Pengenalan dan Pencegahan Aids

(1)

PEN GEN ALAN D AN PEN CEGAH AN AI D S FAZI D AH A. SI REGAR

Fa k u lt a s Ke se ha t a n M a sya r a k a t Un iv e r sit a s Sum a t e r a Ut a r a I . PEN D AH ULUAN

Penyakit AI DS ( Acquired I m m unodeficiency Syndrom e) m erupakan suat u syndrom e/ kum pulan gej ala penyakit yang disebabkan oleh Ret rovirus yang m enyerang sist em kekebalan at au pert ahanan t ubuh. Dengan rusaknya sist em kekebalan t ubuh, m aka orang yang t erinfeksi m udah diserang penyakit - penyakit lain yang berakibat fat al, yang dikenal dengan infeksi oport unist ik. Kasus AI DS pert am a kali dit em ukan oleh Got t lie b di Am erika Serikat pada t ahun 1981 dan virusnya dit em ukan oleh Lu c M on t a gn ie r pada t ahun 1983.

Penyakit AI DS dew asa ini t elah t erj angkit diham pir set iap negara didunia ( pandem i) , t erm asuk diant aranya I ndonesia. Hingga Novem ber 1996 diperkir akan t elah t erdapat sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang t erdiri dar i 6,7 j ut a orang dew asa dan 1,7 j ut a anak- anak. Di I ndonesia berdasarkan dat a- dat a yang bersum ber dari Direkt orat Jenderal P2M dan PLP Depart em en Kesehat an RI sam pai dengan 1 Mei 1998 j um lah penderit a HI V/ AI DS sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23 propinsi di I ndonesia. Dat a j um lah penderit a HI V/ AI DS di I ndonesia pada dasarnya bukanlah m erupakan gam baran j um lah penderit a yang sebenarnya. Pada penyakit ini berlaku t eori “Gu n u ng Es“ dim ana penderit a yang kelihat an hanya sebagian kecil dari yang sem est inya. Unt uk it u WHO m engest im asikan bahwa dibalik 1 penderit a yang t erinfeksi t elah t erdapat kurang lebih 100- 200 penderit a HI V yang belum diket ahui.

Penyakit AI DS t elah m enj adi m asalah int ernasional k arena dalam w akt u singkat t erj adi peningkat an j um lah penderit a dan m elanda sem akin banyak negara. Dikat akan pula bahw a epidem i y ang t erj adi t idak saj a m engenai penyakit ( AI DS ) , virus ( HI V) t et api j uga reaksi/ dam pak negat if berbagai bidang sepert i kesehat an, sosial, ekonom i, polit ik, kebudayaan dan dem ografi. Hal ini m erupakan t ant angan yang harus dihadapi baik oleh negara m aj u m aupun negara berkem bang.

Sam pai saat ini obat dan vaksin yang diharapkan dapat m em bant u m em ecahkan m asalah penanggulangan HI V/ AI DS belum dit em ukan. Salah sat u alt ernat if dalam upaya m enanggulangi problem at ik j um lah penderit a yang t erus m eningkat adalah upaya pencegahan yang dilakukan sem ua pihak yang m engharuskan kit a unt uk t idak t erlibat dalam lingkungan t ransm isi yang m em ungkinkan dapat t erserang HI V.

I I . PEN GERTI AN AI D S

Acquired I m m unodeficiency Syndrom e ( AI DS) adalah Syndrom e akibat defisiensi im m unit as selluler t anpa penyebab lain yang diket ahui, dit andai dengan infeksi oport unist ik keganasan berakibat fat al. Munculnya Syndrom e ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan t ubuh yang prosesnya t idaklah t erj adi seket ika m elainkan sekit ar 5- 10 t ahun set elah seseorang t erinfeksi HI V.

Berdasarkan hal t ersebut m aka penderit a AI DS dim asyarakat digolongkan kedalam 2 kat egori yait u :

1. Penderit a yang m engidap HI V dan t elah m enunj ukkan gej ala klinis ( penderit a AI DS posit if) .

2. Penderit a yang m engidap HI V, t et api belum m enunj ukkan gej ala klinis ( penderit a AI DS negat if) .


(2)

Menurut Sue n se n ( 1 9 8 9 ) t erdapt 10 j ut a HI V posit if yang dalam wakt u 5-7 t ahun m endat ang diperkirakan 10- 30% diant aranya m enj adi penderit a AI DS.

Pada t ingkat pandem i HI V t anpa gej ala j auh lebih banyak dari pada pendrit a AI DS it u sendiri. Tet api infeksi HI V it u dapat berkem bang lebih lanj ut dan m enyebabkan kelainan im unologis yang luas dan gej ala klinik yang bervariasi.

AI DS m erupakan penyakit yang sangat berbahaya karena m em punyai case fat alit y rat e 100% dalam 5 t ahun set elah diagnosa AI DS dit egakkan, m aka sem ua penderit a akan m eninggal.

I I I . ETI OLOGI AI D S

Penyebab AI DS adalah sej enis vir us yang t ergolong Ret rovirus yang disebut Hum an I m m unodeficiency Virus ( HI V) . Virus ini pert am a kali diisolasi oleh Mont agnier dan kawan- kawan di Prancis pada t ahun 1983 dengan nam a Lym phadenopat hy Associat ed Virus ( LAV) , sedangkan Gallo di Am erika Serikat pada t ahun 1984 m engisolasi ( HI V) I I I . Kem udian at as kesepakat an int ernasional pada t ahun 1986 nam a firus dirubah m enj adi HI V.

Mum an I m m unodeficiency Virus adalah sej enis Ret rovirus RNA. Dalam bent uknya yang asli m erupakan part ikel yang inert , t idak dapat berkem bang at au m elukai sam pai ia m asuk ke sel t arget . Sel t arget virus ini t erut am a sel Lym fosit T, karena ia m em punyai resept or unt uk virus HI V yang disebut CD- 4. Didalam sel Lym fosit T, virus dapat berkem bang dan sepert i ret rovir us yang lain, dapat t et ap hidup lam a dalam sel dengan keadaan inakt if. Walaupun dem ikian vir us dalam t ubuh pengidap HI V selalu dianggap infect ious yang set iap saat dapat akt if dan dapat dit ularkan selam a hidup penderit a t ersebut .

