TINGKAT PENURUNAN DEPRESI MELALUI TRADITIONAL DANCE MOVEMENT THERAPY PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BLITAR DI TULUNGAGUNG

(1)

TINGKAT PENURUNAN DEPRESI MELALUI TRADITIONAL

DANCE MOVEMENT THERAPY PADA LANSIA DI UPT

PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BLITAR DI

TULUNGAGUNG

SKRIPSI

Oleh

TITI IMAN SARI

NIM. 201010420311187

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014


(2)

ii

TINGKAT PENURUNAN DEPRESI MELALUI TRADITIONAL

DANCE MOVEMENT THERAPY PADA LANSIA DI UPT

PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BLITAR DI

TULUNGAGUNG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh

TITI IMAN SARI

NIM. 201010420311187

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014


(3)

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Titi Iman Sari

NIM : 201010420311187

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM

Judul Skripsi : Tingkat Penurunan Depresi Melalui Dance Movement Therapy Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapt dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Malang, 2 Oktober 2014 Yang membuat pernyataan,

Titi Iman Sari NIM. 201010420311187


(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR.WB

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Tingkat Penurunan Depresi Melalui Traditional Dance Movement Therapy Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung”. Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Bersamaan dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., Sp.Kom. selaku Dekan fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

2. Nurul Aini, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih atas masukan, motivasi dan semua ilmu yang telah diberikan dan juga dukungannya terhadap saya.

3. Drs. Atok Miftachul Hudha, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan dukungan, motivasi, arahan serta masukan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.

4. Sri Sunaringsih Ika Wardojo, MPH. selaku pembimbing II yang telah memberikan dukungan, motivasi, arahan serta masukan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.


(6)

vi

5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan dan Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

6. Kepala UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung beserta jajarannya yang turut serta membantu terselesaikannya skripsi ini.

7. Kedua orangtua dan keluarga saya tercinta dan tersayang yang selalu mendoakan, mendukung dan menjadi semangat dalam hidup saya.

8. Responden yang berperan aktif dan meluangkan waktu untuk penelitian saya sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.

9. Teman-teman PSIK angkatan 2010, khususnya kelas PSIK D.

10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skipsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu segala saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat saya harapkan. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia kesehatan khususnya dibidang keperawatan.

Malang, 2 Oktober 2014


(7)

vii

THE DECREASING LEVEL OF DEPRESSION THROUGH TRADITIONAL DANCE MOVEMENT THERAPY TO THE ELDERLY AT UPT PELAYANAN

SOSIAL LANJUT USIA BLITAR IN TULUNGAGUNG

Titi Iman Sari 1, Drs. Atok Miftachul Hudha,M.Pd.2, Sri Sunaringsih Ika Wardojo, MPH.3 ABSTRACT

Background: As the age increasing usually it is accompanied by the disease and the decrease of social role and also the emergence of aging symptom. These all problems can encourage the emergence of depression to the elderly. One way to decrease depression to the elderly is by Traditional Dance Movement Therapy. Dance Movement Therapy is psychotherapeutic using dance and movement where everyone can follow it creatively in the process to increase integration, emotional, cognitive, physic, and social.

Method: Research that used is pre experimental research with data collection method of one group pre-post test design. It is conducted for 4 weeks with 12 times of meeting. Sampling technique that used in this research is purposive sampling with sample number for 19 people. Data analysis conducted by wilcoxon test.

Result: From data analysis result, it is obtained p value = 0.000 (p < α), thus H1 accepted, it means that there is the decreasing level of depression through Traditional Dance Movement Therapy to the elderly at UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Integrated Service Unit of Elderly Social Service) Blitar in Tulungagung.

Conclusion: From wilcoxon test towards each variable, it can be concluded that H0 rejected and H1 accepted. Therefore, it can be concluded that there is the decreasing level of depression through Traditional Dance Movement Therapy to the elderly at UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Integrated Service Unit of Elderly Social Service) Blitar in Tulungagung.

Keywords: Dance Movement Therapy (DMT), Depression, Elderly.

1Student in the Study Program of Nursing Science, University of Muhammadiyah Malang 2

Lecturer in the Study Program of Nursing Science, University of Muhammadiyah Malang 3Lecturer in the Study Program of Nursing Science, University of Muhammadiyah Malang


(8)

viii

TINGKAT PENURUNAN DEPRESI MELALUI TRADITIONAL DANCE MOVEMENT THERAPY PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL

LANJUT USIA BLITAR DI TULUNGAGUNG

Titi Iman Sari 1, Drs. Atok Miftachul Hudha,M.Pd.2, Sri Sunaringsih Ika Wardojo, MPH.3 INTISARI

Latar Belakang: Seiring bertambahnya usia biasanya disertai dengan timbulnya penyakit dan berkurangnya peranan sosial serta munculnya tanda-tanda penuaan dapat memicu timbulnya depresi pada lansia. Salah satu cara untuk menurunkan depresi pada lansia adalah dengan Traditional Dance Movement Therapy. Dance Movement Therapy (DMT) merupakan psikoteraupetik dengan menggunakan tarian dan gerakan dimana setiap orang dapat ikut secara kreatif dalam proses untuk memajukan integrasi, emosional, kognitif, fisik dan sosial. Metode: Penelitian yang digunakan adalah pre eksperimental dengan metode pengambilan data one group pre-post test design. Dilakukan dengan selama 4 minggu dengan 12 kali pertemuan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 19 orang. Analisa data dilakukan dengan uji wilcoxon.

