Space Utilization Analysis of Sunda Straits Coastal Area In Pandeglang Regency, Banten Province

ANALISA PEMANFAATAN RUANG
WILAYAH PESISIR DI PERAIRAN SELAT SUNDA
KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

SITI MAESAROH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Analisa Pemanfaatan Ruang
Wilayah Pesisir di Perairan Selat Sunda Kabupaten Pandeglang, Banten”
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Bogor, .Maret 2013

Siti Maesaroh
NRP A156110354

SUMMARY
SITI MAESAROH. Space Utilization Analysis of Sunda Straits Coastal Area
In Pandeglang Regency, Banten Province. Supervised by Dr. Ir. BABA
BARUS, MSc and Ir. LAODE SYAMSUL IMAN, MSi.
The coastal area of Pandeglang regency is a productive area and contains
high potential development, but currently it faces many problems that need to be
resolved. This study aims to: (1). Identify problems in coastal areas, (2) Analyze
dominant factor affect utilization of coastal areas, and (3) Analyze the spatial and
to search land suitability for fisheries, aquaculture, marine tourism, fishing
harbors and marine conservation. Analysis were conducted through questionnaires
to the experts to find criteria using Analytic Network Process (ANP) method,
spatial analysis using overlay technique, that standardized weights from ANP.
The results of this study showed the problems occuring in the coastal areas
due to overlapping policies and less coordination between sectors in managing
coastal areas. The interviews with respondents produced the weights of criteria
and parameters that have mutual influence in policy cluster function at 0.3488,
ecological at 0.3399 and socio economy at 0.3113. While the priority utilization

matrix in policy function, the influential criteria is RZWP3K at 16.89% and
RTRW at 16.81%. On socio-economic functions, the most influential criteria is
transportation at 6.67%, population structure at 6.65% and infrastructure at 6.32%.
The most influential criteria of ecological function is physical suitability at 6.05%,
land use at 6.08% and hazard at 5.80%.
The location suitable for mariculture activity range from Pagelaran to
Panimbang district offshore area. Conservation activity is suitable at Taman Jaya
coastal water around the island of Badul. The suitable are for marine tourism is
Sukaresmi to Tanjung Jaya and the small islands at the Ujung Kulon. The suitable
of areas fishing port area the villages of Caringin, Cigondang, Pejamben and
Teluk. The most suitable areas for fisheries activity are Labuan District,
Panimbang and Sukaresmi.
Key words: Analytic Network Process (ANP), Coastal areas, Pandeglang regency,
Spatial analysis, Space utilization

RINGKASAN

SITI MAESAROH. Analisa Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir di Perairan
Selat Sunda Kabupaten Pandeglang, Banten. Dibimbing oleh Dr. Ir. BABA
BARUS, MSc dan Ir. LAODE SYAMSUL IMAN, MSi.

Karakteristik wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang yang produktif dan
mengandung potensi pembangunan yang tinggi dengan berbagai permasalahan
sebagai dampak dari aktivitas yang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah (1).
Mengidentifikasi masalah di wilayah pesisir, (2) Menganalisa faktor dominan
yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan (3)
Menganalisa secara spasial dan mencari kesesuaian lahannya yang dibagi atas
perikanan tangkap, budidaya laut, pariwisata bahari, pelabuhan perikanan serta
konservasi perairan. Analisa dilakukan melalui pengisian kuesioner kepada para
ahli untuk mencari kriteria yang berpengaruh dengan metode Analytic Network
Process (ANP), analisa spasial dengan menggunakan teknik overlay, analisa
kesesuaian dengan nilai bobot yang distandarisasi dari ANP.
Hasil penelitian menunjukkan permasalahan yang timbul di wilayah
pesisir Kabupaten Pandeglang disebabkan karena ketimpang tindihan kebijakan
dan pemanfaatan ruang yang terjadi dengan mengedepankan egosektoral dalam
pengelolaan di wilayah pesisir. Hal ini didorong belum adanya perencanaan
pengelolaan pesisir yang terarah dan terpadu di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil Kabupaten Pandeglang. Hasil wawancara para responden menghasilkan
bobot kriteria dan parameter yang saling berpengaruh dalam kluster fungsi
kebijakan 0.3488, fungsi ekologi 0.3399 dan fungsi sosial ekonomi 0.3113.
Matriks prioritas pemanfaatan dalam fungsi kebijakan kriteria yang memberikan

dampak pengaruh besar adalah RZWP3K 16.89% dan RTRW 16.81%. Fungsi
sosial ekonomi yang memberikan dampak paling besar adalah transportasi 6.67%,
struktur populasi penduduk sebesar 6.65% dan sarana dan prasarana sebesar
6.32%. Kriteria yang memberikan dampak dari fungsi ekologi adalah kesesuaian
fisik 6.05%, penggunaan lahan 6.08% dan resiko bahaya 5.80%.
Daerah yang sesuai budidaya laut terdapat di perairan kecamatan Pagelaran
sampai Panimbang. Pemanfaatan lahan konservasi perairan sesuai di perairan
Taman Jaya sekitar Pulau Badul. Wilayah yang dapat dijadikan kawasan
pariwisata bahari adalah perairan Sukaresmi sampai Tanjung Jaya dan kawasan
pulau-pulau kecil di Ujung Kulon. Kawasan pelabuhan perikanan pantai sesuai di
desa Caringin, Cigondang, Pejamben dan desa Teluk. Kawasan perikanan tangkap
utnuk pembangunan infrastruktur disarankan di Kecamatan Labuan, Panimbang
dan Sukaresmi.
Kata Kunci: Analisa spasial, Analytic Network Process (ANP), Kabupaten
Pandeglang, pemanfaatan ruang, wilayah pesisir.

