Aktivitas grooming(Selisik) monyet ekor panjang di situs Ciung Wanara, Ciamis, Jawa Barat

AKTIVITAS GROOMING (SELISIK) MONYET EKOR PANJANG
DI SITUS CIUNG WANARA, CIAMIS JAWA BARAT

Oleh:
Khrisna Nugraha
G34101052

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
KHRISNA NUGRAHA. Aktivitas Grooming (selisik) Monyet Ekor Panjang di Situs Ciung
Wanara, Ciamis, Jawa Barat. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan R.R. DYAH
PERWITASARI.
Perilaku grooming atau selisik adalah kegiatan mencari dan mengambil kotoran atau parasit
dari permukaan kulit dan rambut. Grooming mempunyai dua fungsi yaitu fungsi kesehatan dan
fungsi sosial. Monyet ekor panjang biasanya melakukan perilaku ini setelah makan atau saat
istirahat. Grooming terdiri atas autogrooming (selis ik sendiri) dan allogrooming (selisik
berpasangan). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aktivitas grooming (selisik) monyet ekor

panjang di Situs Ciung Wanara, Ciamis Jawa Barat. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
metode ad libitum , focal animal dan scan animal sampling. Autogrooming dan allogrooming
monyet ekor panjang lebih sering dilakukan pagi dan sore. Betina lebih sering melakukan
autogrooming dan allogrooming dengan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan jantan.
Betina lebih sering menjadi pelaku selisik sedangkan jantan penerima selisik. Monyet dewasa
lebih sering melakukan autogrooming dan allogrooming dengan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan juvenil.

ABSTRACT
KHRISNA NUGRAHA. Grooming Activity of Long-tailed Macaque in Ciung Wanara Site,
Ciamis West Java. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and R.R. DYAH
PERWITASARI.
Grooming is an activity to seek and to take a dust or parasite from skin and hair surface.
Grooming has two functions, which are social function and hygienic function. Long-tailed
macaques usually perform this behaviour after eating or at resting. Grooming activity is classified
into two activities, autogrooming and allogrooming. This research aimed to study grooming
activity of long-tailed macaque in Ciung Wanara site, Ciamis West Java. This research carried out
by using ad libitum, focal animal and scan animal sampling methods. Autogrooming and
allogrooming mostly did in the early morning and in the afternoon. Female did spent longer time
to do autogrooming and allogrooming than male. Females more often become a groomer. On the

other hand, males more often become a groomee. Adult macaques take longer time in groomed
compare to juvenile.

AKTIVITAS GROOMING (SELISIK) MONYET EKOR PANJANG
DI SITUS CIUNG WANARA, CIAMIS JAWA BARAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
Khrisna Nugraha
G34101052

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006


Judul
Nama
NRP

: AKTIVITAS GROOMING (SELISIK) MONYET EKOR PANJANG
DI SITUS CIUNG WANARA, CIAMIS JAWA BARAT
: Khrisna Nugraha
: G34101052

Mengetahui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Bambang Suryobroto
NIP. 131779503

Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari M.Sc

NIP. 131916787

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S
NIP. 131473999

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 04 Juli 1983 sebagai anak pertama dari tiga
bersaudara, dari pasangan E. Kusmayadi dan Wiwin Wintarsih Spd.
Tahun 1996 penulis lulus dari SDN Mekarjaya 30, tahun 1998 penulis lulus dari SMP
YAPEMRI, tahun 2001 penulis lulus dari SMUN 2 Depok dan pada tahun yang sama penulis
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas MIPA
Departemen Biologi. Tahun 2003 penulis melaksanakan Studi Lapang mengenai Inventarisasi
Seranggga di Kawasan Wisata Alam (KWA) Situ Gunung, Sukabumi dan tahun 2004 Praktek

Lapang mengenai Inventarisasi primata periode tahun 2004 di Taman Margasatwa Ragunan
(TMR).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi
pada tahun ajaran 2003/2004. Pada tahun 2004 menulis menjabat sebagai staf Departemen Kajian
Strategis BEM FMIPA IPB dan pada tahun yang sama penulis menjadi anggota Himpunan
Mahasiswa Biologi (HIMABIO). Beasiswa pendidikan pernah penulis peroleh dari Departemen
Pendidikan Nasional yaitu beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) dan PPA (Peningkatan
Prestasi Akademik) pada tahun 2003/2004 dan 2004/2005.

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah AWT atas segala karunia-Nya, sehingga karya
ilmiah ini telah diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak Maret sampai Agustus 2005 bertempat
di Situs Ciung Wanara, Ciamis Jawa Barat dan Laboratorium Zoologi FMIPA IPB. Tema dalam
penelitian ini ialah Aktivitas Grooming (selisik) Monyet Ekor Panjang di Situs Ciung Wanara,
Ciamis Jawa Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Bambang Suryobroto dan Ibu Dr. Ir.
R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc atas bimbingan dan saran selama penelitian dan penulisan Karya
Ilmiah. Terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Utut Widyastuti, MSi selaku penguji Karya Ilmiah atas
saran, masukan dan perbaikan Karya Ilmiah. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
koordinator dan kuncen Situs Ciung Wanara, pegawai Situs Ciung Wanara, Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, Bapak Camat Cijeungjing, Mang Ujang, Teh
Santi, Teh Enci, Achi, dan Ua Enok beserta keluarga atas semua fasilitas penginapannya. Tak lupa
pula terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Rissa Diana (Icha) yang selalu menyemangati
penulis, Mama Icha, Papa Icha (Pak Daryanto) beserta keluarga besarnya atas makanannya yang
selalu enak dan semua kebaikannya. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh
staf Laboratorium Zoologi, teman-teman seperjuangan terutama Omen, Yuliana, Hijrah, Evi,
Rusdi, Udit, Duti, Ati, Fitri, Wisnu, Andros, Solay, Ujie, Uchil, Ae, WT, Sinyo, Andre, KC (raja
nge -troof), Rifah, Sanah, Adisti, Bian, Gema, Iqbal, Singa dan Mba Kanthi atas saran, diskusi serta
bantuannya dalam pembuatan abstrak. Akhirnya, ucapan terima kasih penulis untuk Mama
tercinta, Papa tersayang, Eva, Anti, Bibi, Ibu Enan, Pak Atang, Teh Eni, Teh Ega, Om Lalan, Pak
Dadi dan Indah Maryatun atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2006

Khrisna Nugraha

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................................

viii
viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................................................................
Waktu dan Tempat ..................................................................................................................

