Konsep Diri Pensiunan

(1)

KON SEP D I RI PEN SI UN AN RI KA ELI AN A, S.Psi. Pr ogr a m St u di Psik ologi

Fa k u lt a s Ke dok t e r a n Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

BAB I PEN D AH ULUAN

Manusia t idak t erlepas dari akt ivit as bekerj a. Ada orang yang bekerj a unt uk m encari uang, ada yang bekerj a unt uk m engisi w akt u luang, ada pula yang bekerj a unt uk m encari ident it as, dsb. Apapun alasan m anusia bekerj a, sem uanya adalah unt uk m em enuhi kebut uhannya. Menurut Maslow ( dalam At kinson, 2000) kebut uhan m anusia secara garis besar dapat dibagi at as : kebut uhan fisiologis, kebut uhan rasa am an, kebut uhan dim iliki, kebut uhan harga diri, dan akt ualisasi diri. Alasan seseorang bekerj a bisa m em enuhi salah sat u kebut uhan yang diut arakan oleh Abraham Maslow .

Bila dit elusuri lebih j auh, suat u pekerj aan lebih berkait an dengan kebut uhan psikologis seseorang dan bukan hanya berkait an dengan kebut uhan m at eri sem at a. Secara m at eri, orang bisa m em enuhi kebut uhan sandang pangan m elalui bekerj a. Nam un secara psikologis art i bekerj a adalah m enim bulkan rasa ident it as, st at us, at aupun fungsi sosial ( St eers and Port er, 1975) . Seseorang biasa m enj aw ab bahw a “ Saya dosen di PS. Psikologi” , “ Saya prakt ek dokt er di RS X….” , “ Saya seorang Pegaw ai Negeri di …” . Hal ini m enunj ukkan bahw a bekerj a m erupakan bagian dari ident it as diri. Dengan perkat aan lain, orang m erasa berharga j ika ia bisa m engat akan posisi dan pekerj aannya. Sem akin lam a seseorang bekerj a, t ent unya ident it as it u akan sem akin m elekat pula.

Kondisi fisik m anusia unt uk bekerj a ada bat asannya, sem akin t ua seseorang, sem akin m enurun kondisi fisiknya, m aka beriringan dengan hal it u produkt ivit as kerj a pun akan m enurun. Pada w akt unya seseorang akan dim int a unt uk berhent i bekerj a, yang aw am nya dikenal dengan ist ilah pensiun. Masa pensiun ini dapat m enim bulkan m asalah karena t idak sem ua orang siap m enghadapinya. Pensiun akan m em ut uskan seseorang dari akt ivit as rut in yang t elah dilakukan selam a bert ahun- t ahun, selain it u akan m em ut uskan rant ai sosial yang sudah t erbina dengan rekan kerj a, dan yang paling vit al adalah m enghilangkan ident it as seseorang yang sudah m elekat begit u lam a ( Warr dalam Offord, 1992) . Tidak heran m asa pensiun ini m enim bulkan m asalah psikologis baru bagi yang m enj alaninya, karena banyak dari m ereka yang t idak siap m enghadapi m asa ini.

Ket idak–siapan m enghadapi m asa pensiun pada um um nya t im bul karena adanya kekhaw at iran t idak dapat m em enuhi kebut uhan–kebut uhan t ert ent u. Perubahan yang diakibat kan oleh m asa pensiun ini m em erlukan penyesuaian diri. At chley ( 1977) m engat akan bahw a proses penyesuaian diri yang paling sulit adalah pada m asa pensiun. Bahkan penelit ian yang dilakukan oleh Holm es dan Rahe ( 1967) , m engungkapkan bahw a pensiun m enem pat i rangking 10 besar unt uk posisi st ress.

Dengan m em asuki m asa pensiun, seseorang akan kehilangan peran sosialnya di m asyarakat , prest ise, kekuasaan, kont ak sosial, bahkan harga diri akan berubah j uga karena kehilangan peran ( Eyde, 1983) . Bahkan akibat yang paling buruk pada pensiunan adalah bisa m engakibat kan depresi dan bunuh diri ( Zim bardo, 1979) . Sedangkan akibat pensiun secara fisiologis oleh Liem & Liem ( 1978) dikat akan bisa m enyebabkan m asalah penyakit t erut am a gast roint est inal, gangguan saraf, berkurangnya kepekaan. I a m enyebut penyakit di at as, dengan ist ilah ret irem ent syndrom e.

Dam pak pensiun bukan hanya bersifat negat if saj a, nam un j uga t erdapat dam pak posit ifnya, yakni seseorang bisa t erbebas dari rut init as kerj a. Ada


(2)

perasaan puas karena sudah berhasil m enyelesaikan t ugas dan kew aj ibannya. Bahkan Perlm ut t er ( 1981) m engat akan bahw a sebagian besar kaum pensiun m enunj ukkan perasa puas, t et ap m erasa dirinya berguna dan dapat m em pert ahankan rasa ident it asnya. Rasa depresi dan kecem asan yang t im bul biasanya berada pada t ingkat ringan dan sifat nya hanya sem ent ara. Kalaupun depresi bert am bah hal it u disebabkan oleh gangguan fisik dan bukan karena m asa pensiun it u sendiri.

Walaupun reaksi seseorang t erhadap m asa pensiun bisa berbeda- beda, t et api dam pak yang paling nyat a dalam kehidupan sehari- hari adalah berkurangnya j um lah pendapat an keluarga. Di I ndonesia, khususnya pensiunan Pegaw ai Negeri Sipil kondisi keuangan lebih m enyedihkan. Dat a yang diperoleh dari Kom pas, 2001 bahkan ada pensiunan golongan I yang m enerim a rapel kenaikan pensiunan dari bulan Januari sam pai dengan Juli 2001 hanya sebesar Rp. 700,00 ( t uj uh rat us rupiah saj a) . Art inya kenaikan yang dit erim anya hanya sebesar Rp.100,00 ( serat us rupiah) per bulannya.

Sebagai seorang kepala keluarga t ent unya hal ini bisa m enim bulkan st ress kepada seluruh keluarga, dalam hal ini ist ri dan anak. Terlebih j ika anak belum bekerj a bahkan m asih kuliah, sem ent ara ist ripun t idak bekerj a.

Selam a ini yang m enj adi pat okan unt uk m em asuki m asa pensiun adalah fakt or usia dim ana pekerj a dianggap m ulai kurang produkt if. Di negara barat , seseorang baru m em asuki m asa pensiun j ika ia berusia 65 t ahun. Ket ika seseorang m em asuki m asa t ersebut secara psikologis ia sudah m asuk pada kat egori dew asa akhir at au yang lebih dikenal dengan ist ilah m anula. Art inya dari segi produkt ivit as kerj a sudah m enurun, dan dari t ugas perkem bangan pun m ereka t elah dipersiapkan unt uk m enikm at i kehidupan m ereka.

Sem ent ara di I ndonesia sit uasinya berlainan, seseorang m em asuki m asa pensiun ket ika ia berusia 55 t ahun. Meskipun bagi golongan Pegaw ai Negeri Sipil t ert ent u bat as usia t esebut di t am bahkan, karena keahliannya. Usia 55 t ahun secara psikologis m asuk dalam kat egori dewasa m enengah, m ereka m asih cukup produkt if dan belum dapat digolongkan orang m anula. Pada m asa ini seseorang m asuk pada t ahap reevaluasi diri. Pert anyaan sepert i “ Apakah saya sudah berhasil dalam hidup?” , “ Apa yang akan saya lakukan dalam sisa hidup saya?” , akan m uncul dalam pikiran orang dew asa m enengah. Biasanya, seseorang pada m asa ini akan berada pada puncak karir. Tet api keadaan ini t idak akan berlangsung lam a khususnya unt uk orang di I ndonesia karena sudah harus pensiun. Tidak dapat dipungkiri bahw a kekuat an fisik m ereka m ulai m enurun, t api m ereka m asih cukup produkt if. Tidak heran j ika hal ini bisa m enim bulkan konsekuensi psikologis t ert ent u; disat u pihak m ereka m asih m am pu bekerj a t api dipihak lain harus berhent i bekerj a karena perat uran perusahaan.

Dit inj au dari sudut pandang psikologis, pensiun m enyebabkan seseorang akan m em pert anyakan kem bali “ Siapa diriku?” . Hal ini dikenal dengan ist ilah konsep diri, at au self concept. Menurut Sullivan dalam Wright sm an ( 1993) konsep diri adalah bagaim ana kit a m elihat diri kit a sebagaim ana orang lain m elihat kit a. Prinsipnya adalah penilaian yang direfleksikan kem bali at au reflect ed appraisal. Konsep diri m erupakan hal yang pent ing art inya dalam kehidupan seseoarng, karena konsep diri m enent ukan bagaim ana seseorang bert indak dalam berbagai sit uasi. Jika kit a m em aham i konsep diri seseorang kit a akan m am pu m em aham i t indakan dan j uga dapat m eram alkan t ingkah lakunya dikem udian hari. Konsep diri berkat ian dengan dengan kesehat an m ent al seseorang ( Biren, 1980) . Dengan kat a lain j ika konsep diri seseorang posit if m aka hal ini akan m em pengaruhi kesehat an m ent alnya j uga.

