Hierarki Jantan Dewasa pada Dua Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis

HIERARKI JANTAN DEWASA PADA DUA KELOMPOK
MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI SITUS
CIUNG WANARA KARANGKAMULYAN, CIAMIS

ADIMAS BRAMANTYA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hierarki Jantan Dewasa
pada Dua Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Situs Ciung
Wanara Karangkamulyan, Ciamis adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Adimas Bramantya
NIM G34090067

ii

ABSTRAK
ADIMAS BRAMANTYA. Hierarki Jantan Dewasa pada Dua Kelompok
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Situs Ciung Wanara
Karangkamulyan, Ciamis. Dibimbing oleh R.R. DYAH PERWITASARI dan
ENTANG ISKANDAR.
Dominansi merupakan kemampuan untuk mendapatkan prioritas yang lebih
besar untuk akses terhadap berbagai sumber. Susunan individu dominan dan
individu subordinan dalam suatu kelompok disebut struktur hierarki. Monyet ekor
panjang hidup dengan sistem sosial banyak jantan dan banyak betina, interaksi
antara individu seperti aktivitas sosial sangat dipengaruhi oleh hierarki. Tujuan

penelitian ini adalah mendeterminasi hierarki jantan dewasa pada dua kelompok
monyet ekor panjang (M. fascicularis), yaitu kelompok Pangcalikan dan Sabung
Ayam di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan metode focal animal sampling dan ad libitum sampling.
Penentuan struktur hierarki menggunakan tiga tahapan metode, yaitu metode
sociometric matrix, penebaran pakan dan analisis aktivitas lainnya yang
kemungkinan mendukung hierarki. Struktur hierarki pada kelompok Pangcalikan
diurutkan dari individu paling dominan berturut-turut sebagai berikut: Ba, Co, Tr,
X, X2, dan Me . Struktur hierarki kelompok Sabung Ayam diurutkan dari individu
paling dominan berturut-turut sebagai berikut : Ku dan Ma. Struktur hierarki
monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara pada kedua kelompok bersifat linear.
Kata kunci : Ciung Wanara, hierarki, jantan dewasa, Macaca fascicularis, monyet
ekor panjang

ABSTRACT
ADIMAS BRAMANTYA. Hierarchy of Adult Males in Two Troops of Longtailed Macaques (Macaca fascicularis) at Ciung Wanara Sites Karangkamulyan,
Ciamis. Supervised by R.R DYAH PERWITASARI and ENTANG ISKANDAR.
Dominance defines as the ability in having greater priority to get more
access to all sources. Arrangement of dominant and subordinate are defined as
hierarchy. Long-tailed macaques live in a group of multi-males and multi-females,

therefore interaction such as social behavior are depended on their hierarchy. This
study aimed to determine hierarchy of adult males in two troops of long-tailed
macaques (M. fascicularis), Pangcalikan and Sabung Ayam troops on Ciung
Wanara sites Karangkamulyan, Ciamis. Present study used focal animal sampling
and ad libitum sampling methods. The hierarchical structure determination used a
three methods, namely sociometric matrix, feed stocking analysis and some
activities that may have a role to determine hierarchy. The hierarchy of
Pangcalikan troops were: Ba, Co, Tr, X, X2, and Me on a descending order, and
the hierarchy of Sabung ayam troops were: Ku and Ma on a descending order as
well which arranged linearly for both troops.
Keywords : adult male, Ciung Wanara, hierarchy, long-tailed macaques, Macaca
fascicularis

vi

HIERARKI JANTAN DEWASA PADA DUA KELOMPOK
MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI SITUS
CIUNG WANARA KARANGKAMULYAN, CIAMIS

ADIMAS BRAMANTYA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

vi

Judul Skripsi : Hierarki Jantan Dewasa pada Dua Kelompok Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan,
Ciamis

Nama
: Adimas Bramantya
NIM
: G34090067

Disetujui oleh

Dr Ir R.R. Dyah Perwitasari MSc
Pembimbing I

Dr Ir Entang Iskandar MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


ii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai bulan
Juli 2013 ialah hierarki jantan dewasa monyet ekor panjang, dengan judul
Hierarki Jantan Dewasa pada Dua Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir R.R. Dyah Perwitasari MSi dan
Dr Ir Entang Iskandar MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi
masukan, saran, dan diskusi selama menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih
juga penulis ucapkan kepada Prof Dr Anja Meryandini Ms selaku dosen penguji
yang banyak memberikan saran dan masukan. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak Sumarsana selaku juru kunci dan Bapak Agus selaku
koordinator lapangan serta seluruh staf Situs Ciung Wanara Karangkamulyan.
Kepada keluarga Bapak Ujang Sodikin, Ibu Nina, Bapak Unang, Ibu Tati, Nufus,
Vidia, Sony, serta masyarakat atas sarana, prasarana dan bantuannya selama
penulis melaksanakan penelitian di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan. Tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, abang, Nurul

Huda, Zoo corner family, serta seluruh teman Biologi 46 atas segala doa,
perhatian, dan bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Adimas Bramantya
NIM G34090067

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

ABSTRAK


ii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

Waktu dan Tempat

2

METODE


2

Adaptasi dan Identifikasi Objek Pengamatan

2

Pengamatan Jumlah dan Komposisi Kelompok

2

Pengamatan Aktivitas Harian

3

Penentuan Struktur Hierarki

4

Analisis Data


4

HASIL

5

Aktivitas Harian

5

Aktivitas Agonistik

6

Respon Terhadap Aktivitas Agonistik

7

Analisis Struktur Hierarki


8

PEMBAHASAN

11

SIMPULAN

13

DAFTAR PUSTAKA

13

RIWAYAT HIDUP

20

ii

DAFTAR TABEL
1 Sociometric Matrix aktivitas agonistik: (a) periode Mar-Mei 2013 dan
(b) periode Mei-Jun 2013
2 Matriks pengusiran pada kelompok Pangcalikan saat penebaran
pakan

