Analisis Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sipiso-Piso

(1)

SKRIPSI

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA AIR TERJUN SIPISO-PISO

OLEH

HARBI D GIRSANG 070501120

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Abstract

Sipiso-piso waterfall is a potential tourist area in Karo Regency. Even so, the number of tourist visits Sipiso-piso waterfall tends to decrease due to lack of care and attention from the local government. The high cost incurred due to the infrastructure and the lack of transportation, and cultural character of the local community who are less friendly, made travelers choose another tourist area which is located around the Sipiso-piso waterfall.

This study aims to provide an overview of the development of tourism in the Sipiso-piso waterfall and to analyze tourism development strategy Sipiso-piso waterfall.

This study uses the Analytical Hierarchy Process (AHP), EFAS-IFAS and SWOT. Analysis of the tourism development strategy in the Sipiso-piso waterfall includes aspects of promotions, institutional, infrastructure, management, transportation and the welfare of surrounding communities.

Keywords: AHP (Analytical Hierarchy Process), EFAS-IFAS, SWOT and Tourism Development Strategy.


(3)

Abstrak

Objek wisata air terjun sipiso-piso merupakan obyek wisata yang cukup potensial di Kabupaten Karo. Meskipun demikian, jumlah kunjungan wisata air terjun sipiso-piso cenderung menurun dikarenakan kurangnya perawatan dan perhatian dari pemerintah setempat. Mahalnya biaya yang dikeluarkan karena infrastruktur dan transportasi yang jarang dijumpai, serta watak budaya masyarakat setempat yang kurang ramah membuat wisatawan memilih kawasan wisata yang lain yang masih berada disekitar objek wisata air terjun sipiso-piso.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pengembangan obyek wisata di kawasan air terjun sipiso-piso dan untuk menganalis strategi pengembangan obyek wisata air terjun sipiso-piso.

Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), EFAS-IFAS dan SWOT. Analisis strategi pengembangan obyek wisata di kawasan air terjun sipiso-piso meliputi aspek promosi, kelembagaan, infrastruktur, pengelolahan, transportasi dan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.

Kata Kunci : AHP (Analytical Hierarchy Process), EFAS-IFAS, SWOT dan Strategi Pengembangan Wisata.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, yang senantiasa memberikan hikmat, pengetahuan dan kekuatan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan, isi, dan penyajian skripsi ini. Namun demikian penulis tetap berharap skripsi ini dapat berguna sebagai bahan masukan bagi pembaca, khususnya pembelajar ekonomi.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil sehingga skripsi ini bisa diselesaikan, terutama kepada :

1. Kepada orang tua yang penulis cintai Rostina Ginting, S.Pd yang senantiasa mendukung dalam kasih dan doa.

2. Kepada saudara-saudara saya Juned R Girsang, Friebert Girsang, Jufri Girsang, Manda Girsang dan Nova Sinaga yang selalu menyertai dan mendukung penulis baik materi maupun moral dalam menyelesaikan penelitian

3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D, selaku Ketua Program studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas


(5)

6. Seluruh Staff Pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai disiplin ilmu kepada Penulis.

7. Seluruh Staff Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendukung penyelesaian dalam hal proses administrasi yang selama ini dibutuhkan. 8. Seluruh sahabat-sahabat yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis

mengucapkan terimakasih atas motivasi dan doanya yang senantiasa mewarnai perjalanan penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dan sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Konsep Pariwisata ... 7

2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 7

2.1.2 Unsu-unsur Dalam Pariwisata ... 8

2.1.3 Jenis Pariwisata ... 9

2.1.4 Wisatawan ... 11

2.1.5 Motivasi Wisatawan ... 13

2.1.6 Pemasaran Pariwisata ... 14

2.1.7 Strategi Pengembangan Pariwisata ... 16

2.1.8 Strategi Bauran Pemasaran Jasa / Pariwisata (Marketing Mix) ... 17

2.1.9 Teori Tentang Pemasaran Pariwisata ... 19

2.2. Konsep Strategi ... 20

2.2.1 Perencanaan Strategi ... 20

2.2.2 Implementasi Strategi ... 23

2.2.3 Pelaksanaan Strategi ... 25

2.3 Penelitian Terdahulu ... 30

BAB III :METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.5 Metode Pengolahan data ... 32

3.5.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 32

3.5.1.1 Penyusunan Prioritas ... 34

3.5.1.2 Prosedur Analytical Hierarchy Process ... 37

3.5.2 EFAS dan IFAS ... 39


(7)

3.5.3 Analisis SWOT ... 42

BAB IV : PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Morfologi Air Terjun Sipiso-piso ... 45

4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah ... 45

4.1.2 Iklim (Suhu dan Musim) ... 46

4.1.3 Aksesibilitas Lokasi ... 46

4.2 Gambaran Umum Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo ... 46

4.2.1 Visi ... 46

4.2.2 Misi ... 47

4.2.3 Jumlah Wisatawan ... 48

4.2.4 Objek Wisata Di sekitar Air Terjun Sipiso-piso ... 49

4.3 Defenisi Kriteria ... 50

4.3.1 Eksternal ... 50

4.3.2 Internal ... 50

4.4 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Pariwisata Air Terjun Sipiso-piso ... 52

4.5 Persepsi Pengelolah/Pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Karo Terhadap Kondisi Pariwisata Air Terjun Sipiso-piso ... 53

4.6 Perhitungan Vektor Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Peluang Eksternal ... 55

4.7 Perhitungan Vektor Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Ancaman Eksternal ... 58

4.8 Perhitungan Vektor Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kekuatan Internal ... 60

4.9 Perhitungan Vektor Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kelemahan Internal ... 63

4.10 Matriks EFAS dan IFAS ... 66

4.11 Matriks SWOT ... 68

... BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 70

Daftar Pustaka ... 72


(8)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Hal


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

3.1 Matriks Perbandingan Berpasangan ... 34

3.2 Skala Saaty ... 36

3.3 Nilai Random Indeks ... 37

3.4 Matriks SWOT ... 44

4.1 Jumlah Wisatawan Tahun 2012 ... 49

4.2 Daftar Objek Wisata Dekat Dengan Air Terjun Sipiso-piso ... 49

4.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Pariwisata Air Terjun Sipiso-piso ... 52

4.4 Persepsi Pengelolah/Pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Karo Terhadap Kondisi Objek Wisata Air Tejun Sipiso-piso ... 54

4.5 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Peluang Eksternal ... 56

4.6 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Peluang Eksternal yang Dinormalkan ... 56

4.7 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Ancaman Eksternal ... 58

4.8 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Ancaman Eksternal yang Dinormalkan ... 59

4.9 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kekuatan Internal ... 61

4.10 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kekuatan Internal yang Dinormalkan ... 62

4.11 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kelemahan Internal ... 64

4.12 Matriks Pembobotan Hirarki Untuk Kriteria Kelemahan Internal yang Dinormalkan ... 65

4.13 EFAS Peluang ... 66

4.14 EFAS Ancaman ... 66

4.15 IFAS Kekuatan ... 67

4.16 IFAS Kelemahan ... 67

4.17 Rumusan Matriks SWOT ... 68


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Hal

1 Kuesioner Eksternal ... 74 2 Kuesioner Internal ... 77 3 Dokumentasi ... 81


(11)

Abstract

Sipiso-piso waterfall is a potential tourist area in Karo Regency. Even so, the number of tourist visits Sipiso-piso waterfall tends to decrease due to lack of care and attention from the local government. The high cost incurred due to the infrastructure and the lack of transportation, and cultural character of the local community who are less friendly, made travelers choose another tourist area which is located around the Sipiso-piso waterfall.

This study aims to provide an overview of the development of tourism in the Sipiso-piso waterfall and to analyze tourism development strategy Sipiso-piso waterfall.

This study uses the Analytical Hierarchy Process (AHP), EFAS-IFAS and SWOT. Analysis of the tourism development strategy in the Sipiso-piso waterfall includes aspects of promotions, institutional, infrastructure, management, transportation and the welfare of surrounding communities.

Keywords: AHP (Analytical Hierarchy Process), EFAS-IFAS, SWOT and Tourism Development Strategy.


(12)

Abstrak

Objek wisata air terjun sipiso-piso merupakan obyek wisata yang cukup potensial di Kabupaten Karo. Meskipun demikian, jumlah kunjungan wisata air terjun sipiso-piso cenderung menurun dikarenakan kurangnya perawatan dan perhatian dari pemerintah setempat. Mahalnya biaya yang dikeluarkan karena infrastruktur dan transportasi yang jarang dijumpai, serta watak budaya masyarakat setempat yang kurang ramah membuat wisatawan memilih kawasan wisata yang lain yang masih berada disekitar objek wisata air terjun sipiso-piso.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pengembangan obyek wisata di kawasan air terjun sipiso-piso dan untuk menganalis strategi pengembangan obyek wisata air terjun sipiso-piso.

Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), EFAS-IFAS dan SWOT. Analisis strategi pengembangan obyek wisata di kawasan air terjun sipiso-piso meliputi aspek promosi, kelembagaan, infrastruktur, pengelolahan, transportasi dan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.