Hasil: Hasil analisis data didapatkan nilai P = 0,000 (P < α) sehingga H1 diterima, artinya ada tingkat penurunan depresi melalui Traditional Dance Movement Therapy (DMT) pada lansia di UPT pelayanan sosial lanjut usia Blitar di Tulungagung.

Kesimpulan: Hasil uji wilcoxon pada masing-masing variabel disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada tingkat penurunan depresi melalui Traditional Dance Movement Therap pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.

Kata Kunci: Dance Movement Therapy (DMT), Depresi, Lansia. 1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Malang 2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Malang 3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Malang


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... ... i

Halaman Judul ... ii

Lembar Persetujuan ... iii

Surat Pernyataan Keaslian Penelitian ... ... iv

Kata Pengantar ... ... v

Abstract ... ... vii

Intisari ... ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... ... vix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Keaslian Penelitian ... 8

1.6 Batasan Penelitian... ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Konsep Dance Movement Therapy (DMT) ... 10

2.1.1 Definisi Dance Movement Therapy (DMT) ... 10

2.1.2 Teori Dance Movement Therapy (DMT)... 10

2.1.2.1 Psikoterapi Nonverbal yang Ekspresif dan Kreatif ... 11

2.1.2.2 Ilmu saraf dan Cermin Neouron ... 11

2.1.2.3 Neurobiologi Interpersonal ... 12

2.1.3 Manfaat Dance Movement Therapy (DMT) ... 12

2.1.4 Indikasi Dance Movement Therapy (DMT) ... 13

2.1.5 Teknik Dance Movement Therapy (DMT) ... 14

2.1.6 Gambaran Visual Dance Movement Therapy ... .. 16

2.1.7 Mekanisme Dance Movement Therapy (DMT) ... 18

2.2 Konsep Depresi ... 19

2.2.1 Depresi ... 19

2.2.2 Etiologi Depresi ... 20

2.2.3 Tanda dan Gejala Depresi ... 23

2.2.4 Tipe-tipe Depresi ... 25

2.2.4.1 Depresi Mayor ... 25

2.2.4.1 Distimik ... 25

2.2.5 Derajat Depresi dan Penegakan Diagnosis ... 25


(10)

x

2.2.7 Alat Ukur Depresi ... 27

2.2.8 Penatalaksanaan Depresi ... 28

2.3 Konsep Lansia ... 29

2.3.1 Lanjut Usia ... 29

2.3.2 Proses Menua ... 30

2.3.3 Teori Proses Menua ... 30

2.3.4 Batasan Lanjut Usia ... 33

2.3.5 Tugas Perkembangan Lansia ... 34

2.3.6 Tipe-tipe Lansia ... 35

2.3.7 Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia ... 36

2.3.7.1 Perubahan Fisik dan Fungsi ... 36

2.3.7.2 Perubahan Mental atau Psikologis ... 39

2.3.7.3 Perubahan Psikososial ... 39

2.3.7.4 Perubahan Kemampuan Motorik ... 40

2.4 Dance Movement Therapy (DMT) Untuk Menurunkan Depresi ... 41

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 43

3.1 Kerangka Konsep ... 44

3.2 Hipotesis Penelitian ... 45

BAB IV METODE PENELITIAN ... 46

4.1 Desain Penelitian ... 46

4.2 Kerangka Kerja Penelitian (Frame Work) ... 46

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ... 48

4.3.1 Populasi Penelitian... 48

4.3.2 Sampel Penelitian ... 48

4.3.3 Tekhnik Sampling ... 49

4.4 Varibel Penelitian ... 49

4.4.1 Variabel Independen ... 50

4.4.2 Variabel Dependen ... 50

4.5 Definisi Operasional ... 50

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

4.7 Instrumen Penelitian ... 52

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ... 52

4.8.1 Prosedur Penelitian ... 52

4.8.2 Pengolahan data ... 54

4.9 Analisa Data ... 54

4.9.1 Analisa Univariat ... 55

4.9.2 Analisa Bivariat ... 55

4.10 Etika Penelitian ... 55

4.10.1 Persetujuan Penelitian (Informed Concent) ... 55

4.10.2 Tanpa Nama (Annonimity) ... 56

4.10.3 Kerahasiaan (Confidentiality) ... 56

4.10.4 Hak Memperoleh Jaminan Keamanan Atau Keselamatan Akibat Informasi Yang Diberikan ... 56


(11)

xi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 57

5.1 Karateristik Responden 5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 57

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit ... 59

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 60

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal Di Panti... 61

5.2 Tingkat Depresi Responden ... 62

5.2.1 Tingkat Depresi Sebelum Dilakukan Traditional Dance Movement Therapy (DMT)... 62

5.2.2 Tingkat Depresi Sesudah Dilakukan Traditional Dance Movement Therapy (DMT)... 62

5.2.3 Perbedaan Tingkat Penurunan Depresi Responden Antara Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Traditional Dance Movement Therapy (DMT) Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung ... 63

5.2.4 Tingkat Penurunan Depresi Responden Antara Sebelum dan Sesudah Dilakukan Analisis Traditional Dance Movement Therapy Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung... 64

