Model Analisis Ekonomi Dan Optimasi Pengusahaan Sumberdaya Perikanan

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005

MODEL ANALISIS EKONOMI DAN OPTIMASI PENGUSAHAAN
SUMBERDAYA PERIKANAN
Dede Ruslan

Dosen Fakultas Pengetajuan Ilmu Sosial
Universitas Medan
Abstrak: Peranan perikanan laut dalam kerangka pembangunan ekonomi makin hari makin penting. Di
samping untuk pemenuhan konsumsi masyarakat juga peningkatan ekspor. Pembangunan dewasa ini perlu
mengindahkan pertimbangan lingkungan atau "Sustainable Eco-development". Oleh karena itu pengusahaan
perikanan laut sudah seyogyanya memperhatikan aspek ekonomi dan lingkungan, sehingga diperoleh hasil
maksimum lestari baik secara biologi maupun secara ekonomi.
Kata kunci: Hasil maksimum lestari (MSY), hasil maksimum secara ekonomi (MEY)
Pendahuluan
Pembangunan yang pada dasarnya bertumpu
kepada pembangunan ekonomi sangat ditentukan
oleh perkembangan paradigma ekonomi. Dalam
sejarah perkembangan paradigma ekonomi terlihat
bahwa pakar ekonomoi mengabaikan dimensi fisik
dan memusatkan perhatiannya pada dimensi nilai

(value). Pada kenyataannya kesejahteraan diukur
oleh satuan nilai yang tidak dapat lepas dari dimensi
fisik. Dari kacamate ekonomi, penyalahgunaan
sumber daya milik bersama (air, udara, tanah, dan
lain-lain) yang dikenal dengan common property
resources (sumber daya milik bersama) timbul
karena tidak adanya mekanisme keseimbangan yang
dapat membatasi eksploitasinya. Sumberdayasumberdaya milik bersama dianggap bebas dan
kelangkaannya tidak tercermin dalam setiap
pemanfaatannya.
Ikan merupakan salah satu sumber daya
yang dihasilkan dari laut pengelolaannya harus
diarahkan
untuk
melestarikan
sekaligus
mendatangkan manfaat ekonomi optimum hingga
masa mendatang. Sifat pemilikan bersama atas
sumberdya perikanan serta adanya kebebasan bagi
nelayan untuk ikut serta melakukan pengusahaan

sumberdaya perikanan dan mengembangkan armada
penangkapannya hingga keseimbangan bio-ekonomi
telah menyebabkan terbuangnya rent ekonomi secara
sia-sia. Dalam upaya meningkatkan pendapatannya,
pengusaha, dan nelayan selalu ingin meningkatkan
hasil tangkapan ikan tanpa menghiraukan batas
maksimum jumlah penangkapan baik dilihat dari segi
ekonomi maupun kelestarian sumber-daya alamnya.
Untuk
memperbaiki
kondisi
perekonomian
perikanan melalui efisiensi alokasi sumberdaya,
diperlukan campur tangan pememrintah dalam
pengendalian intensitas pengusahaan sumberdaya
perikanan. Oleh
Berdasarkan hal tersebut di atas, akan
dibahas secara teoritis hubungan antara intensitas
pengusahaan sumberdaya perikanan dan besarnya
keuntungan ekonomi yang dapat dinikmati oleh

48

masyarakat. Disisi lain perlu diketahui bagaimana
menentukan tingkat optimal(optimasi) pengusahaan
penangkapan ikan dilakukan, sehingga ada batas
maksimum jumlah penangkapan ikan baik dilihat
dari segi ekonomi maupun kelestarian sumber daya
alam.
MODEL ANALISIS
Model analisis yang akan dikembangkan
dalam tulisan ini, yaitu menggunakan pendekatan
bioekonomi. Pendekatan ini memadukan kekuatan
ekonomi yang mempengaruhi industri penangkapan
ikan serta faktor biologi yang menentukan produksi
dan suplai ikan (Clark, 1985). Model dasar yang
digunakan dalam analisis adalah model biologi dari
Schaefer (1957) dan model ekonomi dari Gordon
(1954). Pendekatan dalam pembahasan model
tersebut diawali dengan masalah sumberdaya
perikanan, per-tumbuhan alami, dan penang-kapan