Kata Kunci : AHP (Analytical Hierarchy Process), EFAS-IFAS, SWOT dan Strategi Pengembangan Wisata.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesejahteraan masyarakat tidak dapat dicapai bila tidak didukung oleh kemampuan dan sumber daya manusia dalam memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Penyebab utama suatu negara tidak maju atau menjadi terbelakang adalah karena dikelola dengan tidak benar. Kemampuan suatu bangsa menjadi hal utama bagi kemajuan bangsa itu sendiri, oleh karena itu, perencanaan wilayah dengan manajemen yang baik sangat diperlukan. Perencanaan dibutuhkan agar bangsa tersebut dapat mengangkat dirinya sendiri dari keterbelakangan menuju kesejahteraan masyarakat yang baik.

Pada saat ini perhatian pemerintah terhadap perkembangan dan pengembangan wilayah semakin besar, hal ini terjadi baik di negara maju maupun di negara berkembang. Oleh karena latar belakang historis, sosial, ekonomi, kultural, politik dan teknologi yang berbeda-beda, maka permasalahan yang muncul di negara maju jelas berbeda pula dengan permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang.

Dalam melaksanakan pembangunan wilayahnya, pemerintah daerah harus mencari potensi-potensi yang ada untuk dikembangkan sehingga dapat menyebabkan perkembangan yang signifikan bagi wilayah disekitarnya. Salah satu yang berpontensi untuk menciptakan kondisi tersebut adalah pengembangan di sektor pariwisata. Sektor pariwisata alam banyak macamnya di Indonesia, mulai dari objek wisata pantai, pegunungan, bukit yang masih alami, dan lain sebagainya. Dengan banyaknya ragam pilihan jenis pariwisata alam yang dimiliki


(14)

oleh Indonesia, sektor pariwisata menjadi salah satu sumber devisa negara. Indonesia merupakan negara yang sangat indah. Berbagai potensi wisata yang dimiliki oleh daerah destinasi wisata di tanah air, baik di daerah yang sudah maju, maupun kurang berkembang adalah modal dasar pengembangan kepariwisataan Indonesia.

Promosi dan pengembangan pariwisata baru di Indonesia sebenarnya potensial untuk dikembangkan dan dapat membantu perekonomian daerah, serta sebagai salah satu cara untuk menarik minat wisatawan untuk berlibur di Indonesia.

Salah satu upaya pengembangan industri pariwisata dapat dilakukan dengan cara pengembangan objek wisata di suatu kawasan sebagai daya tarik wisata. Pengembangan objek wisata ini tentunya direncanakan dan dilakukan sesuai dengan potensi dan kemampuan daerah untuk menyusun rencana dan mengelola secara optimal sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Suatu objek wisata hendaknya memiliki beraneka ragam atraksi, baik merupakan atraksi keindahan alam, keagungan manifestasi kebudayaan yang dalam keseluruhannya merupakan daya tarik kuat bagi para wisatawan dari segala pelosok. Tidak ada objek wisata yang tidak layak jual. Layaknya menjual sebuah produk, kepariwisataan perlu strategi pemasaran yang handal dan tepat sasaran.

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk memajukan kepariwisataan di daerah tujuan wisata. Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata. Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastruktur, memperluas berbagai


(15)

fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi.

Sumatera Utara termasuk provinsi yang banyak memiliki kekayaan alam yang dapat dijadikan sebagai objek wisata andalan. Salah satu daerah yang memiliki potensi wilayah di sektor pariwisata adalah Kabupaten Karo. Kabupaten Karo sebagai salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara memiliki berbagai ragam sumber daya alam dan budaya sebagai objek dan daya tarik wisata. Objek wisata dan daya tarik wisata yang ada tersebar hampir di semua kecamatan. Salah satu alternatif pengembangan objek wisata dan dapat dijadikan pilihan para wisatawan sebagai daerah tujuan wisata untuk dinikmati khususnya di Kabupaten Karo adalah objek wisata yang terkait dengan pariwisata alam.

Diantara objek wisata yang ada di Kabupaten Karo salah satu objek wisata yang potensial adalah Air Terjun Sipiso-piso yang sampai sekarang masih terbengkalai pembangunannya dan potensi yang ada belum dimanfaatkan dengan optimal. Air Terjun Sipiso Piso berada di sekitar tepi Danau Toba bagian utara dengan ketinggian lebih kurang 800 meter dari permukaan laut (dpl) dan dikelilingi oleh bukit yang hijau karena ditumbuhi hutan pinus. Ketinggian air terjun ini berkisar 120 meter sehingga dinobatkan sebagai air terjun tertinggi di Indonesia.

Kemampuan daya tarik objek wisata Air Terjun Sipiso-piso belum begitu luas diketahui dan dikenal masyarakat. Di luar itu, tidak ada informasi berarti yang mendukung pengembangan objek wisata tersebut. Apalagi tak banyak masyarakat yang bisa menyaksikan langsung objek wisata. Untuk itu, dalam


(16)

rangka mengembangkan Air Terjun Sipiso-piso menjadi daerah tujuan wisata yang menarik, perlu disusun suatu rencana yang menyeluruh.

Dalam hal ini, pemerintah Kabupaten Karo melalui Dinas Pariwisata sebagai pihak yang mempunyai tanggung jawab dalam pengembangan dan pemasaran Air Terjun Sipiso-piso harus mampu menjadikan objek wisata Air Terjun Sipiso-piso menjadi semakin bagus dan mampu bersaing agar semakin banyak wisatawan yang datang berkunjung ke objek wisata Air Terjun Sipiso-piso.

Nama Sipiso-piso berasal dari piso yang artinya pisau. Derasnya air-air yang berjatuhan dari bukit berketinggian di atas seratus meter ini diumpamakan layaknya berbilah-bilah pisau yang tajam. Selain itu, jurang yang curam jika dilihat dari puncak bukit membuat orang setempat menyebutnya piso dari Tanah Karo.

Terletak di Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara. Kecamatan ini berada sekitar 24 km dari Kota Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo. Sedangkan jarak air terjun ini dari Kota Brastagi sejauh 35 km yang hanya memerlukan sekitar 45 menit dari Kota Medan.

Beberapa usaha yang dilakukan masyarakat dan pengelola dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Karo untuk mendukung kegiatan wisata alam Air Terjun Sipiso-piso adalah dengan menyediakan berbagai penawaran jasa wisata berupa penyediaan tempat untuk menikmati keindahan alam, adanya rumah makan, souvenir shop dan prasarana tempat berjalan berupa anak tangga sampai mendekati tumpahan air terjun tersebut. Namun pengelolaan yang belum optimal merupakan hambatan bagi pengembangan objek wisata Air Terjun Sipiso-piso ini.


(17)

Pengelolaan obyek wisata Air Terjun Sipiso-piso merupakan bagian integral dari pembangunan kepariwisataan secara nasional. Pengelolaan yang terintegrasi secara baik oleh seluruh stakeholder mulai dari masyarakat lokal, pengusaha wisata, media massa maupun pemerintah daerah dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan kondisi tersebut, strategi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan objek wisata Air Terjun Sipiso-piso secara baik, profesional, berkelanjutan dan bertanggung jawab dapat dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi tentang nilai ekonomi dari obyek wisata ini melalui metode biaya perjalanan dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung mulai dari tempat tinggal, perjalanan sampai ke objek wisata itu sendiri dan kembali lagi ke tempat tinggal mereka. Disamping itu, besarnya intensitas kunjungan yang datang berkunjung beserta faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan tersebut juga diperlukan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelolaan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai Analisis Stategi Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sipiso-piso. 1.2Perumusan Masalah

Dari penjabaran diatas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini yaitu bagaimana strategi yang sebaiknya diterapkan untuk mengembangkan pariwisata Air Terjun Sipiso-piso?


(18)

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis strategi pengembangan objek wisata Air Terjun Sipiso-piso dalam menarik kunjungan wisatawan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Karo, sebagai bahan pertimbangan dalam

mendukung program peningkatan pariwisata.

2. Bagi Program Studi Ekonomi Pembangunan, sebagai referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam perencanaan kebijakan pembangunan.

3. Bagi penulis, sebagai sarana mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.

4. Bagi peneliti lain, sebagai referensi ataupun acuan dalam pengembangan penelitian selanjutya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pariwisata 2.1.1 Pengertian Pariwisata

Kata wisata (tour) secara harfiah dalam kamus berarti perjalanan dimana si pelaku kembali ke tempat awalnya, perjalanan sirkuler yang dilakukan untuk tujuan bisnis, bersenang-senang, atau pendidikan, dengan mengunjungi berbagai tempat dan biasanya menggunakan jadwal perjalanan yang terencana (Pitana 2005). Menurut Murphy (1985) dalam Pitana (2005), definisi pariwisata mencakup wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lainnya, yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata.

Undang-undang (UU) No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan menjelaskan pariwisata sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata yang menjadi sasaran wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan objek wisata sendiri mengandung pengertian objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna, objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.


