DAYA BUNUH EKSTRAK BIJI KECUBUNG (Datura metel) TERHADAP LARVA Aedes aegypti

(1)

DAYA BUNUH EKSTRAK BIJI KECUBUNG (Datura metel)

TERHADAP LARVA Aedes aegypti

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

LIA AYU WIJAYA

G0005125

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009


(2)

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Daya Bunuh Ekstrak Biji Kecubung (Datura Metel) Terhadap Larva Aedes Aegypti

Lia Ayu Wijaya, NIM: G0005125, Tahun : 2009

Telah diuji dan sudah disahkan di dahapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari ..., Tanggal ...

Pembimbing Utama

Nama : Sri Haryati, Dra., M.Kes.

NIP : 131 569 254 (__________________________ )

Pembimbing Pendamping Nama : Anik Lestari, dr., M.Kes.

NIP : 132 297 281 ( _________________________ )

Penguji Utama

Nama : Sutarmiadji Djumarga, Drs.,M.Kes.

NIP : 131 597 037 ( _________________________ )

Penguji Pendamping

Nama : Bagus Wicaksono, Drs., M.si.

NIP : 131 841 892 ( _________________________ )

Surakarta,... Ketua Tim Skripsi

Sri Wahjono, dr., M.Kes NIP : 030 134 646

Dekan FK UNS

Dr. AA Subiyanto, dr., MS. NIP : 030 134 565


(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 13 Januari 2009

LIA AYU WIJAYA NIM. G 0005125


(4)

iv ABSTRACT

Lia Ayu Wijaya, G0005125, 2008. The Lethal Concentration of Seeds of Jimson Weed Extract (Datura metel) as Larvaciding to Kill Aedes aegypti. The Faculty of Medicine in Sebelas Maret University, Surakarta.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a health problem in Indonesia. One of DHF’s eradication methods is to control the vector which is Aedes aegypti. Jimson Weed has the potential to be natural larvacides. Seeds of Jimson Weed extract contain alkaloids and saponin. In the other research alkaloids and saponin in different plant extract source has been proven to have larvacidal effect to Aedes aegypti larvae. This research has a purpose to know the influence of seeds of Jimson Weed extract (Datura metel) in the Aedes aegypti larvae’s mortality.

The kind of this research is laboratory experimental, which is done at Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) in Salatiga. Samples are 875 Aedes aegypti larvae. The sampling technique is simple random sampling method. The seeds of Jimson Weed extract are got from Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) in Tawangmangu. Subject are divided into 7 groups, each group contain 25 larvae and repeated 5 times, group that contains 200 ml water is control group, and 6 groups contain Jimson Weed seeds extract which are divided into concentrations of 0,04%, 0,08%, 0,16%, 0,32%, 0,64% and 1,28%. The observation is done after 24 hours and calculated the sum of the death larvae.

The analyzing result with Variance Analyze (ANOVA) shows that there are differences in death rate of Aedes aegypti larvae between groups. The result of Least Significance Difference (LSD) shows significance and insignificance differences between groups. From The Probit analyze test can be concluded that the LC50is 0,08% concentration and LC99is 0,286% concentration.

From the research result, it can be concluded that the Jimson Weed seeds extract (Datura metel) has influence to the mortality of Aedes aegypti larvae with the LC50is 0,08% concentration and LC99is 0,286% concentration.


(5)

v ABSTRAK

Lia Ayu Wijaya, G0005125, 2008. Daya Bunuh Ekstrak Biji Kecubung (Datura metel) Terhadap Larva Aedes Aegypti, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu upaya pemberantasan DBD yaitu dengan mengendalikan vektornya yaitu Aedes aegypti. Biji kecubung (Datura metel) memiliki potensi sebagai larvasida alami. Kandungan ekstrak biji kecubung antara lain alkaloid dan saponin. Alkaloid dan saponin pada penelitian lain dengan ekstrak dari bahan tumbuhan yang lain telah terbukti memiliki efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya bunuh ekstrak biji kecubung (Datura metel) terhadap larva Aedes aegypti dan mengetahui konsentrasi yang efektif sebagai larvasida.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium, dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoar Penyakit (B2P2VRP) Salatiga. Sampel penelitian adalah larva nyamuk Aedes aegypti sejumlah 875 ekor. Teknik pengambilan sampel dengan metode random sampling sederhana. Bahan penelitian berupa ekstrak biji kecubung yang diperoleh dari Balai Besar Penelitian Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu. Objek dibagi dalam 7 perlakuan, masing-masing berisi 25 ekor larva dan dilakukan 5 kali ulangan. Kelompok perlakuan air sumur 200 ml sebagai kontrol, dan kelompok perlakuan ekstrak biji kecubung masing-masing dengan konsentrasi 0,04%, 0,08%, 0,16%, 0,32%, 0,64% dan 1,28%. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dan dihitung jumlah larva mati.

Hasil penghitungan statistik dengan uji Analisis Varian (ANOVA) menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata jumlah kematian larva Aedes aegypti antar kelompok uji. Hasil perhitungan statistik dengan Least Significance Difference (LSD) didapatkan perbedaan yang signifikan dan yang tidak signifikan antar kelompok uji. Selanjutnya data dianalisis Probit yaitu LC50 didapatkan pada konsentrasi 0,08% dan LC99pada konsentrasi 0,286%.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji kecubung (Datura metel) memiliki pengaruh terhadap mortalitas larva Aedes aegypti dengan LC50 didapatkan pada konsentrasi 0,08% dan LC99 pada konsentrasi 0,286%.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan nikmat, rahmat, hidayah, serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Daya Bunuh Ekstrak Biji Kecubung (Datura metel) Terhadap Larva Aedes aegypti”

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan pengahargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. A.A. Subijano, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNS. 2. Tim skripsi yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini.

3. Sri Haryati, Dra., M.Kes. sebagai pembimbing utama yang telah berkenan memberikan waktu, bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis.

4. Anik Lestari, dr., M.Kes. sebagai pembimbing pendamping yang telah sudi memberikan waktu, bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis.

5. Sutarmiadji Djumarga, Drs.,M.Kes. sebagai penguji utama yang telah memberikan nasehat, koreksi, kritik, dan saran untuk menyempurnakan penyusunan skripsi.

6. Bagus Wicaksono, Drs., M.si. sebagai anggota penguji yang telah memberikan nasehat, koreksi, kritik, dan saran untuk menyempurnakan penyusunan skripsi.

7. Hasan Boesri, Drs., MS. selaku Kepala Bidang Pelayanan Penelitian di Balai Besar Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Mbak Ary beserta semua staf B2P2VRP yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

8. Katno, Drs.,Msi. selaku Kepala Bidang Pelayanan Penelitian di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu, Mbak Endang dan semua staf B2P2TO2T yang telah membantu dalam pembuatan ekstrak.

