Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Ukm Kue Risky

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UKM
KUE RISKY

DARA KARTIKA AGRARISTANTI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perhitungan Harga
Pokok Produksi pada UKM Kue Risky adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Dara Kartika Agraristanti
NIM H24110101

ABSTRAK
DARA KARTIKA AGRARISTANTI. Perhitungan Harga Pokok Produksi pada
UKM Kue Risky. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan FARIDA
RATNA DEWI.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kue Risky merupakan salah satu
perusahaan yang dalam prakteknya tidak memasukkan biaya overhead ke dalam
perhitungan harga pokok produksi. Akibatnya berefek pada tidak sesuainya laba
yang sesungguhnya diterima. Penelitian ini hanya difokuskan pada perhitungan
harga pokok produksi dari tiga produk saja, yaitu kue lapis surabaya, bolu gulung,
dan lapis legit. Tujuan penelitian yaitu (1) mengidentifikasi biaya-biaya yang
dikeluarkan, (2) menganalisis penetapan harga pokok produksi dengan metode
UKM, dan (3) menganalisis penerapan perhitungan harga pokok produksi dengan
metode variable costing dan full costing pada UKM Kue Risky. Penelitian ini
menggunakan metode variable costing dan full costing dengan data keuangan
perusahaan dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa harga pokok produksi per unit untuk lapis surabaya, bolu
gulung, dan lapis legit berdasarkan perhitungan kedua metode menghasilkan
jumlah yang berbeda namun menghasilkan laba yang sama.
Kata Kunci: Full Costing, Harga Pokok Produksi, UKM, Variable Costing

ABSTRACT
DARA KARTIKA AGRARISTANTI. Calculation from Cost of Production in
SMEs Risky Bakery. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN and FARIDA
RATNA DEWI.
Small and Medium Enterprises (SMEs) Risky Bakery is one of the
companies which in practice does not include overhead costs in the calculation of
the cost of production. As a result, the incompatibility effect on the actual income
received. This study focuses only on the calculation of the cost of production of
three products, namely lapis surabaya, rolls, and lapis legit. Research objectives:
(1) to identify the costs incurred, (2) analyzing the cost of goods manufactured by
the method of SMEs, and (3) to analyze the implementation of the calculation of
the cost of production by the method of variable costing and full costing on SMEs
Risky Bakery. This research uses variable costing and full costing method with
company’s financial data from October 2014 to February 2015. The results
showed that the cost of production per unit of lapis surabaya, rolls, and lapis legit

based on the calculation of the two methods produce different amounts, but
produce the same profit.
Keywords: Cost of Production, Full Costing, SMEs, Variable Costing

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UKM
KUE RISKY

DARA KARTIKA AGRARISTANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Perhitungan Harga Pokok Produksi
pada UKM Kue Risky. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai
Februari 2015.

1.

2.
3.

4.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :
Bapak Dr Ir Muhammad Syamsun, M.Sc. dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE,
MM selaku dosen pembimbing skripsi atas waktu, bimbingan, dan
masukannya dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Orang tua penulis yaitu Bapak Jajat Sudrajat dan Ibu Eny Suhaeni tercinta

serta keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, dan nasihat.
Bapak Yanto selaku pemilik UKM Kue Risky dan karyawannya yang
telah memberikan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penyusunan
karya ilmiah ini.
Sahabat Manajemen angkatan 2011 (MAN 48) atas bantuan, dukungan,
kritik, dan saran dalam penyusunan penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015
Dara Kartika Agraristanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN

1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
METODE
5
Kerangka Pemikiran
5
Lokasi dan Waktu Penelitian
7
Jenis dan Sumber Data

7
Pengolahan dan Analisis Data
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Identifikasi Biaya-Biaya yang Dikeluarkan
8
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode UKM Kue Risky
12
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing dan Variable
Costing
14
Implikasi Manajerial
18
SIMPULAN DAN SARAN
19
Simpulan
19
Saran
20

DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
23
RIWAYAT HIDUP
47

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Total biaya bahan baku
Biaya overhead variabel
Harga pokok produksi dengan metode UKM
Harga pokok produksi dengan metode variable costing
Harga pokok produksi dengan metode full costing

HPP (Rp/unit) dan laba yang diperoleh

9
11
13
15
16
17

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran

6

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel perkembangan jumlah UMKM di Indonesia, penyerapan tenaga kerja,
dan kontribusi terhadap PDB (2009 – 2012)
24
2 Tabel Perkembangan jumlah UMKM, di Kabupaten Bogor penyerapan tenaga
kerja, dan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Bogor (2009 – 2012)

24
3 Hasil penelitian terdahulu
24
4 Struktur Umum Perhitungan HPP
24
5 Struktur umum perhitungan harga pokok penjualan dan laba rugi
25
6 Peralatan dan biaya penyusutannya
25
7 Kebutuhan bahan baku
26
8 Kebutuhan bahan baku setiap bulan
26
9 Biaya bahan baku
27
10 Rincian biaya overhead variable
28
11 Biaya overhead tetap
28
12 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode UKM Kue Risky

29
13 Harga pokok penjualan dan laba rugi dengan metode UKM
32
14 Harga pokok produksi dengan metode variable costing dan full costing
38
15 Laba rugi dengan metode variable costing dan full costing
44