(20)

2.1.2 Unsur-Unsur Dalam Pariwisata

Menurut Yoeti (2006), perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata adalah : travel agent atau tour operator, perusahaan pengangkutan, akomodasi perhotelan, bar dan restoran, travel agent local, souvenirshoop, perusahaan-perusahaan yang akan berkaitan dengan aktivitas wisatawan seperti tempat menjual dan mencetak film, kamera, kartu pos, penukaran uang, bank dan lain-lain.

Menurut Pendit (2006) unsur-unsur dalam pariwisata terdiri dari:

1. Politik pemerintahan, merupakan sikap pemerintah terhadap

kepariwisataan yang ada. Politik pemerintahan dapat bersifat secara langsung, yaitu sikap pemerintah terhadap wisatawan yang datang ke daerah wisata dan tak langsung yaitu kondisi kestabilan politik, ekonomi, dan keamanan daerah bersangkutan.

2. Kesempatan berbelanja, tersedianya tempat belanja yang dibutuhkan wisatawan juga barang-barang khas tempat wisata.

3. Promosi, adalah propaganda kepariwisataan dengan didasarkan atas rencana atau propaganda secara teratur dan kontinu ke dalam negeri maupun ke luar negeri.

4. Harga, yaitu harga barang-barang, sarana dan prasarana yang ada. Pada intinya wisatawan sama seperti konsumen pada umumnya yang menginginkan harga murah dengan kualitas yang baik.

5. Pengangkutan, meliputi: keadaan jalan, alat angkut, dan kelancaran transportasi di tempat wisata.


(21)

6. Akomodasi, merupakan rumah sementara bagi wisatawan. Hal yang penting diperhatikan dari akomodasi adalah: kenyamanan, pelayanan yang baik dan kebersihan sanitasinya.

7. Atraksi, adalah segala pertunjukan yang mempunyai nilai manfaat untuk dilihat atau diperhatikan termasuk objek wisata itu sendiri.

8. Jarak dan waktu, berkaitan dengan lamanya waktu yang harus dikorbankan wisatawan untuk mencapai tempat wisata. Semakin cepat mencapainya semakin baik.

9. Sifat ramah tamah, wisatawan sangat menyenangi keramahan dari penduduk yang ada di tempat wisata tersebut.

Untuk Air terjun sipiso-piso banyak sekali unsur dalam pariwisata yang kurang dikembangkan, seperti kesempatan berbelanja yang tidak ada terutama souvenir, promosi yang kurang, pengangkutan penumpang yang hanya ada di pagi hari, akomodasi yang tidak memadai, serta minimnya atraksi pertunjukan sebagai cara lain untuk menarik wisatawan. Oleh karena itu diperlukan strategi pengembangan air terjun sipiso-piso untuk unsur pariwisata agar jumlah wisatawan yang berkunjung meningkat.

2.1.3 Jenis Pariwisata

Menurut Pendit (2002), pariwisata dapat dikelompokkan menurut objek yang menjadi daya tariknya, yaitu:

1. Pariwisata budaya, pariwisata yang didasari rasa ingin tahu wisatawan akan budaya lain, kebiasaan yang dilakukan, kepercayaan serta atraksi budaya lain.


(22)

2. Pariwisata kesehatan, adalah suatu kegiatan wisata yang dilakukan untuk penyegaran jasmani maupun rohani, seperti berkunjung ke tempat pemandian air panas.

3. Pariwisata olahraga, pariwisata yang dilakukan dalam rangka olahraga, seperti bepergian dalam rangka perwakilan negara dalam pertandingan olahraga antarnegara.

4. Pariwisata komersial, pariwisata yang dikomersilkan. Dapat berupa pameran-pameran

5. Pariwisata industri, erat kaitannya dengan pariwisata komersil, hanya saja objek yang dituju berupa lingkungan industri.

6. Pariwisata politik, pariwisata yang berkenaan dengan kegiatan politik suatu negara.

7. Pariwisata konvensi, pariwisata yang menyediakan fasilitas tempat pertemuan-pertemuan atau acara antar negara.

8. Pariwisata sosial, adalah kegiatan wisata yang diperuntukkan bagi kelas menengah ke bawah. Kegiatan wisata ini biasanya disponsori oleh lembagalembaga tertentu.

9. Pariwisata pertanian, adalah pariwisata yang memanfaatkan kegiatan pertanian (agriculture) dan produknya.

10.Pariwisata maritim, kegiatan wisata yang memanfaatkan pesona alam laut. 11.Pariwisata cagar alam, adalah kegiatan wisata dengan bepergian ke tempat

cagar alam.

12.Pariwisata buru, adalah pariwisata yang menyediakan tempat untuk melakukan kegiatan berburu.


(23)

13.Pariwisata bulan madu, pariwisata yang diperuntukkan bagi pasangan yang melakukan perjalanan bulan madu.

14.Pariwisata petualangan, adalah kegiatan berwisata ke tempat-tempat yang tidak lazim dikunjungi orang. Fasilitas yang ada sangat minim atau tidak ada. Semuanya sangat bersifat alami.

15.Pariwisata pilgrim, adalah pariwisata yang diperuntukkan untuk kegiatan keagamaan.

Untuk Air Terjun Sipiso-piso, jenis pariwisatanya dapat dikategorikan dalam pariwisata petualangan. Oleh karena itu, kedepannya diperlukan strategi pengembangan terkait jenis pariwisata tambahan yang dapat dijadikan alternatif pilihan bagi pengunjung untuk datang ke Air terjun sipiso-piso.

2.1.4 Wisatawan

Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata (UU No 9 Tahun 1990). Mengenali tipologi wisatawan merupakan hal penting dalam membuka paket wisata yang menjadi daya tarik suatu industri pariwisata.

Klasifikasi wisatawan menurut Cohen (1997) dalam Pitana (2005) sebagai berikut :

1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum diketahuinya dan bepergian dalam jumlah kecil.

2. Eksplorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur perjalanannya sendiri dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah umum melainkan mencari hal yang tidak umum (Off the beaten track). Wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal dan tingkat interaksi dengan masyarakat lokal juga tinggi.


(24)

3. Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya menyerahkan pengaturan perjalanannya kepada agen perjalanan dan mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah terkenal.

4. Organized-Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas seperti yang dapat ditemuinya di tempat tinggalnya dan perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu wisata. Wisatawan seperti ini terkungkung oleh apa yang disebut sebagai environmental bubble.

5. Wisatawan Mancanegara

Definisi wisatawan ini ditetapkan berdasarkan rekomendasi International Union of Office Travel Organization (IUOTO) dan World Tourism Organization (WTO). Wisatawan macanegara adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan kembali dengan catatan bermalam.

Kondisi pariwisata alam yang sedang mengalami pertumbuhan memiliki beberapa keterbatasan dalam sarana dan prasarana, namun terdapat kelebihan dalam keaslian atau objek wisata yang alami. Hal ini berpeluang untuk menarik wisatawann bertipe petualang dan menyukai perjalanan ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi oleh orang lain.


(25)

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Air terjun sipiso-piso, dapat diklasifikasikan sebagai wisatawan drifter, individual mass tourist terutama wisatawan mancanegara yang ikut dalam rombongan Remote Destination.

2.1.5 Motivasi Wisatawan

Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu sendiri, berdasarkan kebutuhan atau keinginan manusia itu sendiri dan faktor eksternal wisatawan yang sama terbentuk dari pengaruh faktor-faktor eksternal seperti: norma susila, pengaruh, atau tekanan keluarga, situasi kerja dan sebagainya (Pitana 2005). Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal yang mendorong mereka untuk memutuskan berwisata di suatu tempat tertentu. Mcntosh (1997) dan Murphy (1985) dalam Pitana (2005) mengelompokkan motivasi wisatawan ke dalam empat kelompok, yaitu:

1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya.

2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga kelestarian akan berbagai objek peninggalan kebudayaan (monumen sejarah )

3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial) seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan halhal yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, dan pelarian dari situasi yang membosankan.


(26)

4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation.

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Air terjun sipiso-piso dapat dikategorikan kedalam physical or physiological motivation, dikarenakan tujuan utama pengunjung yaitu untuk bersantai di tepi jurang air terjun sipiso-piso.

2.1.6 Pemasaran Pariwisata

Krippendorf dalam Wahab (1988) memberikan batasan pemasaran wisata sebagai berikut, penyesuaian yang sistematis dan terkoordinasi mengenai kebijakan dari badan-badan usaha wisata maupun kebijakan dalam sector pariwisata pada tingkat pemerintah, lokal, regional, nasional, dan internasional, guna mencapai suatu titik kepuasan optimal bagi kebutuhan-kebutuhan kelompok pelanggan tertentu yang telah diterapkan sebelumnya, sekaligus untuk mencapai tingkat keuntungan yang memadai.

Yoeti (1990) menyatakan bahwa pemasaran pariwisata (tourism marketing) adalah suatu sistem dan koordinasi yang dilaksanakan sebagai suatu kebijakan bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kepariwisataan, baik milik swasta maupun pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional, dan internasional untuk dapat mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang wajar.

