Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Ekstrak Daun Kecubung (Datura metel L)

TEKNIK IMOTILISASI IKAN MAS (Cryprinus carpio)
MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN KECUBUNG
(Datura metel L)

HANDI FAUZI HARAHAP

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Teknik
Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Ekstrak Daun Kecubung
(Datura metel L)” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 28 April 2014

Handi Fauzi Harahap
NIM C34090078

ABSTRAK
HANDI FAUZI HARAHAP. Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Menggunakan Ekstrak Daun Kecubung (Datura metel L). Dibimbing oleh
RUDDY SUWANDI dan PIPIH SUPTIJAH.
Kecubung (Datura metel L) merupakan tumbuhan yang tersebar di
Indonesia terutama di daerah kering. Kecubung merupakan tumbuhan yang
diduga memiliki kandungan bahan anestesi. Kandungan dari daun kecubung yaitu
alkaloid dan saponin. Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi ekstrak
daun kecubung yang sesuai sebagai anestesi pada ikan mas dan tingkat kelulusan
hidup ikan mas. Perlakuan pada penelitian ini adalah perbedaan pucuk daun
kecubung 1-5 dan 6-10 dengan perbedaan konsentrasi yaitu 15%, 20%, dan 25%.
Ekstrak daun kecubung terbaik adalah pucuk 1- 5 dengan konsentrasi 20%, waktu
onset 61 menit dengan tingkat kelulusan hidup 87%, kualitas air sesudah

pemingsanan pH 5,3, DO 2,9 ppm , dan TAN 3,4 mg/L. Waktu onset terlama
adalah ekstrak kecubung 6-10 selama 116 menit dengan tingkat kelulusan hidup
97%.
Kata kunci: alkaloid, anestesi, Datura metel L, kualitas air

ABSTRACT
HANDI FAUZI HARAHAP. Imotilisation Technique (Cyprinus carpio) on
Common Carp Fish using the extract of Kecubung Leaves (Datura metel L).
Mentored by RUDDY SUWANDI and PIPIH SUPTIJAH.
Datura metel L is a species of flora which destributed scattered around
Indonesia, especially in dry areas, which contained anesthetic substances. The
leaves contain alkaloid and saponion. The main objective of this research was to
determine the concentration of Datura metel L leaves extract as an anesthetic for
common carp fish and its survival rate. The treatment of this research is the
differences between Datura metel L leaves from 1 through 5 and 6 through 10
with concentration differences of 15%, 20%, and 25%. The best Datura metel L
leaves extract is on 1st through 5th leaf with the concentration of 20%, with 61
minutes of onset time with a life expectancy of 87%, with post anaesthesia water
quality pH 5,3, DO 2,9 ppm, and TAN 3,4 mg/L. Leaf 6 through 10 performed
with the longest amount of time, which is 116 minutes with the life expectancy of

97%.
Keyword: alcaloid, anesthetic, Datura metel L, water quality

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

TEKNIK IMOTILISASI IKAN MAS (Cryprinus carpio)
MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN KECUBUNG
(Datura metel L)

HANDI FAUZI HARAHAP

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan
Ekstrak Daun Kecubung (Datura metel L)
Nama
: Handi Fauzi Harahap
NIM
: C34090078
Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh


Dr Ir Ruddy Suwandi, MS, M.Phil
Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Dr Pipih Suptijah, MBA
Pembimbing II

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi yang berjudul “Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Menggunakan Ekstrak Daun Kecubung (Datura metel L)” ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yaitu :
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dr Ir Ruddy Suwandi, MS, M.Phil dan Dr Pipih Suptijah, MBA selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini.
Dr Mala Nurilmala, Spi, Msi selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.
Dr rer nat Kustiariyah Tarman, SPi, MSi selaku wakil ketua program studi
yang telah mewakili departemen pada saat ujian dan saran perbaikan.
Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku ketua Departemen Teknologi Hasil

Perairan.
Staf dosen dan Tata Usaha THP yang telah memberikan bantuan terhadap
penulis
Ibu, Bapak, Adik, serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi
kepada penulis.
Teman-teman THP 46 untuk kebersamaan dan bantuannya terhadap
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang memerlukannya.

Bogor, 28 April 2014

Handi Fauzi Harahap

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
PENDAHULUAN……………………………………………………………….….…..1
Latar Belakang…………………………………………………………….……....1
Perumusan Masalah……………………………………………………………….1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2
Bahan ............................................................................................................... 2
Alat .................................................................................................................. 2
Prosedur Penelitian .......................................................................................... 2
Aklimatisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) ....................................................... 3
Pembuatan Media Pemingsanan ...................................................................... 3
Pemingsanan Ikan ............................................................................................ 3
Pengujian Kualitas Air dan Glukosa Darah ..................................................... 3
Pengukuran Kandungan Oksigen Terlarut (APHA 1975) ...................... 3
Pengukuran Suhu (APHA 1975) ............................................................ 3
Pengukuran Derajat Keasaman (pH) (APHA 1975)............................... 4
Total Amonia Nitrogen (APHA 1975) ................................................... 4
Kadar Glukosa Darah ...................................................................................... 4
Analisis Data .................................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5

Penelitian Tahap Pertama ................................................................................ 5
Persiapan Hewan Uji dan Bahan Pemingsan ................................................... 5
Kualitas Air Media Pemeliharaan Ikan Mas .................................................... 5
Pengamatan Tingkah Laku Ikan Selama Pemingsanan ................................... 6
Penelitian Tahap Kedua ................................................................................... 8
Waktu Onset Pemingsanan .............................................................................. 8
Waktu Sadar Ikan ............................................................................................ 9
Tingkat Kelulusan Hidup (survival rate) Ikan .............................................. 10
Penelitian Tahap Ketiga................................................................................. 11
Pengujian Kualitas Air................................................................................... 11
Kadar Glukosa Darah .................................................................................... 12
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 12
Kesimpulan .................................................................................................... 12
Saran .............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
LAMPIRAN .......................................................................................................... 15

