Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo

(1)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

ANALISIS NILAI EKONOMI DAN TINGKAT KUNJUNGAN DI OBYEK WISATA ALAM AIR TERJUN SIPISO-PISO

KABUPATEN KARO

SKRIPSI

OLEH :

HOTMAN SIREGAR

031201030/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo

Nama : Hotman Siregar

Nim : 031201030

Program Studi : Manajeman Hutan Departemen : Kehutanan

Disetuju Oleh : Komisi Pembimbing

Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP

Ketua Anggota

Mengetahui :

Sekretaris Departemen Kehutanan

NIP : 19690723 200212 1 00 Dr. Delvian, SP, MP


(3)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

ABSTRACT

Hotman Siregar, Analyze of economic value and traffic of the visit in Tourism Object Nature Waterfall Sipiso, Karo District. The guidance by Mr. Agus Purwoko, S. Hut, M. Si and Mrs. Kansih Sri Hartini, S. Hut, MP.

This study aims to calculate the economic value of Tourism Object Nature Waterfall Sipiso-piso, Merek Sub Brand, Karo District using the travel cost method, knowing the intensity of the visit and to determine the factors that influence the intensity of the visit. The number of samples used in this study was 100 respondents, while the sampling technique using a quota sampling technique. Based on research by the economic value derived Tourism Object Nature Waterfall Sipiso using travel cost method is about Rp.14.708.461.662,8/tahun. The intensity of visits to Tourism Object Nature Waterfall Sipiso is three times the traffic while the factors that influence the intensity of the visit is the level of income, age and time taken to Tourism Object Nature Waterfall Sipiso-piso.

Keywords :Tourism Object Nature Waterfall Sipiso-piso, economic value, the cost of travel, intensity of the visit.


(4)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

ABSTRAK

Hotman Siregar, Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di

Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo. Dibimbing oleh

Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Ibu Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP.

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo dengan menggunakan metode biaya perjalanan, mengetahui intensitas kunjungan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden, sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik kuota sampling.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso dengan menggunakan metode biaya perjalanan adalah sebesar Rp.14.708.461.662,8/tahun. Intensitas kunjungan ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso adalah sebanyak tiga kali kunjungan, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan adalah tingkat pendapatan, umur dan waktu yang dibutuhkan menuju obyek wisata.

Kata kunci : Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso, nilai ekonomi, biaya perjalanan, intensitas kunjungan


(5)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

RIWAYAT HIDUP

Hotman Siregar lahir di Dolok Merawan, Kabupaten Serdangbedagai pada tanggal 19 November 1985. Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari ayah H. Sormin (Alm) dan ibu R. Tambunan.

Pada tahun 1991 penulis memasuki Sekolah Dasar di SD Negeri No. 102123 Dolok Merawan lulus pada tahun 1997, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP YPAK PTPN-III Gunung Para lulus pada

tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 1 Tebingtinggi lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis

melanjutkan pendidikan ke Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasisiwa Baru (SPMB).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif belajar dari beberapa komunitas, baik itu organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus. Pada tahun 2004, penulis melaksanakan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Kecamatan Bandar Khalifa, Kabupaten Serdang Bedagai dan di

Desa Tongkoh Kabupaten Karo. Pada tahun 2007, penulis melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Wilayah 1 Subanjeriji PT. Musi Hutan Persada,

Sumatera Selatan. Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo” yang dibimbing oleh Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Ibu Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP.


(6)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan dan kasihNya penulis dapat menyusun skripsi ini dengan judul Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada orangtua dan seluruh keluarga yang terus memberikan bantuan baik materil maupun spirit kepada penulis untuk menyelesaikan segala tanggungjawab dalam hal pendidikan

yang diemban. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Ibu Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP

sebagai Komisi Pembimbing skripsi penulis yang terus membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan penulisan skripsi ini di masa yang akan datang.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Desember 2009


(7)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Pengertian Pariwisata ... 5

Konsep Ekowisata (Wisata Alam) ... 7

Konsep Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam ... 10

Pendekatan Metode Biaya Perjalanan ... 12

METODOLOGI PENELITIAN ... 14

Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Alat dan Bahan ... 14

Teknik Pengambilan Sampel ... 14

Teknik Pengumpulan Data ... 16

Data Primer ... 16

Data Sekunder ... 16

Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 17

Pendugaan nilai Manfaat Rekreasi Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan ... 17

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 20

Letak Geografis dan Batas Wilayah ... 20

Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan) ... 20

Aksesibilitas ke Lokasi ... 21

Fasilitas dan Potensi Obyek Wisata ... 22

Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Karakteristik Responden... 26

Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 26

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28


(8)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 29

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan .. 30

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 31

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan ... 32

Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 32

Komposisi Responden Berdasarkan Status Penikahan ... 33

Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan .. 34

Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi .... 34

Pendapat Responden Mengenai Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso ... 35

Kondisi Jalan Menujua Obyek Wisata ... 35

Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata... 36

Keindahan Alam ... 37

Sistem Tata Ruang dan Fasiliatas Obyek Wisata ... 38

Tingkat Keamanan ... 40

Menduga Jumlah Pengunjung Berdasarkan Masing-masing Daerah Asal Responden Selama Setahun ... 41

Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso ... 42

Intensitas Kunjungan ... 46

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Kunjungan ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

Kesimpulan ... 53

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(9)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 27

2. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

3. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Umur ... 29

4. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 30

5. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 31

6. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 31

7. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan ... 32

8. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 33

9. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 33

10. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan ... 34

11. Rekapitulasi Data Responden Berdasarakan Sumber Informasi Keberadaan Obyek Wisata ... 35

12. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kondisi Jalan ... 36

13. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Aksesibilitas ... 37

14. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Keindahan Alam ... 38

15. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Sistem Tata Ruang... 38

16. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Fasilitas Wisata ... 39

17. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Tingkat Keamanan ... 40

18. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal Selama Setahun ... 42

19. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Biaya Perjalanan ... 43

20. Rekapitulasi Data Responden Menurut Intensitas Kunjungan ... 46

21. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Penentuan Koefisien Variabel Terikat (Y) dan Variabel Bebas (X)... 49

22. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Penentuan Koefisien Korelasi (R) dan Koefisin Determinasi (R2) ... 51


(10)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 57

2. Rekapitulasi Data Responden Multiaspek ... 59

3. Peta Lokasi Penelitian ... 65


(11)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki kekayaan sumber daya alam baik di daratan (khususnya sumber daya hutan) maupun di perairan (laut) yang sangat melimpah. Oleh karena itu, Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia setelah Brazil (negara megabiodiversity) (Syahadat, 2006).

Beberapa bentuk sumber daya alam yang dapat ditemui di Indonesia diantaranya adalah pemandangan alam pegunungan, bentangan lembah, sungai, goa, air terjun, hamparan persawahan dan perkebunan dengan udara segar, matahari, gelombang air laut maupun keanekaragaman flora dan fauna. Keberadaan sumber daya alam ini diperkaya dengan bentuk negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan keberagaman adat-istiadat, budaya dan bahasa sehingga memberikan peluang yang sangat besar dalam memperoleh manfaat dari sumber daya alam melalui kegiatan yang tidak merusak atau merubah karakter fisik sumber daya alam tersebut. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh adalah pengembangan potensi sumber daya alam khususnya sumber daya hutan melalui manfaat intangible seperti udara yang segar dan pemandangan alam yang indah untuk kegiatan wisata alam (Fandeli, 1995).

Sumatera Utara merupakan daerah tujuan wisata yang menawarkan banyak pilihan obyek wisata dengan berbagai karakteristiknya. Salah satu diantaranya adalah Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso yang terletak di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo. Air terjun ini memiliki kekhasan dengan


(12)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

ketinggiannya yang mencapai lebih dari 120 meter, dimana air tumpahan tersebut selanjutnya mengalir ke genangan air Danau Toba dan keindahan alam pegunungan beserta karakteristik bentangan lembah dengan tumbuhan pepohonan dan hamparan persawahan serta keindahan pemandangan Danau Toba yang dapat dinikmati dari tempat ini. Keindahan inilah yang dapat menarik minat para wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso.

Beberapa usaha yang telah dilakukan oleh masyarakat dan pengelola dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Karo untuk mendukung kegiatan Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso adalah dengan menyediakan berbagai penawaran jasa wisata berupa penyediaan tempat untuk menikmati keindahan alam, adanya rumah makan, souvenir shop dan prasarana tempat berjalan berupa anak tangga sampai mendekati tumpahan air terjun tersebut. Namun pengelolaan yang belum optimal merupakan hambatan bagi pengembangan Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso ini.

