3
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Psikologi Lintas Budaya, serta untuk mengetahui tentang persepsi
Konsep Kecerdasan yang dimiliki oleh Etnis Tidung, yang ada ki kota Malang.
E. Landasan Teori
1. Etnis Tidung
Suku-suku besar yang ada di nusantara ini umumnya berawal dari sebuah kerajaan. Begitu pula suku Tidung. Suku ini semula memiliki kerajaan
yang disebut Kerajaan Tidung. Kerajaan ini akhirnya punah akibat politik adu domba pihak Belanda. Sejak punahnya kerajaan itulah, mereka berpindah ke
pulau-pulau di Indonesia dan Malaysia. Berdasar sejumlah dokumen tertulis, dahulu di kawasan Kalimantan Timur belahan utara terdapat dua bentuk
pemerintahan. Kerajaan dari kaum suku Tidung dan kesultanan dari kaum suku Bulungan. Kerajaan dari kaum suku Tidung berkedudukan di Pulau
Tarakan. Sedangkan, Kesultanan Bulungan berkedudukan di Tanjung Palas. Riwayat tentang kerajaan maupun pemimpin Raja yang pernah memerintah
di kalangan suku Tidung terbagi atas beberapa tempat yang sekarang sudah terpisah menjadi beberapa daerah kabupaten, antara lain Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan dan lain-lain hingga ke daerah Sabah Malaysia bagian selatan. Republika,2011
Kerajaan tertua di kalangan suku Tidung yang pernah ada yaitu dari Menjelutung di Sungai Sesayap. Rajanya yang terakhir bernama Benayuk.
Berakhirnya zaman kerajaan Menjelutung karena ditimpa malapetaka berupa hujan lebat dan angin topan yang sangat dahsyat. Perkampungan itu kemudian
tenggelam ke dalam sungai bersama seluruh warganya. Peristiwa tersebut di kalangan suku Tidung disebut Gasab. Dari beberapa sumber diperoleh riwayat
yang memperkirakan bahwa tragedi di Menjelutung itu terjadi sekitar awal
4
abad XI. Selang 15 musim setelah Menjelutung runtuh, seorang keturunan Benayuk bernama Yamus mengangkat diri sebagai raja yang kemudian
memindahkan pusat permukiman ke Binalatung Tarakan. Dari situlah awal mula muncul dan berkembangnya Kerajaan Tidung di Tarakan. Yamus
kemudian memerintah selama 44 musim, dan setelah wafat ia digantikan salah seorang cucunya bernama Ibugang Aki Bugang. Begitu seterusnya, kerajaan
ini silih berganti dipimpin oleh anak keturunan sang raja, Benayuk Republika,2011
Kini suku Tidung semakin bergeser ke wilayah pesisir barat Pulau Sebatik. Jumlah mereka pun tak banyak, sekitar sepertiga dari jumlah
penduduk Sebatik. Makin berkurangnya orang-orang Tidung yang mendiami pulau ini karena banyaknya pendatang yang mayoritas adalah suku Bugis-
Makassar. Perkawinan antarsuku juga salah satu faktor yang membuat suku ini makin berkurang mendiami Sebatik. Apalagi jika perkawinan tersebut
berlangsung antara perempuan suku Tidung dengan lelaki dari luar suku tersebut. Meski kian terpinggirkan, kata Zainal, orang-orang Tidung tidak
merasa tergusur. Suku Tidung ini, menurutnya, punya tradisi berpindah pindah. Banyak di antara mereka yang memiliki tanah atau ladang lalu
menjualnya kepada pendatang. Republika,2011 Setelah itu, mereka pun berpindah ke tempat lain. Tak jarang, lahan
mereka di barter dengan satu unit sepeda motor yang kira-kira seharga Rp 12 juta. Suku Tidung yang mendiami wilayah Sebatik Barat juga masih jarang
yang tersentuh fasilitas kesehatan. Maklum, keberadaan tenaga dokter dan puskesmas di wilayah ini belum menjangkau mereka. Tak heran jika warga
Tidung masih mengandalkan pengobatan dan bantuan dukun melalui cara- cara tradisional. Dukun dalam bahasa Tidung disebut tatamba. Tatamba juga
merupakan kebiasaan adat ritual pengobatan bagi mereka yang terkena bisa ular, dikenai tenung atau guna-guna. Penyembuhannya dilakukan dengan
menyemburkan air putih yang sudah dibacakan mantra-mantra. Cara
5
pengobatan tradisional lainnya yang masih sering dilakukan warga suku Tidung adalah menggunakan tumbuhan dan buah-buahan. Republika,2011
Wilayah Sebatik Barat yang dihuni kebanyakan suku Tidung merupakan kawasan perbukitan terjal di bagian barat, perbukitan sedang di
bagian tengah, dan daratan bergelombang dan landai di bagian timur yang memanjang hingga ke pantai. Perbukitan terjal di sebelah barat merupakan
jalur pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut. Sedangkan, perbukitan di sebelah selatan bagian tengah ketinggiannya
berkisar 500 meter di atas permukaan laut.
2. Kecerdasan