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 17

DAFTAR TABEL

1 Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan mas ................................... 6
2 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan dengan
perlakuan pucuk 1-5 dan pucuk 6-10 ................................................................ 7
3 Hasil pengujian kualitas air sebelum dan sesudah proses pemingsanan .......... 11

DAFTAR GAMBAR
1 Grafik perlakuan terhadap waktu onset .............................................................. 9
2 Grafik waktu sadar ikan mas setelah pemingsanan ........................................... 10
3 Grafik tingkat kelulusan hidup ikan mas pada waktu anestesi .......................... 10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Bobot ikan mas .................................................................................................. 15
2 Analisis data dengan One Way ANOVA SPSS 15 ........................................... 16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan transportasi ikan hidup akhir-akhir ini banyak mengalami
peningkatan. Pengembangan teknik dan metode sistem basah maupun sistem
kering banyak dilakukan. Transportasi sistem basah biasa digunakan untuk jarak
dekat dan menggunakan media air hingga 2-3 kali berat ikan. Penggunaan

transportasi sistem kering lebih ekonomis, efesien dan aman walaupun beresiko
tinggi. Penggunaan metode anastesi banyak digunakan pada transportasi kering
untuk mempertahankan tingkat kemampuan hidup melalui perlambatan
metabolisme tubuh. Pengunaan metode ini sering dilakukan oleh para pemilik
hatchery. Golongan alkaloid dan senyawa aromatik sering digunakan sebagai
bahan anestesi. Selama ini penggunaan bahan anestesi masih terbatas. Bahan
anestesi alami yang telah diaplikasikan antara lain biji karet, minyak cengkeh dan
ubi kayu (Habibie et al. 2006). Penelitian penggunaan bahan anestesi alami lain
perlu dilakukan sebagai pengganti bahan-bahan sintesis. Ekstrak kecubung
(Datura metel L) diduga dapat digunakan untuk memingsankan ikan.
Kecubung merupakan tumbuhan yang tersebar di Indonesia terutama di
daerah kering. Tumbuhan ini biasa tumbuh di tempat terbuka dengan tanah
berpasir yang tidak begitu lembab. Kecubung tumbuh di daratan rendah hingga
800 m di atas permukaan laut (dpl). Penggunaan daun dilakukan karena memiliki
rendemen terbanyak dibandingkan bagian tumbuhan yang lainnya. Buah dan
bunga kecubung hanya ada pada musim-musim tertentu. Bagian dari kecubung
terutama daun, mengandung alkaloid (sekitar 85% skopolamin dan 15%
hyoscyamine), dan saponin. Isolasi senyawa alkaloid menghasilkan komponen
kristal metil yang mengakibatkan relaksasi pada otot lurik (de Padua 1999, di
dalam Aminah et al. 1999). Senyawa – senyawa tersebut diduga menjadi bahan
anestesi yang baik.
Ikan merupakan salah satu biota yang sering ditransportasikan, namun
ikan rentan terhadap perubahan kondisi dalam pengangkutan. Salah satu jenis ikan
yang sering ditransportasikan adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan air tawar
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah ikan mas. Hal ini karena
ikan mas memiliki rasa daging yang enak dan gurih. Petani ikan mas telah banyak
Indonesia, hal ini karena budidaya ikan mas menguntungkan. Ikan mas adalah
ikan pemakan segala (omnivora) yang tidak tergantung pakan buatan yang
harganya telah melambung naik (Nugroho dan Wahyudi 1991). Hal tersebut
merupakan alasan penggunaan ikan mas dan perlu adanya penelitian mengenai
bahan anestesi yang mudah didapat dan murah.
Perumusan Masalah
Penelitian daun kecubung di Indonesia belum begitu banyak, penelitian
yang dilakukan mengenai pemanfaatan kecubung adalah sebagai insektisida
nyamuk dan pertumbuhan rambut. Kandungan dari daun kecubung seperti saponin

2
dan alkaloid dapat dimanfaatkan sebagai bahan anestesi ikan. Konsentrasi dari
ekstrak daun kecubung yang sesuai sebagai anestesi akan bermanfaat terhadap
kemunduran mutu selama transportasi ikan di Indonesia.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menentukan konsentrasi ekstrak daun
kecubung yang sesuai pada anestesi ikan mas dan tingkat kelulusan hidupnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2013. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pengujian kualitas air di Laboratorium Proling Manajemen Sumberdaya Perairan,
Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian anestesi menggunakan
ekstrak daun kecubung ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio) dengan ukuran
157-223 gram/ekor yang diperoleh dari hasil budidaya. Daun kecubung diperoleh
dari daerah Laladon dengan perbedaan perlakuan daun 1-5, dan 6-10. Bahan yang
digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah akuades. Ekstraksi dilakukan dengan
cara memblender daun kecubung yang ditambahkan aquades lalu disaring
menggunakan kain blacu.
Alat
Alat yang digunakan untuk aklimatisasi ikan adalah akuarium, dan aerator.
Alat yang digunakan untuk pembuatan media pemingsan adalah blender, gelas
ukur, kain blacu, botol, dan pengaduk. Alat yang digunakan untuk pemingsanan
ikan adalah termometer, stopwatch, alat tulis, aerator, akuarium atau toples,
spektrofotometer, DO meter, pH meter.
Prosedur Penelitian
Tahap penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu penelitian tahap pertama
pencarian dosis anestesi, tahap kedua yaitu alkimatisai ikan, pembuatan media
pemingsanan, dan pemingsanan ikan, tahap ketiga yaitu pengujian kualitas air
terdiri dari DO, suhu, amonia dan uji glukosa darah ikan mas pada konsentrasi
terbaik.

