PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI HPP DEN

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP)
DENGAN METODE FULL COSTING
(Kasus Pada Baso Urat Gatot Kaca)

Karangan Ilmiah yang Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir
Mata Kuliah Akuntansi Biaya

Oleh
Hasan Sunarto

431492010306023

Riki Juniar

431492010206020

Departemen Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pandu Madania
Bogor
2008


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perusahaan yang telah berdiri tentunya ingin berkembang dan terus
menjaga kelangsungan hidupnya, untuk itu pihak manajemen perusahaan perlu
membuat kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja.
Kebijakan tersebut dapat berupa penetapan harga pokok produksi, yaitu dengan
cara menekan biaya produksi serendah mungkin dan tetap menjaga kualitas dari
barang atau produk yang dihasilkan, sehingga harga pokok produk satuan yang
dihasilkan perusahaan lebih rendah dari yang sebelumnya. Kebijakan ini sangat
bermanfaat bagi perusahaan untuk menetapkan harga jual yang tepat dengan laba
yang ingin diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing
dengan perusahaan–perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis. Hal ini
tentunya tidak terlepas dari tujuan didirikannya perusahaan yaitu agar modal yang
ditanamkan dalam perusahaan dapat terus berkembang atau dengan kata lain
mendapatkan laba semaksimal mungkin.
Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan
penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak

menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi
dapat mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing
dengan produk sejenis yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk terlalu
rendah akan mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula. Kedua

1

hal tersebut dapat diatasi dengan penentuan harga pokok produksi dan harga jual
yang tepat.

1.2 Perumusan Masalah
Karangan ilmiah ini akan menyajikan dan membahas secara sederhana
akuntansi biaya dan beberapa hal yang berhubungan dengannya. Dan secara lebih
khusus, pembahasan akan memperlihatkan data harga pokok produksi melalui
metode full costing atau biaya penuh. Adapun data yang disajikan merupakan data
hasil survey langsung kepada pelaku usaha, yakni pedagang baso.

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam karangan ilmiah ini bertujuan antara lain:
a. Mempelajari dan menyajikan akuntansi biaya secara sederhana.

b. Sebagai langkah awal dan sarana pembelajaran dalam penyusunan karangan
ilmiah.
c. Untuk memenuhi tugas akhir semester III mata kuliah Akuntansi Biaya tahun
ajaran 2007/2008.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan,
dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara
tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah
biaya.

2.2 Pengertian Biaya Produksi
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai

pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek
pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead
cost).

2.2.1 Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku langsung adalah semua biaya bahan yang membentuk
bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam
kalkulasi biaya produk. Contoh bahan baku langsung adalah kayu untuk

3

pembuatan meubel dan tanah liat untuk pembuatan genteng. Pertimbangan utama
dalam mengelompokkan bahan ke dalam bahan baku langsung adalah kemudahan
penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi.
Sebagai contoh, paku untuk membuat peralatan meubel merupakan bagian dari
barang jadi, namun agar perhitungan biaya meubel tersebut bisa dilakukan secara
cepat, bahan ini dapat diklasifikasikan sebagai bahan baku tidak langsung.


2.2.2 Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja langsung adalah karyawan atau karyawati yang
dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Biaya untuk ini
meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu.

2.2.3 Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu
kumpulan dari semua biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku
langsung dan tidak langsung.
Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak
langsung, pekerja tidak langsung, dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara
mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau
tujuan akhir biaya.
Biaya overhead pabrik (FOH) terdiri dari biaya FOH tetap dan biaya FOH
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap untuk tingkat
volume kegiatan tertentu, biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya
berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Ada juga yang dinamakan

4


biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.

2.3 Penghitungan Harga Pokok Produksi
Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen harga
pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variable. Konsep harga pokok
tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu
timbul konsep lain yang tidak diperhitungkan semua biaya produksi sebagai
komponen harga pokok produk. Jadi di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan
industri sebagai modal utamanya, terdapat dua metode perhitungan harga pokok
yaitu

Full/Absortion/Conventional

Costing

dan


Variable/Marginal/Direct

Costing. Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada

perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan
perlakuan terhadap FOH Tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap
perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan rugi-laba.

2.3.1 Metode Full Costing
Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan

memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik
variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Di dalam metode full costing, biaya
overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk
yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal

5

atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya

overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai
yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok
penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual.
Menurut metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata
menyerap jasa FOH Tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila
biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut.

2.3.2 Metode Variable Costing
Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya

memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga
pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik variabel.
Variable costing beranggapan bahwa FOH Tetap tadi tidak secara

langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai
komponen harga pokok. Sebaiknya FOH Tetap dimasukkan dalam kelompok
period cost (biaya periode).

6


BAB III
OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Objek Penelitian
Penelitian yang penyusun lakukan melibatkan pedagang baso yang
memiliki kios baso di daerah Malabar Kota Bogor. Kios tersebut diberi nama Kios
Baso Urat Gatot Kaca (BUGK). Adapun pengelolanya, ketika penyusun
mengadakan penelitian, hanya satu orang saja yaitu Mas Wahidi.

