2 pembelajaran tidak hanya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, namun juga
berperan dalam mempermudah siswa dalam menumbuhkan motivasi dalam belajar.
Selain model mind mapping ada juga pembelajaran menggunakan model siklus belajar atau learning cycle 5E . Model siklus belajar yaitu suatu model
pembelajaran dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan dan dibimbing langsung oleh guru. Learning cycle 5E
adalah pembelajaran yang dilakukan melalui serangkaian tahap fase pembelajaran. Fase-fase pembelajaran meliputi: 1 fase engage
mengajakpembangkit minat; 2 fase explore menyelidiki; 3 fase explain
menjelaskan; 4 fase extend memperluas; dan 5 fase evaluate menilai.
Model pembelajaran mind mapping dan learning cycle 5E, keduanya merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar
pada siswa. Kedua model pembelajaran ini memiliki tahapan tahapan pembelajaran yang berbeda pada penerapannya. Bedasarkan latar belakang
masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul Perbandingan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa antara Pembelajaran melalui Model
Mind Mapping dan Model Learning Cycle 5E
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
3 1. Adakah perbedaan motivasi belajar siswa antara pembelajaran melalui model
mind mapping dan model learning cycle 5E dalam mata pelajaran fisika? 2. Adakah perbedaan hasil belajar siswa antara pembelajaran melalui model
mind mapping dan model learning cycle 5E dalam mata pelajaran fisika?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah, mengetahui: 1. Perbedaan motivasi belajar siswa antara pembelajaran melalui model mind
mapping dan model learning cycle 5E dalam mata pelajaran fisika 2. Perbedaan hasil belajar siswa antara pembelajaran melalui model mind
mapping dan model learning cycle 5E dalam mata pelajaran fisika.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Bagi siswa:
a. Membiasakan bekerjasama dalam kelompok.
b. Meningkatkan hasil belajar.
c. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda.
Bagi guru: Dapat menjadi alternatif baru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat
diterapkan di kelas untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Bagi peneliti lain:
4 Dapat menjadi acuan dalam mengembangkan penelitian lain yang berkaitan
dengan aspek motivasi belajar dan hasil belajar dalam teknik serta konsep yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis 1. Motivasi
Perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan dan faktor pendorong ini
mungkin disadari oleh individu, tetapi mungkin juga tidak. Keinginan akan sesuatu, mendorong seseorang untuk berusaha mendapatkan apa yang
diinginkannya. Sukmadinata 2007: 61 mengungkapkan: Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang menunjukkan suatu
kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan .
Suatu aktivitas belajar sangat lekat dengan motivasi. Perubahan suatu motivasi akan merubah pula wujud, bentuk, dan hasil belajar. Ada tidaknya motivasi
seorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar itu sendiri. Perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberi hasil yang baik
bilamana orang atau individu mempunyai motivasi untuk melakukannya, dan latihan kadang-kadang menghasilkan perubahan-perubahan dalam motivasi yang
mengakibatkan perubahan-perubahan dalam prestasi. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada
6 pada diri siswa, yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan belajar tercapai. Hal ini diungkapkan oleh Sardiman 2009: 75, yaitu:
Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Menjadi jelaslah bahwa salah satu masalah yang dihadapi guru untuk menyelenggarakan pengajaran adalah memotivasi atau menumbuhkan motivasi
dalam diri peserta didik secara efektif. Keberhasilan suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya penyediaan motivasi atau dorongan.