9. Umi, Abah, Mbak Uta dan Wisnu yang telah memberikan dorongan, doa, bantuan moral dan materi.

10. Anomku, terimakasih atas segala dukungannya.

11. Ade, Ani, Dhanti, dan Kepodang Girls terimakasih untuk segalanya.

12. Teman-teman PBL C3: Heppy, Kiki, Laurent, Dini, Lilis, Nia, Johan, Surya, Azhar, Adia terimakasih atas dukungannya.

13. Filamen dan teman-teman FK UNS 2005, sebagai teman seperjuangan. 14. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dibutuhkan saran dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, 13 Januari 2009 Lia AyuWijaya


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR GRAFIK……… ix

DAFTAR LAMPIRAN………. x

DAFTAR TABEL………. xi

DAFTAR GAMBAR……… xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian……… 3

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka……….. 5

B. Kerangka Pemikiran... 14

C. Hipotesis... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 16

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 16

C. Obyek Penelitian... 16


(8)

viii

E. Identifikasi Variabel Penelitian……… 17

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian………. 17

G. Desain Penelitian... 19

H. Alat dan Bahan ... 20

I. Cara Kerja………. 20

J. Teknik Analisis Data... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 24

B. Analisis Data... 27

BAB V PEMBAHASAN………... 29

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 32

B. Saran... 32

DAFTAR PUSTAKA... 33 LAMPIRAN


(9)

ix

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1. Grafik jumlah kematian larva Aedes aegypti


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Analisis Varians (ANOVA) Lampiran 2. Hasil Least Significance Difference (LSD) Lampiran 3. Hasil Uji Probit

Lampiran 4. Foto Tumbuhan Kecubung (Datura metel) Lampiran 5. Foto Saat Penelitian

Lampiran 6. Foto Alat – Alat Penelitian dan Pembuatan Ekstrak Lampiran 7. Surat Ijin Pembuatan Ekstrak

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 9. Surat Keterangan Telah Melakukan Pembuatan Ekstrak Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1: Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah diuji

dengan ekstrak biji kecubung dalam berbagai konsentrasi

pada uji pendahuluan... 24 Tabel 2: Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah diuji

dengan ekstrak biji kecubung dalam berbagai konsentrasi

selama 24 jam... 25 Tabel 3: Hasil uji statistik dengan Uji ANOVA satu arah

(One Way ANOVA)... 27 Tabel 4: Hasil Uji Statistik dengan Uji Least Significance Difference... 28


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1: Skema Kerangka Penelitian... 14 Gambar 2: Skema Desain Penelitian... 19


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Sejak tahun 1968 penyakit ini ditemukan di Surabaya dan Jakarta, selanjutnya sering terjadi kejadian luar biasa dan meluas ke seantero wilayah Republik Indonesia (Soegijanto, 2006). Menurut data Departemen Kesehatan, pada awal tahun 2007 saja jumlah penderita DBD di Indonesia telah mencapai 16.803 orang dan 267 orang di antaranya meninggal dunia (Syaki, 2007).

Di Indonesia nyamuk penular (vektor) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Ae. albopictus, dan Ae. scutellaris, tapi saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Ae. aegypti (Soegijanto, 2006). Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya (Womack, 2007).

Melihat pentingnya peran nyamuk tersebut dalam menularkan DBD, maka perlu dilakukan pengendalian. Pengendalian Aedes aegypti dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa maupun larvanya. Pengendalian larva dilakukan dengan gerakan “3M Plus”, yaitu (1) Menguras semua tempat penampungan air secara rutin, seminggu sekali, (2) Menutup rapat semua tempat penampungan air, (3) Mengubur barang-barang bekas, "Plus" menabur bubuk pembasmi jentik (larvasida), memelihara ikan pemakan jentik di tempat


(14)

2

penampungan air, pemakaian kelambu dan pemasangan kawat kasa pada ventilasi, serta menggunakan obat nyamuk (Nurcahyo, 1996; Nurcahyo, 2007).

Saat ini larvasida yang paling luas digunakan untuk mengendalikan larva Aedes aegypti adalah temefos (Ponlawat et al., 2005). Di Indonesia temefos 1% (Abate 1SG) telah digunakan sejak 1976, dan sejak 1980 abate telah dipakai secara massal untuk program pengendalianAedes aegypti (Gafur, 2006).

Penggunaan larvasida dalam waktu lama dapat menyebabkan resistensi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2006) diketahui bahwa larva Aedes aegypti di beberapa wilayah pengujian, yaitu Surabaya, Palembang dan Bandung telah resisten terhadap temefos.

Sehubungan dengan hal di atas maka perlu dilakukan suatu usaha mendapatkan larvasida alternatif, salah satunya dengan menggunakan larvasida alami, yakni larvasida yang dihasilkan oleh tanaman beracun terhadap serangga tetapi tidak mempunyai efek samping terhadap lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia (Susanna dkk, 2001).

Salah satu tanaman yang mengandung larvasida alami adalah kecubung (Datura metel). Biji dan buah kecubung mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan polifenol (Dalimartha, 2000; Thomas, 2003; Aminah dkk, 1995; Depkes, 2008). Kandungan alkaloid terbanyak terdapat dalam bijinya, bisa mencapai 0,4-0,9% (Anggara, 2008). Alkaloid yang terkandung dalam kecubung diperkirakan dapat merangsang kelenjar endokrin untuk menghasilkan hormon ekdison; peningkatan hormon tersebut dapat


(15)

3

menyebabkan kegagalan metamorphosis dan pertumbuhan yang tidak sempurna. Sedangkan saponin diduga mengandung hormon steroid yang berpengaruh dalam pertumbuhan larva nyamuk. Larva yang mati memperlihatkan kerusakan pada dinding traktus digestivus (Aminah dkk, 1995).

Dari uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui daya bunuh ekstrak biji kecubung (Datura metel) terhadap larva Aedes aegypti.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana daya bunuh ekstrak biji kecubung (Datura metel) terhadap larva Aedes aegyptidan berapakah konsentrasi yang efektif sebagai larvasida?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui daya bunuh ekstrak biji kecubung (Datura metel) terhadap larva Aedes aegypti dan mengetahui konsentrasi yang efektif sebagai larvasida.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Mengetahui daya bunuh ekstrak biji kecubung (Datura metel) terhadap larva Aedes aegypti.

b. Mengetahui konsentrasi ekstrak biji kecubung (Datura metel) yang efektif untuk membunuh larva Aedes aegypti.


(16)

4

2. Manfaat Praktis

Meningkatkan pemanfaatan biji kecubung sebagai larvasida sehingga dapat diaplikasikan dalam masyarakat untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue.