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

ANALISA PEMANFAATAN RUANG
WILAYAH PESISIR DI PERAIRAN SELAT SUNDA
KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

SITI MAESAROH

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis Dr. Ir. Setiahadi, MSc

Judul Tesis
Nama
NRP

: Analisa Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir di Perairan Selat
Sunda Kabupaten Pandeglang, Banten
: Siti Maesaroh
: A156110354

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Baba Barus, MSc
Ketua

Ir. La Ode Syamsul Iman, MSi

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus

Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 8 Februari 2013

Tanggal Lulus:

Kupersembahkan karya ilmiah ini
Untuk Suami tercinta:
ARLIS, S. Pi

Dan
Putri Putra Kecilku
Sachsiyah Layyana Putri
Azzam Mauludussabhi

Atas Doa, Dukungan dan Pengorbanannya selama ini
Semoga karya ilmiah ini memberikan
Manfaat dan motivasi
Dalam Dunia Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini adalah Analisa Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir di
Perairan Selat Sunda Kabupaten Pandeglang, Banten.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Ir Baba Barus, MSc dan Bapak Ir. La Ode Syamsul Iman, MSi
selaku pembimbing yang telah rela meluangkan waktunya dalam

membimbing selama ini
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus beserta staff pengajar dan manajemen
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
3. Bapak Dr. Ir Setiahadi, MSc selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan saran serta masukan untuk penyempurnaan tesis ini.
4. Pimpinan dan staff Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan
beasiswa pendidikan untuk penulis
5. Pimpinan dan staff Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program
pendidikan Bappenas ini
6. Pimpinan dan staff Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang dan
Provinsi Banten atas bantuan, saran dan masukannya selama ini
7. Teman-teman seperjuangan PWL khusus 2011 atas semangat dan
kebersamaannya
8. Serta tak lupa juga ungkapan terima kasih kepada Abah, emak (alm), ibu,
adik-adik, suami serta anak-anakku yang telah banyak memberikan dukungan
moril serta doa selama penulis menyelesaikan tugas belajar ini.
9. Dan pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tak langsung dalam proses
penyelesaian karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat khususnya untuk Pemerintah

Daerah Kabupaten Pandeglang dan secara umum bagi masyarakat Bangsa dan
Negara Indonesia.

Bogor, Maret 2013

Siti Maesaroh

i

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... v
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................ 2
Penelitian Sebelumnya ....................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4

Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4
Batasan Penelitian .............................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
Definisi Wilayah Pesisir ..................................................................................... 5
Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut ................................................................ 5
Pemanfaatan Ruang / Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut ..................................... 8
Analytic Network Process (ANP) ....................................................................... 9
Sistem Informasi Geografis .............................................................................. 12

GAMBARAN UMUM WILAYAH ..................................................................... 23
Wilayah Administrasi ....................................................................................... 23
Iklim dan Curah hujan ...................................................................................... 24
Topografi .......................................................................................................... 24
Kemiringan Lereng........................................................................................... 25
Geologi dan Jenis Tanah .................................................................................. 25
Penggunaan Lahan ........................................................................................... 26
Tingkat Kepadatan Penduduk .......................................................................... 26
Potensi di Wilayah Pesisir ................................................................................ 28
Perikanan Budidaya ..................................................................................... 28
Perikanan Tangkap ...................................................................................... 29
Pariwisata ..................................................................................................... 31
Pelabuhan Perikanan .................................................................................... 32

82

BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 13
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 13
Pengumpulan Data ........................................................................................... 13
1. Data Primer............................................................................................. 13
2. Data Sekunder.......................................................................................... 13
Prosedur Pelaksanaan ....................................................................................... 15
Mengidentifikasi dan Mengevaluasi Pemanfaaatan Ruang Pesisir ............. 15
Penentuan Tingkat Pengaruh Suatu Kriteria dengan ANP .......................... 16
Analisis Spasial............................................................................................ 20
Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang .................................................... 21
Sintesis Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir.............................................. 22

Kawasan Konservasi Laut Daerah ............................................................... 32
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 33
Metode Analytic Network Process untuk Seleksi Kriteria................................ 33
Identifikasi Kriteria yang Berpengaruh ........................................................ 33
Analisis ANP untuk Mencari Kriteria Paling Berpengaruh Terhadap
Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir ....................................................... 41
Analisis Spasial ................................................................................................. 47
Kriteria Ekologi ............................................................................................ 47
Kriteria Kebijakan ........................................................................................ 59
Kriteria Sosial Ekonomi ............................................................................... 62
Analisis Kesesuaian dan Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Pesisir .................. 69
Kesesuaian Lahan Budidaya Laut ................................................................ 70
Kesesuaian Lahan Konservasi...................................................................... 72
Kesesuaian Lahan Pariwisata ....................................................................... 74
Kesesuaian Lahan Pelabuhan Perikanan Pantai ........................................... 75
Kesesuaian Lahan Perikanan Tangkap......................................................... 77
Sintesis Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir ................................................... 78
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 84
Simpulan ........................................................................................................... 84
Saran ................................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 86

iii

DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.