Motivasi erat kaitannya dengan suatu tujuan. Munculnya motivasi mempengaruhi adanya kegiatan untuk pencapaian suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut
ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman 2009: 85 yaitu: 1 Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan; 2Menentukan arah
perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuannya; 3Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai
tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Motivasi dapat tumbuh di dalam diri siswa disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri intrinsik dan faktor yang
muncul dari luar diri siswa ekstrinsik. Motivasi belajar seseorang dapat dibangkitkan dengan mengusahakan agar siswa atau mahasiswa memiliki
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dalam belajar. Contoh dari faktor
7 intrinsik adalah pemahaman manfaat, minat, bakat, dan pemikiran tentang masa
depan. Sedangkan contoh dari faktor ekstrinsik yang dapat menimbulkan motivasi adalah keinginan untuk mendapat nilai yang baik, menjadi juara, lulus ujian,
keinginan untuk menang dalam persaingan, keinginan untuk dikagumi, dan lain- lain.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Diakhir suatu
proses pembelajaran, maka siswa akan memperoleh suatu hasil belajar. Menurut Lester dalam Sagala 2007: 1 berpendapat bahwa belajar adalah upaya untuk
memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap belajar. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang
dipelajarinya. Klasifikasi belajar seperti di atas, menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Sementara, menurut Djamarah
2006: Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat
dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
Hal ini menunjukkan bahwa setelah melakukan proses pembelajaran, maka akan diperolah hasil belajar hasil belajar yang menjadi akhir dari proses
belajar. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono 2002: 3 mengatakan bahwa:
8 Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak
mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar
sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai
dengan kemampuan dari masing-masing individu. Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang dicerminkan melalui angka
atau skor setelah melakukan tes maupun non tes. Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan huruf atau kata atau simbol setelah siswa
tersebut melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar ini merupakan suatu ukuran bahwa siswa tersebut sudah melakukan kegiatan pembelajaran.Untuk
mengetahui keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tesi. Evaluasi hasil belajar merupakan
proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan atau pengukuran hasil belajar dan dinyatakan dalam bentuk angka. Tinggi rendahnya hasil belajar
dapat diketahui melalui pedoman penilaian Arikunto 2008: 245 : Bila nilai siswa 66, maka dikatagorikan baik, bila 55
nilai siswa 66, maka dikatagorikan cukup baik, bila nilai siswa 55 maka dikatagorikan kurang baik.
3. Pembelajaran Mind Mapping
Mind mapping peta pikiran merupakan salah satu teknik mencatat yang dikembangkan oleh Buzan pada tahun 1970-an, kepala Brain Foundation dan
9 seorang ahli serta penulis produktif di bidang psikologi, kreativitas dan
pengembangan diri. Gelb dalam Buzan 2007: 179-181: Mind mapping dapat diartikan sistem revolusioner dalam perencanaan dan
pembuatan catatan yang telah mengubah hidup jutaan orang di seluruh dunia. Pembuatan mind mapping didasarkan pada cara kerja alamiah otak
dan mampu menyalakan percikan-percikan kreatifitas dalam otak karena melibatkan kedua belahan otak kita.
Dengan pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan keaktifan kedua otak sehingga dapat membuat kreatifitas siswa bertambah.
Menurut DePorter Hernacki 2008: 152-159: Mind mapping juga dapat disebut dengan peta pemikiran. Mind mapping
juga merupakan model mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman. Mind mapping menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik
dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran atau mind mapping pada dasarnya menggunakan citra visual dan prasarana grafis
lainnya untuk membentuk kesan pada otak.
Mind mapping merupakan pendekatan keseluruhan otak yang mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan citra visual
dan perangkat grafis lainnya peta pikiran akan memberikan kesan yang lebih mendalam. Mind mapping merupakan alat paling hebat yang membantu otak
berpikir secara teratur. Mind mapping menggunakan garis, lambang, kata-kata, serta gambar berdasarkan seperangkat aturan yang sederhana, mendasar, alami,
dan akrab bagi otak. Dengan menggunakan mind mapping daftar informasi yang panjang dan menjemukan bisa diubah bentuknya menjadi diagram berwarna-
warni, mudah diingat dan sangat beraturan serta sejalan dengan cara kerja otak. Mind mapping berfungsi sebagai alat bantu untuk memudahkan otak bekerja.