Hurlock ( 1978) m engat akan bahw a seseorang yang m em punyai konsep diri posit if adalah j ika ia berhasil m engem bangkan sifat - sifat percaya diri, harga diri dan m am pu m elihat dirinya secara realist ik. Dengan adanya sifat –sifat sepert i ini orang t ersebut akan m am pu berhubungan dengan orang lain secara akurat dan hal ini akan m engarah pada penyesuaian diri yang baik di lingkungan sosial. Orang yang m em punyai konsep diri negat if sebaliknya akan m erasa rendah diri,


(3)

inadekuat , kurang percaya diri. Diprediksi bahw a orang yang m em punyai konsep diri negat if akan m engalam i ham bat an dalam proses penyesuaian dirinya di lingkungan baru.

Masa pensiun bisa m em pengaruhi konsep diri, karena pensiun m enyebabkan seseorang kehilangan peran ( role) , ident it as dalam m asyarakat yang dapat m em pengaruhi harga diri m ereka ( Turner, 1961) . Pensiun akan m enyebabkan seseorang kehilangan perannya dalam m asyarakat yang selanj ut nya m em pengaruhi st at usnya dan pada akhirnya bisa m em pengaruhi konsep diri m enj adi negat if. Akibat psikologis dari hal ini adalah nant inya akan m em pengaruhi kesehat an m ent al seseorang, dan j uga proses penyesuaian dirinya.

I nt ervensi dalam m enghadapi m asa pensiun pent ing dilakukan oleh perusahaan. Sebagian besar perusahaan m em ang sudah m em buat program pensiun unt uk m enghadapi m asalah keuangan, t api belum banyak yang t ert arik unt uk m elakukan int ervensi unt uk m enghadapi konflik psikologis yang dihadapi para pensiunan.

Mengingat usia pensiunan di I ndonesia m asih dalam t ahap dew asa m enengah, yang secara psikologis m asih dapat dikat akan produkt if, t ent unya dam pak dari proses pensiun ini bisa m enim bulkan efek psikologis yang lebih berat .

BAB I I PEM BAH ASAN I I . A. Pe n siu n

I I . A. 1 . D e fin isi Pe n siu n

Beberapa bat asan akan dikem ukakan di baw ah ini, dan secara garis besar dapat dibagi berdasarkan pandangan m engenai peran pekerj aan it u sendiri dan t inj auan definisi dari sudut psikologi perkem bangan. Berikut definisi pensiun berdasarkan peran pekerj aan bagi seseorang.

Parnes dan Nessel ( Corsini, 1987) m engat akan bahw a pensiun adalah suat u kondisi dim ana individu t ersebut t elah berhent i bekerj a pada suat u pekerj aan yang biasa dilakukan. Bat asan yang lebih j elas dan lengkap oleh Corsini ( 1987) m engat akan bahw a pensiun adalah proses pem isahan seorang individu dari pekerj aannya, dim ana dalam m enj alankan perannya seseorang di gaj i. Dengan kat a lain m asa pensiun m em pengaruhi akt ivit as seseorang, dari sit uasi kerj a ke sit uasi di luar pekerj aan.

Sedangkan berdasarkan pandangan psikologi perkem bangan, pensiun dapat dij elaskan sebagai suat u m asa t ransisi ke pola hidup baru, at aupun m erupakan akhir pola hidup ( Schaw rz dalam Hurlock, 1983) . Transisi ini m eliput i perubahan peran dalam lingkungan sosial, perubahan m inat , nilai dan perubahan dalam segenap aspek kehidupan seseorang. Jadi seseorang yang m em asuki m asa pensiun, bisa m erubah arah hidupnya dengan m engerj akan akt ivit as lain, t et api bisa j uga t idak m engerj akan akt ivit as t ert ent u lagi.

Di I ndonesia seseorang dapat dikat akan m em asuki m asa pensiun bila : a) Sekurang- kurangnya m encapai usia 50 t ahun.

b) Telah diberhent ikan dengan horm at sebagai pegaw ai negeri c) Mem iliki m asa kerj a unt uk pensiun ± 20 t ahun.

Pada um um nya usia pensiun di I ndonesia berkisar ant ara usia 55 t ahun, sedangkan di negara Barat usia pensiun adalah berkisar 65 t ahun. Pada usia 65 t ahun, secara psikologi perkem bangan seseorang m em asuki usia m anula at au dew asa akhir (lat e adult hood). Keadaan ini cukup berlainan dengan sit uasi di I ndonesia dim ana seseorang sudah t erm asuk pensiun pada t ahapan dew asa m enengah ( m iddle adult hood). Masa dew asa m enengah ini m asih dapat dikat akan cukup produkt if. Meskipun kekuat an fisik m aupun kekuat an m ent al seseorang pada m asa ini m ulai m enurun, nam un pada m asa inilah seseorang


(4)

m ulai m encapai prest asi puncak baik it u karir, pendidikan dan hubungan int erpersonal. Sebagai orang t ua, pada um um nya m ereka harus bert anggung j aw ab dalam m em besarkan anak- anak yang m ulai berangkat rem aj a, bahkan ada yang sudah berkeluarga. Dapat dipaham i bahw a pada m asa ini sebet ulnya m asa yang penuh t ant angan khususnya unt uk pensiunan di I ndonesia. Terlebih j ika pensiunan yang m asih harus m em biayai kuliah anak- anak m ereka, padahal dengan st at us pensiun keadaan keuangan m ulai m enurun.

Jika kit a m eninj au siklus dunia pekerj aan dari sudut psikologi perkem bangan m aka kit a harus peka dengan ist ilah t urning point s ( t it ik balik) at aupun crisis point ( t it ik krisis) . Masa ini dit andai dengan adanya suat u periode dim ana ada saat unt uk m elakukan proses penyesuaian diri kem bali dan j uga m elakukan proses sosialisasi kem bali sej alan dengan t unt ut an dari pekerj aan yang baru. Pensiun dapat dikat akan m asa t it ik balik karena m asa ini adalah m asa peralihan dari seseorang m em asuki dew asa akhir at au m anula. Pensiun j uga m erupakan t it ik krisis karena t erj adi akibat ket idakm am puan seeorang unt uk m encari pekerj aan at au m erupakan langkah akhir dalam perj alanan karir seseorang.

I I . A. 2 . Je n is- j e n is Pe n siu n

Masa pensiun dapat dibagi at as 2 bagian besar, yait u yang secara sukarela (volunt ary) dan yang berdasarkan pada perat uran (com pulsory/ m andat ory ret irem ent) . Ket ika I ndonesia m em asuki m asa krisis m onet er, banyak perusahaan goyah sehingga harus m enciut kan sej um lah pegaw ai dengan diberikan sej um lah im balan. Kepada karyaw an diberikan kebebasan unt uk m em ilih apakah ia akan t et ap bekerj a at au m engundurkan diri. Kondisi sepert i ini t erm asuk pensiun yang dilakukan secara sukarela Kondisi lain yang t erm asuk dalam pensiun secara sukarela adalah kondisi dim ana seeseorang ingin m elakukan sesuat u yang lebih berart i dalam kehidupannya dibandingkan dengan pekerj aan sebelum nya ( Hurlock, 1983)

Pensiun yang dij alani berdasarkan at uran dari perusahaan adalah pensiun yang kerap kali dilakukan oleh sat u perusahaan berdasarkan at uran yang berlaku pada perusahaan t ersebut . Dalam hal ini kehendak individu diabaikan, apakah dia m asih sanggup at au m asih ingin bekerj a kem bali.

I I . A. 3 . Fa se Pe n ye su a ia n D ir i Pa da Sa a t Pe n siu n

Penyesuaian diri pada saat pensiun m erupakan saat yang sulit , dan unt uk m enget ahui bagaim ana penyesuaian seseorang ket ika m em asuki m asa pension, Robert At chley ( 1983) m engem ukakan 7 fase proses pensiun. Adapun fase t ersebut adalah :

a) Preret irem ent phase ( fase pra pensiun) b) Ret irem ent phase ( fase pensiun)

c) End of ret irem ent ( fase pasca m asa pensiun)

Secara ringkas dapat dij elaskan oleh bagan berikut :

Pre Ret irem ent R e t i r e m e n t End of ret irem ent Rem ot e

Phase

Near Phase

Honeym oon phase

Disenchant m ent phase

Reorient a- Tion phase

St abilit y Phase

Term inat i on phase ( dikut ip dari Aiken, 1982) .

I I . A. 3 . a . Fa se Pr a Pe n siu n (Pr e r e t ir e m e n t Ph a se)

Fase ini bisa dibagi pada 2 bagian lagi yait u rem ot e dan near. Pada rem ot e phase, m asa pensiun m asih dipandang sebagai suat u m asa yang j auh. Biasanya fase ini dim ulai pada saat orang t ersebut pert am a kali m endapat


(5)

pekerj aan dan m asa ini berakhir ket ika orang t erebut m ulai m endekat i m asa pensiun. Sedangkan pada near phase, biasanya orang m ulai sadar bahw a m ereka akan segera m em asuki m asa pensiun dan hal ini m em but uhkan penyesuaian diri yang baik. Ada beberapa perusahaan yang m ulai m em berikan program persiapan m asa pensiun.

