Analisis Potensi Zakat Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Muzaki Membayar Zakat Di Kota Bogor

ANALISIS POTENSI ZAKAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI MUZAKI MEMBAYAR ZAKAT
DI KOTA BOGOR

YUSRINI SANTIKA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Potensi Zakat
dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Muzaki Membayar Zakat di Kota Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Yusrini Santika
NIM H54110057

ABSTRAK
YUSRINI SANTIKA. Analisis Potensi Zakat dan Faktor-faktor yang
Memengaruhi Muzaki Membayar Zakat di Kota Bogor. Dibimbing oleh ALLA
ASMARA dan DENI LUBIS.
Kesenjangan antara potensi zakat nasional dengan dana zakat yang
terkumpul memperlihatkan kurangnya motivasi muzaki dalam membayar zakat.
Jumlah penduduk Kota Bogor yang mayoritas muslim memperlihatkan secara
implisit besarnya potensi zakat di Kota Bogor. BAZNAS Kota Bogor memiliki
program unggulan dalam mendistribusikan dana zakat yang terkumpul kepada
mustahik. Semakin besar dana zakat yang terkumpul, semakin banyak program
yang terealisasi untuk menyejahterakan mustahik. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis potensi zakat dan faktor-faktor yang memengaruhi muzaki
membayar zakat di Kota Bogor, serta mengidentifikasi alasan muzaki memilih
tempat berzakat. Analisis potensi zakat menggunakan pendekatan 3 sektor yaitu

zakat dari rumah tangga, perusahaan (BUMD dan industri swasta) dan tabungan,
sedangkan metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi muzaki membayar zakat adalah analisis faktor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa potensi zakat Kota Bogor tahun 2015 mencapai Rp462 402
202 437, sedangkan hasil analisis faktor diketahui bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi muzaki membayar zakat di Kota Bogor yaitu faktor organisasi,
kepedulian sosial, pemahaman zakat, pemahaman agama, balasan dan keimanan.
Alasan muzaki memilih berzakat di organisasi formal seperti BAZNAS atau UPZ
dan LAZNAS adalah faktor transparansi sedangkan alasan muzaki yang
membayar langsung kepada mustahik adalah faktor lingkungan.
Kata kunci: analisis faktor, motivasi muzaki, zakat perusahaan, zakat rumah
tangga, zakat tabungan

ABSTRACT
YUSRINI SANTIKA. Analysis of Zakat Potential and Factors Influence Muzaki
Pay Zakat in Bogor City. Supervised by ALLA ASMARA and DENI LUBIS.
Gap between national zakat potential and collected zakat fund shows lack of
muzaki‟s motivation in paying zakat. The majorities of Bogor citizen are moslem,
so that potential of zakat implicitly in Bogor City is large. The BAZNAS of Bogor
city has superior programs in distributing collected zakat fund to mustahik. More

and more collected high zakat fund, even more realized programs to make
mustahik prosperous. The goal of this research are analyzing zakat potential and
factors that influence muzaki pay zakat in Bogor city and identify the reason of
muzaki in selecting the tithed place. Analyzing of zakat potential in the research
uses 3 sectors those are zakat of household, company (BUMD and private
industry) and savings, while used analysis method to analyze the factors that
influence muzaki pay zakat. The result of the research shows that zakat potential
in Bogor city in 2015 reached for Rp462 402 202 437. While the result of factor

analysis was known that factors influenced muzaki pay zakat in Bogor City those
were factor of organization, caring of social, knowledge of zakat, knowledge of
religion, reward and faith. The reason of muzaki chooses to pay zakat at the
formal organizations such as BAZNAS or UPZ and LAZNAS is transparency
factor, while reason of muzaki pay zakat to mustahik directly is the factor of
environmental.
Keywords: factor analysis, muzaki‟s motivation, zakat of company, zakat of
household, zakat of savings

ANALISIS POTENSI ZAKAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI MUZAKI MEMBAYAR ZAKAT

DI KOTA BOGOR

YUSRINI SANTIKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Potensi
Zakat dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Muzaki Membayar Zakat di Kota
Bogor. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Orang tua tercinta khususnya Ibu Rosmiati yang telah merawat dan mendidik
penulis sejak kecil hingga saat ini dengan penuh cinta dan kasih sayang,
Bapak Okky Oktardiono, Ibu Siti Nursilah Syarif, Bapak Zaenal Amirullah,
kakak Sona Vebrian dan adik Arnold serta keluarga besar Syarif atas segala
doa dan dukungan yang selalu diberikan.
2. Bapak Dr. Alla Asmara, S.Pt., M.Si dan Bapak Deni Lubis, S.Ag, M.A selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, saran dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, SP., M.Sc.Ec selaku penguji utama dan dosen
penguji dari komisi pendidikan Ibu Heni Hasanah, SE., M.Si atas kritik dan
saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
4. Seluruh pihak instansi BPS Kota Bogor, BAZNAS Kota Bogor, LAZNAS
Daarut Tauhid dan UPZ Baitussalam yang telah membantu dalam penyediaan
data untuk penyelesaian skripsi ini.
5. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
6. Kelompok bimbingan Ekonomi Syariah, Siti Nurmu‟minah Fitriah dan Ade
Irwansyah yang telah saling berbagi ilmu dan pelajaran dalam menyelesaikan

skripsi.
7. Keluarga kecil penulis yaitu Fakhri Isnan, Qonita, Fakhri Azhari dan Rachmat
Darmawan serta para sahabat eksyar Gresi Sasprintia, Elsa Octavia, Rr
Iffatunisa, Mega, Salma Safira, Annisa Wulan, Apriyani, Nindya Andika dan
Ziad yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47, 48 dan
49 atas bantuan, kritik, saran, doa dan dukungannya.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015
Yusrini Santika