Manfaat mind mapping adalah: 1 Mempercepat pembelajaran; 2 Melihat koneksi antar topik yang
berbeda; 3 Membantu brainstorming; 4 Memudahkan ide mengalir; 5
10 Melihat gambaran besar; 6 Memudahkan mengingat; 7
Menyederhanakan struktur.
a Cara membuat mind mapping
Sebelum membuat mind mapping ada beberapa sarana dan prasarana yang harus disiapkan. Menurut Buzan 2009: 14, sarana dan prasarana untuk membuat mind
mapping adalah Kertas kosong tak bergaris, Pena dan pensil warna, Otak dan Imajinasi
Buzan 2009:15-16, membuat mind mapping membutuhkan imajinasi atau pemikiran, adapun cara pembuatan mind mapping adalah:
1 Mulailah dari tengah kertas kosong; 2 Gunakan gambar simbol untuk ide utama; 3 Gunakan berbagai warna; 4 Hubungan cabang-cabang
utama ke gambar pusat; 5 Buatlah garis hubung yang melengkung; 6 Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis; 7 Gunakan gambar.
Dalam membuat mind mapping juga diperlukan keberanian dan kreativitas yang tinggi. Variasi dengan huruf kapital, warna, garis bawah atau simbol-simbol yang
menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan mind mapping yang telah dibuat akan lebih mengesankan.
Buzan telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar mind mapping yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut
adalah ringkasan dari Law of MM:
a Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran
A3 dengan orientasi horizontal Landscape. Central Topic diletakkan ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image dengan
minimal 3 warna;
b Garis: lebih tebal untuk basic ordering ideals BOIs dan selanjutnya
semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus
11 melengkung tidak boleh garis lurus dengan panjang yang sama dengan
panjang kata atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat;
c Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis.
Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari
pusat;
d Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table
dan ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau memungkinkan gunakan Image yang 3 Dimensi agar lebih
menarik lagi;
e Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 6 warna. Warna
berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs;
f Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topic terletak di
tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke segala arah. BOIs umumnya terdiri dari 2 7 buah yang disusun sesuai
dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam 1.
Gambar 2.1 Contoh Aplikasi mind mapping menurut Buzan 2009: 16 Aplikasi mind mapping dalam Pembelajaran Dalam tahap aplikasi, terdapat empat
langkah yang harus dilakukan proses pembelajaran berbasis mind mapping, yaitu:
a Overview: Tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses
pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan
pertama pada setiap awal Semester, overview dapat diisi dengan kegiatan
12 untuk membuat master mind mapping yang merupakan rangkuman dari seluruh
topik yang akan diajarkan selama satu Semester yang biasanya sudah ada dalam Silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa
saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di perpustakaan.
b Preview: Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran
umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari Silabus. Dengan demikian, siswa
diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan
yang sangat sederhana, langkah preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah inview.
c Inview: Tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses
pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam. Selama inview ini, siswa diharapkan dapat mencatat informasi,
konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.
d Review: Tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan
berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh
siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari- ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review
dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya.
13
b Kelebihan dan Kelemahan
Setiap model pembelajaran yang diterapkan oleh guru terdapat kelebihan dan kelemahan masing-masing. Menurut Herdian 2009 ada beberapa kelebihan
model mind mapping ini, yaitu: a Cara ini cepat; b Model ini dapat digunakan untuk mengorganisasikan
ide-ide yang muncul dikepala siswa; c Dalam proses menggambar diagram dapat memunculkan ide-ide yang lain; d Diagram yang terbentuk
Bisa menjadi panduan untuk menulis.
Jadi mind mapping cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran karena dapat menggali informasi dari dalam dan dari luar otak siswa. Dan cara ini lebih
cepat digunakan karena kemenarikan dalam mencatat pelajaran. Mind mapping memiliki kekurangan terutama dalam hal jumlah detil informasi
yang dapat dimasukkan, jika memasukan informasi yang mendetail maka mind mapping menjadi tidak efektif.
4. Pembelajaran Learning Cycle 5E
a Definisi Pembelajaran Learning Cycle 5E
Learning Cycle siklus belajar adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik student centered. Learning cycle merupakan rangkaian tahap-
tahap kegiatan fase yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran
dengan jalan berperan aktif. Model pembelajaran learning cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam science curriculum improvement
StudySCIS. Trowbridge Bybee dalam Wena, 2009: 170. Learning cycle pada
14 mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu exploration eksplorasi, concept
introduction pengenalan konsep, dan concept application penerapan konsep. Learning cycle dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang
mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan terutama pengembangan perangkat pembelajaran, pelaksanaan terutama pemberian
pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan sampai evaluasi. Learning cycle patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget,
yaitu teori belajar menurut pandangan. Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep.