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor
usaha penggerak perekonomian Indonesia. Hal ini didasari dari mampunya
UMKM dalam berkontribusi terhadap PDB Indonesia dan mengalami
perkembangan tiap tahunnya menurut Depkop (2015). Selain itu, jumlah
pertumbuhan UMKM yang semakin signifikan memperbesar pula jumlah tenaga
kerja yang terserap dari bergeraknya usaha di sektor UMKM, pertumbuhannya
dari tahun 2009 – 2012 disajikan dalam lampiran 1. Pertumbuhan UMKM mampu
memperbesar peluang peningkatan perekonomian Indonesia. Perkembangan
UMKM yang pesat dikhawatirkan juga akan dibarengi oleh berbagai
permasalahan yang dihadapi UMKM. Masalah manajemen keuangan dinilai
menjadi kelemahan utama pelaku usaha kecil menengah (UKM) dalam
mengembangkan bisnisnya. Masalah tersebut meliputi tercampurnya dana usaha
dan keluarga, tidak memiliki laporan keuangan, dan bersikap konsumtif (Darmaji
2007). Sementara itu, ASEAN Community 2015 atau yang lebih dikenal dengan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, dimana pasar bebas ASEAN telah
diberlakukan.menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi UMKM khususnya usaha
mikro dalam menghadapi persaingan usaha. Hal ini menuntut UKM untuk
melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien. Sehingga dapat
menghasilkan produk yang sesuai dengan standar pasar global. Untuk itu, UKM
perlu mengelola usahanya dengan baik agar mampu bersaing dalam pasar global
baik secara keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan.
Menurut Disperindag (2014) Kabupaten Bogor meraih peringkat keempat
sebagai kabupaten yang memiliki PDRB terbesar di Indonesia. Secara agregat,
sektor yang memiliki kontribusi paling besar dari total jumlah UMKM di
Kabupaten Bogor adalah sektor makanan dengan persentase sebanyak 30% dalam
jangka waktu 2009 – 2012. Pertumbuhannya dari tahun 2009 – 2012 disajikan
dalam lampiran 2. UKM Kue Risky sebagai salah satu UKM yang bergerak di
bidang kuliner di Kabupaten Bogor memiliki potensi dalam peranannya
mendorong laju pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan baik. Saat ini
perusahaan melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode
sederhana dan menetapkan harga jual berdasarkan rata-rata harga produk yang
sama di pasar. Terdapat biaya-biaya yang seharusnya dibebankan tidak
dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi. Akibatnya, perhitungan
harga pokok produksi menjadi tidak tepat dan mempengaruhi laba rugi yang
diperoleh perusahaan, dimana laba atau rugi tersebut tidak sesuai dengan laba
yang sesungguhnya diterima perusahaan. Perusahaan sering mengabaikan proses
pencatatan menurut sistem akuntansi yang lazim terutama dalam hal
pengelompokan dan pencatatan biaya produksi dan biaya non produksi lainnya.
Masalah tersebut mengakibatkan biaya-biaya aktual yang dikeluarkan tidak
terhitung dan tidak menjadi komponen harga pokok produksi yang ditetapkan.
Untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut maka diperlukan
perhitungan harga pokok produksi yang memasukan komponen biaya produksi

2

dan biaya non produksi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran
penerapan metode penentuan harga pokok produksi yang tepat sehingga dapat
digunakan oleh UKM Kue Risky dalam pengambilan keputusan pengelolaan
usahanya.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. Biaya apa saja yang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky?
2. Bagaimana penentuan harga pokok produksi yang diterapkan oleh UKM
Kue Risky?
3. Bagaimana penerapan perhitungan harga pokok produksi dengan metode
full costing dan variable costing?

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky.
2. Menganalisis penentuan harga pokok produksi yang diterapkan oleh
UKM Kue Risky.
3. Menganalisis penerapan perhitungan harga pokok produksi dengan
metode full costing dan variable costing pada UKM Kue Risky.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi UKM
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi UKM dalam hal penerapan
perhitungan harga pokok produksi.
2. Bagi Akademisi
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
dan wawasan kepada akademisi mengenai penerapan perhitungan
harga pokok produksi pada UKM. Serta dapat menjadi referensi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Terdapat lima jenis kue yang diproduksi oleh UKM Kue Risky yaitu kue
lapis surabaya, bolu gulung, lapis legit, bika ambon, dan brownies. Penelitian ini
hanya difokuskan pada perhitungan harga pokok produksi dengan metode full

3

costing dan variable costing untuk tiga produk terlaris di perusahaan, yaitu kue
lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit. Data yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan data dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Konsep Biaya
Pengertian biaya
Biaya (cost) diartikan sebagai suatu pegorbanan yang dapat mengurangi kas
atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebeankan pada saat
ini maupun pada saat yang akan datang. Uang atau alat yang akan atau telah
digunakan untuk kegiatan dikategorikan sebagai biaya. (Mursyidi 2010).Menurut
Horngren, et al 2008, biaya (cost) didefinisikan sebagai sumber daya yang
dikobarkan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu.
Klasifikasi biaya
Menurut Warindrani 2006, untuk memenuhi kepentingan manajemen dalam
perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan maka biaya
diklasifikasikan menjadi :
- Biaya variabel : total biaya yang berubah secara proporsional dengan total
volume kegiatan tertentu dalam periode tertentu.
- Biaya tetap : total biaya yang tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan.
- Biaya langsung dan tidak langsung : biaya yang langsung dapat ditelusuri dan
biaya tidak langsung yaitu biaya yang secara fisik sulit ditelusuri sehingga
biasanya digunakan metode hubungan sebab akibat dan pengalokasian.
- Biaya terkendali dan tidak terkendali. Contoh adlah biaya iklan pada
departemen penjualan merupakan biaya terkendali bagi majer pemasaran tapi
tidak terkendali bagi manajer produksi yang tidak memilki wewenang apa-apa.
- Biaya diferensial atau biaya incremental. Dalam pengambilan keputusan,
manajemen harus membandingkan biaya masing-masing alternatif yang dapat
dipilh. Perbedaan biaya antara masing-masing alternatif disebut sebagai biaya
alternatif.
- Biaya kesempatan: keuntungan yang tidak jadi diperoleh dari suatu alternatif
oleh karena mengambil alternatif yang lain.
Pada umumnya perusahaan mengklasifikasikan biaya sebagai dasar
penetapan harga pokok produksi menjadi dua, yaitu biaya produksi dan biaya non
produksi (Warindrani 2006).
a. Biaya produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead.
b. Biaya non produksi, seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi
umum.
Terdapat tiga istilah yang kerap digunakan dalam menggambarkan biaya
produksi, yaitu (Horngren, et al. 2008) :
1. Biaya Bahan Langsung (Direct Material Costs)

4

Biaya perolehan semua bahan yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari
objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dan yang dapat
ditelusuri ke objek biaya dengan cara ekonomis. Contoh biaya bahan langsung
adalah alumunium yang digunakan untuk membuat kaleng Pepsi.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Costs)
Kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke
objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang
ekonomis. Contohnya adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada
operator mesin serta pekerja lini perakitan yang mengonversi bahan langsung
yang dibeli menjadi barang jadi.
3. Biaya Manufaktur Tidak Langsung (Indirect Manufacturing Costs)
Seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya (barang dalam
proses kemudian barang jadi), namuntidak dapat dilacak ke objek biaya secara
ekonomis. Kategori biaya ini juga disebut sebagai biaya overhead manufaktur
atau biaya overhead pabrik.
Pada perusahaan manufaktur, biaya produksi merupakan komponen biaya
yang paling penting dimana dengan biaya produksi yang lebih rendah dari
pesaing, berarti dapat menurunkan biaya secara keseluruhan (Kusumawardani
2013).
Harga Pokok Produksi
Menurut Horngren, et al (2008) harga pokok produksi adalah biaya barang
yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode
akuntansi berjalan. metode penentuan harga pokok produksi terbagi menjadi dua
menurut Mursyidi (2010), yaitu
1. Full Costing
Kata lainnya adalah absorption costing, maksudnya adalah penetuan harga
pokok produk yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap.
2. Variable Costing
Sebutan lainnya adalah direct costing, maksudnya adalah penentuan harga
pokok produk yang hanya memasukkan unsur-unsur biaya produksi yang bersifat
variabel saja.
Dalam perusahaan yang berproduksi massa, menurut Widilestariningtyas et
al (2012) informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu
tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk:
1. Menentukan harga jual produk
2. Memantau realisasi biaya produksi
3. Menghitung laba atau rugi periodik
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi produk proses yang
disajikan dalam neraca.