Klasifikasi jenis data dalam survei lapangan ............................................... 14
Skala penilaian dalam ANP ......................................................................... 16
Nilai random index ...................................................................................... 17
Contoh Penghitungan Nilai Kesesuaian Lahan Pemanfaatan Ruang X ...... 22
Matriks keterkaitan pemanfaatan ruang pesisir ........................................... 23
Data hari dan curah hujan berdasarkan pos pengamatan ............................. 24
Penggunaan lahan tahun 2009 ..................................................................... 26
Luas wilayah dan kepadatan populasi penduduk tahun 2009 ...................... 26
Produksi perikanan budidaya tahun 2010 .................................................... 28
Potensi perikanan budidaya ......................................................................... 28
Desa pesisir Kabupaten Pandeglang ............................................................ 29
Data jumlah nelayan, perahu motor dan alat tangkap tahun 2011 ............... 30
Produksi perikanan tangkap/trip tahun 2011 ............................................... 30
Objek wisata di pesisir ................................................................................. 32
Isu permasalahan dan faktor penyebab dalam pemanfaatan ruang ............. 34
Kriteria pemanfaatan ruang menurut responden.......................................... 34
Kriteria parameter dalam wilayah pesisir .................................................... 35
Contoh matriks keterkaitan kriteria pada jaringan ANP............................. 42
Nilai fungsi pemanfaatan ruang ................................................................... 43
Matriks prioritas pemanfaatan ruang ........................................................... 44
Matriks prioritas fungsi ekologi .................................................................. 45
Matriks prioritas fungsi sosial ekonomi ...................................................... 45
Matriks prioritas fungsi kebijakan ............................................................... 46
Data rataan bulanan kecepatan arus ............................................................. 48
Data luas tutupan karang, CFDI, Estimasi kekayaan jenis dan Jumlah
spesies ......................................................................................................... 57
Luas kesesuaian lahan perikanan budidaya laut .......................................... 70
Luas kesesuaian lahan konservasi ............................................................... 72
Luas kesesuaian lahan pariwisata bahari ..................................................... 74
Luas kesesuaian lahan pelabuhan perikanan pantai..................................... 76
Luas kesesuaian lahan perikanan tangkap ................................................... 77
Matriks sintesis pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten
Pandeglang................................................................................................. 841

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.

Struktur jaringan pada ANP ......................................................................... 10
Struktur hirarki pada AHP ........................................................................... 10
Diagram alir penelitian ................................................................................. 15
Supermatrix dalam ANP .............................................................................. 19
Bagan alir analisis spasial ............................................................................ 21
Struktur jaringan kriteria pemanfaatan ruang .............................................. 42
Direct data dalam ANP ................................................................................ 43
Salah satu contoh hasil perbandingan Input Direct Data............................. 43
Sebaran kedalaman perairan Selat Sunda .................................................... 47
Peta pola arus dan arah angin permukaan perairan Selat Sunda .................. 49
Peta sebaran arus permukaan perairan ......................................................... 49
Sebaran tinggi gelombang perairan Selat Sunda .......................................... 51
Sebaran substrat perairan Selat Sunda ......................................................... 52
Kondisi jarak pantai di desa pesisir Kabupaten Pandeglang ........................ 53
Sebaran suhu permukaan perairan Selat Sunda ........................................... 53
Sebaran hari hujan di desa pesisir Kabupaten Pandeglang .......................... 54
Bahaya abrasi di desa pesisir Kabupaten Pandeglang.................................. 55
Bahaya banjir di desa pesisir Kabupaten Pandeglang .................................. 56
Sebaran tutupan karang di desa pesisir Kabupaten Pandeglang .................. 58
Kemiringan lereng di desa pesisir Kabupaten Pandeglang .......................... 59
Rencana tata ruang wilayah di desa pesisir Kabupaten Pandeglang ............ 60
Rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi Banten ..... 61
Sarana transportasi di desa pesisir Kabupaten Pandeglang ......................... 62
Sapras perikanan di desa pesisir Kabupaten Pandeglang ............................. 64
Tingkat kepadatan penduduk di desa pesisir Kabupaten Pandeglang .......... 65
Nelayan tangkap di desa pesisir Kabupaten Pandeglang ............................. 66
Nelayan pembudidaya laut di desa pesisir Kabupaten Pandeglang ............. 67
Tekanan penduduk di desa pesisir Kabupaten Pandeglang ......................... 68
Kesesuaian lahan budidaya laut ................................................................... 70
Kesesuaian lahan konservasi ........................................................................ 72
Kesesuaian lahan pariwisata ........................................................................ 74
Kesesuaian lahan pelabuhan perikanan pantai ............................................. 76
Kesesuaian lahan perikanan tangkap ........................................................... 78
Peta arahan pemanfaatan ruang wilayah laut Kabupaten Pandeglang ......... 79
Peta arahan pemanfaatan ruang pesisir Kabupaten Pandeglang .................. 79

v

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Kuesioner identifikasi permasalahan di wilayah pesisir .............................. 90
Rekapitulasi pembobotan tingkat pengaruh kriteria menurut responden .... 93
Matriks tak terboboti (unnweighted supermatrix) ..................................... 102
Matriks terboboti (weighted supermatrix) ................................................. 103
Matriks pembatas (limiting matrix) ........................................................... 104
Luas lahan kesesuaian pemanfaatan ruang wilayah darat ......................... 105
Luas lahan kesesuaian pemanfaatan ruang wilayah laut ........................... 108
Kriteria kesesuaian pemanfaatan ruang ..................................................... 110
Pembobotan pemanfaatan budidaya laut ................................................... 112
Pembobotan pemanfaatan konservasi perairan .......................................... 113
Pembobotan pemanfaatan pariwisata bahari ............................................. 114
Pembobotan pemanfaatan pelabuhan perikanan pantai ............................. 115
Pembobotan pemanfaatan perikanan tangkap ........................................... 116
Foto pemanfaatan ruang di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang ......... 117