I I . A. 3 . b. Fa se Pe n siu n (Re t ir e m e n t Ph a se)

Masa pensiun ini sendiri t erbagi dalam 4 fase besar, dan dim ulai dengan t ahapan pert am a yakni honeym oon phase. Periode ini biasanya t erj adi t idak lam a set elah orang m em asuki m asa pensiun. Sesuai dengan ist ilah honeym oon ( bulan m adu) , m aka perasaan yang m uncul ket ika m em asuki fase ini adalah perasaan gem bira karena bebas dari pekerj aan dan rut init as. Biasanya orang m ulai m encari kegiat an penggant i lain sepert i m engem bangkan hobi. Kegiat an inipun t ergant ung pada kesehat an, keuangan, gaya hidup dan sit uasi keluarga. Lam anya fase ini t ergant ung pada kem am puan seseorang. Orang yang selam a m asa kegiat an akt ifnya bekerj a dan gaya hidupnya t idak bert um pu pada pekerj aan, biasanya akan m am pu m enyesuaikan diri dan m engem bangkan kegiat an lain yang j uga m enyenangkan. Set elah fase ini berakhir m aka akan m asuk pada fase kedua yakni disenchat m ent phase. Pada fase ini pensiunan m ulai m erasa depresi, m erasa kosong. Unt uk beberapa orang pada fase ini, ada rasa kehilangan baik it u kehilangan kekuasaan, m art abat , st at us, penghasilan, t em an kerj a, at uran t ert ent u ( Jacob, 1989) . Pensiunan yang t erpukul pada fase ini akan m em asuki reorient at ion phase, yait u fase dim ana seseorang m ulai m engem bangkan pandangan yang lebih realist ik m engenai alt ernat if hidup. Mereka m ulai m encari akt ivit as baru. Set elah m encapai t ahapan ini, para pensiunan akan m asuk pada st abilit y phase yait u fase dim ana m ereka m ulai m engem bangkan suat u set krit eria m engenai pem ilihan akt ivit as, dim ana m ereka m erasa dapat hidup t ent ram dengan pilihannya.

I I . A. 3 . c. Fa se Pa sca M a sa Pe n siu n (En d o f Re t ir e m e n t Ro le)

Biasanya fase ini dit andai dengan penyakit yang m ulai m enggerogot i seseorang, ket idak- m am puan dalam m engurus diri sendiri dan keuangan yang sangat m erosot . Peran saat seorang pensiun digant ikan dengan peran orang sakit yang m em but uhkan orang lain unt uk t em pat bergant ung.

I I . A. 4 . Pe r u ba h a n - pe r u ba h a n Ak iba t Pe n siu n .

Menurut Turner dan Helm s ( 1982) ada beberapa hal yang m engalam i perubahan dan m enunt ut penyesuaian diri yang baik ket ika m enghadapi m asa pensiun:

a. Masalah Keuangan

Pendapat keluarga akan m enurun drast is, hal ini akan m em pengaruhi kegiat an rum ah t angga. Masa ini akan lebih sulit j ika m asih ada anak- anak yang harus dibiayai. Hal ini m enim bulkan st ress t ersendiri bagi seorang suam i karena m erasa bahw a perannya sebagai kepala keluarga t ert ant ang ( Walsh, dalam Cart er

b. Berkurangnya harga diri (Self Est eem) .

Bengst on ( 1980) m engem ukakan bahw a harga diri seorang pria biasanya dipengaruhi oleh pensiunnya m ereka dari pekerj aan. Unt uk m em pert ahankan harga dirinya, harus ada akt ivit as penggant i unt uk m eraih kem bali keberadaan dirinya. Dalam hal ini berkurangnya harga diri dipengaruhi oleh berbagai fakt or sepert i feeling of belonging ( perasaan m em iliki) , feeling of com pet ence ( perasaan m am pu) , dan feelling of w ort hw hile ( perasaan berharga) . Ket iga hal yang disebut kan di at as sangat m em pengaruhi harga diri seseorang dalam lingkungan pekerj aan.


(6)

Kont ak dengan orang lain m em buat pekerj aan sem akin m enarik. Bahkan pekerj aan it u sendiri bisa m enj adi rew ard sosial bagi beberapa pekerj a m isalnya seorang sales, resepsionis, cust om er services yang m eraih kepuasan ket ika berbicara dengan pelanggan. Selain dari kont ak sosial, orang j uga m em but uhkan dukungan dari orang lain berupa perasaan ingin dinilai, dihargai, dan m erasa pent ing. Sum ber dukungan ini dapat diperoleh dari t em an sekerj a, at asan, baw ahan dsb. Tent unya ket ika m em asuki m asa pensiun, w akt u unt uk bert em u dengan rekan seprofesi m enj adi berkurang. d. Hilangnya m akna suat u t ugas.

Pekerj aan yang dikerj akan seseorang m ungkin sangat berart i bagi dirinya. Dan hal ini t idak bisa dikerj akan saat seeorang it u m ulai m em asuki m asa pensiun.

e. Hilangnya kelom pok referensi yang bisa m em pengaruhi self im age.

Biasanya seseorang m enj adi anggot a dari suat u kelom pok bisnis t ert ent u ket ika dia m asih akt if bekerj a. Tet api ket ika dia m enj adi pensiun, secara langsung keanggot aan pada suat u kelom pok akan hilang. Hal ini akan m em pengaruhi seseorang unt uk kem bali m enilai dirinya lagi.

f. Hilangnya rut init as

Pada w akt u bekerj a, seseorang bekerj a ham pir 8 j am kerj a. Tidak sem ua orang m enikm at i j am kerj a yang panj ang sepert i ini, t api t anpa disadari kegiat an panj ang selam a ini m em berikan sense of purpose, m em berikan rasa am an, dan pengert ian bahw a kit a t ernyat a berguna. Ket ika m enghadapi m asa pensiun, w akt u ini hilang, orang m ulai m erasakan diri t idak produkt if lagi

( Longhurst , Michael, 2001)

Bagi individu yang m engalam i kesulit an dalam penyesuaian diri, perubahan yang t erj adi pada fase ini akan m enim bulkan gangguan psikologis dan j uga gangguan fisiologis. Kondisi gangguan fisiologis bisa m enyebabkan kem at ian yang lebih cepat at au prem at ure deat h. I st ilah lain dikem ukakan para ahli adalah ret irem ent shock at au ret irem ent syndrom e. Sedangkan gangguan psikologis yang diakibat kan oleh m asa pensiun biasanya st ress, frust asi, depresi.

B. KON SEP D I RI

I I . B. 1 . D e fin isi Kon se p D ir i

Pert anyaan m engenai “ Siapakah Saya ?” sej ak dulu sudah m enarik perhat ian para ahli. Pert anyaan m engenai konsep dari self ( konsep diri ) m endorong para penelit i unt uk m encari hakekat dari self, pengaruh self t erhadap int eraksi sosial dan hubungan int erpersonal seseorang. Jaw aban pert anyaan it u dipelopori oleh William Jam es ( 1890) seorang filsuf dan psikolog yang m engat akan bahw a ident it as pribadi seseorang t ergant ung pada hubungannya dengan orang lain.

Bila kit a berbicara m engenai self, m aka kit a berbicara m engenai dunia fenom enologis seseorang. Jersild ( dalam Hurlock, 1974) m engat akan bahw a konsep diri adalah inner w orld seseorang. Hal yang paling m enonj ol dalam dunia fenom enologis seseorang adalah dirinya sendiri, sebagaim ana dilihat , dirasakan dan dialam i olehnya. Unt uk m enj aw ab m engenai pert anyaan m engenai diri, bukan sesuat u yang m udah karena penilaian seseorang t erhadap diri sendiri t idak t epat . Oleh karena it u pendekat an yang t epat unt uk m em aham i m engenai self adalah dengan m em aham i konsep diri yang bersangkut an ( Fit t s, 1971) .

Thom as m engem ukakan bahw a self concept sebagai berikut :

“ …w hich is organized, coherent , and int egrat ed pat t ern of percept ion relat ed t o t he self, includes self est eem and self im age”


(7)

Konsep diri m encakup harga diri, dan gam baran diri seseorang. Calhoun & Acocella ( 1990) m enj elaskan bahw a konsep diri adalah gam baran m ent al diri sendiri yang t erdiri dari penget ahuan t ent ang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian t erhadap diri sendiri. Mengingat konsep diri m erupakan arah dari seseorang ket ika harus bert ingkah laku, m aka perlu dij elaskan peran pent ing dari konsep diri.

Menurut Felker ( 1974) ada 3 peran pent ing dari konsep diri, yait u :

a. Konsep diri m erupakan pem elihara keseim bangan dalam diri seseorang. Manusia m em ang cenderung unt uk bersikap konsist en dengan pandanganya sendiri. Hal ini bisa dim aklum i karenabila pandangannya, ide, perasaan dan persepsinya t idak m em bent uk suat u keharm onisan at au bert ent angan m aka akan m enim bulkan perasaan yang t idak m enyenangkan.

b. Konsep diri m em pengaruhi cara seseorang m engint erprest asikan pengalam annya. Pengelam an t erhadap suat u perist iw a dibei art i t ert ent u oleh set iap orang. Hal ini t ergant ung dari bagaim ana individu t ersebut m em andang dirinya.

c. Konsep diri m em pengaruhi harapan seseorang t erhadap dirinya. Set iap orang m em punyai suat u harapan t ert ent u t erhadapdirinya, dan hal it u t ergant ung dari bagaim ana individu it u m elihat , dan m em persepsikan dirinya sebagaim ana adanya.

I I . B. 2 . Pe r k e m ba n ga n Kon se p D ir i.