Secara m or t ologis HI V t erdir i at as 2 bagian besar yait u bagian int i ( core) dan bagian selubung ( envelop) . Bagian int i berbent uk silindr is t ersusun at as dua unt aian RNA ( Ribonucleic Acid) . Enzim reverce t ranscript ase dan beberapa j enis prosein. Bagian selubung t erdiri at as lipid dan glikoprot ein ( gp 41 dan gp 120) . Gp 120 berhubungan dengan resept or Lym fosit ( T4) yang rent an. Karena bagian luar virus ( lem ak) t idak t ahan panas, bahan kim ia, m ak a HI V t erm asuk virus sensit if t erhadap pengaruh lingkungan sepert i air m endidih, sinar m at ahari dan m udah dim at ikan dengan berbagai disinfekt an sepert i et er, aset on, alkohol, j odium hipoklorit dan sebagainya, t et api t elat if resist en t erhadap radiasi dan sinar ut raviolet .

Virus HI V hidup dalam darah, savila, sem en, air m at a dan m udah m at i diluar t ubuh. HI V dapat j uga dit em ukan dalam sel m onosit , m akrot ag dan sel glia j aringan ot ak.

I V . M ASA I N KUBASI AI D S

Masa inkubasi adalah wakt u yang diperlukan sej ak seseorang t erpapar virus HI V sam pai dengan m enunj ukkan gej al gej ala AI DS. Wakt u yang dibut uhkan rat a-rat a cukup lam a dan dapat m encapai kurang lebih 12 t ahun dan sem asa inkubasi penderit a t idak m enunj ukkan gej ala- gej ala sakit .

Selam a m asa inkubasi ini pender it a disebut penderit a HI V. Pada fase ini t erdapat m asa dim ana virus HI V t idak dapat t erdet eksi dengan pem er iksaan laborat orium kurang lebih 3 bulan sej ak t ert ular virus HI V yang dikenal dengan “ m asa wndow periode” .

Selam a m asa inkubasi penderit a HI V sudah berpot ensi unt uk m enularkan virus HI V k epada orang lain dengan berbagai cara sesuai pola t ransm isi virus HI V. Mengingat m asa inkubasi yang relat if lam a, dan penderit a HI V t idak m enunj ukkan gej ala- gej ala sakit , m aka sangat besar kem ungkinan penularan t erj adi pada fase inkubasi ini.


(3)

V . EPI D EM I OLOGI AI D S

Sindrom a AI DS pert am a kali dilaporkan oleh Got t lieb dari Am erika pada t ahun 1981. Sej ak saat it u j um lah negara yang m elaporkan kasus- kasus AI DS m eningkat dengan cepat . Dewasa ini penyakit HI V/ AI DS t elah m erupakan pandem i, m enyerang j ut aan penduduk dunia, pria, wanit a, bahkan anak- anak. WHO m em perkirakan bahwa sekit as 15 j ut a orang diant aranya 14 j ut a rem aj a dan dewasa t erinfeksi HI V. Set iap hari 5000 orang ket ularan virus HI V.

Menurut et im asi WHO pada t ahun 2000 sekit ar 30- 40 j ut a orang t erinfeksi virus HI V, 12- 18 j ut a orang akan m enunj ukkan gej ala- gej ala AI DS dan set iap t ahun sebanyak 1,8 j ut a orang akan m eninggal karena AI DS. Pada saat ini laj u infeksi ( infect ion rat e) pada w anit a j auh lebih cepat dari pada pria. Dari seluruh infeksi, 90% akan t erj adi di negara berkem bang, t erut am a Asia.

CARA PEN ULARAN

Secara um um ada 5 fakt or yang perlu diperhat ikan pada penularan suat u penyakit yait u sum ber infeksi, vehikulum yang m em bawa agent , host yang rent an, t em pat keluar kum an dan t em pat m asuk kum an ( port ’d ent rée) .

Virus HI V sam pai saat ini t erbukt i hanya m enyerang sel Lym fosit T dan sel ot ak sebagai organ sasarannya. Virus HI V sangat lem ah dan m udah m at i diluar t ubuh. Sebagai vehikulum yang dapat m em bawa virus HI V keluar t ubuh dan m enularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan t ubuh. Cairan t ubuh yang t erbukt i m enularkan diant aranya sem en, cairan vagina at au servik dan darah penderit a.

Banyak cara yang diduga m enj adi cara penularan virus HI V, nam un hingga kini cara penularan HI V yang diket ahui adalah m elalui :

1 . Tr a n sm isi Se k su a l

Penularan m elalui hubungan seksual baik Hom oseksual m aupun Het eroseksual m erupakan penularan infeksi HI V yang paling sering t erj adi. Penularan ini berhubungan dengan sem en dan cairan vagina at au serik. I nfeksi dapat dit ularkan dari set iap pengidap infeksi HI V kepada pasangan seksnya. Resiko penularan HI V t ergant ung pada pem ilihan pasangan seks, j um lah pasangan seks dan j enis hubungan seks. Pada penelit ian D a r r ow ( 1 9 8 5 ) dit em ukan resiko seroposit ive unt uk zat ant i t erhadap HI V cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan pada pasangan t idak t et ap. Orang yang sering berhubungan seksual dengan bergant i pasangan m erupakan kelom pok m anusia yang berisiko t inggi t erinfeksi virus HI V.

1 .1 . H om ose k su a l

Didunia barat , Am erika Serikat dan Eropa t ingkat prom iskuit as hom oseksual m enderit a AI DS, berum ur ant ara 20- 40 t ahun dari sem ua golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenet al m erupakan perilaku seksual dengan resik o t inggi bagi penularan HI V, khususnya bagi m it ra seksual yang pasif m enerim a ej akulasi sem en dari seseorang pengidap HI V. Hal ini sehubungan dengan m ukosa rekt um yang sangat t ipis dan m udah sekali m engalam i pert ukaran pada saat berhubungan secara anogenit al.

1 .2 . H e t e r ose k su a l

Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan ut am a m elalui hubungan het eroseksual pada prom iskuit as dan penderit a t erbanyak adalah kelom pok um ur seksual akt if baik pria m aupun wanit a yang m em punyai banyak pasangan dan bergant i- gant i.


(4)

2 . Tr a n sm isi N on Se k su a l 2 .1 Tr a n sm isi Pa r e nr a l

2 .1 .1 . Yait u akibat penggunaan j arum sunt ik dan alat t usuk lainnya ( alat t indik) yang t elah t erkont am inasi, m isalnya pada penyalah gunaan narkot ik sunt ik yang m enggunakan j arum sunt ik yang t ercem ar secara bersam a- sam a. Disam ping dapat j uga t erj adi m elaui j arum sunt ik yang dipakai oleh pet ugas kesehat an t anpa dist erilkan t erlebih dahulu. Resiko t ert ular cara t ransm isi parent al ini kurang dari 1% .