1

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 26/2007 tentang penataan ruang dan
UU No. 27/2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
merupakan tonggak sejarah bagi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil di Indonesia. Hal ini disebabkan kedua produk hukum tersebut menjadi
payung hukum yang mengatur tentang tata ruang baik di darat maupun di laut
(Diposaptono 2012). Penataan ruang sesuai nomenklatur dalam UU Tata Ruang
dalah upaya untuk mengatur segala aktivitas dan kegiatan manusia dalam
hubungannya dengan keseimbangan ekosistem mencakup penggunaan lahan dan
sumberdaya alam agar bisa terkendali dan berkelanjutan sesuai dengan tujuan
pembangunan. Sedangkan menurut UU No. 27 tahun 2007 bahwa ruang lingkup
pengaturan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi daerah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, serta
cakupannya ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah
laut sejauh 12 mil diukur dari garis pantai.
Karakteristik wilayah pesisir yang produktif dengan potensi pembangunan
yang tinggi, memiliki permasalahannya yang kompleks karena bentuk wilayahnya
merupakan hasil keseimbangan dinamis dari proses pembangunan.
Kabupaten Pandeglang memiliki luas wilayah sebesar 4448.89 km2 yang
terbagi oleh luas daratan sebesar 2746.89 km2 dan luas perairan laut sebesar 1702
km2 dan garis pantai sebesar 230 km mempunyai potensi alam wilayah pesisir
yang beraneka ragam dan telah berkembang menjadi aset daerah sebagai wilayah
kedaulatan, ekosistem, sumber energi, sumber bahan makanan, sumber bahan
farmasi serta media lintas laut antar pulau, media pertukaran sosial budaya,
kawasan perdagangan serta wilayah pertahanan dan keamanan. Sehingga
mengakibatkan tingginya aktivitas manusia yang terjadi pada wilayah pesisir
kabupaten Pandeglang meliputi pariwisata, pertanian, perikanan tangkap dan
budidaya, pelabuhan perikanan pantai dan lain-lain.
Dampak aktivitas tersebut menyebabkan berbagai permasalahan yang terjadi
seperti (1) Pencemaran bahan organik sepanjang pesisir pantai; Hal ini terjadi
karena tidak tersedianya sarana dan fasilitas pembuangan limbah tersebut serta
kurangnya kesadaran lingkungan dan kesehatan dari masyarakat nelayan di
sepanjang pesisir pantai, (2) Kegiatan pariwisata yang tak terkendali; Kawasan
Pantai Carita bahwa sebagian masyarakatnya mendapat penghasilan tambahan
dari sektor pariwisata (Prawiranegara 2002). Hal ini memberi dampak dengan
semakin maraknya pembangunan hotel dan pedagang kaki lima di sepanjang
sempadan pantai yang menyebabkan estetika keindahan menjadi berkurang, (3)
Alih fungsi lahan mangrove yang dikonversi menjadi lahan untuk peruntukkan
lainnya seperti tambak. Mangrove merupakan vegetasi yang mempunyai fungsi
sebagai peredam gelombang dan tempat biota laut untuk memijah dan mencari
makan karena kaya dengan nutrien makanan yang dibutuhkan oleh biota laut, (4)
Terdegradasinya garis pantai; Konversi lahan mangrove menyebabkan terkikisnya
garis pantai dan menimbulkan abrasi, (5) Sedimentasi di muara sungai akibat
kegiatan penebangan hutan dan konversi lahan hutan menjadi peruntukkan

2

lainnya; Akibat sedimentasi yang terjadi di hilir sungai menyebabkan rusaknya
habitat ikan untuk memijah (spawning), nursery ground dan feeding ground para
biota laut, (6) Tingginya kekeruhan sepanjang perairan laut; Asumsi itu didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada
tahun 2010 yang bertujuan untuk melakukan pemetaan terumbu karang di perairan
laut Kabupaten Pandeglang dan menyimpulkan bahwa telah terjadi penurunan
kualitas perairan yang terindikasi dengan rendahnya presentasi luas tutupan
karang yang masih hidup, dan (7) Tekanan pencemaran yang bersumber dari
limbah PLTU.
Dengan kompleksitas permasalahan yang timbul mengakibatkan lingkungan
akan rusak dan hanya akan menyengsarakan biota laut. Hal ini dikhawatirkan
akan berdampak terhadap keberlanjutan biota yang hidup di dalamnya. Pada
dasarnya hampir seluruh wilayah pesisir di Indonesia terjadi beragam konflik
antara berbagai kepentingan. Penyebab utamanya adalah tidak adanya aturan yang
jelas tentang tata ruang laut dan alokasi sumberdaya yang terdapat di kawasan
laut. Setiap pihak yang berkepentingan mempunyai tujuan target dan rencana
untuk mengeksploitasi sumberdaya laut.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan suatu strategi penataan
ruang laut yang bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan yang
ditimbulkannya. Oleh karena itu penataan ruang laut menjadi penting untuk
menjaga lingkungan pesisir dan laut tetap lestari (Diposaptono 2012). Undangundang No. 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil tercantum penataan ruang wilayah laut berbasis zonasi yaitu suatu bentuk
konsep perencanaan dengan rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui
penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya
dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung dalam satu kesatuan dalam
ekosistem pesisir. Penataan ruang laut berfungsi untuk mengatur dan mengelola
segala macam kegiatan yang dilakukan di wilayah pesisir agar terarah dan sesuai
dengan fungsi peruntukkannya.
Strategi penataan ruang dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut
memerlukan metode yang dapat memecahkan persoalan mengenai peruntukkan
penggunaan lahan yang kompleks di wilayah pesisir. Metode ini membantu para
pembuat keputusan untuk mencari kesesuaian lahan yang tepat dan seimbang
secara ekologi, ekonomi dan sosial yang terintegrasi dengan mempertimbangkan
dampak serta pengaruh yang terjadi pada suatu kebijakan. Analytic Network
Process merupakan suatu metode multikriteria analisis yang mengintegrasikan,
menganalisa dan menggambarkan informasi yang terdapat di wilayah pesisir yang
berfungsi untuk menemukan kriteria yang mempunyai peranan paling besar
pengaruhnya dengan mempertimbangkan pendapat dan pengetahuan dari para ahli
yang berkompeten di bidang wilayah pesisir.