Konsep diri t erbent uk m elalui sej um lah besar pengalam an yang t ersusun secara hirarki. Jadi konsep diri yang pert em a t erbent uk m erupakan dasar bagi konsep diri berikut nya. Berdasarkan pendekat an psikologi kognit if, pengenalan akan diri pert am a kali disebut dengan self schem a. Pengalam an dengan anggot a keluarga dalam hal ini orang t ua m em berikan inform asi m engenai siapa kit a. Self Schem a ini kem udian berkem bang m enj adi prim ing, proses dim ana ada m em ori yang m engingat kan kit a m engenai sesuat u yang t erj adi di m asa lalu. Peran yang kem udian kit a j alankan kelak akan berkem bang m enj adi konsep diri. ( Deaux, 1993) . Konsep diri yang pert am a kali t erbent uk disebut konsep diri prim er ( Hurlock, 1974) . Hal ini diperoleh di lingkungan keluarga t erut am a pada t ahun– t ahun aw al kehidupan. Kem udian konsep diri akan t erus berkem bang sej alan dengan sem akin luasnya hubungan sosial yang diperoleh anak. Bagaim ana orang-orang disekit arnya m em perlakukan dirinya, apa yang m ereka kat akan t ent ang dirinya, st at us yang diraihnya dalam kelom pok akan m em perkuat dan m em odifikasi konsep diri yang t elah t erbent uk dalam keluarga.

Oleh karena st rukt ur konsep diri t ersebut berkem bang secara hirarkis dan saling t erkait sat u sam a lainnya, m aka ia akan m encapai t ingkat perkem bangan t ert ent u yang relat if st abil. Nam un ada j uga pendapat yang m engat akan bahw a sepanj ang kehidupan seseorang konsep diri individu secara kont inu akan berkem bang dan berubah ( Fit t s, 1971 & Hurlock, 1974) .

Sum ber inform asi unt uk konsep diri adalah int eraksi individu dengan orang lain. I ndividu m enggunakan orang lain unt uk m enunj ukkan siapa dia ( Cooley dalam Calhoun & Acocella, 1990) . I ndividu m em bayangkan bagaim ana pandangan orang lain t erhadapnya dan bagaim ana m ereka m enilai penam pilannya. Penilaian pandangan orang lain diam bil sebagai gam baran t ent ang diri individu. Orang lain yang dianggap bisa m em pengaruhi konsep diri seseorang adalah ( ( m enurut Calhoun dan Accocela, 1990 ) :

a. Orang t ua.

Orang t ua m em berikan pengaruh yang paling kuat karena kont ak sosial yang paling aw al dialam i m anusia. Orang t ua m em berikan inform asi yang m enet ap t ent ang diri individu, m ereka j uga m enet apkan pengharapan bagi anaknya. Orang t ua j uga m engaj arkan anak bagaim ana m enilai diri sendiri.


(8)

Kelom pok t em an sebaya m enduduki t em pat kedua set elah orang t ua t erut am a dalam m em pengaruhi konsep diri anak. Masalah penerim aan at au penolakan dalam kelom pok t em an sebaya berpengaruh t erhadap diri anak. b. Masyarakat

Masyarakat punya harapan t ert ent u t erhadap seseorang dan harapan ini m asuk ke dalam diri individu, dim ana individu akan berusaha m elaksanakan harapan t ersebut .

c. Hasil dari proses belaj ar.

Belaj ar adalah m erupakan hasil perubahan perm anen yang t erj adi dalam diri individu akibat dari pengalam an ( Hilgard & Bow er, dalam Calhoun & Acocella; 1990) . Pengalam an dengan lingkungan dan orang sekit ar akan m em berikan m asukan m engenai akibat suat u perilaku. Akibat ini bisa m enj adi berbent uk sesuat u yang posit if m aupun negat if.

I I . B. 3 . D im e n si Kon se p dir i

Menurut Calhoun & Acocella ( 1990) konsep diri m em iliki t iga dim ensi yait u penget ahuan t ent ang diri sendiri, pengharapan t ent ang diri sendiri dan penilaian t ent ang diri sendiri.

a. Penget ahuan

Dim ensi pert am a dari konsep diri adalah m engenai apa yang kit a ket ahui m engenai diri kit a, t erm asuk dalam hal ini j enis kelam in, suku bangsa, pekerj aan, usia dsb. Kit a m em berikan j ulukan t ert ent u pada diri kit a.

b. Pengharapan

Pandangan t ent ang diri kit a t idak t erlepas dari kem ungkinan kit a m enj adi apa di m asa m endat ang. Pengharapan dapat dikat akan diri ideal. Set iap harapan dapat m em bangkit kan kekuat an yang m endorong unt uk m encapai harapan t ersebut di m asa depan.

c. Penilaian

Penilaian m enyangkut unsur evaluasi, seberapa besar kit a m enyukai diri kit a sendiri. Sem akin besar ket idak- sesuaian ant ara gam baran kit a t ent ang diri kit a yang ideal dan yang akt ual m aka akan sem akin rendah harga diri kit a. Sebaliknya orang yang punya harga diri yang t inggi akan m enyukai siapa dirinya, apa yang dikerj akanya dan sebagainya. Dengan dem ikian dapat dikat akan bahw a dim ensi penilaian m erupakan kom ponen pem bent ukan konsep diri yang cukup signifikan.

Deaux ( 1993 ) m engat akan bahw a kesenj angan ant ara diri kit a yang akt ual dan diri kit a yang ideal akan bis m enim bulkan depresi, sem ent ara sem akin kecil kesenj angan ant ara diri kit a yang akt ual, dan diri kit a yang ideal akan m enim bulkan kepuasan.

I I . B. 4 . Pe r a n Kon se p D ir i

Konsep diri yang sehat . Konsep diri yang sehat akan m em pengaruhi kesej aht eraan psikologis individu. Orang akan m am pu coping t erhadap perubahan dan perist iw a yang m enekan j ika m em punyai konsep diri yang sehat ( Calhoun & Acocella, 1990)

Menurut Sanford & Donovan ( Kozier & Erb, 1987) pengaruh konsep diri dalam kehidupan individu berupa :

1. Dapat m em pengaruhi cara berpikir dan berbicara seseorang 2. Dapat m em pengaruhi cara individu m elihat ke dunia luar

3. Dapat m em pengaruhi individu dalam m em perlakukan orang lain. 4. Dapat m em pengaruhi pilihan seseorang

5. Dapat m em pengaruhi kem am puan individu unt uk m enerim a at au m em berikan kasih sayang.

6. Dapat m em pengaruhi kem am puan individu unt uk m elakukan sesuat u .

Hasil penilaian seseorang t erhadap diri dapat berupa konsep diri yang negat if m aupun posit if. Konsep diri yang posit if m enurut Bergm an ( 2000) adalah


(9)

I t ’s grow ing belief about yourself t hat helps you t o cope successfully w it h t he event s in your life, and t o m ake posit ive im pact t o ot hers.( w w w .rcu.edu/ publ)

Konsep diri yang posit if akan m em ungkinkan seseorang unt uk bisa bert ahap m enghadapi m asalah yang m ungkin saj a m uncul. Selain it u akan m em baw a dam pak posit if pula pada orang lain disekit arnya.

Sebaliknya konsep diri yang negat if adalah m erupakan penilaian yang negat if m engenai diri sendiri. Efek dari konsep diri yang negat if ini akan m em pengaruhi baik it u hubungan int erpersonal m aupun fungsi m ent al lainnya. ( Benner, 1985) . Begit u pent ingnya konsep diri dalam m enent ukan perilaku seseorang di lingkungannya sehingga diharapkan seseorang dapat m em punyai penilaian yang posit if m engenai dirinya.

Evaluasi t erhadap diri berkait an dengan harga diri, orang yang m em punyai penilaian posit if m engenai dirinya akan m em punyai harga diri yang t inggi, sebaliknya orang yang m em punyai penilaian yang negat if m engenai dirinya akan m em punyai harga diri yang negat if ( Deaux, 1993) .

I I . B. 5 . Pe r u ba h a n Kon se p D ir i.

Rasa ident it as diri hanya bisa berkem bang j ika seseorang m em punyai konsep diri yang st abil m engenai dirinya. Sulit bagi seseorang unt uk m enilai keadaan dirinya j ika konsep dirinya belum st abil. Ada beberapa fakt or yang m eyebabkan ket idak- st abilan konsep diri sepert i perubahan fisik, lingkungan, peran (role) ( Kozier & Erb, 1987) . Pada m asa pubert as, ada perubahan fisik yang m endadak disert ai dengan perubahan m ent al. Pada m asa pubert as, konsep diri akan berubah dan hal ini norm al t erj adi. Begit u pula pada m asa usia dew asa m enengah, dim ana fungsi reproduksi m ulai m enurun, begit u pula fungsi fisik.

Perubahan lingkungan j uga bisa m em pengaruhi perubahan konsep diri.

Misalnya anak yang harus berpisah dengan keluarganya karena akan kuliah ke t em pat lain. Pengalam an di t em pat yang baru, t ent unya berbeda dengan pengalam an dengan keluarga.