Pada dasarnya pemasaran pariwisata adalah usaha yang dilakukan untuk menarik wisatawan lebih banyak datang, lebih lama tinggal dan lebih banyak


(27)

membelanjakan uangnya di suatu tujuan wisata. Kegiatan-kegiatan seperti itulah yang dirumuskan oleh ahli ekonomi sebagai pemasaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran pariwisata merupakan keseluruhan aktivitas yang diarahkan untuk memberikan informasi kepada konsumen yang bertujuan untuk memuaskan keinginan wisatawan sebagai konsumen.

Pemasaran pariwisata (tourism marketing) sangat kompleks sifatnya karena produk yang ingin dipasarkan sangat terikat dengan supplier yang menghasilkannya, instansi, organisasi, atau lembaga pariwisata yang mengelolanya. Memasarkan produk industri pariwisata tidak hanya sebatas koordinasi, tetapi diperlukan kerjasama yang baik antara organisasi yang bertanggung jawab dalam pengembangan pariwisata dengan semua pihak yang terlibat dan berkaitan dengan kegiatan pariwisata. Dalam pandangan Yoety (2005) keberhasilan suatu program pemasaran dalam bidang pemasaran sangat ditentukan oleh faktor kesamaan pandangan terhadap peranan pariwisata bagi pembangunan daerah, karena itu sebelum program pemasaran dilaksanakan harus ada komitmen dari semua unsur terkait bahwa pariwisata merupakan sektor ekonomi yang bersifat quick yielding dan merupakan agent of development bagi daerah berkaitan. Bertolak pada industri pariwisata merupakan industri yang berorientasi pada jasa layanan dan mempunyai sifat yang sangat berlawanan dengan industry barang, sangat subjektif, serta intangible maka dengan karakteristik yang dimilikinya tersebut dalam pemasarannya harus memperhatikan strategi pemasaran dalam artian proses segmenting, targetting, positioning, dan marketing mix harus tepat.


(28)

2.1.7 Strategi Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah suatu usaha menuju ke arah yang lebih baik, yang berarti ada perubahan dan pertumbuhan. Perubahan itu bisa dalam arti kualitas dan kuantitas. Dalam konteks pariwisata secara kualitas berarti meningkatkan objek wisata dan peningkatan mutu pelayanan. Sedangkan secara kuantitas berarti perluasan penganekaragaman objek wisata serta akomodasi lainnya.

Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Pengembangan kepariwisataan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk menarik jumlah wisatawan yang semakin banyak secara terus menerus sehingga akan merupakan aset penting dalam pembangunan, baik bagi negara dan bagi Kabupaten Tapanuli Selatan khususnya yang bertujuan memajukan perekonomian rakyat.

Menurut Happy Marpaung (2002) perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata.

Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah, dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta


(29)

dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada.

2.1.8 Strategi Bauran Pemasaran Jasa/Pariwisata (Marketing Mix)

Bauran pemasaran merupakan tool atau alat bagi marketer yang terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses.

Marketing mix produk barang mencakup 4P, product, price, promotion, dan place. Sedangkan untuk jasa keempat hal tersebut masih kurang mencukupi. Para ahli pemasaran menambahkan tiga unsur lagi: people, process, dan customer service. Ketiga hal ini terkait dengan sifat jasa dimana produksi/operasi hingga konsumsi merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan mengikutsertakan konsumen dan pemberi jasa secara langsung.

1. Product (Produk)

Product adalah merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut yang disebut “the offer”. Terutama pada produk jasa yang kita kenal tidak menimbulkan beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa kepada konsumen.


(30)

2. Price (Harga)

Strategi penentuan harga sangat signifikan dalam pemberian value kepada konsumen dan mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen untuk membeli.

3. Promotion (Promosi)

Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat produknya dan untuk meyakinkan pelanggan agar membeli produk yang ditawarkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam promosi adalah pemilihan bauran promosi yang terdiri dari iklan, penjualan perorangan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, informasi dari mulut ke mulut, dan surat pemberitahuan langsung.

4. Place (Tempat)

Place dalam jasa merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Variabel-variabel pemasaran tempat antara lain saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokan, lokasi, ketersediaan, dan transportasi.

5. People (Pelayanan)

Orang yang berfungsi sebagai penyedia jasa sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Orang adalah semua partisipan yang memainkan penyajian jasa, yaitu peran selama proses dan komunikasi jasa berlangsung dalam waktu riil jasa, oleh karenanya dapat mempengaruhi persepsi pembeli.


(31)

6. Process (Proses)

Process merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.

7. Customer Service

Customer service pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai outcome dari kegiatan distribusi dan logistik, dimana pelayanan diberikan kepada konsumen untuk mencapai kepuasan. Customer service meliputi aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pra-transaksi, saat transaksi dan paska transaksi. Kegiatan sebelum transaksi akan turut mempengaruhi kegiatan transaksi dan setelah transaksi, oleh karena itu kegiatan pendahuluannya harus sebaik mungkin sehingga konsumen memberikan respon yang positif dan menunjukkan loyalitas yang tinggi. 2.1.9 Teori Tentang Pemasaran Pariwisata

Pertanyaan tentang adakah ciri-ciri khusus pariwisata sebagai suatu gejala kegiatan perjalanan masyarakat, yang akan menunjang pemikiran bahwa pemasaran pariwisata itu berbeda dari pengertian umum pemasaran mengenai barang-barang yang dapat dijamah dan jasa-jasanya.

Dapat dikatakan bahwa pariwisata itu hanya berupa jasa-jasa yang tidak berbeda dari jasa-jasa lain. Akibatnya pemasaran pariwisata akan mengikuti asas-asas yang sama dalam pengertian pemasaran pada umumnya.


(32)

2.2 Konsep Strategi

2.2.1 Perencanaan Strategi

Seperti kita ketahui bahwa tujuan utama dari rencana strategi adalah untuk mengembangkan kesepakatan awal tentang seluruh upaya rencana strategi dan langkah-langkah perencanaan yang utama diantara orang-orang penting pembuat keputusan atau pembuat opini internal dan juga pihak eksternal jika dipandang relevan untuk dilibatkan.

Ada beberapa aspek yang memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategi di dalam perencanaan strategi ini.

1. Siapakah yang harus memprakarsai rencana strategi?

Secara teoritis adalah eksekutif tertinggi pada organisasi yang bersangkutan, tetapi kegiatan ini dapat saja didelegasikan kepada yang lain atau pihak lain yang ditunjuk untuk memberdayakan bawahan. Namun yang jelas suatu perencanaan strategi meminta komitmen tinggi dari pihak pimpinan tertinggi dari organisasi yang direncanakan. Salah satu tugas dalam memprakarsai perencanaan strategi adalah menetapkan secara tepat tentang orang-orang yang penting dalam pembuatan keputusan. Orang-orang ini bisa bersumber dari internal maupun eksternal organisasi. Namun kriterianya adalah pihak yang diakibatkan, harus memiliki informasi yang banyak yang relevan dengan perencanaan strategis yang dilakukan.

2. Bagaimana memulai rencana strategis?

Kegiatan ini dapat diawali dengan beberapa aktivitas, seperti pengarahan ahli tentang substansi yang ingin dicapai dalam perencanaan strategis. Selanjutnya dilakukan presentasi kasus oleh wakil-wakil bagian


(33)

dan stakeholder yang ikut serta dalamperencanaan strategis. Diskusi kasus penting dilakukan untuk memperoleh kesepakatan awal tentang kekuatan, kelemahan dari faktor-faktor internal dak kesepakatan serta ancaman yang dihadapi dari lingkungan eksternal organisasi yang dapat dilakukan denganmenggunakan analisis SWOT.

3. Berapa banyak kesepakatan awal dalam rencana strategi “awal”?

Jumlah kesepakatan awal yang dicapai dalam berbagai kegiatan sebelumnya perlu ditegaskan. Meskipun jumlah ini tidak bersifat kekal, karena terdapat kemungkinan masih ada aspek penting yang belum tercakup dalam kesepakatan yang telah dilakukan. Dalam perencanaan strategis dari suatu organisasi, manajemen puncak harus terlibat secara aktif. Hal ini karena manajemen puncak yang dari posisinya di tempat yang tinggi, mempunyai visi yang diperlukan untuk mempertimbangkan semua aspek organisasi, komitmen manajemen puncak diperlukan untuk menimbulkan dan mendukung komitmen pada tingkat yang lebih rendah. Rencana strategi membantu para manajer untuk meningkatkan kemampuan manajerialnya, juga membantu mereka dan stafnya sehingga dapat lebih mudah menanggapi berbagai peristiwa dengan cepat dan tepat. Konsep perencaan strategi dikemukakan oleh Olsen dan Eadie (1982:4) mengatakan bahwa : “perencanaan strategi sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi, apa yang dikerjakan organisasi dan mengapa organisasi mengerjakan hal seperti itu” Pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa perencanaan dapat memfasilitasi komunikasi dan partisipasi,


(34)

mengakomodasi kepentingan dan nilai yang berbeda, dan membantu pembuat keputusan secara tertib maupun keberhasilan implementasi keputusan.