Perumusan Masalah
Mengingat besarnya potensi wilayah pesisir dan laut di kabupaten
Pandeglang yang memiliki 10 kecamatan pesisir dengan 2 kecamatan diantaranya
yaitu Panimbang dan Labuan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten
Pandeglang 2011-2031 telah ditetapkan menjadi kawasan strategis pertumbuhan

3

ekonomi. Hal ini mendorong perlu adanya penetapan prioritas pemanfaatan suatu
kawasan perairan laut yang dilakukan berdasarkan tiga fungsi pemanfaatan antara
lain:
a. Fungsi ekonomi dimaksudkan dalam tatanan kebijakan makro kawasan
perairan sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi;
b. Fungsi konservasi dimaksudkan sebagai upaya mempertahankan kelangsungan
fisik alami dan kondisi sosial serta budaya/kearifan lokal di kawasan perairan;
c. Fungsi pertahanan dan keamanan dimaksudkan sebagai upaya menempatkan
fungsi pulau-pulau kecil di suatu kawasan perairan laut sebagai titik pangkal
teritorial dan basis pangkalan pertahanan negara guna menjaga kedaulatan
wilayah.
Ketiga fungsi di atas perlu adanya suatu penataan ruang kawasan laut dan
pesisir untuk meminimalisir dampak yang mungkin timbul akibat konflik
pemanfaatan ruang dari aktivitas manusia dan pembangunan yang tak terkendali.
Dengan mempertimbangkan fungsi-fungsi tersebut di atas maka rumusan
masalah yang diketahui adalah :
a). Tingginya aktivitas dan pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir
menimbulkan dampak kerusakan ekosistem pesisir dan penurunan kualitas
perairan (KKP, 2010) sehingga perlu dilakukan analisa pemanfaatan ruang
yang sesuai dengan kesesuaian lahannya;
b). Pemanfaatan ruang aktual belum sepenuhnya mempertimbangkan keterkaitan
antara fungsi ekologi, ekonomi dan sosial di suatu wilayah, terdapat
kecenderungan adanya area yang sebaiknya dilindungi menjadi rusak akibat
kegiatan manusia. Hal ini terlihat dengan semakin sedikitnya kawasan
mangrove dan terumbu karang di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang;
c). Belum adanya perencanaan dan pengelolaan pesisir secara terpadu sehingga
banyak terjadi alih fungsi pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan
peruntukkannya.

Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang dominan
membahas sektor pariwisata seperti yang dilakukan oleh Prawiranegara (2002),
Mulyawati (2008) dan Elly (2006). Sedangkan penelitian Heriawan (2008)
mengenai alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Pandeglang dan
pemberdayaan nelayan di Labuan oleh Nasution (2007). Atas dasar penelitian
sebelumnya, maka dasar pemikiran dari penelitian ini dimana penataan ruang
wilayah pesisir perlu dilakukan di Kabupaten Pandeglang, RTRW yang ada saat
ini telah berkekuatan hukum dasar acuan untuk melakukan rencana pengelolaan
wilayah pesisir secara terpadu.