1
1
1

BAHAN DAN METODE
Bahan .....................................................................................................................................
Alat ..........................................................................................................................................
Metode .....................................................................................................................................
Ad Libitum ......................................................................................................................

Focal Animal....................................................................................................................
Scan Animal .....................................................................................................................

1
2
2
2
2
2

HASIL
Jumlah individu dan hirarki kelompok Pancalikan ........................................................
Aktivitas grooming pada jantan dan betina .....................................................................
Aktivitas grooming pada monyet dewasa dan juvenil ......................................................
Aktivitas grooming pada pagi, siang dan sore hari...........................................................
Perbandingan aktivitas autogrooming dan allogrooming................................................

2
2
3

3
3

PEMBAHASAN
Aktivitas grooming pada jantan dan betina ........................................................................
Aktivitas grooming pada monyet dewasa dan juvenil .....................................................
Aktivitas grooming pada pagi, siang dan sore hari...........................................................
Perbandingan aktivitas autogrooming dan allogrooming................................................

4
4
4
5

SIMPU LAN.............................................................................................................................................

5

SARAN ....................................................................................................................................................


5

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................

5

LAMPIRAN ............................................................................................................................................

7

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hirarki pada jantan dan betina dewasa............................................................................................
2 Perbandingan aktivitas autogrooming jantan dan betina..............................................................
3 Perbandingan aktivitas allogrooming jantan dan betina...............................................................
4 Perbandingan aktivitas allogrooming jantan dan betina sebagai pelaku (plk) dan penerima
(pnr) selisik...........................................................................................................................................
5 Perbandingan aktivitas autogrooming monyet dewasa, juvenil dan bayi..................................
6 Perbandingan aktivitas allogrooming monyet dewasa, juvenil dan bayi...................................
7 Perbandingan aktivitas allogrooming monyet dewasa, juvenil dan bayi sebagai pelaku (plk)

dan penerima (pnr) selisik .................................................................................................................
8 Persentase autogrooming dan allogooming pagi, siang dan sore hari .......................................
9 Perbandingan frekuensi dan waktu (menit) autogrooming dan allogrooming.........................
10 Frekuensi grooming pada hari hujan .............................................................................................

2
2
3
3
3
3
3
3
4
5

DAFTAR LAMPIRAN
1 Area Situs Ciung Wanara, Ciamis, Jawa Barat ..............................................................................
2 Identifikasi individu kelompok Pancalikan ....................................................................................
3 Tingkah laku allogrooming kelompok Pancalikan ........................................................................
4 Frekuensi dan waktu yang dihabiskan sebagai pelaku dan penerima pada allogrooming .....
5 Frekuensi autogrooming dan allogrooming pada pagi, siang dan sore hari dari
Mei -Agustus 2005...............................................................................................................................
6 Data hari dan curah hujan Kabupaten Ciamis 2004 ......................................................................
7 Peta lokasi penelitian (Situs Ciung Wanara) ..................................................................................

8
9
10
11
12
13
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monyet
ekor
panjang
(Macaca
fascicularis) hidup berkelompok dengan
struktur sosial yang kompleks. Monyet ini
hidup berpoligami dalam kelompok yang
terdiri atas banyak jantan dan betina ( Eimerl
& Vore 1984).
Setiap individu akan berinteraksi dengan
individu lain di dalam kelompoknya. Interaksi
tersebut terdiri atas berbagai perilaku sosial, di
antaranya perilaku grooming atau selisik,
berselisih, bermain dan seksual (Septiana
1996). Grooming merupakan salah satu
perilaku alami monyet ekor panjang yang
cukup menarik dibandingkan dengan perilaku
lainnya.
Grooming atau selisik adalah kegiatan
mencari dan mengambil kotoran atau parasit
dari permukaan kulit dan rambut (Smuts et al.
1987). Orang biasanya menyebut grooming
atau selisik dengan istilah “mencari kutu”.
Grooming
dapat
dilakukan
sendiri
(autogrooming)
atau
berpasangan
(allogrooming).
Allogrooming
dilakukan
minimal
dengan
dua
individu
yang
mempunyai peranan berbeda. Peranan tersebut
yaitu sebagai pelaku selisik (groomer) dan
penerima selisik (groomee). Perilaku ini
biasanya dilakukan sepanjang hari dengan
peningkatan aktivitas pada saat setelah makan
atau istirahat (Putera 1997). Saat melakukan
selisik, monyet ekor panjang menggunakan
mulut, tangan dan/atau kakinya untuk
menarik, menyibak dan menyisir kotoran atau
parasit dari permukaan kulit dan rambut.
Grooming mempunyai dua fungsi yaitu
fungsi kesehatan dan fungsi sosial (Zamma
2002). Bagi primata menyelisik merupakan
suatu bentuk komunikasi, yaitu komunikasi
dengan sentuhan (Napier & Napier 1985).
Pada genus Macaca aktivitas selisik berfungsi
untuk memperkuat hubungan antar individu
dalam satu kelompok serta meredakan
ketegangan pada saat terjadi konflik di antara
individu dalam kelompok (Matheson &
Bernstein 2000).
Jawa Barat merupakan salah satu daerah
penyebaran monyet ekor panjang (Fooden
1995). Salah satu tempat yang dihuni monyet
tersebut adalah Situs Ciung Wanara. Situs ini
terletak di bagian Timur kota Ciamis
(Lampiran 1). Wilayah situs ini di sebelah
Utara berbatasan dengan jalan raya Ciamis Banjar, di sebelah Selatan dibatasi oleh
Sungai Citanduy, di sebelah Barat dibatasi
oleh Parit selebar 7 m dan kedalaman 2 m

