VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1 Pemanfaatan langsung ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Barru oleh masyarakat, baik sebagai usaha subsisten maupun yang komersial, adalah
berupa pemanfaatan dari hasil tambak, kayu bangunan, kayu bakar, bibit alam benur dan nener, kerangtude, kepititing dan bibit bakau.
2 Utility terbesar adalah dari hasil kepiting sebesar Rp19.770.799,11 dan konsumen surplus sebesar Rp17.664.744,08 per hektar per tahun.
3 Jenis pemanfaatan dengan nilai manfaat langsung optimal per hektar per tahun paling besar adalah penangkapan kepiting sebesar Rp14.156.900,00,
sehingga keuntungan optimal adalah sebesar Rp12.883.900,00 per ha untuk 6 enam RTP. Keuntungan optimal yang paling rendah adalah sebesar
Rp3.165.590,70 dari pemanfaatan tambak udang. 4 Total manfaat langsung aktual yang tertinggi diperoleh dari pemanfaatan
hasil hasil tambak ikan Bandeng sebesar Rp131.986.250,00, sehingga keuntungan diperoleh juga tertinggi sebesar Rp20.604.950,00 dari luas lahan
104,05 ha. Keuntungan dari manfaat aktual yang paling rendah dari pemanfaatan tambak udang sebesar Rp3.140.700,00.
5 Nilai manfaat hutan mangrove tertinggi yaitu manfaat tidak langsung, dan memiliki persentase paling besar dibandingkan manfaat lainnya. Manfaat
tidak langsung 83,71 dengan nilai sebesar Rp1.039.474.428,00 per tahun. 6 Nilai ekonomi total ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Barru yang
seluas 6,23 ha untuk hutan mangrove dan 127,60 ha untuk tambak, per tahun sebesar Rp1.241.763.891,75.
7 Analisis ekonomi terhadap alternatif pemanfaatan dilakukan untuk mengetahui pengelolaan ekosistem hutan mangrove yang paling optimal,
nilai NPV dan BCR tertinggi pada saat suku bunga mencapai 3,55. 8 Nilai NPV dan BCR sebagai indikator untuk kriteria efisiensi, pemerataan
pendapatan untuk kriteria equity dan perubahan luasan mangrove untuk kriteria ekologi, ternyata alternatif pemanfaatan V memberikan nilai paling
tinggi setelah di standarisasi.
9 Prioritas utama alternatif pemanfaatan strategis ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Barru adalah alternatif pemanfaatan V, yang memenuhi
kriteria efisiensi, equity dan ekologi, prioritas selanjutnya adalah alternatif pemanfaatan IV. Alternatif pemanfaatan III, II dan I sangat tidak layak,
dengan nilai NPV 0 dan BCR 1 sebagai indikator dari kriteria efisiensi.
7.2 Saran