Kajian Pustaka T1 672009101 Full text

3 menggunakan konsep-konsep yang dikenali pada SIG Sistem Informasi Geografis. Dalam perancangan sistem akan dibuat berdasarkan rumusan masalah yang ada agar tujuan sistem tercapai. Rumusan masalah itu adalah : Bagaimana penerapan logika fuzzy untuk menampung parameter – parameter guna menentukan daerah konservasi tanah dan air yang baik di wilayah Kabupaten Semarang dan apakah penggabungan antara logika fuzzy dengan GIS bisa menampilkan output sesuai dengan rumus –rumus perhitungan yang ada. Rumusan masalah akan menjadi pedoman untuk mencapai tujuan aplikasi yaitu menerapkan logika fuzzy untuk perhitungan konservasi tanah dan air dan GIS sebagai sarana visualisasi dari hasil yang didapatkan.

2. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam proses penelitian ini berjudul Konservasi Tanah dan Air Indonesia. Dalam penelitian tersebut membahas tentang daerah konservasi tanah dan air yang buruk beserta cara penanggulanganya hanya saja penentuan masih memakai nilai klasifikasi yang ambigu dan belum ada visualisasi peta Inon, dkk , 2000. Berdasarkan penelitian tersebut maka dibutuhkan logika fuzzy untuk mengatasi hal tersebut. Penelitian selanjutnya berjudul Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Logika Fuzzy untuk Penentuan Kesesuaian Penggunaan Lahan. Dalam penelitian tersebut membahas tentang bagaimana menentukan kesesuaian lahan dengan menggunakan logika fuzzy hanya saja belum terdapat visualisasi peta yang menggambarkan hal tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut diperlukan visualisasi peta untuk menampilkan data hasil perhitungan fuzzy agar data lebih mudah untuk dipahami. Adi, dkk, 2010. Penelitian selanjutnya Aplikasi Sistem Informasi Geografis menggunakan Logika Fuzzy dan framework Pmapper.Dalam penelitian tersebut dibahas tentang kesesuain lahan berdasarkan 3 parameter dengan logika fuzzy dengan visualisasi peta. Asarias, Deny, 2013. Dari beberapa artikel dan penelitian ilmiah tersebut didapatkan sebuah gagasan untuk membangun sebuah aplikasi penyampaian informasi konservasi tanah dan airmenggunakan logika fuzzy dan menampilkan hasil perhitungan fuzzy dalam visualisasi peta dengan sistem manajemen admin untuk mengatur manipulasi data. Sistem Informasi Geografi Sistem Informasi Geografi SIG merupakan model sistem informasi yang banyak digunakan untuk membuat berbagai keputusan, perencanaan, analisis, dan sistem yang mendekati dunia nyata dengan hasil sedekat mungkin dengan aslinya. Didalam Sistem Informasi Geografi itu sendiri terdapat beberapa subsistem yang digunakan untuk mengelola masukan-masukan data spasial yang ada serta menampilkan informasi baik dalam bentuk peta, tabel, maupun laporan. Sistem Informasi Geografi dapat dioperasikan jika komponen-komponen utama penyusun 4 sistem tersebut telah terpenuhi. Komponen-komponen tersebut antara lain pengguna, aplikasi, data penunjang, Software , dan Hardware [1]. Gambar 1 Komponen Sistem Informasi Geografi Pengguna yang ditunjukan pada Gambar 1 adalah orang yang mempunyai akses ke dalam sistem, orang tersebut dapat berprofesi sebagai user , operator, analisis, programmer , serta database administrator . Data yang digunakan dalam membangun SIG meliputi data grafis yang berupa rupa peta bumi dan data curah hujan, kemiringan lereng, kerapatan sungai, jenis tanahporositas dan permeabilitas. Aplikasi merupakan sekumpulan fungsi-fungsi yang digunakan untuk mengolah data dan perhitungan fuzzy. Software adalah program yang dibuat untuk mengelola, menyimpan, memproses, dan menayangkan data spasial berupa peta. Sedangkan hardware yaitu seperangkat alat komputer yang dipergunakan