5

Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian terdahulu yang membahas mengenai
perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dan variable
costing. Kedua metode ini yang digunakan dalam penelitian terhadap UKM Kue
Risky.
Rachmayanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Perhitungan Harga Pokok Produksi Sepatu dengan metode Full Costing (Studi
Kasus: UKM Galaksi Kampung Kabandungan Ciapus, Bogor), Metallita (2013)
dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi
Industri Usaha Kecil dan Menengah Produk Cetakan CV. Miranti, Bogor, serta
Eprilianta (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Perhitungan Harga
Pokok Produksi Tahu dengan Metode full costing pada Industri Kecil (Studi
Kasus CV Laksa Mandiri) menyatakan bahwa hasil penelitian menggambarkan
adanya perbedaan hasil perhitungan dengan metode variable costing, full costing,
dan metode perusahaan. Perusahaan disarankan menggunakan perhitungan harga
pokok produksi dengan metode full costing karena metode tersebut lebih baik
dalam menganalisis biaya produksi daripada perhitungan harga pokok produksi
perusahaan.
Penelitian yang berjudul Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada UKM
Kue Risky ini memiliki kekhasan dibandingkan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Analisis harga pokok produksi dalam penelitian ini menambahkan
hasil perolehan laba yang didapat dan impilkasi manajerial yang harus dilakukan
perusahaan dalam mengelola bisnisnya. Rincian penelitian sebelumnya disajikan
dalam lampiran 3.

METODE
Kerangka Pemikiran
UKM Kue Risky merupakan salah satu bisnis yang bergerak di bidang
kuliner di Kabupaten Bogor. UKM ini menawarkan berbagai macam kue basah
seperti lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit.. Agar tetap bertahan dalam
persaingan yang akan memasuki Asean Community 2015, perusahaan harus
mengelola usahanya dengan baik terutama dalam hal menentukan perhitungan
harga pokok produksi yang akan menjadi dasar penentuan harga jual. Harga jual
juga akan mempengaruhi perusahaan untuk bersaing dengan kompetitornya dan
juga untuk mencapai tujuan memeroleh dan memaksimalkan laba. Tujuan tersebut
dapat dicapai dengan melakukan manajemen bisnis yang baik, efektif, dan efisien
serta dapat
memanfaatkan peran manajer melalui proses perencanaan,
pengendalian dan pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang
berkaitan dengan biaya dalam organisasi. Pada perusahaan manufaktur, biaya
produksi merupakan komponen biaya yang paling penting dimana dengan biaya
produksi yang lebih rendah dari pesaing, berarti dapat menurunkanbiaya secara
keseluruhan (Kusumawardani 2013).
Perencanaan dan pengendalian biaya produksi dapat dilakukan dengan
perhitungan harga pokok produksi secara tepat dan akurat dengan tetap menjaga

6

kualitas dari barang atau produk yang dihasilkan. Informasi yang dibutuhkan
dalam perhitungan harga pokok produksi adalah informasi mengenai biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Harga pokok produksi ini nantinya
akan digunakan untuk penentuan harga jual produk maupun untuk perhitungan
laba rugi periodik.
Dalam prakteknya, perusahaan membebankan biaya ke produk tidak detail
dan kurang rinci dalam mengidentifikasi biaya-biaya yang menjadi biaya produksi
dan tidak menerapkan metode perhitungan harga pokok produksi yang sesuai.
Akibatnya perhitungan harga pokok produksi menjadi tidak tepat dan
mempengaruhi laba rugi yang diperoleh perusahaan, dimana laba atau rugi
tersebut tidak sesuai dengan laba yang sesungguhnya diterima perusahaan dan
menjadi tujuan perusahaan. Untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut,
maka diperlukan adanya analisisdengan menggunakan metode full cosing dan
variable costing untuk menyusun harga pokok produksi yang tepat. Penelitian ini
bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan metode penentuan harga pokok
produksi yang tepat sehingga dapat digunakan oleh perusahaan dalam
pengambilan keputusan pengelolaan usahanya. Kerangka pemikiran dari
penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 1.
UKM Kue
Risky

Perhitungan HPP dengan
Metode :
Full Costing
Variable Costing

Perhitungan
HPP (Metode
Perusahaan)