(17)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kecubung (Datura metel) a. Klasifikasi

Nama daerah tanaman kecubung di Indonesia antara lain toru mabo (Nias), kecubung, kacubu (Melayu), kacubueng (Minangkabau), kucubung (Sunda), kacubung (Jawa), kacobhung, cobhung (Madura), kecubung, kacubu (Manado), bulutuhe (Gorontalo), kacubong (Makasar), karontongan tahuntungan (Minahasa), tampong-tampong (Bugis), kecubung, kecubung cenik (Bali), bembe (Bima), ndokndoak (Roti), babotek (Timor), toruapale (Seram), kacubu (Halmahera), kacubu, padura (Ternate). Kecubung juga dikenal di beberapa negara, seperti yang jin hua, man tuo luo hua, jin zui hua (Cina), doornappel (Belanda), dhastur, Dhatura (Perancis), upright datura flower, jimson weed, loco weed, aple of peru (Inggris) (Dalimartha, 2000; Thomas, 2003).

Klasifikasi tanaman kecubung menurut Sugara (2008) sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida


(18)

6

Familia : Solanaceae

Genus : Datura

Spesies : Datura metel

b. Botani

Kecubung tersebar luas di Indonesia, terutama di daerah yang beriklim kering. Umumnya tumbuh liar di tempat terbuka pada tanah berpasir yang tidak begitu lembab, seperti semak, padang rumput terbuka, tepi sungai, atau ditanam di pekarangan sebagai tumbuhan obat (Dalimartha, 2000).

Kecubung (Datura metel) termasuk tumbuhan jenis perdu yang mempunyai pokok batang kayu dan tebal. Cabangnya banyak dan mengembang ke kanan dan ke kiri sehingga membentuk ruang yang lebar. Namun demikian, tinggi dari tumbuhan kecubung ini kurang dari 2 meter, biasanya 0,5 - 2 meter. Daunnya berbentuk bulat telur dan pada bagian tepinya berlekuk-lekuk tajam dan letaknya berhadap-hadapan, panjang 6 - 25 cm, lebar 4,5 - 20 cm. Bunga kecubung menyerupai terompet dan berwarna putih atau lembayung. Buahnya hampir bulat yang salah satu ujungnya didukung oleh tangkai tandan yang pendek dan melekat kuat. Buah kecubung, bagian luarnya dihiasi duri-duri dan ukurannya bervariasi dan dalamnya berisi biji-biji kecil yang berwarna kuning kecoklatan. Kecubung cocok hidup di daerah dataran rendah sampai ketinggian tanah 800 meter di atas permukaan


(19)

7

laut. Perbanyakan tanaman ini melalui biji dan setek (Dalimartha, 2000; Thomas, 2003).

c. Kandungan Kimia

Kecubung (Datura metel) mengandung alkaloid, zat lemak, steroid, fenol, saponin, tanin dan triterpen. Biji dan buah Datura metel

mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan polifenol. Zat aktifnya dapat menimbulkan halusinasi bagi pemakainya. Jika alkaloid kecubung diisolasi maka akan terdeteksi adanya senyawa methyl crystalline yang mempunyai efek relaksasi pada otot gerak (Dalimartha, 2000; Thomas, 2003; Aminah dkk, 1995; Depkes, 2008).

Semua bagian tumbuhan kecubung, yaitu akar, tangkai, daun, bunga, buah, dan bijinya, mengandung senyawa alkaloid. Kandungan alkaloid terbanyak terdapat dalam akar dan bijinya, bisa mencapai 0,4 sampai 0,9%. Daun dan bunga berkisar antara 0,2 sampai 0,3%. Sebagian alkaloid itu terdiri atas Atropin (bersifat antikholinergik), Hyoscyamin (bersifat antikholinergik), Skopolamin (bersifat antikholinergik), Hiosin, zat lemak, dan Kalsium Oksalat (Anggara, 2008).

Alkaloid yang terkandung dalam kecubung diperkirakan dapat merangsang kelenjar endokrin untuk menghasilkan hormon ekdison; peningkatan hormon tersebut dapat menyebabkan kegagalan metamorfosis. Pengamatan pada nyamuk yang mati abnormal


(20)

8

menunjukkan sebagian tubuh nyamuk ada yang tersangkut selubung pupa sehingga terjadi kegagalan ekslosi (Aminah dkk, 1995).

Saponin diduga mengandung hormon steroid yang berpengaruh dalam pertumbuhan larva nyamuk. Larva yang mati memperlihatkan kerusakan pada dinding traktus digestivus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shashi dan Ashoke (1991) bahwa saponin dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus digestivus menjadi korosif. Pupa tidak terpengaruh oleh saponin karena mempunyai struktur dinding tubuh yang terdiri dari kutikula yang keras sehingga senyawa saponin tidak dapat menembus dinding pupa (Aminah dkk, 1995).

d. Manfaat

Kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, diantaranya sebagai obat pada penderita asma, reumatik, sakit pinggang, pegel linu, bisul, eksim, sakit gigi, sakit perut bagian atas, bengkak (obat luar), ketombe (obat luar), sulit buang air besar (obat luar), terkilir (obat luar) (Ipteknet, 2005).


(21)

9

2. Aedes aegypti

a. Klasifikasi

Menurut Mullen dan Durden (2002), kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut:

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Diptera

Sub Ordo : Nematocera Infra Ordo : Culicomorpha Superfamili : Culicoidea Famili : Culicidae Sub Famili : Culicinae

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti

b. Tinjauan Umum Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito karena tubuhnya memiliki ciri yang khas, yaitu dengan adanya garis-garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang menjadi ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis lengkung sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre shaped marking) (Soegijanto, 2006).


(22)

10

Aedes aegypti dalam siklus hidupnya mengalami empat stadium yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup di genangan air tawar yang jernih dan tenang. Genangan air yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah genangan air yang terdapat di suatu wadah atau container, bukan genangan di tanah (Soegijanto, 2006).

Telur nyamuk Aedes aegypti diletakkan satu per satu pada benda-benda yang terapung atau pada dinding permukaan bagian dalam tempat penampungan air yang berbatasan langsung pada permukaan air (Soegijanto, 2006). Larva nyamuk Aedes aegypti dalam pertumbuhan dan perkembanagnnya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) yang dipengaruhi oleh hormon ekdison, dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut larva instar I, II, III dan IV (Soegijanto, 2006). Posisi Pupa nyamuk Aedes aegypti waktu istirahat sejajar dengan bidang permukaan air (Soegijanto, 2006).

