi
ketidakstabilan harga pangan, persaingan yang tidak adil antar komoditas pangan,
dan kebijakan yang berdampak negatif pada upaya peningkatan produksi pangan
dalam negeri, maka pemenuhan pangan domestik akan terganggu yang berdampak
pada peningkatan harga pangan domestik. Harga domestik yang stabil dan rendah
merupakan harapan bagi masyarakat Indonesia, sehingga pemenuhan kebutuhan
pangan sebagai kebutuhan mendasar tidak akan menghabiskan sebagian besar
pendapatan, yang kemudian kelebihan bagian pendapatan ini dapat digunakan
untuk pemenuhan kebutuhan yang lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat Indonesia. Apabila hal ini terjadi, pada akhirnya kemiskinan akan
menurun dan harapan pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan
penyediaan pangan domestik dapat tercapai dengan baik.
Suatu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, maka
negara tersebut akan mampu untuk meminimalkan volatilitas harga pangan
nasionalnya (Huh et al. 2012). Oleh karena itu, perlu untuk diketahui secara pasti,
faktor apa sajakah yang mampu untuk menjaga harga pangan tetap stabil.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan harga pangan domestik
berdasarkan penelitian terdahulu yang menjadi landasan penelitian ini diantaranya
yaitu pendapatan per kapita, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, perubahan
iklim, dan tentunya harga pangan dunia.
Mengakomodasi fluktuasi harga pangan domestik menjadi sangat relevan
untuk dilakukan, karena bagi masyarakat miskin dan menengah ke bawah,
fluktuasi harga pangan di level domestik lebih relevan daripada pergerakan harga
pangan global. Hal ini dikarenakan, harga yang sebenarnya mereka harus bayar
adalah harga lokal. Pada kenyataannya, harga domestik sangat berfluktuasi
sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi fluktuasi harga dan diharapkan nantinya dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk menciptakan stabilitas harga pangan.
Terjadinya peningkatan volatilitas harga pangan akan menjadi perhatian
bagi produsen dan pelaku lain yang terkait dalam rantai komoditas pangan yang
berkaitan dengan pengeluaran yang akan mereka lakukan. Volatilitas harga
pangan akan memberikan dampak jangka panjang terhadap pendapatan produsen
dan mengganggu kegiatan perdagangan komoditas serta akan membuat
perencanaan produksi jangka panjang menjadi sulit karena ketidakpastian yang
terjadi akibat harga yang sulit untuk diprediksi. Pentingnya mempelajari volatilitas
harga bukan untuk menggambarkan pergerakan dari volatilitas harga itu sendiri

3
atau untuk menggambarkan faktor yang mempengaruhi secara langsung
perubahan dari series harga tersebut, tetapi untuk menggambarkan faktor yang
secara absolut mempengaruhi perubahan harga suatu komoditas (Balcombe et al.
2008).
Pada penelitian ini, dibahas mengenai empat komoditas pangan utama
Indonesia2 yaitu komoditas beras, jagung, kedelai, dan gula pasir yang diharapkan
pada tahun 2014 akan mencapai swasembada pangan, serta dianalisis apakah
harganya masih volatil serta melihat faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan
perubahan harga komoditas pangan utama tersebut. Perkembangan harga pangan
dunia yang semakin meningkat, sehingga pemerintah Indonesia perlu untuk
semakin berhati-hati dalam menghadapi peningkatan harga yang mungkin
mengarah pada volatilitas harga yang ditakutkan akan semakin sulit untuk
dikontrol pada masa mendatang. Selain itu, akan dilihat juga dampak guncangan
faktor terhadap volatilitas harga komoditas pangan tersebut dalam beberapa
periode mendatang. Hal ini dapat dijadikan suatu landasan kuat bagi pemerintah
Indonesia untuk mengakomodasi faktor-faktor tersebut agar tercipta stabilitas
harga pangan domestik. Ketika hal ini terjadi, maka kedaulatan pangan,
kemandirian pangan, dan ketahanan pangan dapat tercapai demi kesejahteraan
seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik dari sisi konsumen maupun produsen.