BAB VI PEMBAHASAN... 65

6.1 Intepretasi Dan Diskusi Hasil ... 65

6.1.1 Identifikasi Karakteristik Responden ... 65

6.2 Tingkat Depresi Responden ... 70

6.2.1 Tingkat Depresi Sebelum Diberikan Traditional Dance Movement Therapy ... 70

6.2.2 Tingkat Depresi Sesudah Diberikan Traditional Dance Movement Therapy... 72

6.2.3 Tingkat Penurunan Depresi Melalui Traditional Dance Movement Therapy (DMT) Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung... 73

6.3 Keterbatasan Penelitian ... 74

6.4 Implikasi Keperawatan ... 74

BAB VII PENUTUP ... 76

7.1 Kesimpulan ... 76

7.2 Saran ... 76


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.5 Penggolongan Depresi Menurut ICD-10 ... 28 Tabel 4.1 Rancangan Penelitian (One-Group Pre-post Test Design) ... 46 Tabel 4.5 Definisi Operasional Variabel ... 51 Tabel 5.1.1 Karakteristik Usia Responden Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Blitar Di Tulungagung... 58 Tabel 5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal Di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung... 61 Tabel 5.2.1 Tingkat Depresi Lansia Sebelum Dilakukan Dance Movement Therapy

Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung.... 62 Tabel 5.2.2 Tingkat Depresi Lansia Sesudah Dilakukan Dance Movement Therapy

Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung.... 62 Tabel 5.2.4 Uji Analisa Data Wilcoxon Dua Kelompok Dependent... 63


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.6.1 Warm Up Pada Dance Movement Therapy... ... 16

Gambar 2.1.6.2 Movement Process Pada Dance Movement Therapy ... 17

Gambar 2.1.6.3 Closure Pada Dance Movement Therapy... ... 18

Gambar 2.1.7 Model Dance Movement Therapy... ... 19

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 44

Gambar 4.2 Kerangka kerja Penelitian (Frame work).. ... 47

Gambar 5.1.2 Diagram Pie Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung... ... 58

Gambar 5.1.3 Diagram Pie Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung... ... 59

Gambar 5.1.4 Diagram Pie Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung... ... 60

Gambar 5.2.3 Grafik Penurunan Nilai Penurunan Depresi Responden Antara Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Traditional Dance Movement Therapy Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung Pada Bulan Juni-Juli 2014... ... 63


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Standar Operasional Prosedur Dance Movement Therapy... ... 83 Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden... ... 85 Lampiran 3 Lembar Kunci Jawaban Kuisioner Geriatric Depression Scale... ... 86 Lampiran 4 Lembar Kuisioner Geriatric Depression Scale Untuk Responden .... 88 Lampiran 5 Hasil Pengukuran Tingkat Depresi Lansia Sebelum Dan Sesudah

Dilakukan Dance Movement Therapy Pada Lansia Di UPT

Pelayan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung... ... 90 Lampiran 6 Hasil uji Wilcoxon... ... 91 Lampiran 7 Surat keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung... 92 Lampiran 8-9 Surat Rekomendasi Penelitian Dari Badan Kesatuan Bangsa Dan

Poilitik... ... 93 Lampiran 10-12 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi... ... 95 Lampiran 13 Dokumentasi penelitian... ... 98


(15)

xv

Daftar Pustaka

Agoes, dr. H. Achdiat, Sp. (2003). Teori dan manajemen Stres (Kontemporer dan islam). Malang : Taroda.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Couper, Jenifer L. (1981). Dance Therapy : Effect On Motor Performance Of Childern With Learning Disabilities. American Physical Therapy Association. Vol. 61: 23-26.

Copel, Linda C. (2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat, Ed. 2. Jakarta: EGC

Crowie, J. Elizabet. (2009). Patofiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC.

Dalami E., Suliswati, Rochimah, Rai S.K., Lestari W. (2009). Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta. CV. Trans Info Media.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Sehat dan aktif di usia lanjut. Diakses pada tangga 27 februari 2014 dari http://depkes.go.id/index.php?vw= 2&id=2143.

Dwi, W., & Fitrah. (2010). Memahami Kesehatan Pada Lansia. Jakarta. CV. Trans Info Media. Fatma. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Fatimah. (2010). Merawat Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Gallo, Joseph J., Reichel, W., Anderson, Lillian M. (1998). Buku Saku Gerontologi. Jakarta: EGC.

Goodill, S.W., (2005). An Introduction to Medical Dance/Movement Therapy: Health Care in Motion. London: Jessica Kingsley Publishers.

Hawari, H. 2007. Manajemen Stres,Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hurlock, B.E. (1999). Psikologi perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi ke lima. Jakarta: Erlangga.

Hidayat, Alimul Aziz. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hermana. 2006. Depresi Apda Lansia. Diakses pada tanggal 27 Februari 2014 dari http://www.kemsos.go.id/ modules. php? Name = News&file=article&sid=208


(16)

xvi

Kweh, birgit. (2011). An investigation of available evidence in the field of Dance/Movement Therapy, and plausible mechanisms behind potential effects. Det Psykologiske fakultet. Universitas Bergensis.

Licinio J, Wong M. Biology Depression: From novel insights to therapeutic strategies. Volume 1. Weinheim: Wiley-VCH; 2005.

Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in older adults: theory and practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.

Nugraha, Eka. (2011). Aspek Neurofisiologis gangguan Depresi. Diakses pada tanggal 30 Februari 2014 dari http://ikanpaus09.blogspot.com/2011/09/aspek-neurofisiologi-gangguan-depresi.html

Irawan, Hendry. (2013). Gangguan Depresi Pada Lanjut Usia. CDK-210/Vol. 40 no. 11.

Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC.

Jeon,MY et al. (2005). The Efffect Of A Korean Traditional Dance Movement Therapy Program In Elderly Women. Diakses pada tanggal 20 September 2014 dari http://europepmc.org/abstract/med/16418553

Joseph, Joel N.R. (2012). Efektivitas Dance/Movement Therapy Terhadap Penurunan Tingkat Stres Mahasiswa Matrikulasi Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2012 Berdasarkan Depression, Anxiety and Stress Scale. Usu Institutional Repository Access

Kaplan & Sadock. (2010). Buku ajar Psikiatri Klinis. Jakarta : EGC.

Kaplan, H.I., Sadock B.J., & Grebb J.A. (1997). Sinopsis Psikiatri : Binarupa aksara.

Katona, C., Cooper C., Robertson, M. (2008). At A Glance Psikiatri. Jakarta : Pt. Gelora Aksara Paratama.

Lais, Deny. (2012). Efektivitas Dance/Movement Therapy Terhadap Penurunan tingkat Stres Mahasiswa Matrikulasi Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Sumatra Utara 2012 Berdasarkan Hassles Assesment Scale For Student in College. Usu Institutional Repository Access.

Lawlis Frank (2008). The IQ Answer meningkatkan dan memaksimalkan IQ Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Maramis, Willy F. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.


(17)

xvii

Maryam, R.S., Ekasari,M.F., Rosidawati, Jubaedi, A. & Batubara,I. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Mood Disorders Society of Canada. 2010. Depression in elderly. Consumer and Family Support.

Mustamir Pedak. (2007). Metode Supernol Menaklukkan Stres. Hikmah : Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nugroho, Wahyudi (2008). Keperawatan Gerontik&Geriatrik. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Cetakan 1. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Payne, H. (2006). Introduction: Embodiment in action. In H. Payne (Ed.). Dance movement therapy: Theory, research and practice (2nd ed., pp. 1-16). London: Routledge.

Pasiak, Taufik. (2009). Unlimited Potency Of Brain : Kenali dan mnfaatkan sepenuhnya potensi Otak Anda yang Tak Terbatas. Bandung: Mizan Pustaka.

Pieter, Herri Z. Janiwarti, Besthsaida. Saragih, Marti (2011). Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Prenada Media Group.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses, dan praktik, Vol. 1, E/4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Saputra, M (2011). Depresi Pada Wanita Menopause Dan Hubungannya Dengan Kualitas Hidup. Tesis.Bagian SMF Obsestri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Setiadi.(2007). Konsep dan penulisan Riset Keperawatan, Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. Setiawan, I. Teguh. (2011). Hubungan Gambaran Diri dengan Tingkat Depresi Penderita Ulkus

Diabetes Mellitus di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Semarang : Universitas Muhamadiyah Semarang.

Setyoadi & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.


(18)

xviii

Stanley,M. & Beare,P.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. 2th ed Alih Bahasa Nety Juniarti, S.Kp. Dan Sari Kurniasih, S.Kp. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Strassel, Juliane. Daniel, Cherkin. Lotte, Steuten. Karen, Sherman. Hubertus. Vrijhoef.

(May–June 2011). "A Systematic Review of the Evidence for the Effectiveness of Dance Therapy". Alternative Therapies 17 (3): 50. Retrieved 5 December 2013.

Tahmer S, Noorkasani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Xia, Jun & Grant, Tesa J. (2009). Dance Therapy For People With Schizoprenia. Oxford University Press, Vol. 35. No.4.

WHO. Depression. World Health Organization. 2010.

Wikepedia The Free Encyclopedia. 2013. Dance Movement Therapy. http://en.wikipedia.org/wiki/Dance_therapy


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia, proses menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi di mulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melaui 3 tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua, tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis (Nugroho, 2008). Bertambah usia biasanya disertai dengan timbulnya penyakit dan berkurangnnya peranan sosial serta munculnya tanda-tanda penuaan dapat memicu timbulnya depresi pada lansia. Perubahan-perubahan psikologik, biologik dan sosial yang terjadi pada lansia juga menjadi salah satu penyebab depresi (Dwi & fitrah, 2010).

