c.2 Indeks Kematangan Gonad
Indeks kematangan gonad IKG individu ikan lais dihitung dengan menggunakan persamaan :
Bg IKG =
x 100 Bt
Keterangan : IKG = Indeks kematangan gonad Bg = Berat gonad g
Bt = Berat tubuh g
c.3 Nisbah Kelamin
Nisbah kelamin atau perbandingan antara jumlah ikan lais betina dan jantan pada setiap lokasi dan bulan pengambilan sampel, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus : X = B : J
Keterangan : X = Nisbah kelamin B = Jumlah ikan betina ekor
J = Jumlah ikan jantan ekor
c.4 Fekunditas
Masing-masing ovari ikan lais yang matang gonad dibagi menjadi tiga bagian subsampel bagian anterior, tengah dan posterior, kemudian jumlah
telurnya dihitung satu persatu. Fekunditas total dihitung dengan menggunakan persamaan :
G x f FT =
g Keterangan : FT = Fekunditas total
G = Berat gonad g f = Jumlah telur dalam subsampel gonad butir
g = Berat subsampel gonad g
c.5 Diameter Telur
Telur-telur yang diukur diameternya, diambil dari masing-masing ovari yang dibagi menjadi tiga bagian subsampel bagian anterior, tengah dan posterior,
yaitu masing-masing 50 butir. Diameter telur diukur dengan menggunakan mikrometer okuler pada mikroskop.
c.6 Kondisi Lingkungan
Untuk menentukan keterkaitan kondisi lingkungan terhadap reproduksi ikan lais, dapat dilakukan pengukuran terhadap beberapa parameter fisika kimia air
Tabel 3. Pengukuran parameter fisika kimia air dilakukan di stasiun S. Langgam, A.S. Segati dan pangkal D. Kejuit pada jam 8.00-10.00 WIB pagi, setelah
pengambilan sampel ikan lais. Pengukuran suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, alkalinitas dan oksigen terlarut dilakukan pada bagian permukaan sampai
kedalaman 25 cm dari permukaan perairan. Tabel 3 Parameter fisika kimia air yang berperan dalam reproduksi ikan lais
Ompok hypophthalmus Parameter
Alat dan Metode Satuan Lokasi
Fisika Suhu
Termometer C
Insitu Kekeruhan
Turbiditimeter NTU
Insitu Kedalaman
Tongkat berskala M
Insitu Kecepatan
arus Pelampung
dan tali
Mdt Insitu
Curah hujan Data sekunder
mmbulan - Kimia
PH pH meter
- Insitu
Alkalinitas Titrasi
mgL CaCO
3
Insitu Oksigen
terlarut DO
meter mgL
Insitu Kualitas lingkungan perairan di setiap stasiun pengamatan ditentukan
dengan cara skoring. Hasil pengukuran beberapa parameter fisika-kimia air yang diperoleh, dibandingkan dengan penelitian-penelitian pada ekosistem sungai rawa
banjiran yang telah dilakukan oleh Awalina dan Hartoto 2000; Elvyra 2000; Hartoto 2000a; Hartoto 2000b; Simanjuntak 2007 dan Utomo et al. 2008;
sedangkan parameter alkalinitas dibandingkan dengan standar soft waters menurut Boyd 1990.
Tahapan untuk menentukan kualitas lingkungan perairan dengan cara skoring adalah sebagai berikut :
1 Dari data hasil pengukuran parameter di seluruh stasiun pengamatan dtentukan nilai rataan minimum dan maksimum yang tercatat selama penelitian.
Selanjutnya dibandingkan dengan hasil penelitian-penelitian yang ada di ekosistem sungai rawa banjiran dan ditentukan nilai jangkauannya, kemudian
nilai jangkauan ini dibagi menjadi 5 interval yang sama. 2 Setiap interval diberi skor yaitu 1-5. Nilai optimum diberi skor 5. Semakin jauh
dengan nilai optimum, semakin berkurang skornya. Lebih jelasnya dapat dilihat cara pemberian skor di bawah ini:
nilai optimum
1 2 3 4 5 4 3 2 1
Keterangan : angka dalam kotak adalah skor yang diberikan
3 Selanjutnya nilai rata-rata parameter yang diukur di setiap stasiun pengamatan dikaji termasuk ke dalam interval yang mana, dengan skor yang sudah
ditetapkan di atas. 4 Jumlah skor setiap parameter yang dinilai di setiap stasiun pengamatan dihitung
dan ditentukan status kualitas perairannya dengan cara membandingkan terhadap nilai rata-rata kualitas perairan dari 3 stasiun pengamatan.
5 Jika nilai jumlah skor dari nilai rata-rata kualitas perairan 3 stasiun pengamatan, maka termasuk kategori kualitas perairan rendah. Jika jumlah skor
dari nilai rata-rata kualitas perairan 3 stasiun pengamatan, maka termasuk kategori tinggi.
c.7 Analisis Data Biologi Reproduksi