Nyamuk Aedes aegypti hidup domestik, lebih menyukai tinggal di dalam rumah daripada di luar rumah. Nyamuk betina menggigit dan menghisap darah lebih banyak di siang hari terutama pagi atau sore hari antara pukul 08.00 sampai dengan pukul 12.00 dan 15.00 sampai dengan 17.00. Kesukaan menghisap darah lebih menyukai menghisap darah manusia daripada hewan, menggigit dan menghisap darah beberapa kali pada siang hari orang sedang aktif, nyamuk menghisap darah beberapa kali karena pada siang hari orang sedang aktif, nyamuk


(23)

11

belum kenyang, orang sudah bergerak, nyamuk terbang dan menggigit lagi sampai cukup darah untuk pertumbuhan dan perkembangan telurnya (Soegijanto, 2006).

c. Siklus Hidup

Telur nyamuk Aedes aegypti di dalam air dengan suhu 20-40oC akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur, tempat dan keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada dalam tempat perindukan. Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 2-3 hari. Jadi pertumbuhan dan perkembangan telur, larva, dan pupa, sampai dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari (Soegijanto, 2006).

Metamorfosis nyamuk dikontrol oleh tiga hormon, yaitu (1) PTTH (hormon protorasikotropik): PTTH diproduksi oleh sel-sel neurosekretorik di dalam otak dan merangsang kelenjar-kelenjar protoraks untuk menghasilkan ekdison, yang merangsang apolisis dan mendorong pertumbuhan. (2) Ekdison, merangsang apolisis (pengelupasan kulit serangga) dan mendorong pertumbuhan, (3) JH (hormon juvenil): JH dihasilkan oleh sel-sel di dalam korpora allata dan menghambat metamorfosis, jadi mendorong perkembangan lebih lanjut larva atau nimfa. Korpora allata aktif selama instar-instar awal dan biasanya berhenti menyekresi JH dalam instar pradewasa terakhir.


(24)

12

Ketiadaan hormon dalam instar ini mengakibatkan metamorfosis (Hidayat, 2008).

d. Pengendalian Nyamuk

Tujuan pengendalian vektor utama adalah upaya untuk menurunkan kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti sampai serendah mungkin sehingga kemampuan sebagai vektor menurun. Secara geris besar ada 4 cara pengendalian vektor, yaitu dengan cara 1) kimiawi, 2) biologis, 3) radiasi, dan 4) mekanik/pengelolaan lingkungan (Soegijanto, 2006).

Pengendalian cara kimiawi digunakan insektisida yang dapat ditujukan untuk nyamuk dewasa atau larva. Insektisida yang dapat digunakan terhadap nyamuk dewasa Aedes aegypti antara lain dari golongan organochlorine, organophosphor, carbamate, dan pyrethoid. Bahan-bahan insektisida tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan (spray) terhadap rumah-rumah penduduk. Insektisida yang dapat digunakan terhadap larva Aedes aegypti (larvasida) yaitu dari golongan organophosphor (Themephos) dalam bentuk sand granules yang ditaburkan dalam air di tempat perindukkannya (abatisasi) (Soegijanto, 2006).

Pengendalian lingkungan digunakan beberapa cara antara lain dengan mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu dengan memasang kawat kasa pada lubang ventilasi rumah, jendela dan pintu. Sekarang yang digalakkan oleh pemerintah yaitu gerakan 3 M “Plus”


(25)

13

yaitu: 1) menguras tempat-tempat penampungan air dengan menyikat dinding bagian dalam dan dibilas paling sedikit seminggu sekali, 2) menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa, 3) menanam/menimbun barang-barang bekas atau sampah yang dapat menampung air hujan dalam tanah. "Plus" menabur bubuk pembasmi jentik (larvasida), memelihara ikan pemakan jentik di tempat penampungan air, pemakaian kelambu dan pemasangan kawat kasa pada ventilasi, serta menggunakan obat nyamuk (Nurcahyo, 1996; Nurcahyo, 2007). Ada cara lain yang disebut autocidal ovitrap. Cara ini menggunakan suatu tabung silinder warna gelap denagn garis tengah ± 10 cm, salah satu ujung tertutup rapat dan ujung yang lain terbuka. Tabung ini diisi air tawar kemudian ditutup dengan tutup kasa nylon. Nyamuk Aedes aegypti bertelur di sini dan bila telur menetas akan menjadi larva dalam air tadi. Bila larva menjadi nyamuk dewasa maka akan tetap terperangkap di dalam tabung tadi. Secara periodik air di dalam tabung ditambah untuk mengganti penguapan yang terjadi (Soegijanto, 2006).

Cara-cara pengendalian vektor tersebut di atas ternyata tidak satu pun cara yang 100% memuaskan. Karena itu konsep pengendalian terpadu dengan melibatkan semua cara dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi biologis, bionomis, ekologi vektornya, serta mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya baik dari segi biaya


(26)

14

dan pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan hidup (Soegijanto, 2006).

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Larva Aedes aegypti

Mati Saponin:

 merusak membran sel  Mengganggu proses

metabolisme Mengandung alkaloid + saponin

Ekstrak biji kecubung

Alkaloid:

kegagalan metamorfosis

Efek Larvasida


(27)

15

C. Hipotesis

Ekstrak biji kecubung (Datura metel) pada konsentrasi tertentu dapat berfungsi sebagai larvasida terhadap Aedes aegypti.


(28)

16 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorium, yaitu penelitian dengan memberikan perlakuan atau manipulasi kepada subjek penelitiannya dan observasi dilakukan untuk membuktikan adanya efek dari perlakuan yang dilakukan di laboratorium (Murti, 2006).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9-10 Oktober 2008.

C. Obyek Penelitian

Objek penelitian adalah larva Aedes aegypti instar III akhir hasil kolonisasi dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling sederhana pada populasi larva Aedes aegypti instar III akhir.


(29)

17

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: Konsentrasi ekstrak biji kecubung (Datura metel) 2. Variabel terikat: Jumlah kematian larva Aedes aegypti.

3. Variabel luar (pengganggu) a. Terkendali:

1) Stadium larva: instar III akhir 2) Kepadatan larva

3) Makanan larva b. Tidak terkendali:

1) Suhu air

2) Kesehatan larva

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas:

Konsentrasi ekstrak biji kecubung (Datura metel)

Pada penelitian ini, dipakai ekstrak biji kecubung yang diperoleh dari Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2LTO2T) Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah dengan konsentrasi 100%. Konsentrasi ekstrak biji kecubung yang dipakai dalam penelitian ini akan ditentukan dengan uji pendahuluan.

2. Variabel terikat:

Jumlah kematian larva Aedes aegypti

Adalah banyaknya larva Aedes aegypti yang mati. Larva dianggap mati bila tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan, misalnya tidak bergerak lagi


(30)

18

walaupun dirangsang dengan gerakan air dan disentuh dengan lidi. Larva Aedes aegypti instar III akhir merupakan hasil kolonisasi dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

3. Variabel luar (pengganggu) a. Terkendali:

1) Stadium larva

Adalah umur larva sejak telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa. Pada percobaan ini dipakai larva instar III akhir.

2) Kepadatan larva

Adalah banyaknya larva tiap satuan volume media air yang digunakan. Pada percobaan ini dipakai 25 larva tiap 200 ml air. 3) Makanan larva

Selama penelitian, pada semua kelompok uji tidak diberikan bahan makanan (Cavalcanti et al. 2004).