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiii


DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2


Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Zakat

3


Potensi Zakat

4

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Muzaki Membayar Zakat

6

Penelitian Terdahulu

7

Kerangka Pemikiran

8

METODE PENELITIAN

10


Waktu dan Lokasi Penelitian

10

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

10

Metode Pengambilan Sampel

10

Metode Analisis Data

11

GAMBARAN UMUM

14


Gambaran Umum Kota Bogor

14

Kondisi Ekonomi Kota Bogor

15

Kondisi Zakat Kota Bogor

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

18

Potensi Zakat Kota Bogor

18

Karakteristik Responden

20

Faktor-faktor yang Memengaruhi Muzaki Membayar Zakat di Kota Bogor

22

Alasan Muzaki dalam Memilih Tempat Membayar Zakat

26

SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

27

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

40

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Potensi zakat nasional
Potensi zakat rumah tangga nasional
Penerimaan dana zakat oleh BAZNAS Kota Bogor periode 2011-2014
Data sekunder yang digunakan untuk analisis potensi zakat Kota Bogor
Pertumbuhan penduduk Kota Bogor tahun 2011-2014
Jumlah dan persentase penduduk muslim Kota Bogor
Jumlah penduduk miskin Kota Bogor tahun 2011-2013
Penerimaan sumber zakat mal di BAZNAS Kota Bogor tahun 2014
Penyerapan alokasi dan realisasi anggaran BAZNAS Kota Bogor 2014
(dalam juta rupiah)
Potensi zakat rumah tangga Kota Bogor tahun 2015
Potensi zakat BUMD Kota Bogor tahun 2015
Potensi zakat industri swasta Kota Bogor tahun 2015
Total potensi zakat perusahaan di Kota Bogor tahun 2015
Potensi zakat tabungan Kota Bogor tahun 2015
Total potensi zakat Kota Bogor tahun 2015
Karakteristik responden
Variabel penelitian
Hasil uji KMO
Faktor-faktor yang memengaruhi muzaki membayar zakat
Urutan faktor yang memengaruhi muzaki membayar zakat
Persentase alasan muzaki dalam memilih tempat membayar zakat

1
2
2
10
15
15
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
22
23
24
25
26

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka pemikiran penelitian operasional

9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner penelitian
2 Persentase laju PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan
tahun 2007-2014
3 Tabel r
4 Uji validitas
5 Hasil uji realibilitas
6 Anti-image matrices
7 Tabel Communalities
8 Total variance explained
9 Tabel Rotated component matrix

30
34
34
35
35
36
37
38
39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Zakat adalah rukun Islam setelah salat yang merupakan suatu kewajiban
yang telah ditetapkan dalam Al-Quran. Selain berkaitan erat dengan nilai
ketuhanan, zakat juga mengandung nilai kemanusiaan. Zakat merupakan alat
bantu sosial mandiri yang menjadi kewajiban moral bagi orang kaya untuk
membantu golongan yang tidak mampu. Pendistribusian dana zakat secara tepat
diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat yang tergolong 8 ashnaf.
Dengan demikian, hal tersebut akan meningkatkan produktivitas, meningkatkan
pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.
Pengumpulan dana zakat yang optimal di Indonesia saat ini masih sulit
untuk dilakukan. Berdasarkan hasil riset Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB)
2009 (dalam Firdaus, Beik, Irawan dan Juanda 2012), mengungkapkan bahwa
total potensi zakat nasional adalah 217 triliun rupiah (Tabel 1), tetapi dana zakat
yang terserap hanya sekitar 1% dari potensi zakat nasional.
Tabel 1 Potensi zakat nasional
Keterangan
Potensi zakat (triliun rupiah)
Potensi zakat rumah tangga
82.7
Potensi zakat industri swasta
114.9
Potensi zakat BUMN
2.4
Potensi zakat tabungan
17.0
Total potensi zakat nasional
217.0
Sumber: Firdauset al. (2012)

Berdasarkan Badan Pusat statistik (BPS) 2009 (dalam Firdaus dan Beik
2011), wilayah potensi zakat dibagi kedalam dua bagian, yaitu wilayah dengan
potensi zakat tertinggi dan wilayah dengan potensi zakat terendah. Pada Tabel 2
terlihat bahwa provinsi yang masuk pada wilayah dengan potensi zakat tertinggi
adalah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kemudian Papua Barat, Papua
dan Bali termasuk pada wilayah dengan potensi zakat terendah. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa jumlah penduduk muslim pada suatu daerah memengaruhi
tingkat potensi zakat di daerah tersebut. Pada wilayah yang berpotensi tinggi,
diketahui bahwa mayoritas penduduknya adalah beragama Islam dan pada
wilayah yang potensi zakatnya rendah diketahui mayoritas penduduknya bukan
beragama Islam.

2

Tabel 2 Potensi zakat rumah tangga nasional
Keterangan
Nama wilayah
Potensi zakat (Rp)
Wilayah dengan potensi
Jawa Barat
17.67 triliun
zakat tertinggi
Jawa Timur
15.49 triliun
Jawa Tengah
13.28 triliun
Wilayah dengan potensi
Bali
126.25 miliar
zakat terendah
Papua
117.44 miliar
Papua Barat
111.68 miliar
Sumber: Firdaus dan Beik (2011)

Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah potensi zakat tertinggi yakni
sebesar 17.67 triliun rupiah. Provinsi Jawa Barat terdiri atas 18 kabupaten dan 9
kota. Salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yaitu Kota Bogor, terkenal dengan
BAZNAS yang memiliki program kerja unggulan dan banyak meraih
penghargaan. Penduduk muslim di Kota Bogor merupakan jumlah mayoritas
dalam keseluruhan jumlah penduduk. Berdasarkan BPS Kota Bogor 2014, jumlah
penduduk muslim di Kota Bogor sebesar 91%, secara implisit bahwa Kota Bogor
memiliki potensi zakat yang besar. Semakin besar potensi dana zakat yang
terhimpun oleh BAZNAS Kota Bogor, maka upaya untuk menyejahterakan
mustahik melalui pelaksanaan program-programnya dapat lebih ditingkatkan.
Pertumbuhan zakat mal di Kota Bogor terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Pada periode 2011-2014, pertumbuhan rata-rata dana zakat yang
diterima BAZNAS Kota Bogor adalah sebesar 46.3% dari sisi total zakat yang
diterima. Penerimaan dana zakat di Kota Bogor dapat dilihat pada (Tabel 3).
Tabel 3 Penerimaan dana zakat oleh BAZNAS Kota Bogor periode 2011-2014
Tahun
2011
2012
2013
2014

Total zakat (miliar rupiah)
2.12
4.41
4.99
5.90

Pertumbuhan tahunan (%)
108
13
18

Sumber: BAZNAS Kota Bogor, (diolah)

Perumusan Masalah
Jumlah penduduk Kota Bogor yang mayoritas muslim yakni sebesar 91%,
secara implisit dapat diartikan bahwa Kota Bogor memiliki potensi zakat yang
besar, namun nominal dari potensi zakat tersebut belum diketahui secara pasti.
Dana zakat yang terkumpul di BAZNAS Kota Bogor dapat didistribusikan ke-8
ashnaf dalam berbagai program unggulan. Pengumpulan dana zakat tahun 20112014 telah mengalami peningkatan yang diharapkan dengan semakin
meningkatnya dana zakat yang terkumpul, semakin banyak pula program
BAZNAS Kota Bogor yang terealisasi untuk menyejahterakan mustahik. Disisi
lain, di Kota Bogor terdapat organisasi pengelola zakat selain BAZNAS atau UPZ
(Unit Pengelola Zakat) yang termasuk organisasi formal seperti Lembaga Amil
Zakat Nasional (LAZNAS). Oleh karena itu, penelitian ini akan menggali
beberapa aspek permasalahan, yaitu:
1. Berapa besar potensi zakat di Kota Bogor?