serta sebelah Timur dibatasi oleh Sungai
Cimuntur (Ruma 1994).
Pemerintah Kabupaten Ciamis menjadikan
situs ini sebagai objek wisata budaya karena
di situs ini terdapat benda-benda dan lokasi
peninggalan dari jaman Kerajaan Galuh
Purba. Kerajaan ini oleh masyarakat sekitar
diyakini sebagai awal perkembangan kerajaan
di pulau Jawa.
Situs Ciung Wanara (Lampiran 2) berupa
hutan kecil seluas 25.5 Ha dan sebagian besar
ditumbuhi dengan tumbuhan bambu tali
(Gigantochloa apus). Selain monyet ekor
panjang terdapat jenis monyet lain yaitu
lutung
Jawa
(Trachypithecus
auratus
sondaicus). Situs ini terletak pada ketinggian
124 m di atas permukaan laut (Ruma 1994).
Di Situs Ciung Wanara terdapat tiga
kelompok monyet ekor panjang yaitu
kelompok Pancalikan, kelompok Cikahuripan
dan kelompok Pamangkonan. Pemberian
nama kelompok ini berdasarkan daerah jelajah
dan lokasi tempat tidur masing-masing
kelompok. Penelitian sebelumnya di situs ini
oleh Ruma (1994) dan Marulitua (1995)
melaporkan bahwa kelompok Pancalikan
masing-masing berjumlah 19 dan 30 ekor.
Berdasarkan survei tanggal 20 Agustus 2005
kelompok Pancalikan berjumlah 46 ekor,
kelompok Cikahuripan berjumlah 15 ekor dan
kelompok Pamangkonan berjumlah 22 ekor.
Kelompok Pancalikan merupakan kelompok
dengan jumlah individu paling banyak dan
paling luas daerah jelajah dibandingkan
dengan kelompok-kelompok lain.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
aktivitas grooming (selisik) monyet ekor
panjang di Situs Ciung Wanara, Ciamis, Jawa
Barat.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Maret sampai dengan Agustus 2005 di Situs
Ciung Wanara, Desa Karangkamulyan,
Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis,
Provinsi Jawa Barat. Analisis data dilakukan
di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi
FMIPA IPB.

BAHAN DAN METODE
Bahan
Penelitian ini difokuskan pada satu
kelompok monyet ekor panjang di Situs Ciung
Wanara yaitu kelompok Pancalikan yang
berjumlah 46 ekor.

2

Alat
Alat-alat
yang
digunakan
selama
pengamatan adalah teropong binokuler,
handycam JVC tipe GR DX300, alat pencatat
waktu (stopwatch), buku lapang dan alat tulis.
Metode
Pengamatan kelompok dilakukan dengan
mengikuti kelompok dari pagi (pukul 07.00)
sampai
dengan
sore
(pukul
18.00).
Pengamatan lebih sering dilakukan di tempat
yang sering disinggahi atau core area dari
kelompok Pancalikan. Total jam pengamatan
yang dicapai adalah 300 jam. Pengamatan
berhenti apabila monyet berada pada tempat
yang sulit diamati atau keadaan alam yang
buruk seperti hujan. Curah hujan tahun 2004
yaitu 2464 mm (Lampiran 3).
Pada awal penelitian dilakukan habituasi,
pengenalan kelompok, wilayah jelajah,
penentuan hirarki sebagian individu dan
identifikasi individu. Identifikasi dilakukan
dengan mencatat karakteristik individu yang
teramati seperti bentuk jambul, bentuk tubuh,
warna muka, warna alis, bentuk mata, bentuk
kepala, bentuk kelenjar susu dan cacat pada
tubuh serta memberi kode nama (Lampiran 4).
Penentuan hirarki sosial dengan mengamati
perilaku selisik (Lampiran 5) dan perselisihan
(Lampiran 6).
Pengambilan data dilakukan dengan
metode ad-libitum , focal animal dan scan
animal
(Martin
&
Bateson
1993).
Pengambilan data dilakukan dengan 3 metode
karena agar didapat data yang akurat. Metode
ad-libitum
adalah pencatatan aktivitas
sebanyak mungkin dari anggota kelompok
yang teramati. Metode focal animal adalah
pencatatan aktivitas pada individu fokus
dalam waktu tertentu yang digunakan untuk
mengetahui individu-individu yang terlibat
dalam aktivitas selisik. Metode scan animal
adalah mencatat perilaku individu yang
pertama kali terlihat pada suatu interval
waktu. Scan menunjukkan banyaknya data
dari perilaku yang teramati dalam suatu
interval waktu. Interval waktu yang digunakan
adalah satu menit. Ketiga metode tersebut
tidak digunakan dalam satu waktu secara
bersamaan karena akan didapat data yang
tidak akurat.