3
Aklimatisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Adaptasi ikan mas terhadap lingkungan yang baru dilakukan sebelum
dilakukan penelitian. Penggunaan akuarium berukuran 60 x 30 x 30 cm3 sebagai
wadah adaptasi ikan mas. Air yang digunakan pada penelitian ini merupakan air
tanah yang telah diendapkan selama dua hari yang bersuhu 26 sampai dengan
28 oC. Aerasi dilakukan untuk meningkatkan kandungan oksigen.
Pembuatan Media Pemingsanan
Daun kecubung di ekstrak dengan jumlah kadar yang berbeda, dengan
perbedaan perlakuan daun 1-5, dan 6-10. Daun kecubung ditambahkan akuades
lalu diblender. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain blacu.
Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 %, 20 %, dan 25 %.
Pembuatan 1 liter bahan pemingsan 20% adalah dengan mengekstrak 200 gram
daun kecubung yang ditambahkan dengan 800 mL akuades.
Pemingsanan Ikan
Akuarium yang berisi 10 ekor ikan pada setiap perlakuan ditambahkan
dengan ekstrak yang telah disediakan. Perbandingan antara banyaknya ikan (kg)
dan volume air (liter) adalah 1:4. Penambahan ekstrak dilakukan hingga ikan
pingsan. Parameter yang diamati adalah tingkah laku ikan, perubahan kualitas air
sebelum ikan dimasukan dan setelah ikan pingsan, waktu onset (waktu yang
dibutuhkan hingga ikan pingsan), waktu pulih (waktu yang dibutuhkan ikan
hingga sadar), dan tingkat kelulusan hidup ikan (survival rate). Pemingsanan ini
dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
Pengujian yang dilakukan adalah kadar glukosa darah dan kualitas air. Uji
kualitas air terdiri dari pengukuran oksigen terlarut, pengukuran pH, dan
pengukuran kandungan amonia.
Pengujian Kualitas Air dan Glukosa Darah
Pengujian kualitas air terdiri dari pengukuran kandungan oksigen terlarut,
suhu, derajat keasaman, dan kandungan amonia. Pengujian ini bertujuan
mengetahui kualitas air.
Pengukuran Kandungan Oksigen Terlarut (APHA 1975)
Pengukuran ini dilakukan dengan DO-meter. Tahap yang dilakukan adalah
pengkalibrasian alat, kemudian air sampel dimasukan ke dalam labu enlemeyer
sebanyak 50 ml, larutan sampel dihomogenkan dengan magnetic stirrer, dan
pengukuran oksigen terlarut.
Pengukuran Suhu (APHA 1975)
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer yang
berskala 80 oC. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukan ke dalam
akuarium yang telah berisi air.

4
Pengukuran Derajat Keasaman (pH) (APHA 1975)
Pengukuran pH diukur menggunakan pH-meter. Tahap yang dilakukan
adalah pH-meter dikalibarasi dengan air yang ber-pH 6 dan 8. Pengukuran air
sampel dilakukan dengan memasukan air ke dalam labu enlemeyer sebanyak
50 ml. Larutan sampel kemudian dihomogenkan dengan magnetic stirrer. Larutan
diukur dengan pH-meter setelah dihomogenkan.
Total Amonia Nitrogen (APHA 1975)
Proses pertama pada uji Total Amonia Nitrogen (TAN) adalah sampel
sebanyak 10 mL didestilasi, lalu hasilnya ditambahkan 1 tetes MnSO4. Sampel
ditambahkan 0,5 mL asam hypochlorous dan 0,6 mL reagen phenate, kemudian
diaduk. Perubahan warna menjadi kebiruan akan terjadi karena penambahan
reagen tersebut. Larutan blanko dan larutan standar dibuat selama pengukuran ini.
Nilai absorban pada larutan blanko kemudian diukur menggunakan
spektrofotometer OPTIMA SP-300 dengan panjang gelombang 630 nm.
Kadar Glukosa Darah
Pengujian kadar glukosa darah dilakukan menggunakan alat indikator
glukosa darah. Tahap yang dilakukan yaitu dengan mengambil sampel darah
mengunakan alat suntik, kemudian darah diteteskan ke alat indikator dan alat
tersebut akan mengeluarkan data kadar glukosa darah.

Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan pola faktorial (3 x 2). Faktor pertama terdiri dari tiga pemberian dosis
ekstrak daun kecubung 15%, 20% dan 25%. faktor kedua terdiri dari dua
perbedaaan pucuk yaitu 1-5 dan 6-10. Tiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali
dengan setiap perlakuan terdiri dari 10 ekor ikan mas.
Dalam percobaan digunakan model persamaan sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan :
Yijk
µ
αi
βj
(αβ)ij
εijk
i
j
k

: hasil pengamatan dari pengaruh konsentrasi taraf ke-i dengan letak
daun pada pucuk ke-j yang mendapat ulangan ke-k
: nilai tengah populasi
: pengaruh konsentrasi ekstrak kecubung taraf ke-i
: pengaruh letak daun pada pucuk ke-j
: pengaruh interaksi antara konsentrasi ekstrak dengan letak daun
pada pucuk
: pengaruh galat dari satuan ulangan ke-k dari kombinasi perlakuan
ij
: konsentrasi ekstrak kecubung
: letak daun kecubung pada pucuk
: 1,2,3 adalah ulangan

