45
b. Stratigrafi regional
Berdasarkan peta geologi lembar Yogyakarta 1995, lokasi penelitian yang berada pada titik koordinaat 7,9212º LU
– 7,9977º LS dan 110,3923º BB – 110,4677º BT merupakan lokasi yang tersusun atas tiga formasi batuan, yaitu
formasi Nglanggran, formasi Sambipitu, dan formasi Wonosari. Ketiga formasi tersebut merupakan susunan formasi yang berada pada stratigrafi regional
Pegunungan Selatan bagian barat seperti ditunjukkan Gambar 12. Litologi daerah penelitian di kolom stratigrafi berada pada formasi yang diberi tanda kotak merah.
1 Formasi Nglanggran
Formasi Nglanggran tersusun oleh breksi gunung api dengan fragmen andesit, breksi aliran, aglomerat, lava, dan tuff. Menurut Toha
et al.
1996, di beberapa tempat formasi ini terlihat sebagai perkembangan dari tubuh batuan beku
andesit basal yang berubah secara berangsur-angsur menjadi batuan beku terkekarkan berstruktur bantal, breksi autoklastik, hialoklastik dan akhirnya
menjadi breksi andesit. Formasi ini berumur Miosen tengah dan bawah. Formasi Nglanggran yang pada awalnya merupakan satu satuan yang terdiri dari breksi,
dapat dipisahkan menjadi 2 satuan yang berbeda serta mempunyai proses mekanisme pengendapan yang berbeda, yaitu satuan breksi formasi Nglanggran
dengan karakteristik terdapat batupasir sebagai sisipan dan satuan breksi andesit dengan lava sebagai sisipan Febbyanto, 2012.
46
2 Formasi Sambipitu
Di atas formasi Nglanggran terdapat formasi batuan yang menunjukkan ciri- ciri turbidit, yaitu formasi Sambipitu. Formasi ini tersusun atas tuff, batupasir,
serpih, batu lanau dan konglomerat. Berdasarkan hasil dan analisa
measuring section
pengukuran stratigrafi terukur yang dilakukan di daerah Patuk –
Gedangsari – Sambipitu Kabupaten Gunungkidul, mekanisme sedimentasi arus
turbid di formasi Sambipitu dibagi menjadi dua, yaitu satuan batupasir bagian bawah yang terdiri dari batu pasir kasar dengan endapan turbidit volkanoklastik
berselang – seling dengan tuff halus dan lapilli yang diakibatkan oleh pengaruh
vulkanisme yang tinggi pada Miosen bawah sampai Miosen tengah, dan satuan batupasir bagian atas yang berangsur-angsur menjadi batupasir halus yang
berseling-seling dengan serpih, batu lanau, dan batu lempung IAGI, 2013. 3
Formasi Wonosari Di atas formasi Sambipitu terdapat formasi Oyo dan formasi Wonosari.
Pada Miosen tengah – Miosen atas diendapkan formasi Wonosari yang tersusun
atas batugamping berlapis, batugamping terumbu, batugamping napalan, kalkarenit, dan kalkarenit tuffan. Formasi ini termasuk dalam kelompok Gunung
Sewu bersama dengan formasi Kepek, formasi Oyo, dan formasi Sambipitu, yaitu formasi yang diendapkan pada cekungan Wonosari
47
Gambar 13. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Barat Suyoto, 1994.
48
Setiap litologi batuan penyusun formasi memiliki densitas yang berbeda- beda. Litologi yang sama dapat memiliki nilai densitas yang berbeda dan litologi
yang berbeda juga dapat memiliki nilai densitas yang sama, tergantung pada keterkaitan dan kekompakan butir penyusun lithologi tersebut.
B. Kerangka Berpikir
Akuisisi data pada lokasi penelitian menghasilkan data mentah berupa data mikrotremor. Melalui
Sesarray-Geopsy,
data mentah
difilter
untuk mendapatkan sinyal tanpa
noise
. Setelah itu sinyal akan diolah pada
software Matlab-2008
berupa pengubahan sinyal dalam domain waktu menjadi sinyal dengan domain frekuensi
dan proses
smoothing
sinyal. Sinyal yang dihasilkan kemudian akan diolah menggunakan metode HVSR untuk mencari frekuensi predominan tanah dan
faktor amplifikasi. Nilai percepatan getaran tanah dianalisis menggunakan metode Kanai 1966
sesuai persamaan 54 untuk 21
event
gempa Yogyakarta yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terahir, dengan magnitudo
≥ 3 SR dan episenter berada di kawasan sebelah timur sesar Opak. Nilai percepatan getaran tanah maksimum PGA yang
diperoleh kemudian digunakan untuk menghitung nilai intensitas gempa menggunakan persamaan Wald seperti persamaan 57. Setelah itu, PGA dan
intensitas dipetakan menggunakan
software Surfer 12
dan dikaitkan dengan kondisi geologi setempat.