Penentuan HPP yang Tepat

Harga Jual

Laba Optimal

Implikasi
Manajerial

Rekomendasi
Strategis

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

7

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di UKM Kue Risky yang berada di Dramaga, Bogor
pada bulan Januari sampai Februari 2015.
Jenis dan Sumber Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada pemilik
perusahaan dan juga karyawan perusahaan. Data sekunder diperoleh dari data
keuangan perusahaan dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015 serta studi
literatur yang relevan dalam penelitian ini.
Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menentukan harga pokok
produksi adalah metode full costing dan variable costing. Penggunaan kedua
metode ini bertujuan untuk membandingkan hasil perhitungan mana yang akan
memberikan keuntungan optimal bagi perusahaan. Langkah pertama yang
dilakukan adalah melakukan perhitungan harga pokok produksi. Secara umum,
harga pokok produksi memperhitungkan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead manufaktur. Struktur umum perhitungan HPP disajikan
pada lampiran 4. Perhitungan harga pokok produksi untuk kedua metode hampir
sama, perbedaannya hanya pada penentuan biaya overhead manufaktur saja. Pada
metode full costing, biaya overhead yang bersifat variabel maupun tetap,
dimasukkan ke dalam perhitungan. Sedangkan pada metode variable costing,
hanya overhead yang bersifat variabel saja yang dimasukkan ke dalam
perhitungan.
Penentuan Laba Rugi
Dalam menentukan laba rugi UKM, ada dua metode yang digunakan yaitu
Variable Costing dan Full Costing. Perhitungan di kedua metode tersebut juga
berbeda. Struktur umum perhitungan harga pokok dan laba rugi dari kedua
metode tersebut disajikan dalam lampiran 5.
1. Metode Variable Costing
Kalkulasi biaya variabel adalah metode kalkulasi biaya dimana semua
biaya manufaktur variabel dimasukan ke dalam perhitungan harga pokok
penjualan sebagai biaya persediaan. Semua biaya manufaktur tetap dikeluarkan
dari biaya persediaan dan diperlakukan sebagai biaya periode pada saat biaya itu
terjadi.
2. Metode Full Costing
Full Costing adalah metode kalkulasi biaya dimana semua biaya manufaktur
tetap dan semua biaya manufaktur variabel dimasukkan ke dalam perhitungan
harga pokok penjualan sebagai biaya persediaan.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
UKM Kue Risky merupakan salah satu bisnis yang bergerak di bidang
kuliner di Bogor. Perusahaan ini didirikan oleh lima orang yaitu Yanto,
Ahmaduddi, Hanif, Siswanto, dan Tohirin. Saat ini, perusahaan memproduksi
berbagai macam kue, yaitu lapis surabaya, bolu gulung, lapis legit, bika ambon,
dan brownies. Pertama kali didirikan di Gunung Batu, Bogor pada tahun 2007 dan
sekarang sudah memilki empat cabang di Dramaga, Semplak, Canplang, serta di
Cimanggu. Awalnya, toko di Gunung Batu menjadi pusat produksi tetapi saat ini
tempat produksi dibagi menjadi di tiga tempat. Toko di Dramaga dan Gunung
Batu menjadi pusat produksi kue lapis legit, sedangkan kue-kue lain diproduksi di
toko Cimanggu karena tempatnya yang lebih besar. Jam operasional perusahaan
dimulai dari pukul 07.00-21.00 WIB. Dalam produksinya, perusahaan melibatkan
14 orang karyawan dan 2 orang sebagai kurir. Perusahaan ini menentukan harga
jual produknya dengan pertimbangan harga pasaran saat ini sebagai dasar harga
jual. Pendapatan per bulan untuk satu toko rata-rata mencapai Rp 90 000 000
dengan modal awal sebesar Rp 50 000 000.
Jenis Produk
Terdapat lima jenis kue yang diproduksi oleh perusahaan yaitu kue lapis
surabaya, bolu gulung, lapis legit, bika ambon, dan brownies. Hanya kue lapis
legit yang memiliki varian rasa yaitu rasa keju dan coklat. Harga kue lapis
surabaya : Rp 32 000, bolu gulung : Rp 21 000, lapis legit : Rp 23 000, bika
ambon : Rp 15 000, dan brownies : Rp 19 000. Penelitian ini hanya menggunakan
tiga produk sebagai objek penelitian, yaitu kue lapis surabaya, bolu gulung, dan
lapis legit karena memiliki tingkat penjualan yang tinggi daripada produk lainnya.
Peralatan Produksi
Perusahaan menggunakan beberapa peralatan untuk menunjang proses
produksinya. Setiap produk memiliki masing-masing peralatan yang berbeda.
Peralatan yang digunakan perusahaan beserta biaya penyusutannya dapat dilihat
pada lampiran 6. Jenis peralatan yang digunakan untuk produksi masing-masing
produk merupakan peralatan yang sejenis. Namun, untuk produk kue lapis
surabaya dan bolu gulung menggunakan peralatan tambahan yaitu pengoles selai
karena kedua produk ini memakai selai sebagai tambahan bahan bakunya yang
berbeda dengan kue lapis legit.
Identifikasi Biaya-Biaya yang Dikeluarkan
Produk yang menjadi objek penelitian, yaitu kue lapis surabaya, bolu gulung,
dan lapis legit. Proses produksi menghasilkan biaya manufaktur yang disebut juga
biaya produksi. Biaya manufaktur secara umum terdiri dari tiga elemen, yaitu

9

biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik.
1. Biaya Bahan Baku Langsung
Bahan baku yang digunakan untuk membuat kue lapis surabaya, bolu
gulung, dan lapis legit adalah terigu, gula, mentega, dan telur. Selain itu, bahan
baku lainnya seperti selai juga digunakan sebagai tambahan bahan baku untuk
produk kue bolu gulung dan kue lapis surabaya. Kue lapis surabaya diproduksi
sebanyak60 kotak per harinya, sedangkan bolu gulung diproduksi sebanyak 50
kotak, dan kue lapis legit diproduksi sebanyak 44 kotak per hari. Masing-masing
kue memerlukan 0.4 Kg Terigu, 0.3 Kg gula, 0.2 Kg mentega, dan 5 butir telur
untuk setiap satu kotak kemasan kue. Tambahan bahan baku selai sebanyak 0.02
Kg per kotak kemasan untuk produk kue lapis surabaya dan bolu gulung.
Kebutuhan bahan baku tiap harinya terdapat di Lampiran 7. Sedangkan kebutuhan
bahan baku tiap bulannya untuk masing-masing kue memiliki jumlah yang
berbeda karena jumlah produksi yang berbeda.Rincian kebutuhan bahan baku
untuk kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit dapat dari bulan Oktober
2014 – Februari 2015 dapat dilihat pada Lampiran 8.
Perusahaan memproduksi kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit
dengan jumlah yang berbeda tiap bulannya dari bulan Oktober 2014 sampai
Februari 2015. Hal ini disebabkan karena adanya fluktuasi permintaan
konsumen.Total biaya bahan baku langsung yang digunakan dalam memproduksi
kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit disajikan pada tabel 1.
Tabel 1 Total biaya bahan baku

No
1.

Jenis
Produk
Lapis
Surabaya

Tahun

Perubahan
Jumlah Unit
Produksi (%)

Total Biaya
(Rp)

Perubahan
Total Biaya
(%)

2 880

-

44 087 040

-

1 800

- 37.5

26 168 400

- 40.64

2 070

+ 15

30 093 660

+ 15

Januari

1 890

- 13.04

28 652 400

- 4.79

Februari

1 680

-11.11

25 620 000

- 10.58

2 400

-

36 739 200

-

1 500

- 37.5

21 807 000

- 40.64

1 725

+ 15

25 078 050

+ 15

Januari

1 575

- 13.04

23 877 000

- 4.79

Februari

1 400

-11.11

21 350 000

- 10.58

2 112

-

29 796 096

-

1 320

- 37.5

17 606 160

- 40.64

1 518

+ 15

20 247 084

+ 15

Januari

1 386

- 13.04

19 348 560

- 4.79

Februari

1 232

-11.11

17 309 600

- 10.58

Bulan
Oktober

2014

November
Desember

2015

2.