5
Keberhasilan percobaan dibuktikan dengan perlakuan yang memberi
pengaruh berbeda nyata, kemudian dianalisis dengan uji lanjut. Uji lanjut yang
digunakan adalah uji Tukey.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Tahap Pertama
Pada tahap ini dilakukan pencarian konsentrasi anestesi yang cocok dan
tidak menimbulkan banyak kematian pada ikan. Pengujian pertama dilakukan
dengan menggunakan ekstrak 40%, tetapi seluruh ikan mengalami kematian.
Pengurangan bahan anestesi dilakukan kembali dengan menggunakan ekstrak
30%, tetapi seluruh ikan mengalami kematian. Pada pengujian ekstrak 20%
tingkat kelulusan hidup ikan mencapai 90%. Penggunaan ekstrak 20% digunakan
dengan selang 5%. Penggunaan ekstrak pada penelitian ini adalah 15%, 20%, dan
25%.
Persiapan Hewan Uji dan Bahan Pemingsan
Ikan mas yang digunakan sebagai hewan uji memiliki interval berat sekitar
157-223 gram dengan berat rata-rata 189 gram. Hewan uji ini disimpan pada
aquarium yang berukuran 60 x 30 x 30 cm3 yang diberi aerasi sebagai pemasok
oksigen. Ikan mas memiliki kondisi yang baik, dibuktikan dengan pertahanan
yang kuat saat diangkat dari air, pergerakan insang yang baik, aktif, dan agresif di
dalam air. Kematian yang tinggi akan terjadi saat pengangkutan apabila ikan
memiliki kualitas yang rendah (Berka 1988). Ikan diadaptasikan selama satu
minggu sebelum dilakukan pemingsanan dengan pemberian pakan pelet, dan
dilakukan pemuasaan selama dua hari. Pemuasaan dua hari sebelum pemingsanan
bertujuan untuk mengurangi kotoran yang ada dalam perutnya, dan mengurangi
aktivitas metabolisme (Suryaningrum et al. 1993).
Daun kecubung mengandung alkaloid (sekitar 85% skopolamin dan 15%
hyoscyamine) dan saponin. Isolasi senyawa alkaloid menghasilkan komponen
kristal metil yang mengakibatkan relaksasi pada otot lurik (de Padua 1999, di
dalam Aminah 1999). Ekstraksi daun kecubung dilakukan dengan cara memotong
kecil-kecil daun lalu diblender. Hasil tersebut disaring menggunakan kain blacu
sebanyak dua kali.
Kualitas Air Media Pemeliharaan Ikan Mas
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan. Parameter yang diuji adalah suhu, pH, DO, CO2,
alkanitas, dan amonia. Air yang digunakan untuk media pemeliharaan
menggunakan air yang tersedia di laboratorium yang diendapkan selama 2 hari.
Pengendapan air ini bertujuan agar kotoran yang terdapat dalam air mengendap.
Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan mas yang digunakan selama
penelitian ditampilkan pada Tabel 1

6
Tabel 1 Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan mas
Parameter
Suhu
pH
DO
CO2
Alkalitas
Amonia

Kolam
Budidaya
26
7,34
5,37
1,85
154,2
0,03

Laboratorium

Standar

27
7,40
6,31
3,96
94
0,05

25-30 oC
7-8
≥5 ppm
Maks 25 ppm
50-300
Maks 0,1 ppm

Sumber: Kordi (2011)

Hasil analisis data pada Tabel 1 menunjukan suhu air media kolam
budidaya dan laboratorium adalah 26 oC dan 27 oC. Suhu tersebut masih baik
digunakan sebagai media hidup ikan mas. Peningkatan suhu sebesar 10 oC dapat
meningkatkan konsumsi oksigen akuatik 2-3 kali lipat (Effendi 2003). Sebaliknya
penurunan suhu akan mengakibatkan penurunan aktivitas dan proses metabolisme
ikan. Air kolam budidaya dan laboratorium memiliki nilai pH sebesar 7,3 dan 7,4.
Nilai pH tersebut masih sesuai dengan standar lingkungan hidup ikan mas.
Dissolve oxygen (DO) merupakan faktor penting dalam kehidupan ikan. Oksigen
terlarut yang sedikit pada suatu perairan akan mengganggu kehidupan ikan. Suhu
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air
(Effendi 2003). Kandungan CO2 air kolam budidaya dan laboratorium adalah
1,85 ppm dan 3,96 ppm. Alkanitas pada kolam budidaya dan laboratorium bernilai
154,2 ppm dan 94 ppm, sedangkan nilai amonia 0,03 ppm dan 0,05 ppm. Hasil
analisis kualitas air menunjukan bahwa air laboratorium masih aman digunakan
sebagai media pemeliharaan karena masih dalam batas standar air dan tidak
mempengaruhi kondisi fisiologis ikan mas sebelum atau sesudah diberi perlakuan.
Pengamatan Tingkah Laku Ikan Selama Pemingsanan
Ikan yang telah diadaptasikan dan dipuasakan kemudian diuji
menggunakan bahan pemingsan. Pengamatan perubahan tingkah laku dilakukan
setiap 15 menit, dimulai dari menit ke-0 hingga ikan tidak sadar. Ikan yang tidak
sadar ditandai dengan posisi tubuh ikan roboh dan insang bergerak dengan lambat.
Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan pucuk daun kecubung 1-5, dan 6-10
sebagai bahan anestesi dengan konsentrasi 15%, 20%, dan 25%. Hasil
pengamatan terhadap tingkah laku ikan pada setiap perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan pucuk 1-5 memberikan pengaruh
yang lebih cepat dibandingkan perlakuan pucuk 6-10. Hal tersebut dapat dilihat
dari waktu yang dibutuhkan ikan uji untuk mencapai tahap pingsan yang lebih
cepat dibandingkan perlakuan pucuk 6–10. Pada perlakuan 20% ikan dimasukan
ke dalam wadah pemingsan dengan keadaan normal. Ikan mengalami kehilangan
keseimbangan pada menit ke 15-45 dan ikan mengalami tahap pingsan pada menit
ke 61. Pada perlakuan 25% ikan dimasukan ke dalam wadah pemingsan dengan
keadaan normal, memasuki menit ke 15 ikan kehilangan keseimbangan dan
memasuki tahap pingsan menit ke 47. Pada perlakuan ekstrak daun kecubung 6-10