HASIL
Jumlah individu dan hirarki kelompok
Pancalikan
Kelompok Pancalikan atau kelompok
Depan adalah kelompok monyet yang sering

berada di depan pintu gerbang Situs Ciung
Wanara. Kelompok ini telah terhabituasi
dengan kedatangan pengunjung, bahkan
sering bersikap agresif.
Pada awal penelitian dari 4 kali sensus
yaitu tanggal 24, 25, 26 dan 27 Maret 2005,
jumlah individu adalah 43 ekor. Komposisi
kelompok terdiri atas 3 jantan dewasa dengan
kode nama Co, Db dan S a, 19 betina dewasa
Ca, Ma, Cu, Tkp, Tp, Ge, Ka, Ka2, B1, B2,
Hnb, IM1, IM2, IM3, IM4, IM5, IM6, IM7
dan IM8, 9 juvenil jantan Jbt, Pkg, K1, K2,
K3, Al 1, Al 2, Al 3 dan Jb, 5 juvenil betina
Jbl, Ckl, Jg, Jp dan O j serta 7 bayi jantan i1,
i2, i3, i4, i6, i7 dan i8. Selama penelitian
terjadi tiga kelahiran bayi jantan yaitu Ab2, i5
dan Ab1. Ab2 lahir pada Maret 2005, i5 lahir
pada Mei 2005 dan Ab1 lahir pada Juli 2005.
Jumlah keseluruhan anggota kelompok
Pancalikan berdasarkan sensus terakhir
(20 Agustus 2005) adalah 46 ekor. Hirarki
sosial kelompok Pancalikan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Hirarki pada jantan dan betina dewasa
Peringkat
Nama
Jantan
Betina
a
Co
Ca, Ka
ß
Db, Sa
B1, IM2, IM3,
IM5
?
Tkp,Ma,Cu
IM1,Ge,B2,
Ka2
d
Tp, Hnb, IM4,
IM6,IM7,IM8,
Ket : a = hirarki tertinggi (dominan)
ß = hirarki di bawah a
? = hirarki di bawah a dan ß
d = hirarki terendah
Aktivitas grooming pada jantan dan betina
Pengambilan
data
dengan
metode
ad-libitum selama 4 bulan yaitu Maret, April,
Juni, Juli 2005 (96 jam pengamatan), focal
animal dan scan animal selama 4 bulan yaitu
Mei, Juni, Juli, Agustus 2005 (204 jam
pengamatan)
diperoleh
2873
scan
autogrooming dan 1126 scan allogrooming.
Dari 2873 scan
autogrooming, 60.95 %
dilakukan oleh betina dan 39.05 % oleh
jantan. Waktu total yang dihabiskan betina
dalam autogrooming lebih lama dibandingkan
dengan jantan (Tabel 2). Dari 1126 scan
allogrooming, 73.80 % dilakukan oleh betina
dan 26.20 % oleh jantan. Waktu total yang
dihabiskan betina dalam allogrooming lebih
lama dibandingkan dengan jantan (Tabel 3).

3

Tabel 2 Perbandingan aktivitas autogrooming
jantan dan betina
Jenis
Frekuensi
(%)
Waktu
kelamin
(scan)
total
(menit)
Jantan
1122
39.05
49
Betina
1751
60.95
113
Total
2873
100
162
Tabel 3 Perbandingan aktivitas allogrooming
jantan dan betina
Jenis
Frekuensi
(%)
Waktu
kelamin
(scan)
total
(menit)
Jantan
295
26.20
356
Betina
831
73.80
934.6
Total
1126
100
1290.6
Betina lebih sering menjadi pelaku selisik
sedangkan jantan lebih sering menjadi
penerima selisik (Lampiran 7). Waktu total
yang dihabiskan betina dalam allogrooming
baik sebagai pelaku maupun penerima selisik
lebih lama dibandingkan dengan waktu jantan
sebagai pelaku dan penerima selisik (Tabel 4).
Tabel 4 Perbandingan aktivitas allogrooming
jantan dan betina sebagai pelaku
(plk) dan penerima (pnr) selisik
Jenis
Frekuensi
Waktu total
kelamin
(scan)
(menit)
plk
pnr
plk
pnr
Jantan
96
199
75.2
280.8
Betina
467
364
588
346.6
Total
563
563
663.2
627.4
Aktivitas grooming pada monyet dewasa
dan juvenil
Dari 2873 scan autogrooming, 65.89 %
dilakukan oleh monyet dewasa dan 34.11 %
oleh juvenil. Waktu total yang dihabiskan
monyet dewasa dalam autogrooming lebih
lama dibandingkan dengan juvenil (Tabel 5).
Dari 1126 scan allogrooming, 71.85 %
dilakukan oleh monyet dewasa dan 28.15 %
oleh juvenil. Waktu total yang dihabiskan
monyet dewasa dalam allogrooming lebih
lama dibandingkan dengan juvenil (Tabel 6).
Tabel 5 Perbandingan aktivitas autogrooming
monyet dewasa dan juvenil
Usia
Frekuensi
(%)
Waktu
(scan)
total
(menit)
Dewasa
1893
65.89
108
Juvenil
980
34.11
54
Total
2873
100
162

Dalam pembagian peran allogrooming
monyet dewasa lebih sering menjadi pelaku
selisik sedangkan juvenil lebih sering menjadi
penerima selisik. Waktu total yang dihabiskan
monyet dewasa baik sebagai pelaku maupun
penerima selisik lebih lama dibandingkan
dengan juvenil (Tabel 7).
Tabel 6 Perbandingan aktivitas allogrooming
monyet dewasa dan juvenil
Usia
Frekuensi
(%)
Waktu
(scan)
total
(menit)
Dewasa
809
71.85
954.4
Juvenil
317
28.15
336.2
Total
1126
100
1290.6
Tabel 7 Perbandingan aktivitas allogrooming
monyet dewasa dan juvenil sebagai
pelaku (plk) dan penerima (pnr)
selisik
Usia
Frekuensi
Waktu total
(scan)
(menit)
plk
pnr
plk
pnr
Dewasa
491
318
589.4
365
Juvenil
72
245
73.8
262.4
Total
563
563
663.2
627.4
Aktivitas grooming pada pagi, siang dan
sore hari
Autogrooming dan allogrooming dicatat
dalam tiga pembagian waktu yaitu pagi hari
(pukul 07.00-11.00), siang hari (pukul 11.0115.00) dan sore hari (pukul 15.01-18.00). Dari
2873 scan autogrooming, 37.70 % dilakukan
pagi hari, 12.30 % dilakukan siang hari dan
50.00 % dilakukan sore hari. Dari 1126 scan
allogrooming, 57.40 % dilakukan pagi hari,
12.60 % dilakukan siang hari dan 30.00 %
dilakukan sore hari (Tabel 8).
Tabel 8 Persentase autogrooming dan
allogrooming pagi, siang dan
sore hari
Wkt
Persentase (%)
Autogrooming
Allogrooming
Pagi
37.70
57.40
Siang
12.30
12.60
Sore
50.00
30.00
Total
100.00
100.00
Perbandingan aktivitas autogrooming dan
allogrooming
Frekuensi autogrooming (71.84 %) lebih
tinggi dibandingkan dengan allogrooming
(28.16 %). Waktu selisik yang dihabiskan

