Laporan Akhir Studi Ujicoba Tata Cara Pemantapan dan Perluasan Sistem Isyarat Dini dan Intervensi (S.I.D.I)
LAPORAN AKHIR
STUDI UJICODA TATA CARA PEMANTAPAN DAN PERLUASAN
SISTEM ISYARAT DINI DAN INTERVENSI
(S.I.D.I.)
.1 DIREKTORAT DINA GIZI MASYARAKAT
D1REKTORAT JENDERAL. PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKAT
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
JAKARTA 1987
Ringkasan
Sampai dengan Repelita III,
masih dibayangi
kerawanan
、ゥ「・セ。ー@
daerah di Indonesia
pangan pada
musimmusim
sehingga banyak penduduk menderita kekurangan
tertentu,
sampai
dalam
bentuk "honger oedeem" dan kematian.
Salah satu sebab terjadinya kerawanan pangan sampai
korban
adalah terlambatnya penanggulangan
kerawanan
pangan.
sampai
ke
pusat,
yang
Kelambatan
atau
timbul
penanganan
ini disebabkan informasi
pejabat pengambil keputusan di
belum
tingkat daerah dan
pada wakt.u i tu disebabkan adanya "keseganan"
atau
"ketakutan melaporkan kejadian rawan pangan karena menyangkut
"citra" daerah.
Dalam Repelita III dan IV (Bab Pangan dan Perbaikan
d igariskan kebi jaksanaan unt'.Jk mengatas i masalah
infcrmasi tersebut dengan mengembangkan suatu
Pangan dan Gizi (SKPG),
yang ditujukan
セゥコI@
keter larobatan
Kewaspadaan
sゥセエ・ュ@
(1). Untuk memberikan
informasi dini tentang kemungkinan adanya keadaan
gizi buruk
akibat timbulnya keadaan darurat seperti
kekeringan,
hama,
banji r,
pengelolaan
dan seoagainya;
dan
(2).
bencana
Untuk maksud perenca..'"laan.
penilaian programprogran
Perbaikan
gizi.
Dalam lokakarya SKPG bulan Januari 1980 disepakati bahwa mesalah
rawan
konsumsi
pengembangan
SKPG
pangan
d.i
perlu
Indonesia.
mendapat
Oleh
·prioritas
karen a
itu
dalam
Sistem
informasi dini untuk penanganan masalah kerawanan kosumsi pangan
i
yang
selanjutnya disebut sebagai
Sistem
Isyarat Dini
dan
Intervensi (SIDI), dikembangkan lebih dahulu.
Pengernbangan SIDI dirnulai dengan pelaksanaan pernanduan pada
tahun
...
1979 di
dilanjutkan di
kabupaten Lombok
Tengah
(NTB),
kemudian
kabupaten Boyolali (Jawa Tengah) dan
kabupaten
Karangasem (Bali) yang dilaksanakan oleb Puslitbang Gizi dengan
bantuan USAID.
Tujuan
kernarnpuan
Pengembangan
aparat
kemungkinan
SIDI
adalah
untuk
setempat mengamati
daerah
meningkatkan
Iepih
dini
akan terjadi krisis pangan melalui pelaporan data
indikator dan informasi yang berkesinambungan di suatu daerah.
Dengan
informasi tersebut,
pimpinan daerah setempat dapat
rnengambil langkahlangkah pengamanan/penanggulangan secara cepat
dan tepat sehingga akibat buruk dari krisis
ー。ョァセ@
itu dapat
dihindari.
Proyek
pemanduan
SIDI
di Lombok
Tengah
adalah untuk
rneneliti/mencari validitas indikator yang akan digunakan sebagai
alat
"peramal" (predictor), . diolah dan disajikan dalam bentuk
informasi
bagi Bupati.
Proyek ini juga rnengembangkan
rurnusan
pi 1 ihan untuk penanggulangan/tindakan yang kemungkinan
「・ウ。セ
L@
dapat diarnbil/diusulkan oleh Bupati.