7
pada konsentrasi 20% ikan dimasukan ke dalam wadah dengan keadaan normal.
Pada menit ke 15-45 ikan kehilangan keseimbangan dan mengalami pingsan pada
menit ke 91. Pada perlakuan 25% ikan dimasukan ke dalam wadah. Pada menit
ke 15-45 ikan mengalami kehilangan keseimbangan dan memasuki tahap pingsan
menit ke-75. Semua bagian dari tumbuhan kecubung mengandung senyawa
alkaloid, kandungan alkaloid terbanyak terdapat dalam akar dan bijinya. Daun
kecubung muda lebih banyak mengandung racun dibandingkan daun tua, hal ini
untuk melindungi dari serangan serangga (de Padua 1999, di dalam Aminah
1999).
Tabel 2 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan dengan
perlakuan pucuk 1-5 dan pucuk 6-10
Perlakuan
Waktu
(menit)
0-15
15-30

30-45

45-60
60-75
75-90
90-105
105-120

Pucuk 1-5

Pucuk 6-10

15%

20%

25%

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Kehila
ngan
keseimba
ngan
Kehila
ngan
keseimba
ngan
Pingsan
ringan
Pingsan
ringan
Pingsan
(85,6)

Kehila
ngan
keseimba
ngan
Kehila
ngan
keseimba
ngan
Pingsan
ringan
Pingsan
(61,5)

Kehilangan
keseimba
Ngan

Kehila
ngan
keseimba
ngan
Kehila
ngan
keseimba
ngan
Pingsan
ringan
Pingsan
ringan
Pingsan
ringan
Pingsan
ringan
Pingsan
(116)

Kehilangan
keseimba
ngan

Kehila
ngan
keseimba
ngan
Pingsan
ringan

Pingsan
ringan

Pingsan
(47,3)

15%

20%

Kehilangan
keseimba
ngan
Pingsan
ringan
Pingsan
ringan
Pingsan
ringan
Pingsan
(91)

25%

Pingsan
ringan
Pingsan
ringan
Pingsan
(75)

Tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan pucuk 1-5 memberikan pengaruh
yang lebih cepat dibandingkan perlakuan pucuk 6-10. Hal tersebut dapat dilihat
dari waktu yang dibutuhkan ikan uji untuk mencapai tahap pingsan yang lebih
cepat dibandingkan perlakuan pucuk 6–10. Pada perlakuan 20% ikan dimasukan
ke dalam wadah pemingsan dengan keadaan normal. Ikan mengalami kehilangan
keseimbangan pada menit ke 15-45 dan ikan mengalami tahap pingsan pada menit
ke 61. Pada perlakuan 25% ikan dimasukan ke dalam wadah pemingsan dengan
keadaan normal, memasuki menit ke 15 ikan kehilangan keseimbangan dan
memasuki tahap pingsan menit ke 47. Pada perlakuan ekstrak daun kecubung 6-10
pada konsentrasi 20% ikan dimasukan ke dalam wadah dengan keadaan normal.
Pada menit ke 15-45 ikan kehilangan keseimbangan dan mengalami pingsan pada
menit ke 91. Pada perlakuan 25% ikan dimasukan ke dalam wadah. Pada menit
ke 15-45 ikan mengalami kehilangan keseimbangan dan memasuki tahap pingsan
menit ke-75. Semua bagian dari tumbuhan kecubung mengandung senyawa
alkaloid, kandungan alkaloid terbanyak terdapat dalam akar dan bijinya. Daun