4

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penataan ruang wilayah pesisir di
Kabupaten Pandeglang sesuai dengan fungsi peruntukan secara ekologi, sosial
ekonomi dan kebijakan. Tujuan penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi akibat pemanfaatan ruang wilayah
pesisir dan laut yang ada saat ini;
b. Menganalisa faktor utama yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang
wilayah pesisir dengan mempertimbangkan fungsi ekologi, sosial ekonomi dan
kebijakan berdasarkan pendapat dari para ahli di bidang perikanan dan kelautan
dengan menggunakan metode Analytic Network Process;
c. Menganalisa secara spasial kriteria yang berpengaruh dalam pemanfaatan
ruang di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang berdasarkan ekologi, sosial
ekonomi dan kebijakan;
d. Menganalisa kesesuaian lahan dan menyusun peta arahan kawasan
pemanfaatan ruang yang terbagi atas kawasan perikanan tangkap, kawasan
budidaya laut, kawasan pariwisata bahari, kawasan pelabuhan perikanan serta
kawasan konservasi perairan berdasarkan nilai bobot yang telah distandarisasi
berdasarkan persepsi para ahli;
e. Mensintesiskan
pemanfaatan
ruang
wilayah
pesisir
berdasarkan
pengintegrasian fungsi ekologi, sosial ekonomi dan kebijakan bagi
keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir Kab. Pandeglang.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai salah satu bahan
pertimbangan masukan untuk menentukan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir
secara terpadu.bagi pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang. Selain itu dapat
dijadikan sumber ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan di bidang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Batasan Penelitian
Batasan ruang lingkup penelitian ini mencakup ke arah laut sepanjang 4 mil
sesuai dengan wilayah kewenangan tingkat kabupaten/kota serta ke arah darat
dibatasi oleh beberapa desa yang memiliki garis pantai di sepanjang pesisir
perairan Selat Sunda yaitu kecamatan Carita, Labuan, Pagelaran, Sukaresmi.
Panimbang, Cimanggu, Cigeulis dan Sumur serta disesuaikan dengan arahan
zonasi pesisir dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten 2011-2031 dan
rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tingkat provinsi.
Penelitian ini hanya menganalisa pemanfaatan ruang pesisir untuk kawasan
perikanan tangkap, budidaya laut, pariwisata bahari, pelabuhan perikanan dan
kawasan konservasi perairan dengan mempertimbangkan beberapa faktor kriteria
yang berperan dalam fungsi ekologi, sosial ekonomi dan kebijakan.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir dan laut memiliki karakteristik yang berbeda dengan
wilayah daratan. Karakteristik khusus wilayah laut menyangkut sifat dinamis
sumber yang relatif sukar untuk diprediksi eksistensinya, apalagi jika dilihat
dalam kurun waktu tertentu, misalnya keberadaan ikan, mangrove, terumbu
karang, dll. Secara ekologis wilayah pesisir dan laut juga tidak bisa dibatasi secara
administratif (Diposaptono 2012)
Menurut UU No. 27 tahun 2007 definisi wilayah pesisir adalah daerah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di
darat dan laut. Kawasan adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik,
biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya sedangkan
kawasan pemanfaatan umum adalah bagian dari wilayah pesisir yang ditetapkan
peruntukkannya bagi berbagai sektor kegiatan.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.10/Men/2003
tentang Pedoman Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu bahwa wilayah
pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai dan sepertiga
dari wilayah laut untuk Kabupaten/Kota dan ke arah darat hingga batas
administrasi Kabupaten/Kota.
Penelitian yang dilakukan Dahuri et al. (2001) bahwasuatu wilayah pesisir
terdapat satu atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) dan sumberdaya pesisir.
Ekosistem pesisir dapat bersifat alami atau buatan. Ekosistem alami yang terdapat
di wilayah pesisir meliputi terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun,
pantai berpasir, formasi pes-caprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna dan
delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa tambak, sawah pasang
surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri dan kawasan
pemukiman.

Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut
Undang-undang No 26 tahun 2007 mendefinisikan ruang sebagai wadah
yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Penataan ruang
didefinisikan sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pemanfaatan ruang adalah upaya
untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata
ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
Menurut Rustiadi et a.l (2011) struktur ruang dibentuk dari susunan
prasarana (jaringan jalan raya, sarana angkutan umum, objek yang dialirkan,
besaran aliran, aspek tujuan dan yang dituju) yang dibangun dalam suatu jaringan
yang terstruktur untuk mempermudah dalam mengakses dan mengelola

6

sumberdaya tersebut. Sedangkan pola ruang berkaitan dengan aspek-aspek
penyebaran sumberdaya dan aktivitas pemanfaatannya secara spasial. Secara
keseluruhan berbagai bentuk konfigurasi spasial membentuk suatu keseimbangan
pola dan struktur spasial yang disebut dengan tata ruang (Rustiadi et al. 2011).
Pendekatan penataan ruang dalam rangka pengembangan wilayah menurut
Rustiadi et al. (2011) terdiri atas tiga proses yang saling berkaitan, yaitu:
a. Proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tata ruang
wilayah. Disamping sebagai “guidance of future actions” rencana tata ruang
wilayah pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar
interaksi manusia / makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi,
selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan manusia / makhluk hidup
serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan;
b. Proses pemanfaatan ruang, yang merupakan wujud operasionaliasi rencana tata
ruang atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri, dan
c. Proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme
pengawasan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap
sesuai dengan RTRW dan tujuan penataan ruang wilayahnya.
Perencanaan tata ruang dimulai dari kegiatan evaluasi ruang yang
mengidentifikasikan karakteristik dan menilainya untuk keperluan tipe wilayah
tertentu secara spasial, perencanaan pemusatan kegiatan tertentu juga
pengelompokkan wilayah tertentu untuk tujuan yang ditetapkan (Branch 1998
dalam Pramudya 2008).
Evaluasi sumberdaya pesisir dan laut dilakukan untuk mendapatkan
berbagai informasi terkait dengan penataan ruang. Informasi yang diperlukan
adalah : (1) kondisi dan daya dukung lingkungan fisik dasar dan pesisir laut, (2)
Kondisi dan daya dukung ekosistem pesisir dan laut, (3) Kecenderungan dan
tingkat kerusakan ekosistem dan jasa lingkungan pesisir dan laut (Dahuri et al.
2001).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No:
Kep.34/Men/2002 tentang Pedoman Umum Penataan ruang Pesisir dan Pulaupulau Kecil, sumberdaya wilayah pesisir yang harus dievaluasi dengan
mempertimbangkan:
a. Sumberdaya fisik non-hayati yang paling tidak meliputi : morfologi pantai
(geomorfologi, geologi, abrasi, sedimentasi, erosi, tanah dan air tanah);
perairan / hidrooseanografi (pasang surut, gelombang dan arus);
b. Sumberdaya hayati meliputi: biota darat (vegetasi dan satwa liar); biota
perairan (ikan, mamalia laut dan biota perairan lainnya);
c. Ekosistem yang perlu dilindungi, yang meliputi: terumbu karang, mangrove,
padang lamun, gumuk pasir, laguna, terumbu karang atoll, dan alur tertentu;
d. Mitigasi bencana antara lain mencakup: karakteristik bencana, sifat dan
karakteristik faktor-faktor aktivitas manusia pemicu bencana;
e. Jalur potensi penangkapan ikan;
f. Jasa lingkungan pesisir dan laut, yang meliputi potensi pengembangan
pariwisata, budidaya perikanan, pertambangan, pemukiman dan industri;
g. Kaitan aspek-aspek sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap sumberdaya
biofisik wilayah pesisir dan laut.
Konflik pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan laut merupakan salah satu
isu negatif yang sering muncul akibat banyaknya sektor dan pihak yang saling