4) Tidak terkendali: 1) Suhu air

Adalah angka yang menunjukkan banyaknya panas media air yang digunakan untuk percobaan.

2) Kesehatan larva


(31)

19

G. Desain Penelitian

Gambar 2. Skema Desain Penelitian

25 larva ∑ larva mati ∑ larva mati ∑ larva mati ∑ larva mati ∑ larva mati

25 larva 25 larva 25 larva 25 larva 25 larva 25 larva

Kelompok V konsentrasi ekstrak biji kecubung 0,32% Kelompok VI konsentrasi ekstrak biji kecubung 0,64% KelompokIII konsentrasi ekstrak biji kecubung 0,08% Kelompok II konsentrasi ekstrak biji kecubung 0,04% Kelompok I (kontrol) Air sumur Kelompok IV konsentrasi ekstrak biji kecubung 0,16% ∑ larva hidup ∑ larva hidup ∑ larva hidup ∑ larva hidup ∑ larva hidup ∑ larva hidup Kelompok VI konsentrasi ekstrak biji kecubung 1,28% ∑ larva hidup 2 4 J A M ∑ larva mati ∑ larva mati

5 kali ulangan

Uji ANOVA


(32)

20

H. Alat dan Bahan

1) Larva Aedes aegypti Instar III

2) Ekstrak biji kecubung (Datura metel) 3) Air sumur

4) Gelas plastik kecil 250 ml 5) Gelas ukur 100 ml

6) Pipet ukur 10 ml 7) Pipet tetes

I. Cara Kerja :

1. Tahap Persiapan

a. Disiapkan ekstrak biji kecubung yang diperoleh dari Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2LTO2T) Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah

b. Disiapkan larva Aedes aegypti yang diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

c. Disiapkan air sumur sebanyak 1400 ml sebagai media dalam penelitian ini.

d. Disiapkan 7 buah gelas plastik ukuran 250 ml sebagai wadah media dalam penelitian ini.

e. Disiapkan gelas ukur dengan ukuran 100 ml untuk mengukur media.


(33)

21

f. Disiapkan pipet ukur dengan ukuran 10 ml untuk mengukur ekstrak biji kecubung.

g. Disiapkan 6 buah lidi yang digunakan untuk menyentuh larva agar diketahui ada respon gerakan atau tidak.

h. Disiapkan alat penghitung (counter) untuk menghitung larva. 2. Tahap Uji Pendahuluan

a. Ditentukan konsentrasi ekstrak biji kecubung yang akan digunakan.

Konsentrasi ekstrak biji kecubung yang akan digunakan adalah 0,1%, 0,15%, 0,2%, 0,25%, dan 0,3%. Hal ini mengacu pada penelitian tentang aktivitas daun kecubung (Datura metel) sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti (Aminah dkk, 1995).

b. Ekstrak biji kecubung diambil dengan pipet ukur lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur. Volume ekstrak biji kecubung yang diambil dihitung dengan rumus:

(Kitti, 1996) Keterangan:

V1: Volume larutan mula-mula M1: Konsentrasi larutan mula-mula V2: Volume larutan sesudah diencerkan M2: Konsentrasi larutan sesudah diencerkan


(34)

22

c. Air ditambahkan ke dalam gelas ukur hingga volume 100 ml kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing wadah hingga 200 ml.

d. Pada masing-masing wadah dimasukkan 25 ekor larva Aedes aegypti

e. Jumlah larva yang mati dihitung setelah 24 jam (Cavalcanti et al., 2004)

3. Tahap Uji Penelitian

a. Ditentukan konsentrasi ekstrak biji kecubung yang akan digunakan.

Konsentrasi ekstrak biji kecubung yang akan digunakan ditentukan setelah dilakukan uji pendahuluan.

b. Ekstrak biji kecubung diambil dengan pipet ukur lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur. Volume ekstrak biji kecubung yang diambil dihitung dengan rumus:

(Kitti, 1996) Keterangan:

V1: Volume larutan mula-mula M1: Konsentrasi larutan mula-mula V2: Volume larutan sesudah diencerkan M2: Konsentrasi larutan sesudah diencerkan


(35)

23

c. Air ditambahkan ke dalam gelas ukur hingga volume 100 ml kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing wadah hingga 200 ml.

d. Pada masing-masing wadah dimasukkan 25 ekor larva Aedes aegypti

e. Setiap konsentrasi dilakukan 5 kali ulangan. f. Jumlah larva yang mati dihitung setelah 24 jam

(Cavalcanti et al., 2004)

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara statistik menggunakan:

1. Uji Analisis Varians (Analysis of Variance/ ANOVA)

Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan jumlah kematian larva Aedes aegypti antar kelompok uji.

2. Uji Least Significance Difference (LSD)

Untuk mengetahui pasangan nilai mean yang perbedaannya signifikan. 3. Analisis Probit

Untuk mengetahui daya bunuh ekstrak biji kecubung terhadap larva Aedes aegypti.


(36)

24

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian 1. Uji Pendahuluan

Setelah dilaksanakan uji pendahuluan pada tanggal 9 – 10 Juli 2008 selama 24 jam, diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 1: Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah diuji dengan ekstrak biji kecubung dalam berbagai konsentrasi pada uji pendahuluan.

Kelompok/Konsentrasi

Ekstrak Biji Kecubung

Jumlah Persentase

I (0%) 0 0%

II (0,1%) 17 68%

III (0,15%) 19 76%

IV (0,2%) 15 60%

V (0,25%) 24 96%

VI (0,3%) 23 92%

Hasil uji pendahuluan, sebagaimana tercantum dalam tabel 1, selanjutnya dilakukan analisis probit, didapatkan LC50 pada

konsentrasi 0,067% dengan interval antara 0,005% dan 0,805%. Sedangkan LC99 pada konsentrasi 1,2% dengan interval antara 0,01%

dan 158,548%. Hasil ini yang mendasari penentuan konsentrasi percobaan sesungguhnya.


(37)

25

Kelompok/ Konsentrasi

Jumlah Rata-rata

2. Uji Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 9 - 10 Oktober 2008 di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoair Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 2: Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah diuji dengan ekstrak biji kecubung dalam berbagai konsentrasi selama 24 jam.

1 2 3 4 5

I (0%) 0 0 0 0 0 0 0

II (0,04%) 1 0 2 0 1 4 0.8 (3.2%)

III (0,08%) 15 13 4 23 19 74 14.8 (59.2%)

IV (0,16%) 24 24 19 25 25 117 23.4 (93.6%)

V (0,32%) 25 24 23 25 25 122 24.4 (97.6%)

VI (0,64%) 25 25 25 25 25 125 25 (100%)

VII (1,28%) 25 25 25 25 25 125 25 (100%)


(38)

26

Persentase kematian larva Aedes aegypti pada berbagai konsentrasi ekstrak biji kecubung dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 1: Grafik jumlah kematian larva Aedes aegypti pada berbagai konsentrasi ekstrak biji kecubung.