Hasil dari pemanduan
tersebut digunakan
sebagai dasar
perluasan ke daerah lain; ' Pada saat ini mencakup tujuh provinsi
yaitu NTB,
Jateng,
Bali,
NTT,
Jabar,
Kaltim dan Jatim.
Berdasarkan pengalarnan perluasan SIDI ke daerah baru,
ii
Di jumpai
beberapa masalah yaitu kesulitan penyebarluasan SIDI ke daerah
l ain yang
pendukung
memerlukan
SIDI,
kesulitan dalam mernperoleh
yang akurat karena indikator berbedabeda diberbagai
serta masalahmasalah yang menyangkut
daerah,
data
organisasi dan koordinasi.
ketenagaan,
Berdasarkan permasalahan tersebut
diatas maka dipandang perlu untuk melakukan Ujicoba Pemantapan
dan Perluasan SIDI"
Ujicoba Tatacara Pemantapan dan Perluasan SIDI
diarahkan
untuk mengatasi masalahmasalah tersebut dengan tujuan
Menentukan metodologi penentuan kriteria daerah
untuk keperluan SIDI,
(1).
rawan
pangan
antara lain dengan validasi kriteria yang
Mela.kukan proses
pengembangan
dan
Pemantapan
pendekatan/sensitisasi ke Pemda.
SIDI
antara
lain
melalui
LatihanIatihan dan penyusunan
bukubuku pedoman SIDI.
Dari
hasil ujicoba ini secara umum
disimpulkan bahwa
penentuan daerah rawan pang·an untuk SIDI dengan menggunakan peta
kecamatan
rawan pangan DepDagri (1982) ternyata tidak sesuai.
Karena kecamatan
rawan DepDagri menggunakan
indikator statis
(pemilikan tanah, income, dsb), sedang SIDI memerlukan indikator
dinamis
waktu
yang
berubahubah sehingga perlu dimonitor terus dari
ke waktu.
Oleh karen a "itu untuk penentuan 、。・イセィ@
perlu di"lakukan studi kelayakan terlebih dahulu.
ini
juga telah dilakukan proses
tingkat pejabat daerah,
SIDr
Pada ujicoba
sensitisasi kepada berbagai
termasuk beberapa Bupati dan
iii
Ketua
Bappeda tentang SIDr dan masalah kerawanan pangan,
antara
melalui
latihanlatihan dan workshop serta publikasi
pedoman
SIDI.
Melalu'i
beberapa
proses sensitisasi tersebut kepekaan
Pemda terhadap masalah pangan penduduk menjadi makin tumbuh
diharapkan
bahwa
lain
dan
Pemda akan merasakan perlunya data/informasi
SIDI secara teratur dan berkesinambungan sehingga dapat diarnbil
tidakantindakan penanggulangan dengan cepat dan tepat.
iv
KATA PENGANTAR
Studi
Djicoba Tata Cara Pemantapan dan Perluasan Sistem Isyarat
Dini dan Intervensi (SIDI) Dalam Rangka Menanggulangi Krisis Konsumsi
Pangan, yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat Dep. Kes.
R.1.
merupakan
(DSF) )
salah satu subProyek Development
Studies Project
yai tu suatu proyek ker jasama antara Pemerintah
Badan Perencanaan
Indonesia,
dalam hal
ini diwakili
Pembangunan
Nasional
(BAPPENAS)
dan Departemen Keuangan dengan The United States Agency
for International Development (USAID).
DSP
bertujuan untuk membiayai
percobaan
dalam
penelitian/studi,
bidangbidang yang
terutama dalam masa Repelita IV,
penting
dan program
untuk
perumusan
yang dananya diperoleh dari hibah
Pemerintah Amerika Serikat dan anggaran Pemerintah Indonesia.
Studi ini telah disetujui oleh Panitia Pengarah DSP pada tanggal
12
Juli 1985,
kontrak tertanggal 13 Agustus 1985 (PIL NO.