Cita-cita seseorang untuk dapat hidup bersama dan mendapatkan perawatan dari keluarga terutama anak/cucu pada saat lanjut usia bukanlah sebuah jaminan, sebab ada beberapa faktor, sehingga lanjut usia tidak mendapatkan perawatan dari keluarga, seperti: tidak memiliki keturunan, punya keturunan tapi telah lebih duluan meninggal, anak tidak mau direpotkan untuk mengurus orang tua, anak terlalu sibuk dan sebagainya. Maka panti merupakan salah satu alternatif kepada lanjut usia untuk mendapatkan perawatan dan pelayanan secara memadai, akan tetapi hal ini tidak seratus persen akan diterima oleh lanjut usia secara lapang, hidup di panti bukan merupakan pilihan terbaik, bahkan sebaliknya menjadi pilihan pahit yang kadang menyedihkan. Dalam konteks ke-Indonesian pada umumnya lanjut usia seringkali menghayati penempatan mereka di panti sebagai bentuk pengasingan dan pemisahan


(20)

2

dari perasaan kehangatan yang terdapat dalam keluarga, apalagi lansia yang masih punya anak dengan kondisi hidup berkecukupan. Nilai-nilai seperti anak harus berbakti pada kedua orang tua yang masih kuat mengakar pada masyarakat, menjadi beban tersendiri bagi lanjut usia untuk melepaskan ketergantungan dari anak-anaknya. Perasaan-perasaan negatif akan muncul dalam benak lansia, perasaan kecewa, tidak dihargai, sedih, dendam, marah dan sebagainya. Sikap bersabar dan mencoba menerima kondisi hidup apa adanya merupakan obat penawar yang cukup efektif untuk jangka pendek, akan tetapi sikap sabar tidak dengan sendirinya atau secara otomatis akan menghilangkan perasaan-perasaan tersebut, sikap sabar tidak lain merupakan mekanisme pertahanan ego yang dinamakan Represi. pada saat-saat tertentu perasaan-perasaan tersebut akan muncul dan menimbulkan depresi (Kemensos, 2006).

Hasil sensus penduduk tahun 2010, Indonesia saat ini termasuk kedalam 5 besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Berdasarkan proyeksi Bappenas, jumlah penduduk lansia 60 tahun atau lebih diperkirakan akan meningkat dari 18,1 juta (2010) menjadi 29,1 juta (2020) dan 36 juta (2025) (Depkes, 2012). Bahkan data biro sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% Kinsela&Tauber (1993, dalam Maryam, et al 2008). Fenomena ini akan berdampak pada semakin tingginya masalah yang akan dihadapi baik secara biologis, psikologis dan sosiokultural. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi lansia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental. Seiring bertambahnya usia, penuaan tidak dapat dihindarkan dan terjadi perubahan keadaan fisik; selain itu para lansia mulai kehilangan pekerjaan, kehilangan tujuan


(21)

3

hidup, kehilangan teman, risiko terkena penyakit, terisolasi dari lingkungan, dan kesepian. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan mental. Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang banyak dijumpai pada lansia akibat proses penuaan. Berdasarkan data di Canada, 5-10% lansia yang hidup dalam komunitas mengalami depresi, sedangkan yang hidupdalam lingkungan institusi

30-40% mengalami depresi dan cemas(Mood disorder society of Canada, 2010).

Menurut Licino & Wong (2005) Prevalensi depresi pada populasi lansia diperkirakan 1-2%, prevalensi perempuan 1,4% dan laki-laki 0,4%. Suatu penelitian menunjukkan variasi prevalensi depresi pada lansia antara 0,4-35%, rata-rata prevalensi depresi mayor 1,8%, depresi minor 9,8%, dan gejala klinis depresi nyata 13,5%. Sekitar 15% lansia tidak menunjukkan gejala depresi yang jelas dan depresi terjadi lebih banyak pada lansia yang memiliki penyakit medis. Cash, H (1998) dalam Hawari (2001) mengemukakan bahwa 1 dari 5 orang pernah mengalami depresi dalam kehidupannya, selanjutnya 5-15 % para pasien-pasien depresi melakukan bunuh diri setiap tahun.

Depresi menurut WHO (World Heath Organization) merupakan suatu

gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energi, dan konsetrasi yang rendah(WHO, 2010. ). Depresi adalah gangguan perasaan, kondisi emosional yang berkepanjangan yang mewarnai seseorang mengalami gangguan berpikir, perilaku dan perasaan tidak berdaya serta merasa

hilangnya harapan Philip L Rice (1992, dalam Pieter, et al 2011). Nugroho (2008)

mengatakan depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan, dan pesimis, yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam. Depresi merupakan gejala


(22)

4

psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti orang lain (Yosep, 2010).

Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan masalah kesehatan lainnya. Depresi adalah masalah yang mempengaruhi seluruh tubuh, dengan mengganggu kesehatan mental, kesehatan fisik, rasa dan perilaku pada aktifitas yang biasa dilakukan (Copel, 2007).

Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, pengobatan atau

terapi (Copel, 2007). Salah satunya dengan Dance and Movement Therapy yang

merupakan psikoterapik dengan menggunakan tarian dan gerakan dimana setiap orang dapat ikut serta secara kreatif dalam proses untuk memajukan integrasi

emosional, kognitif, fisik, dan sosial (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Dance Movement

Therapy(DMT) diberikan bagi individu dan kelompok terapi dalam konteks kesehatan,

pendidikan, sosial, dan dalam latihan pribadi. Dance Movement Threapy (DMT)

mempunyai dua asumsi pokok yaitu bagaimana klien dapat mengontrol diri dan mengekspresikan perasaan serta merupakan pendekatan holistis yang penting bagi

tubuh, proses berpikir, dan bekerja mengacu pada integritas diri. Dance Movement

Therapy bisa diaplikasikan pada individu yang mengalami kesulitan atau kekhawatiran dengan masalah emosional, konflik, atau stres, individu yang mengalami gangguan trauma, individu yang ingin meningkatkan kemampuan komunikasi personal, ekplorasi diri atau pemahaman diri.