Bolu
Gulung

32 000

Oktober
2014

November
Desember

2015

3.

Harga/unit
(Rp)

Lapis
Legit

21 000

Oktober
2014

November
Desember

2015

Sumber : Data Diolah (2015)

23 000

Jumlah
Produksi
(Unit)

10

Tabel 3 menunjukkan bahwa fluktuasi tingkat produksi untuk masingmasing produk pada bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015 memiliki
persentase yang sama dan bulan Oktober 2014 merupakan tingkat produksi kue
paling tinggi. Jumlah produksi yang berbeda untuk masing-masing kue tiap
bulannya akan diiringi jumlah kebutuhan bahan baku yang berbeda pula. Kondisi
ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan biaya setiap bulannya yang
dikeluarkan oleh UKM Kue Risky dalam memproduksi masing-masing
produknya. Biaya bahan baku terbesar berasal dari penggunaan telur karena
memiliki proporsi terbesar dalam pembuatan ketiga kue tersebut. Total biaya
bahan baku pada bulan November 2014 mengalami penurunan sebesar 40.64%
disebabkan turunnya jumlah produk yang diproduksi serta adanya penurunan
harga gula dan telur. Namun, di bulan Desember 2014 terjadi peningkatan biaya
sebesar 15% yang disebabkan adanya peningkatan produksi dengan persentase
yang sama. Kemudian di dua bulan berikutnya, yaitu bulan Januari 2015 dan
Februari 2015, biaya bahan baku langsung yang dikeluarkan mengalami
penurunan karena adanya penurunan produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk
kebutuhan bahan baku kue lapis legit, lapis surabaya, dan bolu gulung setiap
bulannya serta harga bahan baku yang digunakan dari bulan Oktober 2014 sampai
Februari 2015 terdapat pada Lampiran 9.
2.

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi di UKM Kue
Risky berjumlah 14 orang.Tenaga kerja yang memproduksi kue lapis legit, lapis
surabaya, dan bolu gulung berjumlah enam orang. Ketiga produk tersebut masingmasing diproduksi oleh dua orang. Para tenaga kerja diberikan upah tetap setiap
bulannya sebesar Rp 1 000 000 per tenaga kerja sejak tahun 2010. Biaya tenaga
kerja langsung yang dikeluarkan UKM Kue Risky setiap bulannya dari bulan
Oktober 2014 sampai Februari 2015 untuk produksi kue lapis legit, lapis surabaya,
dan bolu gulung berjumlah tetap yaitu sebesar Rp 2 000 000 untuk masing-masing
produk setiap bulannya.
3.

Biaya Overhead

Biaya overhead pabrik atau yang biasa disebut dengan biaya tidak
langsungyang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky yaitu biaya penyusutan peralatan,
sewa bangunan, dan biaya listrik serta air. Peralatan yang digunakan untuk
memproduksi kue lapis surabaya dan bolu gulung merupakan peralatan yang
sejenis dengan peralatan untuk memproduksi kue lapis legit. Terdapat sembilan
jenis peralatan yang digunakan yaitu oven, mixer, tabung gas yang gasnya
digunakan sebagai bahan bakar oven, loyang, baskom sebagai tempat adonan,
gelas plastik untuk menuangkan adonan ke loyang, pisau, dan pengoles selai.
Terdapat satu peralatan tambahan yaitu pengoles selai yang tidak digunakan
dalam produksi kue lapis legit. Biaya penyusutan peralatan tersebutlah yang akan
dihitung dalam harga pokok produksi untuk produksi kue lapis surabaya, bolu
gulung, dan lapis legit.
Biaya overhead pabrik dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok yaitu
biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap. Yang termasuk ke dalam biaya

11

overhead variabel yang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky adalah biaya
penggunaan gas dan kemasan produk serta biaya dari pemakaian listrik dan air.
Total biaya overhead variabel yang dikeluarkan untuk memproduksi kue lapis
surabaya dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015 dapat dilihat pada tabel 2
.
Tabel 2 Biaya overhead variabel
No.
1.

Jenis
Produk
Lapis
Surabaya

Tahun

Oktober
2014

2015
2.

Bolu
Gulung

2014

2015
3.

Lapis
Legit

Bulan

2014

2015

Jumlah
Produksi
(Unit)
2 880

Perubahan
Jumlah
Produksi (%)

Total
Biaya (Rp)

Perubahan
Total Biaya
(%)

-

5 851 775

-

November
Desember
Januari
Februari
Oktober

1 800
2 070
1 890
1 680
2 400

- 37.5
+ 15
- 13.04
- 11.11
-

3 777 650
4 261 957
4 128 982
3 517 959
4 458 542

- 35.44
+12.82
- 3.12
- 14.80
-

November
Desember
Januari
Februari
Oktober

1 500
1 725
1 575
1 400
2 112

- 37.5
+ 15
- 13.04
- 11.11
-

2 873 186
3 399 374
3 276 484
2 886 511
4 162 900

- 35.56
+ 18.31
- 3.62
- 11.90
-

November
Desember
Januari
Februari

1 320
1 518
1 386
1 232

- 37.5
+ 15
- 13.04
- 11.11

2 521 832
2 897 849
2 923 316
2 559 773

- 39.42
+ 14.91
+ 0.88
- 12.44

Sumber : Data Diolah (2015)
Rincian biaya overhead variabel yang dikeluarkan UKM Kue Risky dalam
memproduksi ketiga produknya terdapat di Lampiran 10. Total biaya overhead
variabel untuk masing-masing produk tiap bulannya memiliki jumlah yang
berbeda dan biaya overhead variabel tertinggi dikeluarkan untuk produksi kue
lapis surabaya. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi yang berbeda tiap
bulannya dan kue lapis surabaya merupakan produk yang memiliki jumlah produk
yang paling banyak. Selain itu, harga untuk kemasan kue lapis surabaya lebih
tinggi dari kedua kue lainnya yaitu sebesar Rp 100/unit dan juga jumlah
pemakaian listrik dan air untuk produksi lapis surabaya memiliki proporsi yang
lebih tinggi dibanding kedua produk lainnya. Jumlah produk yang paling banyak
diproduksi terjadi di bulan Oktober 2014 sehingga biaya overhead variabel untuk
masing-masing produk di bulan Oktober 2014 merupakan biaya yang paling
tinggi dikeluarkan. Biaya overhead variabel pada bulan November 2014
mengalami penurunan dari bulan sebelumnya,namun di bulan Desember 2014
mengalami peningkatan akibat jumlah produksi yang lebih besar dari bulan
sebelumnya. Pada bulan Januari – Februari 2015, biaya overhead variabel terus
mengalami penurunan akibat adanya penurunan jumlah produksi untuk masing –
masing. Berbeda dengan kedua produk lainnya, biaya overhead variabel utuk
produksi kue lapis legit pada bulan Januari 2015 mengalami peningkatan sebesar
0.88% saat jumlah produksinya menurun, hal ini disebabkan karena penggunaan

