TINJAUAN HISTORIS PERJUANGAN MASYARAKAT LUWU DALAM PEMEKARAN PROVINSI LUWU SULAWESI SELATAN TAHUN 1999 – 2006

(1)

TINJAUAN HISTORIS PERJUANGAN MASYARAKAT LUWU DALAM PEMEKARAN PROVINSI LUWU

SULAWESI SELATAN TAHUN 1999 – 2006

Oleh

MERRITA ROSA PRATIWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

TINJAUAN HISTORIS PERJUANGAN MASYARAKAT LUWU DALAM PEMEKARAN PROVINSI LUWU

SULAWESI SELATAN TAHUN 1999 – 2006

Oleh

MERRITA ROSA PRATIWI

Perjuangan masyarakat Luwu eks kerajaan untuk membentuk provinsi Luwu, telah dipelopori dan diperjuangkan oleh Raja Kerajaan Luwu Sri Paduka Datu Luwu Andi Djemma sejak tahun 1953 – 1963. Sejak itulah desakan-desakan masyarakat untuk membentuk Provinsi Luwu semakin kencang. Berbagai Kalangan aktivis LSM pun mendukung pemekaran Provinsi Luwu dengan mengadakan gerakan non fisik, seperti membentuk Gerakan Berbasis Jakarta, membentuk panitia perjuangan pemekaran provinsi Luwu dan mengadakan berbagai pertemuan serta rapat-rapat untuk membicarakan dan mendiskusikan pemekaran provinsi Luwu

Sesuai dengan Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 129 Tahun 2000, maka pemekaran provinsi Luwu ini sebenarnya telah memenuhi syarat fisik dari ketentuan untuk pemekaran daerah, yakni telah memiliki tiga kabupaten dan satu kotamadya, namun keputusan untuk persetujuan atas pemekaran Provinsi Luwu harus disetujui dari Pemerintah Pusat. Dalam sebuah pemekaran provinsi harus benar-benar dilihat kelayakan bagi provinsi yang akan dimekarkan. Untuk itu Pemerintah Pusat tidak bisa secepatnya dalam mengambil keputusan.

Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana perjuangan Masyarakat Luwu dalam usaha pembentukan provinsi Luwu Tahun 1999 - 2006? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perjuangan Masyarakat Luwu dalam usaha pembentukan Provinsi Luwu Tahun 1999 - 2006. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, dengan langkah-langkah menggunakan heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian perjuangan Masyarakat Luwu dalam pemekaran Provinsi Luwu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah


(3)

Dari hasil pengumpulan data dan pengolahan data dapat diperoleh sumber tentang perjuangan masyarakat Luwu untuk mewujudkan provinsi Luwu. Langkah-langkah yang dilakukan dengan membentuk Gerakan Berbasis Jakarta, membentuk panitia pembentukan Provinsi Luwu, diantaranya; Gerakan Berbasis Makassar, Komite Pusat Pembentukan Provinsi Luwu (KP3L) dan Front Perjuangan Pembentukan Provinsi Luwu (FP3L) dan juga diselenggarakan beberapa dari organisasi lain, diantaranya Badan Koordinasi Pembentukan Provinsi Luwu Raya (BKPPLR) dan Kerukunan Keluarga Luwu (KKL) serta dilaksanakan sebuah pertemuan untuk membicarakan dan mendiskusikan usaha untuk pemekaran Provinsi Luwu yang dalam pertemuan tersebut dinamakan Pertemuan Tudang Sipulung, tempatnya di Istana Raja Luwu di Palopo, yang dihadiri oleh para tokoh adat maupun berbagai dari kalangan pejabat, aktivis dan mahasiswa.

Dari pembahasan dapat diperoleh bahwa usaha dalam pembentukan provinsi Luwu telah dilakukan dengan berbagai langkah-langkah, melalui diskusi, membentuk gerakan dan panitia pembentukan provinsi Luwu, mengadakan rapat dan pertemuan yang dihadiri oleh kalangan pejabat tinggi sampai masyarakat biasa. Namun perjuangan yang dilakukan masyarakat Luwu dalam usaha pembentukan provinsi Luwu belum memperoleh hasil yang diharapkan. Hal ini dikarenakan, dalam pembentukan sebuah provinsi haruslah mempertimbangkan kelayakan bagi provinsi yang akan dimekarkan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan provinsi tersebut. Masyarakat sangat menginginkan pembentukan provinsi Luwu, tetapi pembentukan provinsi Luwu belum bisa terlaksana dikarenakan banyak hal yang belum memenuhi syarat dan kelayakan bagi pembentukan provinsi Luwu.

Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa perjuangan pemekaran Provinsi Luwu bukan hal yang mudah karena untuk menjadikan sebuah provinsi haruslah dipertimbangkan secara maksimal dan sebuah provinsi harus memenuhi beberapa syarat teknis, syarat administrasi dan syarat fisik kewilayahan untuk dapat dijadikan sebuah provinsi.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR LAMPIRAN... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Analisis Masalah... 3

1.Identifikasi Masalah... 3

2.Pembatasan Masalah... 4

3.Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.Tujuan penelitian... 4

2.Kegunaan Penelitian... 5

3.Ruang Lingkup Penelitian... 5

II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA A.Tinjauan Pustaka... 6

1. Konsep Tinjauan Historis... 6

2. Konsep Perjuangan... 8

3. Konsep Pemekaran Daerah ... 10

B.Kerangka Pikir... 12

C.Paradigma... 13

III.METODE PENELITIAN A.Metode Yang Digunakan... 14

B.Variabel Penelitian... 17

C.Teknik Pengumpulan Data... 18

1. Teknik Kepustakaan... 18

2. Teknik Dokumentasi... 18

D.Teknik Analisis Data... 19

IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil... 21


(7)

2. Gambaran Umum Kabupaten Luwu... 32

2.1Sejarah Singkat Kabupaten Luwu... 32

2.2Letak Geografi Kabupaten Luwu... ... 42

2.3Potensi- potensi Kabupaten Luwu... 43

3. Rencana Pemekaran Provinsi Luwu………. 45

3.1Kriteria Pemekaran Daerah ………... 45

3.1.1Syarat Pemekaran Daerah dan Kawasan Khusus……… 45

3.1.2Pedoman Penilaian Pemekaran Daerah (Pelaksanaan PP No. 129 Tahun 2000)……… 48