Dance Movement Therapy (DMT) pada lansia pertama kali diperkenalkan pada

1942 oleh Maria Chance. Dance Movement Therapy (DMT) berfokus pada tiga hal yaitu

sosial, fisik dan psikologis. Dance Movement Therapy (DMT) ideal digunakan pada

lansia mudah untuk dipelajari sehingga lansia dapat membentuk koping yang adaptif terhadap permasalahan yang dihadapi dan berbagai stres di hari tua (Setyoadi &


(23)

5

Kushariyadi, 2011). Dance Movement Therapy (DMT) berkembang dari pemahaman

perlunya terapi yang mengintervensi tubuh dan pikiran. Menariknya, asal mula Dance

Movement Therapy (DMT) ini berhubungan erat dengan perubahan dalam bentuk seni

tari yang dimulai sejak akhir abad ke-19 Chaiklin (2009, dalam Lais 2012). Dance

Movement Therapy (DMT) mempunyai suatu butir filosofi yang unik, Dance Movement Therapy (DMT) memandang tarian sebagai terapi alamiah yang melibatkan komponen

seperti fisik, emosional dan spiritual Chaiklin (2009, dalam Lais (2012). Dance

Movement Therapy (DMT) sebagai salah satu terapi alternatif tubuh dan pikiran

menyediakan intervensi reduksi depresi (Goodill, 2005). Gerakan –gerakan yang

dilakukan saat menari merangsang dikeluarkannya neurotransmitter endorphin. Hal ini dapat meningkatkan produksi serotonin yang dapat menurunkan depresi dan kecemasan (Studi di University of Derby ,2007).

Hasil dari studi pendahuluan melalui wawancara dengan petugas di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung yang dilakukan tanggal 10 Maret 2014 oleh peneliti yang di huni oleh 80 Lansia, peneliti mendapatkan data bahwa terdapat lansia yang mengalami depresi sejumlah 20 lansia hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya lansia yang sering murung, gampang marah, mengurung diri dari lingkungan dan juga menangis tanpa alasan, dan dari test depresi dengan

menggunakan GDS (Geriatric Depression Scale) yang dilakukan acak ke 19 lansia

didapatkan 5 lansia dinyatakan normal, 11 lansia mengalami depresi tingkat ringan dan 4 orang depresi berat. Penyebab depresi pada lansia di Panti Sosial ini disebabkak berbagai macam sebab tapi kebanyakan lansia mengalami depresi karena penyakit yang diderita oleh para lanjut usia. Di panti ini sebelumnya belum ada mahasiswa yang melakukan peneltian untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia dan belum


(24)

6

tradisional yang ada di Jawa. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Penurunan Depresi Melalui

Traditional Dance Movement Therapy Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Blitar di Tulungagung”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.2.1. Bagaimana tingkat depresi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Blitar di Tulungagung sebelum dilakukan Traditional Dance Movement Therapy?

1.2.2. Bagaimana tingkat depresi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Blitar di Tulungagung, sesudah dilakukan Traditional Dance Movement Therapy?

1.2.3. Apakah ada penurunan tingkat depresi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Blitar di Tulungagung melalui Traditional Dance Movement Therapy?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat penurunan depresi melalui Traditional Dance Movement

Therapy pada lansia di UPT Pelyanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat depresi lansia sebelum dilakukan Traditional Dance

Movement Therapy pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di

Tulungagung.

1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat depresi lansia sesudah dilakukan Traditional Dance

Movement Therapy pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di


(25)

7

1.3.2.3 Menganalisa perbandingan tingkat penurunan depresi lansia melalui

Traditional Dance Movement Therapy pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi peneliti dalam

memberikan penatalaksanaan Traditional Dance Movement Therapy pada lansia dengan

depresi melalui penelitian sebagai aplikasi dari mata kuliah riset keperawatan dan mata kuliah keperawatan gerontik serta keperawatan jiwa.

1.4.2 Bagi Pasien

Agar pasien bisa mengisi waktu luang dengan kegiatan Traditional Dance

Movement Therapy, sehingga pasien bisa menurunkan tekanan perasaan serta meluapkan emosinya lewat terapi ini agar pasien merasa tenang dan memperoleh harapan untuk menjalani aktivitas sehari-hari serta bisa melakukan koping yang adaptif untuk mereduksi depresi.

1.4.3 Bagi Institusi Keperawatan

Sebagai sumbangan pemikiran dan acuan bagi ilmu pengetahuan tentang penyelesaian masalah depresi pada lansia, sehingga dapat dijadikan refrensi akademik serta pengembangan penelitian di bidang keperawatan gerontik.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pedoman bagi

peneliti lain yang akan mengembangkan topik yang berkaitan dengan Traditional


(26)

8

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian oleh Jun Xia (2009), meneliti tentang Dance Therapy for people with

schizoprenia. Setelah dilakukan tindakan eksperimen Dance movement therapy pada pasien dengan Skizoprenia didapatkan bahwa penderita schizoprenia dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Penelitian oleh Jennifer L. Couper (1981) yang berjudul “Dance Therapy :