Perumusan Masalah
Suatu negara terbuka kecil seperti Indonesia, secara langsung terkoneksi
dengan pasar internasional dalam kondisi tanpa adanya distorsi perdagangan,
sehingga harga komoditas domestik Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh
pergerakan harga komoditas internasional. Apabila harga relatif domestik lebih
tinggi dibandingkan dengan harga internasional, maka akan terjadi impor sampai
dengan terjadi keseimbangan diantara harga domestik dan harga impor. Begitu
pula dengan fenomena ekspor. Oleh karena itu, perbedaan harga domestik dan
internasional direpresentasikan oleh biaya transportasi dengan asumsi market
clearing conditions.
Namun dalam kenyataannya, transmisi yang terjadi dari harga
internasional ke level domestik menunjukkan berbagai perubahan yang bervariasi.
Harga komoditas internasional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
harga komoditas di level domestik. Untuk negara-negara yang memiliki tingkat
dependensi yang tinggi terhadap impor komoditas, maka volatilitas harga akan
dipengaruhi oleh nilai tukar, kebijakan perdagangan, dan langkah-langkah
kebijakan lainnya (ADB, 2008). Sementara itu, untuk negara-negara yang tidak
bergantung pada impor, maka harga komoditas akan ditentukan oleh supply,
demand, serta kebijakan subsidi dan insentif fiskal (World Bank, 2011). Namun,
bagi Indonesia yang merupakan negara terbuka kecil, Indonesia masih sangat
tergantung pada impor dalam pemenuhan kebutuhan pangan domestiknya,
sehingga harga dunia akan mampu mempengaruhi perubahan harga di tingkat
domestik.
2

Komoditas pangan utama Indonesia dalam penelitian ini merujuk pada komoditas beras, jagung,
kedelai dan gula pasir. Selanjutnya apabila dalam penelitian ini akan digunakan kalimat
“komoditas pangan utama Indonesia”, hal tersebut merujuk pada empat komoditas di atas.

4
Selanjutnya, untuk melihat perkembangan harga komoditas pangan utama
di Indonesia pada periode waktu tahun 2001–2011 dapat dilihat pada Gambar 1 di
bawah ini. Dalam gambar tersebut, dapat dilihat bahwa harga komoditas pangan
di Indonesia memiliki tren yang terus meningkat dan bervariasi harganya untuk
tiga komoditas, yaitu beras, kedelai, dan gula pasir. Untuk komoditas jagung,
harganya tidak terlalu berfluktuasi, walaupun memiliki tren harga yang terus
mengalami peningkatan juga. Selain itu, pergerakan keempat komoditas yang
diteliti bergerak searah, hal ini tentu saja perlu untuk terus diperhatikan
pemerintah karena keempat komoditas ini merupakan komoditas pangan utama
yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, apalagi produksi domestik
sangat kurang sehingga masih sangat tergantung pada impor dalam
pemenuhannya.
gula_pasir

jagung

kedelai

beras

12000
10000
Rp/kg

8000
6000
4000
2000
Jan-01
Jul-01
Jan-02
Jul-02
Jan-03
Jul-03
Jan-04
Jul-04
Jan-05
Jul-05
Jan-06
Jul-06
Jan-07
Jul-07
Jan-08
Jul-08
Jan-09
Jul-09
Jan-10
Jul-10
Jan-11
Jul-11

0

Tahun
a

Sumber : Bulog, 2013

Gambar 1 Perkembangan Harga Komoditas Pangan di Indonesia Tahun 20012011
Setelah melihat perkembangan harga pangan domestik yang terjadi,
seharusnya pemerintah lebih memperhatikan perkembangan harga pangan yang
berfluktuasi dan cenderung meningkat belakangan ini. Indonesia sebagai negara
dengan jumlah penduduk yang terbesar dalam kawasan ASEAN menghadapi
tantangan yang sangat kompleks dalam pemenuhan kebutuhan pangan
penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan pemantapan ketahanan pangan selalu
menjadi isu utama dalam pembangunan dan menjadi fokus dalam pembangunan
pertanian, terutama untuk komoditas pangan. Hal ini merupakan isu yang telah
lama dikemukakan oleh pemerintah Indonesia. Berbagai macam cara untuk
mewujudkan ketahanan pangan domestik telah dilakukan, misalnya saja dengan
melakukan impor komoditas yang dianggap memiliki supply domestik yang
kurang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, melakukan kebijakan tariff
maupun non tariff, dan lain sebagainya.
Trasmisi perubahan harga pangan dunia dirasa mampu mempengaruhi
perubahan harga pangan domestik. Apabila harga pangan internasional

5
berfluktuasi maka akan berdampak pada fluktuasi harga pangan domestik.
Gambar 2 menunjukkan perkembangan harga pangan dunia yang berfluktuasi dari
tahun 2001-2011. Perkembangan harga pangan dunia juga berfluktuasi walaupun
tidak memiliki tren yang meningkat seperti pada harga pangan Indonesia. Namun,
pada saat terjadi krisis pangan 2007-2008, harga pangan dunia untuk beras, jagung,
kedelai dan gula pasir sama-sama mengalami peningkatan harga. Peningkatan
harga pangan dunia yang terjadi dengan transmisi yang ada akan mampu membuat
harga pangan domestik juga meningkat.