untuk membangun SIG. Konservasi Tanah dan Air Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang [13]. Penerapan teknik konservasi tanah dan air meliputi teknik vegetatif, sipil teknis dan kimiawi. Penerapan teknik vegetatif berupa penanaman vegetasi tetap, budidaya tanaman lorong, strip rumput dan lain –lain, penerapan sipil teknis berupa pembuatan bangunan dam pengendali, dam penahan, teras, saluran pembuagan air, sumur resapan, embung, parit buntu rorak, perlindungan kanan kiri tebing sungai dan lain –lain, serta penerapan teknik kimiawi berupa pemberian mulsa, bitumen zat kimia[13]. Berikut 5 klasifikasi tanah yang dipakai dalam penelitian[14] : 1. Klasifikasi 1: Kelas tanah yang sesuai untuk penanaman intensif dimana batasan produksi pertanian yang berkelanjutan kecil atau hampir tidak ada. 2. Klasifikasi 2: Kelas tanah yang sesuai untuk penanaman tanaman reguler, tetapi tidak sesuai untuk penanaman yang terus menerus. Tanah ini memiliki kesesuaian yang tinggi untuk pertanian tetapi faktor tanah atau batasan- batasan lingkungan mengurangi kemampuan produksi penuh dan mungkin membatasi fasa penanaman ke dalam bentuk rotasi penanaman. 3. Klasifikasi 3: Padang rumput atau tanah yang bisa diperbaiki. Dapat ditanami dengan rotasi penanaman. Produksi tanaman secara keseluruhan bersifat moderat karena faktor tanah atau batasan-batasan lingkungan. 5 4. Klasifikasi 4: Tanah yang sesuai untuk padang rumput tetapi tidak sesuai untuk penanaman. Pertanian berbasis harus dilandaskan pada teknik-teknik pertanian yang canggih dan mahal. Produksi pertanian mungkin sangat bersifat musiman dan keseluruhan produksi rendah akibat faktor lingkungan. 5. Klasifikasi 5: Tanah yang tidak sesuai untuk pertanian dan hanya sesuai untuk padang rumput. Produksi pertanian sangat rendah akibat faktor lingkungan dan perbaikan kondisi ini hampir tidak mungkin dilakukan. Meto d e Fuzzy Metoda logika samar fuzzy logic , yang pada awalnya ditemukan oleh Lotfi Zadeh dari Universitas California pada tahun 1965 Lotfi, 2008, pada dasarnya adalah metoda keanggotaan himpunan yang memungkinkan sesuatu yang bersifat kualitatif ‘dihitung’ menggunakan teknik yang bersifat kuantitatif. Logika fuzzy seringkali berawal dengan dan dikembangkan berdasarkan sejumlah aturan rule yang didefinisikan oleh para pengambil keputusan. Selanjutnya, sistem inferensi fuzzy akan melakukan konversi aturan-aturan itu menjadi ekivalen-ekivalennya secara matematika, dimana hal ini pada gilirannya akan membentuk hasil representasi perilaku sistem di dunia nyata secara lebih akurat. Keuntungan tambahan dari konsep logika fuzzy adalah kesederhanaan dan fleksibilitasnya. Selain itu, logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi yang bersifat non-linier dari suatu permasalahan yang bersifat kompleks dan ambigu mendua-arti[5]. Ada beberapa alasan mengapa orang menggunakan logika fuzzy [4] antara lain: 1. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari penalaran fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti. 2. Logika fuzzy sangat fleksibel. 3. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat. 4. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi non linier yang sangat kompleks. 5. Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman- pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan. 6. Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik - teknik kendali secara konvensional. 7. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami. Fungsi Keanggotaan mempresentasikan suatu kurva yang menunjukan pemetaan titiktitik input ke dalam nilai keanggotaannya sering juga disebut dengan derajat keanggotaan yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Berikut ini 3 tahap perhitungan fuzzy seperti pada Gambar 2. Gambar 2 Proses Fuzzy[4] 6 Yang pertama adalah langkah Fuzzifier dimana sistem mengubah nilai bivalen curah hujan, kemiringan lereng, kerapatan sungai, porositas dan permeabilitas menjadi nilai keanggotaan fuzzy tertentu seperti Linear, Kurva Segitiga, Kurva Bentuk Bahu, Kurva –S tetapi dalam penelitian ini digunakan himpunan keanggotaan segitiga yang dirasa paling cocok dan sederhana untuk penelitian ini dengan rumus seperti pada persamaan1. Gambar 3 Kurva Segitiga µ[ �] = 0; � � �− − ; � −� − ; � 1 Yang kedua adalah proses inference dengan melakukan penalaran menggunakan fuzzy input dan fuzzy rules yang sudah ditanamkan dalam sistem , dalam penelitian ini fungsi implikasi yang dipakai adalah fungsi implikasi Tsukamoto min untuk mencari nilai minimal dari data hasil proses Fuzzifier. Yang ketiga adalah proses defuzzifier , input dari proses ini adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari proses inference sedangkan output yang dihasilkan berupa suatu bilangan pada domain himpunan fuzzy tersebut. Ada beberapa metode defuzzifikasi yaitu Max Membership Principle, Centroid Method, Weight Average Area, Mean Max Membership dll[7] dan dalam penelitian ini metode defuzzifikasi yang dipakai adalah Weight Average Area Method dengan rumus : Z = �1∗�1+ �2∗�2+⋯ �1+ �2+⋯ Dimana: Z = nilai defuzzifikasi α = nilai hasil implikasi min z = nilai hasil proses inference Kerapatan Aliran Sungai Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai di dalam sungai DASDaerah Aliran Sungai[8]. Indeks tersebut diperoleh dengan persamaan sebagai berikut : 7 Dd = indeks kerapatan sungai km �� 2 L = panjang sungai utama km A = luas penampang �� 2 Panjang sungai utamaL adalah panjang alur sungai yang diukur mulai dari outlet DAS hingga perpanjangan sungai sampai batas DAS. Kenyataannya cukup sulit membedakan sungai utama dengan bukan sungai utama bila terdapat banyak percabangan sungai. Karena itu proses penentuan sungai utama pada penelitian akan dilakukan oleh client yang ahli dibidangnya. Perhitungan panjang sungai utama yang sebenarnya menggunakan rumus[12] : L = panjang sungai utama dalam peta cm X penyebut skala peta Pengukuran luas penampangA daerah aliran sungai dilakukan dengan cara membuat petak-petakkotak bujur sangkar pada daerah yang akan dihitung luasnya atau agar lebih praktis atau lebih sering disebut square method[12] gambar DAS dapat langsung digambar pada kertas milimeter. Pada batas tepi yang luasnya setengah kotak lebih, dibulatkan menjadi satu kotak, sedangkan kotak yang luasnya kurang dari setengah, dihilangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah pertimbangan keseimbangan, harus ada penyesuaian antara kotak yang dibulatkan dengan yang dihilangkan. Sedapat mungkin, kotak yang dihilangkan sama atau seimbang dengan daerah yang dibulatkan. Perhitungan luas penampang daerah aliran sungai menggunakan rumus[12] : A = jumlah grid X luas grid X penyebutskala 2 Kerapatan aliran sungai menggambarkan kapasitas penyimpanan air permukaan dalam cekungan-cekungan seperti danau, rawa dan badan sungai yang mengalir di suatu DAS. Kerapatan aliran sungai dapat dihitung dari rasio total panjang jaringan sungai terhadap luas DAS yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat kerapatan aliran sungai, berarti semakin banyak air yang dapat tertampung di badan-badan sungai. Semakin besar nilai Dd semakin baik sistem drainasenya semakin besar jumlah limpasannya. Indeks tersebut dapat diperoleh dengan persamaan[8] : Dd = panjang sungai utamaLluas penampangA

3. Metode Penelitian