ikan yang optimal.
Sumberdaya Ikan
Dalam pengusahaan penangkapan ikan
sudah saatnya menerapkan konsep tentang hubungan
timbal balik ekologis. Suatu sistem etika lingkungan
yang dapat mengoperasikan pengertian-pengertian
dan konsep ekosistem perlu ditumbuhkan yang dapat
menjadi dasar bagi pembangunan berkelanjutan,
yaitu pembangunan yang dapat mencukupi
kebutuhan hidup rakyat Indonesia sekarang dan
tidak merugikan kehidupan generasi yang akan
datang. Hal ini berkenaan dengan penentuan pilihan
yang berkaitan dengan pengalokasian sumberdaya
alam yang langka di antaranya berbagai alternatif
tujuan penggunaan secara optimal.
Menurut Randal (1987) sumberdaya adalah
sesuatu yang berguna dan bernilai pada kondisi kita
menemu-kannya.
Secara
umum

menurut
sumberdaya alam dikelompokkan menjadi tiga
bagian yaitu (1) sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui dengan contohnya adalah barang-barang
tambang (minyak bumi dan batu bara), (2)

Model Analisis dan Optimalisasi Pengusahaan Sumberdaya Perikanan
Dede Ruslan

dieksploitasi akan berkembang hingga batas
maksimum (K), dengan laju pertumbuhan tergantung
pada ukuran kelimpahan stock (S). Pertumbuhan ikan
(individual growth) ditentukan oleh banyak hal
seperti salinitas, temperatur, ketersediaan makanan,
mineral, tingkat fotosintesis, dan lain-lain. Dengan
anggapan hal-hal tersebut relatif konstan sehingga
perkembangan stok ikan secara alami ditentukan
oleh 3 hal yaitu: 1) perkembangbiakan, 2)
pertumbuhan individu, dan 3) kematian secara alami.
Pada saat stok sedikit, pertumbuhan stok

cukup tinggi hingga pada suatu tingkat stok tertentu
pertumbuhan menjadi nol dan stok menjadi konstan
(pertumbuhan alami = kematian alami) (Anderson,
1977).
Schaefer (1957) menggambarkan pertumbuhan alami stock ikan yang tidak dieksploitasi
sebagai berikut:

sumberdaya alam mengalir dengan contohnya adalah
energi matahari dan gelombang laut, dan (3)
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dengan
contohnya adalah hutan dan ikan
Ikan termasuk kelompok ketiga sebagai
sumber-daya alam yang dapat diper-baharui. Sifat
kelompok ini apabila telah dipanen masih akan
tumbuh kembali dalam waktu dan dengan kecepatan
tertentu. Apabila tidak dieksploitasi, jumlahnya tidak
akan bertambah di atas batas maksimum. Sifatnya
dapat diperbaharui. Tetapi juga punya batas, apabila
eksploitasi melebihi batas maksimum, maka
perkembangan dan pertumbuhan akan terganggu dan

akan mengakibatkan kepunahan. Jadi dalam usaha
eksploitasi diperlukan manajemen yang bijaksana.
Pertumbuhan Alami
Secara biologis, stock ikan yang tidak

Gambar 1: Kurva Pertumbuhan Stok Ikan
Stok (S)
SMAX

C
S = S(t)

SMIN

0

Waktu (t)
(a)

49


Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005

Pertumbuhan
δs/δt

MSY

S*
O S0

SMAX Stok(S)
(b)

Gambar 1 (a) menunjukkan stok ikan (S) merupakan fungsi waktu (t) ditulis :
S = s (t) ........... (1)
dimana S menujukkan jumlah stok ikan dan t
menunjukkan waktu. Kurva ini menunjukkan fungsi
logistik, dimana secara alami stok ikan tersebut
meningkat mengikuti kurva S = s(t) hingga suatu

tingkat maksimum (Capasity = C), katakan titik C.
Pada titik maksimum (C), stok ikan tidak bertambah
lagi, tingkat pertumbuhan sama dengan tingkat
kematian, yang merupakan keseimbangan.
Gambar 1 (b) menggambarkan tingkat
pertumbuhan stok ikan, dimana pertumbuhan
tersebut merupakan fungsi stok ikan. Schaefer
(1957) menggambarkan pertumbuhan alami stock
ikan yang tidak dieksploitasi tersebut dengan
persamaan
δs/δt = f(S) = r.s.(1 - s/K) ..... (2)
Dimana δs/δt menunjukkan pertumbuhan stok dan r
adalah laju pertumbuhan intrinsik.
Pada saat stok masih sedikit pertumbuhan
meningkat terus hingga mencapai titik maksimum
(C). Setelah titik maksimum, pertumbuhan menurun.
Dan setelah stok mencapai jumlah maksimum,
pertumbuhan menjadi nol atau pada titik
keseimbangan.
Penangkapan Ikan