4

untuk aktivitas allogrooming lebih lama
dibandingkan dengan autogrooming (Tabel 9).
Tabel 9 Perbandingan frekuensi dan waktu
(menit) autogroooming dan
allogrooming
Jenis
Frekuensi
(%)
Waktu
selisik
(scan)
total
(menit)
Auto
2873
71.89
162
grooming
Allo
1126
28.16
1290.6
grooming
Total
3999
100
1452.6

PEMBAHASAN
Aktivitas grooming pada jantan dan betina
Hasil pengamatan menunjukkan frekuensi
autogrooming dan allogrooming pada betina
lebih tinggi dibandingkan dengan jantan.
Fungsi
utama
autogrooming
adalah
menghilangkan kulit kering, kotoran atau
parasit pada permukaan kulit dan rambut
(Matheson & Bernstein 2000). Pada
M. arctoides betina frekuensi autogrooming
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
jantan (Estrada 1977, diacu dalam Matheson
& Bernstein 2000). Hal ini disebabkan
aktivitas betina seperti bergerak, makan,
berpindah tempat, mengasuh bayi, alarm call
(tanda bahaya) dan koalisi lebih tinggi
dibandingkan dengan jantan. Akibat aktivitas
yang tinggi ini, betina lebih banyak mendapat
kotoran pada tubuhnya sehingga frekuensi
autogrooming M. arctoides betina lebih tinggi
dibandingkan dengan jantan (Estrada 1977,
diacu dalam Matheson & Berstein 2000).
Dalam allogrooming terdapat pembagian
peran yaitu sebagai pelaku selisik dan
penerima selisik. Peranan ini dapat berubah
setiap saat, misalnya pelaku selisik dapat
menjadi penerima selisik dan penerima selisik
dapat menjadi pelaku selisik (Sussman &
Tattersall 1981). Induk monyet kelompok
Pancalikan yang mempuny ai bayi IM1, IM5,
B1 dan B2 lebih sering menyelisik anak
mereka yang masih bayi i1, i5, Ab1 dan Ab2.
Hal
ini
disebabkan
oleh
hubungan
kekerabatan di antara mereka yaitu antara
induk
dan
anak.
Chiarello
(1995)
mengemukakan bahwa pada Alouatta fusca
(monyet howler cokelat) allogrooming banyak
terjadi di antara betina-betina yang sekerabat
(sekeluarga). Cooper & Bernstein (2000)
mengemukakan bahwa pada M. assamensis ,

betina merupakan anggota inti yang stabil
dalam kelompok. Pada umumnya betina tidak
bermigrasi meninggalkan kelompok kecuali
terdapat konflik besar dalam kelompok dan
sumber makanan yang menipis (Cooper &
Bernstein 2000). Pada umumnya dari lahir
sampai dengan mati betina tetap berada di
dalam kelompok. Hal tersebut menyebabkan
ikatan sosial di antara betina lebih kuat
dibandingkan dengan jantan. Ikatan sosial
yang kuat di antara betina meningkatkan
frekuensi selisik mereka (Cooper & Bernstein
2000). Jantan dewasa kelompok Pancalikan
Co dan D b hanya menjadi pelaku selisik
terhadap betina dewasa sedangkan jantan
dewasa Sa hanya menjadi penerima selisik
dari betina dewasa (Lampiran 5).
Aktivitas grooming pada monyet dewasa
dan juvenil
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
frekuensi autogrooming dan allogrooming
monyet dewasa lebih tinggi dibandingkan
dengan juvenil. Mori (1975) mengatakan M.
fuscata dewasa lebih aktif melakukan aktivitas
selisik sedangkan juvenil lebih aktif bermain.
Jika monyet dewasa semakin aktif melakukan
aktivitas selisik maka waktu yang dihabiskan
untuk aktivitas selisik semakin lama.
Nakamichi & Shizawa (2003) mengatakan
komposisi kelompok pada M. fuscata
mempengaruhi frekuensi selisik. Kelompok
Pancalikan komposisi kelompok sebagian
besar adalah monyet dewasa yang berjumlah
22 ekor, diikuti juvenil 14 ekor dan bayi 10
ekor. Jumlah monyet dewasa yang lebih
banyak dibandingkan dengan juvenil dan bayi
ini menyebabkan frekuensi selisik monyet
dewasa lebih tinggi. Monyet dewasa lebih
sering menjadi pelaku selisik sedangkan
juvenil dan bayi lebih sering menjadi
penerima selisik (Nakamichi & Shizawa
2003).
Aktivitas grooming pada pagi, siang dan
sore hari
Berdasarkan pengamatan selama 4 bulan
(2 minggu per bulan) dari bulan Mei Agustus 2005 dengan menggunakan metode
focal animal dan scan animal diperoleh hasil
bahwa
frekuensi
autogrooming
dan
allogrooming tidak dipengaruhi oleh hujan
(Tabel 10). Nakamichi & Shizawa (2003)
mengemukakan bahwa cuaca buruk atau hujan
tidak berpengaruh terhadap aktivitas selisik.