9
10

DAFTAR GAMBAR
1 Grafik perbandingan aktivitas harian kelompok Pangcalikan dengan
Sabung Ayam
2 Alur pergerakan 4 kelompok M. fascicularis di Situs Ciung Wanara
Karangkamulyan, Ciamis
3 Grafik perbandingan aktivitas agonistik kelompok Pangcalikan
dengan Sabung Ayam
4 Grafik aktivitas agonistik kelompok (a) Pangcalikan (b) Sabung
Ayam
5 Grafik respon terhadap aktivitas agonistik kelompok (a) Pangcalikan
(b) Sabung Ayam
6 Struktur hierarki M. fascicularis pada (a) kelompok Pangcalikan dan
(b) kelompok Sabung Ayam bersifat linear pada saat penelitian
berakhir (Juni 2013)

5
6
6
7
8

10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Nama, ciri-ciri, dan foto individu kelompok Pangcalikan ......................... 15
Nama, ciri-ciri, dan foto individu kelompok Sabung Ayam ...................... 17
Sociometric matrix aktivitas agonistik kelompok Pangcalikan : (a)
mengancam periode Mar-Mei 2013 (b) mengancam periode Mei-Jun
2013 (c) menyerang periode Mar-Mei 2013 (d) menyerang periode
Mei-Jun 2013 (e) berkelahi periode Mar-Mei 2013 (f) berkelahi
periode Mei-Jun 2013 ................................................................................ 18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah primata yang
membentuk kelompok sosial terdiri atas banyak jantan dan banyak betina. Pada
kelompok tersebut terdapat beberapa jantan dewasa, betina dewasa, sub-adult
jantan, sub-adult betina, remaja dan bayi (Napier dan Napier 1967). Setiap
individu akan berinteraksi dengan individu lain di dalam kelompoknya. Interaksi
tersebut terdiri atas berbagai aktivitas sosial yang di dalamnya sangat dipengaruhi
struktur hierarki. Kemampuan untuk mendapatkan prioritas yang lebih besar
untuk akses terhadap berbagai sumber disebut dominansi (Collinge 1993).
Susunan individu dominan dan individu subordinan dalam suatu kelompok
dikenal sebagai struktur hierarki (Martin dan Bateson 1993).
Pemimpin pada kelompok monyet ekor panjang atau biasa disebut dengan
pejantan-α adalah pejantan yang memiliki hierarki teringgi dibanding pejantanpejantan lain pada suatu kelompok. Jantan ranking atas memiliki frekuensi yang
tinggi dalam melakukan pengusiran, sedangkan jantan ranking bawah memiliki
frekuensi yang tinggi dalam menerima pengusiran, melakukan selisik, dan
menerima non-copulatory mounting (Sutrisna 2004). Pejantan-α memiliki
dominansi yang signifikan dalam perilaku agresi, perilaku seksual,
menggoyangkan pohon, pergerakan, menerima selisik, agonistik dan perlindungan
terhadap kelompok dibandingkan pejantan lainnya. Pejantan-α juga dicirikan
dengan keinginan untuk melakukan perilaku seksual lebih tinggi dari pada
pejantan lainnya (Karimullah dan Anuar 2011). Semakin tinggi tingkat hierarki
jantan dalam kelompok maka semakin besar pula peluang individu tersebut
mendapatkan betina yang diinginkan (Setiawan 2002). Gumert dan Ho (2008),
melaporkan pejantan dengan hierarki tinggi mempunyai frekuensi menerima
selisik yang besar dibandingkan dengan pejantan dengan hierark rendah. Selain itu,
saat aktivitas pencarian pakan pada kelompok monyet ekor panjang, pejantan-α
menentukan individu-individu yang bergabung dalam kelompok (Hadi et al.
2007).
Pada survei yang dilakukan bulan Agustus 2005 di Situs Ciung Wanara
Karangkamulyan, Ciamis terdapat 83 ekor monyet ekor panjang yang terbagi
menjadi tiga kelompok yaitu kelompok Pancalikan berjumlah 46 ekor, kelompok
Cikahuripan berjumlah 15 ekor dan kelompok Pamangkonan berjumlah 22 ekor
(Nugraha 2006). Pada survei bulan September 2006, kelompok Pangcalikan
berjumlah 54 ekor, kelompok Pamangkonan berjumlah 16 ekor dan kelompok
Cikahuripan berjumlah 9 ekor (Rahayu 2007). Berdasarkan dua survei tersebut
terlihat bahwa populasi monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara
Karangkamulyan, Ciamis berfluktuasi setiap tahunnya. Penelitian ini dilakukan
karena masih sedikitnya data mengenai hierarki monyet ekor panjang dan untuk
melihat perubahan hierarki yang terjadi dalam rentang waktu tertentu.

2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeterminasi hierarki jantan dewasa pada
dua kelompok monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), yaitu kelompok
Pangcalikan dan kelompok Sabung Ayam di Situs Ciung Wanara
Karangkamulyan, Ciamis.

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2013 di Situs Ciung Wanara
Karangkamulyan, Ciamis, Jawa Barat. Analisis data dilaksanakan di Bagian
Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor.

METODE
Adaptasi dan Identifikasi Objek Pengamatan
Proses adaptasi objek pengamatan dilakukan dengan habituasi. Salah satu
caranya adalah dengan memberikan pakan seperti kacang ataupun beras dan
mengikuti objek sampai ke dalam core area kelompok tersebut, sehingga objek
pengamatan mengenal dan terbiasa terhadap kehadiran pengamat. Identifikasi
objek pengamatan berdasarkan ciri-ciri fisik, seperti ukuran tubuh, umur individu,
alat kelamin, raut muka, warna rambut, bentuk kepala, bentuk tubuh maupun cacat
pada tubuh. Identifikasi objek pengamatan dilakukan untuk menghindari duplikasi
pada saat pengambilan data.