Menurut Stonner dan Wenkel (1986:175) mengemukakan lima karakteristik perencanaan strategi yakni :

1. Berkaitan dengan pertanyaan dasar dan memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut

2. Memberikan kerangka untuk perencanaan yang lebih terinci dan untuk pengambilan keputusan sehai-hari

3. Menyangkut kurun waktu yang lebih lama dari pada jenis perencanaan lainnya 4. Membantu memusatkan energi dan sumber daya organisasi pada kegiatan yang

menyangkut prioritas tinggi.

5. Merupakan aktivitas dimana manajemen puncak harus secara efektif terlibat. Menurut Bryson dalam bukunya Perencanaan Strategi Bagi Organisasi Sosial (2007:5) “Perencanaan strategi sebagai upaya yang di disiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting mementuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi, apa yang dikerjakan orgnisasi, dan mengapa organisasi menegerjakan hal seperti itu”

2.2.2 Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Tindakan pengelolaan bermacam-macam sumber daya organisasi dan manajemen yang mengarahkan dan mengendalikan pemanfaatan sumber-sumber daya organisasi (keuangan, manusia, peralatan dan lain-lain) melalui strategi yang dipilih. Implementasi strategi diperlukan untuk memperinci


(35)

secara lebih jelas dan tepat bagaimana sesungguhnya pilihan strategi yang telah diambil direalisasikan.

Menurut Bryson dalam skripsi Marzuki (2006 : 10) langkah pertama untuk mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan adalah membuat perencanaan strategi. Inti dari apa yang ingin dilakukan pada tahapan ini adalah bagaimana membuat rencana pencapaian (sasaran) dan rencana kegiatan (program dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan arahan (misi-visi-goal) dan strategi yang telah ditetapkan organisasi.

Program berisi tahapan-tahapan kegiatan yang merupakan urutan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran strategik (the step-by step sequence of actions). Sedangkan dalam rumusan anggaran berisi rencana kegiatan/program (biasanya tahunan) yang disertai taksiran sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan semua kegiatan yang direncanakan. Selain itu juga ditunjuk orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana-rencana kegiatan.

Berikut hal-hal yang perlu dikaji dalam implementasi strategi : 1) Program

Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program melibatkan restrukturisasi organisasi, perubahan budaya internal organisasi, atau awal dari suatu usaha penelitian baru.

2) Anggaran

Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya, yang dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan.


(36)

Anggaran tidak hanya memberikan perencanaan rinci dari strategi baru dalam tindakan, tetapi juga menentukan dengan laporan keuangan performa yang menunjukkan pengaruh yang diharapkan dari kondisi keuangan organisasi. 3) Prosedur

Prosedur yang kadang disebut Standard Operating System (SOP).

Prosedur adalah sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan. Prosedur secara khusus merinci berbagai aktifitas yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan program-program organisasi.

Setelah sebuah strategi diformulasikan, strategi tersebut harus dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan. Tahap inilah yang disebut dengan implementasi strategi. Masalah implementasi ini cukup rumit, oleh karena itu agar penerapan strategi organisasi dapat berhasil dengan baik, manajer harus memiliki gagasan yang jelas tentang isu-isu yang berbeda dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam tahap ini masalah struktur organisasi, budaya perusahaan dan pola kepemimpinan akan dibahas secara lebih mendalam.

2.2.3 Pelaksanaan Strategi

Dalam kamus bahasa Indonesia yang disusun oleh Poewadarminta (1976;553) dalam bukunya Kamus Bahasa Indonesia diberikan batasan mengenai pelaksana dan pelaksanaan sebagai; “Pelaksana adalah orang-orang yang mengerjakan atau melaksanakan rencana yang telah disusun, sedangkan pelaksanaan adalah perihal perbuatan usaha atau pelaksanaan rancangan”.

Kata pelaksanaan juga memiliki makna kata yang sama dengan kata implementasi, lebih lanjut Abdullah (1987:09) dalam bukunya Konsep


(37)

Pendekatan dan Relevansinya dalam Pembangunan mengemukakan : Implementasi adalah suatu proses rangkaian kegitan tindak lanjut setelah sebuah rencana dan kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah-langkah yang strategi maupun yang oprasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu kegiatan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

Menurut Higgins yang dikutip oleh J. Salusu (1996:409), dalam bukunya Pengambilan Keputusan Strategis mengatakan bahwa : Implemantasi merupakan rangkuman dari berbagai kegiatan yang di dalamnya sumber daya manusia menggunakan daya lain untuk mencapai sasaran dari strategi. Kegiatan itu menyentuh semua jajaran manajemen mulai dari manajemen puncak sampai pada karyawan lini paling bawah.

Dalam kamus Webster yang dikutip oleh Wahab (1997:64) dalam bukunya Analisis Kebijaksanaan dikemukakan bahwa : Pengertian implementasi dirumuskan secara pendek, dimana “to implementasi” (mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying out; practical effec to” (menyajikan alat bantu untuk melaksanakan : menimbulkan dampak/berakibat sesuatu).

Dari definisi di atas menunjukan bahwa implementasi atau pelaksanaan merupakan aspek operasional dari rencana atau penerapan berbagai program yang telah disusun sebelumnya, mulai dari penetapannya pada hasil akhir yang dicapai sebagai tujuan semula.

Untuk melihat apakah strategi yang telah di tentukan tepat atau tidak, baik pada tingkat organisasi atau bisnis yang ditangani, tidak hanya terletak pada tepatnya pilihan yang yang dijatuhkan pada satu alternatif yang diperkirakan akan


(38)

mendukung keseluruhan upaya untuk mencapai tujuan dan berbagai sasaran serta mengembangkan misi yang telah ditentukan, juga tidak hanya terletak pada akuratnya analisis strategi yang dilakukan, melainkan terutama pada analisis terakhir terjadi pada waktu strategi tersebut diimplementasikan. (Siagian, 2005 ; 198).

Selanjutnya Siagian membagi tiga tahap yang penting dalam implementasi strategi, yaitu :

1. Mengidentifikasi sasaran tahunan yang berperan sebagai pemandupemandu dalam proses implementasi karena merupakan rincian sasaran jangka pendek yang spesifik diangkat dari sasaran jangka panjang

2. Merumuskan strategi dalam berbagai bidang nasional yang merupakan terjemahan strategi dasar pada tingkat satuan bisnis yang dikelolah menjadi rencana aksi bagi bagian-bagian satuan bisnis yang bersangkutan

3. Merumuskan dan mengkomuniksikan berbagai kebijaksanaan untuk

digunakan sebagai penuntun bagi para manajer oprasional beserta para bawahan dalam pengambilan berbagai keputusan oprasional, dalam rangka implementasi berbagai strategi yang telah ditetapkan oleh manajemen pada tingkat yang lebih tinggi, termasuk manajemen puncak

Sejalan dengan itu, dapat dikatakan bahwa rencana adalah 20% keberhasilan adalah 60%, 20% sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan implementasi. Implementasi adalah hal yang paling berat, karena disini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman utama adalah konsistensi implementasi (Nugroho,2006;119)


(39)

Jadi dapat dikatakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi dari berbagai aktivitas guna mencapai sasaran tertentu. Sifat dari suatu implementasi adalah tidak dapat beroperasi tanpa adanya faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang selalu mempengaruhinya. Faktorfaktor ini harus dikendalikan secara baik (Salusu, 1996;409) Setiap keputusan stratejik, setiap stratejik, menuntut pelaksanaan. Tanpa pelaksanaan, ia tidak mempunyai arti apa-apa. Pelaksanaan suatu strategi adalah suatu yang sangat peka, menuntut kehati-hatian, dan bahkan pada saat penyusunan alternatif dilakukan, sudah harus dipertanyakan, bagaimana melaksanakan setiap alternatif itu. Hal itu terutama disinggung ketika para manajemen tingkat atas membicarakan tentang konsekuensi-konsekuensi yang diperkirakan akan timbul andaikata alternatif itu dilaksanakan. Pelaksanaan itu mencakup kegiatan dan tindakan dan seringkali juga tanpa bertindak. Sifatnya adalah tidak dapat beroperasi tanpa adanya faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya dan faktor yang dimaksud harus dikendalikan secara baik. Apabila strategi itu merupakan hasil keputusan strategi yang inkrimental maka pelaksanaannya mungkin tidak banyak menimbulkan masalah, tetapi kalau merupakan keputusan yang baru sama sekali, apalagi kalau berupa “keputusan gempa bumi” maka implementasi atau pelaksanaannya tidak akan begitu mudah. Para pelaksana hanya mungkin dapat mengimplementasikan strategi yang baru itu apabila mereka dapat memahaminya, mengerti, dan mengetahui bagaimana melaksanakannya sehingga tidak meleset dari keinginan para pembuat keputusan tingkat atas. Semua kepentingan, baik kepentingan tingkat atas maupun kepentingan berkeping-keping dari para karyawan, haruslah dipertemukan saat peralihan itu sehingga pada akhirnya yang harus dimenangkan adalah kepentingan


(40)

organisasi. Untuk menjamin bahwa strategi baru itu akan berhasil, diperlukan kebijaksanaan organisasi yang akan menyiapkan semua fasilitas yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul selama pelaksanaan. Kebijaksanaan itu berkaitan dengan pedoman pelaksanaan, metode kerja, prosedur, peraturan-peraturan, formulir-formulir, dan segala sesuatu yang diperlukan untuk memberikan dorongan dan motivasi bagi karyawan dalam menyukseskan sasaran organisasi. Kebijaksanaan itu mengatur batas-batas apa yang dapat dan yang tidak dapat dikerjakan, tindakan-tindakan administratif mana yang boleh dan tidak boleh dijalankan.