3

2.
3.

Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi muzaki Kota Bogor dalam
membayar zakat?
Faktor apa yang menjadi alasan muzaki dalam memilih tempat membayar
zakat?
Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis potensi zakat di Kota Bogor.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi muzaki Kota Bogor dalam
membayar zakat.
3. Mengidentifikasi alasan muzaki dalam memilih tempat membayar zakat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Sebagai kontribusi berupa wawasan, informasi dan pengetahuan bagi penulis
sendiri serta bagi para pembaca yang menaruh perhatian besar di bidang
ekonomi Islam.
2. Menambah pengetahuan bagi masyarakat, khususnya bagi OPZ (Organisasi
Pengelola Zakat) untuk mengambil kebijakan dalam memaksimalkan potensi
zakat.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi potensi zakat dan menganalisis
faktor-faktor yang memengaruhi muzaki dalam membayar zakat di Kota Bogor.
Estimasi penghitungan potensi zakat di Kota Bogor dihitung secara matematis
melalui pendekatan 3 sektor yaitu, sektor rumah tangga, perusahaan (BUMD dan
industri swasta) dan tabungan. Kemudian penelitian dalam menganalisis faktorfaktor yang memengaruhi muzaki membayar zakat ini berjumlah 60 responden
beragama Islam di Kota Bogor yang telah membayar zakat mal langsung ke
mustahik ataupun melalui organisasi formal seperti BAZNAS atau UPZ dan
LAZNAS.

TINJAUAN PUSTAKA
Zakat
Kewajiban Zakat
Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat Islam. Zakat merupakan salah
satu rukun Islam yang selalu disebutkan sejajar dengan salat. Inilah yang
menunjukkan betapa pentingnya zakat sebagai salah satu rukun Islam (Al-Ba‟ly
2006). Tentang ancaman yang menentang adanya zakat, Allah swt. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang
alim yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan

4

jalan yang bathil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah swt.
dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah swt., maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih (QS At-Taubah [9]: 34).
Syarat Wajib Zakat
Zakat merupakan kewajiban yang tidak dibebankan kepada setiap orang
(Hafidhuddin, Pramulya 2008). Kewajiban zakat hanya dibebankan kepada
mereka yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu:
1. Islam
Zakat adalah sebuah ibadah dan hanya wajib dilakukan setelah seseorang
memeluk agama Islam.
2. Merdeka
Orang yang merdeka bebas dari perbudakan, hidup dengan layak. Memiliki
harta benda yang mencapai nisab (batas minimal harta yang harus dikeluarkan
zakatnya dalam jumlah tertentu).
3. Dewasa dan waras
Para ulama sependapat tentang wajibnya zakat pada kekayaan seorang muslim
yang dewasa dan waras. Bagi kekayaan anak-anak dan orang gila wajib
dizakatkan oleh wali.
Syarat Harta Zakat
Penetapan harta menjadi sumber atau objek zakat terdapat ketentuan yang
harus dipenuhi (Hafidhuddin 2002). Syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya
adalah sebagai berikut:
1. Harta milik penuh, bukan pinjaman atau piutang.
2. Harta tersebut didapatkan dengan cara dan usaha yang baik serta halal.
Artinya, harta yang haram baik substansi bendanya maupun cara
mendapatkanya, jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat, karena Allah
swt. tidak akan menerimanya. Hal ini sejalan QS Al-Baqarah: 267 dan 188
serta An-Nisaa‟: 29.
3. Harta yang berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan, seperti melalui
kegiatan usaha, perdagangan atau yang ditabungkan.
4. Harta mencapai nisab, lebih dari kebutuhan pokok. Zakat dikeluarkan setelah
terdapat kelebihan dari kebutuhan hidup sehari-hari yang terdiri atas
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan
yang jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan
dalam hidup.
5. Harta mencapai haul atau setahun.
Potensi Zakat
Zakat Rumah Tangga
Potensi zakat rumah tangga diperkirakan berdasarkan pendapatan profesi
yang melebihi standar nisab. Jenis zakat dibayarkan dikenal sebagai zakat profesi.
Profesi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok. Pertama, profesi yang tidak
tergantung pada orang lain, berkat kecekatan tangan ataupun otak. Penghasilan
yang diperoleh dengan cara ini merupakan penghasilan profesional, seperti