Surat Persetujuan Perpanjangan Waktu
25)
dan
Penyelesaian Proyek Nomor
S297/DSP/I/87 tanggal 16 Januari 1987. Pelaksanaan Proyek ini selama
jangka waktu 24 bulan, sejak Agustus 1985 sampai dengan Juni 1987.
Sesuai tujuan DSP
bermanfaat,
harapan
kami
kiranya
khususnya dalam perumusan
laporan Studi
ini
kebijaksanaan di
pernbangunan yang berhubungan dengan bidang studi tersebut.
Jakarta, 30
dセカ・ャッーュョエ@
Juni
1987
Studies Project
DR. Sayuti Hasibuan
Ketua Steering Committee
v
DAFTAR lSI
Halaman
1.
Ringkasan
i
Kata Pengantar
v
Daftar Is i .
vi
Daftar Tabel
vii
Daftar Singkatan
viii
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang
1
B.
Ruang Lingkup Ujicoba
6
II. TUJUAN
7
III. METODOLOGI .
8
IV.
V.
A.
Langkah Langkah Pelaksanaan Ujicoba
8
B.
Lokasi dan Waktu UJicoba
9
PELAKSANAAN DAN HASIL
10
A.
Peningkatan Kemampuan Tim SIDI
10
B.
Penyempurnaan Pedoman dan Dokumen SIDI
13
C.
Studi Kelayakan dan Penyusunan Pedoman
18
D.
Pengembangan SIDI di Daerah Baru
30
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
41
DAFTAR PUSTAKA
43
LAMPIRAN .
44
1.
Susunan Tim U j icoba Tingkat Pusat
2.
Buku Penjelasan dan Pedoman SIDI
vi
44
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Instansi dari Berbagai Tingkat Administrasi di
Daerah Ujicoba yang di
22
Daftar Kabupaten Rawan Menurut Kriteria dari
Reponden dan peringkatnya di Tiga Provinsi .
23
Tab el 3
Kriteria Kabupaten Rawan Menurut Responden .
24
Tabel 4
Jumlah dan Nama Tiga Kecamatan untuk Konfirma-
sl. ell. seruu.i.lan Kabupaten .
27
Tabel 2
vii
GLOSSARY OF TERMS
The following terms and abbreviations are used in the report
BAPPEDA
Provincial Planning and Development Agency
Perencanaan Pembangunan Daerah)
(Badan
BPGD
Nutritional Improvement Board
(Badan Perbaikan Gizi Daerah)
BULOG
National Logistic Board (Badan Urusan Logistik).
The Indonesian National Agency that buys, stores,
transports and sells rice to maintain a ceiling
price for rice.
BUPATI
Head of District Level Administration
(Kepala Daerah Tingkat II)
CRDN
Center for Research and Development in Nutrition
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi)
Development Studies Project (USAID)
FNSS
Food and Nutrition Surveillance System.
(Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi)
IPB
Bogor Agricultural Institute
(Institut Pertanian Bogor)
NIHRD
National
Institute
of
Health
Research
Development
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan)
PMMR
People's Food Menu Improvement.
A Task Force under
Coordination of Minister of People's Walfare.
(Perbaikan Menu Makanan Rakyat)
REPELITA
Five Year Development Plan.
(Rencana Pembangunan Lima TahU!1)
TWIS
Timely Warning and Intervention System.
(Sistem Isyarat Dini dan Intervensi/SIDI)
viii
and
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disadari
bahwa
perencanaan dan
oleh
dalam Pelita I
dan
kegiatan
II
pengelolaan program gizi kurang d i landasi
informasi yang memadai.
Oleh karena itu dalam Pelita
III diupayakan pengembangan sistem informasi guna menyediakan
informasi
secara berkesinambungan
baik untuk
keperluan
perencanaan maupun pengelolaan program pangan dan giz i .
Laporan Panitia FAO/WHO/UNICEF tahun 1976 mengenai "Nutrition
Surveillance" telah membangkitkan
Indonesia untuk mengembangkannya.