Grafik 1 di atas menunjukkan kenaikan konsentrasi ekstrak yang diikuti kenaikan jumlah kematian larva sampai tingkat konsentrasi tertentu yaitu 0,64%.

Konsentrasi Ekstrak


(39)

27

B. Analisis Data

1. Uji Analisis Varian (ANOVA)

Dari hasil percobaan pada tabel 2, setelah diuji dengan uji Analysis of Variance (ANOVA) satu arah dengan program SPSS 16.0 for Windows di dapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 3: Hasil uji statistik dengan Uji ANOVA satu arah (One Way ANOVA)

ANOVA

Daya Bunuh

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3861.371 6 643.562 76.484 .000

Within Groups 235.600 28 8.414

Total 4096.971 34

Dari hasil percobaan pada tabel 2 setelah dianalisis dengan uji

ANOVA pada taraf kepercayaan (α) 0,05 didapatkan nilai F hitung

(76,484) lebih besar dari F tabel (2,445), maka H0 ditolak dan H1

diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata jumlah kematian larva Aedes aegypti antar kelompok uji (p = 0,000).

2. Uji Least Significance Difference (LSD)

Hasil pengujian data dengan Least Significance Difference (LSD) menggunakan SPSS 16.0 for windows, didapatkan hasil sebagai berikut.


(40)

28

Tabel 4: Hasil Uji Statistik dengan Uji Least Significance Difference

Hasil uji LSD selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3. Analisis Probit

Selanjutnya data dari penelitian dianalisis Probit dengan program

SPSS 16.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan LC50 pada konsentrasi 0,08% dengan interval antara 0,059% dan

0,101%. Sedangkan LC99 pada konsentrasi 0,268% dengan interval

antara 0,196% dan 0,465%. Hasil analisis Probit selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Kelompok Uji / Konsentrasi ekstrak

Signifikan (p < 0,05)

Tidak Signifikan (p ≥ 0,05)

I (0%) III, IV, V, VI, VII II

II (0,04%) III, IV, V, VI, VII I

III (0,08%) I,II, IV, V, VI, VII

-IV (0,16%) I, II, III V, VI, VII

V (0,32%) I, II, III IV, VI, VII

VI (0,64%) I, II, III IV, V, VII


(41)

29 BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan uji pendahuluan sebagai dasar penetapan konsentrasi ekstrak yang dipakai pada penelitian sesungguhnya. Pada uji pendahuluan didapatkan LC50 pada konsentrasi 0,067% dengan interval antara

0,005% dan 0,805%. Sedangkan LC99 pada konsentrasi 1,2% dengan interval

antara 0,01% dan 158,548%. Oleh karena itu konsentrasi estrak biji kecubung yang digunakan adalah 0,04%, 0,08%, 0,16%, 0,32%, 0,64% dan 1,28%.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai daya bunuh ekstrak biji kecubung (Datura metel) terhadap larva Aedes aegypti, terlihat adanya perbedaan jumlah larva yang mati antara kelompok perlakuan. Secara garis besar, kenaikan konsentrasi ekstrak juga diikuti kenaikan jumlah kematian larva sampai tingkat konsentrasi tertentu seperti yang terdapat pada grafik I.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji ANOVA pada taraf kepercayaan (α) 0,05, didapatkan nilai F hitung = 76,484. Sedangkan F tabel dengan derajat kebebasan pembilang 6 dan penyebut 28 bernilai 2,445 yang berarti F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil analisis

menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata jumlah kematian larva Aedes aegypti


(42)

30

Setelah hasil diuji dengan ANOVA, dilanjutkan dengan menggunakan LSD, didapatkan adanya perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok I dan kelompok II, kelompok IV dan kelompok V, kelompok IV dan kelompok VI, kelompok IV dan kelompok VII, kelompok V dan kelompok VI, kelompok V dan kelompok VII, serta kelompok VI dan kelompok VII. Berarti kelompok -kelompok tersebut di atas memiliki pengaruh yang sama terhadap mortalitas larva

Aedes aegypti.

Analisis probit digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui daya bunuh ekstrak biji kecubung (Datura metel) terhadap kematian larva Aedes aegypti yang dinyatakan dengan LC (Lethal Concentration). Pemakaian istilah

Lethal Concentration (LC) lebih dipilih daripada istilah Lethal Dose (LD) karena pada penelitian ini sulit untuk menentukan dosis (jumlah ekstrak biji kecubung yang masuk ke dalam tubuh serangga) sehingga lebih dipilih istilah Lethal Concentration yang secara tepat menggambarkan konsentrasi ekstrak pada media percobaan (Matsumura, 1975).

LC50 adalah estimasi besar konsentrasi ekstrak biji kecubung yang dapat

membunuh 50% sampel, yaitu konsentrasi 0,08%. Pada penelitian lain terhadap larva Aedes aegypti dengan menggunakan ekstrak daun kecubung (Datura metel) didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi 0,2%, pada penelitian dengan ekstrak buah

lerak (Sapindus rarak) didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi 0,15% dan pada

penelitian dengan ekstrakdaun orang-aring (Eclipta prostata) didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi 0,1% (Aminah dkk, 1995). Semakin rendah nilai LC50


(43)

31

membunuh hewan coba. Karena dengan zat tersebut perlu konsentrasi yang lebih rendah untuk mematikan hewan coba dalam waktu yang sama (Chang, 2004). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji kecubung dengan LC50

0,08% mempunyai aktivitas larvasida lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak daun kecubung dengan LC50 0,2%, ekstrak buah lerak dengan LC50 0,15% dan

ekstrak daun orang-aring dengan LC50 0,1%.

Sedangkan estimasi besar LC99 ekstrak biji kecubung terhadap larva Aedes aegypti didapatkan pada konsentrasi 0,286%. Jika dibandingkan dengan ekstrak daun kecubung (Datura metel) LC99 pada konsentrasi 0,42%, ekstrak buah lerak

(Sapindus rarak) LC99 pada konsentrasi 0,9%dan ekstrak daun orang-aring

(Eclipta prostata) LC99 0,3% (Aminah dkk, 1995) maka ekstrak biji kecubung

mempunyai aktivitas larvasida lebih tinggi. Estimasi konsentrasi larvasida yang diperlukan untuk mendapattkan probabilitas 0,99 untuk membunuh seekor serangga (LC99) sangat penting karena menggunakan dosis yang lebih besar dari

nilai estimasi ini dapat berbahaya bagi lingkungan, kehidupan binatang lain, dan kehidupan manusia. Sedangkan penggunaan dosis yang lebih kecil juga menyebabkan tidak tercapainya target dan mungkin akan berakibat adanya resistensi terhadap insektisida tersebut (Payton et al., 2003).