Pengelolaan Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso merupakan bagian Integral dari pembangunan kepariwisataan secara nasional. Pengelolaan yang terintegrasi secara holistik oleh seluruh stakeholder mulai dari masyarakat lokal, pengusaha pariwisata, media massa maupun pemerintah daerah dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan kondisi tersebut strategi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso secara baik, profesional,


(13)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

berkelanjutan dan bertanggungjawab dapat dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi tentang nilai ekonomi dari obyek wisata ini. Nilai ekonomi suatu daerah obyek wisata dapat ditentukan dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost methode). Metode biaya perjalanan bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi obyek wisata alam dengan cara menghitung sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung mulai dari tempat tinggal, selama perjalanan sampai di daerah obyek wisata itu sendiri dan kembali lagi ke tempat tinggal mereka. Disamping itu, besarnya intensitas kunjungan yang datang berkunjung beserta faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan tersebut perlu untuk diketahui sebagai bahan pertimbangan bagi pengelolaan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai Analisis Nilai Ekonomi dan Tingkat Kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo.

Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Berapa besarnya nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo berdasarkan metode biaya perjalanan?

2. Berapa besarnya intensitas kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo?

3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo?


(14)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menghitung nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso berdasarkan metode biaya perjalanan (travel cost methode).

2. Mengetahui intensitas kunjungan di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi pihak institusi pendidikan, bermanfaat sebagai bahan referensi untuk kajian penelitian yang berhubungan dengan nilai ekonomi obyek wisata berdasarkan metode biaya perjalanan.

2. Bagi pihak terkait seperti : Pengelola/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo, pengusaha pariwisata dan masyarakat setempat bermanfaat dalam menyediakan data nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso yang berguna sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pengelolaan secara holistik yang lebih baik di masa yang akan datang.


(15)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pariwisata

Menurut Wahab (2003), pada dasarnya ruang lingkup kepariwisataan terdiri atas 3 unsur yakni : manusia sebagai unsur insani pelaku kegiatan pariwisata, tempat sebagai unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri dan waktu sebagai unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan wisata.

Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Kata wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam bahasa Inggris. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kata pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan tour (Yoeti ,1996).

Pada hakikatnya pariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggal. Dorongan bepergian ini adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Suwantoro, 2002).

Pariwisata merupakan suatu kegiatan/aktivitas yang melakukan perjalanan dari rumah utama untuk maksud bersantai menuju daerah yang lain. Kepariwisataan juga merupakan lingkup usaha yang terdiri atas ratusan komponen


(16)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

usaha seperti : layanan angkutan udara, kapal-kapal pesiar, kereta api, agen-agen perjalanan, pengusaha tur, penginapan, restoran dan pusat-pusat perbelanjaan dan pusat konvensi ( Lundberg, et al, 1997).

Menurut definisi yang lebih luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu (Spillane, 1990).

Apabila ditinjau dari aspek industri, pariwisata merupakan salah satu dari industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Lagi pula pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks meliputi industri-industri dalam arti yang klasik seperti industri kerajinan tangan dan industri cindramata. Penginapan dan transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri (Wahab, 2003).

Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik-buruknya lingkungan. Tanpa lingkungan yang baik, tidak mungkin pariwisata berkembang dengan baik karena dalam industri pariwisata, lingkungan itulah yang yang sebenarnya dijual sehingga mutu lingkungan harus diperhatikan. Didalam pengembangan pariwisata, asas pengelolaan lingkungan untuk melestarikan dan kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan yang terlanjutkan bukanlah merupakan hal yang abstrak, melainkan benar-benar konkrit dan sering mempunyai efek jangka pendek (Astriani, 2008).


(17)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Konsep Ekowisata (Wisata Alam)

Menurut Suwantoro (2002), wisata alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungan. Sedangkan obyek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa wisata alam merupakan pemanfaatan sumber daya alam yang ditata dengan baik sehingga dapat menimbulkan rasa senang, rasa indah, nyaman dan bersih dengan menggunakan konservasi sumber daya alam serta lingkungan sebagai daya tariknya. Pendapat diatas lebih dirincikan oleh Robby (2001), yang menyatakan bahwa wisata alam adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilaksanakan pada tempat-tempat yang berhubungan dengan alam seperti : gunung, rimba/hutan, gua, lembah, sungai, pesisir, laut, air terjun, danau, lembah sempit (canyon) dan lain sebagainya.

Salah satu bentuk kegiatan wisata alam yang berkembang saat ini adalah ekowisata. Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism yaitu ekoturisme. Menurut Fandeli dan Mukhlison (2000), pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakikatnya ekowisata dapat diartikan sebagai bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat.

Suatu kegiatan ekoturisme dapat dilakukan secara perorangan, kelompok kecil sampai pada kelompok besar. Apabila dilihat dari segi daya tarik wisata


(18)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

yang diminati terdapat dua jenis yaitu daya tarik wisata yang berhubungan dengan alam (nature related attraction) dan daya tarik wisata yang didasarkan atas alam (nature based tourist attraction) dimana kedua daya tarik ini dimanfaatkan bagi kebutuhan pengunjung. Berdasarkan penjelasan tersebut ekowisata diartikan sebagai perjalanan ke suatu kawasan alam yang relatif masih asli dan tidak tercemar, dengan minat khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuhan liar maupun manifestasi budaya masyarakat setempat (Gunawan, 1997).

Ekowisata dapat dipahami sebagai perjalanan yang disengaja ke kawasan-kawasan alamiah untuk memahami budaya dan sejarah lingkungan tersebut sambil menjaga agar keutuhan kawasan tidak berubah dan menghasilkan peluang untuk pendapatan masyarakat sekitarnya sehingga mereka merasakan manfaat dari upaya pelestarian sumber daya alam (Astriani, 2008).

Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal (Hakim, 2004).

Disamping itu ekowisata juga merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata massal. Sebenarnya yang lebih


(19)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

membedakannya dari wisata massal adalah karakteristik produk dan pasar. Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Masyarakat Ekowisata Internasional mengartikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggungjwab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Berdasarkan defenisi ini, ekowisata dapat dilihat dari 3 perspektif, yakni ekowisata sebagai produk, ekowisata sebagai pasar dan ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Sebagai produk ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumber daya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Pada akhirnya sebagai pendekatan pengembangan ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pariwisata secara ramah lingkungan. Dalam kegiatan wisata yang bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas dari ekowisata (Damanik dan Weber, 2006).

Sejalan dengan beberapa pendapat diatas Wiratno, et al (2004), juga memberikan pengertian kepada ekowisata sebagai kegiatan perjalanan ke daerah-daerah yang masih alami dengan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan masyarakat sekitar. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh para peminat-peminat khusus terhadap kawasan pelestarian alam dan bersifat tidak massal. Kegiatan ini bisa dilakukan di tempat-tempat terbuka yang relatif belum terjamah atau tercemar dengan tujuan khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan dengan tumbuhan-tumbuhan satwa liarnya (termasuk potensi kawasan berupa ekosistem, keadaan iklim, fenomena alam, kekhasan jenis


(20)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

tumbuhan dan satwa liar) juga semua manifestasi kebudayaan yang ada (termasuk tatanan lingkungan sosial budaya) baik dari masa lampau maupun masa kini di tempat-tempat tersebut dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Konsep Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam

Nilai (value) merupakan persepsi manusia tentang makna/manfaat/kegunaan yang diberikan kepada sesuatu pada tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang berkonotasi sama dengan nilai atau harga. Persepsi itu sendiri merupakan ungkapan, pandangan seseorang (individu) tentang atau terhadap sesuatu benda, dengan proses pemahaman melalui pancaindera yang diteruskan ke otak untuk proses pemikiran, kemudian disini berpadu dengan harapan atau norma-norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat tersebut (Ichwandi, 1996). Ukuran nilai/harga menurut Ichwandi (1996) ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya. Sedangkan penilaian merupakan proses mengkuantitatifkan nilai atas sesuatu yang dilakukan menurut persepsi, perspektif/pandangan individu atau kelompok individu yang bersangkutan. Demikian juga Davis dan Johnson (1987), memberikan pengertian penilaian (valuasi) sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa.

Menurut Davis dan Jhonson, (1987) nilai ekonomi adalah seluruh barang dan jasa yang secara langsung memberikan manfaat berupa pendapatan, sedangkan manfaat yang tidak berupa pendapatan tidak dipandang sebagai nilai


(21)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

ekonomi. Sesuai dengan hal tersebut total nilai ekonomi suatu sumberdaya secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu nilai penggunaan (use value) dan nilai intrinsik (non use value). Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai penggunaan dibagi menjadi nilai penggunaan langsung (direct use value), nilai penggunaan tidak langsung (indirect use value) dan nilai pilihan (option value).