Jul-11

Dec-10

May-10

Oct-09

Mar-09

Jan-08

Aug-08

Jun-07

Nov-06

Apr-06

Sep-05

Feb-05

Jul-04

Dec-03

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

May-03

Oct-02

Mar-02

Aug-01

Jan-01

$/kg

1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

sen $/kg

PSugar

PRice, PMaize, PSoy

tahun
jagung
a

kedelai

beras

gula_pasir

Sumber : World Bank, 2012

Gambar 2 Perkembangan Harga Pangan Dunia Tahun 1980 - 2011
Stabilitas harga pangan yang menjadi harapan banyak negara termasuk
Indonesia dapat dilihat juga dari stabilitas dan besaran tingkat inflasi sektoralnya.
Pada Gambar 3 dijelaskan bahwa tingkat inflasi menurut kelompok pengeluaran
untuk komoditas bahan makanan adalah yang paling berfluktuasi nilainya. Bahkan,
ketika inflasi untuk kelompok pengeluaran lain memiliki tren yang menurun,
dalam tiga tahun terakhir kelompok bahan makanan inflasinya terus mengalami
peningkatan. Hal ini tentu saja membuat masyarakat harus mengeluarkan
pendapatan yang lebih besar untuk pangan yang seharusnya dapat digunakan
untuk pemenuhan kebutuhan yang lain.
Kebijakan pemerintah dalam rangka stabilisasi komoditas pangan
dianggap sudah cukup komprehensif. Untuk melindungi produsen, kebijakan yang
ditempuh adalah dengan penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), tarif
impor dan kebijakan buka tutup impor. Sedangkan untuk melindungi konsumen,
kebijakan yang ditempuh antara lain adalah penetapan harga eceran tertinggi,
operasi pasar beras, bantuan beras (subsidi) kepada penduduk miskin (raskin) dan
lain sebagainya. Eksekusi program tersebut telah dilakukan oleh pemerintah
melalui lembaga non departemen yakni Badan Urusan Logistik (BULOG)3.

3

Dikutip dari http://asidosimarmata.blogspot.com/ : Fenomena Faktor Penentu Harga Eceran
Beras di Indonesia.

6

20.00

Persen

15.00
10.00
5.00
0.00
2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

-5.00
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
a

Sumber : BPS, 2013

Gambar 3

Perkembangan Inflasi Indonesia Menurut Kelompok Pengeluaran
Tahun 2006-2013

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akah dibahas dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Komoditas apa sajakah yang harganya volatil di Indonesia?
2.
Diantara empat komoditas pangan utama Indonesia, faktor apa sajakah
yang mempengaruhi perubahan harga pangan di Indonesia?
3.
Bagaimanakah pengaruh adanya guncangan faktor yang mempengaruhi
perubahan harga pangan pada periode mendatang?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan secara umum adalah untuk
menganalisis mengenai volatilitas harga komoditas pangan di Indonesia. Secara
khusus, tujuan penelitian yang dilakukan adalah :
1. Mengkaji mengenai volatilitas harga yang terjadi pada komoditas pangan
utama Indonesia.
2. Menganalisis faktor apa yang mempengaruhi perubahan harga pangan
utama Indonesia.
3. Menganalisis dampak guncangan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan harga pangan utama Indonesia pada periode mendatang.