3.1.3Keuangan Daerah...…………... 51

3.1.4Pembinaan dan Pertimbangan Otonomi Daerah... 54

4. Tuntutan Para Elit Politik Dalam Pemekaran Provinsi Luwu …………. 56

5. Perjuangan Masyarakat Luwu Dalam Pemekaran Provinsi Luwu………... 57

5.1 Langkah-langkah Yang Dilakukan Untuk Memperjuangkan Pemekaran Provinsi Luwu……….... 57

5.1.1 Gerakan Berbasis Jakarta………... 57

5.1.2 Pembentukan Panitia Dalam Perjuangan Provinsi Luwu……. 59

5.1.2.1 Gerakan Berbasis Makassar……….. 59

5.1.2.2 Komite Pusat Pembentukan Provinsi Luwu (KP3L)… 59 5.1.2.3 Front Perjuangan Pembentukan Provinsi Luwu (FP3L) Di Palopo………... 61

5.1.3 Pertemuan Tudang Sipulung……….. 63

6. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pemekaran Provinsi Luwu………. 64

B. PEMBAHASAN Perjuangan Masyarakat Luwu Dalam Pemekaran Provinsi Luwu Tahun 1999 – 2006……….. 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 73

B. Saran... 74 DAFTAR PUSTAKA


(8)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Salah satu karakteristik dalam Negara Kesatuan seperti Indonesia adalah adanya penyerahan beberapa urusan pemerintahan kepada pemerintah yang ada di daerah yang disebut dengan otonomi daerah. Otonomi daerah di Indonesia banyak mengalami perkembangan dengan selalu berubahnya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang otonomi daerah. Adanya otonomi urusan pemerintahan yang diberikan kepada pemerintah daerah memberikan dampak yang kompleks dalam pelaksanaanya, meskipun terkadang tujuan utama otonomi daerah untuk memberikan pelayanan masyarakat agar lebih mudah sering tersisihkan oleh kepentingan elit politik (Muhammad Rijal, 2011 : 1).

Salah satu dampak dari merebaknya semangat otonomi di Indonesia adalah dengan banyaknya daerah yang ingin melakukan pemekaran untuk menjadi daerah otonom baru yang mempunyai pemerintahan tersendiri. Fenomena pemekaran daerah yang semakin ramai ini menimbulkan ragam argumentasi, yakni untuk mempermudah jarak jangkau masyarakat terhadap urusan administrasi. Pelayanan terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan baik apabila pemerintahan yang melaksanakan kewenangan otonomi itu telah siap untuk mengemban tanggung jawab. Dalam melakukan pemekaran daerah ada beberapa persyaratan yang harus


(9)

dimiliki oleh daerah. Secara hukum syarat-syarat pemekaran suatu wilayah untuk menjadi kabupaten/kota atau provinsi tidak terlalu sulit. Di era otonomi daerah, hukum cukup memberikan kelonggaran kepada daerah untuk melakukan pemekaran. Ini pula yang menjadi sebab banyak daerah yang melakukan pemekaran mulai dari tingkat kecamatan sampai ketingkat provinsi (Muhammad Rijal, 2011 : 2).

Desentralisasi dan pemekaran terlalu sering dipandang sebagai mekanisme-mekanisme bebas masalah dari pembaharuan pemerintahan, bagian dari suatu transisi menuju struktur-struktur tata pemerintahan yang sudah ditetapkan dan yang menyumbang pada pembangunan, demokrasi dan masyarakat sipil. Begitu pula, aktor-aktor politik sendiri cenderung mengemas proses-proses yang kompleks yang saling berkaitan itu dengan ungkapan-ungkapan mekanistis rutin yang tentu saja didasarkan pada visi dan misi pembangunan dan berakar pada aspirasi-aspirasi masyarakat (Nordholt, 2007 : 154).

Pengaturan pemekaran daerah diapresiasi dengan muncul daerah otonom baru dengan metode pemekaran, yakni penggabungan daerah atau pemekaran satu daerah menjadi dua daerah. Ketersediaan peluang bagi pemekaran daerah otonom atau pembentukan daerah otonom baru, sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah pemerintahan daerah di Indonesia (Muhammad Rijal, 2011 : 2). Keinginan masyarakat dan politik di Luwu membentuk satu provinsi tersendiri sudah bermula sejak puluhan tahun lalu. Ketika masih hidup Raja (Datu atau Pajung’e Ri Luwu), Andi Djemma, ia pernah menemui Presiden R.I, Ir. Soekarno pada tahun 1958. Ia meminta kepada Presiden R.I satu Pemerintahan Daerah Istimewa


(10)

di Luwu, namun hingga Datu Andi Jemma wafat pada tanggal 23 Februari 1965 cita-citanya belum terwujud (Azhar Mustamin Toputiri, 2007: 1).

Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) dan (2) UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, daerah yang tidak mampu menyelenggarakan Otonomi Daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain dan daerah otonom dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah jika dipandang sesuai dengan perkembangan daerah. Munculnya gejala, bahkan kenyataan akan adanya pemekaran dan pembentukan kabupaten, kota dan propinsi baru di Indonesia menuntut perlunya segera ditetapkan syarat-syarat dan kriteria yang menjadi pertimbangan di dalam pembentukan dan pemekaran daerah, karena untuk menjadikan sebuah kabupaten, kota dan provinsi harus memenuhi beberapa syarat yang telah ditetapkan dalam UU dan direkomendasikan atas persetujuan Pemerintah Pusat. (Nordholt, 2007 : 155).

B.Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah yang dapat diambil yaitu :

1. Konflik antara Masyarakat Luwu dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam usaha pembentukan atau Pemekaran Provinsi Luwu tahun 1999-2006. 2. Perjuangan yang dilakukan Masyarakat Luwu dalam usaha pemekaran Provinsi


(11)

3. Penolakan Pemerintah Pusat (Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan) dalam menanggapi Pembentukan atau Pemekaran Provinsi Luwu bagi kepentingan-kepentingan ekonomi dan sosio-kulturalnya.

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini memiliki obyek yang jelas maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Dalam penelitian ini pembahasan penulis terbatas pada perjuangan yang dilakukan Masyarakat Luwu dalam usaha pemekaran Provinsi Luwu tahun 1999-2006.

3. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas kembali inti permasalahan yang akan diteliti maka diperlukan suatu rumusan masalah. Melalui rumusan masalah ini diharapkan akan lebih mudah dalam memahami dan menyusun penelitian kepada tahap-tahap selanjutnya. Berangkat dari deskripsi latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah perjuangan yang dilakukan Masyarakat Luwu dalam usaha pemekaran Provinsi Luwu tahun 1999-2006?