Unsur-unsur teori belajar Piaget asimilasi, akomodasi, dan organisasi mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam learning cycle. Hubungan
tersebut disajikan pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Hubungan fase-fase dalam learning cycle dengan teori piaget
Learning cycle dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu:
LEARNING CYCLE TEORI PIAGET
Explorasi Asimilasi
Ketidakseimbangan Pengenalan Konsep
Akomodasi Aplikasi Konsep
Organisasi
15 1.
Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari meteri secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengelaman siswa.
2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi
baru yang dimiliki siswa berasal dari interprestasi individu. 3.
Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.
Menurut Lorsbach, 2002: Learning cycle tiga fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 fase. Pada learning cycle 5 fase, ditambahkan tahap
engage sebelum explore dan ditambahkan pula tahap evaluate pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application
masing-masing diistilahkan menjadi explain dan extend. Karena itu learning cycle 5 fase sering dijuluki learning cycle 5E Engage, Explore, Explain, Extend, dan
Evaluate
b Tahap Pelaksanaan model pembelajaran Learning cycle 5E
Learning cycle 5 fase sering dijuluki learning cycle 5E Engage, Explore, Explain, Extend, dan Evaluate. Kelima tahap dalam Learning cycle 5E yang
dikemukakan oleh Lorsbach Wena, 2009: 171-172 meliputi: 1.
Engage mengajakpembengkit minat
Fase engage merupakan fase awal dari Learning cycle 5E. pada fase ini, curiosity siswa tentang topic yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengab topic bahasan. Dengan demikian, siswa akan membarikan
responsjawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan.Kemudian
16 guru perlu melakukan identifikasi adatidaknya kesalahan konsep pada siswa.
Dalam hal ini guru harus membangun ketertarikanperikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topic pembelajaran yang akan dibahas.
2. Explore menyelidiki
Explore merupakan fase kedua learning cycle 5E. pada fase explore dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk
bekerja sama delam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat
hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang
berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan fase ini adalah mengecek pengetahuan yang
dimiliki apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar.
3. Explain menjelaskan
Explain merupakan fase ketiga learning cycle 5E. pada fase explain, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimatpemikiran
sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atau penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. Dengan adanya diskusi
tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.
4. Extend memperluas
Extend merupakan fase keempat learning cycle 5E. pada fase extend siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau
17 konteks yang berbada. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara
bermakna, karena telah dapat menerapkanmengaplikasikan konsep yang baru dipelajari dalam situasi baru. Jika fase ini dapat dirancang dengan baik oleh guru
maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
5. Evaluate menilai
Evaluate merupakan fase akhir dari learning cycle 5E. pada fase evaluate, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep
baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang
diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan model learning cycle 5E yang sedang
diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui
kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Kelima tahapan tersebut menurut Lorsbach 2002 dapat digambarkan dalam
bentuk siklus, dan disajikan pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Learning cycle 5E
18 Kelima tahap di atas harus dilakukan oleh guru dan siswa untuk menerapkan
learning cycle 5E di kelas. Pada saat pembelajaran, guru dan siswa mempunyai peran masing-masing namun mereka dituntut untuk bekerjasama agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Arah pembelajaran serta kegiatan guru dan siswa pada setiap fase dalam learning cycle 5E menurut Wena 2009:173 dijabarkan
pada Tabel 2.1 Tabel 2.1
Kegiatan guru dan siswa pada model pembelajaran Learning cycle 5E