5

seorang dokter, pengacara, penjahit dan lain-lain. Kedua, profesi yang dilakukan
untuk pihak lain, baik pemerintahan, perusahaan maupun perorangan dengan
memeroleh penghasilan berupa gaji, upah atau honorium (Qardawi 2011).
Hafidhuddin (2002) berpendapat bahwa hal ini disebut pendekatan ijmali
(global), yang memungkinkan perluasan cakupan objek zakat sebagai item yang
memenuhi persyaratan syariah. Hal ini didasarkan pada arti umum amwal
(pendapatan dan kekayaan) dalam berbagai ayat, seperti di QS Al-Taubah (9): 103
dan QS Al-Baqarah (2): 267, yang dapat mencakup semua jenis kekayaan.
Pendapatan yang hampir disepakati antara pendapat ulama kontemporer
adalah tidak berlakunya kaidah haul, dengan menganalogikan pendapatan yang
diperoleh dari hasil profesi sama seperti hasil pertanian yang tidak menerapkan
kaidah haul, yaitu ditunaikan atau dikeluarkan zakatnya ketika panen, sehingga
untuk zakat penghasilan ditunaikan zakatnya ketika menerima penghasilan
profesinya. Namun dibolehkan penuaianya diakumulasikan pada akhir tahun.
Pendapat lain dari Ghazali dalam kitabnya al Islam wal Audha’ul Iqtishadiyyah
(dalam Firdaus et al. 2012) memaparkan bahwa orang yang memiliki pemasukan
yang tidak kurang dari pemasukan seorang petani yang wajib zakat maka wajib
mengeluarkan zakat yang sama yaitu 5% atau 10% tanpa ada persyaratan haul.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat Nomor 23 tahun 2011 menyebutkan
secara implisit penghasilan dari profesi diizinkan sebagai salah satu sumber zakat.
Oleh karena itu, tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini. Masalah muncul saat
memutuskan standar nisab dan tingkat zakat yang akan diadopsi di negara ini.
BAZNAS sebagai lembaga zakat pemerintah tertinggi telah memutuskan untuk
menggunakan pertanian sebagai dasar standar nisab dan 2.5% sebagai tingkat
zakat yang harus dibayar oleh pembayar zakat. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan analogi syabah yaitu penggabungan antara standar nisab zakat
pertanian (524 kg beras) dengan nisab emas yang tingkat kadarnya (2.5%) untuk
menghitung estimasi potensi zakat rumah tangga.
Zakat Perusahaan
Zakat perusahaan adalah salah satu hasil ijtihad kontemporer dalam
perluasan objek harta yang harus dikeluarkan zakatnya (Ridlo 2007). Fatwa
Syaikh Utsaimin (salah seorang ulama anggota Majelis Ulama Kerajaan Arab
Saudi) menyatakan bahwa harta perusahaan terbagi menjadi dua macam, yaitu
harta yang tidak diwajibkan untuk berzakat dan harta yang diwajibkan untuk
berzakat. Harta yang tidak terkena kewajiban zakat adalah alat-alat, perangkat
keras, mobil, bangunan dan peralatan yang akan digunakan yang tidak
dimaksudkan untuk dijual untuk mengambil keuntungan. Kemudian harta yang
terkena kewajiban berzakat memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Simpanan barang yang telah dibeli dan bertujuan untuk dijual, dihitung
nilainya di akhir tahun, tanpa memandang harga beli.
2. Uang tunai yang ada di perusahaan atau yang disimpan di tabungan.
3. Piutang yang diharapkan bisa ditagih.
4. Keuntungan dari hasil merakit atau membuat barang, bila sudah mencapai
nisab dan sudah berlalu satu tahun.
5. Keuntungan dari hasil perdagangan, jika sudah mencapai nisab.
Jika pada perusahaan terdapat lima jenis harta tersebut atau hanya
sebagiannya, maka perusahaan tersebut wajib mengeluarkan zakatnya sesuai

6

dengan jenis harta yang ada padanya. Cara mengeluarkan zakat pada perusahaan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi jenis harta yang berupa simpanan barang, uang tunai dan piutang, maka
mengeluarkan zakatnya adalah pada akhir tahun. Zakat yang dikeluarkan
adalah sebesar 2.5% dari harta tersebut.
2. Zakat dari keuntungan dikeluarkan pada akhir tahun anggaran sebesar 2.5%.
Jika keuntungan telah dikeluarkan sepanjang tahun dan tidak tersisa hingga
akhir tahun, maka tidak ada kewajiban padanya.
Zakat Tabungan
Zakat tabungan adalah zakat harta yang diperoleh dari hasil harta simpanan
atau tabungan. Allah swt. mengecam orang yang enggan berzakat dengan firmanNya: “dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (termasuk tabungan atau
deposito) dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah swt. maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih” (QS. AtTaubah: 34). Nabi saw. juga mengutuk orang-orang yang berusaha untuk
menghindari kewajiban zakat. Rasulullah bersabda: “Tiadalah bagi pemilik
simpanan yang tidak menunaikan zakatnya, kecuali dibakar diatasnya di neraka
jahanam” (HR Bukhori dalam Sudarmadi 2009).
Berdasarkan penjelasan di atas maka seluruh harta simpanan atau tabungan
yang sudah dimiliki selama satu tahun (haul) dan cukup nisabnya setara dengan
emas 85 gram maka wajib zakat. Zakat tabungan harus dibayar ketika memenuhi
kondisi nisab dan sudah haul. Potensi zakat tabungan diperkirakan dengan
mengalikan total jumlah simpanan dengan 2.5%.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Muzaki Membayar Zakat
Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima'iyyah yang memiliki posisi yang sangat
penting, strategis dan sangat menentukan, baik dari sisi ajaran maupun dari sisi
pembangunan ekonomi umat (Qardawi 2011). Sebagai suatu ibadah pokok, zakat
termasuk salah satu rukun Islam yang utama, sehingga keberadaannya merupakan
bagian mutlak dari keislaman seseorang. Seseorang muslim yang menunaikan
zakat adalah semata-mata didorong oleh keimanannya kepada Allah swt. dengan
melaksanakan perintah-Nya. Hal tersebut sama halnya dengan keimanan seorang
muslim dalam menunaikan perintah wajib salat, puasa dan haji.
Faktor utama yang seharusnya memengaruhi seseorang dalam
mengeluarkan zakat adalah faktor peribadahan. Seorang muslim seharusnya
menyadari keadaan dirinya sebagai hamba Allah swt. yang harus menjalankan
segala sesuatu yang diperintahkan-Nya, termasuk ibadah zakat. Allah swt. telah
berfirman dalam Al-Quran mengenai perintah berzakat secara berulang-ulang
sebanyak 32 kali. Hal ini menunjukkan betapa penting dan wajibnya ibadah zakat
ini (Muda, Marzuki dan Shaharuddin 2006 dalam Mukhlis 2011). Zakat dapat
menciptakan keadilan sosial diantara masyarakat. Distribusi zakat yang baik akan
menyelesaikan masalah sosial ekonomi yang sampai saat ini masih terjadi,
menurunkan kesenjangan pendapatan dan mengurangi tingkat kemiskinan
(Ibrahim 2008).
Seseorang yang menyadari hal ini, akan semakin termotivasi untuk
membayar zakat, mereka ini adalah orang-orang yang cenderung peduli terhadap