Dalam eksploitasi sumberdaya alam yang
dapat diperbaharui, tingkat pemanenan jangka
panjang adalah sebesar tingkat pertumbuhan
alaminya. Apabila penangkapan ikan lebih besar dari
pertumbuhan maka pertumbuhan tersebut tidak
dapat menutupi penangkapan, akibatnya stok
berkurang, ikan makin sulit ditangkap dan hasil
penangkapan selanjutnya menurun dan begitu
50

sebaliknya. Sehingga dengan tingkat usaha
penangkapan tertentu akan diperoleh sejumlah hasil
tangkapan tertentu yang relatif konstan dalam
jangka panjang yaitu sama dengan besarnya tingkat
pertumbuhan alami yang sesuai dan ini disebut
tangkapan lestari (Christy, 1986).
Bila dilaksanakan penangkapan ikan, maka
perubahan netto ukuran stock ikan adalah :
δs/δt = f(s) - H(t) ........................... 3)
dimana H(t) adalah volume panenan atau hasil

penangkapan.
Dalam analisis Schaefer (1954) bahwa hasil
tangkapan merupakan fungsi usaha. Jika hal tersebut
dipadukan dengan tangkapan lestasri tersebut di atas,
maka dapat digambarkan kurva hasil usaha lestari
(Sustainable Yield-Effort Curve) seperti pada
gambar 2.
Dari Gambar 2 terlihat bahwa pada tingkat
stok yang masih melimpah, sedikit saja usaha
penangkapan (effort) yang dapat memberikan hasil
tangkapan sesuai dengan tingkat pertumbuhan alami.
Pada tingkat usaha penangkan (effort=E) yang besar
(berlebihan) kepunahan tidak tertutupi oleh
pertumbuhan akibatnya ikan akan mengarah kepada
kepunahan dan hasil selanjutnya akan menjadi
sangat kurang.

Model Analisis dan Optimalisasi Pengusahaan Sumberdaya Perikanan
Dede Ruslan

Gambar 2 :
Kurva Hasil Usaha Lestari (Sustainable -Effort Curve) Penangkapan Ikan

Hasil (H)

E’S

E.S
H*

h1
h0

h2

h3

h4
E*

O

E0

E1

E2

E3

E4 Usaha(E)

(b)
Dengan demikian secara fungsional jumlah
hasil atau besar volume panenan akan bergantung
pada jumlah usaha penangkapan (effort), koefisien
daya tangkap(q), dan stok(s) (Gordon, 1986). Secara
matematis ditulis :
H = f ( q, E, S ) ............. (4)
dimana :
H = hasil
E = jumlah usaha penangkapan (effort)
S = stok
q = koefisien daya tangkap (teknologi)
Fungsi tersebut dapat diinterprestasikan
dalam per-samaan sebagai berikut :
H(t) = q.E.S ............................ (5)
sehingga besarnya jumlah usaha penangkapan
(Effort) adalah sebagai berikut :
E(t) = H / q.S ................................ (6)
Secara biologi hasil maksimum secara
lestari dicapai pada saat kurva parabola mencapai
titik paling tinggi yaitu pada saat usaha sebesar E*
atau hasil tangkapan sebesar H*. Keadaan ini disebut
hasil maksimum lestari (Maximum Sus-tainable
Yields) yang dalam kajian ini selanjutnya disingkat
"MSY". Dengan demikian hasil maksimum lestari
(MSY) ini tercapai pada kondisi keseimbangan f(s)
= H(t) dan ds/dt = 0, sehingga :
s = K - q.E.S/r ....................... (7)
Penggabungan antara persamaan (5) dan (7)
diperoleh persamaan fungsi produksi, yaitu :
h(t) = q.E [ K - q.E.K/r ]
= q.K.E - q2.K/r.E2 ................... 8)
Bila dilihat dari segi ekonomi, usaha
penangkapan yang optimal adalah pada saat
keuntungan maksimum (maximum profit). Hal ini