Perubahan peran pun dapat m em baw a perubahan konsep diri, apakah peran it u t erpaksa dij alani, at au individu it u t idak siap dalam m enj alani suat u peran baru . Perubahan peran akan m enim bulkan beberapa efek salah sat unya adalah kem bali m em pert anyakan “ Siapakah Saya?” , selain it u j uga akan m enim bulkan m asalah hubungan int erpersonal dan j uga pekerj aan, dan pada akhirnya bisa m eningkat kan ident it as diri yang negat if. ( Shereran & Abraham , dalam Baron , 1997)

Sam a hanya dengan m asa pensiun j ika perubahan peran dari seorang pekerj a ke peran seorang pensiunan cukup bisa dit erim a, m aka dapat diprediksikan bahw a individu it u akan berhasil m enyesuaikan diri ( Eyde, 1983) . I a m em punyai sikap yang posit if m engenai dirinya, sehingga m asa pensiun bukan sesuat u yang m enakut kan m alah m endorong ia m elakukan hal- hal yang belum pernah ia lakukan selam a ia akt if bekerj a. Orang yang m am pu m enyesuaikan diri dalam m enghadapi m sa pensiun m enurut Cecil Sm it h ( 2002) adalah orang yang m am pu m engem bangkan gaya hidup yang t erus berkesinam bungan m ulai pada w akt u ia m asih bekerj a sam pai ia m enghadapi m asa pensiun. Tidak heran ada pensiunan yang m encoba kem bali bekerj a, t api ada pula yang akt if dalam kegiat an organisasi sosial, keagam aan, m enekuni hobi, m engikut i sem inar dan sebagainya.

Begit u pent ingnya art i bekerj a pada individu, sehingga bagi seseorang yang m em asuki m asa pensiun akan m em but uhkan w akt u unt uk m erubah orient asi kehidupannya dari suasana bekerj a ke suasana w akt u luang yang panj ang, nam un secara psikologis ia t et ap m erasa dirinya pent ing. Pekerj aan berkait an dengan self seseorang. Dengan m em asuki m asa pensiun, ada perasaan t idak bernilai. Eyde ( 1983) m enj elaskan pensiunan akan kehilangan prest ise, kekuasaan, kehilangan akt ivit as rut in, dan kont ak sosial yang kesem uanya


(10)

berperan dalam pengurangan harga diri seseorang. Michael Longhurst ( 2001) m engat akan bahw a harga diri yang rendah t erj adi karena orang pensiun kehilangan beberapa aspek pent ing dalam kehidupannya. Orang yang m em punyai harga diri yang rendah m em punyai ciri ant ara lain m udah m erasa bersalah,t idak bisa m enerim a puj ian dari orang lain , m erasa bahw a orang lain t idak m enyukai m ereka , t akut unt uk dit olak, t idak bisa m engat akan t idak pada orang lain.

Pendapat lain yang dikem ukakan oleh Philips dkk. ( dalam , Hurlock, 1985) bahw a pensiun bisa m em baw a dam pak pada self im age seseorang yang biasanya cenderung negat if. Sedangkan self im age m erupakan bagian dari konsep diri. Jadi dapat dikat akan bahw a seseorang yang m em punyai self im age yang negat if akan m em punyai konsep diri yang negat if. Konsep diri yang negat if akan m em pengaruhi kesehat an m ent al seseorang. Selain it u ada beberapa fakt or yang m em pengaruhi konsep diri seorang pensiunan, ant ara lain:

a. Kesehat an

Beberapa penelit i m elakukan penelit ian dan m enem ukan bahw a kesehat an m ent al dan fisik m erupakan kondisi yang m endukung keberhasilan seseorang dalam beradapt asi. St reib ( 1956) m engat akan bahw a dengan kesehat an yang baik, seseorang akan lebih bahagia dalam m em asuki m asa pensiun. Menurut Michael Longhurst ( 2001) j ika seseorang m em asuki m asa pensiun dengan konsep diri yang posit if, punya penilaian yang posit if m engenai dirinya ia akan lebih berbahagia.

b. Tingkat sosial ekonom i.

Berbicara soal sosial ekonom i m aka secara sederhana kit a bebicara m engenai m asalah keuangan yang dihadapi pensiun. Di I ndonesia kaum pensiun m enerim a 75 % dari gaj i pokok. Hal ini akan m em berat kan keluarga yang keuangannya benar- benar t ergant ung dari pekerj aan ayah sebagai kepala keluarga. Rendahnya keuangan biasanya dihubungkan dengan t ingkat m oral yang j uga rendah pada kaum pensiun ( Biren, 1978) .

c. St at us

Orang yang m em andang pekerj aan it u adalah bagian dari ident it as diri sering m enolak m asa pensiun. Dalam hal ini uang t idak t erlalu m enj adi m asalah. Jika pekerj aan it u dilihat sebagai suat u alat unt uk m encari kont ak sosial, alat unt uk m enunj ukkan kem am puan int elekt ual, m encari pengalam an baru dan j uga m eraih prest ise t ert ent u; m aka keinginan unt uk m elanj ut kan bekerj a j auh lebih besar. Seseorang yang selam a m asa akt ifnya bekerj a akan m em peroleh pengakuan dari m asyarakat dan organisasi, sehingga ia cenderung lebih bisa beradapt asi dengan baik t erhadap m asa pensiun. Sebaliknya j ika seseorang m endapat st at us sosial karena hal yang sifat nya polit is, m aka orang it u cenderung m engalam i kesulit an saat m enghadapi m asa pensiun. Kebanggaan dirinya lenyap sej alan dengan hilangnya at ribut dan fasilit as yang m enem pel pada dirinya selam a ia m asih bekerj a ( Eyde. 1983) .

d. Usia

Pensiun sering di- ident ik- kan dengan m asa t ua. Banyak orang m em persepsi secara negat if t erhadap pensiun, dengan m enganggp bahw a pensiun it u m erupakan pert anda bahw a dirinya t idak berguna dan t idak dibut uhkan lagi. Sering kali pem aham an it u t anpa sadar m em pengaruhi persepsi seseorang sehingga ia m enj adi over sensit ive dan subj ekt if t erhadap rangsang yang m uncul. Kondisi inilah yang m em buat orang m enj adi sakit - sakit an saat pensiun t iba.

d. Jenis kelam in

Biasanya kaum pria lebih m engalam i m asalah dalam hal penyesuaian diri t erhadap m asa pensiun dibandingkan kaum w anit a ( Liebert 1986, Hurlock 1985) . Kaum w anit a akan kem bali berperan sebagai ibu rum ah t angga bila m ereka m em asuki m asa pension. Sedangkan kaum pria akan kehilangan ident it as sert a peran m ereka karena m ereka j uga kehilangan pekerj aan yang m em berikan rasa penghargaan dan rasa berguna bagi dirinya.


(11)

e. Persepsi seseroang t ent ang bagaim ana kelak ia m enghadapi proses penyesuaian diri m enghadapi m asa pensiun.

Hal ini berkait an dengan rencana persiapan yang dibuat j auh sebelum m asa pensiun t iba. Perencanaan yang dibuat sebelum m asa pensiun t iba akan m eningkat kan rasa percaya diri pada individu yang bersangkut an. Perencanaan ini m enyangkut berbagai aspek kehidupan sepert i keuangan, alt ernat if pekerj aan lain, kesehat an, spirit ual dan sosialisasi.

Jika fakt or–fakt or di at as m em pengaruhi kem am puan seseorang dalam m enyesuaikan diri pada w akt u m em asuki m asa pensiun, m aka int ervensi psikologis cukup diperlukan oleh karyaw an pra pensiun, sebagai bent uk t anggung j aw ab m oral pada pekerj a yang sudah m em berikan t enaga selam a ini.

I nt ervensi yang dilakukan dapat berupa t raining, sem inar, yang orient asinya m engarah pada persiapan psikologis m engingat ket ika seseorang m em asuki m asa pensiun, ia akan m em asuki perubahan peran yang m em baw a dam pak psikologis yang besar.

BAB I I I KESI M PULAN

Masa pensiun, khususnya di I ndonesia m erupakan m asa yang akan m enim bulkan gej olak psikologis m engingat ket ika seseorang berusia 55 t ahun ia harus m em asuki m asa pensiun. Masa pensiun di lit erat ur Barat selalu dikait kan dengan m asa dew asa akhir, hal ini t erj adi di negara Barat orang m em asuki m asa pensiun ket ika m ereka m em asuki usia 65 t ahun, suat u kondisi yang berbeda dengan di I ndonesia. Nam un konsep bahw a ket ika m asuki m asa pensiun, bagi sebagian orang ia sudah m em asuki usia yang cukup t ua, padahal dalam usia sepert i ini orang m asih bisa produkt if.

Akibat yang bisa dirasakan m uncul karena m em asuki m asa pensiun adalah seseorang kehilangan sum ber keuangan, harga diri, kont ak sosial, kehilangan m akna suat u pekerj aan, kehilangan referensi sosial, kehilangan rut init as kerj a. Kesem ua aspek ini akan m em baw a pensiunan kem bali m em pert anyakan “ Siapakah Aku ?” yang lebih dikenal dengan ist ilah Konsep Diri.

Masa pensiun bisa m em pengaruhi konsep diri, karena pensiun m enyebabkan seseorang kehilangan peran (role) , ident it as dalam m asyarakat yang dapat m em pengaruhi harga diri m ereka. Pensiun akan m enyebabkan seseorang kehilangan perannya dalam m asyarakat yang selanj ut nya m em pengaruhi st at usnya dan pada akhirnya bisa m em pengaruhi konsep diri m enj adi negat if. Akibat psikologis dari hal ini adalah nant inya akan m em pengaruhi kesehat an m ent al seseorang, dan j uga proses penyesuaian dirinya. Sedangkan akibat dari fisik adalah bisa m enim bulkan gangguan penyakit yang dikenal dengan ist ilah ret irem ent syndrom e.