12

air yang dalam kegiatan produksi mengalami peningkatan dibanding bulan
sebelumnya.
Selain biaya overhead variabel, terdapat juga biaya overhead tetap yang
akan dihitung ke dalam harga pokok produksi. Biaya overhead tetap yang
dikeluarkan oleh UKM Kue Risky adalah biaya penyusutan peralatan, sewa
bangunan, dan biaya tetap dari pemakaian listrik serta air. Biaya penyusutan
peralatan untuk produksi kue lapis surabaya dan bolu gulung memiliki jumlah
yang sama yaitu sebesar Rp 115 472 per bulannya. Hal ini disebabkan karena
kedua produk tersebut menggunakan peralatan dengan jenis yang sama.
Sedangkan biaya penyusutan peralatan untuk produksi kue lapis legit adalah
sebesar Rp 115 556 tiap bulan. Rincian biaya penyusutan peralatan terdapat pada
Lampiran 6. Tempat produksi kue lapis surabaya dan bolu gulung berbeda dengan
tempat produksi kue lapis legit. Biaya sewa bangunan untuk tempat produksi kue
lapis surabaya dan bolu gulung adalah sebesar Rp 1 500 000 per bulan sedangkan
biaya sewa bangunan untuk tempat produksi kue lapis legit sebesar Rp 1 000 000
per bulan. Perbedaan biaya sewa bangunan yang termasuk overhead tetap juga
menyebabkan perbedaan jumlah biaya overhead tetap dari ketiga produk tersebut.
Biaya tetap untuk pemakaian listrik adalah sebesar Rp 2 200 per bulan, sedangkan
biaya tetap dari pemakaian air sebesar Rp 21 500 tiap bulan. Total biaya overhead
tetap yang dikeluarkan untuk memproduksi kue lapis surabaya sebesar Rp 952
072 dan bolu gulung sebesar Rp 802 072, sedangkan total biaya overhead tetap
untuk kue lapis legit sebesar Rp 1 138 756. Biaya overhead tetap tersebut
mengalami peningkatan sebesar Rp. 2 500 untuk produk lapis surabaya dan bolu
gulung, serta kenaaikan Rp 5 000 untuk produk lapis legit. Hal ini disebabkan
karena adanya kenaikan biaya tetap dari penggunaan air. Rincian Biaya overhead
tetap yang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky terdapat pada Lampiran 11.

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode UKM Kue Risky
Perusahaan menggunakan metode perhitungan harga pokok produksi yang
sangat sederhana dan belum terinci. Secara umum, harga pokok produksi terdiri
dari tiga elemen, yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik. Namun, UKM Kue Risky hanya memasukan biaya
bahan baku dan tenaga kerja langsung ke dalam perhitungan harga pokok
produksi. UKM Kue Risky tidak memasukkan biaya overhead pabrik ke dalam
perhitungan harga pokok produksi sehingga hasil yang diperoleh kurang akurat.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh UKM Kue Risky, harga pokok
produksi untuk kue lapis Surabaya, bolu gulung, dan lapis legit dari bulan Oktober
2014 sampai Februari 2015 terdapat pada tabel 3. Rincian harga pokok produksi
untuk masing-masing produk dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015
terdapat pada Lampiran 12.

13

Tabel 3 Harga pokok produksi dengan metode UKM
No.

Jenis Produk

1.

Lapis
Surabaya

Tahun

2014

2015
2.

Bolu Gulung
2014
2015

3.

Lapis Legit
2014
2015

Bulan

HPP (Rp)

Oktober

46 087 040

HPP per
Unit (Rp)
16 002

November
Desember
Januari
Februari
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Oktober
November
Desember
Januari
Februari

28 168 400
32 093 660
30 652 400
27 620 000
38 739 200
22 807 000
27 078 050
25 877 000
22 350 000
31 796 096
19 606 160
22 247 084
21 348 560
19 309 600

15 649
15 504
16 218
16 440
16 141
15 205
15 697
16 430
15 964
15 055
14 853
14 656
15 403
15 673

Perubahan
(%)
- 38.8
+ 13.93
- 4.50
- 9.89
- 41.13
+ 18.72
- 4.44
- 9.77
- 38.34
+ 13.47
- 4.04
- 9.55

Sumber : Data Diolah (2015)
Ket.: HPP = Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi di bulan Oktober 2014 merupakan harga pokok
produksi paling tinggi untuk masing-masing produk karena berdasarkan
identifikasi biaya yang dikeluarkan, biaya produksi pada bulan tersebut mencapai
jumlah tertinggi akibat tingginya produk yang diproduksi daripada keempat bulan
lainnya. Kue lapis legit merupakan produk yang memiliki harga pokok produksi
per unit terendah karena memiliki jumlah unit produk paling sedikit tiap bulannya
dan menggunakan jenis bahan baku yang lebih sedikit dibanding kedua produk
lainnya. Perubahan harga pokok produksi dari ketiga produk mengalami
penurunan sebesar 38.34% - 41.13% pada bulan November 2014. Hal ini
disebabkan karena jumlah produksi yang menurun pada bulan tersebut. Produk
bolu gulung merupakan produk yang mengalami tingkat penurunan yang paling
tinggi pada bulan November 2014 karena memiliki jumlah HPP yang menurun
lebih besar dari kedua produk lainnya. Kemudian mengalami kenaikan sebesar
13.47% - 18.72% akibat kembali meningkatnya jumlah produksi di bulan
Desember 2014. Namun, di bulan Januari – Februari 2015, HPP masing-masing
produk mengalami penurunan akibat menurunnya jumlah produk yang diproduksi
dari bulan sebelumnya. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode UKM
akan menghasilkan laba yang belum sesuai dengan perhitungan yang didapat
akibat dari perhitungan harga pokok produksi yang belum akurat karena tidak
memasukkan biaya overhead.
Laba yang diperoleh pada selama bulan Oktober 2014 – Februari 2015
untuk masing-masing produk mengalami fluktuasi sesuai dengan jumlah produk
yang diproduksi, dan yang paling besar diperoleh di bulan Oktober 2014. Produk
lapis surabaya memperoleh laba sebesar Rp 43 914 960, Rp 27 111 600, Rp 31
726 340, Rp 27 407 600, Rp 23 930 000, laba untuk kue bolu gulung adalah
sebesar Rp 9 240 800, Rp 6 373 000, Rp 6 726 950, Rp 4 778 000, Rp 4 840 000,