Effects on Motor Performance of childern with Learnig Disabilities”, penelitian ini mempelajari

efek dari dance therapy pada kinerja motor

anak-anak yang memiliki ketidakmampuan belajar. Sebuah kelompok eksperimen dari lima orang yang menerima terapi dibandingkan dengan kelompok kontrol dari lima orang yang menerima terapi integratif sensorik yang biasa mereka dapatkan. Pretest dan postests dari kinerja motorik diberikan sebelum dan setelah masa ekperimen selama empat minggu untuk menilai perubahan. Hasil menunjukkan peningkatan kinerja motor untuk kedua eksperimen dan kelompok kontrol, dengan keuntungan sedikit lebih besar dibuat oleh kelompok eksperimental. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dance therapy bisa berfungsi sebagai bentuk stimulasi vestibular

sebanding dengan kegiatan bermain yang biasa dalam sensorik program terapi integratif.

Penelitian oleh Joel Nataniel R.J (2012) yang berjudul “Efektivitas Dance

Movement Therapy terhadap penurunan tingkat stres mahasiswa matrikulasi penerimaan

mahasiswa baru fakultas ilmu kedokteran Universitas Sumatra Utara”, hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 61 responden skor rata-rata Depression, Anxiety and stress

Scale (DASS 21) sebelum terapi adalah 19,18 dan skor rata-rata setelah terapi adalah

16,95. Dari hasil penelitian ini ditemukan adanya pengaruh Dance Movement Therapy


(27)

9

1.6 Batasan Penelitian

Menghindari luasnya pembahasan dan kajian dalam peneltian ini, maka peneliti membatasi peneltian pada.

1. Peneliti hanya meneliti lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Blitar di Tulungagung .

2. Peneliti hanya meneliti lansia depresi ringan sampai berat yang

kooperatif di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung .

3. Peneliti hanya meneliti skala depresi lansia dengan menggunakan GDS

(Geriatric Depression Scale) di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.

4. Peneliti menggunakan jenis gerakan Tari Tradisional yang ada di


(1)

psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti orang lain (Yosep, 2010).

Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan masalah kesehatan lainnya. Depresi adalah masalah yang mempengaruhi seluruh tubuh, dengan mengganggu kesehatan mental, kesehatan fisik, rasa dan perilaku pada aktifitas yang biasa dilakukan (Copel, 2007).

Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, pengobatan atau terapi (Copel, 2007). Salah satunya dengan Dance and Movement Therapy yang merupakan psikoterapik dengan menggunakan tarian dan gerakan dimana setiap orang dapat ikut serta secara kreatif dalam proses untuk memajukan integrasi emosional, kognitif, fisik, dan sosial (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Dance Movement Therapy(DMT) diberikan bagi individu dan kelompok terapi dalam konteks kesehatan, pendidikan, sosial, dan dalam latihan pribadi. Dance Movement Threapy (DMT) mempunyai dua asumsi pokok yaitu bagaimana klien dapat mengontrol diri dan mengekspresikan perasaan serta merupakan pendekatan holistis yang penting bagi tubuh, proses berpikir, dan bekerja mengacu pada integritas diri. Dance Movement Therapy bisa diaplikasikan pada individu yang mengalami kesulitan atau kekhawatiran dengan masalah emosional, konflik, atau stres, individu yang mengalami gangguan trauma, individu yang ingin meningkatkan kemampuan komunikasi personal, ekplorasi diri atau pemahaman diri.

Dance Movement Therapy (DMT) pada lansia pertama kali diperkenalkan pada 1942 oleh Maria Chance. Dance Movement Therapy (DMT) berfokus pada tiga hal yaitu sosial, fisik dan psikologis. Dance Movement Therapy (DMT) ideal digunakan pada lansia mudah untuk dipelajari sehingga lansia dapat membentuk koping yang adaptif terhadap permasalahan yang dihadapi dan berbagai stres di hari tua (Setyoadi &


(2)

Kushariyadi, 2011). Dance Movement Therapy (DMT) berkembang dari pemahaman perlunya terapi yang mengintervensi tubuh dan pikiran. Menariknya, asal mula Dance Movement Therapy (DMT) ini berhubungan erat dengan perubahan dalam bentuk seni tari yang dimulai sejak akhir abad ke-19 Chaiklin (2009, dalam Lais 2012). Dance Movement Therapy (DMT) mempunyai suatu butir filosofi yang unik, Dance Movement Therapy (DMT) memandang tarian sebagai terapi alamiah yang melibatkan komponen seperti fisik, emosional dan spiritual Chaiklin (2009, dalam Lais (2012). Dance Movement Therapy (DMT) sebagai salah satu terapi alternatif tubuh dan pikiran menyediakan intervensi reduksi depresi (Goodill, 2005). Gerakan –gerakan yang dilakukan saat menari merangsang dikeluarkannya neurotransmitter endorphin. Hal ini dapat meningkatkan produksi serotonin yang dapat menurunkan depresi dan kecemasan (Studi di University of Derby ,2007).