Perhitungan nilai ekonomi sumberdaya alam hingga saat ini telah berkembang pesat. Penilaian peranan ekosistem, termasuk kawasan konservasi bagi kesejahteraan manusia merupakan pekerjaan yang sangat kompleks, mencakup berbagai faktor yang berkaitan dengan nilai sosial dan politik. Di dalam konteks ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan, perhitungan-perhitungan tentang biaya lingkungan sudah banyak berkembang. Menurut Hufschmidt, et al (1987), secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi (biaya lingkungan) suatu sumberdaya alam dan lingkungan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang berorientasi survey atau penilaian hipotesis yang disajikan berikut ini :

1. Pendekatan Orientasi Pasar

A. Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa (actual based market methods) :

a. Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in productivity) b. Metode kehilangan penghasilan (loss of earning methods)

B. Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap masukan berupa perlindungan lingkungan :


(22)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

b. Biaya penggantian (replacement cost methods) c. Proyek bayangan (shadow project methods) d. Analisis keefektifan biaya

C. Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based methods) a. Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan

b. Pendekatan nilai kepemilikan

c. Pendekatan lain terhadap nilai tanah d. Biaya perjalanan (travel cost)

e. Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods) f. Penerimaan kompensasi/pampasan

2. Pendekatan Orientasi Survey

A. Pertanyaan langsung terhadap kemauan membayar (willingness to pay) B. Pertanyaan langsung terhadap kemauan dibayar (Willingness To Accept)

Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Ada berbagai macam teknik penilaian yang dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar dalam penilaian ekonomi yang mendasari semua teknik ini adalah kesediaan membayar dari individu untuk jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya. Menurut Davis dan Jhonson (1987), dalam penelitian manfaat rekreasi dari sumberdaya hutan, pendekatan kesediaan membayar dilakukan dengan menggambarkan kesediaan dari pengunjung untuk membayar biaya-biaya yang perlu dikeluarkan dalam menikmati suatu kegiatan rekreasi.

Metode biaya perjalanan (travel cost methode) ini dilakukan dengan menggunakan informasi tentang sejumlah uang yang dikeluarkan dan waktu yang


(23)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

digunakan orang untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini termasuk biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang dari waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dan rekreasi tersebut. Kemudian fungsi permintaan terhadap daerah rekreasi tersebut diestimasi dengan menggunakan biaya perjalanan itu sebagai representasi dari nilai atau harga lokasi kunjungan tersebut. Jika lokasi kunjungan itu adalah barang lingkungan maka besarnya biaya perjalanan itu dipandang sebagai nilai yang diperoleh oleh penyediaan barang lingkungan tersebut (Yakin, 1997).

Selanjutnya Hufschmidt, et al (1987), menyatakan bahwa pendugaan permintaan terhadap manfaat intangible seperti rekreasi dapat dilakukan dengan pendekatan metode biaya perjalanan. Besarnya permintaan dalam kegiatan rekreasi alam berbanding lurus dengan kedekatan jarak tempat tinggal ke tempat rekreasi, yaitu semakin jauh tempat tinggal seseorang dari suatu tempat rekreasi tertentu, maka permintaan rekreasi terhadap tempat tersebut semakin rendah, dan sebaliknya untuk para konsumen yang tempat tinggalnya dekat dengan tempat rekreasi tersebut maka permintaannya semakin tinggi.


(24)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 22 Mei sampai 21 Juni 2009.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kalkulator, kamera, Soft Ware Statistic Package for Social Science (SPSS) versi 15.00 dan perangkat komputer. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner sebagai bahan pertanyaan/wawancara secara langsung terhadap para pengunjung yang datang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso.

Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini disebut dengan responden. Teknik yang digunakan dalam memilih sampel adalah teknik Quota Sampling. Teknik pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel yang mengambil sejumlah sampel sesuai karakteristik populasi yang ditentukan berdasarkan data kunjungan tahunan yang merupakan representatif dan relevan terhadap kondisi sebenarnya (Sugiarto, et al, 2001). Sasaran penelitian ini dibatasi hanya pada pengunjung lokal, yaitu pengunjung yang berasal dari dalam negeri khususnya pengunjung yang berasal dari seluruh daerah yang ada pada wilayah administratif Sumatera Utara.


(25)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Dalam penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin , yaitu :

n =

( )

2

1 N e

N

+

Keterangan :

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasinya

e = Margin error yang diperkenankan 0,1 (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000).

Jumlah populasi yang diambil dalam menentukan jumlah responden yang akan diwawancarai adalah berdasarkan data jumlah kunjungan di Obyek Wisata

Alam Air Terjun Sipiso-piso 3 tahun terakhi ini (2006 – 2008) adalah : 69.226 orang, 76.890 orang dan 87.600 orang (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Karo, 2009). Oleh karena itu, dalam 3 tahun ini akan diperoleh rata-rata jumlah pengunjung/tahun yang datang adalah 77.905 orang dan jika dimasukkan ke dalam rumus Slovin diatas akan diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang. Secara matematis cara memperoleh jumlah sampel adalah sebagai berikut :

n =

( )

2

1 N e

N

+

n =

( )

2

1 . 0 905 . 77 1 905 . 77 + n = 05 , 779 1 905 . 77 + n = 05 , 780 905 . 77

n = 99,87 n = 100


(26)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Teknik Pengumpulan Data Data Primer

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik observasi dan wawancara secara langsung terhadap responden di lapangan, yang meliputi:

1. Data karakteristik pengunjung yang meliputi : nama, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, tempat tinggal, pendapatan, lama perjalanan, banyaknya kunjungan, kendaraan yang digunakan, tujuan utama kunjungan, motivasi kunjungan dan pendapat mengenai Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso.

2. Data yang diperlukan untuk menentukan nilai ekonomi obyek wisata dengan menggunakan metode biaya perjalanan adalah biaya perjalanan pulang pergi, biaya transportasi, biaya tiket masuk, biaya konsumsi yang dikeluarkan selama kegiatan wisata, biaya souvenir, biaya dokumentasi, biaya parkir dan biaya lain yang telah dikeluarkan pengunjung untuk kegiatan wisata.

Data Sekunder

Data yang diperlukan untuk karakteristik obyek wisata adalah : letak grografis dan batas wilayah daerah obyek wisata, iklim (suhu, musim, angin dan curah hujan), aksesibilitas ke lokasi wisata, fasilitas dan potensi wisata, data kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat serta jumlah pengunjung per tahun (3 tahun terakhir). Pengumpulan data sekunder ini dilakukan melalui studi pustaka dari berbagai sumber referensi serta melakukan observasi kepada pengelola obyek wisata alam tersebut dan pihak pemerintah kabupaten.


(27)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Pendugaan Nilai Manfaat Rekreasi Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Methode)

Nilai ekonomi rekreasi diduga dengan menggunakan metode pendekatan biaya perjalanan wisata (travel cost methode), yang meliputi biaya transportasi pulang pergi dari tempat tinggal pengunjung ke lokasi rekreasi dan pengeluaran lainnya selama dalam perjalanan dan di dalam lokasi wisata seperti dokumentasi, konsumsi dan tiket masuk.

Biaya perjalanan adalah jumlah total biaya yang dikeluarkan pengunjung selama melakukan kegiatan rekreasi. Menurut Sulistiyono (2007), tahapan penentuan nilai ekonomi wisata alam dengan menggunakan metode biaya perjalanan adalah :

1. Menentukan jumlah rata-rata kunjungan per tahun berdasarkan data pengunjung pada tahun sebelumnya dari Pengelola Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso.