8
kecubung muda lebih banyak mengandung racun dibandingkan daun tua, hal ini
untuk melindungi dari serangan serangga (de Padua 1999, di dalam Aminah
1999).
Tabel 2 menunjukan ikan mengalami beberapa proses anestesi dari fase
normal hingga mengalami fase pingsan. Tahap – tahap anestesi tersebut memiliki
ciri-ciri sendiri. Fase normal ikan adalah ikan peka terhadap suatu rangsangan,
kontraksi otot dan operculum normal. Fase kehilangan keseimbangan adalah saat
gerakan dan respon terhadap rangsangan luar masih ada, dan posisi badan miring.
Fase pingsan ringan ditandai dengan gerakan sirip dan tutup insang lambat, dan
rangsangan terhadap sentuhan lambat. Fase pingsan adalah saat posisi tubuh ikan
roboh, tutup insang ikan bergerak sangat lambat, dan saat diangkat tidak ada
respon (Tidwel et al. 2004). Menurut Wright dan Hall (1961), proses
pemingsanan menggunakan bahan pemingsan yaitu berpindahnya bahan
pemingsan dari lingkungan ke alat pernapasan organisme, difusi bahan pemingsan
dalam tubuh menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pemingsan ke dalam
darah, sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebabkan bahan pemingsan
menyebar ke seluruh tubuh. Overdosis dan kematian akan terjadi saat pemberian
dosis yang berlebih (Arliansyah 2009).
Penelitian Tahap Kedua
Pada tahap ini dilakukan pengujian bahan pemingsan ekstrak daun
kecubung 1-5 dan 6-10 pada waktu onset pemingsanan, waktu sadar, dan tingkat
kelulusan hidup. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak
kecubung terbaik.
Waktu Onset Pemingsanan
Waktu onset merupakan waktu yang dibutuhkan suatu biota keadaan
normal mencapai kehilangan kesadaran (Mckelvey dan Wayne 2003). Waktu
onset dicatat setiap 15 menit hingga ikan mengalami kehilangan kesadaran. Hal
ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan ekstrak kecubung terhadap waktu
yang dibutuhkan hingga ikan pingsan. Hasil pengamatan terhadap waktu onset
dapat dilihat pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1, waktu onset yang dihasilkan berbeda-beda karena
pemberian kandungan ekstrak yang berbeda. Pembedaan yang digunakan adalah
pada pucuk daun kecubung. Waktu onset yang paling cepat ditunjukan oleh
perlakuan ekstrak pucuk 1-5 daun kecubung dengan konsentrasi 25% dengan
waktu 47,3 menit. Waktu onset paling lama ditunjukkan oleh ekstrak pucuk 6-10
daun kecubung dengan konsentrasi 15% yaitu 116 menit. Waktu onset tercepat
ditunjukan oleh perlakuan pucuk 1-5 dengan konsentrasi 25%. Hal tersebut diduga
karena pada pucuk daun kecubung 1-5 memiliki kandungan bahan anestesi yang
lebih tinggi dibandingkan pucuk daun kecubung 6-10. Kandungan yang terdapat
pada daun kecubung yang menyebabkan pingsan adalah saponin, dan alkaloid.
Saponin merupakan senyawa yang memiliki rasa pahit yang menyebabkan iritasi
pada selaput lendir dan dapat mengakibatkan rusaknya butir darah merah dengan
reaksi hemolisis. Senyawa yang bersifat racun pada saponin dikenal sebagai
sapotoksin. Saponin yang bercampur dengan air akan menimbulkan busa stabil
(Cheek 2005)

9

Gambar 1 Grafik perlakuan terhadap waktu onset ( = 15%,
= 20%, = 25%).
Huruf diatas balok data menunjukan perbandingan nilai tengah
antarperlakuan analisis varian ANOVA
Alkaloid merupakan senyawa organik yang utama. Isolasi dari senyawa
alkaloid menghasilkan komponen metil yang mempunyai efek relaksasi pada otot
lurik (de Padua 1999, di dalam Aminah 1999). Menurut Gunn (2001), anestesi
yang baik adalah anestesi yang dapat memingsankan ikan kurang dari tiga menit.
Waktu onset yang ditimbulkan akibat pemberian ekstrak daun kecubung dapat
disimpulkan kurang memuaskan karena waktu yang ideal untuk memingsankan
ikan adalah tiga menit. Berdasarkan hasil uji statistik analisis varian ANOVA
pada taraf nyata 0,05, perlakuan penambahan konsentrasi ekstrak daun kecubung
memberikan pengaruh terhadap uji ini, pengaruh semua perlakuan terhadap waktu
onset adalah signifikan satu sama lain.
Waktu Sadar Ikan
Waktu sadar ikan adalah waktu yang dibutuhkan ikan agar pulih kembali
dengan bantuan aerator. Pemulihan ikan yang telah dianestesi adalah dengan cara
memasukan ikan yang telah pingsan ke dalam aquarium yang telah diberi aerator.
Hasil waktu sadar ikan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 menunjukan waktu sadar ikan setelah pemingsanan. Waktu
sadar ekstrak kecubung pucuk 1-5 dengan konsentrasi 15%, 20%, dan 25% adalah
4,13 , 5,77 , 6,37 menit. Waktu sadar ikan yang dianastesi menggunakan ekstrak
kecubung pucuk 6-10 dengan konsentrasi 15%, 20%, dan 25% adalah 3,03 , 4,97,
dan 6,23 menit. Perbedaan waktu sadar yang ditunjukan menyatakan bahwa
semakin tinggi konsentrasi maka semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh suatu
biota untuk sadar. Ikan akan mengalami overdosis atau kematian saat dosis yang
diberikan berlebih (Arliansyah 2009). Berdasarkan hasil uji statistik analisis
varian ANOVA pada taraf nyata 0,05, perlakuan penambahan konsentrasi ekstrak
daun kecubung memberikan pengaruh terhadap uji ini, pengaruh semua perlakuan
terhadap waktu sadar adalah signifikan satu sama lain.

10

Gambar 2 Grafik waktu sadar ikan mas setelah pemingsanan ( = 15%, =20%,
= 25%). Huruf datas balok data menunjukan perbandingan nilai tengah antar
perlakuan analisis varian ANOVA
Tingkat Kelulusan Hidup (survival rate) Ikan
Kelulusan hidup ikan ditentukan setelah ikan mas dibugarkan kembali
dalam air dengan bantuan aerator selama beberapa menit. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui konsentrasi uji yang menimbulkan kematian yang tinggi pada
ikan uji, mengetahui efektivitas penggunaan esktrak daun kecubung sebagai bahan
anestesi, dan konsentrasi yang baik digunakan pada sistem transportasi ikan. Hasil
nilai survival rate dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik tingkat kelulusan hidup ikan mas pada waktu anestesi( = 15%,
= 20%, = 25%). Huruf datas balok data menunjukan perbandingan nilai
tengah antarperlakuan analisis varian ANOVA