7

keadaan sosial masyarakat di sekitar mereka. Diantara orang-orang yang berzakat,
ada yang menaruh harapan agar zakat yang mereka keluarkan akan membersihkan
diri mereka dan memeroleh ridha dari Allah swt.. Hal ini sebagaimana tercantum
dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 103 yang artinya, “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi
ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor ini memotivasi seseorang
untuk berzakat. Seseorang yang menjaga kewajiban berzakat menandakan
keimanan yang ada dalam dirinya. Hal ini karena upaya mereka dalam memenuhi
seruan perintah agama sangat ditentukan dari keyakinan mereka terhadap ajaran
agamanya (Muda et al. 2006 dalam Mukhlis 2011).
Beberapa studi mengungkapkan bahwa organisasi zakat memiliki pengaruh
yang signifikan dalam memotivasi seseorang dalam membayar zakat. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, Wahid dan Mohamad 2005 (dalam
Mukhlis 2011) menyebutkan bahwa faktor utama yang memengaruhi individu
dalam membayar zakat kepada lembaga formal adalah disebabkan kepuasan
tentang distribusi yang dilakukan oleh organisasi zakat dan kecakapan kerja
pengurus zakat itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Muda et al. 2006 (dalam Mukhlis 2011). Penelitian tersebut mengungkapkan
bahwa organisasi pengelola zakat memiliki peran yang penting dalam memotivasi
seseorang untuk berzakat. Pada tahun-tahun sebelumnya didapatkan bahwa
peningkatan penyerapan zakat yang signifikan terjadi karena upaya dari organisasi
zakat.
Penelitian Terdahulu
Firdaus et al. (2012) menjelaskan perhitungan total potensi zakat dengan
rinci yang dibagi ketiga bagian, yaitu: (1) Zakat dari sektor industri dan BUMN
(Badan Usaha Milik Negara), (2) Zakat dari rumah tangga dan (3) Zakat dari
tabungan. Potensi zakat dari sektor industri mencapai 114.89 triliun rupiah dan
sektor BUMN sebesar 2.4 triliun rupiah. Sektor rumah tangga berpotensi zakat
sebesar 82.7 triliun rupiah dan tabungan 17.00 triliun rupiah, sehingga dijumlah
sebesar 217.0 triliun rupiah potensi zakat di Indonesia.
Alhasanah (2011) menganalisis diskriminan faktor-faktor yang
memengaruhi partisipasi berzakat berinfak dan pemilihan tempat membayar zakat
studi kasus di Kabupaten Brebes. Hasil penelitian ini menunjukkan dalam taraf
nyata 10%, faktor yang memengaruhi partisipasi berzakat adalah faktor keimanan,
faktor althurism (kepekaan sosial), faktor penghargaan, faktor organisasi dan
faktor pendapatan. Dari analisis diskriminan yang digunakan, faktor yang
memengaruhi partisipasi rutin berinfak adalah faktor keimanan, faktor althurism,
faktor kepuasan, faktor pendidikan dan frekuensi infak. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi pemilihan tempat membayar zakat
pada taraf nyata 10% adalah faktor pendidikan dan keberadaan OPZ. Sinergi
antara kesadaran individu, regulasi dalam penarikan zakat dan kinerja organisasi
amil perlu dilakukan agar dana zakat yang terkumpul dapat meningkat dan
pendayagunaan zakat untuk mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan sosial
dapat berjalan optimal.

8

Mukhlis (2011) melakukan penelitian faktor-faktor yang memengaruhi
tingkat kepatuhan membayar zakat studi kasus Kabupaten Bogor. Hasilnya
menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat tidak
hanya faktor agama, ada faktor lain yaitu faktor altruism, faktor organisasi zakat,
faktor kepedulian sosial, faktor kepuasan diri, faktor mengharap balasan dan
faktor pujian. Faktor dominan yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat
adalah semua faktor tersebut kecuali faktor pujian. Metode yang digunakan adalah
analisis faktor, beberapa asumsi yang harus terpenuhi dalam analisis faktor yaitu
korelasi atau keterkaitan antar variabel harus kuat dan indeks perbandingan jarak
antara koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan harus kecil.
Sariningrum (2011) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
pembayaran zakat di Kota Palembang. Penelitian ini menggunakan analisis
potensi zakat dengan pendekatan pendapatan untuk melihat potensi zakat di Kota
Palembang. Kemudian analisis faktor dan analisis regresi logistik untuk menjawab
faktor-faktor yang memengaruhi pembayaran zakat di Kota Palembang. Hasilnya
potensi zakat di kota Palembang cukup besar, yaitu 331 milyar rupiah per tahun
atau mencapai 2% dari PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Kota
Palembang. Berdasarkan analisis faktor menunjukkan ada 4 faktor yang
melatarbelakangi seseorang untuk berzakat, yaitu faktor keimanan, faktor sosial
(altruism), faktor pemahaman agama dan faktor penghargaan. Faktor-faktor yang
memengaruhi pilihan organisasi zakat dilihat dari karakteristik individu yaitu
sebagai upaya bersyukur dan kesadaran akan adanya hak orang lain dalam harta.
Vendi (2014) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi muzaki dalam
membayar zakat studi kasus Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis faktor. Hasil analisis faktor
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi muzaki dalam membayar
zakat adalah faktor kepuasan, keimanan, kecakapan OPZ, sosialisasi dan publikasi,
balasan dan faktor regulasi. Alasan utama muzaki dalam memilih OPZ dalam
berzakat adalah faktor fatwa ulama dan tokoh setempat, selanjutnya karena alasan
kemudahan, sedangkan alasan utama muzaki memberikan zakat langsung kepada
mustahik adalah karena kepuasan, kemudahan dan kenyamanan.
Kerangka Pemikiran
Kota Bogor mayoritas penduduknya beragama Islam, secara implisit
potensi zakat besar, namun nominal potensi zakat Kota Bogor belum diketahui
secara pasti. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya,
dalam penelitian ini yang pertama akan dilakukan penghitungan estimasi potensi
zakat Kota Bogor secara matematis menggunakan pendekatan 3 sektor, yaitu
zakat dari rumah tangga, perusahaan (BUMD dan industri swasta) dan tabungan.
Semakin banyaknya dana zakat yang terkumpul akan menjalankan program
unggulan BAZNAS Kota Bogor secara optimal yang dapat menyejahterakan para
mustahik serta menekan angka kemiskinan di Kota Bogor. Dana zakat yang
terkumpul dipengaruhi oleh kemauan muzaki dalam membayar zakat, sehingga
tujuan kedua dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi muzaki dalam membayar zakat menggunakan metode analisis
faktor. Setelah dilakukan analisis faktor terhadap faktor-faktor yang memengaruhi
muzaki membayar zakat, diharapkan ada output yang dapat dijadikan sebagai

9

saran atau rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan pengumpulan dana zakat
di Kota Bogor.
Potensi zakat

Zakat perusahaan
(BUMD swasta dan industri)