2. Menduga persentase pengunjung dari tiap daerah administratif yang dirumuskan :

Pi = x100%

N JCi

Keterangan :

Pi = Persentase pengunjung dari tiap daerah i JCi = Jumlah pengunjung contoh dari daerah i N = Jumlah total responden (jumlah contoh)


(28)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

3. Menentukan jumlah pengunjung dari daerah masing-masing asal pengunjung selama setahun yang dirumuskan dengan :

JKi = Pi x JKt Keterangan :

JKi = Jumlah pengunjung dari daerah i selama setahun Pi = Persentase pengunjung dari daerah administratif ke-i JKt = Jumlah seluruh kunjungan selama setahun

4. Menentukan besarnya biaya perjalanan rata-rata dari jumlah total biaya perjalanan yang dikeluarkan selama melakukan perjalanan atau kegiatan rekreasi, dirumuskan :

BP = BT + BK + BTk + BD + BL Keterangan :

BP = Biaya Perjalanan (Rp/Orang/Hari Kunjungan) BT = Biaya Transportasi (Rp/Orang)

BK = Biaya Konsumsi selama melakukan wisata (Rp/Orang) BTk = Biaya Tiket (Rp/Orang)

BD = Biaya Dokumentasi (Rp/Orang) BL = Biaya Lain-lain (Rp/Orang)

5. Menduga intensitas kunjungan responden (Y) berdasarkan faktor-faktor penduga (X) seperti tingkat pendidikan (X1), tingkat penghasilan (X2), umur (X3) dan waktu menuju ke lokasi wisata (X4). Adapun bentuk umum dari persamaan tersebut adalah :


(29)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Keterangan :

Y = Intensitas kunjungan dari responden X1 = Tingkat pendidikan

X2 = Tingkat penghasilan

X3 = Umur

X4 = Waktu menuju lokasi

a = Intercept atau Konstanta


(30)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis dan Batas Wilayah

Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso terletak di Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Secara geografis, Desa Tongging berada di dataran lebih rendah, sementara Air Terjun Sipiso-piso terletak di perbukitan yang lebih tinggi dari Desa Tongging. Air terjun ini berada di ketinggian lebih kurang 800 meter diatas permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan yang hijau dengan tumbuhan pinus dan hamparan lahan persawahan milik masayarakat.

Obyek Wisata Alam Air terjun Sipiso-piso ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Pengambaten dan Desa Situnggaling Sebelah Timur Berbatasan dengan Gunung Sipiso-piso

Sebelah Selatan Berbatasan dengan Danau Toba Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Pengambaten

Berdasarkan kondisi ini dapat dilihat bahwa Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso dikelilingi oleh beberapa desa disekitarnya. Menurut data yang diperoleh, luas masing-masing desa tersebut adalah Desa Pengambaten seluas 10,00 km2, Desa Situnggaling seluas 6,00 km2 dan Desa Tongging sendiri adalah seluas 4,50 km2 (BPS Kabupaten Karo, 2009).

Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan)

Desa Tongging yang merupakan bagian dari Kabupaten Karo memiliki suhu udara rata-rata berkisar diantara 18,4°C - 19,3°C, dengan kelembaban udara


(31)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

setinggi 88,39 % tersebar antara 86,3 % sampai dengan 90,3 %. Daerah ini beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli.

Arah angin terbagi 2 (dua) arah/gerak yaitu angin yang berhembus dari arah Barat kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan dari arah Timur dan Tenggara antara bulan April sampai dengan bulan September. Pada tahun 2006 ada sebanyak 172 hari jumlah hari hujan dengan rata-rata kecepatan angin 1,32 m/dt. Curah hujan tahun 2006 tertinggi pada bulan April sebesar 272 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 56 mm sedangkan hari hujan tertinggi pada bulan Desember sebanyak 20 hari dan terendah pada bulan Maret dan Juni sebanyak 8 hari (BPS Kabupaten Karo, 2009).

Aksesibilitas Lokasi

Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso terletak di ujung Kabupaten Karo tidak jauh dari ibu kota Sumatera Utara yaitu Kota Medan, dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor roda empat maupun roda dua. Jarak Air Terjun Sipiso-piso lebih kurang 35 km arah selatan Berastagi di pinggir Danau Toba atau 112 km dari Medan. Jenis angkutan umum yang tersedia menuju lokasi ini dari pusat kota Medan ada berbagai pilihan diantaranya adalah Bus DATRA, SAMPRI, BTN dan PASS melalui jalur Medan – Berastagi – Kabanjahe – Simpang Merek dengan tarif jasa angkutan sebesar Rp.20.000,00. Pilihan lain yang dapat digunakan menuju lokasi tersebut adalah melalui jalur Medan – Kabanjahe, dengan tarif jasa angkutan sebesar Rp.10.000,00 kemudian


(32)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

dilanjutkan dengan angkutan yang berbeda dari Kabanjahe menuju Simpang Merek dengan tarif jasa angkutan sebesar Rp.7.000,00. Perjalanan ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso dari Simpang Merek sejauh 3 km dengan kualitas jalan beraspal dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan Becak Motor dengan tarif jasa angkutan sebesar Rp. 5.000,00. Pada umumnya lokasi ini dapat dicapai dengan berbagai jenis kendaraan bermotor roda empat dan roda dua dengan waktu tempuh ± 3 jam.

Fasilitas dan Potensi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso

Pengelolaan obyek wisata ini ditangani secara langsung oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo. Obyek wisata ini memiliki berbagai fasilitas pendukung yang sangat dibutuhkan oleh para pengunjung yang datang ke tempat ini. Fasilitas yang tersedia di obyek wisata ini diantaranya adalah :

1. 1 buah loket penjualan tiket masuk dengan 3 orang pegawai. 2. 1 buah Langgar (tempat ibadah) yang sudah tidak layak pakai.

3. 2 buah Lokasi parkir kendaraan roda empat dan roda dua yang letaknya terpisah

4. 5 buah bangunan Joglo permanen dengan rincian 3 buah terletak dibagian atas dan 2 buah di bagian bawah sebagai tempat pengunjung bersantai menikmati pemandangan air terjun Sipiso-piso dan pemandangan Danau Toba serta bentangan lembah dan hamparan persawahan

5. 19 buah tempat duduk permanen sebagai tempat pengunjung menikmati keindahan obyek wisata ini

6. 1 buah bangunan restaurant permanen yang sudah tidak digunakan lagi 7. 5 buah alat penerang yang terletak didalam kawasan obyek wisata ini


(33)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

8. 1 buah bangunan toilet permanen pria dan wanita

9. 4 buah rumah makan yang dikelola oleh masyarakat setempat 10.15 buah toko cinderamata yan dikelola oleh masyarakat setempat

11.Ratusan anak tangga sepanjang 1 km menuju aliran sungai dasar jatuhnya tumpahan air terjun sipiso-piso.

Nama air terjun yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karo ini memiliki makna yang khas. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa kata sipiso-piso berasal dari kata piso yang artinya pisau. Derasnya air yang berjatuhan dari bukit berketinggian di atas seratus meter ini diperumpamakan layaknya berbilah-bilah pisau yang tajam. Selain itu, jurang yang curam jika dilihat dari puncak bukit membuat orang setempat menyebutnya piso dari Tanah Karo.

Potensi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso sangat besar dengan berbagai ciri khas karakteristik pemandangan alamnya. Rasa kagum akan muncul dari setiap pengunjung yang datang ke Desa Tongging, desa dimana Air Terjun Sipiso-piso berada. Pada saat mengunjungi Desa Tongging, pengunjung akan disuguhi pemandangan alam yang indah seperti lansekap Danau Toba sebuah danau vulkanik terbesar di dunia, disisi kiri jalan berliku menuju Desa Tongging tersebut terdapat pula Gunung Sipiso-piso yang pernah dijadikan sebagai tempat launching paragliding (terbang layang) bagi wisatawan mancanegara yang menyenangi atraksi wisata dirgantara dan tentunya adalah Air Terjun Sipiso-piso sendiri. Tiga jenis karakteristik obyek wisata ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan yang menyatu menjadi daya tarik tersendiri dari daerah ini. Sebelum menikmati air terjun dari dekat, pengunjung akan disuguhi pemandangan indah Tanah Karo dari gardu pandang yang ada di puncak bukit, titik pangkal


(34)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

aliran air terjun Sipiso-piso. Bentangan alam berupa perbukitan dan karakteristik lembahnya dengan tumbuhan hijau pepohonan yang didominasi pohon pinus serta hamparan persawahan yang dapat dinikmati dari tempat ini terakumulasi menjadikan tempat ini benar-benar mengandung potensi yang cukup besar sebagai obyek wisata andalan Kabupaten Karo (Wisata Melayu, 2009).

Para pengunjung yang ingin menjelajahi keelokan alam Sipiso-piso dari dekat harus menyusuri punggung bukit melalui ratusan anak tangga kecil sejauh 1 km yang telah disediakan untuk turun dan mendekati dasar tumpahan air terjun tersebut. Barisan anak tangga yang telah dipersiapkan itu merupakan jalan utama yang aman untuk dilalui, tetapi sangat disayangkan anak tangga tersebut hanya ¾ bagian yang termasuk layak untuk dilalui sedangkan selebihnya cenderung tidak aman untuk dilalui oleh pengunjung.