C. Tujuan Penelitian, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perjuangan yang dilakukan Masyarakat Luwu dalam usaha pemekaran Provinsi Luwu tahun 1999-2006.


(12)

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan informasi penulis mengenai perkembangan sejarah politik dalam masalah perjuangan yang dilakukan Masyarakat Luwu di daerah Luwu Sulawesi Selatan dalam usaha pemekaran dari sebuah kabupaten menjadi sebuah provinsi.

2. Sebagai suplemen materi pada mata kuliah Sejarah Nasional Kontemporer, yaitu pembahasan mengenai bentuk suatu perjuangan dalam usaha pemekaran provinsi.

3. Ruang Lingkup Penelitian

1. Tipe penelitian : Analisis Kualitatif

2. Metode penelitian : Metode Historis dan Dokumentasi 3. Subjek penelitian : Perjuangan Masyarakat Luwu 4. Objek penelitian : Pemekaran Provinsi Luwu

5. Tempat penelitian : 1. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah 2. Perpustakaan Universitas Lampung

3. Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung 6. Waktu Penelitian : tahun 2012

7. Tahun Temporal : tahun 1999-2006 8. Bidang ilmu : Sejarah Politik


(13)

REFERENSI

Muhammad Rijal. 2011. Pemekaran Daerah Melahirkan Masalah. http://rijal-

akay.blogspot.com/2011/10/pemekaran-daerah-melahirkan-masalah.html.diakses jumat, 12 Juli 2013. 11.05 WIB.

Henk Schulte Nordholt,dkk. 2007. Politik Lokal Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor.Halaman 154

Muhammad Rijal.Op.Cit.Halaman 2

Azhar Mustamin Toputiri. 2007. Perjuangan Provinsi Luwu. http://azhartoputiri.blogspot.com/2007/08/gema-luwu-raya.html.diakses Rabu, 6 Februari 2013.10.15 WIB.


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

A.Tinjauan Pustaka

Pada saat proses penulisan laporan ini, penulis memerlukan suatu hal yang berkaitan dengan sumber-sumber yang berkaitan dengan judul penelitian, yang mana dalam penulisannya memerlukan penjabaran dari bahan-bahan atau sumber-sumber yang diambil sesuai dengan judul penelitian. Oleh sebab itu, penulis menjabarkan tinjauan pustaka yaitu :

1. Konsep Tinjauan Historis

Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. “Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata tinjau yang memiliki arti melihat, menjenguk, memeriksa dan meneliti untuk kemudian menarik kesimpulan”, sedangkan “kata historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti KotaIstoriayaitu kota ilmu di Yunani”. Kemudian kata istoria dalam perkembangannya diperuntukkan bagi “pengkajian terhadap segala sesuatu mengenai masalah manusia secara kronologis” (Louis Gottschalk, 1975: 27).

Pada perkembangan selanjutnya kata Istoria juga diadopsi oleh Bahasa Inggris dengan perubahan fonem menjadi history atau historis yang dipergunakan sebagai istilah untuk menyebut “cerita tentang peristiwa dan kejadian yang dialami


(15)

manusia pada masa lampau”, sedangkan dalam bahasa Indonesia kata historis dikenal dengan istilah sejarah. “Adapun pengertian historis atau sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran”. Pendapat lain mengatakan bahwa :

Sejarah ialah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau, beserta segala kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan (Hugiono dan P.K Poerwanta, 1987: 9).

Menurut J.V.Brice “Sejarah adalah catatan-catatan dari apa yang telah dipikirkan dan diperbuat oleh manusia”, sedangkan menurut R.G.Collingwood, “Sejarah ialah sejenis bentuk penyelidikan atau suatu penyiasatan tentang perkara-perkara yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau”.

Sementara itu, sejarah juga diartikan sebagai gambaran masa lalu kehidupan manusia dan seputarnya meliputi lingkungannya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan pemahaman tentang apa yang terjadi”(Sidi Gazalba, 1987 : 13).

Berdasarkan beberapa konsep di atas, maka sejarah adalah satu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa masa lampau yang dilakukan manusia dan ditulis secara kritis dan sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kebijakan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa tinjauan historis memiliki pengertian sebagai suatu bentuk penyelidikan ataupun penelitian terhadap gejala peristiwa masa lampau manusia baik individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang ditulis


(16)

secara ilmiah, kritis dan sistematis meliputi urutan fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah berlalu itu (kronologis), dengan tafsiran dan penjelasan yang mendukung serta memberi pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut.

Dalam mempelajari sejarah, ada beberapa manfaat dan kegunaannya. Menurut Nugroho Notosusanto, kegunaan sejarah ada tiga yaitu :

1. Memberi pelajaran (edukatif), bahwa kita dapat belajar dari pengalaman-pengalaman dimasa lampau yang dapat dijadikan pelajaran sehingga hal-hal yang buruk dapat dihindari.

2. Memberi ilham (inspiratif), bahwa tindakan kepahlawanan dan peristiwa-peristiwa dimasa lampau dapat mengilhami kita semua pada taraf perjuangan sekarang. Peristiwa-peristiwa yang benar akan memberi ilham.

3. Memberi kesenangan (rekreatif), bahwa kita bisa terpesona oleh kisah yang baik, sebagaimana kita bisa terpesona oleh sebuah roman yang bagus dengan sedihnya kita berhasil mengangkat seni (Nugroho Notosusanto, 1964 : 17).

Selanjutnya Nugroho Notosusanto mengemukakan bahwa “mempelajari sejarah supaya kita bijaksana terlebih dahulu dalam bertindak untuk berbuat sesuatu dalam sekarang masa yang akan datang yang melandaskan pada masa lampau”.

Berdasarkan beberapa konsep sejarah diatas, perlu dikemukakan juga bahwa manfaat mempelajari sejarah adalah agar kita dapat mengetahui peristiwa masa lampau yang dilakukan manusia yang menjadi inspirasi dan pedoman untuk melakukan tindakan yang bijaksana pada masa sekarang dan yang akan datang.

2.Konsep Perjuangan

Perjuangan merupakan suatu usaha yang penuh kesukaran dan bahaya dilakukan dengan kekuatan fisik maupun mental untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan melalui perjuangan fisik


(17)

(perang) dan juga dengan perjuangan diplomasi (melalui perundingan) (Marduta, 2010 : 3).

Perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual yang melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik. Dalam menghadapi globalisasi dan menatap masa depan untuk mengisi kemerdekaan diperlukan perjuangan non fisik sesuai dengan bidang tugas dan profesi masing-masing yang dilandasi nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia, sehingga memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan perilaku yang cinta tanah air dan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan (Adhitia, 2011: 1).

Menurut C.S.T Kansil dan Julianto, perjuangan merupakan suatu perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia dalam rangka untuk mencapai kemerdekaan dengan organisasi yang teratur (Kansil dan Julianto, 1984: 15).

Meskipun demikian, dalam perjalanan sejarah umat manusia, munculnya perjuangan pahlawan bukan terbatas dari hasil perjuangan fisik namun juga melalui usaha atau kegiatan di bidang pemikiran dalam rangka mengadakan perubahan besar untuk kepentingan umum, sehingga muncul pahlawan-pahlawan (Uka Tjandrasasmita, 1983: 20).

Demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini perjuangan diartikan sebagai usaha yang dilakukan melalui kegiatan di bidang pemikiran dalam rangka mengadakan perubahan besar untuk kepentingan umum. Secara khusus perjuangan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu suatu perjuangan yang


(18)

dilakukan sebagai upaya untuk mengorganisir suatu kegiatan dalam pemekaran provinsi yang dilakukan untuk kepentingan bersama.

3.Konsep Pemekaran Daerah

Pemekaran daerah merupakan pengembangan dari satu daerah otonom menjadi dua atau lebih daerah otonom. Pemekaran daerah dilandasi oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 5 Ayat 2 dinyatakan daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah, namun setelah UU No.22 Tahun 1999 diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, maka materi pemekaran wilayah tercantum pada Pasal 4 Ayat 3 dan Ayat 4, namun istilah yang dipakai adalah pemekaran daerah. Dalam UU No 32 Tahun 2004 tersebut pada Pasal 4 Ayat 3 dinyatakan:

Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih (Inggit, 2012 : 1).

Sedangkan dalam Pasal 4 Ayat 4 dalam UU tersebut dinyatakan:

Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan (Inggit, 2012 : 2).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya ditulis UU Pemda), pembentukan daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Pembentukan daerah dapat berupa pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih, atau penggabungan bagian daerah yang bersandingan atau penggabungan beberapa daerah. Pemekaran daerah adalah pemecahan provinsi atau kabupaten/kota menjadi dua daerah atau lebih.


(19)

Sebelumnya, tata cara pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 diganti Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah (selanjutnya ditulis PP 78/07). Dalam PP 78/07 mengatur mengenai proses pembentukan daerah yang didasari pada 3 (tiga) persyaratan, yakni administratif, teknis dan fisik kewilayahan. Penjelasannya yaitu sebagai berikut:

1. Persyaratan administratif didasarkan atas aspirasi sebagian besar masyarakat serta meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten / kota dan Bupati/ walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD Provinsi Induk dan Gubernur, serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri.

2. Persyaratan secara teknis didasarkan pada faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Adapun faktor lain tersebut meliputi pertimbangan kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan.

3. Persyaratan fisik kewilayahan dalam pembentukan daerah meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan (J.Kaloh, 2007: 166-167).

Dengan persyaratan tersebut diharapkan agar daerah yang baru dibentuk dapat tumbuh, berkembang dan mampu menyelenggarakan otonomi daerah dalam


(20)

rangka meningkatkan pelayanan publik yang optimal guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat .

B Kerangka Pikir

Dahulu Luwu merupakan sebuah kerajaan, selanjutnya setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, secara otomatis Kerajaan Luwu berintegrasi masuk kedalam Negara Republik Indonesia. Aspirasi masyarakat Luwu eks kerajaan untuk membentuk Provinsi Luwu ini sendiri telah dipelopori dan diperjuangkan oleh Raja Kerajaan Luwu Sri Paduka Datu Luwu Andi Djemma sejak tahun 1953-1963. Sejak itulah desakan-desakan masyarakat untuk membentuk Provinsi Luwu semakin kencang. Banyak berbagai kalangan dari Masyarakat Luwu yang mendukung pembentukkan Provinsi Luwu, namun dalam pembentukkan Provinsi Luwu harus memenuhi persyaratan administratif, teknis dan fisik kewilayahan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah dan bukan hanya itu saja, tetapi juga harus dilihat dari potensi daerahnya apakah sudah layak menjadi sebuah provinsi sehingga nantinya tidak berdampak buruk bagi pemerintah dan masyarakatnya juga. Banyak hal yang dilakukan oleh Masyarakat Luwu untuk memperjuangkan pemekaran Provinsi Luwu melalui adanya gerakan-gerakan yang bertujuan mendiskusikan pemekaran Luwu yaitu Gerakan Berbasis Jakarta, pembentukan panitia yang dilakukan dengan membentuk Gerakan Berbasis Makassar, Komite Pusat Pembentukan Provinsi Luwu (KP3L), Front Perjuangan Pembentukan Provinsi Luwu (FP3L) di Palopo serta mengadakan pertemuan di Istana Raja Luwu di Palopo yang dinamakan Pertemuan Tudang Sipulung. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut oleh Masyarakat Luwu


(21)

bertujuan dalam langkah-langkah memperjuangkan pemekaran Provinsi Luwu, namun semua perjuangan yang dilakukan Masyarakat Luwu akan diambil keputusannya oleh Pemerintah Pusat.