7

memprioritaskan kepentingannya, seperti pariwisata, perhubungan laut, perikanan,
pertambangan, masyarakat umum maupun swasta. Oleh karena itu, penataan
ruang wilayah pesisir dan laut mutlak diperlukan (Listriana 2010).
Prinsip dasar penyusunan tata ruang pesisir terpadu adalah bagaimana
mendapatkan manfaat dari sumberdaya yang tersedia seoptimal mungkin dengan
tidak mengabaikan kelestarian lingkungan (ekologi), disamping memperhatikan
aspek ekonomi, sosial, kelembagaan, dan pertahanan keamanan (Dahuri et al.
2001).
Menurut Diposaptono (2012) setidaknya ada tiga prinsip dasar yang harus
diperhatikan dalam menyusun rencana tata ruang laut, yaitu :
a. Kegiatan yang berlangsung pada ruang laut bersifat statis dan dinamis.
Kegiatan pelayaran alur migrasi serta aktivitas wisata bahari tergolong dalam
aktivitas dinamis, sedangkan yang bersifat statis antara lain pemukiman atas
air, bagan tancap dan bagan apung.
b. Ruang laut memiliki tiga dimensi yaitu permukaan, kolom dan dasar laut.
Setiap dimensi memiliki aktivitas berbeda dalam suatu zona yang sama dan
bisa dilakukan pada waktu yang sama pula.
c. Penetapan jangka waktu perencanaan. Prediksi jangka waktu perencanaan
ruang laut dipengaruhi oleh sumberdaya yang dikembangkan oleh masingmasing kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penyusunan tata ruang mengacu kepada:
1. Kelestarian sumberdaya pesisir
Tujuan utama dari pengelolaan pesisir terpadu adalah untuk dapat
dimanfaatkannya sumberdaya pesisir dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan nasional, dengan tidak
mengorbankan kelestarian sumberdaya pesisir di dalam memenuhi kebutuhan
baik untuk generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Untuk
menjaga keseimbangan ekologi, pemanfaatan lahan untuk kawasan lindung dan
konservasi harus mendapat perhatian khusus, setelah kawasan ini terpenuhi
baru ditentukan kawasan budidaya (Dahuri et al. 2001);
2. Kesesuaian lahan
Aktivitas yang akan ditempatkan pada suatu ruang di kawasan pesisir harus
memperhatikan kesesuaian antara kebutuhan dengan kemampuan lingkungan
menyediakan sumberdaya. Dengan mengacu kepada keseimbangan antara
demand dan supply, maka akan dicapai suatu optimasi pemanfaatan ruang
antara kepentingan masa kini, masa datang serta menghindari terjadinya
konflik pemanfaatan ruang. Kesesuaian lahan tidak saja mengacu kepada
kriteria biofisik semata, tetapi juga meliputi kesesuaian secara sosial ekonomi
(Rayes 2006 dalam Yunandar 2007);
3. Keterkaitan kawasan
Interaksi antar beberapa aktivitas pada kawasan pesisir dengan kawasan
daratan akan tercipta dan memungkinkan terjadinya perkembangan yang
optimal antar unit-unit kawasan maupun dengan kawasan sekitarnya.
Untuk itu penyusunan pemanfaatan kawasan pesisir dan laut dibuat
sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan antar kawasan dapat saling
menunjang dan memiliki keterkaitan dengan kawasan yang berbatasan. Agar
dapat menempatkan berbagai kegiatan pembangunan di lokasi sesuai secara
ekologis, maka kelayakan biofisik di wilayah pesisir harus diidentifikasi lebih

8

dahulu. Pendugaan kelayakan biofisik ini dilakukan dengan cara mendefinisikan
persyaratan biofisik setiap kegiatan pembangunan, kemudian dipetakan. Dengan
cara ini, dapat ditentukan kesesuaian penggunaan setiap unit (lokasi/region)
kawasan pesisir (Sulasdi 2001 dalam Yunandar 2007).