7
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk mengetahui fluktuasi harga pangan domestik dalam rangka
peningkatan ketahanan dan swasembada pangan di Indonesia agar tercipta
stabilitas harga pangan.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi harga
komoditas pangan domestik yang masih bergantung dari impor pada
pemenuhan domestiknya (beras, jagung, kedelai, dan gula pasir) di
Indonesia.
3.
Untuk mengetahui seberapa lama pengaruh guncangan faktor – faktor
yang mempengaruhi harga pangan, sehingga dapat dirumuskan kebijakan
pangan yang tepat oleh pemerintah supaya tercipta stabilitas harga pangan
dengan segera.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis empat komoditas pangan utama Indonesia yang
sebagian besar pemenuhan domestik masih sangat bergantung dari impor, yaitu
beras, jagung, kedelai, dan gula pasir. Dari keempat komoditas pangan utama
tersebut dicari komoditas manakah yang berfluktuasi harganya dengan
menggunakan model ARCH/GARCH. Dengan menggunakan beberapa variabel
seperti harga pangan dunia, pendapatan per kapita, perubahan iklim, suku bunga,
dan nilai tukar, dilakukan analisis mengenai faktor apa sajakah yang
mempengaruhi perubahan harga pangan utama di Indonesia. Dan yang terakhir,
dilihat apabila terjadi shock dari faktor penyebab perubahan harga pangan
Indonesia, maka seberapa lamakah pengaruh dari guncangan tersebut terjadi. Dua
tujuan terakhir akan dianalisis dengan menggunakan metode VAR/ VECM.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Volatilitas dan Pentingnya Menjaga Stabilitas Harga
Volatilitas menunjukkan seberapa banyak dan seberapa cepat nilai berubah
dari waktu ke waktu, misalnya harga komoditas (FAO 2010). Konsep tersebut
mungkin tampak jelas, namun definisi yang tepat dari volatilitas sulit dipahami
dan pengukuran volatilitas sangat rentan terhadap subjektivitas. Dalam teori
ekonomi, volatilitas memiliki dua konsep yaitu variability dan uncertainty.
Variability menggambarkan pergerakan secara keseluruhan, sedangkan
uncertainty menggambarkan perubahan yang tidak dapat diprediksi (FAO 2010).
Fluktuasi harga sebenarnya merupakan suatu hal yang normal dan
diperlukan agar fungsi pasar tetap berjalan, yaitu tercipta pasar yang kompetitif.
Selama harga pangan bergerak halus, relatif stabil dan mencerminkan kinerja
pasar, maka hal tersebut dapat dinyatakan sebagai pola musiman yang selalu

8
terjadi (G20 Report 2011). Perubahan dari harga akan menjadi masalah apabila
harga melonjak sangat tinggi dan tidak dapat diprediksi yang nantinya akan
menciptakan suatu ketidakpastian yang mampu meningkatkan risiko bagi
produsen, pedagang, konsumen, dan tentu juga pemerintah. Perubahan dari harga
yang tidak merefleksikan kinerja pasar akan menciptakan permasalahan baru,
yaitu dapat menciptakan kesalahan kebijakan yang akan diambil pemerintah. Inti
adanya sistem harga yaitu ketika suatu komoditas langka, maka harganya akan
naik yang akan menyebabkan penurunan konsumsi, serta investasi akan mengalir
lebih banyak pada produksi komoditas tersebut. Apabila efisiensi sistem harga
tidak terjadi, yaitu ketika pergerakan harga menjadi semakin tidak menentu dan
terus berfluktuasi dengan sangat ekstrim selama periode waktu tertentu, maka
pada saat inilah, kinerja pasar tidak terjadi.
Berdasarkan sejarah yang ada, volatilitas harga yang ekstrim di pasar
komoditas pertanian maupun pangan telah jarang terjadi. Untuk menggambarkan
hubungan antara supply komoditas dengan bencana alam maupun iklim buruk
yang dikaitkan dengan fluktuasi harga komoditas pertanian atau pangan juga
memiliki probabilitas yang rendah untuk terjadi. Namun, ketika hal ini terjadi
akan membawa risiko yang besar dan memberikan potensi bagi masyarakat untuk
mengeluarkan biaya untuk konsumsi pangan menjadi lebih banyak dari biasanya.
Stabilitas harga penting untuk terus menerus dipantau dan dijaga. Harga
yang stabil mendorong kondisi perekonomian yang stabil juga. Terutama untuk
beberapa komoditas pangan utama, seperti beras yang merupakan komoditas tidak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, peran
pemerintah menjadi sangat krusial dalam penyediaan ketersedian komoditas
pangan utama Indonesia untuk menjaga harganya tetap stabil.
Pengertian stabil bukan berarti harga bersifat statis, tetapi dapat juga
bersifat dinamis, namun variabilitas harga antar waktu tetap berada pada kisaran
yang masih memungkinkan bagi stakeholder, baik konsumen maupun produsen
untuk melakukan penyesuaian jangka pendek. Bagi konsumen, determinan dari
kemampuan untuk melakukan penyesuaian adalah daya beli, sedangkan bagi
produsen determinannya adalah tingkat penerimaan yang cukup untuk menutup
semua biaya variabel. Selama kondisi ini terpenuhi, maka harga dapat dikatakan
stabil. Sedangkan, kriteria instabilitas atau volatilnya harga tidak dapat
sepenuhnya mengacu pada ukuran kuantitatif tertentu, karena terdapat faktor lain
seperti ekspektasi masyarakat yang mampu untuk meningkatkan risiko terjadinya
volatilitas harga dan peran pemerintah menjadi sangatlah penting dalam
meminimalisir kejadian tersebut.
Keterkaitan antara Variabel Faktor dengan Volatilitas Harga Komoditas
Pangan di Indonesia
Harga semua komoditas, terutama untuk komoditas pangan utama
Indonesia sangatlah penting untuk dijaga tingkat stabilitas harganya, karena
pangan merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Hal menarik yang terjadi
belakangan ini dimana tingkat inflasi sektoral Indonesia komoditas lain memiliki
tren menurun, sedangkan unruk sektor pangan memiliki tren yang semakin
meningkat.