Pengamatan Jumlah dan Komposisi Kelompok
Proses mengamati jumlah individu dan struktur kelompok (ukuran dan
komposisi kelompok) secara langsung, yang dilakukan saat kelompok sedang
melakukan aktivitas atau kebiasaan di suatu tempat tertentu menggunakan
concentration count (Rinaldi 1992). Berdasarkan survei pada bulan Juni 2013,
perkiraan jumlah total individu monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara
Karangkamulyan, Ciamis sebesar 118 ekor yang terbagi menjadi 4 kelompok
berdasarkan core area, yaitu kelompok Pangcalikan berjumlah 59 ekor, kelompok
Sabung Ayam berjumlah 25 ekor, kelompok Pamangkonan berjumlah 17 ekor dan
kelompok Cikahuripan berjumlah 17 ekor. Komposisi pada kelompok
Pangcalikan yaitu, 8 jantan dewasa, 11 betina dewasa, 31 juvenil dan 9 infan.
Komposisi pada kelompok Sabung Ayam yaitu, 3 jantan dewasa, 6 betina dewasa,
12 juvenil dan 6 infan. Dari empat kelompok berdasarkan concentration count
lalu diambil dua kelompok untuk dijadikan objek pengamatan, yaitu kelompok
Pangcalikan dan Sabung Ayam. Pemilihan dua kelompok tersebut disebabkan
kedua kelompok merupakan kelompok yang sudah terhabituasi dengan kehadiran
manusia dibandingkan kelompok lainnya, sehingga pengumpulan data dapat
dilakukan.

3
Pada kelompok Pangcalikan, objek pengamatan berjumlah 6 ekor jantan
dewasa M.fascicularis dengan kode nama yaitu Co, Ba, Tr, X, X2, dan Me
(Lampiran 1). Pada kelompok Sabung Ayam, objek pengamatan berjumlah 2 ekor
jantan dewasa M.fascicularis dengan kode nama yaitu Ku dan Ma (Lampiran 2).
Pada kedua kelompok tersebut dipilih jantan dewasa M.fascicularis yang
terhabituasi terhadap pengamat sehingga pengamatan dapat berlangsung.

Pengamatan Aktivitas Harian
Pengamatan awal dilakukan dengan metode ad libitum sampling. Ad libitum
sampling merupakan proses pencatatan data sebanyak mungkin yang teramati dari
perilaku sosial sebuah kelompok, seperti pengamatan semua tingkah laku, semua
individu dan waktu terjadinya tingkah laku. Data yang didapatkan bersifat umum
dan tidak secara khusus (tidak melihat perindividu). Metode ini selain digunakan
pada penelitian awal, juga dapat digunakan sebagai data pelengkap dari metode
lainnya (Altmann 1973).
Pengamatan aktivitas harian dilakukan dengan metode focal animal
sampling. Focal animal sampling merupakan proses pencatatan semua aktivitas
secara khusus pada satu individu atau kelompok. Pengamatan dicatat pada periode
waktu tertentu yang dikhususkan pada satu individu, selanjutnya dilakukan
pencatatan pada individu lain dengan durasi yang sama. Selama pengamatan,
individu terus diamati sampai periode waktu berakhir (Altmann 1973). Pencatatan
aktivitas harian dibagi menjadi aktivitas lokomosi, istirahat, makan, bermain,
selisik, kawin, duduk berdekatan dan agonistik. Periode waktu yang digunakan
yaitu selama 15 menit yang diharapkan dapat mencakup aktivitas tersebut.
Pengamatan aktivitas lokomosi dapat dijadikan acuan patokan daerah jelajah dan
daerah teritori suatu kelompok, tanpa menggunakan metode focal animal
sampling.
Pencatatan aktivitas agonistik dibagi menjadi tiga aktivitas yang lebih
spesifik, yaitu aktivitas mengancam, menyerang, dan berkelahi. Pencatatan data
aktivitas mengancam dilakukan apabila seekor individu melakukan ancaman
terhadap individu lain ditandai berubahnya raut muka atau gerakan tubuh (Estes
1991). Pencatatan data aktivitas menyerang dilakukan apabila individu tersebut
mengejar individu lain paling sedikit 3 meter jauhnya, diiringi dengan gestur dan
vokalisasi ancaman (Eaton et al. 1986). Apabila individu sudah melakukan kontak
fisik terhadap individu lain seperti memukul, mengigit, dan mencengkram maka
akan dicatat sebagai aktivitas berkelahi (Eaton et al. 1986). Selain ketiga aktivitas
agonistik tersebut, dicatat juga respon terhadap aktivitas agonistik yaitu aktivitas
grimace dan retreat. Grimace terlihat dari penarikan masuk bibir sehingga gigi
terlihat, tetapi gigi tetap dalam keadaan rapat (Estes 1991). Retreat merupakan
bentuk respon individu karena adanya ancaman dari individu lain. Retreat dapat
berupa aktivitas lari menjauh dan menghindar dari individu yang mengancam.

4
Penentuan Struktur Hierarki
Penentuan struktur hierarki dilakukan dengan tiga tahap metode, yaitu
sociometric matrix, penebaran pakan, dan analisis aktivitas lainnya yang
kemungkinan mendukung dominansi. Sociometric matrix merupakan pencatatan
frekuensi interaksi perilaku yang dilakukan oleh dua individu (dyadic interaction),
dengan pelaku perilaku tersebut dicatat dalam baris dan penerima perilaku
tersebut dicatat dalam kolom. Melalui sociometric matrix dapat dilihat suatu
interaksi individu yang saling terkait, seperti pelaku serangan dengan penerima
serangan (Altmann 1973). Data yang digunakan dalam sociometric matrix
didapatkan dari aktivitas agonistik yang dicatat dengan menggunakan metode
focal animal sampling.
Penebaran pakan merupakan metode tambahan yang dilakukan apabila
sturktur hierarki belum terlihat jelas, terutama pada hierarki bagian tengah. Hasil
penebaran pakan akan didapatkan matriks pengusiran antara semua individu
jantan. Analisis terhadap aktivitas lainnya yang kemungkinan mendukung
dominansi, seperti non-copulatory mounting, penyentuhan skrotum dan selisik
yang dilakukan sesama individu jantan akan memperkuat hierarki subjek
pengamatan dari metode analisis sebelumnya.