Fase LC 5E Arah Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan siswa
Fase 1: Engage
mengajak 1. Mendapatkan perhatian, minat
dan rasa ingin tahu siswa 2. Menyelidiki pengetahuan awal
yang dimiliki siswa 3. Mendorong kemampuan berpikir
siswa untuk menghubungkan pengalaman sehari-hari dengan
topik bahasan Membangkitkan
perhatian, minat dan rasa ingin tahu siswa
dengan mengajukan permasalahan melalui
kegiatan demonstrasi Mengembangkan
minatrasa ingin tahu terhadap topik
bahasan
Mengajukan pertanyaan tentang
proses faktual dalam kehidupan sehari-hari
yang berhubungan dengan topik bahasan
Memberikan respon terhadap pertanyaan
guru
Mengaitkan topik yang dibahas dengan
pengalaman siswa. Mendorong siswa
untuk mengingat pengalaman sehari-
harinya dan menunjukan
keterkaitan dengan topik pembelajaran
yang sedang dibahas Berusaha mengingat
pengalaman sehari- hari dan
menghubungkan dengan topik
pembelajaran yang akan dibahas
Fase II: Explore
menye- lidiki
Menguji hipotesis siswa dengan cara :
1. Melakukan pengamatan 2. Pengumpulan data
3. Diskusi dengan kelompoknya 4. Membuat kesimpulan
Membentuk kelompok, member kesempatan
untuk bekerja sama dalam kelompok kecil
secara mandiri Membentuk
kelompok dan berusaha bekerja
dalam kelompok
Guru berperan sebagai fasilitator
mengobservasi dan mendengarkan siswa
selagi mereka berinteraksi
Membuat hipotesis baru mencoba
alternative pemecahan dengan
teman sekelompok, mencatat
pengamatan, serta mengembangkan
ide-ide baru
Fase III : Explain
menje- laskan
1. Mengembangkan konsep yang diperoleh siswa
2. Diskusi antar kelompok 3. Mengarahkan siswa dalam
membuat kesimpulan Mendorong siswa
menjelaskan konsep dengan kalimat mereka
sendiri Mencoba member
penjelasan terhadap konsep yang
ditemukan
Meminta bukti dan Melakukan
19
klarifikasi penjelasan siswa
pembuktian terhadap konsep
yang diajukan Mendengar secara
kritis pembelajaran antarsiswa atau guru
Melakukan pembuktian
terhadap konsep yang diajukan
Memandu diskusi mendiskusikan
Fase IV: Extend
memper- luas
1. Menerapkan konsep yang telah dipahami pada situasi baru
2. Mengembangkan keterampilan siswa
Mengingatkan siswa pada penjelasan
alternative dan mempertimbangkan
databukti saat mengeksplorasi situasi
baru Menerapkan konsep
dan keterampilan dalam situasi baru
dan menggunakan label dan definisi
formal
Mendorong dan memfasilitasi siswa
untuk mengaplikasi konsep dalam setting
yang baru Bertanya,
mengusulkan pemecahan,
membuat keputusan
Fase V : Evaluate
menilai 1. Evaluasi terhadap pengetahuan
atau pemahaman konsep siswa 2. Mengetahui kekurangan atau
kelebihan siswa dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan Mengamati
pengetahuan atau pemahaman siswa
dalam hal penerapan konsep baru
Mengevaluasi belajarnya sendiri
dengan mengajukan pertanyaan terbuka
dan mencari jawaban yang
menggunakan observasi, bukti,dan
penjelasan yang diperoleh
sebelumnya
Mendorong siswa melakukan evaluasi diri
Mengambil kesimpulan lanjut
atas situasi belajar yang dilakukannya
Mendorong siswa memahami
kekurangan kelebihannya dalam
kegiatan pembelajaran Melihat dan
menganalisis lkekurangan
kelebihannya dalam kegiatan
pembalajaran
Berdasarkan fase-fase dalam model pembelajaran bersiklus seperti yang telah dipaparkan, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat
berperan aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Perbedaan mendasar antara model pembelajaran
Learning cycle 5E dengan pembelajaran konvensional adalah guru lebih banyak bertanya daripada memberi tahu.
20 Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar learning cycle 5E berlangsung
konstruktivis adalah: a.
Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
b. Tersedianya berbagai alternative pengalaman belajar jika memungkinkan.
c. Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerjasama individu dengan
lingkungannya. d.
Tersedianya media pembelajaran. e.
Kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan social yang menjadikan pembalajaran
berlangsung menarik dan menyenangkan.
c Kelebihan dan Kekurangan model Learning Cycle 5E
Dilihat dari dimensi guru penerapan model ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.
Sedangkan ditinjau dari dimensi siswa, penerapan model ini menurut Fajaroh 2008:4 memberi kelebihan sebagai berikut:
a. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran. b.
Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa. c.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan model ini yang harus selalu diantisipasi menurut Fajaroh 2008:4 diperkirakan sebagai berikut:
21 a.
Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
b. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran. c.
Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi. d.
Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
B. Kerangka Pemikiran
Mind mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat,dan mengingat
kembali informasi yang telah dipelajari. Mind mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Mind mapping memadukan
dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan
seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal sehingga mind mapping menuntut siswa untuk
aktif. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Mind mapping yang dibuat oleh siswa
dapat bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat sehingga dapat
menimbulkan motivasi untuk belajar para siswa. Model learning cycle 5E dalam penerapannya memberi kesempatan siswa untuk
memanfaatkan panca inderanya dan menjadikan siswa lebih aktif dengan
22 melakukan kegiatan eksperimen, mendiskusikan fenomena alam dalam kelompok
diskusi, siswa juga berusaha dibangkitkan rasa percaya diri dalam hal pemecahan masalah dengan memberikan permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan
siswa, dan siswa diajak dalam menganalisis data dan menarik kesimpulan yang dikuatkan oleh guru. Pada penerapan model learning cycle 5E dapat
meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
Dari keterangan di atas model pembelajaran mind mapping dengan model learning cycle 5E dapat meningkatkan motivasi belajar siswa , karena pada
keduanya memiliki keunggulan masing-masing sehingga dapat dilihat mana yang lebih baik dalam peningkatan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa.Pada
penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran mind
mapping X
1
dan model pembelajaran learning cycle 5E X
2
, sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi belajar siswa Y
1
dan hasil belajar siswa Y
2
. Pada penelitian ini ada dua motivasi belajar siswa dan dua hasil belajar yang
diukur yaitu motivasi belajar siswa pada model pembelajaran mind mapping R
1
dan motivasi belajar siswa pada model pembelajaran learning cycle 5E R
2
, serta hasil belajar siswa pada model pembelajaran mind mapping R
3
dan hasil belajar siswa pada model pembelajaran learning cycle 5E R
4
, kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata motivasi belajar
siswa dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran learning cycle 5E. Untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas berikut diagram kerangka pemikiran.
23
Gambar 2.4. Diagram Kerangka Pemikiran
Mind mapping Learning Cycle 5E
Dibandingkan 1. Overview: Tinjauan Menyeluruh terhadap
suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai.
2. Preview: Tinjauan gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada
Overview Melakukan Percobaan Untuk Memperoleh Informasi
3. Inview: Tinjauan Mendalam yang
merupakan inti dari suatu proses pembelajaran Membuat Kesimpulan
4. Review: Tinjauan Ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan
berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada
informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh
siswa. 1. Fase Engage
mengajak 2. Fase Explore
menyelidiki 3. Fase Explain
menjelaskan 4. Fase Extend
memperluas 5.
Fase Evaluate menilai
Kreativitas berpikir Soal Essay
Motivasi belajar Angket
Motivasi belajar Angket
Kreativitas berpikir Soal Essay
Dibandingkan
Hasil Belajar Soal Essay
Hasil Belajar Soal Essay
24
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini ada 2 dua, yaitu: Hipotesis pertama
Ada perbedaan motivasi belajar siswa antara pembelajaran melalui model mind mapping dan model learning cycle 5E dalam mata pelajaran fisika
Hipotesis kedua Ada perbedaan hasil belajar siswa antara pembelajaran melalui model mind
mapping dan model learning cycle 5E dalam mata pelajaran fisika.
III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Tenong pada semester ganjil Tahun Pelajaran 20122013 yang terdiri atas 8 kelas
berjumlah 272 siswa.
B. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini terdiri dari 2 kelas yang diambil secara langsung Purposive Sampling atau sampel yang ditunjuk langsung. Pertimbangan untuk mengambil
sampel yaitu kelas yang diambil merupakan kelas yang indeks prestasinya hampir sama, kemudian yang terambil sebagai sampel adalah kelas
kelompok eksperimen 1 dan kelas
sebagai kelompok eksperimen 2.
C. Variabel Penelitian