Dengan kata lain tindakan independen yang berarti memelihara ketergantungan satu pada yang lain, memperkecil keputusan-keputusan zig-zag dan praktek-praktek yang kontradiktif. Masalah perekrutan tenaga ahli yang dibutuhkan, dimasukkan pula dalam kebijaksanaan tersebut. Di dalam organisasi yang tidak menggunakan pendekatan manajemen strategi, masalah perekrutan dan alokasi sumber daya sering menjadi bagian dari kebijaksanaan tersendiri, yang bisanya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas politik. Bagaimanapun cara yang ditempuh dalam sistem perekrutan dan alokasi sumber daya belum akan mampu memberi jaminan implementasi yang sukses dari suatu strategi. Dalam penelitiannya terhadap hampir seratus presiden dan manajer divisi perusahaan, Alexander (1991) mencoba mengungkap beberapa masalah yang sering dijumpai dalam melaksanakan suatu strategi (Salusu, 1996). Masalah yang paling sering timbul adalah jangka waktu pelaksanaan. Jangka waktu pelaksanaan ternyata jauh lebih lama daripada yang direncanakan karena timbul banyak masalah baru yang tidak diantisipasi, tidak diprediksi sebelumnya. Sementara itu selama pelaksanaan,


(41)

koordinasi tidak berjalan secara efektif, apalagi banyak karyawan atau pegawai yang tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk melaksanakan kewajiban. Pada saat analisis SWOT dilakukan, masalah yang berkaitan dengan faktor eksternal telah banyak dibicarakan. Namun pada saat pelaksanaannya faktor itu banyak sekali dilupakan dan kurang dikontrol. Akibatnya adalah aktivitas organisasi kadang-kadang terpengaruh oleh faktor eksternal yang tak terkendali itu sehingga hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Reza (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep berkesimpulan, berdasarkan hasil analisis metode SWOT maka strategi yang tepat untuk pengembangan Pantai Lombang yaitu pengembangan ekonomi berbasis potensi wilayah, khususnya pembentukan kelompok bisnis cemara. Hal ini juga sesuai dengan hasil dari matriks IE dimana Pantai Lombang berada pada posisi V yaitu jaga dan pertahankan dengan pilihan strategi antara penetrasi pasar atau pengembangan produk.

Prasetyo dalam tulisannya Strategi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olagraga Dalam Pengembangan Potensi Objek Wisata Kota Tarakan Dalam menetapkan strategi pengembangan potensi objek wisata dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga Kota Tarakan menganalisis lingkungan internal (kekuatan, kelemahan), dan lingkungan eksternal (peluang, ancaman) dan kemudian menentukan kebijakan dalam menetapkan arah tujuan organisasi, yang tertuang dalam perwujudan visi misi yang disusun dalam suatu konsep kerja dalam bentuk Rencana Strategis Dinas (RENSTRA). Untuk selanjutnya


(42)

diimplementasikan kedalam program-program pengembangan pariwisata Kota Tarakan.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus deskriptif dengan objek studinya adalah pariwisata Air Terjun Sipiso-piso di Kabupaten Karo. Menurut Nazir (2003), studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu frase yang spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas, subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Air Terjun Sipiso-piso, Kabupaten Karo. Kegiatan pengumpulan data dilakukan mulai Juni 2013.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung di lokasi sekitar Air Terjun Sipiso-piso dan melakukan wawancara secara langsung dengan Pemerintah Kabupaten Karo khususnya kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Air Terjun Sipiso-piso, masyarakat atau tokoh masyarakat, lembaga-lembaga non pemerintah dan pengunjung objek wisata yang memahami kondisi pariwisata Air Terjun Sipiso-piso. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kondisi pariwisata Air Terjun Sipiso-piso. Responden yang dipilih yaitu 10 orang dari pengunjung objek wisata air terjun sipiso-piso dan 10 orang dari pengelolah/pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Karo. Data sekunder diperoleh


(44)

dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pariwisata dan Budaya, dan beberapa dinas terkait lainnya. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan kalkulator dan program komputer Microsoft Excel yang disajikan dalam bentuk tabulasi guna memudahkan pemahaman.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Responden dipilih secara sengaja dan memiliki kontribusi besar dalam perumusan dan pelaksanaan strategi pariwisata Air Terjun Sipiso-piso. Pemilihan responden tersebut dilakukan atas dasar keterwakilan dari pemerintah dan masyarakat setempat.

3.5 Metode Pengolahan Data

3.5.1 Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, dimana pengambil keputusan berusaha memahami suatu kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil keputusan. Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain:

a) Decomposition, setelah mendefinisikan permasalahan / persoalan, maka perlu dilakukan dekomposisi, yaitu: memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsure-unsurnya, sampai yang sekecil-kecilnya.


(45)

Gambar 3.1

Dekomposisi Permasalahan

b) Comparative Judgement, prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relative dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison.

c) Synthesis of Priority, dari setiap matriks pairwise comparison vektor eigen cirinya untuk mendapatkan prioritas local, karena matrik pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk melakukan global harus dilakukan sintesis diantara prioritas local. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut hierarki.

d) Logical Consistency, konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keseragaman dan relevansinya. Kedua adalah tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Pendekatan AHP menggunakan skala Saaty mulai dari nilai bobot 1 sampai 9. Nilai bobot 1 menggambarkan “sama penting”, ini berarti bahwa nilai


(46)

menggambarkan kasus atribut yang “penting absolute” dibandingkan dengan lainnya.

3.5.1.1 Penyusunan Prioritas

Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub hirarki. Perbandingan tersebut ditransformasikan dalam bentuk matriks. Contoh, terdapat n objek yang dinotasikan dengan (A1, A2, …, An) yang akan dinilai berdasarkan pada nilai tingkat kepentingannya antara lain Ai dan Aj dipresentasikan dalam matriks Pair-wise Comparison.

Tabel 3.1

Matriks Perbandingan Berpasangan

A1 A2 …. An

A1 A11 A12 …. A1n

A2 A21 A22 …. A2n

…. …. …. …. ….

An An1 An2 …. Ann

Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang menyatakan hubungan :

a) Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1 (kolom) atau


(47)

c) Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan dengan A1 (kolom).

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada tabel berikut ini.


(48)

Tabel 3.2 Skala Saaty Tingkat

Kepentingan Defenisi Keterangan

1 Equal importance

(sama penting)

Kedua elemen mempunyai

pengaruh yang sama

3 Weak importance of one

over another (sedikit lebih penting)

Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan

dengan pasangannya

5 Essential or strong

importance (lebih penting)

Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata, dibandingkan dengan elemen pasangannya

7 Demonstrated

importance (sangat penting)

Satu elemen terbukti sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat, dibandingkan dengan elemen pasangannya

9 Extreme importance

(mutlak lebih penting)

Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi

2,4,6,8 Intermediate values between the two adjacent judgments

Nilai diantara dua pilihan yang berdekatan

Resiprokal Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika dibandingkan elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibanding elemen i


(49)

Tabel 3.3 Nilai Random Indeks

n 1 2 3 4 5 6 7 8

RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41

n 9 10 11 12 13 14 15

RI 1.45 1.48 1.49 1.51 1.56 1.57 1.59

Model AHP didasarkan pada pair-wise comparison matrix, dimana elemenelemen pada matriks tersebut merupakan judgement dari decision maker. Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan, ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi. Matriks tersebut terdapat pada setiap level of hierarchy dari suatu struktur model AHP yang membagi habis suatu persoalan.

3.5.1.2 Prosedur Analytical Hierarchy Process

Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi.

2. Menentukan prioritas elemen :

a) Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.


(50)

b) Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.

3. Sintesis

Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

a) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks

b) Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.

c) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.

4. Mengukur Konsistensi

Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah sebagai berikut:

a) Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan seterusnya.

b) Jumlahkan setiap baris

c) Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan


(51)

d) Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut λ maks

5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus: CI = (λmax – n) /n-1

Dimana n = banyaknya elemen.

6. Hitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus: CR= CI/RC

Dimana :

CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index

IR = Indeks Random Consistency

7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Namun jika Rasio Konsistensi (CI/CR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. (Kusrini. 2007)

3.5.2 EFAS dan IFAS

3.5.2.1 Matrik Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) :

a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman) b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.


(52)

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika ada ancaman yang sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

3.5.2.2Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)

Setelah faktor-faktor srategis internal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk


(53)

merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan. Tahapnya adalah :

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan

perusahaan dalam kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaiman skor pembobotannya dihitung.


(54)

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

3.5.3 Analisis SWOT (Sterngth Weakness Opportunity and Threath)

Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness) dalam lingkungan internal perusahaan dan peluang (Opportunities) serta ancaman (Threats) lingkungan eksternal perusahaan. Analisis kekuatan dan kelemahan yang ada dilingkungan internal terutama ditujukan terhadap faktor keberhasilan kunci (Key Succes Factor). Jadi dengan analisis ini diharapkan akan diperoleh cara untuk mengembangkan dan memanfaatkan kekuatan serta penopang atau mengurangi kelemahan dengan maksud untuk memanfaatkan peluang dan mengurangi ancaman. Dari analisis ini ada empat kemungkinan identifikasi lingkungan yang dihadapi usaha sektor informal, yaitu :

1. Terdapat peluang dalam suatu industri dan perusahaan mempunyai kekuatan untuk mendapatkannya sehingga harus disusun strategi yang bersifat agresif.

2. Terdapat peluang dalam suatu industri akan tetapi perusahaan menpunyai kelemahan yang pokok untuk mendapatkannya, sehingga harus disusun strategi yang bersifat perubahan haluan (Turn around).


(55)

3. Terdapat ancaman dalam suatu industri dan perusahaan mempunyai kekuatan untuk mendapatkannya, sehingga harus disusun strategi bisnis yang bersifat deversivikasi.

4. Terdapat ancaman dalam suatu industri dan disamping itu perusahaan mempunyai kelemahan yang pokok di bidang yang bersangkutan, sehingga harus disusun strategi yang bersifat defensif.

Analisis SWOT berdasarkan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimkan kelemahan dan ancaman suatu perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini dan teknik perumusan strategi bisnis dimasukkan kedalam matriks SWOT. Alat analisis untuk memetakan isu atau faktor strategis yaitu terlebih dahulu mendeskripsikan kemudian dianalisis dengan analisis SWOT dengan menggunakan matriks SWOT sehingga dapat diketahui struktur serta tingkat strategis dari faktor-faktor tersebut. Melalui analisis SWOT maka dapat diketahui isu atau faktor-faktor strategis yang perlu dikembangkan di masa yang akan datang. Teknik analisa SWOT merupakan tahap awal upaya menemukan isu strategis yang nantinya berkaitan dengan penemuan strategi dan tahap selanjutnya yaitu menggunakan Matriks SWOT.


(56)

Tabel 3.4 Matriks SWOT IFAS

EFAS

STRENGTHS (S)

Tentukan faktor-faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W)

Tentukan faktor-faktor kelemahan internal

OPORTUNITIES (O)

Tentukan faktor-faktor peluang aksternal

STATEGI SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Ciptakan stategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

THREATS (T)

Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan stategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman


(57)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Morfologi Air Terjun Sipiso-piso 4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah

Objek Wisata Air terjun sipiso-pioso terletak di Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Secara geografis, Desa tongging terletak di dataran lebih rendah, sementara Air Terjun sipiso-piso terletak di dataran yang lebih tinggi dari Desa Tongging. Air Terjun ini berada di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut dan di kelilingi oleh dataran yang hijau dengan tumbuhan pinus dan hamparan lahan persawahan milik masyarakat.

Objek Wisata Air Terjun Sipiso-piso ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pengambaten dan Desa

Situnggaling.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Gunung Sipiso-piso. • Sebelah Selatan berbatasan dengan Danau Toba. • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pengambaten.

Berdasarkan kondisi tersebut dapat dilihat bahwa objek wisata ini dikelilingi oleh beberapa desa di sekitarnya. Menurut data yang diperoleh, luas masing-masing desa tersebut adalah Desa Pengambaten seluas 10,00 km², Desa Situnggaling seluas 6,00 km², dan Desa tongging sendiri adalah seluas 4,50 km² (BPS Kabupaten Karo, 2012).


(58)

Desa Tongging merupakan bagian dari Kabupaten Karo memiliki suhu udara rata-rata berkisar diantara 18,4ºC - 19,3ºC, dengan kelembaban udara setinggi 88,39 % tersebar antara 86,3 % sampai dengan 90,3 %. Daerah ini beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Sedangkan musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Februari, Juni, dan Juli.

4.1.3 Aksesibilitas Lokasi

Objek Wisata Air Terjun Sipiso-piso terletak di ujung Kabupaten Karo tidak jauh dari ibu kota Sumatera Utara yaitu Kota Medan, dapat dicapai dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Jarak Air Terjun Sipiso-piso lebih kurang 35 km arah Selatan Berastagi di pinggir Danau Toba atau 112 km dari Kota Medan. Jenis angkutan umum yang tersedia menuju lokasi ini dari pusat Kota Medan adalah Bus SAMPRI dan PASS melalui jalur Medan – Berastagi – Kaban Jahe – Simpang Merek. Perjalanan menuju Air Terjun Sipiso-piso dari Simpang Merek sejauh 3 km dilanjutkan dengan kendaraan Becak Motor. Pada umumnya lokasi ini dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dan roda dua dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam dari Kota Medan.

4.2 Gambaran Umum Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo 4.2.1. Visi

Setiap organisasi harus memiliki falsafah yang menjadi penentu arah gerak organisasi itu. Falsafah organisasi merupakan hal mutlak diketahui dan dipahami setiap anggotanya serta komitmen untuk menuruti dan merealisasikannya sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat dicapai.


(59)

Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo memiliki Visi dan Misi yang telah dirumuskan bersifat tetap dan jangka panjang yang juga menjadi kerangka dasar perencanaan strategis. Visi adalah cara pandang jauh ke depan, kemana motivasi pemerintah harus dibawa agar tetap eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Pengaruh lingkungan internal dan eksternal yang mengakibatkan meningkatnya persaingan, tantangan dan tuntutan masyarakat, mendorong Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo untuk mempersiapkan diri agar tetap eksis dan unggul dengan senantiasa mengupayakan perubahan ke arah yang lebih baik. Adapun yang menjadi Visi dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Karo adalah “ Mewujudkan Kepariwisataan Karo Yang Maju, Modern dan Berwawasan Lingkungan dan Berdaya saing tinggi dengan mempertahankan nilai-nilai Budaya Karo melalui peran serta masyarakat dan dunia usaha yang seluas-luasnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Kesejahteraan Masyarakat ”.

4.2.2 Misi

Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi Pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Karo, dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut :

1. Memanfaatkan potensi pariwisata minat khusus secara optimal.

2. Memberdayakan secara maksimal objek dan daya tarik wisata operasional dan potensial serta agrowisata.

3. Keberpihakan kepada pengusaha menengah ke bawah serta masyarakat, khususnya pengusaha dan masyarakat lokal.


(60)

4. Peningkatan komitmen antara berbagai instansi teknis pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan yang saling terkait.

5. Peningkatan kualitas Aparatur Pemerintah Pelaku Pariwisata dan masyarakat kecil.

6. Membina budaya sebagai aset pariwisata.

7. Mendorong pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas wisata. 8. Peningkatan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan. 9. Menumbuhkembangkan sadar wisata di tengah masyarakat.

10.Membina usaha pariwisata baik yang telah ada maupun yang akan dibangun.

4.2.3 Jumlah Wisatawan

Objek wisata air terjun sipiso-piso merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Karo, berikut jumlah wisatawan yang telah dikumpulkan dalam kurun waktu satu tahun (2012) :

Tabel 4.1

Jumlah Wisatawan Tahun 2012

Bulan Dewasa Anak-anak

Januari 8.900 2.000

Februari 5.100 500

Maret 5.219 971

April 7.788 1.076

Mei 6.779 4.301

Juni 6.695 2.093

Juli 7.838 3.040

Agustus 11.353 5.012

September 5.475 1.842

Oktober 1.333 1.984

November 3.443 877

Desember 3.651 1.111

JUMLAH 78.574 24.807


(61)

4.2.4 Objek Wisata di Sekitar Air Terjun Sipiso-piso.

Selain memiliki letak yang strategis karena berada dekat dengan Kabupaten Simalungun dan Dari, objek wisata air terjun sipiso-piso juga memiliki keistimewaan lainnya, yaitu sejalur dengan objek wisata lain sehingga dapat dijadikan sebagai paket wisata. Objek wisata yang berada dekat dengan air terjun sipiso-piso antara lain sebagai berikut :

Tabel 4.2

Daftar Objek Wisata Dekat Dengan Air Terjun Sipiso-piso

Nama Tempat Objek Wisata Jarak

(Km) Brastagi Gunung Sibayak, Pemandian air panas

Sidebuk-debuk, Bukit Gundaling Dll 35

Kaban Jahe Museum, Kuliner 24

Merek Simalem Resort 3

Tongging Pantai Tongging 2

Silalahi Pantai Silalahi 5

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Karo

4.3 Defenisi Kriteria

Terdapat beberapa kriteria yang dipakai dalam mengerjakan study ini yang dibagi dalam dua garis besar, yaitu sebagai berikut :

4.3.1 Eksternal

1. Perbaikan akses jalan: perbaikan akses jalan menuju obek wisata air terjun sipiso-piso.

2. Paket wisata: kunjungan ke beberapa objek wisata yang saling berdekatan.

3. Letaknya strategis: letaknya yang bisa diakses dari berbagai

kota/kabupaten.