Analisis Data
Struktur hierarki dapat ditentukan dengan menganalisis tiga metode
penentuan hierarki, yaitu sociometric matrix, penebaran pakan, dan analisis
aktivitas yang mendukung dominansi. Data aktivitas agonistik yang diperoleh dari
pengambilan focal animal sampling lalu dibuat menjadi Sociometric matrix,
hasilnya didapatkan data individu yang memiliki frekuensi agonistik terbesar
hingga individu yang memiliki frekuensi agonistik terendah. Individu yang
memiliki aktivitas agonistik terbesar ditetapkan menjadi individu dominan,
sedangkan individu yang memiliki aktivitas agonistik terendah ditetapkan menjadi
individu submissive.
Metode penebaran pakan dilakukan untuk memastikan hierarki pada
individu-individu yang menempati hierarki tengah. Penebaran pakan dilakukan
karena hasil yang didapatkan dari sociometric matrix pada individu hierarki
tengah memiliki jumlah aktivitas agonistik yang sama banyak. Data yang
didapatkan dari metode penebaran pakan berupa matrix pengusiran. Matriks
pengusiran berisikan data individu yang memiliki frekuensi pengusiran terbesar
hingga individu yang memiliki frekuensi pengusiran terendah. Individu yang
memiliki aktivitas pengusiran terbesar ditetapkan menjadi individu dominan,
sedangkan individu yang memiliki aktivitas pengusiran terendah ditetapkan
menjadi individu submissive.
Selain dengan metode penebaran pakan, penentuan posisi hierarki dapat
dilakukan melalui pengamatan aktivitas lainnya yang kemungkinan mendukung
dominansi, seperti non-copulatory mounting, penyentuhan skrotum dan selisik
yang dilakukan sesama individu jantan. Individu yang tercatat sebagai pelaku
aktivitas tersebut, dinilai sebagai individu yang dominan dan individu yang

5
tercatat sebagai penerima aktivitas tersebut, dinilai sebagai individu yang
submissive.

HASIL
Aktivitas Harian
Aktivitas harian tertinggi monyet ekor panjang pada kelompok Pangcalikan
adalah aktivitas diam atau istirahat (24%). Posisi kedua tertinggi adalah aktivitas
lokomosi (22%). Posisi ketiga tertinggi adalah aktivitas duduk berdekatan (15%).
Pada kelompok Sabung Ayam aktivitas harian tertinggi adalah aktivitas diam atau
istirahat (28%). Posisi kedua tertinggi adalah aktivitas lokomosi (19%). Posisi
ketiga tertinggi adalah aktivitas duduk berdekatan (19%) (Gambar 1).
Kedua kelompok menunjukkan frekuensi tiga aktivitas harian tertinggi yang
sama, meskipun jumlah populasi dan jumlah komposisi jenis kelamin antar kedua
kelompok cukup berbeda. Aktivitas tertinggi pada kedua kelompok adalah
aktivitas diam atau istirahat.
Aktivitas lokomosi dari kedua kelompok dapat dijadikan sebagai penentu
daerah jelajah dan daerah teritori pada kelompok tersebut. Daerah jelajah pada
kelompok Pangcalikan dengan kelompok Sabung Ayam sebagian besar tumpang
tindih (Gambar 2). Tumpang tindihnya daerah jelajah dari kedua kelompok
menyebabkan tingginya aktivitas agonistik antar kelompok. Dari kedelapan
aktivitas harian tersebut, untuk penentuan dan analisis hierarki difokuskan pada
aktivitas agonistik.

Persentase (%)

30
25

Pangcalikan

Sabung Ayam

20
15
10
5
bermain

kopulasi

selisik

agonistik

duduk berdekatan

makan

lokomosi

diam atau istirahat

0

Aktifitas Harian

Gambar 1 Grafik perbandingan aktivitas harian kelompok Pangcalikan dengan
Sabung Ayam

6

Gambar 2 Alur pergerakan 4 kelompok M. fascicularis di Situs Ciung Wanara
Karangkamulyan, Ciamis
Aktivitas Agonistik

Persentase (%)

Aktivtas agonistik dibagi menjadi tiga aktivtas yang lebih spesifik, yaitu
aktivitas mengancam, menyerang, dan berkelahi. Aktivitas agonistik pada
kelompok Pangcalikan dan kelompok Sabung Ayam masing-masing sebesar 9%
dari aktivitas harian total (Gambar 1). Aktivitas agonistik kelompok Pangcalikan
tertinggi ditunjukkan oleh aktivitas mengancam (59%), diikuti aktivitas
menyerang (35%) dan aktivitas berkelahi (6%). Pada kelompok Sabung Ayam
aktivitas agonistik tertinggi ditunjukkan oleh aktivitas mengancam (51%),
aktivitas menyerang (40%), dan aktivitas berkelahi (9%) (Gambar 3). Pada enam
individu jantan dewasa di kelompok Pangcalikan aktivtas agonistik mengancam,
menyerang dan berkelahi tertinggi ditunjukkan oleh individu Co, yaitu masingmasing sebesar 36 kali, 24 kali, dan 6 kali (Gambar 4a). Pada kelompok Sabung
Ayam dari dua individu jantan dewasa aktivitas agonistik mengancam, menyerang
dan berkelahi tertinggi ditunjukkan oleh individu Ku, yaitu masing-masing
sebesar 24 kali, 18 kali, dan 5 kali (Gambar 4b).
70
60
50
40
30
20
10
0

Pangcalikan
Sabung Ayam

mengancam

menyerang

berkelahi

Agonistik

Gambar 3 Grafik perbandingan aktivitas agonistik kelompok Pangcalikan dengan
Sabung Ayam

7

40
Jumlah Aktivitas

35
30

mengancam

25

menyerang

20

berkelahi

15
10
5
0
Co

Ba

Tr
X
Individu

X2

Me

a

30

jumlah aktivitas

25
mengancam

20

menyerang
15

berkelahi

10
5
0
Ku

Ma
individu

b
Gambar 4 Grafik aktivitas agonistik kelompok (a) Pangcalikan (b) Sabung Ayam

Respon Terhadap Aktivitas Agonistik
Respon terhadap aktivitas agonistik dibagi menjadi dua, yaitu grimace dan
retreat. Pada kelompok Pangcalikan individu tertinggi dalam respon terhadap
aktivitas agonistik adalah individu X2 dan Me, yaitu masing-masing grimace
sebesar 19 kali dan 15 kali, sedangkan untuk retreat 8 kali dan 13 kali (Gambar
5a). Pada kelompok Sabung Ayam individu yang tinggi dalam respon terhadap
aktivitas agonistik adalah individu Ma, yaitu grimace sebesar 15 kali dan retreat 3
kali (Gambar 5b).