14

dan laba dari kue lapis legit sebesar Rp 14 389 904, Rp 8 573 840, Rp 10 276 916,
Rp 8 139 440, dan Rp 6 876 400. Produk bolu gulung memeroleh laba paling
kecil setiap bulannya walaupun jumlah penjualannya lebih banyak dari lapis legit.
Hal tersebut terjadi karena harga satuan bolu gulung lebih rendah dari lapis legit
sehingga menghasilkan margin kontribusi yang lebih rendah pula. Namun,
perolehan laba dari perhitungan harga pokok produksi dengan metode UKM
belum akurat karena tidak memasukkan biaya overhead yang akan memengaruhi
perolehan laba yang didapat. Rincian perhitungan harga pokok penjualan dan laba
operasi yang diperoleh selama bulan Oktober 2014 – Februari 2015 untuk masingmasing produk terdapat pada Lampiran 13.
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing dan
Variable Costing
Perhitungan harga pokok produksi terbagi menjadi dua metode yaitu metode
full costing dan variable costing. Perbedaan kedua metode tersebut terdapat pada
unsur biaya overhead pabrik.metode full costing, semua biaya overhead pabrik
baik biaya tetap dan biaya variabel dimasukan ke perhitungan harga pokok
produksi. Sedangkan, metode variable costing hanya overhead tetap diperlakukan
sebagai beban periode dan tidak disertakan dalam penentuan biaya produk.
Menurut perhitungan biaya variabel, overhead tetap dari suatu periode dipandang
habis pada akhir periode itu dan dibebankan secara total terhadap pendapatan
periode tersebut. Sedangkan menurut perhitungan full costing, overhead tetap
dipandang sebagai biaya produk bukan biaya periode. Selain itu, overhead tetap
dibebankan ke produk melalui penggunaan tarif overhead tetap yang ditetapkan
terlebih dahulu dan tidak dibebankan sampai produk terjual. Oleh karena itu,
biaya produk menurut perhitungan variable costing akan lebih rendah dari
perhitungan menurut full costing.
Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode variable
costingmenghasilkan harga pokok produksi yang lebih tinggi sebesar 12.70% 13.45% untuk produk lapis surabaya, sedangkan untuk bolu gulung menghasilkan
harga pokok produksi yang lebih tinggi sebesar 11.51% - 17.39%, dan untuk lapis
legit sebesar 12.86% - 13.86% dari harga pokok produksi dengan metode yang
digunakan oleh UKM Kue Risky. Total Harga Pokok Produksi dengan metode
variable costing dari bulan Oktober 2014 – Februari 2015 serta perkembangannya
dapat pada tabel 4.

15

Tabel 4 Harga pokok produksi dengan metode variable costing
Jenis Produk

Lapis
Surabaya

Tahun

2014
2015
2014

Bolu Gulung

2015
2014
Lapis Legit

2015

Bulan

HPP (Rp)

HPP per Unit (Rp)

Perubahan
(%)

Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Oktober

51 938 815
31 946 050
36 355 617
34 781 382
31 137 959
43 197 742
26 680 186
30 477 424
29 153 484
26 236 511
35 985 996

18 034
17 748
17 563
18 403
18 534
17 999
17 787
17 668
18 510
18 740
17 026

- 38.49
+ 13.80
- 4.33
- 10.48
- 38.24
+ 14.23
- 4.34
- 10
-

November
Desember
Januari
Februari

22 127 992
25 144 933
24 271 876
21 869 373

16 764
16 558
17 512
17 751

- 38.51
+ 13.63
- 3.47
- 9.90

Sumber : Data Diolah
Ket. : HPP = Harga Pokok Produksi
Perubahan harga pokok produksi menggunakan metode variable costing
dari ketiga produk mengalami penurunan dengan tingkat persentase yang tidak
jauh berbeda yaitu sebesar 38.24% - 38.51% pada bulan November 2014. Hal ini
disebabkan karena jumlah produksi yang menurun pada bulan tersebut. Produk
lapis legit merupakan produk yang mengalami tingkat penurunan yang paling
tinggi pada bulan November 2014. Kemudian mengalami kenaikan sebesar
13.63% - 14.23% akibat kembali meningkatnya jumlah produksi di bulan
Desember 2014. Namun, di bulan Januari – Februari 2015, HPP masing-masing
produk mengalami penurunan akibat menurunnya jumlah produk yang diproduksi
dari bulan sebelumnya.
- Harga pokok produksi dengan metode full costing
Dengan metode full costing, harga pokok produksi yang diperoleh di bulan
Oktober 2014 – Februari 2015 menghasilkan jumlah yang lebih besar dibanding
dengan metode yang digunakan UKM Kue Risky. Harga pokok produksi untuk
lapis surabaya lebih besar 14.76% - 16.79%, 13.57% - 20.98% untuk bolu gulung,
dan lapis legit sebesar 16.66% - 19.15%. Sedangkan, jika dibandingkan dengan
perhitungan variable costing menghasilkan jumlah yang lebih besar sekitar 1.83%
- 3.06% untuk produk lapis surabaya, 1.85% - 3.06% untuk bolu gulung, dan
3.15% - 5.21% untuk kue lapis legit.
Total harga pokok produksi dengan metode full costing dari bulan Oktober
2014 – Februari 2015 untuk masing-masing produk serta perkembangannya dapat
dilihat pada tabel 5.

16

Tabel 5 Harga pokok produksi dengan metode full costing
Jenis Produk

Lapis
Surabaya

Tahun

2014
2015
2014

Bolu Gulung
2015
2014
Lapis Legit
2015

Bulan
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Oktober
November
Desember
Januari
Februari

HPP (Rp)
52 888 637
32 898 372
37 307 939
35 733 704
32 090 281
43 997 564
27 482 508
31 279 746
29 955 806
27 038 833
37 092 752
23 266 748
26 283 689
25 410 632
23 008 129

HPP per
Unit (Rp)
18 364
18 277
18 023
18 907
19 101
18 332
18 322
18 133
19 020
19 313
17 565
17 710
17 308
18 334
18 675

Perubahan (%)
- 37.10
+ 13.40
- 4.22
- 10.20
- 37.54
+ 13.81
- 4.23
- 9.74
- 37.27
+ 12.97
- 3.32
- 9.45