disebut sebagai hasil maksimum secara ekonomi
(Maximum Economic Yields) yang dalam kajian ini
selanjutnya disingkat "MEY".
Untuk menemukan MEY, lebih dulu
dikonversi hasil tang-kapan menjadi penerimaan
dalam bentuk uang. Dimana pene-rimaan (Total
Revenue = TR ) adalah hasil tangkapan [h(t)] dikali
dengan harga ikan (P) disingkat TR = h(t) x P. Dan
tingkat usaha penangkapan (effort) dirobah menjadi
biaya, dimana biaya total (TC) adalah effort (E)
dikali dengan tingkat harga per unit effort (W) atau
disingkat menjadi TC = E x W. Dengan demikian
penerimaan bersih dari pengusahaan sumberdaya
perikanan
adalah
total
pendapatan
(Total
Revenue=TR) dikurangi dengan total biaya
penangkapan (Total Cost=TC) atau secara matematis
ditulis sebagai berikut:
MEY = p.h(t) - w.E ............................ (9)
Apabila persamaan (6) dan h = F(s) ds/st disubstistusikan kedalam persamaan (9), maka
diperoleh maxsimum economic yield atau hasim
maksimum secara ekonomi (MEY) sebagai berikut :
MEY = p.h - w.h/q.s
= [p - w/q.s].h
= [p - w/q.s] [F(s) - ds/dt] ...................... (10)
Bila w/q.s = w (c), maka MEY bernilai sebagai
berikut :
MEY = [p - w(c)].[F(s) - ds/dt] ...................... (11)
Nilai tersebut merupakan komponen dari
tingkat optimal pengusahaan sumberdaya perikanan,
yang akan dicapai pada saat nilai sekarang (present
value/PV) mencapai maksimum (Scott, 1955;
Anderson, 1986).
51

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005

Gambar 3 :
Kurva Penerimaan dan Biaya Produksi Perikanan

TC, TR
TC
TRπ

TCπ

TR



O

E0

E*

Dari grafik di atas, kurva total pendapatan (Total
Revenue = TR) adalah kurva tangkapan lestari yang
diuangkan dan mencapai maksimum pada usaha
(effort=E) sebesar E*. Se-dangkan total biaya (Total
Cost = TC) merupakan fungsi li-near. Keseimbangan
tercapai pada effort sebesar E0 dan mak-simum
economic yield = MEY terjadi pada Eπ. Hal ini diperjelas lagi oleh kurva turunannya, yaitu sebagai
berikut :
Dari grafik berikut ini dapat disimpulkan
bahwa
untuk
memaksimumkan
keuntungan,
"Marginal Revenue = MR" yaitu perubahan setiap

Usaha(E)

satuan pendapatan harus sama dengan "Marginal
Cost = MC" yaitu peruhaban setiap satuan biaya
ataupun kemiringan dari kurva Total Revenue (TR)
sama dengan kemiringan kurva Total Cost (TC).
Hal ini dicapai pada saat effort sebesar Eπ, total
penerimaan sebesar TR dan biaya sebesar TC.
Kondisi ini dicapai pada saat jum-lah penangkapan
lebih kecil dari jumlah penangkapan un-tuk
mencapai maksimum sustainable yeild (MSY), yaitu
OEπ lebih kecil dari OE* (Anderson , 1977). Jadi
Maksimum economic yield (MEY) cenderung
mendukung
kelestarian
sumberdaya
ikan.

Gambar 4 :
Kurva Marginal Revenue dan Marginal Cost

MR, MC

MC
MR
0
52



E*

Usaha (E)

Model Analisis dan Optimalisasi Pengusahaan Sumberdaya Perikanan
Dede Ruslan

PENUTUP
Pengelolaan
sumberdaya
ikan
yang
diarahkan
untuk
melestarikan
sekaligus
mendatangkan manfaat ekonomi optimum hingga
masa mendatang perlu dilakukan, sehingga sifat
pemilikan bersama atas sumberdaya perikanan dan
kebebasan bagi nelayan untuk ikut serta melakukan
pengusahaan perikanan tidak mendorong untuk
menangkap ikan sabanyak mungkin. Dengan
demikian, penangkapan ikan yang dilakukan oleh
pengusahaan perikanan harus memperhitungkan hasil
maksimum
yang
lestari,
yaitu
terjadinya
keseimbangan antara maksimum suistanable yeild
dengan maksimum economin yeild.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.G. (1986). The economics of fisheries
manage-ment. Baltimore : John Hopkins
University Press.
Clark,C.W. (1985). Bioeconomics modelling and
fisheries management. New York : John Wiley
and Sond.
Gordon,H.S.(1954). The economic theory of a
common-property resource: The fishery. J.
Polit.Econ., 62: 124-42.
Schaefer, M.B. (1957). Some considerations of
population dynamics and economics in
relation to the management of marine
fisheries. J.Fish. Res. Board Can.,14:669-681
Scott,A.D.(1955). The fishery : The objectives of
sole ownership. J.Polit. Econ., 63: 115-124

53