4. Peningkatan ekonomi masyarakat: peningkatan kesejahteraan masyarakat karena adanya obek wisata air terjun sipiso-piso.


(62)

5. Keberadaan objek wisata sekitar: keberadaan obek wisata yang mampu menyedot peluang kunjungan wisata yang tinggi.

6. Sulitnya akses ke dasar air terjun: akses tangga yang dibangun menuju dasar air terjun sipiso-piso.

7. Gangguan kenyamanan: gangguan-gangguan yang dapat mengurangi

kenyamanan pengunjung.

8. Sarana transportasi yang terbatas: sarana transportasi umum menuju kawasan objek wisata air terjun sipiso-piso.

4.3.2 Internal

1. Biaya masuk: biaya retribusi yang dipungut pengelolah untuk masuk ke lokasi objek wisata air terjun sipiso-piso.

2. Pengelolah ramah: sikap ramah pengelolah terhadap pengunjung objek wisata air terjun sipiso-piso.

3. Sarana dan prasarana: sarana dan prasarana pendukung kenyamanan pengunjung objek wisata air terjun sipiso-piso.

4. Sejalur dengan objek wisata lainnya: dapat mengakses objek wisata yang lain melalui objek wisata air terjun sipiso-piso.

5. Panorama Danau Toba: dapat menikmati panorama danau toba melalui objrk wisata air terjun sipiso-piso.

6. Air terjun tertinggi: salah satu air terjun tertinggi di Indonesia dengan tinggi 120 meter.

7. Kondisi jalan kurang baik: kondisi akses jalan raya menuju objek wisata air terjun sipiso-piso.


(63)

8. Transportasi terbatas: sarana transportasi umum menuju objek wisata air terjun sipiso-piso.

9. Kurangnya promosi: promosi yang diperlukan untuk memacu peningkatan kunjungan wisatawan ke objek wisata air terjun sipiso-piso.

10.Kondisi anak tangga rusak: akses anak tangga menuju dasar air terjun sipiso-piso.

11.Kurangnya perawatan: kegiatan perawatan sarana dan prasarana objek wisata air terjun sipiso-piso.


(1)

Lampiran 2

Kuesioner Internal

D. Identitas Responden

7. Nama Responden : 8. Umur Responden :

9. Alamat :

10.Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

11.Status Perkawinan : 1. Kawin 2. Belum Kawin 3. Janda/Duda

12.Pendidikan terakhir yamg ditamatkan :

4) Tidak Tamat SD 4) Tamat SMA atau sederajat 5) Tamat SD atau sederajat 5) Sarjana Muda/D3

6) Tamat SMP atau sederajat 6) Sarjana/S1 atau lebih tinggi

E. Prioritas Kepentingan (Pembobotan Indikator)

Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk membandingkan prioritas kepentingan dari masing-masing kriteria untuk indikator pembobotan strategi

pengembangan pariwisata Sipiso-piso di Kabupaten Karo dengan cara memberi tanda silang (X) pada kolom sakal kriteria (A) atau pada kolom skala kriteria (B) yang sesuai degan menggunakan Skala Penilaian Perbandingan sebagai berikut :

Nilai 1 = Kedua kriteria sama pentingnya

Nilai 3 = Kriteria (A) sedikit lebih penting dibandingkan dengan kriteria (B)

Nilai 5 = Kriteria (A) lebih penting dibandingkan dengan kriteria (B) Nilai 7 = Kriteria (A) sangat lebih penting dibandingkan dengan kriteria (B)

Nilai 9 = Kriteria (A) mutlak lebih penting dibandingkan dengan kriteria (B)

Nilai 2,4,6,8 = Nilai ditengah-tengah dari keputusan. Misalnya Saudara ragu-ragu antara nilai 3 dan 5 maka plih skala 4.

Dalam strategi pengembangan pariwisata Sipiso-piso di Kabupaten Karo, seberapa pentingkah kedua faktor berikut ini.

Faktor (A)

Skala Skala Faktor (B)

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kekuatan Kelemahan

Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih


(2)

Kekuatan (Strengths)

Untuk kekuatan pengembangan pariwisata Sipiso-piso di Kabupaten Karo, seberapa pentingkah pengaruh variabel-variabel berikut ini.

Faktor (A)

Skala Skala Faktor

(B) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kekuatan Kekuatan

Biaya Masuk Pengelola h Ramah Biaya Masuk Sarana & Prasarana Biaya Masuk Sejalur dengan objek wisata lainnya Biaya Masuk Panorama Danau Toba Biaya Masuk Air Terjun Tertinggi Pengelola h Ramah Sarana & Prasarana Pengelola h Ramah Sejalur dengan objek wisata lainnya Pengelola h Ramah Panorama Danau Toba Pengelola h Ramah Air Terjun Tertinggi Sarana & Prasaran Sejalur dengan objek wisata lainnya Sarana & Prasaran Panorama Danau Toba Sarana & Prasaran Air terjun Tertinggi


(3)

wisata lainnya Sejalur dengan objek wisata lainnya

Air Terjun Tertinggi

Panorama Danau Toba

Air terjun Tertinggi

Sisi kiri lebih penting Sisi kanan

lebih penting Kelemahan (Weaknesses)

Untuk kelemahan pengembangan pariwisata Sipiso-piso di Kabupaten Karo, seberapa pentingkah pengaruh variabel-variabel berikut ini.

Faktor (A) Skala Skala Faktor (B)

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelemahan Kelemahan

Kondisi Jalan Kurang Baik

Transportasi Terbatas

Kondisi Jalan Kurang Baik

Kurangnya Promosi

Kondisi Jalan Kurang Baik

Kondisi Anak Tangga Rusak

Kondisi Jalan Kurang Baik

Kurangnya Perawatan

Transportasi Terbatas

Kurangnya Promosi Transportasi

Terbatas

Kondisi Anak Tangga Rusak

Transportasi Terbatas

Kurangnya Perawatan Kurangnya

Promosi

Kondisi Anak Tangga Rusak


(4)

Kurangnya Promosi

Kurangnya Perawatan Kondisi Anak

Tangga Rusak

Kurangnya Perawatan Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting

F. Persepsi pengelolah untuk kondisi pariwisata Sipiso-piso

Keterangan : 1 = Tidak Setuju ; 2 = Kurang Setuju ; 3 = Cukup Setuju ; 4 = Setuju

No Kriteria Penilaian Tingkat Persepsi

1 2 3 4

A Kekuatan

1 Menurut anda, untuk biaya masuk ke lokasi wisata tergolong murah.

1 2 3 4

2 Menurut anda, perilaku pengelolah wisata Sipiso-piso sangat sopan dan ramah.

1 2 3 4

3 Menurut anda, sarana dan prasarana pendukung seperti, seperti gardu pandang, rumah makan, souvenir shop dan toilet sudah tersedia.

1 2 3 4

4 Menurut anda, objek wisata Sipiso-piso merupakan satu jalur dengan objek wisata lainnya, seperti Togging dan pantai Silalahi.

1 2 3 4

5 Menurut anda, dari objek wisata Sipiso-piso dapat juga dinikmati keindahan panorama Danau Toba.

1 2 3 4

6 Menurut anda, objek wisata Sipiso-piso merupakan air terjun tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 120 meter.

1 2 3 4

B Kelemahan

7 Menurut anda, kondisi jalan ke objek wisata Sipiso-piso masih jelek atau kurang baik.

1 2 3 4

8 Menurut anda, ketersediaan sarana transportasi ke objek wisata Sipiso-piso masih terbatas atau sedikit.

1 2 3 4

9 Menurut anda, usaha promosi untuk objek wisata Sipiso-piso terbatas atau sedikit.

1 2 3 4

10 Menurut anda, kondisi anak tangga untuk mencapai dasar air terjun banyak yang sudah rusak.

1 2 3 4

11 Menurut anda, perawatan dari pengelolah terhadap sarana dan prasarana yang ada di sekitar objek wisata masih kurang.


(5)

Lampiran 3 Dokumentasi

Gambar 1. Peneliti melakukan wawancara Gambar2. Peneliti Melakukan wawancara

Gambar 3. Pengelolah Objek Wisata Gambar 4. Rumah makan dan toko souvenir

Gambar 5. Toko Souvenir Gambar 6. Toko Souvenir


(6)

Gambar 9. Fasilitas parkir Gambar 10. Panorama danau toba