5

Tabel 10 Frekuensi grooming pada hari hujan
Bulan
Hari
Frekuensi (scan)
hujan
Mei
1
1210
Juni
4
1289
Juli
12
970
Agustus
3
530
Total
20
3999
Frekuensi autogrooming dan allogrooming
kelompok Pancalikan yang tertinggi selalu
pagi atau sore hari dan terendah selalu siang
hari, kecuali untuk aktivitas allogrooming di
bulan Agustus (Lampiran 8). Hal ini
dikarenakan pada siang hari kelompok
Pancalikan berada di tengah hutan yang sulit
dijangkau oleh pengamat. Chiarello (1995)
mengemukakan bahwa frekuensi selisik
tertinggi monyet howler cokelat terjadi pagi
har i.
Cooper
&
Bernstein
(2000)
mengemukakan frekuensi selisik tertinggi M.
assamensis terjadi pagi hari.
Perbandingan aktivitas autogrooming dan
allogrooming
Monyet
ekor
panjang
kelompok
Pancalikan lebih sering melakukan aktivitas
autogroooming
dibandingkan
dengan
allogrooming. Zamma (2002) mengemukakan
M.
fuscata
mempunyai
persentase
autogrooming kecil dari seluruh aktivitas
selisik. Dalam kelompok ini terdapat
kecenderungan autogrooming dibandingkan
dengan allogrooming. Walaupun frekuensi
allogrooming kelompok ini lebih rendah,
waktu yang dihabiskan allogrooming lebih
lama dibandingkan dengan autogrooming.

SIMPULAN
Autogrooming dan allogrooming lebih
sering dilakukan pagi hari (pukul 07.00-11.00)
dan sore hari (pukul 15.01 -18.00). Betina
lebih sering melakukan autogrooming dan
allogrooming serta dengan waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan jantan. Betina
lebih sering menjadi pelaku selisik sedangkan
jantan penerima selisik. Monyet dewasa lebih
sering
melakukan
autogrooming
dan
allogrooming serta dengan waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan juvenil. Monyet
ekor panjang kelompok Pancalikan lebih
sering melakukan autogrooming dibandingkan
dengan allogrooming. Waktu yang dihabiskan
allogrooming lebih lama dibandingkan
dengan autogrooming .

SARAN
Perlunya penambahan jam pengamatan
dan penelusuran aktivitas monyet kelompok
Pancalikan sampai ke tengah hutan untuk
mendapatkan data-data selisik atau grooming
yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Chiarello AG. 1995. Grooming in brown
howler monkey, Alouatta fusca. Am J
Primatol 35:73-81.
Cooper MA, Bernstein IS. 2000. Social
grooming in assamese macaque (Macaca
assamensis). Am J Primatol 50:77-85.
Eimerl S, Vore I de. 1984. Primata. Timan
ST, penerjemah; Jerry K, editor. Jakarta:
Pustaka Alam Life. Terjemahan dari: The
Primates .
Estrada A. 1977. Establishment of a freeranging colony of stumptail macaque
(Macaca arctoides). Primates 18:647-676.
Fooden J. 1995. Systematic review of the
Southeast Asian longtail Macaque,
Macaca fascicularis (Raffles, [1821]).
Chicago: Field Museum of Natural
History.
Martin P, Bateson P. 1993. Measuring
behaviour 2nd Ed. UK: Cambridge
University Press.
Marulitua H. 1995. Beberapa perilaku sosial
monyet
ekor
panjang
(Macaca
fascicularis )
di
Cagar
Budaya
Ciungwanara, Ciamis-Jawa Barat [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Matheson MD, Bernstein IS. 2000. Grooming,
social bonding, and agonostic aiding in
rhesus monkey. Am J Primatol 51:177186.
Mori A. 1975. Signal found in the grooming
interaction of wild Japanese monkeys of
the Koshima troop. Primates 16:107-140.
Nakamichi M, Shizawa Y. 2003. Distribution
of grooming among adult female in a large,
free-ranging group of Japanese macaques.
Int J Primatol 24:607-625.

6

Napier JR, Napier PH. 1985. The natural
history of the primates. London: British
Museum.
Putera BP. 1997. Aktivitas menyelisik
(Grooming) monyet ekor panjang di
Taman
Wisata
Alam
PananjungPangandaran [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Ruma EAL. 1994. Studi populasi monyet ekor
panjang di Cagar Budaya Ciungwanara,
Ciamis-Jawa Barat [skripsi]. Bogor:
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Septiana A. 1996. perilaku bermain beruk
(Macaca nemestrina) di penangkaran Pusat
Studi Satwa Primata (PSSP) Lembaga
Penelitian IPB Darmaga [skripsi]. Bogor:
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Smuts et al. 1987. Primate societies . USA:
The University of Chicago.
Sussman RW, Tattersall I. 1981. Behaviour
and ecology of Macaca fascicularis in
Mauritius. Primates 22:192-205.
Zamma K. 2002. Grooming site preferences
determined by lice infection among
Japanese macaques in Arashiyama.
Primates 43:41-49.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian ( Situs Ciung Wanara )

Situs Ciung Wanara

8

Lampiran 2 Area Situs Ciung Wanara, Ciamis, Jawa Barat

Lampiran 3 Data hari dan curah hujan Kabupaten Ciamis 2004

10
Lampiran 4 Identifikasi individu kelompok Pancalika n
No.
Nama

Jenis
Kelamin/Usia

1

Co

Jantan/Dewasa

2

Db

Jantan/Dewasa

3

Sa

Jantan/Dewasa

Ciri-ciri
Tubuh besar, rambut tubuh rapi, rambut kepala dan punggung cokelat,
jambul pendek tidak teratur, telinga sebelah kanan cacat.
Perut gendut, rambut tubuh terutama perut dominan putih, jambul
pendek lurus di belakang, kelopak mata putih, muka agak merah.
Tubuh lebih besar daripada Co, diantara kedua mata terdapat garis
hitam berupa rambut, bersifat soliter.