9
Mengakomodasi dan meminimalisir fluktuasi harga yang terjadi
merupakan tugas pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka
mengakomodasi volatilitas yang terjadi, perlu untuk diketahui faktor yang
mempengaruhi perubahan harga komoditas pangan utama Indonesia. Dalam
penelitian ini, akan dibagi menjadi dua kelompok faktor yang mempengaruhi
fluktuasi harga pangan utama Indonesia, yaitu dilihat dari sisi permintaan dan
penawaran. Permintaan dan penawaran komoditas pangan merupakan dua sisi
yang sangat berkaitan dengan perubahan harga yang terjadi, dimana terjadi
interaksi antara penjual dan pembeli. Interaksi tersebut adalah suatu mekanisme
pasar yang terjadi untuk mencapai suatu kondisi keseimbangan dalam
memaksimalkan tingkat kepuasan bagi kedua belah pihak stakeholder yang dapat
menentukan tingkat harga yang berlaku dan jumlah komoditi yang
diperjualbelikan.
Teori permintaan merupakan suatu teori yang menjelaskan mengenai
hubungan yang terjadi antara jumlah yang diminta, harga, dan bagaimana
pembentukan kurva permintaan. Teori permintaan menjelaskan apabila harga
komoditi mengalami peningkatan, maka permintaan akan komoditi tersebut akan
mengalami penurunan (Lipsey 1995). Komoditi dihasilkan oleh produsen karena
ada konsumen yang membutuhkannya. Sedangkan, konsumen mau untuk membeli
komoditi tersebut apabila harga dan produk tersebut sesuai dengan keinginannya.
Teori penawaran merupakan suatu teori yang menjelaskan mengenai hubungan
antara komoditas yang ingin ditawarkan oleh penjual dengan berbagai tingkatan
harga. Semakin tinggi tingkat harga, maka jumlah barang yang ditawarkan akan
semakin banyak (Lipsey 1995). Sehingga, berdasarkan penelitian terdahulu dapat
disimpulkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan harga pangan
utama Indonesia diantaranya :
a.
Harga Pangan Dunia
Harga pangan dunia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga
pangan domestik seperti yang telah didiskusikan dalam ADB (2008). Hal ini
menunjukkan keterkaitan antara pasar domestik dan pasar internasional.
Walaupun domestik tidak melakukan impor untuk komoditas pangan, lalu
harga pangan dunia mengalami peningkatan, maka kenaikan harga pangan
dunia akan mampu mempengaruhi harga pangan domestik. Dengan adanya
hukum satu harga yang dikenal dengan Purchasing Power Parity (PPP),
dimana hukum ini menyebutkan bahwa barang yang sama akan dijual
dengan harga yang sama pada waktu yang sama dengan tempat yang
berbeda (Krugman et al 2009). Hukum ini mengasumsikan bahwa tidak ada
hambatan dalam perdagangan yang menyebabkan harga domestik dan harga
dunia menjadi berbeda. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara harga pangan dunia dengan harga
pangan domestik.
b.
Pendapatan Per Kapita
Pendapatan menggambarkan suatu daya beli masyarakat. Dimana, apabila
pendapatan per kapita mengalami peningkatan, maka akan meningkatkan
permintaan pangan (Huh et al 2012). Namun, apabila penawaran komoditas
pangan tidak berubah, maka dengan adanya peningkatan permintaan pangan,
akan menyebabkan harga pangan mengalami peningkatan dan
memungkinkan terjadinya fluktuasi harga pangan. Dapat disimpulkan bahwa