Pemanfaatan Ruang / Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut
Penataan perairan laut diperlukan untuk mengatur pemanfaatan laut secara
optimal dengan mengakomodasi semua kepentingan agar konflik dapat dihindari.
Sehingga dalam memanfaatkan suatu sumberdaya laut harus mempunyai batas
yang jelas antara zona pemanfaatan yang satu dengan yang lainnya (Diposaptono
2012).
Empat aspek yang perlu diperhatikan dalam menetapkan zonasi suatu
kawasan antaralain: (1) Sifat dinamis laut, (2) Penafsiran nilai ekonomi dan beban
lingkungan, (3) Aspek sosial budaya masyarakat pesisir dan pulau, (4) Aspek
kepastian hukum dan pemanfaatan perairan laut
Berdasarkan UU No. 27/2007 disebutkan bahwa rencana zonasi pada
dasarnya merupakan rencana untuk menentukan arah penggunaan sumber daya
pada setiap satuan perencanaan yang disertai dengan penetapan struktur dan pola
ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan
dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah
memperoleh izin.
Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara berbagai
pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya. Zonasi adalah suatu
bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas
fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta prosesproses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K)
Provinsi mencakup wilayah perencanaan daratan dari kecamatan pesisir sampai
wilayah perairan paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke
arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan dalam satu hamparan ruang
yang saling terkait antara ekosistem daratan dan perairan lautnya. Untuk suatu
kabupaten/kota, kewenangannya yang mencakup hingga 1/3 mil dari garis pantai
berdasarkan kewenangan Provinsi dan umumnya merupakan luasan dari wilayah
pesisir. Dengan demikian, pengaturan ruang laut daerah dapat dicakup dalam
suatu kesatuan penataan ruang pesisir.
Rencana zonasi ini dijelaskan oleh Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. 16/MEN/2008 berisi arahan tentang pengalokasian ruang dalam
wilayah pesisir ke dalam empat kawasan yaitu :
a. Kawasan pemanfaatan umum
Kawasan pemanfaatan umum dapat dimanfaatkan untuk zona pariwisata,
pemukiman, pelabuhan, pertanian, hutan, pertambangan, perikanan budidaya,
perikanan tangkap, industri, infrastruktur umum dan zona pemanfaatan terbatas
sesuai dengan karakteristik biogeofisik lingkungannya.
b. Kawasan konservasi
Kawasan konservasi dengan fungsi utama melindungi kelestarian sumberdaya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dapat dimanfaatkan untuk zona konservasi

9

perairan, konservasi pesisir dan pulau pulau kecil, konservasi maritim, dan/atau
sempadan pantai.
c. Kawasan strategis nasional tertentu
Kawasan Strategis Nasional Tertentu dapat dimanfaatkan untuk zona
pertahanan keamanan, situs warisan dunia, perbatasan dan pulau-pulau kecil
terluar.
d. Alur laut
Alur laut merupakan perairan dapat dimanfaatkan untuk alur pelayaran, alur
sarana umum, dan alur migrasi ikan, serta pipa dan kabel bawah laut.
Keseluruhan konsep pemanfaatan ruang di atas lebih fleksibel dalam
membagi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kedalam zona-zona tersebut sesuai
dengan karakterisik wilayahnya dan tujuan perencanaan berdasarkan kesepakatan
pemangku kepentingan di wilayah pesisir tersebut. Proses penyusunan tata ruang
pesisir dan konfigurasi zonasi dapat dilakukan dengan teknik overlay (tumpang
susun) peta-peta tematik yang memuat karakteristik biofisik wilayah pesisir dari
setiap kegiatan pembangunan yang direncanakan dan peta penggunaan ruang
pesisir saat ini (Tahir et al. 2002 dalam Pramudya 2008).

Analytic Network Process (ANP)
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah teori pengukuran relatif dengan
skala absolut dari kriteria yang tamapk mata dan tidak tampak mata berdasarkan
penilaian berpengetahuan dan para ahli. Metode Analytic Network Process (ANP)
merupakan pengembangan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode
ANP mampu memperbaiki kelemahan AHP berupa kemampuan mengakomodasi
keterkaitan antar kriteria atau alternatif (Saaty 1999). Dan menurutnya pula bahwa
keterkaitan pada metode ANP ada 2 jenis yaitu keterkaitan dalam satu set elemen
(inner dependence) dan keterkaitan antar elemen yang berbeda (outer
dependence). Adanya keterkaitan tersebut menyebabkan metode ANP lebih
kompleks dibanding metode AHP.
Banyak masalah keputusan tidak dapat disusun secara hirarki karena
melibatkan banyak interaksi dan ketergantungan tingkat tinggi antar elemen dalam
hirarki pada level terendah dari tiap elemen. Oleh karena itu, ANP diwakili oleh
suatu jaringan, bukan penghirarkian atau tingkatan. Struktur umpan balik tidak
memiliki bentuk dari atas ke bawah secara hirarki, tapi lebih mirip sebuah
jaringan, dengan siklus menghubungkan komponen elemen, yang kita tidak bisa
lagi menyebut tingkat, dan dengan loop yang menghubungkan komponen ke
dirinya sendiri.
Menurut Lombardi et al. (2007) Analytic Network Process (ANP)
merupakan teori pengukuran secara umum diterapkan pada pengaruh dominasi
(dominance of influence) di antara stakeholder atau alternatif dalam hubungannya
dengan atribut atau kriteria. Dominasi merupakan konsep yang digunakan dalam
membuat sesuatu perbandingan diantara elemen-elemen yang berhubungan
dengan atribut yang dimiliki atau pemenuhan terhadap suatu kriteria. Suatu
elemen dikatakan melakukan dominasi terhadap elemen yang lain, apabila elemen
tersebut lebih penting, lebih disukai ataupun lebih mungkin terjadi (Saaty 2001).
Metode ini merupakan pengembangan dari metode AHP, yaitu memungkinkan

10

adanya dependensi baik antar kriteria maupun alternatif yang tidak ada pada
metode AHP. Dengan umpan balik (feedback), semua alternatif bisa tergantung
pada kriteria, maupun sal