4

Ka

Betina/Dewasa

Jambul tidak teratur, muka merah, kelenjar mamae besar,
puting kiri lebih panjang daripada kanan, rambut alis putih berbentuk
bulat, agresif terhadap manusia.

5

Ka 2

Betina/Dewasa

Mirip Ka, muka merah, rambut alis putih tidak berbentuk

6

B1

Betina/Dewasa

7

B2

Betina/Dewasa

8

Ca

Betina/Dewasa

9

Cu

Betina/Dewasa

10

Ma

Betina/Dewasa

11

Tp

Betina/Dewasa

12

Tkp

Betina /Dewasa

Jambul tidak teratur, misai pipi lebat, telinga lancip,

13

Ge

Betina/Dewasa

puting kanan lebih panjang daripada kiri.
Jambul pendek dibelakang, misai pipi lebat, dikedua pipi

14

Hnb

Betina/Dewasa

15

IM1

Betina/Dewasa

16

IM2

Betina/Dewasa

17

IM3

Betina/Dewasa

bulat, tidak agresif terhadap manusia.
Jambul pendek lurus dibelakang, rambut dahi panjang,
misai disekitar mulut panjang, sering bersuara "Nguuk Nguuk".
Mirip B 1, muka merah agak hitam, ukuran tubuh lebih kecil daripada
B 1, jambul lurus dibelakang, mulut agak mancung.
Misai muka lebat, alis putih dan lebat, jambul lurus
dibelakang.
Mirip Ca, jambul lurus dibelakang, misai muka tidak lebat, muka agak
merah.
Mirip Ca dan Cu, tidak ada jambul, kelopak mata putih, kelenjar
mamae besar, puting kiri lebih panjang daripada kanan.
Misai pipi lebat, kelopak mata putih, jambul tidak teratur, kelenjar
mamae peot.

terdapat garis hitam yang sangat jelas.
Muka agak merah, jambul pendek, puting kecil,
terdapat rambut hitam dikedua pipi.
Mirip Ka, warna rambut tubuh abu-abu-cokelat, cacat di dahi, agresif
terhadap manusia.
Mirip Ka dan IM1, tubuh lebih besar daripada IM1, warna tubuh
abu- abu.
Tubuh kurus, warna tubuh abu-abu, jambul tidak teratur, muka agak
merah, jarang terlihat bersama kelompok.
18

IM4

Betina/Dewasa

Warna tubuh abu-abu, tidak ada jambul, muka agak merah,

19

IM5

Betina/Dewasa

Jambul lurus dibelakang, muka merah, mata sipit,

20

IM6

Betina/Dewasa

21

IM7

Betina/Dewasa

22

IM8

Betina/Dewasa

jarang terlihat bersama kelompok.
kelopak mata putih, rambut hitam ditengah-tengah dahi.
Tubuh besar, hidung panjang kebawah, misai muka lebat, jambul
pendek dibelakang, mempunyai gelambir, kelopak mata putih.
Tubuh kurus, rambut tubuh abu-abu, kelenjar mamae besar, bentuk
kepala lonjong, misai lebat.
Mirip IM7, tubuh gendut, kelenjar mamae besar, bentuk kapala oval,
rambut tubuh abu-abu.

11

23

Jbt

Jantan/Juvenil

24

Pkg

Jantan/Juvenil

Tubuh kurus, tidak ada jambul, rambut tubuh cokelat, rambut kepala
terbelah menjadi dua.
Pipi kanan lebih besar daripada kiri, misai muka lebat,
jambul tidak teratur.

25

Jb

Jantan/Juvenil

26

K1

Jantan/Juvenil

Muka merah, jambul lurus, rambut hitam dikedua pipi, mulut
agak mancung.
Warna seluruh muka hitam, jambul pendek tidak teratur, rambut hitam
dikedua pipi.

27

K2

Jantan/Juvenil

Warna muka agak hitam, jambul pendek tidak teratur.

28

K3

Jantan/Juvenil

Warna muka sebagian hitam, jambul pendek tidak teratur, ukuran

29

Al 1

Jantan/Juvenil

tubuh lebih besar daripada K1dan K2.
Warna seluruh tubuh terang, jambul pendek tidak teratur, tubuh lebih
besar dibandingkan Al 2 dan Al 3.
30

Al 2

Jantan/Juvenil

Warna seluruh tubuh terang, tidak ada jambul, rambut kepala cokelat,

31

Al 3

Jantan/Juvenil

32

Jbl

Betina/Juvenil

33

Ckl

Betina/Juvenil

34

Jg

Betina/Juvenil

Jambul tidak teratur, terdapat bintik putih di sekitar hidung kanan

35

Jp

Betina/Juvenil

Jambul lurus panjang dibelakang, warna tubuh cokelat.

36

Oj

Betina/Juvenil

Warna tubuh abu-abu agak hitam, tidak ada jambul, misai muka lebat.

37

i1

Jantan/Bayi

Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala belum tumbuh.

38

i2

Jantan/Bayi

Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala jarang dan bergaris- garis

39

i3

Jantan/Bayi

Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala terbelah dua.

40

i4

Jantan/Infant

Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala sedikit.

41

i5

Jantan/Infant

Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala terbelah tiga.

42

i6

Jantan/Infant

Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala sedikit.

43

i7

Jantan/Infant

Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala terbelah dua dengan

44

i8

Jantan/Infant

Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala terbelah dua.

45

Ab 1

Jantan/Infant

Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala belum tumbuh, anggota

46

Ab 2

Jantan/Infant

Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala belum tumbuh.

muka agak merah.
Warna seluruh tubuh terang, jambul miring ke kanan, kelopak mata
putih, ukuran tubuh paling kecil diantara Albino ( Al 2 dan Al 3 )
Warna tubuh abu-abu agak cokelat, jambul tidak teratur, terdapat
bekas luka di dahi.
Jambul pendek dibelakang, ada tanda putih di dekat hidung kanan,
kaki kiri pincang.

belahan kiri lebih panjang daripada kanan.

termuda dalam kelompok Pangcalikan.