8

Jumlah Aktivitas

20
15
grimace

10

retreat
5
0
Co

Ba

Tr

X

X2

Me

Individu

Jumalh Aktivitas

a
16
14
12
10
8
6
4
2
0

grimace
retreat

Ku

Individu

Ma

b
Gambar 5 Grafik respon terhadap aktivitas agonistik kelompok (a) Pangcalikan
(b) Sabung Ayam

Analisis Struktur Hierarki
Data sociometric matrix diambil berdasarkan tiga aktivitas agonistik, yaitu
aktivitas mengancam, menyerang, dan berkelahi (Lampiran 3). Saat melakukan
analisis penentuan struktur hierarki, data tersebut digabungkan menjadi satu yaitu
sociometric matrix aktivitas agonistik. Pada sociometric matrix aktivitas agonistik
(mengancam, menyerang, dan berkelahi) menunjukkan bahwa individu Co
memiliki frekuensi tertinggi pada periode Maret-Mei 2013 (Tabel 1a) diikuti
dengan individu Ba di posisi kedua, sedangkan untuk posisi bawah terlihat
individu Me dengan frekuensi paling tinggi dalam menerima aktivitas agonistik.
Pada periode Mei-Juni 2013 (Tabel 1b), Individu Co mengalami pergantian posisi
hierarki dengan individu Ba. Individu Ba mengalami kenaikan aktivitas agonistik
yang besar pada periode Mei-Juni 2013, sedangkan individu Co mengalami
penurunuan aktivitas agonistik sehinggga berada di posisi kedua. Posisi hierarki
tengah ditempati individu Tr, X dan X2 dengan aktivitas agonistik yang hampir
sama besar (Tabel 1a). Oleh karena itu, penentuan hierarki pada posisi 3, 4, dan 5
digunakan analisis tambahan dengan mengamati aktivitas lain yang mendukung
penentuan hierarki.

9
Metode penentuan dominansi dengan penebaran pakan dan pengamatan
aktivitas lainnya yang kemungkinan mendukung dominansi, dapat digunakan
sebagai data tambahan dalam penentuan struktur hierarki. Berdasarkan kegiatan
penebaran pakan pada kelompok Pangcalikan yang dilakukan pada periode MeiJuni 2013 (Tabel 1a) menunjukkan individu Ba sebagai jantan dengan dominansi
paling tinggi melakukan pengusiran sebanyak 54 kali. Posisi kedua ditempati
individu Co dengan pengusiran sebanyak 48 kali, posisi ketiga individu Tr (44
kali). Posisi keempat individu X (25 kali), posisi kelima individu X2 (13 kali).
Individu Me menunjukan sebagai jantan peringkat bawah dengan menerima
pengusiran sebanyak 66 kali (Tabel 2).
Pengamatan aktivitas lainnya yang kemungkinan mendukung dominansi
seperti non-copulatory mounting, selisik antara sesama jantan dewasa dan
penyentuhan skrotum juga dapat dijadikan sebagai pemastian dari struktur hierarki
pada suatu kelompok. Individu Ba dan Tr tercatat pernah melakukan aktivitas
non-copulatory mounting terhadap individu X2, yang berarti individu Ba dan Tr
memiliki dominansi yang lebih tinggi dibandingkan individu X2. Pada aktivitas
selisik antar sesama jantan dewasa, tercatat individu X, X2, dan Me melakukan
selisik terhadap individu Ba, yang berarti individu Ba memiliki dominansi yang
tinggi dibandingkan terhadap individu X, X2, dan Me. Individu Co tercatat
melakukan penyentuhan skrotum terhadap individu X2 dan Me, yang berarti
individu Co memiliki dominansi yang lebih tinggi dibandingkan individu X2 dan
Me.
Pada kelompok Sabung Ayam tidak dilakukan pengamatan penebaran
pakan dan aktivitas lainnya yang kemungkinan mendukung dominansi, karena
jantan dewasa hanya berjumlah dua individu. Struktur hierarki dapat langsung
ditentukan berdasarkan pengamatan aktivitas agonistiknya saja. Hasil aktivitas
agonistik pada kelompok Sabung Ayam menunjukkan individu Ku sebagai jantan
peringkat satu dan individu Ma sebagai jantan peringkat dua.
Tabel 1 Sociometric Matrix aktivitas agonistik: (a) periode Mar-Mei 2013 dan (b)
periode Mei-Jun 2013

a

Penerima

Co
Co
Ba
Tr
X
X2
Me
Total

5
4
3
5
7
24

Ba
0
0
2
2
4
8

Pelaku
Tr
X
0
0
0
0
0
2
3
2
2
5
7
7

X2
0
0
0
3
3
6

Me
0
0
1
2
4

Total
0
5
5
12
16
21

7

Pelaku

b

Penerima

Co
Co
Ba
Tr
X
X2
Me
Total

0
1
0
4
5
10

Ba
6
3
4
4
4
21

Tr
0
0
1
1
1
3

X
0
0
0
1
1
2

X2
0
0
0
0
2
2

Me
0
0
0
0
1
1

Total
6
0
4
5
11
13

10

Tabel 2 Matriks pengusiran pada kelompok Pangcalikan saat penebaran pakan
Pelaku

Penerima

Co
Co
Ba
Tr
X
X2
Me
Total

0
12
12
10
14
48

Ba
Co
Tr

Ba
12
11
10
11
10
54

Tr
0
0
12
16
16
44

X
0
0
0
12
13
25

X2
0
0
0
0
13
13

Me
0
0
0
0
0

Total
12
0
23
34
49
66

0

Ku
u
Ma
a

b

X
X2
Me

a
Gambar 6 Struktur hierarki M. fascicularis pada (a) kelompok Pangcalikan dan
(b) kelompok Sabung Ayam bersifat linear pada saat penelitian berakhir
(Juni 2013)
Pada saat penelitian berakhir (Juni 2013), struktur hierarki pada kelompok
Pangcalikan dapat diurutkan dari individu hierarki tinggi ke rendah berturut-turut
sebagai berikut: Ba, Co, Tr, X, X2 dan Me. Pada kelompok Sabung Ayam struktur
hierarki diurutkan dari individu hierarki tinggi ke rendah berturut-turut sebagai
berikut : Ku dan Ma (Gambar 5). Berdasarkan analisis sociometric matrix
aktivitas agonistik , penebaran pakan, dan pengamatan aktivitas yang mendukung
dominansi maka dapat ditetapkan bahwa struktur hierarki pada kelompok
Pangcalikan dan Sabung Ayam bersifat linear (lurus).