Sumber : Data Diolah
Ket. : HPP = Harga Pokok Produksi

Perubahan harga pokok produksi dari ketiga produk dengan perhitungan
metode full costing mengalami penurunan sebesar 37.10% - 37.54% pada bulan
November 2014. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi yang menurun pada
bulan tersebut. Produk bolu gulung merupakan produk yang mengalami tingkat
penurunan yang paling tinggi pada bulan November 2014. Kemudian mengalami
kenaikan sebesar 12.97% - 13.81% akibat kembali meningkatnya jumlah produksi
di bulan Desember 2014. Namun, di bulan Januari – Februari 2015, HPP masingmasing produk mengalami penurunan akibat menurunnya jumlah produk yang
diproduksi dari bulan sebelumnya. Rincian harga pokok produksi menggunakan
metode variable dan full costing disajikan pada lampiran 14.
Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan kedua metode yang
berbeda, memberikan efek yang berbeda pula pada perhitungan laba rugi UKM.
Adanya perbedaan tersebut disebabkan karena pada metode variable costing yang
tidak memasukkan semua unsur biaya ke dalam perhitungan sedangkan pada
metode full costing, semua unsur biaya baik biaya tetap maupun variabel
dimasukan ke dalam perhitungan. Selain itu, pada metode UKM, hasil penjualan
produk sampingan dimasukkan ke dalam tambahan pendapatan bersama dengan
produk utama. Sedangkan pada metode variable costing dan full costing, hasil
penjualan produk sampingan ditambahkan ke jumlah laba yang didapat. Rincian
perhitungan laba rugi untuk ketiga produk pada bulan Oktober 2014 – Februari
2015 dengan metode variabel costing dan full costing terdapat pada lampiran 15.
Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan metode variable costing
dan full costing, HPP per unit berdasarkan metode full costing merupakan jumlah
HPP per unit yang lebih besar daripada perhitungan dengan metode UKM
maupun variable costing. Selain itu, laba bersih dari masing-masing produk yang
didapat oleh UKM Kue Risky memiliki jumlah yang sama antara perhitungan
metode variable costing dengan metode full costing. Harga pokok produksi per
unit dan laba bersih yang didapat oleh UKM Kue Risky dari ketiga produknya,
dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 HPP (Rp/unit) dan laba yang diperoleh
Jenis
Produk
Lapis
Surabaya

Bolu
Gulung

Lapis
Legit

Metode
Perhitngan
HPP
Metode
UKM
Metode
Variable
Costing
Metode Full
Costing
Metode
UKM
Metode
Variable
Costing
Metode Full
Costing
Metode
UKM
Metode
Variable
Costing
Metode Full
Costing

Tahun 2014
November

Oktober

Tahun 2015
Desember

Januari

Februari

HPP
(Rp/unit)

Laba (Rp)

HPP
(Rp/unit)

Laba (Rp)

HPP
(Rp/unit)

Laba (Rp)

HPP (Rp/unit)

Laba (Rp)

HPP
(Rp/unit)

Laba (Rp)

16 002

43 637 960

15 649

27 171 600

15 504

31 801 340

16 218

27 482 600

16 440

24 005 000

18 034

38 024 363

17 748

23 333 950

17 563

27 464 383

18 403

25 698 618

18 534

20 412 041

18 364

38 024 363

18 277

23 333 950

18 023

27 464 383

18 907

25 698 618

19 101

20 412 041

16 141

9 315 800

15 205

6 433 000

15 697

6 828 950

16 430

4 853 000

15 964

4 915 000

17 999

4 782 258

17 787

2 499 814

17 668

3 327 576

18 510

1 501 516

18 740

953 489

18 332

4 782 258

18 322

2 499 814

18 133

3 327 576

19 020

1 501 516

19 313

953 489

15 055

14 389 904

14 853

8 433 840

14 656

10 276 916

15 403

8 139 440

15 673

6 876 400

17 026

10 227 004

16 764

6 052 008

16 558

7 609 067

17 512

5 216 124

17 751

4 316 627

17 565

10 227 004

17 710

6 052 008

17 308

7 609 067

18 334

5 216 124

18 675

4 316 627

Sumber : Data Diolah (2015)

17
17

18

Apabila produk yang terjual lebih besar dari yang diproduksi, maka laba
menurut perhitungan variable costingakan lebih tinggi dari laba menurut
perhitungan fullcostingkarena saat itu persediaan barang jadi digunakan.
Sebaliknya, ketika produk yang terjual lebih kecil dari barang yang diproduksi
maka laba menurut perhitungan variable costing akan lebih rendah dari
perhitungan full costing (Hansen dan Mowen 2005). Hal tersebut disebabkan
karena adanya perubahan jumlah produk yang terjual mengiringi biaya variabel
yang terjadi. Berikut hubungan antara produksi, penjualan dan laba.
Laba Bersih Variable Costing >
Penjualan > Produksi
Laba Bersih Full Costing
Laba Bersih Variabel Costing <
Penjualan < Produksi
Laba Bersih Full Costing
Laba Bersih Variabel Costing =
Penjualan = Produksi
Laba Bersih Full Costing
Hasil perhitungan laba yang diperoleh dari kedua metode menunjukkan
jumlah yang sama yaitu sebesar Rp 38 198 363 untuk produk lapis surabaya, Rp 4
782 258 untuk produk bolu gulung, dan Rp 10 227 004 untuk produk lapis legit
pada bulan Oktober 2014. Hal tersebut disebabkan karena jumlah produk yang
diproduksi oleh UKM Kue Risky sama dengan jumlah produk yang terjual.
Sehingga tidak ada persediaan awal dan akhir barang jadi untuk periode
selanjutnya.
Implikasi Manajerial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diterapkan fungsi manajemen
POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling) untuk perusahaan
sebagai berikut:
- Planning
Adanya perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dan
variable costing mendorong perusahaan untuk merencanakan penetuan harga
jual produk yang tepat sehingga laba yang diharapkan sesuai dengan yang
diterima. Perencanaan realisasi dalam pencatatan yang detail mengenai biaya
yang dikeluarkan perlu dilakukan untuk menunjang dilakukannya perhitungan
harga pokok produksi yang sesuai.
- Organizing
Perusahaan dapat menentukan apa saja yang harus dilakukan oleh pihak
perusahaan untk melakukan perhitungan harga pokok produksi yang tepat.
Karyawan bagian produksi diharapkan dapat mencatat seluruh biaya produksi
yang dikeluarkan untuk menunjang dilakukannya perhitungan harga pokok
produksi.
- Actuating
Pemilik perusahaan diharapkan dapat memilih, membimbing, bekerja sama
dengan karyawan untuk membantu membuat perhitungan harga pokok
produksi yang tepat.

19

- Controlling
Pelaksanaan pencatatan biaya produksi sebagai dasar perhitungan h