11
Gambar 3 menunjukan tingkat kelulusan hidup ikan mas setelah
pemberian ekstrak daun kecubung dengan konsentrasi berbeda. Tingkat kelulusan
hidup ikan mas dengan pemberian ekstrak pucuk daun. Saponin dapat
menghancurkan butir darah merah melalui reaksi hemolisis dan memiliki sifat
racun terhadap hewan berdarah dingin (Cheek 2005). Konsentrasi yang semakin
tinggi maka kandungan saponin pada ekstrak akan semakin tinggi. Tingkah laku
saat diberi ekstrak anestesi adalah ikan akan melakukan gerakan yang berlebihan
dan akan mengalami shock yang dapat menimbulkan kematian pada ikan, hal
tersebut karena adanya peningkatan asam laktat dalam darah (Pratisari 2010).
Berdasarkan hasil uji statistik analisis varian ANOVA pada taraf nyata 0,05,
perlakuan penambahan konsentrasi ekstrak daun kecubung memberikan pengaruh
terhadap uji ini, pengaruh semua perlakuan terhadap tingkat kelulusan hidup
adalah signifikan satu sama lain, kecuali ekstrak 15% dan 20%.
Penelitian Tahap Ketiga
Pada tahap ini bahan anestesi yang digunakan adalah ekstrak daun
kecubung pucuk 1- 5 dengan konsentrasi 20%. Penggunaan ekstrak 20% karena
dapat memingsankan ikan dengan waktu yang lebih cepat dan memiliki nilai
kelulusan hidup yang tinggi. Pada tahap ketiga dilakukan perhitungan kualitas air
saat perlakuan anestesi dan pengujian glukosa darah setelah anestesi.
Pengujian Kualitas Air
Pengujian kualitas air dilakukan sebelum dan sesudah proses
pemingsanan. Pengujian kualitas air sebelum proses pemingsanan bertujuan
mengetahui kelayakan air, sedangkan pengujian kualitas air sesudah pemingsanan
bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan pemingsan terhadap karakter kimia
fisik air. Hasil pengujian kualitas air dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil pengujian kualitas air sebelum dan sesudah proses pemingsanan
Perlakuan
Parameter uji
pH
Sebelum
Sesudah

7,4
5,3

DO (ppm)
6,3
2,9

TAN (mg/L)
1,4
3,4

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai pH sebelum diberi ekstrak
kecubung sebesar 7,4 dan sesudah diberi ekstrak daun kecubung sebesar 5,3.
Penurunan nilai pH terjadi karena air yang bercampur dengan karbondioksida
yang menghasilkan asam karbonat. Nilai pH air setelah diberi ekstrak daun
kecubung tidak dapat digunakan untuk pertumbuhan ikan karena dibawah batas
normal pH air Perairan yang baik bagi pertumbuhan ikan yaitu dengan pH 6,5-9.
Kandungan oksigen dalam perairan berlawanan dengan kandungan
karbondioksida. Saat kandungan oksigen rendah biasanya kandungan
karbondioksida tinggi. Kandungan oksigen yang baik untuk budidaya ikan
minimal 4 mg/L (Arie 1999). Hasil dissolved oksigen yang didapatkan sesudah
diberi ekstrak daun kecubung sebesar 2,9 mg/L. Penurunan ini terjadi karena
pemanfaatan oksigen dari ikan mas. Ikan mas yang beradaptasi dengan

12
lingkungan baru yang tidak sesuai sehingga memerlukan kandungan oksigen yang
lebih dari lingkungan yang standar. Ikan mas pada lingkungan yang memiliki nilai
oksigen 1,0 ppm – 5,0 ppm dapat bertahan hidup tetapi pertumbuhannya
terganggu (Swingle (1986) dalam Boyd (1990)).
Total amonia air setelah diberi ekstrak daun kecubung sebesar 3,4.
Tingginya amonia karena ikan mas yang stress akibat diberi bahan anestesi dan
membuang metabolisme yang berlebihan. Ikan mas yang diberi bahan anestesi
dengan ekstrak daun kecubung konsentrasi 20% memiliki waktu pingsan sekitar
60 menit. Waktu pemingsanan 60 menit ini membuat ikan mas terus melakukan
metabolisme yang menyebabkan naiknya nilai amonia. Tingginya amonia pada air
diakibatkan karena pembuangan metabolisme (Wedeyener 1996)
Kadar Glukosa Darah
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah ikan mas
dengan menggunakan alat indikator glukosa darah. Pengujian kadar glukosa darah
dilakukan sebelum ikan pingsan dan setelah ikan pingsan. Hasil uji glukosa darah
ikan sebelum diberi bahan anestesi adalah 127 mg/L dan sesudah pemingsanan
262 mg/L. Data ini menunjukan bahwa proses pemingsanan telah menyebabkan
ikan stress. Menurut Subandiyono et al. (2003) Tingkat kestressan ikan dapat
meningkatkan glukosa darah.
Menurut Enriquez et al. (2009), proses perubahan kadar glukosa dimulai
dengan informasi yang diterima oleh organ reseptor. Informasi tersebut sampai ke
hipotalamus melalui sistem syaraf. Hipotalamus ini memberi informasi kepada sel
kromafin untuk menghasilkan hormon katekolamin melalui serabut syaraf
simpatik. Enzim-enzim akan aktif karena adanya katekolamin yang terlibat pada
katabolisme simpanan glikogen, sehingga kadar glokusa darah meningkat.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bahan pemingsan ekstrak daun kecubung menggunakan dua pembedaan
letak daun 1-5 dan 6-10 yang memiliki pengaruh yang berbeda dalam penelitian
ini. Konsentrasi terbaik yaitu ekstrak daun kecubung 1-5 dengan konsentrasi 20%
menunjukan waktu onset selama 61 menit dengan tingkat kelulusan hidup 87%.
Waktu onset paling lama ditunjukan oleh ekstrak daun kecubung 6-10 selama
116 menit dengan tingkat kelulusan hidup 97%.
Berdasarkan hasil uji statistik, perlakuan perbedaan letak daun dan
konsentrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap waktu onset, waktu
sadar, dan tingkat kelulusan hidup.
Saran
Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian uji transportasi dan
perlu dilakukan pengujian toksisitas daun, biji, dan bunga kecubung terhadap ikan
air tawar lainnya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Alabaster JS, Lyod R. 1980. Water Quality Criteria for Freshwater Fish. London
(UK): Biological Sciences
Aminah NS. Chairul EW. Lestari. Agustus A. Ahyar. 1999. Senyawa aktif dari
buah Lerak (Sapandius rarak De Candole) berpotensi sebagai pembunuh larva
dan Nyamuk. Seminar Nasional Kimia Bahan Alam di Jakarta 24-25
September 1999.
[APHA] American Public Health Association. 1975. Standar Methods for The
Eximination of Water and Wastewater 14th Edition. New York (US):
American Public Health Association.
Arliansyah. 2009. Perbedaan Pengaruh pemberian propofol dan penthotal
terhadap agregasi platelet. [Tesis]. Semarang (ID): Program Pasca Sarjana
Magister Ilmu Biomedik Dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I
Anestesiologi Universitas Diponegoro.
Arie U. 1999. Pembenihan dan Pembesaran Nila PT Gift. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Berka R. 1986. The transport of live fish. A Review EIFAC Tech. Pap. FAO
(48):52.
Cheek PR. 2005. Applied animal nutrition: feeds and feeding thrid edition. Upper
Sadle River 3(1): 45-56.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan. Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Enriquez RR, Marcel MP, Luis Rafael MP. 2009. Cortisol and glucose: reliable
indicators of fish stress. Pan-American Journal of Aquatic Sciences 4(2): 158178.
Gunn E. 2001. Floundering in the foibes of fish anestesia. Water Science and
Technology 15(8):15–21.
Habibie. Agung, HA. 2006. Pengujian ekstrak ubi kayu (Manihot esculata)
sebagai bahan anestesi pada transportasi udang galah (Macrobrachium
rosenbegii) hidup tanpa media air. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna di Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Sarana
Wana Jaya. Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung
(ID): Institut Teknologi Bandung.
James TH, Coyle SD, Durborow RM. 2004. Anesthetics in aquaculture. SRAC
Publication No.3900: 2-4.
Kordi KM. Ghufran H. 2011. Budidaya Bawal Air Tawar. Jakarta : @kademia.
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung (ID): Institut
Teknologi Bandung.
Mckelvey D, Wayne K. 2003. Veterinary anesthesia and analgesia. Amerika:
Occation the veterinarian.
Nugroho E. Wahyudi NA. 1991. Seleksi Berbagai Ras Ikan Mas Koleksi dari
Berbagai Daerah di Indonesia dengan Menggunakan “Skor-Z”. Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor. Buletin Penelitian Perikanan Darat.
10(2): 49-53.