3.1.1 Sejarah Singkat BUGK
Kios BUGK ini merupakan salah satu cabang usaha CV Yasmin. Bagi CV
Yasmin, hanya kios inilah yang bergerak dalam bidang makanan, sementara usaha
yang lain bergerak di bidang jasa yakni digital printing, percetakan, rental
komputer dan internet, dan fotocopy center .
Berkenaan kios BUGK, sebenarnya kios ini merupakan usaha lanjutan,
yang sebelumnya kios baso telah dibuka di Bangbarung berdekatan dengan kantor
pusat CV Yasmin, namun kemudian tutup.
Selang beberapa minggu kemudian, yaitu pada tanggal 9 Januari 2008,
kios baso pun dibuka kembali di daerah Malabar, tepatnya di Malabar Ujung yang

berdekatan dengan Yasmin bawah, rental komputer dan internet (salah satu
cabang CV Yasmin).
Untuk mengawali usaha BUGK ini, modal yang dikucurkan oleh pemilik
sebesar Rp 600.000,00. Modal tersebut merupakan biaya operasional kios, atau
biaya belanja bahan-bahan baso sehingga baso siap dihidangkan untuk konsumen.

7

3.1.2 Struktur Organisasi
Cukup sederhana untuk menggambarkan struktur organisasi BUGK.
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, hanya satu pengelola untuk menangani
BUGK,

yaitu

Mas

Wahidi.

Mas


Wahidi

menjelaskan,

dalam

hal

pertanggungjawaban usaha dan laporan keuangan, berhubungan langsung dengan
pemilik CV Yasmin setiap bulannya. Sehingga struktur organisasi digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1 Struktur Organisasi
Pemilik CV Yasmin

Pengelola BUGK

Garis Perintah
Garis Pertanggungjawaban dan Pelaporan

3.2 Pembahasan
3.2.1 Bahan dan Alat Produksi
a. Bahan
Secara umum bahan-bahan untuk pembuatan semangkok baso bukan suatu
hal yang bersifat rahasia. Hampir semua penikmat dan penggemar baso, pasti
mengetahuinya. Hanya saja, ada rahasia tersendiri bagi para pedagang baso untuk
meracik bumbu-bumbu baso tersebut.
Bahan utama untuk membuat baso urat yaitu daging yang dicampur urat.
Secara terperinci bahan yang digunakan untuk membuat baso adalah:

8

Tabel 1 Bahan pembuatan baso
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Keterangan
Daging
Urat
Mie kuning
Mie putih
Sayuran (toge, sawi, seledri, dll)
Saos
Kecap
Cuka
Cabe
Bawang goreng
Garam
Penyedap rasa
Bahan penolong (air)

b. Alat
Berkenaan dengan peralatan yang digunakan pada usaha BUGK ini,
penyusun mengkategorikan peralatan tersebut menjadi dua bagian, yaitu alat
produksi dan alat/item pendukung.
Alat produksi ini berhubungan langsung dengan proses pembuatan baso.
Alat produksi tersebut adalah :
Tabel 2 Alat Produksi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Keterangan
Kompor gas + tabung
Kompor
Panci air baso
Panci masak air
Baskom besar
Wajan
Pisau
Talenan
Sendok baso
Saringan
Wadah bumbu

9

Adapun peralatan dan item pendukung yang digunakan adalah :
Tabel 3 Alat/item pendukung
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Keterangan
Gerobak bakso
Rak piring
Lap
Meja
Kursi
Mangkok
Sendok
Garpu
Tempat Sendok
Gelas
Wadah tisu
Dispenser
Asbak

3.2.2 Siklus Produksi
Asumsi dasar yang penyusun gunakan berkenaan dengan siklus produksi
dalam penelitian ini adalah siklus penjualan harian. Dengan kata lain, siklus ini
dimulai dari belanja bahan-bahan, buka kios, penjualan baso, hingga kios tutup.

3.2.3 Data Biaya dan Volume Produksi
Untuk perlu diketahui, bahwa usaha BUGK ini merupakan usaha yang
menggunakan model usaha bagi hasil, sehingga untuk biaya tenaga kerja
ditiadakan.
a. Data Biaya
Tabel 4 Biaya bahan-bahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Keterangan
Daging
Urat
Mie kuning
Mie putih
Toge, sayur, seledri
Saos
Kecap
Cuka

10

Harga
(Rp)
255.000
84.000
20.000
20.000
12.000
30.000
21.000
4.000

No
9
10
11
12
13

Harga
(Rp)
5.500
21.000
2.000
10.500
23.000
508.000

Keterangan
Cabe
Bawang goreng
Garam
Penyedap rasa
Biaya giling
Total

Tabel 5 Biaya Peralatan
No

Keterangan

Banyak

Harga
(Rp)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Gerobak bakso
Kompor gas + tabung
Kompor
Panci air baso
Panci masak air
Baskom besar
Wajan
Pisau
Talenan
Sendok baso
Saringan
Wadah bumbu
Rak piring
Lap
Meja
Kursi
Mangkok
Sendok
Garpu
Tempat Sendok
Gelas
Wadah tisu
Dispenser
Asbak
Total