(44)

32

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasar hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ekstrak biji kecubung (Datura metel) memiliki efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti dengan LC50 pada konsentrasi 0,08% dan LC99

pada konsentrasi 0,286%.

2. Semakin meningkat konsentrasi ekstrak biji kecubung (Datura metel) didapatkan juga peningkatan jumlah kematian larva Aedes aegypti sampai tingkat konsentrasi tertentu (0,64%).

B. SARAN

Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka peneliti sarankan sebagai berikut:

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kandungan ekstrak biji kecubung (Datura metel) yang mempunyai efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi saponin dan alkaloid yang digunakan sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti.


(45)

33

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Nunik Siti; Sigit, Singgih H; Partosoedjono,Soetiyono; Chairul (1995) S. rarak, D. metel dan E. prostata sebagai Larvisida Aedes aegypti. Cermin Dunia Kedokteran No. 131,2001: 7-9.

Anggara, Pratama Bhanu. 2008. Kecubung, Obat Tradisional Sakit Gigi.

http://www.pdgionline.com/web/index.php?option=content&task=view &id=49&Itemid=25 (2 April 2008)

Cavalcanti Eveline Solon Barreira, De Morais Selene Maia, Lima Michele Ashley A, Santana Eddie William Pinho (2004) Larvacidal Activity of Essential Oils from Brazilian Plants against Aedes aegypti L. Mem Inst Oswaldo Cruz Vol 99 No.5 Augst 2004: 541-4. http://www.news-medical.net/print_article.asp?id=3404 (15 Maret 2008)

Chang Peter Shang-Tzen. 2004. Cinnamon Oil May Be an Environmentally Friendly Practice, With the Ability to Kill Mosquito Larvae.

http://www.news-medical.net/print_article.asp?id=3404 (20 Juni 2008) Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya,

Jakarta, hal 106-111. Depkes. 2008. Datura metel L.

http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-101.pdf (2 April 2008)

Gafur,Abdul; Mahrina; Hardiansyah. 2006. Kerentanan Larva Aedes Aegypti dari Banjarmasin Utara terhadap Temefos.

http://www.unlam.ac.id/bioscientiae (24 April 2008)

Hidayat, Purnama. 2008. Reproduksi dan Pertumbuhan.

http://web.ipb.ac.id/~phidayat/entomologi/Gambar (9 Mei 2008)

Ipteknet. 2005. Kecubung.

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=14 (15 Maret 2008)

Kitti, Sura. 1996. Kimia 1. PT. Intan Pariwara, Klaten, hal: 37-38.

Matsumura Fumio. 1975. Toxicology of Insecticides. Plenum Press. New York. pp: 17-22.


(46)

34

Mullen, G., Durden, L. 2002. Medical and Veterinary Entomology. Academic Press. Amsterdam – Boston – London – New York – Oxford – Paris – San Diego – San Francisco – Singapore – Sydney – Tokyo, pp: 203-233.

Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nurcahyo. 1996. Memberantas Binatang Pengganggu di Lingkungan Rumah.Penebar Swadaya, Jakarta.

Nurcahyo. 2007. Profil Nyamuk Aedes Dan Pembasmiannya. http://www.indonesiaindonesia.com/f/13744-profil-nyamuk-aedes-pembasmiannya/?nojs=1#goto_displaymodes (15 Maret 2008)

Payton Mark E., Greenstone Matthewh., Schenker Natheniel. 2003. Overlaping Confidence Intervals or Standard Error Intervals: What Do They Mean In Terms of Statistical Significance? Journal of Insect Science, 3.34. http://www.insectscience.org/3.34 (20 Juni 2008)

Ponlawat, A., Scott, J.G., Harrington, L.C. 2005. Insecticide susceptibility of

Aedes aegypti and Aedes albopictus across Thailand. Journal of Medical Entomology 42: 821-825.

Raharjo, Bayu. 2006. Uji Kerentanan (Susceptibility Test) Nyamuk Aedes Aejypti (Linnaeus) dari Surabaya, Palembang dan Beberapa Wilayah di Bandung terhadap Larvasida Temephos (Abate 1 Sg).

http://digilib.bi.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbbi-gdl-s1-2006-bayuraharj-1539 (24 April 2008)

Shashi BM. Ashoke KN. Tripenoid saponins discovered between 1987 and 1989. Phytochemistry 30 : 5, 1991 : 1357-85.

Soegijanto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal: 247-256.

Sugara. 2008. Kecubung (Datura Metel, Linn).

http://sugara.wordpress.com/2008/01/07/kecubung-datura-metel-linn/ (31 Maret 2008)

Susanna, Dewi; Rahman, A; Pawenang, Eram Tunggul. 2001. Potensi Daun Pandan Wangi untuk Membunuh Larva Nyamuk Aedes aegypti. http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/DSusana2_2.pdf (31Maret 2008)


(47)

35

Syaki, Moch. 2007. Ramuan Ajaib,Mengatasi DBD Secara Alami.

http://www.dispertan.jawatengah.go.id (15 Maret 2008)

Thomas A. N. S. 2003. Tanaman Obat Tradisional. Kanisius, Yogyakarta, hal: 59-62.

Womack, M. 2007. Aedes aegypti. http//:id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti. (15 Maret 2008)


(1)

30

Setelah hasil diuji dengan ANOVA, dilanjutkan dengan menggunakan LSD, didapatkan adanya perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok I dan kelompok II, kelompok IV dan kelompok V, kelompok IV dan kelompok VI, kelompok IV dan kelompok VII, kelompok V dan kelompok VI, kelompok V dan kelompok VII, serta kelompok VI dan kelompok VII. Berarti kelompok -kelompok tersebut di atas memiliki pengaruh yang sama terhadap mortalitas larva Aedes aegypti.

Analisis probit digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui daya bunuh ekstrak biji kecubung (Datura metel) terhadap kematian larva Aedes aegypti yang dinyatakan dengan LC (Lethal Concentration). Pemakaian istilah Lethal Concentration (LC) lebih dipilih daripada istilah Lethal Dose (LD) karena pada penelitian ini sulit untuk menentukan dosis (jumlah ekstrak biji kecubung yang masuk ke dalam tubuh serangga) sehingga lebih dipilih istilah Lethal Concentration yang secara tepat menggambarkan konsentrasi ekstrak pada media percobaan (Matsumura, 1975).