A. Paradigma

Keterangan :

: garis pemekaran

: garis keinginan : garis cara/bentuk

Eks Kerajaan Luwu

Kabupaten Luwu

Pembentukan Provinsi Luwu

Perjuangan Masyarakat Luwu

Gerakan berbasis Jakarta Pembentukan Panitia Pertemuan Tudang Sipulung

Komisi Pusat Pembentukan Provinsi Luwu (KP3L)

Front Perjuangan Pembentukan Provinsi Luwu (FP3L)

Gerakan Berbasis Makassar


(22)

REFERENSI

Louis Gottschalk (Terjemahan Nugroho Notosusanto).1975.Mengerti Sejarah; Pengantar Metode Sejarah.Jakarta:Yayasan Penerbit UI.Halaman 27. Hugiono dan P.K Poerwanta.1987.Pengantar Ilmu Sejarah.Jakarta: Bina

Aksara.Halaman 9

Nugroho Notosusanto.1964.Hakekat Sejarah dan Azaz – azas Metode Sejarah.Jakarta : Balai Pustaka.Halaman 17

Marduta. 2010. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

http://marduta.com/rangkuman-materi-ips-kelas-9/perjuangan-mempertahankan-kemerdekaan-melalui-perjuangan-diplomasi.diakses Selasa, 23 April 2013.10:33 WIB

Adhitia. 2011. Perjuangan bangsa Indonesia Melawan Belanda.

http://adhitchemonk.blogspot.com/2010/03/perjuangan-bangsa-indonesia-melawan.html.diakses Selasa, 23 April 2013.10:36 WIB Kansil dan Julianto.1984.Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan

Indonesia.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama. Halaman 15

Uka Tjandrasasmita.1983: “Beberapa Saran untuk Penggarisan Pola Penulisan Biografi Pahlawan Nasional”.Jakarta : Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Halaman 20

Inggit. 2012. Pemekaran Dearah .http://inggitberbagi.blogspot.com/2012/04/style-definitions-table.html.diakses Rabu, 10 April 2013.14.17 WIB


(23)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Yang Digunakan

Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian historis bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.

Dalam penelitian historis, validitas dan reliabilitas hasil yang dicapai sangat ditentukan oleh sifat data yang ditentukan pula oleh sumber datanya (Hadari Nawawi,1993:79-80). Data historis ialah bahan keterangan mengenai proses perkembangan historis dari fenomena atau gejala sosial dalam perurutan temporal (mengandung dimensi waktu) yang memberikan stempel pembentuk, hingga terwujud keadaan sekarang. Data historis juga merupakan data mengenai kejadian kronologis dengan cirri-ciri pokok dan faktor-faktor kausal yang menyebabkan timbulnya peristiwa dan menjadi sebab dari timbulnya perubahan-perubahan dinamis sosial (Kartono,1980: 225).


(24)

Menurut Louis Gottschalk, metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Louis Gottschalk, 1975 : 32). Sedangkan menurut Nugroho Notosusanto yang dimaksud dengan metode historis adalah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam mengumpulkan bahan-bahan sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa dari hasil-hasilnya, biasanya dalam bentuk tertulis (Notosusanto, 1984 : 10).

Dari pendapat para ahli dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan metode historis adalah suatu prinsip dan aturan yang sistematis serta evaluasi yang objektif dari data yang digunakan dalam proses menguji dan menganalisis hipotesis yang berkaitan dengan rekaman dan kejadian-kejadian masa lampau untuk menjelaskan kejadian yang dialami saat ini dan masa yang akan datang.

Secara etimologis metode berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu methodus yang artinya jalan sampai dan logos artinya ilmu. Jadi metodologi adalah pengetahuan tentang cara kerja, sedangkan metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Jadi metodologi penelitian adalah pengetahuan mengenai metode-metode yang dipergunakan dalam proses penelitian. (Kartono, 1980:15-16). Metodologi menurut Bog dan Tylor dalam Dedy Mulyana metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian.


(25)

Sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain (Mulyana, 2004: 145).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan atau dipersiapkan secara baik - baik untuk mendekati problem dan mencari jawaban.

Langkah-langkah dalam penelitian historis, yaitu :

1. Heuristik, adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah.

2. Kritik, yaitu menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu, baik isi maupun bentuknya.

3. Interpretasi, yaitu setelah memperoleh fakta yang diperlukan maka harus merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal.

4. Historiografi, yaitu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian (Notosusanto, 1984: 10).

Berdasarkan langkah-langkah historis di atas maka langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian adalah :

1. Heuristik

Peneliti akan mengumpulkan fakta, data dan jejak-jejak penelitian dari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah dan objek penelitian yang sedang dilakukan. Kegiatan heuristik akan difokuskan pada literatur-literatur yang berkaitan dengan Perjuangan Masyarakat Luwu Dalam Pemekaran Provinsi Luwu Sulawesi Selatan Tahun 1999-2006, baik di Perpustakaan Universitas Lampung dan Perpustakaan Daerah Lampung. Peristiwa yang akan diteliti adalah Perjuangan Masyarakat Luwu Dalam Pemekaran Provinsi Luwu Sulawesi Selatan Tahun 1999-2006 .


(26)

2. Kritik

Pada tahap ini dilakukan kritik atau analisis penilaian terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan. Dalam hal ini kritik dibagi menjadi dua bagian, kritik ektern yaitu memeriksa kebenaran dan seleksi terhadap fakta atau dokumen tersebut mengenai keaslian dokumen. Kritik intern yaitu pemilihan fakta-fakta tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penulis.

3. Interpretasi

Setelah melakukan tahap kritik dilakukan pemberian tafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dan diurutkan sehingga menjadi sebuah urutan peristiwa yang dapat di terima oleh akal sehat.

4. Historiografi

Setelah mengumpulkan bahan, melakukan kritik dan penafsiran, maka hal terakhir yang dilakukan adalah melakukan proses penyusunan dan penuangan seluruh hasil penelitian kedalam bentuk tulisan.

B.Variabel Penelitian

Menurut Hadari Nawawi dan Mimi Martini yang dimaksud dengan variabel adalah himpunan beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah (Hadari Nawawi, 1993: 49). Menurut Suharismi Arikunto yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian (Suharismi Arikunto, 1989 : 81).

Berdasarkan dua pendapat diatas maka dapat dikemukakan bahwa variabel penelitian adalah obyek penelitian atau pengamatan yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(27)

variabel tunggal dengan fokus penelitian Perjuangan Masyarakat Luwu Dalam Pemekaran Provinsi Luwu Sulawesi Selatan Tahun 1999-2006 .

C.Teknik Pengumpulan Data

Peneliti perlu menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan sumber bahan antara lain melalui:

1. Teknik Kepustakaan

Menurut Koentjaraningrat teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya koran, majalah, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1983: 420).

Berdasarkan pengertian tersebut maka penelitian kepustakaan merupakan suatu penelitian dengan menggunakan literatur (bahan-bahan tertulis) sebagai bahan rujukan. Bahan-bahan (berupa buku) yang telah diperoleh kemudian dipelajari dan ditelaah sehingga dapat menunjang penelitian.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis berupa arsip-arsip, buku-buku, tentang pendapat, teori, dalil ataupun hokum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti tidak terbatas pada literatur-literatur ilmiah saja tetapi bisa merujuk pada sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.