Hasil dari studi pendahuluan melalui wawancara dengan petugas di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung yang dilakukan tanggal 10 Maret 2014 oleh peneliti yang di huni oleh 80 Lansia, peneliti mendapatkan data bahwa terdapat lansia yang mengalami depresi sejumlah 20 lansia hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya lansia yang sering murung, gampang marah, mengurung diri dari lingkungan dan juga menangis tanpa alasan, dan dari test depresi dengan menggunakan GDS (Geriatric Depression Scale) yang dilakukan acak ke 19 lansia didapatkan 5 lansia dinyatakan normal, 11 lansia mengalami depresi tingkat ringan dan 4 orang depresi berat. Penyebab depresi pada lansia di Panti Sosial ini disebabkak berbagai macam sebab tapi kebanyakan lansia mengalami depresi karena penyakit yang diderita oleh para lanjut usia. Di panti ini sebelumnya belum ada mahasiswa yang melakukan peneltian untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia dan belum ada penelitian tentang Dance Movement Therapy dengan menggunakan jenis tarian


(3)

tradisional yang ada di Jawa. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Penurunan Depresi Melalui Traditional Dance Movement Therapy Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.2.1. Bagaimana tingkat depresi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung sebelum dilakukan Traditional Dance Movement Therapy? 1.2.2. Bagaimana tingkat depresi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Blitar di Tulungagung, sesudah dilakukan Traditional Dance Movement Therapy? 1.2.3. Apakah ada penurunan tingkat depresi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Blitar di Tulungagung melalui Traditional Dance Movement Therapy? 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat penurunan depresi melalui Traditional Dance Movement Therapy pada lansia di UPT Pelyanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat depresi lansia sebelum dilakukan Traditional Dance Movement Therapy pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.

1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat depresi lansia sesudah dilakukan Traditional Dance Movement Therapy pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.


(4)

1.3.2.3 Menganalisa perbandingan tingkat penurunan depresi lansia melalui Traditional Dance Movement Therapy pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi peneliti dalam memberikan penatalaksanaan Traditional Dance Movement Therapy pada lansia dengan depresi melalui penelitian sebagai aplikasi dari mata kuliah riset keperawatan dan mata kuliah keperawatan gerontik serta keperawatan jiwa.

1.4.2 Bagi Pasien

Agar pasien bisa mengisi waktu luang dengan kegiatan Traditional Dance Movement Therapy, sehingga pasien bisa menurunkan tekanan perasaan serta meluapkan emosinya lewat terapi ini agar pasien merasa tenang dan memperoleh harapan untuk menjalani aktivitas sehari-hari serta bisa melakukan koping yang adaptif untuk mereduksi depresi.

1.4.3 Bagi Institusi Keperawatan

Sebagai sumbangan pemikiran dan acuan bagi ilmu pengetahuan tentang penyelesaian masalah depresi pada lansia, sehingga dapat dijadikan refrensi akademik serta pengembangan penelitian di bidang keperawatan gerontik.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pedoman bagi peneliti lain yang akan mengembangkan topik yang berkaitan dengan Traditional Dance Movement Therapy dalam penyelesaian masalah depresi pada lansia.


(5)

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian oleh Jun Xia (2009), meneliti tentang Dance Therapy for people with schizoprenia. Setelah dilakukan tindakan eksperimen Dance movement therapy pada pasien dengan Skizoprenia didapatkan bahwa penderita schizoprenia dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Penelitian oleh Jennifer L. Couper (1981) yang berjudul “Dance Therapy : Effects on Motor Performance of childern with Learnig Disabilities”, penelitian ini mempelajari

efek dari dance therapy pada kinerja motor

anak-anak yang memiliki ketidakmampuan belajar. Sebuah kelompok eksperimen dari lima orang yang menerima terapi dibandingkan dengan kelompok kontrol dari lima orang yang menerima terapi integratif sensorik yang biasa mereka dapatkan. Pretest dan postests dari kinerja motorik diberikan sebelum dan setelah masa ekperimen selama empat minggu untuk menilai perubahan. Hasil menunjukkan peningkatan kinerja motor untuk kedua eksperimen dan kelompok kontrol, dengan keuntungan sedikit lebih besar dibuat oleh kelompok eksperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dance therapy bisa berfungsi sebagai bentuk stimulasi vestibular sebanding dengan kegiatan bermain yang biasa dalam sensorik program terapi integratif.

Penelitian oleh Joel Nataniel R.J (2012) yang berjudul “Efektivitas Dance Movement Therapy terhadap penurunan tingkat stres mahasiswa matrikulasi penerimaan mahasiswa baru fakultas ilmu kedokteran Universitas Sumatra Utara”, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 responden skor rata-rata Depression, Anxiety and stress Scale (DASS 21) sebelum terapi adalah 19,18 dan skor rata-rata setelah terapi adalah 16,95. Dari hasil penelitian ini ditemukan adanya pengaruh Dance Movement Therapy dengan penurunan tingkat stres yang ditujukan dengan nilai p=0,017 (p<0,05).


(6)

1.6 Batasan Penelitian

Menghindari luasnya pembahasan dan kajian dalam peneltian ini, maka peneliti membatasi peneltian pada.

1. Peneliti hanya meneliti lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung .

2. Peneliti hanya meneliti lansia depresi ringan sampai berat yang kooperatif di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung . 3. Peneliti hanya meneliti skala depresi lansia dengan menggunakan GDS

(Geriatric Depression Scale) di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.

4. Peneliti menggunakan jenis gerakan Tari Tradisional yang ada di Indonesia Khususnya jenis tarian Jawa.