Sesampainya di bawah, pengunjung dapat memandang ke arah bukit-bukit kecil yang terbentang. Ketakjuban akan tingginya bukit-bukit tersebut akan dilengkapi dengan suara gemuruh percikan ribuan butiran air yang memantul dari titik jatuhnya air. Oleh karena, air terjun ini memiliki ketinggian 120 meter atau sekitar 360 kaki sebelum mengalir ke Danau Toba, maka banyak orang yang pernah berkunjung ke tempat ini mengatakan besaran butiran percikan air jatuh di Sipiso-piso lebih besar dari Air Terjun Sigura-gura sebuah daerah wisata alam terkenal di Sumatera Utara (Wisata Melayu, 2009).

Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat

Berdasarkan data yang diperoleh, Desa Tongging memiliki jumlah penduduk sebesar 1.254 jiwa yang terdiri dari 638 orang laki-laki dan 616 orang perempuan. Apabila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk tersebut dengan


(35)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

luas wilayah desa ini yang sebesar 4,50 km2, maka kepadatan penduduk penduduk di desa ini adalah sebesar 278,67 jiwa/km2, sedangkan penduduk desa ini adalah mayoritas bersuku Karo dan Batak Toba selebihnya adalah suku Simalungun dan Pakpak. Agama yang dianut oleh penduduk desa ini mayoritas adalah Agama Kristen protestan sebanyak 1.212 jiwa dan Kristen Katolik sebanyak 42 jiwa. Keberadaan ini sejalan dengan ditemuinya 5 buah Gereja sebagai tempat beribadah penduduk di desa ini (BPS Kabupaten Karo, 2009).

Sarana kesehatan yang terdapat di desa ini hanya 1 buah Puskesmas Pembantu (PUSTU) dengan 2 orang bidan. Sekolah yang ada di desa ini adalah 1 buah SD Negeri dan 2 buah SMP Swasta. Sebagian besar rumah penduduk di desa ini merupakan rumah permanen sebanyak 221 rumah, rumah semi permanen 53 rumah dan darurat 3 buah, dengan demikian terdapat 277 rumah di desa ini (BPS Kabupaten Karo, 2009).

Penduduk di desa ini sebagian besar menggantungkan kehidupan dan mata pencahariannya pada sektor :

1. Pertanian, Peternakan dan Perikanan, yaitu : padi sawah, tanaman sayur-sayuran berupa bawang merah/putih, bawang daun, cabai merah/hijau, kol, tomat, kentang dan wortel, tanaman palawija berupa jagung, tanaman keras berupa kelapa, kulit manis, kopi dan kemiri, tanaman buah-buahan berupa jeruk, mangga, nenas dan terong jepang, peternakan berupa ayam, itik dan babi, perikanan dengan jenis ikan air tawar.

2. PNS/TNI/POLRI

3. Jasa dan Perdagangan berupa perdagangan hasil bumi, pedagang makanan dan minuman (BPS Kabupaten Karo, 2009).


(36)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung atau wisatawan lokal yang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso. Karakteristik responden merupakan bagian terpenting dari suatu penelitian karena dengan mengetahui karakteristik responden maka dapat diketahui obyek penelitian dengan lebih baik.

Jumlah keseluruhan responden yang menjadi objek penelitian ini adalah 100 orang. Karakteristik responden yang datang berkunjung ke lokasi penelitian ini dapat digolongkan ke dalam beberapa aspek diantaranya adalah : daerah asal responden, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, tingkat pendapatan, banyaknya kunjungan, lama perjalanan, kendaraan yang digunakan, tujuan utama kunjungan, motivasi kunjungan dan pendapat mengenai Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipisopiso.

Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner yang dapat dilihat pada Tabel 1, responden yang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso didominasi dari daerah Kotamadya Medan (42%) dan selebihnya berasal dari Kotamadya Pematang Siantar (22%), Kabupaten Karo (8%), Kabupaten Simalungun (7%), Kabupaten Deli Serdang (5%), Kotamadya Tebingtinggi (4%), Kabupaten Langkat (3%), Kabupaten Tapanuli Utara (3%), Kabupaten Serdang Bedagai (2%), Kabupaten Asahan (2%), Kabupaten Labuhan Batu (1%) dan Kotamadya Padang Sidempuan (1%).


(37)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 1. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Daerah Asal

NO. Daerah Asal Jumlah (Orang) Pesentase (%)

1. Kotamadya Medan 42 42

2. Kotamadya Pematang Siantar 22 22

3. Kabupaten Karo 8 8

4. Kabupaten Simalungun 7 7

5. Kabupaten Deli Serdang 5 5

6. Kotamadya Tebingtingggi 4 4

7. Kabupaten Langkat 3 3

8. Kabupaten Tapanuli Utara 3 3

9. Kabupaten Serdang Bedagai 2 2

10 Kabupaten Asahan 2 2

11. Kabupaten Labuhan Batu 1 1

12. Kotamadya Padang Sidempuan 1 1

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Data ini menunjukkan bahwa responden terbanyak berasal dari Kotamadya Medan. Kondisi ini disebabkan letak Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-psio masih tergolong dekat dari Kotamadya Medan yang hanya memerlukan waktu tempuh sekitar ± 3 jam bila dibandingkan dengan sebagian besar daerah lain, sehingga biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung relatif lebih kecil dibandingkan dari daerah yang lebih jauh dari obyek wisata ini, dengan demikian permintaan terhadap rekreasi akan semakin tinggi.

Letak yang lebih dekat dengan obyek wisata ini adalah Kabupaten Karo, Simalungun dan Siantar bila dibandingkan dengan Kotamadya Medan tetapi tidak menyebabkan banyaknya tingkat kunjungan dari daerah ini. Hal ini disebabkan adanya rasa bosan dan hal yang biasa dari mereka yang tinggal disekitar obyek wisata ini akan keberadaan Air Terjun Sipiso-piso. Berbeda halnya dengan pengunjung yang berasal dari daerah lain, khususnya Kotamadya Medan dimana mereka cenderung mencari lokasi wsiata yang baru dalam upaya mencari hiburan dan mengurangi kepenatan dan kejenuhan dari kegaitan sehari-hari.


(38)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden sebagian besar adalah laki-laki (74%) dan selebihnya adalah wanita sebesar (26%). Banyaknya jumlah responden laki-laki cenderung disebabkan perjalanan panjang yang dilakukan responden dalam melintasi beberapa daerah obyek wisata yang biasanya sekaligus mereka lakukan yang berada disekitar Kabuapten Karo, Simalungun dan Dairi yang membutuhkan waktu tidak sedikit dalam berekreasi. Kondisi ini juga sesuai dengan pendapat Ross (1998) yang mengatakan bahwa wisatawan laki-laki lebih banyak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mewujudkan jati diri yaitu kebutuhan akan kepuasan diri dan usaha perwujudan kemampuan dengan cara keinginan untuk berpetualang, serta lebih suka menghadapi tantangan dibandingkan dengan wisatawan perempuan.

Tabel 2. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

NO. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 74 74

2 Perempuan 26 26

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Umur

Umur berkaitan dengan kemampuan fisik responden untuk melakukan kunjungan dan produktifitas responden. Umur juga menjadi faktor yang menentukan pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang dan jasa yang akan dikonsumsi, termasuk keputusan untuk mengalokasikan sebagian dari pendapatannya digunakan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Jadi secara tidak langsung umur akan turut mempengaruhi besarnya permintaan terhadap Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso ini.


(39)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner responden menurut karakteristik umur seperti yang ditampilkan pada Tabel 3, kelompok umur yang datang berkunjung ke obyek wisata ini tersebar ke berbagai tingkat umur. Walaupun demikian, kelompok umur responden antara 21-30 tahun memiliki komposisi yang paling tinggi diantara kelompok umur lainnya yaitu sebanyak 52 orang atau (52%). Kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur produktif yang sangat menyukai kegiatan wisata. Menurut Soekadijo (1996), golongan umur yang produktiflah yang paling banyak mengadakan perjalanan wisata. Golongan produktif ini memerlukan rekreasi terutama untuk penyegaran dari kesibukannya sehari-hari.

Tabel 3. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Umur

NO. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 ≤ 20 9 9

2 21 – 30 52 52

3 31 – 40 23 23

4 41 – 50 10 10

5 >50 6 6

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berpengaruh terhadap pemahaman seseorang terhadap kebutuhan psikologis dan rasa ingin tahu tentang obyek wisata dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Selain itu tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang dimiliki, jenis pekerjaan mempengaruhi jumlah pendapatan, jumlah pendapatan berpengaruh dalam menentukan konsumsi barang dan jasa seperti jasa untuk berwisata.