(28)

Selain menggunakan cara-cara itu, penulis juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan fasilitas internet. Pertimbangan utamanya karena internet merupakan jaringan dunia maya yang sangat luas dan lintas batas sehingga memungkinkan untuk mengakses data-data penting, akan tetapi mungkin data tersebut berada dilokasi yang jauh dan juga informasi atau data yang diperoleh melalui fasilitas ini biasanya melalui diperbaharui (update). Pencarian data melalui internet akan dilakukan denan mengunakan bantuan mesin pencari (search engine) seperti www.google.com dan www.wikipedia.com.

A.Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh diperlukan sebuah teknik analisis data sehingga data yang telah diperoleh dapat mempunyai arti bila telah di analisis. Karena data yang akan diolah adalah data-data kualitatif maka teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Data yang diperoleh tidak berbentuk angka - angka, maka tidak dapat diuji dengan statistik, melainkan berbentuk kasus-kasus dan fenomena sehingga harus di deskripsikan untuk dapat memperoleh suatu kesimpulan.

Menurut pendapat Muhammad Ali ada beberapa langkah yang ditempuh dalam analisis data kuantitatif ataupun kualitatif, yaitu : 1. Penyusunan, 2. Klasifikasi, 3. Pengolahan, 4. dan 5. Penyimpulan.

1. Penyusunan data

Penyusunan data perlu dilakukan untuk memudahkan dilakukannya penilaian apakah semua data yang dibutuhkan dalam menuji hipotesis dan anak-anak hipotesis yang telah dirumuskan telah terhimpun secara memadai atau belum dan berguna atau tidak.


(29)

Klasifikasi data merupakan usaha dari peneliti untuk menggolong-golongkan data berdasarkan pada kategorisasi tertentu yang dibuat oleh peneliti.

3. Pengolahan data

Setelah data digolongkan atau dipisahkan berdasarkan jenisnya kemudian peneliti mengolah kedalam suatu susunan kalimat secara sistematis dan kronologis sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti.

4. Penafsiran dan Penyimpulan

Setelah melakukan pengolahan data kemudian peneliti melakukan penafsiran dari data yang telah diolah. Setelah dilakukan penafsiran maka peneliti selanjutnya menyimpulkan hasil penelitian (Ali, 1985: 152).


(30)

REFERENSI

Hadari Nawawi.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.Halaman 79-80.

Kartini Kartono.1980.Pengantar Metodologi Reserch.Bandung:Alumni Bandung.Halaman 225

Louis Gottschalk (Terjemahan Nugroho Notosusanto). .1975.Mengerti Sejarah; Pengantar Metode Sejarah.Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia Halaman 32.

Nugroho Notosusanto.1984.Metode Penelitian Sejarah Kontemporer Suatu Pengalaman.Jakarta:Intidayu Press.Halaman 10

Kartini Kartono.Op.Cit.Halaman 15-16

Dedy Mulyana.2004.Metode Penelitian Kualitatif.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.Halaman 145

Notosusanto,Nugroho.Op.Cit.Halaman 10

Hadari Nawawi.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.Halaman 93

Suharsimi Arikunto.1989.Prosedur Penelitian.Jakarta : Bina Aksara.Halaman 81 Koentjaraningrat.1983.Metode-metode Penelitian

Masyarakat.Jakarta:PT.Gramedia.Halaman 133 Muhammad Ali.1985.Penelitian Kependidikan Prosedur dan


(31)

V SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Perjuangan masyarakat Luwu dalam pemekaran Provinsi Luwu ini bersifat non fisik. Langkah-langkah yang dilakukan dengan membentuk suatu Gerakan Berbasis Jakarta, membentuk panitia yang dinamakan Gerakan Berbasis Makassar, Komite Pusat Pembentukan Provinsi Luwu (KP3L) dan Front Perjuangan Pembentukan Provinsi Luwu (FP3L) serta ada beberapa dari organisasi lain, diantaranya Kerukunan Keluarga Luwu (KKL) dan Badan Koordinasi Pembentukan Provinsi Luwu Raya (BKPPLR), maupun dilaksanakan sebuah pertemuan yang dinamakan pertemuan Tudang Sipulung dalam langkah mendiskusikan untuk usaha pembentukan provinsi Luwu.

Dalam pertemuan dan rapat yang dilakukan oleh kalangan pejabat tinggi daerah dan ketua dari setiap organisasi didiskusikan berbagai argumen maupun pendapat mereka untuk memperjuangkan pemekaran Provinsi Luwu tersebut, tetapi setiap keputusan tidak bisa diambil tanpa persetujuan Pemerintah Pusat maupun dari peraturan undang-undang yang dilaksanakan atas dasar Peraturan Pemerintah namun dalam hal ini didukung sepenuhnya dari aspirasi-aspirasi masyarakat.

Pada prinsipnya pembentukan suatu daerah itu dimaksudkan untuk mempermudah dan membagi beban pemerintahan daerah dalam melakukan pelayanan terhadap


(32)

masyarakat, sebab itu pembentukan sebuah provinsi bukan merupakan hal yang mudah. Pembentukan sebuah provinsi harus memenuhi syarat-syarat dan kriteria yang harus dipenuhi meliputi syarat administrasi, tekhnis dan fisik kewilayahan yang direkomendasikan melalui Gubernur dan Menteri Dalam Negeri yang selanjutnya dipertimbangkan di DPR untuk disahkan melalui Undang-Undang Pembentukan Daerah.

B.Saran

Penulis menyarankan bahwa setiap masalah atau kendala yang dihadapi haruslah dibicarakan secara bersama. Beberapa saran yang mungkin bisa dijadikan masukan pelaksanaan pemekaran daerah kedepannya, yaitu membenahi birokrasi yang ada, ditinjau setiap organisasi yang bergerak untuk pemekaran daerah benar-benar berjalan sesuai dengan yang diharapkan pada Undang-undang No. 22/1999. Persiapakan semua aparatur pemerintah yang akan terlibat dalam mewujudkan pemekaran daerah. Evaluasi yang ketat setiap pelaksanaan pemekaran daerah. Setelah beberapa tahun, lima tahun misalnya, kalau pemerintah daerah tidak mampu melayani kebutuhan dasar masyarakat, dia harus bergabung dengan daerah induknya kembali atau dengan tetangganya.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Buku –buku:

Ali,Muhammad.1985.Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.Bandung:Angkasa.