2 .1 .2 . Darah/ Produk Darah

Transm isi m elalui t ransfusi at au produk darah t erj adi di negara- negara barat sebelum t ahun 1985. Sesudah t ahun 1985 t ransm isi m elalui j alur ini di negara barat sangat j arang, karena darah donor t elah diperiksa sebelum dit ransfusikan. Resiko t ert ular infeksi/ HI V lewat t rasfusi darah adalah lebih dari 90% .

2 .2 . Tr a n sm isi Tr a n spla se n t a l

Penularan dari ibu yang m engandung HI V posit if ke anak m em punyai resiko sebesar 50% . Penularan dapat t erj adi sew akt u ham il, m elahirkan dan sew akt u m enyusui. Penularan m elalui air susu ibu t erm asuk penularan dengan resiko rendah.

V I . PATOGEN ESI S

Dasar ut am a pat ogenesis HI V adalah kurangnya j enis lim posit T helper/ induser yang m engandung m arker CD 4 ( sel T 4) . Lim fosit T 4 m erupakan pusat dan sel ut am a yang t erlibat secara langsung m aupun t idak langsung dalam m enginduksi fungsi- fungsi im unologik. Menurun at au hilangnya sist em im unit as seluler, t er j adi karena HI V secara selekt if m enginfeksi sel yang berperan m em bent uk zat ant ibodi pada sist em kekebalan t ersebut , yait u sel lym fosit T4. Set elah HI V m engikat dir i pada m olekul CD 4, virus m asuk kedalam t arget dan ia m elepas bungkusnya kem udian dengan enzym reverse t ranscrypt ae ia m erubah bent uk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel t arget . Selanj ut nya sel yang berkem bang biak akan m engundang bahan genet ik virus. I nfeksi HI V dengan dem ikian m enj adi irreversibel dan berlangsung seum ur hidup.

Pada awal infeksi, HI V t idak segera m enyebabkan kem at ian dari sel yang di infeksinya t et api t erlebih dahulu m engalam i replikasi ( penggandaan) , sehingga ada kesem pat an unt uk berkem bang dalam t ubuh penderit a t ersebut , yang lam bat laun akan m enghabiskan at au m erusak sam pai j um lah t ert ent u dari sel lym fosit T4. set elah beberapa bulan sam pai beberapa t ahun kem udian, barulah pada penderit a akan t erlihat gej ala klinis sebagai dam pak dari infeksi HI V t ersebut . Masa ant ara t erinfeksinya HI V dengan t im bulnya gej ala- gej ala penyakit (m asa inkubasi) adalah 6 bulan sam pai lebih dari 10 t ahun, rat a- rat a 21 bulan pada anak- anak dan 60 bulan pada orang dewasa.

I nfeksi oleh virus HI V m enyebabkan fungsi kekebalan t ubuh rusak yang m engakibat kan daya t ahan t ubuh berkurang at au hilang, akibat nya m udah t erkena penyakit - penyakit lain sepert i penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakt eri, prot ozoa, dan j am ur dan j uga m udah t erkena penyakit kanker sepert i sarkom a kaposi. HI V m ungkin j uga secara langsung m enginfeksi sel- sel syaraf, m enyebabkan kerusakan neurologis.

V I I . M AN I FESTASI KLI N I S AI D S

Tanda- t anda gej ala- gej ala ( sym pt om ) secara k linis pada seseorang penderit a AI DS adalah diident ifik asi sulit karena sym pt om asi yang dit uj ukan pada um um nya adalah berm ula dari gej ala- gej ala um um yang lazim didapat i pada berbagai


(5)

penderit a penyakit lain, nam un secara um um dapat kiranya dikem ukakan sebagai berikut :

• Rasa lelah dan lesu

• Berat badan m enurun secara drast is

• Dem am yang sering dan berkeringat diwakt u m alam

• Mencret dan kurang nafsu m akan

• Bercak- bercak put ih di lidah dan di dalam m ulut

• Pem bengkakan leher dan lipat an paha

• Radang paru- paru

• Kanker kulit

Manifest asi klinik ut am a dari penderit a AI DS pada um um nya ada 2 hal ant ara lain t um or dan infeksi oport unist ik :

1 . M a n ife st a di t u m or dia nt a r a ny a ;

a . Sa r k om a k a posi ; kanker pada sem ua bagian kulit dan organ t ubuh. Frekuensi kej adiannya 36- 50% biasanya t erj adi pada kelom pok hom oseksual, dan j arang t erj adi pada het eroseksual sert a j arang m enj adi sebab k em at ian prim er.

b. Lim fom a ga n a s ; t erj adi set elah sarkom a kaposi dan m enyerang syaraf, dan bert ahan kurang lebih 1 t ahun.

2 . M a n ife st a si Opor t u n ist ik dia n t a r a ny a 2 .1 . M a n ife st a si pa da Pa r u - pa r u

2.1.1. Pneum onia Pneum ocyst is ( PCP)

Pada um um nya 85% infeksi oport unist ik pada AI DS m erupakan infeksi paru- paru PCP dengan gej ala sesak nafas, bat uk kering, sakit bernafas dalam dan dem am .

2.1.2. Cyt om egalo Virus ( CMV)

Pada m anusia virus ini 50% hidup sebagai kom ensial pada paru- paru t et api dapat m enyebabkan pneum ocyst is. CMV m erupakan penyebab kem at ian pada 30% penderit a AI DS.

2.1.3. Mycobact erium Avilum

Menim bulkan pneum oni difus, t im bul pada st adium akhir dan sulit disem buhkan.

2.1.4. Mycobact erium Tuberculosis

Biasanya t im bul lebih dini, penyakit cepat m enj adi m iliar dan cepat m enyebar ke organ lain diluar paru.

2 .2 . M a n ife st a si pa da Ga st r oit e st ina l

Tidak ada nafsu m akan, diare khronis, berat badan t urun lebih 10% per bulan.

3 . M a n ife st a si N e ur ologis

Sekit ar 10% kasus AI DS nenunj ukkan m anifest asi Neurologis, yang biasanya t im bul pada fase akhir penyakit . Kelainan syaraf yang um um adalah ensefalit is, m eningit is, dem ensia, m ielopat i dan neuropari perifer.

V I I I . PEM ERI KSAAN LABORATORI UM D AN D I AGN OSI SI AI D S

Hum an I m m unodefeciency Virus dapat di isolasi dari cairan- cairan yang berperan dalam penularan AI DS sepert i darah, sem en dan cairan serviks at au vagina.