(40)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Tingkat pendidikan responden yang terpilih ketika melakukan kunjungan ke obyek wisata ini seperti yang ditampilkan pada Tabel 4 terdiri dari 4 kelompok pendidikan. Tingkat pendidikan Perguruan Tinggi (S1/Diploma) memiliki komposisi yang paling tinggi yaitu (55%) dan diikuti oleh pendidikan menengah (SMU/SMK) sebesar (38%), pendidikan tingkat menengah pertama (SMP) sebesar (6%) dan pendidikan dasar (SD) sebesar (1%). Kondisi ini berhubungan dengan paradigma masyarakat kota modern dan berpendidikan memiliki ketertarikan yang cukup tinggi terhadap daya tarik alam sebagai media untuk menurunkan kadar kepenatan dari aktivitas mereka sehari-hari.

Tabel 4. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 0 0

2 SD 1 1

3 SMP 6 6

4 SMU/SMK 38 38

5 Perguran Tinggi 55 55

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan responden yang paling dominan adalah Rp.1.500.000 – Rp.2.000.000 yaitu sebesar (42%), kemudian dikuti dari tingkat pendapatan lebih dari Rp.2.000.000 sebesar (29%), Rp.1.000.000 – 1.500.000 sebesar (12%), kurang dari 500.000 sebesar (9%) dan pendapatan diantara Rp.500.000 – Rp.1.000.000 sebesar (8%).

Berdasarkan data pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa keberadaan Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso dapat dinikmati dari semua lapisan ekonomi masyarakat, baik tingkat bawah, menengah maupun lapisan atas.


(41)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 5. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkanm Tingkat Pendapatan

NO Tingkat Pendapatan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 < 500.000 9 9

2 500.000 - 1.000.000 8 8

3 1.000.000 - 1.500.000 12 12

4 1.500.000 - 2.000.000 42 42

5 > 2.000.000 29 29

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Komposisi jenis pekerjaan paling besar dari antara 100 orang responden yang melakukan kunjungan ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso adalah responden dengan jenis pekerjaan pegawai swasta yaitu sebesar (43%), kemudian berikutnya adalah kelompok pekerjaan wiraswasta dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) masing-masing sebesar (15%), kelompok pelajar/mahasiswa sebesar (14%), kelompok pekerjaan petani (7%) dan terakhir adalah responden dengan kelompok pekerjaan lainnya seperti ibu rumah tangga dan pegawai honorer adalah sebesar (6%).

Tabel 6. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

NO Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pelajar/Mahasiswa 14 14

2 PNS 15 15

3 TNI/POLRI 0 0

4 Pegawai Swasta 43 43

5 Petani 7 7

6 Pengusaha/Wiraswasta 15 15

7 Lain-Lain (IRT, Honorer) 6 6

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari memerlukan energi dan pikiran yang ekstra. Oleh karena itu, kebutuhan akan pemulihan kondisi fisik dan mental seseorang dapat dilakukan dengan kegiatan wisata seperti yang


(42)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

dilakukan responden di obyek wisata ini. Pemikiran ini sesuai dengan pendapat Fandeli dan Mukhlison (2000), yang mengatakan bahwa wisatawan berdasarkan tujuan kunjungannya dapat dikategorikan dalam beberapa hal diantaranya berwisata dengan motivasi fisik, yaitu dalam rangka memulihkan fisik dan jiwa dari ketegangan dan kebosanan hidup sehari-hari dengan menemukan kembali atau mempertahankan kesejahteraan fisik dan mental, memperluas wawasan, memuaskan rasa ingin tahu, mewujudkan jati diri, bahkan menambah rasa harga diri terlebih lagi adalah hati mereka terpuaskan.

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan

Pada umumnya responden yang melakukan kunjungan ke Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso menggunakan kendaraan pribadi yaitu sebesar (59%) dari jumlah total responden. Jenis kendaraan pribadi yang digunakan pada umumnya berupa mobil pribadi walaupun sebagian kecil ada yang menggunakan sepeda motor, sedangkan responden yang melakukan kunjungan dengan menggunakan kendaraan sewa/carteran adalah sebesar (41%).

Tabel 7. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan

NO Jenis Kendaraan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Kendaraan Pribadi 59 59

2 Kendaraan Sewa/Carteran 41 41

3 Kendaraan Umum 0 0

4 Kendaraan Milik Instansi 0 0

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan

Pada umumnya responden yang melakukan kunjungan ke obyek wisata ini adalah berkelompok. Komposisi ini dapat dilihat dari tabel rekapitualasi data


(43)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

responden berdasarkan cara melakukan kunjungan yang disajikan pada Tabel 8, bahwa sebagian besar responden dalam melakukan kunjungannya adalah berkelompok yaitu sebesar (55%) dan selebihnya adalah melakukan kunjungan bersama rombongan keluarga sebesar (45%).

Responden yang melakukan kunjungan secara berkelompok pada umumnya berasal dari satu bidang pekerjaan yang sama, para pelajar/mahasiswa satu perguruan tinggi, satu perkumpulan atau bidang lain yang masih dalam satu komunitas sebagai media untuk mempererat ikatan emosional diantara mereka. Responden yang melakukan kunjungan bersama anggota keluarga ke obyek wisata ini dapat digolongkan kedalam kegiatan perjalanan wisata keluarga yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain (Suwantoro, 2002).

Tabel 8. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan

NO. Cara Melakukan Kunjungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Sendiri 0 0

2 Berkelompok 55 55

3 Rombongan Keluarga 45 45

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Sebanyak (58%) atau 58 orang responden yang datang berkunjung ke obyek wisata ini masih belum menikah atau belum berkeluarga, sedangkan (42%) atau 42 orang responden diantaranya sudah menikah atau berkeluarga.

Tabel 9. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Status Pernikahan

NO. Status Pernikahan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Menikah 42 42

2 Belum Menikah 58 58

Total 100 100


(44)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan

Berdasarkan hasil rekapitulasi data responden, tujuan sebagian besar pengunjung datang ke obyek wisata ini adalah untuk menikmati keindahan alam dalam rangka mengisi waktu hari libur mereka. Walaupun demikian, dikarenakan lokasi obyek wisata ini yang sangat strategis berdekatan dengan beberapa obyek wisata lainnya yang memiliki daya tarik yang lebih tinggi sehingga responden umumnya menjadikan tempat ini sebagai tempat persinggahan saja yaitu sebesar (77%) dan sisanya menjadikan tempat ini sebagai tujuan utama kunjungan sebesar (23%).

Tabel 10. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan

NO. Alasan Kedatangan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tujuan Utama 23 23

2 Tempat Persinggahan 77 77

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Sebagian besar responden atau sebanyak (85%) responden memperoleh informasi keberadaan obyek wisata ini berasal dari teman/keluarga dengan cara penyebaran informasi melalui mulut ke mulut. Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolan obyek wisata ini belum dilakukan secara optimal, hal ini diperlihatkan dengan belum tertatanya dengan baik strategi pengelolaan obyek wisata ini dalam bidang promosi. Walaupun demikian, sebagian kecil dari responden ada yang mengetahui keberadaan obyek wisata ini dari media cetak berupa surat kabar/majalah sebesar (3%) dan media elektronik berupa tv/radio/internet sebesar (12%).


(45)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Oleh karena itu, pengelolaan yang intensif dan terintegrasi secara bertahap harus dilakukan oleh pihak pengelola dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo. Pembenahan sistem informasi keberadaan obyek wisata ini beserta potensinya merupakan langkah awal yang dapat dilakukan sehingga diharapkan keberadaan obyek wisata ini dapat diketahui oleh masyarakat luas. Meningkatnya kunjungan ke obyek wisata ini dapat tercapai ketika tahapan tersebut telah dilakukan, yang pada akhirnya dapat memberikan sumbangsih bagi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo sendiri.

Tabel 11. Rekapitulasi Data Responden Menurut Sumber Informasi Keberadaan Obyek Wisata

NO. Sumber Informasi

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1 Teman/Keluarga 85 85

2 Media Cetak (Surat Kabar/Majalah) 3 3

3 Media Elektronik (Radio, TV, Internet) 12 12

4 Brosur 0 0

5 Sekolah/Perguruan Tinggi 0 0

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Pendapat Responden Mengenai Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso

Kondisi Jalan Menuju Obyek Wisata

Penilaian responden berdasarkan skala likert terhadap kondisi jalan menuju Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso menilai kurang baik, dimana pendapat mereka (khususnya pendapat responden yang berasal dari Kotamadya Medan) yang mengatakan bahwa masih banyak kondisi jalan yang berlubang-lubang menuju obyek wisata ini seperti yang terletak di daerah Kecamatan Tiga Panah, tidak jauh dari Kabanjahe ibu kota Kabupaten Karo. Kerusakan tersebut diperparah dengan adanya kegiatan perbaikan jembatan pada saat dilakukannya


(46)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

penelitian sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi ketertarikan pengunjung untuk berkunjung ke lokasi wisata ini, hal tersebut sesuai dengan pendapat Pendit (2002), yang mengatakan bahwa faktor transportasi dalam dunia pariwisata membutuhkan syarat-syarat tertentu, antara lain jalan-jalan yang baik, lalu lintas yang lancar dan angkutan yang tercepat. Tabel 12. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kondisi Jalan

NO.