Arikunto,Suharsimi.1989.Prosedur Penelitian.Jakarta : Bina Aksara.

Gottschalk,Louis (Terjemahan Nugroho Notosusanto).1975.Mengerti Sejarah; Pengantar Metode Sejarah.Jakarta:Yayasan Penerbit UI.Tebal Halaman 225

Haris, Syamsuddin.2003.Desentralisasi dan Otonomi daerah: naskah Akademik dan RUU Usulan LIPI .Jakarta:LIPI Press. Tebal Halaman 416

Hugiono & Poerwadarminta.1987.Pengantar Ilmu Sejarah.Jakarta:Bina Aksara. Kaloh,J.2007.Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Suatu Solusi Dalam Menjawab

Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global (Edisi Revisi).Jakarta:Rineka Cipta.Tebal Halaman 315

Koentjaraningrat.1983.Metode-metode Penelitian Masyarakat.Jakarta:PT.Gramedia.

Mulyana, Dedy.2004.Metode Penelitian Kualitatif.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Nordholt, Henk Schulte,dkk. 2007. Politik Lokal Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor.

Notosusanto, Nugroho.1964.Hakekat Sejarah dan Azaz – azas Metode Sejarah.Jakarta : Balai Pustaka.

__________________1984.Metode Penelitian Sejarah Kontemporer Suatu Pengalaman.Jakarta:Balai Pustaka.


(34)

Suwondo,Bambang.1977.Geografi Budaya Daerah Sulawesi

Selatan.Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Tebal Halaman 116

Tjandrasasmita,Uka. 1983: “Beberapa Saran untuk Penggarisan Pola Penulisan Biografi Pahlawan Nasional”.Jakarta : Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.

Tualaka, JF.2009.Buku Pintar Politik, Sejarah, Pemerintahan dan

Ketatanegaraan.Yogyakarta:Jogja Great Publisher.Tebal Halaman 240.

Sumber-sumber Internet Pilihan:

Adhitia. 2011. Perjuangan bangsa Indonesia Melawan Belanda.

http://adhitchemonk.blogspot.com/2010/03/perjuangan-bangsa-indonesia-melawan.html.diakses Selasa, 23 April 2013

Arif, Kurniawan. 2012. Pemekaran Wilayah : Menimbulkan Masalah Baru. http://merdekasempurna.blogspot.com/2012/08/pemekaran-wilayah-menimbulkan-masalah.html.diakses Minggu,14 Juli 2013.11.15 WIB Himpunan Mahasiswa Sulawesi Selatan.2009.Sejarah Sulawesi Selatan.

http://hmss.stksbandung.blogspot.com/2009/09/sulawesiselatan.html. diakses Rabu, 10 April 2013.10.35 WIB

Inggit. 2012. Pemekaran Dearah .http://inggitberbagi.blogspot.com/2012/04/style-definitions-table.html.diakses Rabu, 10 April 2013.14.17 WIB

Marduta. 2010. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

http://marduta.com/rangkuman-materi-ips-kelas-9/perjuangan-mempertahankan-kemerdekaan-melalui-perjuangan-diplomasi.diakses Selasa, 23 April 2013.10:33 WIB

Palopo Pos. 2008. Janji Perjuangkan Provinsi.

http://www.palopopos.co.id/?vi=detail&nid=26238. diakses Selasa, 23 April 2013. 12.11 WIB

Prayitno, Hadi. 2012. Pemekaran (Masalah) Daerah. http://seknasfitra.org/pemekaran-masalah-daerah/.diakses Minggu, 14 Juli 2013.11.30 WIB


(35)

Skyscrapercity, Aries.2010. Wacana Pembentukan Provinsi Baru.

http://ariesshinobi.blogspot.com/2010/11/wacana-pembentukan-provinsi-baru-di.html.diakses Rabu, 10 april 2013. 14.10WIB

The Green Hijau. 2012. Sejarah Kabupaten Luwu. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Tanah_Luwu.diakses Rabu, 10 April 2013.1015 WIB

Toputiri, Mustamin Azhar. 2007. Perjuangan Provinsi Luwu. http://azhartoputiri.blogspot.com/2007/08/gema-luwu-raya.html.diakses Rabu, 6 Februari 2013.10.15 WIB.


(1)

21

REFERENSI

Hadari Nawawi.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.Halaman 79-80.

Kartini Kartono.1980.Pengantar Metodologi Reserch.Bandung:Alumni Bandung.Halaman 225

Louis Gottschalk (Terjemahan Nugroho Notosusanto). .1975.Mengerti Sejarah; Pengantar Metode Sejarah.Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia Halaman 32.

Nugroho Notosusanto.1984.Metode Penelitian Sejarah Kontemporer Suatu Pengalaman.Jakarta:Intidayu Press.Halaman 10

Kartini Kartono.Op.Cit.Halaman 15-16

Dedy Mulyana.2004.Metode Penelitian Kualitatif.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.Halaman 145

Notosusanto,Nugroho.Op.Cit.Halaman 10

Hadari Nawawi.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.Halaman 93

Suharsimi Arikunto.1989.Prosedur Penelitian.Jakarta : Bina Aksara.Halaman 81 Koentjaraningrat.1983.Metode-metode Penelitian

Masyarakat.Jakarta:PT.Gramedia.Halaman 133 Muhammad Ali.1985.Penelitian Kependidikan Prosedur dan


(2)

72

V SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Perjuangan masyarakat Luwu dalam pemekaran Provinsi Luwu ini bersifat non fisik. Langkah-langkah yang dilakukan dengan membentuk suatu Gerakan Berbasis Jakarta, membentuk panitia yang dinamakan Gerakan Berbasis Makassar, Komite Pusat Pembentukan Provinsi Luwu (KP3L) dan Front Perjuangan Pembentukan Provinsi Luwu (FP3L) serta ada beberapa dari organisasi lain, diantaranya Kerukunan Keluarga Luwu (KKL) dan Badan Koordinasi Pembentukan Provinsi Luwu Raya (BKPPLR), maupun dilaksanakan sebuah pertemuan yang dinamakan pertemuan Tudang Sipulung dalam langkah mendiskusikan untuk usaha pembentukan provinsi Luwu.