Penyesuaian diri yang posit if di t ent ukan oleh berbagai fakt or ant ara lain kesehat an, sosial ekonom i, st at us, usia, j enis kelam in, dan persepsi seseorang t erhadap m asa pensiun it u. Unt uk it u int ervensi yang dilakukan unt uk m encegah proses penyesuaian diri yang kurang baik perlu dilakukan dengan m em pert im bangkan fakt or- fakt or di at as. Penyesuaian diri yang posit if akan m em berikan dam pak posit if pula pada aspek psikologis seorang pensiunan. I a akan m elew at kan m asa pensiun dengan rasa bahagia,bahkan bisa kem bali akt if m encari pekerj aan lain.

Perusahaan harus t et ap m em perhat ikan kesej aht eraan psikologis dari para karyaw annya yang sudah m em asuki m asa pensiun, karena sudah m em berikan sum bangan t enaga, pikiran kepada perusahaan selam a berpuluh t ahun bekerj a. Tanggung j aw ab ini sebaiknya dij alankan dengan serius, m engingat kebahagiaan seseeorang ket ika m em asuki m asa pensiun akan m enent ukan kebahagiaan orang t ersebut secara psikologis.


(12)

D AFTAR PUSTAKA

Aiken, Lew is, R., 1982 Lat er Life, (2nd ed) . New York : CBS College Publishing. Bam bang, W 1987. Kebahagiaan Perkaw inan Dalam Masa Pensiun ( Skripsi ) .

Jakart a : Fakult as Psikologi Universit as I ndonesia

Baron, R.A., & Byrne, ( 1997) Social Psychology ( 8t h ed ) . Massachusset es: Allyn & Bacon.

Birren, Jam s G; Sloane B.R., 1980.Handbook of Ment al and Aging ( edit or) . Englewood Cliffs ; Prent ice Hall.

Corsini, R.J.1987 The concise Encyclopedia of Psychology. Canada : John Willey & Sons .

Craig, G.1986. Hum an Developm ent ( 4t h ed) New Jersey : Prent ice Hall

Calhoun, J.F.& Acocella.J.R. ( 1990 ) Psikologi t ent ang Penyesuaian dan Hubungan Kem anusiaan ( 3r ed) . Sem arang : I KI P Sem arang Press.

Brophy, J.E., & Willis, Sherry,L.1981. Hum an Developm ent & Behavior. New York : St . Mart in Press.

Fit t s, William ,H. 1974. The Self Concept & Self Act ualizat ion. Research Monograph no.3. Los Angeles : Wet ern Psychological Sevices

Feldm an, Robert s. ( 2002) . Essent ials of Underst anding of Psychology ( 4t h ed) . New York : Mc Graw Hill.

Hurlock, B. Elizabet h. ( 1985) . A Life Span Approach ( 5t h ed ) New York: Mc Graw Hill.

Kim m el, Douglas, C.1980. Adult hood & Aging ( 2nd ed ) New York: Mc Graw Hill. Longhurst , Michael. 2001. Beat ing t he blues [ on line ] .ht t p/ /

w w w .yourret irem ent .com .au/

Mayanoelah, N. ( 1991) . Penyesuaian Masa Pensiun pada invidu t ype A dan t ype B. ( Skripsi ) . Depok : Fakult as Psikologi Universit as I ndonesia.

Perlm ut t er, M.& Hall, Elizabet h., 1985 Adult Developm ent and Aging New York; John Willey and Sons.

Rice, Phillips, 1986. Adult Developm ent and Aging. Massachushet : Allyn & Bacon. I nc.

Sm it h, Cecil, M. 2002 The Long Weekend : Transit ion & grow t h in Ret irem ent [ on –line] .ht t p/ / w w w .cedu.niv.edu/

Turner, Jeffrey,S., & Helm s. D., 1983. Life Span Developm ent . New York: Hold Saunder


(1)

Konsep diri m encakup harga diri, dan gam baran diri seseorang. Calhoun & Acocella ( 1990) m enj elaskan bahw a konsep diri adalah gam baran m ent al diri sendiri yang t erdiri dari penget ahuan t ent ang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian t erhadap diri sendiri. Mengingat konsep diri m erupakan arah dari seseorang ket ika harus bert ingkah laku, m aka perlu dij elaskan peran pent ing dari konsep diri.

Menurut Felker ( 1974) ada 3 peran pent ing dari konsep diri, yait u :

a. Konsep diri m erupakan pem elihara keseim bangan dalam diri seseorang. Manusia m em ang cenderung unt uk bersikap konsist en dengan pandanganya sendiri. Hal ini bisa dim aklum i karenabila pandangannya, ide, perasaan dan persepsinya t idak m em bent uk suat u keharm onisan at au bert ent angan m aka akan m enim bulkan perasaan yang t idak m enyenangkan.

b. Konsep diri m em pengaruhi cara seseorang m engint erprest asikan pengalam annya. Pengelam an t erhadap suat u perist iw a dibei art i t ert ent u oleh set iap orang. Hal ini t ergant ung dari bagaim ana individu t ersebut m em andang dirinya.

c. Konsep diri m em pengaruhi harapan seseorang t erhadap dirinya. Set iap orang m em punyai suat u harapan t ert ent u t erhadapdirinya, dan hal it u t ergant ung dari bagaim ana individu it u m elihat , dan m em persepsikan dirinya sebagaim ana adanya.

I I . B. 2 . Pe r k e m ba n ga n Kon se p D ir i.

Konsep diri t erbent uk m elalui sej um lah besar pengalam an yang t ersusun secara hirarki. Jadi konsep diri yang pert em a t erbent uk m erupakan dasar bagi konsep diri berikut nya. Berdasarkan pendekat an psikologi kognit if, pengenalan akan diri pert am a kali disebut dengan self schem a. Pengalam an dengan anggot a keluarga dalam hal ini orang t ua m em berikan inform asi m engenai siapa kit a. Self Schem a ini kem udian berkem bang m enj adi prim ing, proses dim ana ada m em ori yang m engingat kan kit a m engenai sesuat u yang t erj adi di m asa lalu. Peran yang kem udian kit a j alankan kelak akan berkem bang m enj adi konsep diri. ( Deaux, 1993) . Konsep diri yang pert am a kali t erbent uk disebut konsep diri prim er ( Hurlock, 1974) . Hal ini diperoleh di lingkungan keluarga t erut am a pada t ahun– t ahun aw al kehidupan. Kem udian konsep diri akan t erus berkem bang sej alan dengan sem akin luasnya hubungan sosial yang diperoleh anak. Bagaim ana orang-orang disekit arnya m em perlakukan dirinya, apa yang m ereka kat akan t ent ang dirinya, st at us yang diraihnya dalam kelom pok akan m em perkuat dan m em odifikasi konsep diri yang t elah t erbent uk dalam keluarga.

Oleh karena st rukt ur konsep diri t ersebut berkem bang secara hirarkis dan saling t erkait sat u sam a lainnya, m aka ia akan m encapai t ingkat perkem bangan t ert ent u yang relat if st abil. Nam un ada j uga pendapat yang m engat akan bahw a sepanj ang kehidupan seseorang konsep diri individu secara kont inu akan berkem bang dan berubah ( Fit t s, 1971 & Hurlock, 1974) .

Sum ber inform asi unt uk konsep diri adalah int eraksi individu dengan orang lain. I ndividu m enggunakan orang lain unt uk m enunj ukkan siapa dia ( Cooley dalam Calhoun & Acocella, 1990) . I ndividu m em bayangkan bagaim ana pandangan orang lain t erhadapnya dan bagaim ana m ereka m enilai penam pilannya. Penilaian pandangan orang lain diam bil sebagai gam baran t ent ang diri individu. Orang lain yang dianggap bisa m em pengaruhi konsep diri seseorang adalah ( ( m enurut Calhoun dan Accocela, 1990 ) :

a. Orang t ua.

Orang t ua m em berikan pengaruh yang paling kuat karena kont ak sosial yang paling aw al dialam i m anusia. Orang t ua m em berikan inform asi yang m enet ap t ent ang diri individu, m ereka j uga m enet apkan pengharapan bagi anaknya. Orang t ua j uga m engaj arkan anak bagaim ana m enilai diri sendiri.


(2)

Kelom pok t em an sebaya m enduduki t em pat kedua set elah orang t ua t erut am a dalam m em pengaruhi konsep diri anak. Masalah penerim aan at au penolakan dalam kelom pok t em an sebaya berpengaruh t erhadap diri anak. b. Masyarakat

Masyarakat punya harapan t ert ent u t erhadap seseorang dan harapan ini m asuk ke dalam diri individu, dim ana individu akan berusaha m elaksanakan harapan t ersebut .

c. Hasil dari proses belaj ar.

Belaj ar adalah m erupakan hasil perubahan perm anen yang t erj adi dalam diri individu akibat dari pengalam an ( Hilgard & Bow er, dalam Calhoun & Acocella; 1990) . Pengalam an dengan lingkungan dan orang sekit ar akan m em berikan m asukan m engenai akibat suat u perilaku. Akibat ini bisa m enj adi berbent uk sesuat u yang posit if m aupun negat if.