LC50 adalah estimasi besar konsentrasi ekstrak biji kecubung yang dapat membunuh 50% sampel, yaitu konsentrasi 0,08%. Pada penelitian lain terhadap larva Aedes aegypti dengan menggunakan ekstrak daun kecubung (Datura metel) didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi 0,2%, pada penelitian dengan ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi 0,15% dan pada penelitian dengan ekstrakdaun orang-aring (Eclipta prostata) didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi 0,1% (Aminah dkk, 1995). Semakin rendah nilai LC50 suatu zat berarti zat tersebut mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dalam


(2)

membunuh hewan coba. Karena dengan zat tersebut perlu konsentrasi yang lebih rendah untuk mematikan hewan coba dalam waktu yang sama (Chang, 2004). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji kecubung dengan LC50 0,08% mempunyai aktivitas larvasida lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak daun kecubung dengan LC50 0,2%, ekstrak buah lerak dengan LC50 0,15% dan ekstrak daun orang-aring dengan LC50 0,1%.

Sedangkan estimasi besar LC99 ekstrak biji kecubung terhadap larva Aedes aegypti didapatkan pada konsentrasi 0,286%. Jika dibandingkan dengan ekstrak daun kecubung (Datura metel) LC99 pada konsentrasi 0,42%, ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) LC99 pada konsentrasi 0,9%dan ekstrak daun orang-aring (Eclipta prostata) LC99 0,3% (Aminah dkk, 1995) maka ekstrak biji kecubung mempunyai aktivitas larvasida lebih tinggi. Estimasi konsentrasi larvasida yang diperlukan untuk mendapattkan probabilitas 0,99 untuk membunuh seekor serangga (LC99) sangat penting karena menggunakan dosis yang lebih besar dari nilai estimasi ini dapat berbahaya bagi lingkungan, kehidupan binatang lain, dan kehidupan manusia. Sedangkan penggunaan dosis yang lebih kecil juga menyebabkan tidak tercapainya target dan mungkin akan berakibat adanya resistensi terhadap insektisida tersebut (Payton et al., 2003).


(3)

32 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasar hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ekstrak biji kecubung (Datura metel) memiliki efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti dengan LC50 pada konsentrasi 0,08% dan LC99

pada konsentrasi 0,286%.

2. Semakin meningkat konsentrasi ekstrak biji kecubung (Datura metel) didapatkan juga peningkatan jumlah kematian larva Aedes aegypti sampai tingkat konsentrasi tertentu (0,64%).

B. SARAN

Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka peneliti sarankan sebagai berikut:

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kandungan ekstrak biji kecubung (Datura metel) yang mempunyai efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi saponin dan alkaloid yang digunakan sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti.


(4)

33

Aminah, Nunik Siti; Sigit, Singgih H; Partosoedjono,Soetiyono; Chairul (1995) S. rarak, D. metel dan E. prostata sebagai Larvisida Aedes aegypti. Cermin Dunia Kedokteran No. 131,2001: 7-9.

Anggara, Pratama Bhanu. 2008. Kecubung, Obat Tradisional Sakit Gigi. http://www.pdgionline.com/web/index.php?option=content&task=view &id=49&Itemid=25 (2 April 2008)

Cavalcanti Eveline Solon Barreira, De Morais Selene Maia, Lima Michele Ashley A, Santana Eddie William Pinho (2004) Larvacidal Activity of Essential Oils from Brazilian Plants against Aedes aegypti L. Mem Inst Oswaldo Cruz Vol 99 No.5 Augst 2004: 541-4. http://www.news-medical.net/print_article.asp?id=3404 (15 Maret 2008)

Chang Peter Shang-Tzen. 2004. Cinnamon Oil May Be an Environmentally Friendly Practice, With the Ability to Kill Mosquito Larvae. http://www.news-medical.net/print_article.asp?id=3404 (20 Juni 2008) Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya,

Jakarta, hal 106-111. Depkes. 2008. Datura metel L.

http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-101.pdf (2 April 2008)

Gafur,Abdul; Mahrina; Hardiansyah. 2006. Kerentanan Larva Aedes Aegypti dari Banjarmasin Utara terhadap Temefos.

http://www.unlam.ac.id/bioscientiae (24 April 2008)

Hidayat, Purnama. 2008. Reproduksi dan Pertumbuhan. http://web.ipb.ac.id/~phidayat/entomologi/Gambar (9 Mei 2008)

Ipteknet. 2005. Kecubung.

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=14 (15 Maret 2008)

Kitti, Sura. 1996. Kimia 1. PT. Intan Pariwara, Klaten, hal: 37-38.

Matsumura Fumio. 1975. Toxicology of Insecticides. Plenum Press. New York. pp: 17-22.


(5)

34

Mullen, G., Durden, L. 2002. Medical and Veterinary Entomology. Academic Press. Amsterdam – Boston – London – New York – Oxford – Paris – San Diego – San Francisco – Singapore – Sydney – Tokyo, pp: 203-233.

Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nurcahyo. 1996. Memberantas Binatang Pengganggu di Lingkungan Rumah.Penebar Swadaya, Jakarta.

Nurcahyo. 2007. Profil Nyamuk Aedes Dan Pembasmiannya. http://www.indonesiaindonesia.com/f/13744-profil-nyamuk-aedes-pembasmiannya/?nojs=1#goto_displaymodes (15 Maret 2008)

Payton Mark E., Greenstone Matthewh., Schenker Natheniel. 2003. Overlaping Confidence Intervals or Standard Error Intervals: What Do They Mean In Terms of Statistical Significance? Journal of Insect Science, 3.34. http://www.insectscience.org/3.34 (20 Juni 2008)

Ponlawat, A., Scott, J.G., Harrington, L.C. 2005. Insecticide susceptibility of Aedes aegypti and Aedes albopictus across Thailand. Journal of Medical Entomology 42: 821-825.

Raharjo, Bayu. 2006. Uji Kerentanan (Susceptibility Test) Nyamuk Aedes Aejypti (Linnaeus) dari Surabaya, Palembang dan Beberapa Wilayah di Bandung terhadap Larvasida Temephos (Abate 1 Sg). http://digilib.bi.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbbi-gdl-s1-2006-bayuraharj-1539 (24 April 2008)

Shashi BM. Ashoke KN. Tripenoid saponins discovered between 1987 and 1989. Phytochemistry 30 : 5, 1991 : 1357-85.

Soegijanto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal: 247-256.

Sugara. 2008. Kecubung (Datura Metel, Linn). http://sugara.wordpress.com/2008/01/07/kecubung-datura-metel-linn/ (31 Maret 2008)

Susanna, Dewi; Rahman, A; Pawenang, Eram Tunggul. 2001. Potensi Daun Pandan Wangi untuk Membunuh Larva Nyamuk Aedes aegypti. http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/DSusana2_2.pdf (31Maret 2008)


(6)

Syaki, Moch. 2007. Ramuan Ajaib,Mengatasi DBD Secara Alami. http://www.dispertan.jawatengah.go.id (15 Maret 2008)

Thomas A. N. S. 2003. Tanaman Obat Tradisional. Kanisius, Yogyakarta, hal: 59-62.

Womack, M. 2007. Aedes aegypti. http//:id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti. (15 Maret 2008)