Zakat rumah
tangga

Zakat tabungan

Faktor-faktor yang memengaruhi
muzaki membayar zakat

Internal
- Salat 5 waktu
- Salat berjamaah di masjid
- Rutin membaca Al-Quran
- Berpuasa di bulan Ramadhan
- Rutin hadis di majelis ilmu
- Percaya dengan semua balasan
- Upaya bersyukur kepada Allah
- Pemahaman zakat
- Mampu menghitung zakat sendiri
- Menyadari ada hak orang lain
- Senang disebut dermawan
- Merasa iba melihat fakir atau
miskin
- Senang membantu fakir atau
miskin
- Merasa bersalah ketika tidak
membayar zakat
- Senang dapat meningkatkan
ekonomi fakir atau miskin

Eksternal
- OPZ bekerja secara
profesional
- OPZ transparan dalam
hal laporan keuangan
- Kenyaman OPZ
- Layanan OPZ yang
memuaskan
- Sosialisasi OPZ melalui
media massa dan
elektronik
- Sosialisasi langsung
kepada masyarakat

Analisis faktor

Strategi kebijakan

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian operasional

10

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian untuk data primer dilakukan di Kota Bogor sejak April sampai
Juni 2015. Pemilihan tempat penelitian dilakukan di Kota Bogor dengan
pertimbangan bahwa Kota Bogor memiliki BAZNAS yang merupakan salah satu
lembaga pengelola zakat yang telah menghimpun dana zakat, infak dan sedekah
(ZIS) yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui penyebaran kuesioner
kepada muzaki yang telah membayar zakat mal di wilayah Kota Bogor. Kuesioner
penelitian (Lampiran 1) berisi tentang pertanyaan data diri muzaki, faktor-faktor
yang memengaruhi muzaki membayar zakat dan alasan muzaki memilih tempat
untuk berzakat.
Selanjutnya data sekunder yang digunakan untuk menganalisis potensi
zakat di Kota Bogor diperoleh dari instansi terkait, dapat dilihat pada Tabel 4.
Sumber data lain yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan melalui
BAZNAS Kota Bogor, buku, jurnal, skripsi dan internet.
Tabel 4 Data sekunder yang digunakan untuk analisis potensi zakat Kota Bogor
No Jenis data
Sumber data
Tahun
1. Pendapatan pekerja Kota
BPS Kota Bogor, (Survey
2014
Bogor
Angkatan Kerja
Nasional/SUSENAS)
2. Laba bersih BUMD (Badan a. PDAM Kota Bogor
2014
Usaha Milik Daerah) Kota b. BPR Bank Pasar Kota Bogor
Bogor
c. PD Pasar Kota Bogor
d. PD Jasa Transportasi Kota
Bogor
Laba bersih industri swasta BPS Kota Bogor, (Sensus
2006
Kota Bogor
Ekonomi)
3.
Tabungan Kota Bogor
Otoritas Jasa Keuangan
2014
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel data primer dilakukan dengan metode purposive
sampling, yaitu prosedur memilih sampel berdasarkan pertimbangan karakteristik
tertentu yang cocok dan diperlukan untuk menjawab penelitian (Juanda 2009).
Karakteristik tertentu yang diperlukan dalam penelitian faktor-faktor yang
memengaruhi muzaki membayar zakat di Kota Bogor adalah seorang muslim
yang telah membayar zakat mal di BAZNAS atau UPZ, LAZNAS maupun yang
langsung ke mustahik dan jumlah pendapatannya tidak kurang dari nisab (Rp3

11

500 000 per bulan). Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 60 orang
responden yang terdiri atas:
a. Sebanyak 20 responden muzaki yang membayar zakat mal di BAZNAS
atau UPZ.
b. Sebanyak 20 responden muzaki yang membayar zakat mal di LAZNAS.
c. Sebanyak 20 responden muzaki yang membayar zakat mal langsung
kepada mustahik.
Jumlah sampel yang dianjurkan pada analisis faktor adalah 50 sampai 100
responden (Santoso 2010). Penulis mengambil sampel sebanyak 60 reponden, hal
ini didasari pada keterbatasan waktu, sumberdaya dan biaya yang dihadapi oleh
penulis.
Metode Analisis Data
Potensi zakat dianalisis menggunakan metode penghitungan dari 3 sektor,
yaitu zakat dari rumah tangga, perusahaan (BUMD dan industri swasta) dan
tabungan. Penggunaan pendekatan 3 sektor tersebut mengacu pada penelitian
Firdaus, et al. (2012). Data sekunder tersebut diolah menggunakan software excel
2013. Kemudian dari data primer, proses analisis faktor-faktor yang memengaruhi
muzaki membayar zakat menggunakan software Statistical Product and Service
Solutin (SPSS) 22. Data primer berupa hasil kuesioner dengan skala likert 1
sampai 5. Skala likert dalam penelitian data primer digunakan untuk memberi
(nilai skor) terhadap pernyataan dalam kuesioner penelitian. Jumlah skala likert
yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 5:
1. Jawaban sangat setuju diberi skor 5
2. Jawaban setuju diberi skor 4
3. Jawaban cukup setuju diberi skor 3
4. Jawaban tidak setuju diberi skor 2
5. Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1
Penggunaan skala likert ini bertujuan untuk mengukur sikap dan pendapat
masyarakat. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang gejala atau kejadian sosial (Riduwan 2010).
Data diolah dengan metode analisis faktor yang sebelumnya dilakukan uji
validitas dan uji realibilitas.
Analisis Potensi Zakat
Menganalisis potensi zakat Kota Bogor menggunakan pendekatan 3 sektor
dari zakat dari rumah tangga, perusahaan (BUMD dan industri swasta) dan
tabungan. Berikut metode penghitungannya:
1. Zakat rumah tangga
Zakat rumah tangga didapat dari pendapatan profesi. Zakat profesi dihitung
berdasarkan qiyas (analogi) syabah yaitu perpaduan zakat pertanian dan zakat
emas atau perak (Hafidhudin 2002). Dari sudut nisab dianalogikan pada zakat
pertanian yaitu sebesar 524 kg beras dan dikeluarkan pada saat menerimanya.
Dari sudut kadar zakat, dianalogikan pada zakat emas yaitu sebesar 2.5%.
........(1)