I I . B. 3 . D im e n si Kon se p dir i

Menurut Calhoun & Acocella ( 1990) konsep diri m em iliki t iga dim ensi yait u penget ahuan t ent ang diri sendiri, pengharapan t ent ang diri sendiri dan penilaian t ent ang diri sendiri.

a. Penget ahuan

Dim ensi pert am a dari konsep diri adalah m engenai apa yang kit a ket ahui m engenai diri kit a, t erm asuk dalam hal ini j enis kelam in, suku bangsa, pekerj aan, usia dsb. Kit a m em berikan j ulukan t ert ent u pada diri kit a.

b. Pengharapan

Pandangan t ent ang diri kit a t idak t erlepas dari kem ungkinan kit a m enj adi apa di m asa m endat ang. Pengharapan dapat dikat akan diri ideal. Set iap harapan dapat m em bangkit kan kekuat an yang m endorong unt uk m encapai harapan t ersebut di m asa depan.

c. Penilaian

Penilaian m enyangkut unsur evaluasi, seberapa besar kit a m enyukai diri kit a sendiri. Sem akin besar ket idak- sesuaian ant ara gam baran kit a t ent ang diri kit a yang ideal dan yang akt ual m aka akan sem akin rendah harga diri kit a. Sebaliknya orang yang punya harga diri yang t inggi akan m enyukai siapa dirinya, apa yang dikerj akanya dan sebagainya. Dengan dem ikian dapat dikat akan bahw a dim ensi penilaian m erupakan kom ponen pem bent ukan konsep diri yang cukup signifikan.

Deaux ( 1993 ) m engat akan bahw a kesenj angan ant ara diri kit a yang akt ual dan diri kit a yang ideal akan bis m enim bulkan depresi, sem ent ara sem akin kecil kesenj angan ant ara diri kit a yang akt ual, dan diri kit a yang ideal akan m enim bulkan kepuasan.

I I . B. 4 . Pe r a n Kon se p D ir i

Konsep diri yang sehat . Konsep diri yang sehat akan m em pengaruhi kesej aht eraan psikologis individu. Orang akan m am pu coping t erhadap perubahan dan perist iw a yang m enekan j ika m em punyai konsep diri yang sehat ( Calhoun & Acocella, 1990)

Menurut Sanford & Donovan ( Kozier & Erb, 1987) pengaruh konsep diri dalam kehidupan individu berupa :

1. Dapat m em pengaruhi cara berpikir dan berbicara seseorang 2. Dapat m em pengaruhi cara individu m elihat ke dunia luar

3. Dapat m em pengaruhi individu dalam m em perlakukan orang lain. 4. Dapat m em pengaruhi pilihan seseorang

5. Dapat m em pengaruhi kem am puan individu unt uk m enerim a at au m em berikan kasih sayang.

6. Dapat m em pengaruhi kem am puan individu unt uk m elakukan sesuat u .

Hasil penilaian seseorang t erhadap diri dapat berupa konsep diri yang negat if m aupun posit if. Konsep diri yang posit if m enurut Bergm an ( 2000) adalah


(3)

I t ’s grow ing belief about yourself t hat helps you t o cope successfully w it h t he event s in your life, and t o m ake posit ive im pact t o ot hers.( w w w .rcu.edu/ publ)

Konsep diri yang posit if akan m em ungkinkan seseorang unt uk bisa bert ahap m enghadapi m asalah yang m ungkin saj a m uncul. Selain it u akan m em baw a dam pak posit if pula pada orang lain disekit arnya.

Sebaliknya konsep diri yang negat if adalah m erupakan penilaian yang negat if m engenai diri sendiri. Efek dari konsep diri yang negat if ini akan m em pengaruhi baik it u hubungan int erpersonal m aupun fungsi m ent al lainnya. ( Benner, 1985) . Begit u pent ingnya konsep diri dalam m enent ukan perilaku seseorang di lingkungannya sehingga diharapkan seseorang dapat m em punyai penilaian yang posit if m engenai dirinya.

Evaluasi t erhadap diri berkait an dengan harga diri, orang yang m em punyai penilaian posit if m engenai dirinya akan m em punyai harga diri yang t inggi, sebaliknya orang yang m em punyai penilaian yang negat if m engenai dirinya akan m em punyai harga diri yang negat if ( Deaux, 1993) .

I I . B. 5 . Pe r u ba h a n Kon se p D ir i.

Rasa ident it as diri hanya bisa berkem bang j ika seseorang m em punyai konsep diri yang st abil m engenai dirinya. Sulit bagi seseorang unt uk m enilai keadaan dirinya j ika konsep dirinya belum st abil. Ada beberapa fakt or yang m eyebabkan ket idak- st abilan konsep diri sepert i perubahan fisik, lingkungan, peran (role) ( Kozier & Erb, 1987) . Pada m asa pubert as, ada perubahan fisik yang m endadak disert ai dengan perubahan m ent al. Pada m asa pubert as, konsep diri akan berubah dan hal ini norm al t erj adi. Begit u pula pada m asa usia dew asa m enengah, dim ana fungsi reproduksi m ulai m enurun, begit u pula fungsi fisik.

Perubahan lingkungan j uga bisa m em pengaruhi perubahan konsep diri.

Misalnya anak yang harus berpisah dengan keluarganya karena akan kuliah ke t em pat lain. Pengalam an di t em pat yang baru, t ent unya berbeda dengan pengalam an dengan keluarga.

Perubahan peran pun dapat m em baw a perubahan konsep diri, apakah peran it u t erpaksa dij alani, at au individu it u t idak siap dalam m enj alani suat u peran baru . Perubahan peran akan m enim bulkan beberapa efek salah sat unya adalah kem bali m em pert anyakan “ Siapakah Saya?” , selain it u j uga akan m enim bulkan m asalah hubungan int erpersonal dan j uga pekerj aan, dan pada akhirnya bisa m eningkat kan ident it as diri yang negat if. ( Shereran & Abraham , dalam Baron , 1997)

Sam a hanya dengan m asa pensiun j ika perubahan peran dari seorang pekerj a ke peran seorang pensiunan cukup bisa dit erim a, m aka dapat diprediksikan bahw a individu it u akan berhasil m enyesuaikan diri ( Eyde, 1983) . I a m em punyai sikap yang posit if m engenai dirinya, sehingga m asa pensiun bukan sesuat u yang m enakut kan m alah m endorong ia m elakukan hal- hal yang belum pernah ia lakukan selam a ia akt if bekerj a. Orang yang m am pu m enyesuaikan diri dalam m enghadapi m sa pensiun m enurut Cecil Sm it h ( 2002) adalah orang yang m am pu m engem bangkan gaya hidup yang t erus berkesinam bungan m ulai pada w akt u ia m asih bekerj a sam pai ia m enghadapi m asa pensiun. Tidak heran ada pensiunan yang m encoba kem bali bekerj a, t api ada pula yang akt if dalam kegiat an organisasi sosial, keagam aan, m enekuni hobi, m engikut i sem inar dan sebagainya.

Begit u pent ingnya art i bekerj a pada individu, sehingga bagi seseorang yang m em asuki m asa pensiun akan m em but uhkan w akt u unt uk m erubah orient asi kehidupannya dari suasana bekerj a ke suasana w akt u luang yang panj ang, nam un secara psikologis ia t et ap m erasa dirinya pent ing. Pekerj aan berkait an dengan self seseorang. Dengan m em asuki m asa pensiun, ada perasaan t idak bernilai. Eyde ( 1983) m enj elaskan pensiunan akan kehilangan prest ise, kekuasaan, kehilangan akt ivit as rut in, dan kont ak sosial yang kesem uanya


(4)

berperan dalam pengurangan harga diri seseorang. Michael Longhurst ( 2001) m engat akan bahw a harga diri yang rendah t erj adi karena orang pensiun kehilangan beberapa aspek pent ing dalam kehidupannya. Orang yang m em punyai harga diri yang rendah m em punyai ciri ant ara lain m udah m erasa bersalah,t idak bisa m enerim a puj ian dari orang lain , m erasa bahw a orang lain t idak m enyukai m ereka , t akut unt uk dit olak, t idak bisa m engat akan t idak pada orang lain.

Pendapat lain yang dikem ukakan oleh Philips dkk. ( dalam , Hurlock, 1985) bahw a pensiun bisa m em baw a dam pak pada self im age seseorang yang biasanya cenderung negat if. Sedangkan self im age m erupakan bagian dari konsep diri. Jadi dapat dikat akan bahw a seseorang yang m em punyai self im age yang negat if akan m em punyai konsep diri yang negat if. Konsep diri yang negat if akan m em pengaruhi kesehat an m ent al seseorang. Selain it u ada beberapa fakt or yang m em pengaruhi konsep diri seorang pensiunan, ant ara lain:

a. Kesehat an

Beberapa penelit i m elakukan penelit ian dan m enem ukan bahw a kesehat an m ent al dan fisik m erupakan kondisi yang m endukung keberhasilan seseorang dalam beradapt asi. St reib ( 1956) m engat akan bahw a dengan kesehat an yang baik, seseorang akan lebih bahagia dalam m em asuki m asa pensiun. Menurut Michael Longhurst ( 2001) j ika seseorang m em asuki m asa pensiun dengan konsep diri yang posit if, punya penilaian yang posit if m engenai dirinya ia akan lebih berbahagia.

b. Tingkat sosial ekonom i.