Kondisi Jalan

Skala Penilaian

Jumlah (Orang)

Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Baik 3 0 0

2 Baik 2 36 72

3 Kurang Baik 1 64 64

Total 100 136

Sumber : Data kuesioner diolah Pengklasifikasian Berdasarkan Skor : 1. Skor 100 – 167 : Kurang Baik 2. Skor 167 – 234 : Baik

3. Skor 234 – 300 : Sangat Baik

Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata

Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner menggunakan skala likert, penilaian responden terhadap kemudahan menjangkau (aksesibilitas) obyek wisata ini, sebagian besar berpendapat tergolong mudah. Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat responden yang tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam menjangkau tempat ini. Kemudahan tersebut didukung oleh penunjuk arah jalan yang dapat digunakan oleh responden menuju tempat ini. Aksesibilitas yang mudah menuju obyek wisata ini dapat meningkatkan permintaan pengunjung terhadap kunjungan ke obyek wisata ini. Rekapitulasi pendapat responden mengenai aksesibilitas ini dapat dilihat pada Tabel 13.


(47)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 13. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Aksesibilitas

NO.

Tingkat Aksesibilitas

Skala Penilaian

Jumlah (Orang)

Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Mudah 3 4 12

2 Mudah 2 82 164

3 Sulit 1 14 14

Total - 100 190

Sumber : Data kuesioner diolah Pengklasifikasian Berdasarkan Skor : 1. Skor 100 – 167 : Sulit

2. Skor 167 – 234 : Mudah

3. Skor 234 – 300 : Sangat Mudah

Kondisi diatas sesuai dengan pendapat Suwantoro (2002), yang mengatakan bahwa pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesibilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri.

Keindahan Alam

Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner berdasarkan skala likert, penilaian responden mengenai obyek wisata ini mengatakan bahwa obyek wisata ini memiki keindahan alam yang sangat indah. Pendapat tersebut sesuai dengan data yang diperoleh bahwa obyek wisata ini memiliki nilai yang sangat indah dimata responden. Keindahan alam ini sesuai dengan keberadaan obyek wisata ini yang memiliki keindahan luar biasa dengan tampilan air terjunnya mulai dari penampang atas sampai ke dasar permukaan sungai tumpahan air tersebut dengan ketinggian 120 m (merupakan air terjun yang tertinggi di Indonesia) beserta karakteristik bentangan tebingnya serta udara yang segar dan sejuk. Disamping itu, pemandangan Danau Toba yang dapat disaksikan dari tempat ini lengkap


(48)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

dengan perbukitan yang menjulang tinggi serta hamparan persawahan menambah daya tarik kawasan ini.

Tabel 14. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Keindahan Alam

NO. Keindahan Alam

Skala Penilaian

Jumlah (Orang)

Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Indah 3 79 237

2 Indah 2 18 36

3 Kurang Indah 1 3 3

Total - 100 276

Sumber : Data kuesioner diolah Pengklasifikasian Berdasarkan Skor : 1. Skor 100 – 167 : Kurang Indah 2. Skor 167 – 234 : Indah

3. Skor 234 – 300 : Sangat Indah

Sistem Tata Ruang dan Fasilitas Obyek Wisata

Berdasarkan data rekapitulasi pendapat responden mengenai sistem tata ruang dan fasilitas obyek wisata pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa sistem tata ruang di kawasan obyek wisata ini berpendapat kurang baik. Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa kondisi sistem tata ruang memerlukan pembenahan yang lebih optimal, dimana perlu dilakukan penataan yang lebih baik terhadap tata letak fasilitas yang ada seperti rumah makan, penjualan souvenir dan lokasi parkir di lokasi obyek wisata ini, sehingga intensitas kunjunganpun dapat semakin meningkat.

Walaupun demikian, pembenahan secara bertahap telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karo dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sudah dilakukan yaitu dengan memulai pembangunan anak tangga sepanjang 1 km menuju dasar tumpahan air terjun. Namun, pekerjaan tersebut


(49)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

belum cukup karena masih diperlukan pembenahan dari berbagai aspek. Pengaturan pengusahaan kepariwisataan alam berprinsip kepada pembangunan dan pengembangan yang berwawasan lingkungan atau ramah terhadap lingkungan (Suwantoro, 1997).

Tabel 15. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Sistem Tata Ruang

NO.

Sistem Tata Ruang

Skala Penilaian

Jumlah (Orang)

Jumlah Skor Penilasian

1 Sangat Baik 3 0 0

2 Baik 2 29 58

3 Kurang Baik 1 71 71

Total 100 100 129

Sumber : Data kuesioner diolah Pengklasifikasian Berdasarkan Skor : 1. Skor 100 – 167 : Kurang Baik 2. Skor 167 – 234 : Baik

3. Skor 234 – 300 : Sangat Baik

Disamping berbagai hal diatas, secara spesifik responden juga berpendapat adanya beberapa hal yang perlu dibenahi dalam hal fasilitas di obyek wisata ini. Pembenahan tersebut dapat dilakukan dengan merawat seluruh fasilitas yang ada maupun dengan cara menambah beberapa fasilitas sebagai alat untuk memberikan kenyamanan bagi setiap pengunjung dalam paerjalanan wisata. Berdasarkan pendapat responden beberapa hal yang perlu dibenahi diantaranya adalah pembenahan fasilitas yang sudah ada khususnya rumah makan agar lebih higienis dan bersifat nasional, pengadaan cinderamata yang lebih variatif khususnya khas daerah setempat, pengadaan tempat ibadah, pengadaan tempat sampah dan kegiatan pembersihan kawasan yang lebih intensif, dan perlunya digelar acara hiburan dalam waktu tertentu.


(50)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 16. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Fasilitas Wisata

NO. Fasilitas Wisata Skala Penilaian Jumlah (Orang) Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Lengkap 3 0 0

2 Lengkap 2 4 8

3 Kurang Lengkap 1 96 96

Total - 100 104

Sumber : Data kuesioner diolah Pengklasifikasian Berdasarkan Skor : 1. Skor 100 – 167 : Kurang Lengkap 2. Skor 167 – 234 : Lengkap

3. Skor 234 – 300 : Sangat Lengkap

Tingkat Keamanan

Berdasarkan skala likert pendapat responden mengenai tingkat keamanan di obyek wisata ini seperti yang tertera pada Tabel 17, responden berpendapat bahwa lokasi obyek wisata ini masih tergolong sangat aman. Sesuai dengan pendapat responden yang mengatakan bahwa belum pernah ada gangguan tindakan kriminalitas seperti pencurian baik yang dilakukan oleh sesama pengunjung maupun penduduk setempat. Sejalan dengan kondisi tersebut Suwantoro (2002), mengatakan bahwa permintaan akan pariwisata tergantung pada fasilitas, pelayanan dan secara tidak langsung adalah keamanan seperti sikap penduduk setempat kepada wisatawan.

Tabel 17. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Tingkat Keamanan

NO. Tingkat Keamanan Skala Penilaian Jumlah (Orang) Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Aman 3 19 57

2 Aman 2 81 162

3 Kurang Aman 1 0 0

Total - 100 219


(51)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Pengklasifikasian Berdasarkan Skor : 1. Skor 100 – 167 : Kurang Aman 2. Skor 167 – 234 : Aman

3. Skor 234 – 300 : Sangat Aman

Pendapat diatas diperkuat oleh Spillane (1994), yang mengatakan bahwa adanya situasi kurang aman mengenai makanan, air atau perlindungan memungkinkan orang untuk menghindari berkunjung ke suatu lokasi obyek wisata. Oleh karena itu, kondisi aman yang masih tetap terjaga di obyek wisata ini ditambah lagi pembenahan akan fasilitas obyek wisata ini memungkinkan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini.