Diagnosa adanya infeksi dengan HI V dit egakkan di laborat oruim dengan dit em ukannya ant ibodi yang khusus t erhadap virus t ersebut . Pem eriksaan unt uk m enem ukan adanya ant ibodi t ersebut m enggunakan m et ode Elisa ( Enzym e Linked I m unosorbent Assay) . Bila hasil t est Elisa posit if m aka dilakukan pengulangan dan


(6)

bila t et ap posit if set elah pengulangan m aka harus dikonfirm asikan dengan t est yang lebih spesifik yait u m et ode West ern Blot .

Dasar dalam m enegakkan diagnosa AI DS adalah :

1. Adanya HI V sebagai et iologi ( m elalui pem eriksaan laborat orium ) . 2. Adanya t anda- t anda I m m unodeficiency.

3. Adanya gej ala infeksi oport unist ik.

Dalam prakt eknya yang dipakai sebagai pet unj uk adalah infeksi oport unist ik at au sarkom a kaposi pada usia m uda kem udian dilakukan uj i serologis unt uk m endet eksi zat ant i HI V ( Elisa, West ern Blot ) .

I X . SI TUASI AI D S D I I N D ON ESI A

Pandem i global AI DS t elah sam pai di I ndonesia. Kasus AI DS pert am a di I ndonesia pada t ahun 1987 seorang wisat awan Belanda yang m eninggal di Bali pada 1988. Enam t ahun kem udian virus HI V t elah t erdet eksi di sem bilan propinsi di I ndonesia.

Menurut dat a Dit j en PPM dan PLP Depart em en Kesehat an hingga bulan Mei 1998 t elah t ercat at 685 kasus HI V/ AI DS, diant aranya 184 penderit a AI DS dan 501 penderit a HI V yang dilaporkan oleh 23 propinsi di I ndonesia. Hal ini berart i t er j adi peningkat an sebanyak 100 kali sej ak t ahun 1987 yang pada wakt u it u baru t ercat at 6 kasus ( lihat t abel 1)

Ta be l. 1

Ju m la h Ka su s H I V / AI D S M e nu r u t Ta h un

Ta hu n AI D S H I V Ju m la h

1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 Jan. 1998 Feb. 1998 Mar. 1998 Apr. 1998 Mei. 1998 4 5 4 4 6 18 96 71 69 105 84 2 0 7 6 20 2 2 3 5 12 10 17 16 20 32 34 0 1 2 23 5 6 7 7 9 18 28 113 87 89 137 118 2 1 9 29 25

Tot a l 5 0 1 1 8 4 6 8 5

X . UPAYA PEN CEGAH AN AI D S

Mengingat sam pai saat ini obat unt uk m engobat i dan vaksin unt uk m encegah AI DS belum dit em ukan, m aka alt ernat if unt uk m enanggulangi m asalah AI DS yang t erus m eningkat ini adalah dengan upaya pencegahan oleh sem ua pihak unt uk t idak t erlibat dalam lingkaran t ransm isi yang m em ungkinkan dapat t erserang HI V.

Pada dasarnya upaya pencegahan AI DS dapat dilakukan oleh sem ua pihak asal m enget ahui cara- cara penyebaran AI DS.


(7)

Ada 2 cara pencegahan AI DS yait u j angka pendek dan j angka panj ang : 1 . Upa y a Pe n ce ga ha n AI D S Ja ngk a Pe n de k

Upaya pencegahan AI DS j angka pendek adalah dengan KI E, m em berikan inform asi k epada kelom pok resik o t inggi bagaim ana pola penyebaran virus AI DS ( HI V) , sehingga dapat diket ahui langkah- langkah pencegahannya.

Ada 3 pola penyebaran virus HI V : 1. Melalui hubungan seksual

2. Melaui darah

3. Melaui ibu yang t erinfeksi HI V kepada bayinya Ad.1. Pencegahan I nfeksi HI V Melaui Hubungan Seksual

HI V t erdapat pada sem ua cairan t ubuh penderit a t et api yang t erbukt i berperan dalam penular an AI DS adalah m ani, cairan vagina dan darah.

HI V dapat m enyebar m elalui hubungan seksual pria ke w anit a, dari w anit a k e pria dan dari pria ke pria.

Set elah m enget ahui cara penyebaran HI V m elaui hubungan seksual m aka upaya pencegahan adalah dengan cara :

• Tidak m elakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efekt if, nam un t idak m ungkin dilaksanakan sebab seks m erupakan kebut uhan biologis.

• Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang m it ra seksual yang set ia dan t idak t erinfeksi HI V ( hom ogam i)

• Mengurangi j um lah m it ra seksual sesedikit m ungkin

• Hindari hubungan seksual dengan kelom pok rediko t inggi t ert ular AI DS.

• Tidak m elakukan hubungan anogenit al.

• Gunakan kondom m ulai dari aw al sam pai akhir hubungan seksual dengan kelom pok resiko t inggi t ert ular AI DS dan pengidap HI V.

Ad.2. Pencegahan I nfeksi HI V Melalui Darah

Darah m erupakan m edia yang cocok unt uk hidup virus AI DS. Penularan AI DS m elalui darah t erj adi dengan :

− Transfusi darah yang m engandung HI V.

− Jarum sunt ik at au alat t usuk lainnya ( akupunt ur, t at o, t indik) bekas pakai orang yang m engidap HI V t anpa dist erilkan dengan baik.

− Pisau cukur, gunt ing kuku at au sikat gigi bekas pakai orang yang m engidap virus HI V.

Langkah- langkah unt uk m encegah t erj adinya penularan m elalui darah adalah:

− Darah yang digunakan unt uk t ransfusi diusahakan bebas HI V dengan j alan m em eriksa darah donor. Hal ini m asih belum dapat dilaksanakan sebab m em er lukan biaya yang t ingi sert a peralat an canggih karena prevalensi HI V di I ndonesia m asih rendah, m aka pem eriksaan donor darah hanya dengan uj i pet ik.

− Menghim bau kelom pok resiko t inggi t ert ular AI DS unt uk t idak m enj adi donor darah. Apabila t erpaksa karena m enolak, m enj adi donor m enyalahi kode et ik, m aka darah yang dicurigai harus di buang.

− Jarum sunt ik dan alat t usuk yang lain harus dist erilisasikan secara baku set iap kali habis dipakai.

− Sem ua alat yang t ercem ar dengan cairan t ubuh penderit a AI DS harus dist erillisasikan secara baku.


(8)

− Kelom pok penyalahgunaan narkot ik harus m enghent ikan kebiasaan penyunt ikan obat ke dalam badannya sert a m enghent ikan kebiasaan m engunakan j arum sunt ik bersam a.