10

c.

d.

e.

pendapatan per kapita memiliki hubungan yang positif dengan perubahan
harga pangan.
Exchange Rate
Ketersedian pangan domestik tidak hanya berasal dari produksi dalam negeri
saja, tetapi juga berasal dari luar negeri. Ketika nilai tukar Indonesia
terapresiasi, maka harga pangan dunia relatif lebih murah bila dibandingkan
dengan harga domestiknya (Balcombe 2010), sehingga akan menimbulkan
gelombang impor yang akan menyebabkan peningkatan ketersediaan pangan
domestik. Apabila ketersediaan domestik berlebih, maka harga pangan
domestik juga akan mengalami penurunan.
Iklim
Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, fenomena
iklim seperti El Nino dan La Nino memiliki dampak yang signifikan
terhadap harga komoditas (Brunner, 2000). Dalam penelitian ini akan
digunakan suatu indeks yang mengukur terjadinya fenomena El Nino, yaitu
suatu fenomena meningkatnya suhu permukaan di Samudra Pasifik bagian
tengah dan timur4. Ketika terjadi fenomena El Nino ini, awal musim hujan
akan menjadi lebih lambat dan terjadi kekeringan yang mampu menurunkan
produksi komoditas pangan yang sangat tergantung dari baiknya sistem
pengairan. Hal ini akan mempengaruhi supply domestik komoditas pangan
utama Indonesia dan mampu mempengaruhi perubahan harganya.
Interest Rate
Suku bunga merupakan salah satu faktor dari variabel makroekonomi yang
memiliki dampak langsung terhadap harga komoditas, dimana suku bunga
merupakan ukuran yang mampu menggambarkan return dari saham. Selain
itu, suku bunga juga merupakan indikator penting yang menggambarkan
keadaan ekonomi. Fluktuasi suku bunga yang terjadi, mengindikasikan
ketidakpastian kondisi ekonomi dan hal ini mampu memengaruhi harga
komoditas, termasuk komoditas pangan (Balcombe 2009, Roache 2010).
Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian mengenai volatilitas harga komoditas pangan beserta
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga suatu komoditas, terutama
komoditas pangan telah banyak dilakukan. Berbagai metode digunakan dalam
menjawab pertanyaan mengenai faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
fluktuasi harga pangan serta bagaimana transmisi ketika terjadi guncangan dari
faktor tersebut terhadap harga suatu komoditas. Berikut adalah beberapa
penelitian terdahulu yang terkait dengan volatilitas harga (Tabel 1):
Tabel 1 Penelitian Terdahulu
No
1

4

Nama
Peneliti
Jordaan et al

Tahun
2007

Judul

Metodologi

Measuring the ARIMA
Price
dan
Volatility
of ARCH-

Hasil Penelitian
Sebagian
komoditi
memiliki tingkat volatilitas
yang konstan yaitu gandum

Dikutip dari http://moklim.bdg.lapan.go.id/content/enso-el-nino-southern-oscillation : ENSO (El
Nino Southern Oscillation)

11
No

Nama
Peneliti

Tahun

Judul

Metodologi

Hasil Penelitian

Certain Field GARCH
Crops in South
Africa using
the
ARCH/GARC
H Approach

dan kedelai. Sementara itu,
volatilitas harga white
maize, yellow maize dan
sunflower seed bervariasi
antar waktu (time varying).
Lebih lanjut hasil studi
mengungkapkan
bahwa
white maize merupakan
komoditi dengan tingkat
volatiltas tertinggi.

Analisis
GARCH,
Volatilitas
TARCH
Pertumbuhan
Harga Kedelai
Internasional
yang Dihadapi
oleh
Indonesia

Pertumbuhan harga minyak
mentah internasional tidak
mempengaruhi
pertumbuhan
harga kedelai, adanya time
varying volatility dalam
pertumbuhan harga kedelai,
adanya leverage effect pada
pertumbuhan harga kedelai

K. 2010

What Explains
the Rise in
Food
Price
Volatility?