14
Subandiyono, Astuti SH, Supriyono E, Mokoginta I. 2003. Respon glukosa darah
ikan gurami (Osphronemus gouramy,L\C.) terhadap stres perubahan suhu
lingkungan. Jurnal Akuakultur Indonesia (2): 73 -77.
Suryaningrum ThD, Utomo BSB. 1999. Pengaruh suhu media serbuk gergaji
dingin terhadap sintasan udang windu (Penaeus monodon) dalam kemasan
kering. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Teknologi
Budidaya Laut dan Pantai. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan.
Swingle HS. 1986. Methods of Analysis for Water Organic Matter and Pond
Bottom Soils. Used in Fisheries Research. Auburn University, Alabama.
Tidwell H. James. Shawn D. Coyle, Robert M. Durborow. 2004. Anesthetics in
Aquaculture. SRAC Publication No. 3900.7-11
Vickar M. 2012. Pengaruh cahaya terhadap aktivitas metabolisme ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) pada simulasi transportasi sistem basah tertutup.
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems. New
York (USA): Aquacultural Enginering.
Wright GJ, Hall LW. 1961. Veterinary Anaesthesia and Analogesia. London
(UK): Aquacultural Science.

15

LAMPIRAN
Lampiran 1 Bobot ikan mas (gram)
190
178
203
165
223
167
183
208
201
199
167
176
189
188
190
200
207
206
167
187

178
188
190
167
203
200
187
189
165
208
178
167
188
198
208
206
201
177
187
199

166
157
188
196
200
203
208
188
176
204
188
176
166
189
207
208
200
210
186
176

166
176
187
201
209
205
199
189
210
200
199
187
210
165
177
201
205
189
190
198

165
178
157
188
198
187
179
186
203
205
177
167
159
200
217
189
198
167
188
198

210
198
188
205
209
199
156
175
187
176
177
174
165
155
176
166
156
156
180
199

16
Lampiran 2 Analisis data dengan One Way ANOVA SPSS 15
Uji ANOVA

Uji Lanjut Tukey

Parameter
Nilai Sig.
0
Waktu onset

15 %

20%

a

0

b

0
0
Waktu sadar

c
a

0

b

0
0,056
SR

0,036
200

25%

c
aa
aa
b

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Agustus 1991 dari ayah
bernama Ir. Anwar Sofyan Harahap M.Si dan ibu yang bernama Endang Dwi
Astuti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh
pendidikan formal dimulai dari TK Kuncup Harapan kemudian melanjutkan ke
SD Negeri Polisi 4 Bogor dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2006.
Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun
2009.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada
tahun 2009 melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM) di Departemen
Teknologi Hasil Perairan (THP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama
menjalani pendidikan akademik di Institut Pertanian Bogor penulis pernah
mengikuti organisasi Satuan Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila S1 IPB
(SAPMA S1 IPB) divisi OKK tahun 2010/2012. Penulis juga pernah menjadi
Asisten mata kuliah Teknologi Industri Tumbuhan Laut periode 2012/2013.