− Gunakan j arum sunt ik sekali pakai ( disposable)

− Mem bakar sem ua alat bekas pakai pengidap HI V. Ad.3. Pencegahan I nfeksi HI V Melalui I bu

I bu ham il yang m engidap HI V dapat m em indahkan virus t ersebut kepada j aninnya. Penularan dapat t erj adi pada w akt u bayi di dalam kandungan, pada wakt u persalinan dan sesudah bayi di lahirkan.

Upaya unt uk m encegah agar t idak t erj adi penularan hanya dengan him bauan agar ibu yang t erinfeksi HI V t idak ham il.

2 . Upa y a Pe n ce ga ha n AI D S Ja ngk a Pa n j a n g

Penyebaran AI DS di I ndonesia ( Asia Pasifik ) sebagian besar adalah karena hubungan seksual, t erut am a dengan orang asing. Kasus AI DS yang m enim pa orang I ndonesia adalah m ereka yang pernah ke luar negeri dan m engadakan hubungan seksual dengan orang asing.

Hasil penelit ian m enunj ukkan bahw a resiko penularan dari suam i pengidap HI V ke ist rinya adalah 22% dan ist ri pengidap HI V ke suam inya adalah 8% . Nam un ada penelit ian lain yang berpendapat bahwa resiko penularan suam i ke ist ri at au ist ri ke suam i dianggap sam a. Kem ungkinan penularan t idak t erganggu pada frekuensi hubungan seksual yang dilakukan suam i ist ri. Mengingat m asalah seksual m asih m erupakan barang t abu di I ndonesia, karena norm a- norm a budaya dan agam a yang m asih kuat , sebet ulnya m asyarakat kit a t idak perlu risau t erhadap penyebaran virus AI DS. Nam un dem ikian kit a t idak boleh lengah sebab negara kit a m erupakan negara t erbuka dan t ahun 1991 adalah t ahun m elewat i I ndonesia.

Upaya j angka panj ang yang harus kit a lakukan unt uk m encegah m eraj alelanya AI DS adalah m erubah sikap dan perilaku m asyarakat dengan kegiat an yang m eningkat kan norm a- norm a agam a m aupun sosial sehingga m asyarakat dapat berperilaku seksual yang bert anggung j awab.

Yang dim aksud dengan perilaku seksual yang bert anggung j awab adalah : a. Tidak m elakukan hubungan seksual sam a sekali.

b. Hanya m elakukan hubungan seksual dengan m it ra seksual yang set ia dan t idak t erinfeksi HI V ( m onogam y) .

c. Menghindari hubungan seksual dengan w anit a- w anit a t una susila.

d. Menghindari hubungan seksual dengan orang yang m em punyai lebih dari sat u m it ra seksual.

e. Mengurangi j um lah m it ra seksual sesedikit m ungkin. f. Mengurangi j um lah m it ra seksual sesedikit m ungkin

g. Hindari hubungan seksual dengan kelom pok resiko t inggi t ert ular AI DS. h. Tidak m elakukan hubungan anogenit al.

i. Gunakan kondom m ulai dari awal sam pai akhir hubungan seksual.

Kegiat an t ersebut dapat berupa dialog ant ara t okoh- t okoh agam a, penyebarluasan inform asi t ent ang AI DS dengan bahasa agam a, m elalui penat aran P4 dan lain- lain yang bert uj uan unt uk m em pert ebal im an sert a norm a- norm a agam a m enuj u perilaku seksual yang bert anggung j awab.

Dengan perilaku seksual yang bert anggung j awab diharapkan m am pu m encegah penyebaran penyakit AI DS di I ndonesia.


(9)

KESI M PULAN

AI DS m erupakan m asalah kesehat an int ernasional yang perlu segera dit anggulangi. AI DS berkem bang secara pandem i ham pir di set iap negara di Dunia, t erm asuk I ndonesia.

Epidem i yang t erj adi m eliput i penyakit ( AI DS) , virus ( HI V) dan epidem i reaksi / dam pak negat if diberbagai bidang sepert i kesehat an, sosial, ekonom i, polit ik, kebudayaan, dan dem ografi.

Sam pai saat ini obat dan vaksin unt uk m enaggulangi AI DS belum dit em ukan. Unt uk it u alt ernat if lain yang lebih m endekat i dalam upaya pencegahan. Upaya pencegahan dapat dilak ukan oleh sem ua pihak asal m enget ahui cara- cara penularan AI DS.

Penularan AI DS t erj adi m elalui hubungan seksual, parent al dan t ransplasent al, sehingga upaya pencegahan perlu diarahkan unt uk m erubah perilaku seksual m asyarakat ( t erut am a yang m em ilikiki resiko t inggi) , m enghindari infeksi m elalui donor darah, dan upaya pencegahan infeksi per inat al sebelum ibu ham il. Perubahan perilaku dilakukan dengan penyuluhan kesehat an.

D AFTAR PUSTAKA

Berit a AI DS I I I No. 3/ 1994. Berit a AI DS I I I No. 4/ 1994.

Depart em en Kesehat an RI ” Pet unj uk Pengem bangan Program Nasional Pem berant asan dan Pencegahan AI DS, Jakart a 1992.

Syarifuddin Dj alil “ Pelayanan Laborat orium Kesehat an Unt uk Pem eriksaan Serologis AI DS” AI DS; Pet unj uk Unt uk Pet ugas Kesehat an, Depart em en Kesehat an RI , Jakart a 1989.

Maj alah Suport No 9 / I / Sept em ber 1995. Maj alah Suport No 23 / I I / Desem ber 1996. Maj alah Suport No 25 / I I I / Juni 1997. Maj alah Suport No 32 / I V / Juni 1998.

Maj alah Kesehat an Masyarakat I ndonesia No 6 / XX / 1992.

Soem arsono “ Pat ogenesis, Gej ala klinis dan Pengobat an I nfeksi HI V” AI DS; Pet unj uk Unt uk Pet ugas Kesehat an Depart em en Kesehat an RI Jakart a 1989.

Wibisono Bing “ Epidem ologi AI DS” AI DS; Pet unj uk Unt uk Pet ugas Kesehat an RI Jakart a 1989.