SplineGARCH
dan
Generalize
d Methode
of Moments
(GMM)

Mengatur
volatilitas
dengan frekuensi rendah
merupakan hal yang sangat
sulit
dilakukan
untuk
komoditas
pangan.
Volatilitas frekuensi rendah
ini berpengaruh secara
positif antar komoditas
yang berbeda. Selain itu,
terdapat dua faktor yang
memengaruhi
volatilitas
frekuensi rendah yaitu
Inflasi US dan Nilai Tukar
US. Kedua faktor ini yang
memberikan
pengaruh
besar terhadap volatilitas
harga pangan di US.

2010

The
nature
and
determinants
of volatility in
agricultural
prices : An
Empiral study
from 1962 –
2008

Pendekatan
Dekomposi
si
dan
Pendekatan
Panel

- Hampir semua komoditi
memiliki tren stokastik
yang signifikan.
- Sebagian besar komoditas
memiliki komponen siklis
dengan
pengecualian
minyak
sawit.
- volatilitas sebelumnya
adalah prediktor signifikan
dari volatilitas saat ini
- Ada transmisi volatilitas

2

Kindy
Retno
Pratamasari

3

Shaun
Roache

4

Kelvin
Balcombe

2008

12
No

Nama
Peneliti

Tahun

Judul

Metodologi

Hasil Penelitian
di
seluruh
komoditas
pertanian
untuk
hampir
semua
komoditas
(kecuali
pigmeat).
- Volatilitas harga minyak
merupakan prediktor yang
berpengaruh
terhadap
volatilitas
komoditas
pertanian.
Dengan
peningkatan pertumbuhan
di sektor biofuel, harga
komoditas
dan
harga
minyak mungkin menjadi
lebih terhubung, sehingga
ada alasan untuk percaya
bahwa peran harga minyak
di
dalam
menentukan
volatilitas bahkan mungkin
lebih kuat di masa depan.
- tingkat saham memiliki
dampak (menurun) yang
signifikan pada volatilitas
Sejumlah
harga
komoditas memiliki tren
yang signifikan. Namun,
tren
ini
positif untuk beberapa seri
dan negatif bagi seri yang
lain.

5

Henna
Ahsan;
Iftikhar,
Zainab;
Kemal,
Ali

2011

M.

The
ECM dan Berdasarkan model yang
Determinant
ARDL
dikembangkan,
variabel
of
Food
pendapatan per kapita,
Prices : A
output pertanian, subsidi
Case Study of
pertanian, money supply,
Pakistan
dan harga pangan dunia
merupakan faktor penting
penentu perubahan harga di
Pakistan. Kesimpulan yang
dapat
diambil
dari
penelitian ini yaitu faktor
yang paling memengaruhi
harga pangan di Pakistan
adalah
money
supply.
Selain
itu,
dengan
pemberian subsidi yang
ada, maka akan mampu
untuk menurunkan harga
pangan
pada
jangka

13
No

Nama
Peneliti

Tahun

Judul

Metodologi

Hasil Penelitian
panjang
namun
pengaruhnya sangat kecil.
Dan
faktor
paling
signifikan pada jangka
panjang
terhadap
perubahan harga pangan di
Pakistan adalah harga
pangan dunia.

6

Alla Asmara

7

8

2011

Dampak
volatilitas
variabel
ekonomi
terhadap
kinerja sektor
industri
pengolahan
dan
Makro
ekonomi
Indonesia

Model
ARCHGARCH
dan CGE
Recursive
Dynamic

Sejumlah variabel ekonomi
yang
dianalisis
menunjukan
volatilitas
yang cenderung bervariasi
antar waktu (time varying).
Dampak
volatilitas
memberikan pengaruh yang
bervariasi antar industry.
Volatiltias harga minyak
dunia dan suku bunga riil
cenderung
memberikan
pengaruh negatif terhadap
kinerja sektor industri dan
makroekonomi Indonesia.
Sementara itu, volatilitas
harga
ekspor
industri
memberikan pengaruh yang
relatif berbeda.