Menduga Jumlah Pengunjung Dari Masing-Masing Daerah Asal Responden Selama Setahun

Jumlah pengunjung dari masing-masing daerah asal pengunjung selama setahun dapat diperoleh dari hasil perkalian nilai persentase pengunjung dari masing-masing daerah dengan rata-rata kunjungan selama 1 tahun. Berdasarkan tabel rata-rata kunjungan/daerah/tahun pada Tabel 18, dapat dilihat bahwa persentase pengunjung berdasarkan daerah asal berbanding lurus dengan banyaknya jumlah pengunjung yang akan berkunjung ke obyek wisata ini selama 1 tahun. Jumlah pengunjung terbesar selama satu tahun adalah pengunjung yang berasal dari daerah Kotamadya Medan yaitu sebesar 32.720 orang/tahun dan jumlah pengunjung terkecil berasal dari daerah Kabupaten Labuhan Batu dan Kotamadya Padang Sidempuan yaitu sebesar 779 orang/tahun.


(52)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 18. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal Selama Setahun

NO. Daerah Asal

Jumlah (Orang) Pesentase (%) Rata-rata Kunjungan Seluruh Daerah/Tahun Rata-rata Kunjungan/ Daerah/ Tahun

1 Kotamadya Medan 42 42 77.905 32.720,1

2

Kotamadya Pematang

Siantar 22 22 77.905 17.139,1

3 Kabupaten Karo 8 8 77.905 6.232,4

4 Kabupaten Simalungun 7 7 77.905 5.453,35

5

Kabupaten Deli

Serdang 5 5 77.905 3.895,25

6

Kotamadya

Tebingitnggi 4 4 77.905 3.116,2

7 Kabupaten Langkat 3 3 77.905 2.337,15

8

Kabupaten Tapanuli

Utara 3 3 77.905 2.337,15

9

Kabupaten Serdang

Bedagai 2 2 77.905 1.558,1

10 Kabupaten Asahan 2 2 77.905 1.558,1

11

Kabupaten Labuhan

Batu 1 1 77.905 779,05

12

Kabupaten Padang

Sidempuan 1 1 77.905 779,05

Total 100 100 77.905 77.905

Sumber : Data kuesioner diolah

Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso

Dalam menduga atau mengestimasi nilai ekonomi suatu kawasan wisata dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode biaya perjalanan (travel cost methode). Metode ini menggunakan pendekatan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk menuju suatu daerah obyek wisata.

Biaya yang dimaksud dalam metode ini adalah mulai dari biaya tranportasi yang dikeluarkan pengunjung untuk pergi ke lokasi wisata dan pulang kembali, biaya konsumsi yang dikeluarkan selama perjalalanan dan di obyek wisata, biaya tiket masuk, biaya dokumentasi, penginapan, biaya souvenir, jasa pelayanan dan biaya lainnya (seperti toilet dan parkir). Dasar pemilihan metode ini adalah pada


(53)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

kelebihannya memperoleh data yang sebenarnya dari biaya kunjungan yang dilakukan oleh seseorang untuk menikmati jasa rekreasi.

Tabel 19. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Biaya Perjalanan

NO. Daerah Asal Biaya Transportasi Biaya Konsumsi Biaya Dokumentasi Biaya Lain-lain Rata-Rata Biaya Perjalanan

1 Kotamadya

Medan

48380.95 47690.48 6428.57 11773.81 114273.81

2 Kotamadya

Pematang Siantar

46454.55 43409.09 9318.18 4750 103931.82

3 Kabupaten

Karo

13875 18875 6875 5000 44625

4 Kabupaten

Simalungun

35714.28 35000 2857.14 5714.29 79285.71

5 Kabupaten Deli

Serdang

66000 68000 12000 11400 157400

6 Kotamadya

Tebingitnggi

97500 87500 16250 5500 206750

7 Kabupaten

Langkat

101666.67 83333.33 6666.67 8000 199666.67

8 Kabupaten

Tapanuli Utara

120000 116666.67 6666.67 4833.33 248166.67

9 Kabupaten

Serdang Bedagai

106500 100000 15000 5500 227000

10 Kabupaten

Asahan

100000 132000 10000 28500 270500

11 Kabupaten

Labuhan Batu

200000 70000 20000 3500 293500

12 Kabupaten

Padang Sidimpuan

150000 150000 15000 5500 320500

Total 1086091.45 952474.57 127062.23 99971.43 2265599.68 Rata-Rata 90507.62 79372.88 10588.52 8330.95 188799.97 Sumber : Data kuesioner diolah

Berdasarkan data pada Tabel 19, dapat dilihat bahwa nilai biaya perjalanan rata-rata tertinggi berasal dari Kotamadya Padang Sidempuan yaitu sebesar Rp.320.500/orang/kunjungan, sedangkan nilai biaya perjalanan rata-rata terendah berasal dari Kabupaten Karo sendiri yang merupakan tempat keberadaan obyek wisata ini yaitu sebesar Rp.44.625/orang/kunjungan. Besarnya biaya perjalanan rata-rata yang harus dikeluarkan dari seluruh pengunjung dan dari seluruh daerah adalah sebesar Rp.188.799,97/orang/kunjungan.


(54)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Salah satu indikator yang dapat mempengaruhi biaya perjalanan adalah letak suatu obyek wisata dari tempat tinggal pengunjung. Keberadaan obyek wisata ini selanjutnya mempengaruhi biaya transportasi, biaya konsumsi dan biaya lainnya yang akan dikeluarkan setiap pengunjung menuju suatu obyek wisata. Kondisi ini dapat terlihat dari besarnya biaya perjalanan rata-rata dari Kabupaten Padang Sidimpuan yang disebabkan letaknya yang lebih jauh dibandingkan dari daerah lain asal responden. Dengan demikian, kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata adalah salah satu barang yang bersifat ekonomis. Dalam ilmu ekonomi menyatakan bahwa konsumen akan meningkatkan jumlah permintaan terhadap suatu komoditi apabila harga komoditi tersebut berkurang. Kondisi ini juga berkorelasi terhadap permintaan wisata dimana apabila semakin tinggi biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung menuju suatu lokasi obyek wisata, maka pengunjung memiliki kecendrungan untuk memilih tempat wisata alternatif dengan biaya yang lebih rendah

Berdasarkan rekapitulasi data biaya yang dikeluarkan responden dalam melakukan kegiatan wisata menurut total biaya perjalanan, maka diperoleh nilai ekonomi total Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-piso adalah sebesar Rp.14.708.461.662,8/tahun. Nilai ini diperoleh dari hasil perkalian nilai rata-rata biaya perjalanan yang dikeluarkan responden yaitu sebesar Rp.188.799,97/kunjungan dengan besarnya rata-rata kunjungan setiap tahun, dimana data jumlah kunjungan yang digunakan adalah data 3 tahun terakhir mulai tahun 2006-2008 yaitu sebesar 77.905 orang.


(1)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.


(2)

(3)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Regression

Variables Entered/Removed(b) Model Variables Entered Variables

Removed Method

1 Waktu,

Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan, Umur(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Intensitas Kunjungan

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .657(a) .432 .408 1.133

a Predictors: (Constant), Waktu, Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan, Umur b Dependent Variable: Intensitas Kunjungan

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 92.719 4 23.180 18.045 .000(a)

Residual 122.031 95 1.285

Total 214.750 99

a Predictors: (Constant), Waktu, Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan, Umur b Dependent Variable: Intensitas Kunjungan

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 1.807 .810 2.230 .028

Tingkat Pendidikan -.061 .170 -.029 -.360 .720

Tingkat Pendapatan .490 .126 .406 3.884 .000

Umur .338 .150 .230 2.253 .027

Waktu -.495 .119 -.324 -4.142 .000

a Dependent Variable: Intensitas Kunjungan

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .68 4.65 2.85 .968 100

Residual -2.149 2.998 .000 1.110 100

Std. Predicted Value -2.238 1.864 .000 1.000 100

Std. Residual -1.896 2.645 .000 .980 100


(4)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Fasilitas lokasi parkir

Gambar 2. Fasilitas gedung restaurant

Gambar 3. Kondisi tata ruang Gambar 4. Fasilitas Mesjid


(5)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Gambar 7. Fasilitas toilet

Gbr 8. Pemandangan alam Danau Toba

Gbr 9.Peneliti melakukan wawancara Gbr 10.Peneliti melakukan wawancara


(6)

Hotman Siregar : Analisis Nilai Ekonomi Dan Tingkat Kunjungan Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Sipiso-Piso Kabupaten Karo, 2010.

Gambar 13. Penunjuk arah lokasi wisata Gambar 14. Fasilitas anak tangga

Gambar 15. Fasilitas tempat duduk Gambar 16. Prasasti restaurant

Gambar 17. Dasar Air Terjun Sipiso-piso Gbr 18. Fasilitas Rumah Makan dan