Dalam pertemuan dan rapat yang dilakukan oleh kalangan pejabat tinggi daerah dan ketua dari setiap organisasi didiskusikan berbagai argumen maupun pendapat mereka untuk memperjuangkan pemekaran Provinsi Luwu tersebut, tetapi setiap keputusan tidak bisa diambil tanpa persetujuan Pemerintah Pusat maupun dari peraturan undang-undang yang dilaksanakan atas dasar Peraturan Pemerintah namun dalam hal ini didukung sepenuhnya dari aspirasi-aspirasi masyarakat.

Pada prinsipnya pembentukan suatu daerah itu dimaksudkan untuk mempermudah dan membagi beban pemerintahan daerah dalam melakukan pelayanan terhadap


(3)

73

masyarakat, sebab itu pembentukan sebuah provinsi bukan merupakan hal yang mudah. Pembentukan sebuah provinsi harus memenuhi syarat-syarat dan kriteria yang harus dipenuhi meliputi syarat administrasi, tekhnis dan fisik kewilayahan yang direkomendasikan melalui Gubernur dan Menteri Dalam Negeri yang selanjutnya dipertimbangkan di DPR untuk disahkan melalui Undang-Undang Pembentukan Daerah.

B.Saran

Penulis menyarankan bahwa setiap masalah atau kendala yang dihadapi haruslah dibicarakan secara bersama. Beberapa saran yang mungkin bisa dijadikan masukan pelaksanaan pemekaran daerah kedepannya, yaitu membenahi birokrasi yang ada, ditinjau setiap organisasi yang bergerak untuk pemekaran daerah benar-benar berjalan sesuai dengan yang diharapkan pada Undang-undang No. 22/1999. Persiapakan semua aparatur pemerintah yang akan terlibat dalam mewujudkan pemekaran daerah. Evaluasi yang ketat setiap pelaksanaan pemekaran daerah. Setelah beberapa tahun, lima tahun misalnya, kalau pemerintah daerah tidak mampu melayani kebutuhan dasar masyarakat, dia harus bergabung dengan daerah induknya kembali atau dengan tetangganya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku –buku:

Ali,Muhammad.1985.Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.Bandung:Angkasa.

Arikunto,Suharsimi.1989.Prosedur Penelitian.Jakarta : Bina Aksara.

Gottschalk,Louis (Terjemahan Nugroho Notosusanto).1975.Mengerti Sejarah; Pengantar Metode Sejarah.Jakarta:Yayasan Penerbit UI.Tebal Halaman 225

Haris, Syamsuddin.2003.Desentralisasi dan Otonomi daerah: naskah Akademik dan RUU Usulan LIPI .Jakarta:LIPI Press. Tebal Halaman 416

Hugiono & Poerwadarminta.1987.Pengantar Ilmu Sejarah.Jakarta:Bina Aksara. Kaloh,J.2007.Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Suatu Solusi Dalam Menjawab

Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global (Edisi Revisi).Jakarta:Rineka Cipta.Tebal Halaman 315

Koentjaraningrat.1983.Metode-metode Penelitian Masyarakat.Jakarta:PT.Gramedia.

Mulyana, Dedy.2004.Metode Penelitian Kualitatif.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Nordholt, Henk Schulte,dkk. 2007. Politik Lokal Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor.

Notosusanto, Nugroho.1964.Hakekat Sejarah dan Azaz – azas Metode Sejarah.Jakarta : Balai Pustaka.

__________________1984.Metode Penelitian Sejarah Kontemporer Suatu Pengalaman.Jakarta:Balai Pustaka.


(5)

Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Undang-undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah (www.indonesia,go.id)

Suwondo,Bambang.1977.Geografi Budaya Daerah Sulawesi

Selatan.Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Tebal Halaman 116

Tjandrasasmita,Uka. 1983: “Beberapa Saran untuk Penggarisan Pola Penulisan Biografi Pahlawan Nasional”.Jakarta : Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.

Tualaka, JF.2009.Buku Pintar Politik, Sejarah, Pemerintahan dan

Ketatanegaraan.Yogyakarta:Jogja Great Publisher.Tebal Halaman 240.

Sumber-sumber Internet Pilihan:

Adhitia. 2011. Perjuangan bangsa Indonesia Melawan Belanda.

http://adhitchemonk.blogspot.com/2010/03/perjuangan-bangsa-indonesia-melawan.html.diakses Selasa, 23 April 2013

Arif, Kurniawan. 2012. Pemekaran Wilayah : Menimbulkan Masalah Baru. http://merdekasempurna.blogspot.com/2012/08/pemekaran-wilayah-menimbulkan-masalah.html.diakses Minggu,14 Juli 2013.11.15 WIB Himpunan Mahasiswa Sulawesi Selatan.2009.Sejarah Sulawesi Selatan.

http://hmss.stksbandung.blogspot.com/2009/09/sulawesiselatan.html. diakses Rabu, 10 April 2013.10.35 WIB

Inggit. 2012. Pemekaran Dearah.http://inggitberbagi.blogspot.com/2012/04/style-definitions-table.html.diakses Rabu, 10 April 2013.14.17 WIB

Marduta. 2010. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

http://marduta.com/rangkuman-materi-ips-kelas-9/perjuangan-mempertahankan-kemerdekaan-melalui-perjuangan-diplomasi.diakses Selasa, 23 April 2013.10:33 WIB

Palopo Pos. 2008. Janji Perjuangkan Provinsi. http://www.palopopos.co.id/?vi=detail&nid=26238. diakses Selasa, 23 April 2013. 12.11 WIB

Prayitno, Hadi. 2012. Pemekaran (Masalah) Daerah. http://seknasfitra.org/pemekaran-masalah-daerah/.diakses Minggu, 14 Juli 2013.11.30 WIB


(6)

Rijal, Muhammad. 2011. Pemekaran Daerah Melahirkan Masalah. http://rijal-

akay.blogspot.com/2011/10/pemekaran-daerah-melahirkan-masalah.html.diakses jumat, 12 Juli 2013. 11.05 WIB.

Skyscrapercity, Aries.2010. Wacana Pembentukan Provinsi Baru.

http://ariesshinobi.blogspot.com/2010/11/wacana-pembentukan-provinsi-baru-di.html.diakses Rabu, 10 april 2013. 14.10WIB

The Green Hijau. 2012. Sejarah Kabupaten Luwu. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Tanah_Luwu.diakses Rabu, 10 April 2013.1015 WIB

Toputiri, Mustamin Azhar. 2007. Perjuangan Provinsi Luwu. http://azhartoputiri.blogspot.com/2007/08/gema-luwu-raya.html.diakses Rabu, 6 Februari 2013.10.15 WIB.