11

PEMBAHASAN
Pengamatan aktivitas harian dibagi menjadi 8 aktivitas, yaitu aktivitas
diam atau istirahat, lokomosi, makan, agonistik, selisik, kopulasi, bermain, dan
duduk berdekatan. Pembagian kedelapan aktivitas harian ini menyerupai dengan
penelitian yang dilakukan Hambali et al. (2012) pada M. fascicularis di Kuala
Selangor Nature Park. Hambali et al. (2012) membagi aktivitas harian tersebut
menjadi aktivitas lokomosi, diam atau istirahat, makan, selisik, bermain, kopulasi,
agonistik, dan bersuara. Pada aktivitas lokomosi dan selisik memiliki jumlah
persentasi yang hampir sama.
Aktivitas diam atau istirahat adalah aktivitas tertinggi dari total aktivitas
harian monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan pada kedua
kelompok. Para wisatawan biasa memberikan pakan secara bebas kepada monyet
ekor panjang yang merupakan sumber pakan utama bagi satwa tersebut, sehingga
satwa terhabituasi untuk menunggu kedatangan para wisatawan dengan
melakukan aktivitas diam atau istirahat. Menurut Hambali et al. (2012), monyet
ekor panjang melakukan aktivitas diam atau istirahat setelah kelompok tersebut
melakukan pencarian pakan dan ketika sumber pakan tidak banyak ditemukan.
Pada kedua kelompok, aktivitas lokomosi menunjukan aktivitas tertinggi kedua
dari total aktivitas harian. Hal ini disebabkan monyet ekor panjang merupakan
hewan diurnal yang berarti aktif bergerak selama siang hari dan mereka
menghabiskan waktu untuk berlokomosi dari satu area ke area lain dalam satu
territori untuk mencari pakan (Hambali et al. 2012). Banyaknya aktivitas manusia
di sekitar kawasan Situs Ciung Wanara Karangkamulyan menyebabkan aktivitas
duduk berdekatan menjadi aktivitas ketiga terbesar dari total aktivitas harian.
Aktivitas manusia seperti pemburuan dan penangkapan satwa membuat satwa
cenderung untuk melakukan aktivitas duduk berdekatan. Pejantan monyet ekor
panjang di Kalimantan cenderung melakukan aktivitas duduk berdekatan dengan
individu-individu di kelompoknya ketika banyak terjadi aktivitas manusia
(Wheatley 1982).
Aktivitas agonistik monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara
Karangkamulyan sebesar 9% pada kedua kelompok. Aktivitas agonistik
merupakan aktivitas terbesar keenam dari total aktivitas harian, hal ini disebabkan
monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan banyak melakukan
perebutan pakan yang diberikan para wisatawan antar individu pada kelompok.
Aktivitas agonistik monyet ekor panjang banyak terjadi disebabkan perebutan
pakan dan perebutan pasangan (Hambali et al. 2012). Selain itu, aktivitas
agonistik juga biasa dilakukan untuk mengusir monyet ekor panjang dari
kelompok lain untuk mempertahankan jumlah kelompok dan sumber pakan.
Aktivitas agonistik merupakan aktivitas yang diamati dalam menentukan hierarki.
Singh et al. (1991) menjelaskan individu akan memiliki hierarki yang tinggi pada
suatu kelompok apabila banyak melakukan aktivitas agonistik. Individu dengan
frekuensi tertinggi yang mendapatkan ancaman dapat dinilai sebagai individu
dengan hierarki rendah.
Respon terhadap aktivitas agonistik dinilai berdasarkan efek yang
ditimbulkan dari aktivitas agonistik. Respon terhadap aktivitas agonistik yang
pertama yaitu grimace, timbul sebagai respon dari aktivitas agonistik dengan skala