Berbicara soal sosial ekonom i m aka secara sederhana kit a bebicara m engenai m asalah keuangan yang dihadapi pensiun. Di I ndonesia kaum pensiun m enerim a 75 % dari gaj i pokok. Hal ini akan m em berat kan keluarga yang keuangannya benar- benar t ergant ung dari pekerj aan ayah sebagai kepala keluarga. Rendahnya keuangan biasanya dihubungkan dengan t ingkat m oral yang j uga rendah pada kaum pensiun ( Biren, 1978) .

c. St at us

Orang yang m em andang pekerj aan it u adalah bagian dari ident it as diri sering m enolak m asa pensiun. Dalam hal ini uang t idak t erlalu m enj adi m asalah. Jika pekerj aan it u dilihat sebagai suat u alat unt uk m encari kont ak sosial, alat unt uk m enunj ukkan kem am puan int elekt ual, m encari pengalam an baru dan j uga m eraih prest ise t ert ent u; m aka keinginan unt uk m elanj ut kan bekerj a j auh lebih besar. Seseorang yang selam a m asa akt ifnya bekerj a akan m em peroleh pengakuan dari m asyarakat dan organisasi, sehingga ia cenderung lebih bisa beradapt asi dengan baik t erhadap m asa pensiun. Sebaliknya j ika seseorang m endapat st at us sosial karena hal yang sifat nya polit is, m aka orang it u cenderung m engalam i kesulit an saat m enghadapi m asa pensiun. Kebanggaan dirinya lenyap sej alan dengan hilangnya at ribut dan fasilit as yang m enem pel pada dirinya selam a ia m asih bekerj a ( Eyde. 1983) .

d. Usia

Pensiun sering di- ident ik- kan dengan m asa t ua. Banyak orang m em persepsi secara negat if t erhadap pensiun, dengan m enganggp bahw a pensiun it u m erupakan pert anda bahw a dirinya t idak berguna dan t idak dibut uhkan lagi. Sering kali pem aham an it u t anpa sadar m em pengaruhi persepsi seseorang sehingga ia m enj adi over sensit ive dan subj ekt if t erhadap rangsang yang m uncul. Kondisi inilah yang m em buat orang m enj adi sakit - sakit an saat pensiun t iba.

d. Jenis kelam in

Biasanya kaum pria lebih m engalam i m asalah dalam hal penyesuaian diri t erhadap m asa pensiun dibandingkan kaum w anit a ( Liebert 1986, Hurlock 1985) . Kaum w anit a akan kem bali berperan sebagai ibu rum ah t angga bila m ereka m em asuki m asa pension. Sedangkan kaum pria akan kehilangan ident it as sert a peran m ereka karena m ereka j uga kehilangan pekerj aan yang m em berikan rasa penghargaan dan rasa berguna bagi dirinya.


(5)

e. Persepsi seseroang t ent ang bagaim ana kelak ia m enghadapi proses penyesuaian diri m enghadapi m asa pensiun.

Hal ini berkait an dengan rencana persiapan yang dibuat j auh sebelum m asa pensiun t iba. Perencanaan yang dibuat sebelum m asa pensiun t iba akan m eningkat kan rasa percaya diri pada individu yang bersangkut an. Perencanaan ini m enyangkut berbagai aspek kehidupan sepert i keuangan, alt ernat if pekerj aan lain, kesehat an, spirit ual dan sosialisasi.

Jika fakt or–fakt or di at as m em pengaruhi kem am puan seseorang dalam m enyesuaikan diri pada w akt u m em asuki m asa pensiun, m aka int ervensi psikologis cukup diperlukan oleh karyaw an pra pensiun, sebagai bent uk t anggung j aw ab m oral pada pekerj a yang sudah m em berikan t enaga selam a ini.

I nt ervensi yang dilakukan dapat berupa t raining, sem inar, yang orient asinya m engarah pada persiapan psikologis m engingat ket ika seseorang m em asuki m asa pensiun, ia akan m em asuki perubahan peran yang m em baw a dam pak psikologis yang besar.

BAB I I I KESI M PULAN

Masa pensiun, khususnya di I ndonesia m erupakan m asa yang akan m enim bulkan gej olak psikologis m engingat ket ika seseorang berusia 55 t ahun ia harus m em asuki m asa pensiun. Masa pensiun di lit erat ur Barat selalu dikait kan dengan m asa dew asa akhir, hal ini t erj adi di negara Barat orang m em asuki m asa pensiun ket ika m ereka m em asuki usia 65 t ahun, suat u kondisi yang berbeda dengan di I ndonesia. Nam un konsep bahw a ket ika m asuki m asa pensiun, bagi sebagian orang ia sudah m em asuki usia yang cukup t ua, padahal dalam usia sepert i ini orang m asih bisa produkt if.

Akibat yang bisa dirasakan m uncul karena m em asuki m asa pensiun adalah seseorang kehilangan sum ber keuangan, harga diri, kont ak sosial, kehilangan m akna suat u pekerj aan, kehilangan referensi sosial, kehilangan rut init as kerj a. Kesem ua aspek ini akan m em baw a pensiunan kem bali m em pert anyakan “ Siapakah Aku ?” yang lebih dikenal dengan ist ilah Konsep Diri.

Masa pensiun bisa m em pengaruhi konsep diri, karena pensiun m enyebabkan seseorang kehilangan peran (role) , ident it as dalam m asyarakat yang dapat m em pengaruhi harga diri m ereka. Pensiun akan m enyebabkan seseorang kehilangan perannya dalam m asyarakat yang selanj ut nya m em pengaruhi st at usnya dan pada akhirnya bisa m em pengaruhi konsep diri m enj adi negat if. Akibat psikologis dari hal ini adalah nant inya akan m em pengaruhi kesehat an m ent al seseorang, dan j uga proses penyesuaian dirinya. Sedangkan akibat dari fisik adalah bisa m enim bulkan gangguan penyakit yang dikenal dengan ist ilah ret irem ent syndrom e.

Penyesuaian diri yang posit if di t ent ukan oleh berbagai fakt or ant ara lain kesehat an, sosial ekonom i, st at us, usia, j enis kelam in, dan persepsi seseorang t erhadap m asa pensiun it u. Unt uk it u int ervensi yang dilakukan unt uk m encegah proses penyesuaian diri yang kurang baik perlu dilakukan dengan m em pert im bangkan fakt or- fakt or di at as. Penyesuaian diri yang posit if akan m em berikan dam pak posit if pula pada aspek psikologis seorang pensiunan. I a akan m elew at kan m asa pensiun dengan rasa bahagia,bahkan bisa kem bali akt if m encari pekerj aan lain.

Perusahaan harus t et ap m em perhat ikan kesej aht eraan psikologis dari para karyaw annya yang sudah m em asuki m asa pensiun, karena sudah m em berikan sum bangan t enaga, pikiran kepada perusahaan selam a berpuluh t ahun bekerj a. Tanggung j aw ab ini sebaiknya dij alankan dengan serius, m engingat kebahagiaan seseeorang ket ika m em asuki m asa pensiun akan m enent ukan kebahagiaan orang t ersebut secara psikologis.


(6)

D AFTAR PUSTAKA

Aiken, Lew is, R., 1982 Lat er Life, (2nd ed) . New York : CBS College Publishing. Bam bang, W 1987. Kebahagiaan Perkaw inan Dalam Masa Pensiun ( Skripsi ) .

Jakart a : Fakult as Psikologi Universit as I ndonesia

Baron, R.A., & Byrne, ( 1997) Social Psychology ( 8t h ed ) . Massachusset es: Allyn & Bacon.

Birren, Jam s G; Sloane B.R., 1980.Handbook of Ment al and Aging ( edit or) . Englewood Cliffs ; Prent ice Hall.

Corsini, R.J.1987 The concise Encyclopedia of Psychology. Canada : John Willey & Sons .

Craig, G.1986. Hum an Developm ent ( 4t h ed) New Jersey : Prent ice Hall

Calhoun, J.F.& Acocella.J.R. ( 1990 ) Psikologi t ent ang Penyesuaian dan Hubungan Kem anusiaan ( 3r ed) . Sem arang : I KI P Sem arang Press.

Brophy, J.E., & Willis, Sherry,L.1981. Hum an Developm ent & Behavior. New York : St . Mart in Press.

Fit t s, William ,H. 1974. The Self Concept & Self Act ualizat ion. Research Monograph no.3. Los Angeles : Wet ern Psychological Sevices

Feldm an, Robert s. ( 2002) . Essent ials of Underst anding of Psychology ( 4t h ed) . New York : Mc Graw Hill.

Hurlock, B. Elizabet h. ( 1985) . A Life Span Approach ( 5t h ed ) New York: Mc Graw Hill.

Kim m el, Douglas, C.1980. Adult hood & Aging ( 2nd ed ) New York: Mc Graw Hill. Longhurst , Michael. 2001. Beat ing t he blues [ on line ] .ht t p/ /

w w w .yourret irem ent .com .au/

Mayanoelah, N. ( 1991) . Penyesuaian Masa Pensiun pada invidu t ype A dan t ype B. ( Skripsi ) . Depok : Fakult as Psikologi Universit as I ndonesia.

Perlm ut t er, M.& Hall, Elizabet h., 1985 Adult Developm ent and Aging New York; John Willey and Sons.

Rice, Phillips, 1986. Adult Developm ent and Aging. Massachushet : Allyn & Bacon. I nc.

Sm it h, Cecil, M. 2002 The Long Weekend : Transit ion & grow t h in Ret irem ent [ on –line] .ht t p/ / w w w .cedu.niv.edu/

Turner, Jeffrey,S., & Helm s. D., 1983. Life Span Developm ent . New York: Hold Saunder