(1)

2 . Tr a n sm isi N on Se k su a l 2 .1 Tr a n sm isi Pa r e nr a l

2 .1 .1 . Yait u akibat penggunaan j arum sunt ik dan alat t usuk lainnya ( alat t indik) yang t elah t erkont am inasi, m isalnya pada penyalah gunaan narkot ik sunt ik yang m enggunakan j arum sunt ik yang t ercem ar secara bersam a- sam a. Disam ping dapat j uga t erj adi m elaui j arum sunt ik yang dipakai oleh pet ugas kesehat an t anpa dist erilkan t erlebih dahulu. Resiko t ert ular cara t ransm isi parent al ini kurang dari 1% .

2 .1 .2 . Darah/ Produk Darah

Transm isi m elalui t ransfusi at au produk darah t erj adi di negara- negara barat sebelum t ahun 1985. Sesudah t ahun 1985 t ransm isi m elalui j alur ini di negara barat sangat j arang, karena darah donor t elah diperiksa sebelum dit ransfusikan. Resiko t ert ular infeksi/ HI V lewat t rasfusi darah adalah lebih dari 90% .

2 .2 . Tr a n sm isi Tr a n spla se n t a l

Penularan dari ibu yang m engandung HI V posit if ke anak m em punyai resiko sebesar 50% . Penularan dapat t erj adi sew akt u ham il, m elahirkan dan sew akt u m enyusui. Penularan m elalui air susu ibu t erm asuk penularan dengan resiko rendah.

V I . PATOGEN ESI S

Dasar ut am a pat ogenesis HI V adalah kurangnya j enis lim posit T helper/ induser yang m engandung m arker CD 4 ( sel T 4) . Lim fosit T 4 m erupakan pusat dan sel ut am a yang t erlibat secara langsung m aupun t idak langsung dalam m enginduksi fungsi- fungsi im unologik. Menurun at au hilangnya sist em im unit as seluler, t er j adi karena HI V secara selekt if m enginfeksi sel yang berperan m em bent uk zat ant ibodi pada sist em kekebalan t ersebut , yait u sel lym fosit T4. Set elah HI V m engikat dir i pada m olekul CD 4, virus m asuk kedalam t arget dan ia m elepas bungkusnya kem udian dengan enzym reverse t ranscrypt ae ia m erubah bent uk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel t arget . Selanj ut nya sel yang berkem bang biak akan m engundang bahan genet ik virus. I nfeksi HI V dengan dem ikian m enj adi irreversibel dan berlangsung seum ur hidup.

Pada awal infeksi, HI V t idak segera m enyebabkan kem at ian dari sel yang di infeksinya t et api t erlebih dahulu m engalam i replikasi ( penggandaan) , sehingga ada kesem pat an unt uk berkem bang dalam t ubuh penderit a t ersebut , yang lam bat laun akan m enghabiskan at au m erusak sam pai j um lah t ert ent u dari sel lym fosit T4. set elah beberapa bulan sam pai beberapa t ahun kem udian, barulah pada penderit a akan t erlihat gej ala klinis sebagai dam pak dari infeksi HI V t ersebut . Masa ant ara t erinfeksinya HI V dengan t im bulnya gej ala- gej ala penyakit (m asa inkubasi) adalah 6 bulan sam pai lebih dari 10 t ahun, rat a- rat a 21 bulan pada anak- anak dan 60 bulan pada orang dewasa.

I nfeksi oleh virus HI V m enyebabkan fungsi kekebalan t ubuh rusak yang m engakibat kan daya t ahan t ubuh berkurang at au hilang, akibat nya m udah t erkena penyakit - penyakit lain sepert i penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakt eri, prot ozoa, dan j am ur dan j uga m udah t erkena penyakit kanker sepert i sarkom a kaposi. HI V m ungkin j uga secara langsung m enginfeksi sel- sel syaraf, m enyebabkan kerusakan neurologis.

V I I . M AN I FESTASI KLI N I S AI D S

Tanda- t anda gej ala- gej ala ( sym pt om ) secara k linis pada seseorang penderit a AI DS adalah diident ifik asi sulit karena sym pt om asi yang dit uj ukan pada um um nya adalah berm ula dari gej ala- gej ala um um yang lazim didapat i pada berbagai


(2)

penderit a penyakit lain, nam un secara um um dapat kiranya dikem ukakan sebagai berikut :

• Rasa lelah dan lesu

• Berat badan m enurun secara drast is

• Dem am yang sering dan berkeringat diwakt u m alam

• Mencret dan kurang nafsu m akan

• Bercak- bercak put ih di lidah dan di dalam m ulut

• Pem bengkakan leher dan lipat an paha

• Radang paru- paru

• Kanker kulit

Manifest asi klinik ut am a dari penderit a AI DS pada um um nya ada 2 hal ant ara lain t um or dan infeksi oport unist ik :

1 . M a n ife st a di t u m or dia nt a r a ny a ;

a . Sa r k om a k a posi ; kanker pada sem ua bagian kulit dan organ t ubuh. Frekuensi kej adiannya 36- 50% biasanya t erj adi pada kelom pok hom oseksual, dan j arang t erj adi pada het eroseksual sert a j arang m enj adi sebab k em at ian prim er.

b. Lim fom a ga n a s ; t erj adi set elah sarkom a kaposi dan m enyerang syaraf, dan bert ahan kurang lebih 1 t ahun.

2 . M a n ife st a si Opor t u n ist ik dia n t a r a ny a 2 .1 . M a n ife st a si pa da Pa r u - pa r u

2.1.1. Pneum onia Pneum ocyst is ( PCP)

Pada um um nya 85% infeksi oport unist ik pada AI DS m erupakan infeksi paru- paru PCP dengan gej ala sesak nafas, bat uk kering, sakit bernafas dalam dan dem am .

2.1.2. Cyt om egalo Virus ( CMV)

Pada m anusia virus ini 50% hidup sebagai kom ensial pada paru- paru t et api dapat m enyebabkan pneum ocyst is. CMV m erupakan penyebab kem at ian pada 30% penderit a AI DS.

2.1.3. Mycobact erium Avilum

Menim bulkan pneum oni difus, t im bul pada st adium akhir dan sulit disem buhkan.

2.1.4. Mycobact erium Tuberculosis

Biasanya t im bul lebih dini, penyakit cepat m enj adi m iliar dan cepat m enyebar ke organ lain diluar paru.

2 .2 . M a n ife st a si pa da Ga st r oit e st ina l

Tidak ada nafsu m akan, diare khronis, berat badan t urun lebih 10% per bulan.

3 . M a n ife st a si N e ur ologis

Sekit ar 10% kasus AI DS nenunj ukkan m anifest asi Neurologis, yang biasanya t im bul pada fase akhir penyakit . Kelainan syaraf yang um um adalah ensefalit is, m eningit is, dem ensia, m ielopat i dan neuropari perifer.