Lampiran 5 Perilaku allgrooming kelompok Pancalikan
Penerima
Co
Pelaku
Co
Db
Sa
Ca
Ma
Cu
Tkp
Tp
Ge
Ka
Ka2
IM1
IM2
IM3
IM4
IM5
IM6
IM7
IM8
B1
B2
Jbt
K1
K2
K3
Jb
Jp
Jg
Jbl
Ckl
Oj
Al1
Al2
Al3
Pkg
Hnb
Total

Db

Sa

Ca

Ma

8
2
2

1
2

Cu

Tkp

Tp

Ge

4

8

6

Ka

Ka2

3

6

IM1

IM2

IM3

IM4

IM5

2

1

2

IM6

IM7

IM8

1

4
2

1

1

8

B1

B2

3
1

8

1
2

1
1
2

4
7

13
1

6

3
1
1
1

1
7

2

2

2

2
3
4

Jbt

K1

K2

2
1

K3

6

Jp

Jg

5
2

1

Jb

7
6
26

8
1

1
1
3
3

Jbl

Ckl

11
10
7
1
2

2
3

Oj

Al1

1

Al2

23

1
6

12

4
3

4

1

1
1
2
3

1
1

1

2

6

5
1

1
3
1

3

2

3
2

1
1

4

5

2

1

3

1

2

3

2
2

13

3

2

4
9

3

1
1

1

6

1

3

2

2

1

2
1

1

2

1

1
1
1
1

8

3
15

8

25

14

1

6

21

2

3
5

2

14

4
26

6

7

1
4

3

0

2
19

6
1

5

9

1

8
31

1
39

1
1
11

7
52

1
1

2
10
28

12

1
16

3

2
34

1
1
9

15

0

56

Lampiran 6 Perilaku perselisihan (mengancam, menyerang dan menggigit) kelompok Pancalikan
Penerima
Co Db Sa Ca M a Cu Tkp Tp Ge Ka Ka2 IM1 IM2 IM3 IM4 IM5
Pelaku
Co
3
1
1
1
1
1
1
Db
1
1
2
1
1
1
Sa
1
Ca
1
3
1
1
1
1
Ma
1
1
1
1
Cu
1
1
Tkp
1
1
1
Tp
Ge
1
Ka
1
2
1
1
1
Ka2
1
2
IM1
1
IM2
1
2
1
IM3
1
1
IM4
IM5
1
1
1
IM6
IM7
IM8
B1
1
1
1
B2
1
Hnb
Total
0
4
2
2
3
2
9
10
5
1
3
3
4
3
5
2

IM6

IM7 IM8

B1

B2

1

Hnb

Total

5

15
7
6
10
5
3
4
0
4
10
3
3
7
7
0
4
0
0
0
5
2
0
190

5
1

1
1
1
1
1

1

2

1

2
2

1
1

2
2
1

1
1

1

1

2

5

1
1
2

3

24

Lampiran 7 Frekuensi dan waktu yang dihabiskan sebagai pelaku dan penerima pada
allogrooming
No.

Nama

Kelamin

Usia

Frek. Pelaku
(scan)

Wkt Pelaku
(menit)

Frek. Penerima
(scan)

Wkt Penerima (menit)

1

Co

J

Dew

36

13

8

14.5

2

Db

J

Dew

19

25

15

43.5

3

Sa

J

Dew

0

0

8

11.5

4

Ca

B

Dew

79

97

25

11.7

5

Cu

B

Dew

13

10

6

0.3

6

Ma

B

Dew

24

36

14

26.5

7

Ge

B

Dew

46

63

14

8.2

8

Tkp

B

Dew

21

19

21

15.6

9

Tp

B

Dew

66

61

2

1.2

10

Ka

B

Dew

42

71

26

17.2

11
12

Ka2
B1

B
B

Dew
Dew

4
32

17
55

6
31

6.7
24.2

13

B2

B

Dew

17

29

39

33

14

IM1

B

Dew

8

17.5

7

3.7

15

IM2

B

Dew

1

5

4

3.9

16

IM3

B

Dew

1

1.7

3

16.1

17

IM4

B

Dew

2

1.8

0

0

18

IM5

B

Dew

9

15.5

19

18.6

19

IM6

B

Dew

5

8.7

5

14.2

20

IM7

B

Dew

24

20.5

9

25.9

21

IM8

B

Dew

0

0

1

0.7

22

Hnb

B

Dew

42

22.7

55

67.8

23

Jbt

J

Juv

9

4

11

17.9

24

Pkg

J

Juv

4

0.7

6

8.6

25

Jb

J

Juv

0

0

12

6.7

26

K1

J

Juv

18

25.2

52

69

27
28

K2
K3

J
J

Juv
Juv

2
4

0.2
6.4

1
28

6.5
32.5

29

Al 1

J

Juv

0

0

0

0

30

Al 2

J

Juv

4

0.7

56

69.8

31

Al 3

J

Juv

0

0

2

0.3

32

Jbl

B

Juv

3

4.5

34

30

33

Ckl

B

Juv

10

13.1

9

2.6

34

Jp

B

Juv

6

5

16

8.6

35

Jg

B

Juv

0

0

3

0.2

36

Oj

B

Juv

12

14

15

9.7

563

663.2

563

627.4

Total

Keterangan :

J
=Jantan

Dew = Dewasa

B = Betina

Juv = Juvenil

Lampiran 8 Frekuensi autogrooming dan allogrooming pada pagi, siang dan sore hari dari
Mei – Agustus 2005

Aktivitas autogrooming

Frekuensi (scan)

600
500
400
300
200
100
0
Mei

Juni

Juli

Agustus

Bulan
Pagi

Siang

Sore

Aktivitas allogrooming

Frekuensi (scan)

250
200
150
100
50
0
Mei

Juni

Juli

Agustus

Bulan
Pagi

Siang

Sore