12

Keterangan:
Pendapatan per bulan harus mencapai nisab beras yaitu mencapai Rp3 500 000,
dengan asumsi harga beras pada tahun 2014 menurut HPP (Harga Pembelian
Pemerintah) beras adalah sekitar Rp6 600.
2. Zakat Perusahaan
Para ulama peserta Muktamar Internasional Pertama tentang Zakat (dalam
Hafidhuddin 2002), menganalogikan zakat industri perusahaan kepada zakat
perdagangan. Secara umum pola pembayaran dan penghitungan zakat perusahaan
adalah sama dengan zakat perdagangan. Nisabnya adalah senilai 85 gram emas
dan didasarkan pada seluruh harta ditambahkan keuntungan dikurangi
pembayaran utang dan kewajiban lainnya lalu dikeluarkan 2.5% sebagai zakatnya.
Sumber zakat perusahaan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Zakat BUMD
........(2)

Keterangan:
Laba perusahaan harus sebesar nisab 85 gram emas dan mencapai haul. Asumsi
harga emas tahun 2014 sebesar Rp500 000 per gram, sehingga nisab yang
dizakatkan dalam satu tahun harus mencapai Rp42 500 000.
b. Zakat industri swasta
........(3)

Keterangan:
Data laba bersih industri swasta didapat dari sensus ekonomi yang diadakan
sepuluh tahun sekali, sehingga data terakhir yang tersedia adalah data laba bersih
industri swasta tahun 2006. Penghitungan estimasi laba bersih industri swasta
tahun 2006 dalam penelitian ini diproyeksikan ke tahun 2014 dengan laju
pertumbuhan PDRB Kota Bogor menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan
dari masing-masing sektor (Lampiran 2). Potensi zakat dari industri swasta
diperoleh dari perusahaan yang laba bersihnya mencapai nisab sebesar Rp15 512
500 per tahun dengan asumsi harga emas tahun 2006 sebesar Rp182 500 per
gram.
3. Zakat tabungan
Zakat tabungan ini dianalogikan ke nisab emas. Nisabnya sebesar 85 gram
emas, kadarnya 2.5% dan ada haul.
........(4)

Keterangan:
Jumlah tabungan dapat berupa simpanan atau deposito. Jumlah tabungan harus
mencapai haul dan berjumlah sebesar Rp42 500 000 (asumsi harga emas tahun
2014 sebesar Rp500 000 per gram dikali 85 gram emas).

13

Analisis Faktor
Analisis faktor merupakan suatu teknik untuk meringkas sejumlah variabel
yang saling berkorelasi menjadi beberapa kelompok faktor yang masing-masing
menggambarkan suatu dimensi atau konsep tertentu (Firdaus, Harmini dan Farid
2011). Analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel yang
berkorelasi kuat diantara variabel sehingga akan terjadi pengelompokkan.
Variabel yang memiliki korelasi tinggi akan membentuk satu kerumunan faktor.
Analisis faktor termasuk dalam analisis interdependence technique, yaitu tidak
ada pembagian variabel menjadi variabel bebas dan variabel tergantung. Berbeda
dengan analisis dependence technique seperti regresi berganda dan analisis
diskriminan yang salah satu variabel menjadi variabel bebas dan variabel
tergantung (Suliyanto 2005). Berikut tahapan analisis dalam penelitian ini:
1. Uji validitas dan realibilitas
Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor dengan uji
validitas dan realibilitas terlebih dahulu. Uji validitas merupakan pengujian yang
dilakukan untuk mengukur valid atau tidaknya variabel pertanyaan penelitian
yang diteliti. Jumlah responden dalam uji validitas ini adalah 60 responden
dengan 22 variabel pertanyaan. Pengujian validitas kuesioner pada penelitian ini
menggunakan software SPSS 22 dengan metode Korelasi Pearson, yaitu dengan
cara mengorelasikan skor variabel dengan skor totalnya. Skor total adalah
penjumlahan dari seluruh variabel. Hasil uji validitas dilihat pada hasil output
SPSS pada tabel Validitas Statistic. Kaidah keputusan validitas yaitu (Priyatno
2014):
a. Jika rhitung 0.05 maka variabel tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
Besarnya angka (KMO-MSA) berkisar antara 0 hingga 1, jika digunakan dalam
menentukan penggabungan variabel ketentuannya sebagai berikut:

14

a. Jika bernilai 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.
b. Jika bernilai ≥ 0.05, maka variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut.
c. Jika bernilai 0.5), maka semakin baik analisis faktor karena semakin
besar karakteristik variabel asal yang dapat diwakili oleh faktor yang terbentuk
(Santoso dan Tjiptono 2001). Kemudian di tabel TVE terdapat initial eigenvalues
yang menggambarkan beberapa nilai. Pertama, total initial eigenvalues yang
menunjukkan jumlah faktor yang terbentuk. Kedua, percent of variance yang
menunjukkan keragaman yang dapat digambarkan oleh faktor yang terbentuk.
Variabel yang sudah masuk kedalam beberapa faktor, perlu dilakukan
proses rotasi terhadap seluruh variabel. Metode yang digunakan dalam proses
rotasi ini adalah metode varimax. Proses ini dapat memperjelas kedudukan
variabel terhadap faktor yang terbentuk (loading factor) nilainya (>0.5) pada tabel
rotated component matrix. Setelah mendapatkan faktor yang terbentuk beserta
variabel-variabel yang menyertainya, maka melalui nilai percent of variance
(tingkat keragaman) juga diperoleh faktor yang paling dominan berpengaruh.
4. Menamakan faktor
Langkah terakhir adalah memberi nama pada faktor yang terbentuk dari
hasil reduksi. Penamaan faktor bergantung pada nama-nama variabel yang
menjadi satu kelompok dengan interpretasi masing-masing analis dan aspek
lainnya (Santoso dan Tjiptono 2001).

GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Kota Bogor
Jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2014 sebesar 1 030 720 jiwa.
Pertumbuhan penduduk di Kota Bogor setiap tahunnya meningkat (Tabel 5).
Sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk, terjadi pula kenaikan jumlah rumah
tangga. Jumlah rumah tangga di Kota Bogor pada tahun 2014 adalah 253 934
dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4.06 orang, suatu
gambaran ideal untuk sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang
anak (BPS Kota Bogor 2015). Kemudian berdasarkan SUSENAS jumlah
angkatan kerja di Kota Bogor tahun 2014 sebanyak 849 990 pekerja (BPS Kota
Bogor 2014).

15

Tabel 5 Pertumbuhan penduduk Kota Bogor tahun 2011-2014
Laju pertumbuhan
penduduk (%)
Jumlah penduduk
(jiwa)
Jumlah rumah tangga
Rata-rata anggota rumah
tangga

2011

2012

2013

2014

1.84

1.77

0.81

1.75

987 315

1 004 831

1 013 019

1 030 720

238 227

243 665

246 627

253 934

4.14

4.12

4.11

4.06

Sumber: BPS Kota Bogor, diolah (2015)

Penduduk muslim Kota Bogor juga setiap tahun meningkat dapat dilihat
pada Tabel 6. Jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2014 mencapai sebesar 91%
beragama Islam (BPS Kota Bogor 2015).