V I I I . PEM ERI KSAAN LABORATORI UM D AN D I AGN OSI SI AI D S

Hum an I m m unodefeciency Virus dapat di isolasi dari cairan- cairan yang berperan dalam penularan AI DS sepert i darah, sem en dan cairan serviks at au vagina.

Diagnosa adanya infeksi dengan HI V dit egakkan di laborat oruim dengan dit em ukannya ant ibodi yang khusus t erhadap virus t ersebut . Pem eriksaan unt uk m enem ukan adanya ant ibodi t ersebut m enggunakan m et ode Elisa ( Enzym e Linked I m unosorbent Assay) . Bila hasil t est Elisa posit if m aka dilakukan pengulangan dan


(3)

bila t et ap posit if set elah pengulangan m aka harus dikonfirm asikan dengan t est yang lebih spesifik yait u m et ode West ern Blot .

Dasar dalam m enegakkan diagnosa AI DS adalah :

1. Adanya HI V sebagai et iologi ( m elalui pem eriksaan laborat orium ) . 2. Adanya t anda- t anda I m m unodeficiency.

3. Adanya gej ala infeksi oport unist ik.

Dalam prakt eknya yang dipakai sebagai pet unj uk adalah infeksi oport unist ik at au sarkom a kaposi pada usia m uda kem udian dilakukan uj i serologis unt uk m endet eksi zat ant i HI V ( Elisa, West ern Blot ) .

I X . SI TUASI AI D S D I I N D ON ESI A

Pandem i global AI DS t elah sam pai di I ndonesia. Kasus AI DS pert am a di I ndonesia pada t ahun 1987 seorang wisat awan Belanda yang m eninggal di Bali pada 1988. Enam t ahun kem udian virus HI V t elah t erdet eksi di sem bilan propinsi di I ndonesia.

Menurut dat a Dit j en PPM dan PLP Depart em en Kesehat an hingga bulan Mei 1998 t elah t ercat at 685 kasus HI V/ AI DS, diant aranya 184 penderit a AI DS dan 501 penderit a HI V yang dilaporkan oleh 23 propinsi di I ndonesia. Hal ini berart i t er j adi peningkat an sebanyak 100 kali sej ak t ahun 1987 yang pada wakt u it u baru t ercat at 6 kasus ( lihat t abel 1)

Ta be l. 1

Ju m la h Ka su s H I V / AI D S M e nu r u t Ta h un

Ta hu n AI D S H I V Ju m la h

1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 Jan. 1998 Feb. 1998 Mar. 1998 Apr. 1998 Mei. 1998 4 5 4 4 6 18 96 71 69 105 84 2 0 7 6 20 2 2 3 5 12 10 17 16 20 32 34 0 1 2 23 5 6 7 7 9 18 28 113 87 89 137 118 2 1 9 29 25

Tot a l 5 0 1 1 8 4 6 8 5

X . UPAYA PEN CEGAH AN AI D S

Mengingat sam pai saat ini obat unt uk m engobat i dan vaksin unt uk m encegah AI DS belum dit em ukan, m aka alt ernat if unt uk m enanggulangi m asalah AI DS yang t erus m eningkat ini adalah dengan upaya pencegahan oleh sem ua pihak unt uk t idak t erlibat dalam lingkaran t ransm isi yang m em ungkinkan dapat t erserang HI V.

Pada dasarnya upaya pencegahan AI DS dapat dilakukan oleh sem ua pihak asal m enget ahui cara- cara penyebaran AI DS.


(4)

Ada 2 cara pencegahan AI DS yait u j angka pendek dan j angka panj ang : 1 . Upa y a Pe n ce ga ha n AI D S Ja ngk a Pe n de k

Upaya pencegahan AI DS j angka pendek adalah dengan KI E, m em berikan inform asi k epada kelom pok resik o t inggi bagaim ana pola penyebaran virus AI DS ( HI V) , sehingga dapat diket ahui langkah- langkah pencegahannya.

Ada 3 pola penyebaran virus HI V : 1. Melalui hubungan seksual

2. Melaui darah

3. Melaui ibu yang t erinfeksi HI V kepada bayinya Ad.1. Pencegahan I nfeksi HI V Melaui Hubungan Seksual

HI V t erdapat pada sem ua cairan t ubuh penderit a t et api yang t erbukt i berperan dalam penular an AI DS adalah m ani, cairan vagina dan darah.

HI V dapat m enyebar m elalui hubungan seksual pria ke w anit a, dari w anit a k e pria dan dari pria ke pria.

Set elah m enget ahui cara penyebaran HI V m elaui hubungan seksual m aka upaya pencegahan adalah dengan cara :

• Tidak m elakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efekt if, nam un t idak m ungkin dilaksanakan sebab seks m erupakan kebut uhan biologis.

• Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang m it ra seksual yang set ia dan t idak t erinfeksi HI V ( hom ogam i)

• Mengurangi j um lah m it ra seksual sesedikit m ungkin

• Hindari hubungan seksual dengan kelom pok rediko t inggi t ert ular AI DS.

• Tidak m elakukan hubungan anogenit al.

• Gunakan kondom m ulai dari aw al sam pai akhir hubungan seksual dengan kelom pok resiko t inggi t ert ular AI DS dan pengidap HI V.

Ad.2. Pencegahan I nfeksi HI V Melalui Darah

Darah m erupakan m edia yang cocok unt uk hidup virus AI DS. Penularan AI DS m elalui darah t erj adi dengan :

− Transfusi darah yang m engandung HI V.

− Jarum sunt ik at au alat t usuk lainnya ( akupunt ur, t at o, t indik) bekas pakai orang yang m engidap HI V t anpa dist erilkan dengan baik.

− Pisau cukur, gunt ing kuku at au sikat gigi bekas pakai orang yang m engidap virus HI V.

Langkah- langkah unt uk m encegah t erj adinya penularan m elalui darah adalah:

− Darah yang digunakan unt uk t ransfusi diusahakan bebas HI V dengan j alan m em eriksa darah donor. Hal ini m asih belum dapat dilaksanakan sebab m em er lukan biaya yang t ingi sert a peralat an canggih karena prevalensi HI V di I ndonesia m asih rendah, m aka pem eriksaan donor darah hanya dengan uj i pet ik.

− Menghim bau kelom pok resiko t inggi t ert ular AI DS unt uk t idak m enj adi donor darah. Apabila t erpaksa karena m enolak, m enj adi donor m enyalahi kode et ik, m aka darah yang dicurigai harus di buang.

− Jarum sunt ik dan alat t usuk yang lain harus dist erilisasikan secara baku set iap kali habis dipakai.