12
kecil. Respon terhadap aktivitas agonistik yang kedua yaitu retreat, timbul
sebagai respon dari aktivitas agonistik dengan skala besar. Individu dengan
hierarki tinggi tidak pernah teramati melakukan kedua respon tersebut terhadap
individu yang memiliki hierarki lebih rendah. Maestripieri (1996), melaporkan
aktivitas retreat merupakan efek terhadap aktivitas agonistik pada M. nemestrina
dan grimace merupakan sinyal submissive utama dengan tiga aktivitas lainnya,
yaitu presentation dan lip-smack.
Penentuan struktur hierarki dilihat dari pengamatan aktivitas agonistik
yang dibagi menjadi tiga aktivitas yang lebih spesifik, yaitu aktivitas mengancam,
aktivitas menyerang, dan aktivitas berkelahi. Stahl et al. (2000), melaporkan hal
yang sama pada M. silenus yang membagi agonistik langsung (berkelahi) dan
agonistik tidak langsung (mengancam, menyerang, mengusir, dan mengganggu).
Selanjutnya, aktivitas agonistik tersebut dianalisis dengan metode sociometric
matrix. Metode Sociometric matrix melihat interaksi antara pelaku dan penerima
(dyadic interaction), jenis aktivitas, dan frekuensi aktivitas tersebut. Berdasarkan
sociometric matrix akan diketahui individu yang paling banyak menjadi pelaku
dari aktivitas tersebut, dan sebaliknya (Altmann 1973), oleh karena itu analisis
sociometric matrix lebih memiliki ketelitian yang tinggi jika digunakan untuk
menentukan hierarki dibandingkan metode analisis penghitungan frekuensi saja.
Oi (1990), menggunakan matriks tersebut untuk melihat interaksi agonistik antar
individu dan urutan hierarki pada M. nemestrina.
Penebaran pakan merupakan tahapan metode kedua dalam menentukan
posisi satu individu terhadap individu lainnya. Metode penebaran pakan
digunakan untuk lebih memastikan suatu individu lebih dominan dari individu
lainnya pada kelompok Pangcalikan. Pada metode penebaran pakan terlihat
individu dengan hierarki tinggi akan terlebih dahulu mendapatkan pakan
dibandingkan individu hierarki rendah ataupun individu hierarki tinggi tersebut
melakukan pengusiran terhadap individu hierarki rendah yang terlebih dahulu
datang menerima pakan. Menurut Koening (2002), individu hierarki rendah pada
monyet ekor panjang akan menunggu sampai individu hierarki tinggi
meninggalkan pakan dan memakan sisa pakan tersebut.
Pengamatan aktivitas lainnya yang kemungkinan mendukung hierarki
seperti non-copulatory mounting, penyentuhan skrotum dan selisik antar jantan
merupakan tahapan metode ketiga dalam menganalisis struktur hierarki. Pada
pengamatan, individu yang menerima aktivitas tersebut merupakan individu
dengan hierarki rendah, dan individu dengan hierarki tinggi tidak pernah teramati
menjadi penerima dari aktivitas tersebut. Pada M. nemestrina, Oi (1990)
melaporkan non-copulatory mounting merupakan aktivitas menaiki individu
jantan lain tanpa adanya perizinan terhadap individu tersebut dan terjadi setelah
interaksi agonistik terhadap individu tersebut. Pada M .nemestrina aktivitas noncopulatory mounting merupakan proses untuk merendahkan hierarki secara
langsung yang dilakukan antar individu jantan. Aktivitas penyentuhan skrotum
merupakan aktivitas yang sedikit teramati, dan teramati diantara dua jantan yang
melakukan aktivitas bermain secara singkat (Maestripieri 1996). Pada M.
fascicularis, selisik yang dilakukan antara sesama jenis kelamin merupakan
hadiah untuk individu hierarki tinggi (Gumert dan Ho 2008).
Berdasarkan analisis ketiga metode di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa struktur hierarki pada kelompok Pangcalikan dan Sabung Ayam bersifat

13
linear. Pada individu-individu yang membentuk kelompok sosial, struktur hierarki
dikatakan linear apabila individu paling dominan mendominansi seluruh individu
pada suatu kelompok, individu dominan kedua mendominansi seluruh individu
pada kelompok kecuali individu dominan pertama, individu dominan ketiga
mendominansi seluruh individu pada kelompok kecuali individu dominan pertama
dan individu dominan kedua dan terus berlanjut sampai individu dengan ranking
terbawah yang tidak mempunyai dominansi pada kelompok tersebut (Beacham
2003).

SIMPULAN
Struktur hierarki pada kelompok Pangcalikan diurutkan dari individu
paling dominan berturut-turut sebagai berikut: Ba, Co, Tr, X, X2, dan Me .
Struktur hierarki kelompok Sabung Ayam diurutkan dari individu paling dominan
berturut-turut sebagai berikut : Ku dan Ma. Hierarki pada monyet ekor panjang
tidak bersifat permanen. Struktur hierarki monyet ekor panjang pada kelompok
Pangcalikan dan Sabung Ayam di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis
bersifat linear.

DAFTAR PUSTAKA
Altmann J. 1973. Observational Study Of Behavior: Sampling Methods. Chicago:
University of Chicago.
Beacham JL. 2003. Models of dominance hierarchy formation: effects of prior
experience and intrinsic traits. Behaviour 140: 1275-1303.
Collinge NC. 1993. Introduction to Primate Behavior. Iowa: Kendall/Hunt
Publishing Company.
Gumert MD, Ho MR. 2008. The trade balance of grooming and its coordination of
reciprocation and tolerance in Indonesian long-tailed macaques (Macaca
fascicularis). Primates 49: 176-185.
Eaton GG, Johnson DF, Glick BB, Worlein JM. 1986. Japanese macaques
(Macaca fuscata) social development : sex differences in juvenile behavior.
Primates 27: 141-150.
Estes R. 1991. The Behavior Guide to African Mammals. Berkeley, CA: Univ of
California Pr.
Hadi I, Suryobroto B, Perwitasari-Farajallah D. 2007. Food preference of semiprovisioned macaques based on feeding duration and foraging party size.
HAYATI Journal of Biosciences 14: 13-17.
Hambali K, Ismail A, Md-Zain BM. 2012. Daily activity budget of long-tailed
macaques (Macaca fascicularis) in Kuala Selangor Nature Park. Journal
of Biological Sciences 12: 47-52.

14
Karimullah, Anuar S. 2011. Social organization and mating system Macaca
fascicularis (long tailed macaques). Int. J. Biology 3: 23-31.
Koening A. 2002. Competition for resources and its behavioral consequences
among female primates. Int. J. Primatol 23: 759-783.
Maestripieri D. 1996. Gestural communication and its cognitive implications in
pigtail macaques (Macaca nemestrina). Behaviour 133: 997-1022.
Martin P, Bateson P. 1993. Measuring Behaviour: An Introductory Guide. Second
Edition.Cambridge: Cambridge Univ Pr.
Napier JR, Napier PH. 1967. A Handbook of Living Primates. New York:
Academic Pr.
Nugraha K. 2006. Aktivitas grooming (selisik) monyet ekor panjang di Situs
Ciung Wanara, Ciamis Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Oi T. 1990. Patterns of dominance and affiliation in wild pig tailed macaques
(Macaca nemestrina nemestrina) in West Sumatra. Int. J. Primatol 11:
339-356.
Rahayu R. 2007. Aktivitas makan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
kelompok Pangcalikan periode Juni-Agustus di cagar budaya Ciung
Wanara Ciamis, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Rinaldi D. 1992. The use of triangle and concentration count methods in the
investigation of gibbon distribution and population. Media Konservasi 4:
9-21.
Stahl D, Herrmann F, Kaumanns W. 2000. Group formation of a captive all-male
group of lion-tailed macaques (Macaca silenus). Primate Report : 93-108.
Setiawan I. 2002. Perilaku seksual monyet ekor panjang (M. fascicularis) di
Makam Kramat Solear, Kabupaten Tanggerang [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Singh M, D’souza L, Singh M. 1992. Hierarchy, kinship and social interaction
among Japanese monkeys (Macaca fuscata). J. Biosci 17: 15-27.
Sutrisna A. 2004. Interaksi antar jantan dewasa monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) di Makam Saka Tunggal Cikakak Banyumas [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Wheatley BP. 1982. Adult male replacement in Macaca fascicularis of East
Kalimantan, Indonesia. Int. J. Primatol 3: 203-219.