Hyeon Seung 2012
Huh, Hyun
Hoon
Lee,
dan
Cyn
Young Park

International
VAR dan
Transmission
Panel
of Food Prices Analysis
and
Volatilities : A
Panel Analysis

Inflasi harga pangan di
Asia
berhubungan
signifikan dengan inflasi
harga pangan global. Hal
menarik bahwa volatilitas
harga yang sangat tinggi
yang berasal dari volatilitas
pada
global
berjalan
bersamaan
dengan
volatilitas
harga
pada
domestik. Dalam penelitian
ini juga ditemukan bahwa
untuk negara yang masuk
dalam penelitian tidak
terpengaruh
akan
guncangan harga pangan
global pada periode amatan
penelitian.

Xiadong Du 2012
dan Lihong
Lu McPhail

Inside
the GARCH
Balck : The dan
Price
Structural

Terdapat integrasi antara
energi dengan pertanian.
Sejak harga minyak mahal,

14
No

Nama
Peneliti

Tahun

Judul

Metodologi

Lingkage and VAR
Transmission
(SVAR)
between
model
Energy
and
Agriculutural
Markets

Hasil Penelitian
beberapa
komoditi
pertanian seperti jagung
digunakan sebagai biofuel.
Dengan
menggunakan
metode SVAR dapat dilihat
bahwa antara harga etanol,
bbm dan jagung saling
terkait satu sama lain.
Terutama,
guncangan
perubahan harga etanol
memiliki pengaruh besar
terhadap perubahan harga
jagung,
begitu
juga
sebaliknya.

Kerangka Pemikiran
Bermula dari adanya UU Republik Indonesia tentang Pangan Nomor 18
Tahun 2012 Pasal 11 poin h menyebutkan bahwa rencana pangan nasional
sekurang-kurangnya harus menjamin stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok.
Stabilisasi harga sangat penting dalam menjalankan rencana pangan selanjutnya
yaitu terciptanya kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan.
Dalam penelitian ini dilihat besaran volatilitas harga komoditas pangan utama
Indonesia yang menjadi tujuan swasembada pangan Indonesia tahun 2014, dimana
sebagian besar pemenuhan domestik masih berasal dari impor. Setelah
mengetahui komoditas apa saja yang harganya berfluktuasi, kemudian dilanjutkan
untuk mengetahui faktor apa sajakah yang menyebabkan perubahan harga
komoditas pangan baik dari sisi permintaan maupun sisi penawaran. Dalam
penelitian ini dilihat juga seberapa lama dampak dari guncangan faktor yang
mempengaruhi terhadap perubahan harga pangan utama Indonesia. Pentingnya
mengetahui faktor dan dampak guncangan faktor ini lebih kepada prioritas dalam
mengakomodasi faktor yang lebih dominan dalam mempengaruhi perubahan
harga pangan utama Indonesia.
Pemerintah Indonesia yang pada tahun 2014 menginginkan adanya
swasembada pangan untuk beberapa komoditas pangan utama seharusnya dapat
melakukan kebijakan stabilisasi harga, sehingga diperlukan untuk mengetahui apa
sajakah faktor yang mempengaruhi perubahan harga komoditas-komoditas
tersebut. Pengambilan keputusan yang tepat dalam mengakomodasi perubahan
harga pangan utama Indonesia dan ekspektasi yang terkendali dari masyarakat,
diharapkan akan mampu menciptakan stabilisasi harga komoditas pangan utama
Indonesia dan swasembada pangan Indonesia juga dapat terwujud. Untuk lebih
jelasnya mengenai rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

15
Volatilitas Harga Pangan Utama
Indonesia :
- Beras
- Jagung
- Kedelai
- Gula Pasir

Faktor dari Sisi Permintaan :
- Harga Pangan Dunia
- Pendapatan per Kapita
- Exchange Rate

Faktor dari Sisi Penawaran :
- Harga Pangan Dunia
- Iklim
- Interest Rate

Faktor yang Mempengaruhi
Perubahan Harga Pangan Utama
Indonesia
Guncangan Faktor yang
Mempengaruhi Perubahan
Harga Pangan Utama
Indonesia

Dampak Faktor yang Mempengaruhi
Perubahan Harga Pangan Utama Indonesia

Gambar 4. Kerangka Pemikiran

3 METODE
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
bulanan selama periode waktu 2002-2011. Data yang digunakan yaitu data harga
komoditas pangan utama Indonesia yang masih bergantung dari impor, yaitu beras,
jagung, kedelai, dan gula pasir. Selain itu, data mengenai Harga Pangan Dunia,
Pendapatan per kapita, Interest Rate, Iklim, dan Exchange Rate diperlukan untuk
mengetahui faktor apa sajakah yang mempengaruhi