Surveillance"
セ
Pada dasarnya
Sistem
Pemantauan
Isyarat Dini
Status Gizi
("Early Warning
("Nutritional
Monitoring System") dan kegiatan penelitian yang
dengan
"Nutrition
merupakan suatu sistem informasi yang meliputi
ァゥ。エョMォ・@
System") ,
minat kalangan gizi di
pangan dan gizi
Status
berkaitan
("Nutritional · Assessment").
Di
Indonesia "Nutrition Surveillance" dikenal dengan nama Sistem
Kewaspadaan
pengembangan
Pangan dan Gizi (SKPG).
SKPG
Tahap pertama kegiatan
di Indbnesia berbentuk penelitian yang
bertujuan untuk menemukan ·suatu sistem yang berjalan disuatu
daerah.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Giz i,
Badan
Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan, dengan ba.ntuan teYJlis cfari Universitas Cornell dan
dana dari USAID (Loan
No.
1
497T040) ;
Dalam perkembangan selanjutnya dilibatkan Institut Pertanian
Bogor
(IPB)
untuk segi teknis dan
Direktorat Bina Gizi
Masyarakat dalam segi operasional.
Dalam lokakarya SKPG pada bulan Januari 1980 disepakati bahwa
masalah rawan konsumsi pangan perlu mendapat prioritas dalam
pengembangan
SKPG
di Indonesia.
Oleh
karena itu sistem
informasi dini untuk penanganan masalah kerawanan
pangan,
konsumsi
yang selanjutnya disebut sebagai Sistem Isyarat Dini
dan Intervensi (SIDI) dikembangkan lebih dahulu.
Pengembangan SIDI dimulai di kabupaten Lombok Tengah,.:
Nusa
Tenggara
perumusan
Barat dengan tujuan mencari
metodologi
SIDI dan merumuskan SIDI kabupaten yang kemudian
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam suatu penelitian
ujicoba .
Pada tahap selanjutnya pengembangan SIDI
beralih
pada kegiatan sistem secara operasional yang dilaksanakan
oleh pemerintah daerah dan kegiatan perluasan SIDI ke daerah
baru yaitu ke kabupaten Boyolali di Jawa Tengah dan kemudian
kabupaten Karangasem,
Bali.
Perluasan SIDI
k e
kabupaten
Boyolali mengandung maksud untuk menerapkan metodologi
yang
dikembangkan di Lombok Tengah untuk daerah lain yang keadaan
lingkungan geografik dan pola pertanian serta pola konsumsi
pangannya berbeda .
Perluasan ke kabupaten Karangasem antara
lain bertujuan untuk memberikan peranan y ang lebih besar pada
tingkat provinsi sedini mungkin dalam pengembangan SIDI.
Untuk itu sebelumny a disusun suatu buku petunjuk agar tenagatenaga
pengelola
SIDI di tingkat provinsi
2
dapat
melakukan
sendiri
kegiatan
mengembangkan
perumusan
srDr
untuk
kabupaten,
dan melakukan supervisi ke tingkat
kabupaten.
Dalamkegiatan tersebut tim pengelola provinsi masih mendapat
bantuan
teknis
dari tim peneliti SKPG
berupa
latihan
dan
bimblngan teknis .
Pengalaman
Tengah,
yang
Boyolali
pengembangan
diperoleh dari tiga kabupaten
dan
di
suatu
Karangasem)
daerah
bersangkutan, sehingga sistem yang
daerah
yang
(Lombok
menunjukkan
bersifat
bahwa
khas
daerah
dapat diterapkan di suatu
memerlukan penyesuaian jika akan dialihkan ke
lain.
Hal tersebut terjadi karena
waktu-waktu
kejadian
berbeda
antar
keadaan
daerah
daerah-daerah
masalah,
dan berat ringan masalah rawan
daerah.
dan
penyebab
daerah
Disamping
fasilitas yang
kabupaten,
itu
lingkungan
ada
dengan
bervariasi
pangan
fisik
antara
pengelolaan
demikian
penanganan masalahnyapun dapat berbeda.