1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
4
1
6
4
16
30
30
30
4
30
4
1
4

500.000
475.000
75.000
275.000
50.000
5.000
35.000
2.500
5.000
10.000
10.000
7.500
100.000
3.333
50.000
23.000
2.500
583
583
4.000
833
10.000
100.000
2.500

Total
(Rp)

Masa
pakai*)

500.000
475.000
150.000
275.000
50.000
5.000
35.000
5.000
5.000
10.000
10.000
30.000
100.000
20.000
200.000
368.000
75.000
17.500
17.500
16.000
25.000
40.000
100.000
10.000
2.539.000

5
3
1
1
1
1
1
0,5
1
1
1
1
2
0,5
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2

Keterangan :
*) per tahun dan habis pakai
**) metode yang digunakan adalah metode rata-rata

11

Penyusutan**)
per bulan
per hari
(Rp)
(Rp)
8.333
278
13.194
440
12.500
417
22.917
764
4.167
139
417
14
2.917
97
833
28
417
14
833
28
833
28
2.500
83
4.167
139
3.333
111
8.333
278
15.333
511
3.125
104
729
24
729
24
667
22
1.042
35
1.667
56
8.333
278
417
14
117.736
3.925

Tabel 6 Biaya lain-lain
No
1
2
3
4

Per bulan
(Rp)
666.667
100.000
150.000

Keterangan
Biaya sewa gedung***)
Biaya listrik
Biaya Air
BBM
Total

Per hari
(Rp)
22.222
3.333
5.000
17.500
48.055

Keterangan :
***) Biaya sewa gedung adalah Rp 800.000,00 per tahun

3.2.4 Perhitungan HPP Total
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa asumsi dasar yang
digunakan adalah asumsi penjualan harian, sehingga HPP total yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah HPP per hari.

Tabel 7 HPP Total
No
1
2

Keterangan
Biaya bahan-bahan
Biaya Overhead
- BBM
- Biaya sewa gedung
- Biaya listrik
- Biaya Air
- Biaya Penyusutan
Total

Per hari
(Rp)
508.000
17.500
22.222
3.333
5.000
3.925
559.980

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa HPP total pada BUKG adalah sebesar
Rp559.980,00.

3.2.5 Perhitungan HPP Per Satuan
Untuk HPP per satuan yang penyusun maksudkan disini adalah HPP untuk
menghasilkan semangkok baso, sehingga perhitungan HPP per satuan untuk

12

BUKG adalah HPP total harian dibagi dengan jumlah baso yang dihasilkan dalam
satuan mangkok. Perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut:
HPP Per Satuan 

HPP Total Harian
Jumlah baso dalam satuan mangkok

Sementara, untuk jumlah baso yang dihasilkan dengan bahan-bahan yang
dipaparkan di atas, dapat menghasilkan rata-rata 125 mangkok baso.
Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa HPP per satuan pada BUKG
adalah sebesar Rp4.480,00. Perhitungannya adalah:
HPP Per Satuan 

13

559.980
 4.480
125

BAB IV
KESIMPULAN

Kesalahan dalam perhitungan HPP dapat mengakibatkan penentuan harga
jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Oleh karena
perhitungan HPP pun menjadi satu hal penting untuk dilakukan bagi setiap
perusahaan.
Salah satu unit usaha dari CV Yasmin yaitu BUKG yang terletak di
Malabar Ujung, Bogor, setelah dilakukan penelitian sederhana berkenaan dengan
perhitungan HPP dengan metode full costing, telah diketahui bahwa HPP total
hariannya adalah Rp559.980,00, dan HPP per satuan atau HPP per mangkoknya
adalah Rp4.480,00. Dengan penjualan dengan harga Rp5.000,00 per mangkoknya,
BUKG masih mendapatkan keuntungan sebesar Rp520,00.

14

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELASTISITAS TRANSMISI HARGA IKAN LEMURU DI DAERAH PENANGKAPAN IKAN KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

23 357 18

STUDI ANALISA PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI JAWA TIMUR

24 197 1

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD "KANJURUHAN" KEPANJEN KABUPATEN MALANG

7 58 29

ENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIIIE SMP NEGERI 1 BALUNG SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012

0 63 18

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA DENGAN MODEL PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN GAMBIRAN 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 17

IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN MENGENAL UNSUR BANGUN DATAR KELAS II SDN LANGKAP 01 BANGSALSARI

1 60 18

KEADAPTIFAN UNTUK SEPULUH GENOTIPE KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PRODUKSI

1 89 52

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA SEISMIK 2D UNTUK PERHITUNGAN MANUAL GROSS ROCK VOLUME RESERVOAR PADA LAPANGA YTS

14 189 75