Tahun
2011
2012
2013
2014

Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk muslim Kota Bogor
Jumlah penduduk muslim (jiwa)
Persentase pertumbuhan
penduduk muslim (%)
911 369
83
923 955
87
930 369
88
944 042
91

Sumber: BPS Kota Bogor, diolah (2015)

Kondisi Ekonomi Kota Bogor
Perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang
dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah
atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui
pertumbuhan nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Laju pertumbuhan ekonomi
Kota Bogor pada tahun 2014 adalah 5,97 persen, sedikit lebih lambat
dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 yang mencapai
5,99 persen. Penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi ini antara lain
dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan investasi di Indonesia (BPS Kota
Bogor 2015).
Garis kemiskinan Kota Bogor dari tahun 2009 sampai 2013 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012 garis kemiskinannya sebesar Rp335 894 per bulan.
Garis kemiskinan yang meningkat pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp360 518 per
bulan. Sementara itu, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan (Tabel 7).

16

Tabel 7 Jumlah penduduk miskin Kota Bogor tahun 2011-2013
Tahun
Jumlah penduduk
Persentase penduduk miskin
miskin (ribu jiwa)
(%)
2011
88.9
9.00
2012
84.8
8.48
2013
83.3
8.19
Sumber: BPS Kota Bogor, 2015 (diolah)

Kondisi Zakat Kota Bogor
BAZNAS Kota Bogor sampai sekarang tahun 2014 masih berupaya
menjalankan tugasnya semaksimal mungkin untuk menjadi lembaga yang dapat
melayani umat, baik yang berstatus muzaki maupun mustahik. Dalam
menjalankan tugasnya dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup
signifikan baik dari sisi pengumpulan maupun pendistribusian yang dikemas
dengan beberapa program unggulan diantaranya adalah:
1. Program Bidang Pendayagunaan dan Pendistribusian
a. Bogor Sehat
Program kerja yang fokus untuk melayani dan membantu masyarakat
dhuafa yang berkaitan dengan masalah kesehatan.
b. Bogor Cerdas
Program kerja yang fokus dalam membantu masyarakat dhuafa yang
berkaitan dengan masalah pendidikan dan peningkatan kapasitas
masyarakat.
c. Bogor Bertakwa
Program kerja yang fokus pada kegiatan-kegiatan dakwah untuk
meningkatkan kapasitas keimanan umat.
d. Bogor Peduli
Program kerja yang fokus melayani kesejahteraan masyarakat dhuafa dan
membantu masyarakat yang terkena bencana.
e. Bogor Berdaya
Program kerja yang fokus menangani masalah pemberdayaan ekonomi
masyarakat dhuafa.
2. Program Bidang Pengumpulan
a. Mengkomunikasikan kegiatan BAZNAS secara intensif
b. Merekrut muzaki baru
c. Menggemakan zakat ramadhan 1436 H
d. Merawat muzaki existing
e. Menguatkan struktur jaringan UPZ masjid
Program-program diatas dilaksanakan tidak hanya bersifat charity atau
bantuan sosial yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang sebentar, tetapi
bantuan yang disampaikan bisa untuk jangka panjang yang dapat merubah status
mustahik menjadi muzaki. Penghargaan prestasi yang diraih oleh BAZNAS Kota
Bogor, antara lain:
1. BAZ Kota Terbaik Tingkat Nasional tahun 2009 untuk kategori Kreativitas
Program Pendayagunaan versi BAZNAS.

17

2. BAZ Kota Terbaik Peringkat Dua Tingkat Nasional tahun 2010 versi Islamic
Social Responsibility.
3. Tata Kelola Keuangan Terbaik versi BAZNAS Jawa Barat tahun 2013.
Total penerimaan zakat mal di BAZNAS Kota Bogor tahun 2014 sebesar
Rp5 903 032 374. Persentase penerimaan zakat mal terbesar diperoleh dari zakat
muzaki personal, yaitu sebesar 74%. Penerimaan zakat mal dari muzaki
perusahaan sebesar 15% dan dari muzaki dinas atau instansi sebesar 11%. Jumlah
penerimaan zakat mal tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Penerimaan sumber zakat mal di BAZNAS Kota Bogor tahun 2014
No Sumber zakat
Jumlah zakat mal (Rp)
1
Muzaki personal
4 404 966 090
2
Muzaki dinas atau instansi
633 744 072
3
Muzaki perusahaan
864 322 212
Sumber: BAZNAS Kota Bogor, 2014 (diolah)

Besaran anggaran yang dialokasikan untuk bidang pendayagunaan dan
pendistribusian bersifat asumsi sehingga dalam pelaksanaan teknisnya sangat
bergantung pada progres pencapaian kegiatan bidang pengumpulan dalam
mengumpulkan dana zakat, infak dan shadaqah dari para muzaki. Program kerja
yang telah direncanakan pada rapat kerja diawal tahun 2014 menjadi acuan dalam
pelaksanaan kegiatan program selama tahun 2014. Terkait dengan pelaksanaan
program kerja yang sudah direncanakan, bidang pendayagunaan dan
pendistribusian mendapatkan alokasi anggaran berdasarkan ashnaf dalam 1 tahun
dari bagian keuangan BAZNAS Kota Bogor (BAZNAS Kota Bogor 2014).
Berikut Tabel 9 dapat dilihat besarnya penyerapan alokasi dan realisasi anggaran.
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat realisasi masih sedikit dibanding alokasi
anggaran.
Tabel 9 Penyerapan alokasi dan realisasi anggaran BAZNAS Kota Bogor 2014
(dalam juta rupiah)
Fakir Miskin Mualaf Riqab Gharimin Fisabilillah Ibnu
sabil
Alokasi
1 035 1 108
18
36
73
916
147
anggaran
Realisasi
478 852
0.7
18
928
11
anggaran
Sumber: BAZNAS Kota Bogor (2014)

Data tersebut menunjukkan betapa banyaknya masyarakat yang
membutuhkan keberadaan Badan Amil Zakat ditengah-tengah kehidupan
masyarakat. Tentu ini harus menjadi perhatian kita semua supaya eksistensi
lembaga Badan Amil Za