15

LAMPIRAN
Lampiran 1 Nama, ciri-ciri, dan foto individu kelompok Pangcalikan
No
1

Nama Individu
Ciri-ciri
(Kode Nama)
Baron (Ba)
Ukuran tubuh terbesar
kedua (setelah Co) dan
gendut,
Misai atau kumis sedikit.
Rambut pada bagian dada
lurus dan lebat,
Tidak ditemukan cacat atau
codet pada tubuh.

2

Coboy (Co)

Ukuran tubuh terbesar pada
kel Pangcalikan,
Cacat pada bagian hidung.
Jari kelingking tangan kiri
patah,
Bersikap agresif pada
pengunjung.

3

Tris (Tr)

Ukuran tubuh sedang,
Rambut pada bagian alis
mata dan leher lebat,
Bercak putih pada wajah.

Foto Individu

16
4

X (X)

Ukuran tubuh sedang,
Muka seperti individu Co,
Misai atau kumis lebat.

5

X2 (X2)

Ukuran tubuh sedang,
Ukuran kepala terkecil
dibandingkan pejantan lain ,
Misai atau kumis lebat,
Bercak hitam pada muka.

6

Mel (Me)

Ukuran tubuh sedang,
Mata sipit,
Mempunyai kantong mata,
Misai atau kumis lebat dan
panjang,
Bersikap agresif pada
pengunjung.

17
Lampiran 2 Nama, ciri-ciri, dan foto individu kelompok Sabung Ayam
No

1

Nama
Individu
(Kode Nama)
Kumis (Ku)

2

Makir (Ma)

Ciri-ciri

Ukuran tubuh terbesar
di kelompok Sabung
Ayam,
Misai atau kumis kecil
tetapi meruncing keatas,
Jari manis tangan kanan
patah,
Bersikap agresif pada
pengunjung.

Ukuran tubuh sedang,
Mata kiri cacat,
Bersikap agresif pada
pengunjung.

Foto Individu

18
Lampiran 3 Sociometric matrix aktivitas agonistik kelompok Pangcalikan : (a)
mengancam periode Mar-Mei 2013 (b) mengancam periode Mei-Jun
2013 (c) menyerang periode Mar-Mei 2013 (d) menyerang periode
Mei-Jun 2013 (e) berkelahi periode Mar-Mei 2013 (f) berkelahi
periode Mei-Jun 2013
Pelaku

Penerima

Co

a

Co
Ba
Tr
X
X2
Me
Total

3
1
2
3
3
12

b

Penerima

Co
Co
Ba
Tr
X
X2
Me
Total

0
1
0
2
3
6

Ba
0
0
1
1
2
4

Ba
3
3
2
3
1
12

Tr
0
0
2
1
1
4

X
0
0
0
0
3
3

Pelaku
Tr
X
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
2
1

X2
0
0
0
1
2
3

X2
0
0
0
0
1
1

Me
0
0
0
0
2

Total
0
3
1
6
7
11

2

Me
0
0
0
0
0

Total
3
0
4
2
6
7

0

Pelaku

c

Penerima

Co
Co
Ba
Tr
X
X2
Me
Total

2
3
1
1
3
10

Ba
0
0
1
1
2
4

Tr
0
0
0
2
1
3

X
0
0
0
2
1
3

X2
0
0
0
2
1
3

Me
0
0
1
0
2

Total
0
2
4
4
8
8

3

Pelaku

d

Penerima

Co
Co
Ba
Tr
X
X2
Me
Total

0
0
0
2
2
4

Ba
3
0
2
1
2
8

Tr
0
0
1
0
0
1

X
0
0
0
1
0
1

X2
0
0
0
0
0
0

Me
0
0
0
0
0
0

Total
3
0
0
3
4
4

19

Pelaku

e

Penerima

Co
Co
Ba
Tr
X
X2
Me
Total

0
0
0
1
1
2

Ba
0
0
0
0
0
0

Tr
0
0
0
0
0
0

X
0
0
0
0
1
1

X2
0
0
0
0
0
0

Me
0
0
0
2
0

Total
0
0
0
2
1
2

2

Pelaku

f

Penerima

Co
Co
Ba
Tr
X
X2
Me
Total

0
0
0
0
0
0

Ba
0
0
0
0
1
1

Tr
0
0
0
0
0
0

X
0
0
0
0
0
0

X2
0
0
0
0
1
1

Me
0
0
0
0
1
1

Total
0
0
0
0
1
2

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Oktober 1991. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ibnu Slamet dan Poppy
Nurcahya. Penulis lulus dari SMPN 115 Jakarta pada tahun 2006 dan SMAN 55
Jakarta kemudian pada tahun 2009 melanjutkan kuliah di Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa studi di IPB
penulis aktif dalam berbagai organisasi. Tahun 2010 penulis aktif sebagai anggota
Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) divisi Observasi Wahana Alam
(OWA). Tahun 2011 penulis menjabat sebagai ketua divisi Observasi Wahana
Alam (OWA).
Penulis pernah menjadi asisten Biologi Dasar tahun 2013, Perkembangan
Hewan 2013, dan Vertebrata 2013. Penulis telah melakukan Studi Lapangan pada
bulan Juli tahun 2011 di Gunung Walat dengan judul Cendawan Endofitik NonMikoriza pada Akar Shorea di Hutan Pendidkan Gunung Walat. Penulis telah
melakukan praktik lapangan pada bulan Agustus 2012 di Pusat Primata
Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan dengan judul Aktivitas Makan Wau-wau
(Hylobates agilis agilis) di Pusat Primata Schmutzer. Selama studi penulis juga
pernah meraih beasiswa BBM pada tahun 2010.