− Sem ua alat yang t ercem ar dengan cairan t ubuh penderit a AI DS harus dist erillisasikan secara baku.


(5)

− Kelom pok penyalahgunaan narkot ik harus m enghent ikan kebiasaan penyunt ikan obat ke dalam badannya sert a m enghent ikan kebiasaan m engunakan j arum sunt ik bersam a.

− Gunakan j arum sunt ik sekali pakai ( disposable)

− Mem bakar sem ua alat bekas pakai pengidap HI V. Ad.3. Pencegahan I nfeksi HI V Melalui I bu

I bu ham il yang m engidap HI V dapat m em indahkan virus t ersebut kepada j aninnya. Penularan dapat t erj adi pada w akt u bayi di dalam kandungan, pada wakt u persalinan dan sesudah bayi di lahirkan.

Upaya unt uk m encegah agar t idak t erj adi penularan hanya dengan him bauan agar ibu yang t erinfeksi HI V t idak ham il.

2 . Upa y a Pe n ce ga ha n AI D S Ja ngk a Pa n j a n g

Penyebaran AI DS di I ndonesia ( Asia Pasifik ) sebagian besar adalah karena hubungan seksual, t erut am a dengan orang asing. Kasus AI DS yang m enim pa orang I ndonesia adalah m ereka yang pernah ke luar negeri dan m engadakan hubungan seksual dengan orang asing.

Hasil penelit ian m enunj ukkan bahw a resiko penularan dari suam i pengidap HI V ke ist rinya adalah 22% dan ist ri pengidap HI V ke suam inya adalah 8% . Nam un ada penelit ian lain yang berpendapat bahwa resiko penularan suam i ke ist ri at au ist ri ke suam i dianggap sam a. Kem ungkinan penularan t idak t erganggu pada frekuensi hubungan seksual yang dilakukan suam i ist ri. Mengingat m asalah seksual m asih m erupakan barang t abu di I ndonesia, karena norm a- norm a budaya dan agam a yang m asih kuat , sebet ulnya m asyarakat kit a t idak perlu risau t erhadap penyebaran virus AI DS. Nam un dem ikian kit a t idak boleh lengah sebab negara kit a m erupakan negara t erbuka dan t ahun 1991 adalah t ahun m elewat i I ndonesia.

Upaya j angka panj ang yang harus kit a lakukan unt uk m encegah m eraj alelanya AI DS adalah m erubah sikap dan perilaku m asyarakat dengan kegiat an yang m eningkat kan norm a- norm a agam a m aupun sosial sehingga m asyarakat dapat berperilaku seksual yang bert anggung j awab.

Yang dim aksud dengan perilaku seksual yang bert anggung j awab adalah : a. Tidak m elakukan hubungan seksual sam a sekali.

b. Hanya m elakukan hubungan seksual dengan m it ra seksual yang set ia dan t idak t erinfeksi HI V ( m onogam y) .

c. Menghindari hubungan seksual dengan w anit a- w anit a t una susila.

d. Menghindari hubungan seksual dengan orang yang m em punyai lebih dari sat u m it ra seksual.

e. Mengurangi j um lah m it ra seksual sesedikit m ungkin. f. Mengurangi j um lah m it ra seksual sesedikit m ungkin

g. Hindari hubungan seksual dengan kelom pok resiko t inggi t ert ular AI DS. h. Tidak m elakukan hubungan anogenit al.

i. Gunakan kondom m ulai dari awal sam pai akhir hubungan seksual.

Kegiat an t ersebut dapat berupa dialog ant ara t okoh- t okoh agam a, penyebarluasan inform asi t ent ang AI DS dengan bahasa agam a, m elalui penat aran P4 dan lain- lain yang bert uj uan unt uk m em pert ebal im an sert a norm a- norm a agam a m enuj u perilaku seksual yang bert anggung j awab.

Dengan perilaku seksual yang bert anggung j awab diharapkan m am pu m encegah penyebaran penyakit AI DS di I ndonesia.


(6)

KESI M PULAN

AI DS m erupakan m asalah kesehat an int ernasional yang perlu segera dit anggulangi. AI DS berkem bang secara pandem i ham pir di set iap negara di Dunia, t erm asuk I ndonesia.

Epidem i yang t erj adi m eliput i penyakit ( AI DS) , virus ( HI V) dan epidem i reaksi / dam pak negat if diberbagai bidang sepert i kesehat an, sosial, ekonom i, polit ik, kebudayaan, dan dem ografi.

Sam pai saat ini obat dan vaksin unt uk m enaggulangi AI DS belum dit em ukan. Unt uk it u alt ernat if lain yang lebih m endekat i dalam upaya pencegahan. Upaya pencegahan dapat dilak ukan oleh sem ua pihak asal m enget ahui cara- cara penularan AI DS.

Penularan AI DS t erj adi m elalui hubungan seksual, parent al dan t ransplasent al, sehingga upaya pencegahan perlu diarahkan unt uk m erubah perilaku seksual m asyarakat ( t erut am a yang m em ilikiki resiko t inggi) , m enghindari infeksi m elalui donor darah, dan upaya pencegahan infeksi per inat al sebelum ibu ham il. Perubahan perilaku dilakukan dengan penyuluhan kesehat an.

D AFTAR PUSTAKA

Berit a AI DS I I I No. 3/ 1994. Berit a AI DS I I I No. 4/ 1994.

Depart em en Kesehat an RI ” Pet unj uk Pengem bangan Program Nasional Pem berant asan dan Pencegahan AI DS, Jakart a 1992.

Syarifuddin Dj alil “ Pelayanan Laborat orium Kesehat an Unt uk Pem eriksaan Serologis AI DS” AI DS; Pet unj uk Unt uk Pet ugas Kesehat an, Depart em en Kesehat an RI , Jakart a 1989.

Maj alah Suport No 9 / I / Sept em ber 1995. Maj alah Suport No 23 / I I / Desem ber 1996. Maj alah Suport No 25 / I I I / Juni 1997. Maj alah Suport No 32 / I V / Juni 1998.

Maj alah Kesehat an Masyarakat I ndonesia No 6 / XX / 1992.

Soem arsono “ Pat ogenesis, Gej ala klinis dan Pengobat an I nfeksi HI V” AI DS; Pet unj uk Unt uk Pet ugas Kesehat an Depart em en Kesehat an RI Jakart a 1989.

Wibisono Bing “ Epidem ologi AI DS” AI DS; Pet unj uk Unt uk Pet ugas Kesehat an RI Jakart a 1989.