SrDr dikembangkan sebagai suatu sistem tingkat kabupaten
dengan beberapa pertimbangan yaitu :
1 . Tindakan
yang
intervensi sebagai tindakan
diterima
terhadap
dapat dilakukan dalam waktu
informasi
yang
relatif
singkat.
2. Karena
tempat
tempat
dilakukan
pengambilan
masalah
dengan
terjadi,
keputusan
p engarnbilan
menggunakan gabungan
relatif
dekat
keputusan
antara
ke
dapat
informasi
hasil analisis data indikatordan hasil observasi langsung
di lapangan.
3
-
- ....;;:
3. Sistem
pada
tingkat
kabupaten lebih
luwes
dan
mudab
upaya
untuk
disesuaikan dengan perubahan keadaan setempat.
4. Sistem
tingkat
kabupaten
memudahkan
mengefisiensikan pengelolaan.
5. Pemerintah
Daerah
tingkat II
mempunyai kemampuan
untuk
mengatasi masalah dengan sumber daya dan dana sendiri.
Keterlibatan
pihak
pengelola
pengembangan,
Direktorat
program
Bina Gizi
mulai
dari
Masyarakat
tahap
sebagai
awal
merupakan langkah penting pada masa
kegiatan
peralihan
dari proyek panduan menjadi kegiatan operasional.
Oleh
karena
itu perluasan SIDI ke daerah baru
sudah
dilakukan dan dikelola oleh Direktorat Bina Gizi
Dengan
pedoman
pengalaman
yang
provinsi
ada,
Nusa
kabupaten.
di daerah panduan
SIDI
Kemudian
ke
diperluas
Barat,
Tenggara
dan
beberapa
-di
dapat
Masyarakat.
menggunakan
lima
Jawa
kabupaten
Tengah
provinsi
buku
di
lain
di
satu
sudah
mengembangkan SIDI yaitu Nusa Tenggara Timur (dua kabupaten),
Kalimantan
Timur
kabupaten),
Jawa
(dua
Barat
.kabupaten),
Jawa
(satu kabupaten)
dan
Timur
Bali
(tujuh
(tujuh-
kabupaten) .
Berdasarkan pengalaman pengembangan SIDI di daerah baru
dihadapi berbagai rnasalab yang perlu mendapat pemecahan, agar
dalam pengembangan SIDI ke daerah lain dapat diatasi.
4
Masalah utama yang dihadapi adalah :
1. Pemilihan daerah baru untuk pengembangan SIDI Tidak
daerah
memerlukan
dipilih
ッャ・セ
itu
SIDI dan tidak selalu
[@ ー・ュイゥョエ。ィ@
suatu
semua
kabupaten
daerah sesuai untuk SIDI.
yang
Karena
cara untuk mengidentifikasi daerah untuk
SIDI
perlu dikembangkan.
2.
Penentuan indikator untuk peramalan keadaan rawan konsumsi
pangan.
Metodologi
penentuan indikator sampai saat
berlandaskan pada anal isis hasil studi Kalender
dan
Riwayat
Krisis
Konsumsi Pangan untuk
ini
Pertanian
daerah
ケ。セァ@
bersangkutan.
Masalah
Kalender
yang
sering
Pertanian
dalam
penyusunan
adalah ketidaklengkapan data
rutin dan reliabilitas data
serta
dihadapi
kadang-kadang
セ。ョァ@
daerah pertanian yang bersifat
studi riwayat krisis konsumsi pangan,
laporan
diragukan,
multikultur.
Dalam
karena situasi yang
membaik di berbagai daerah, menjadi sulit untuk melukiskan
riwayat
kejadian
daerah
tertentu.
krisis
konsumsi pangan
Karena
itu perlu
untuk
dicari
daerahmetode
alternatif untuk merumuskan SIDI.
3. Masalah Organisasi dan Ketenagaan
Dalam waktu yang lalu di tingkat pusat pengembangan SIDI
dikelola oleh suatu tim kecil di Direktorat Bina Gizi
Masyarakat dibantu oleb unsur. teknis dari Puslitbang Gizi
dan
IPB.
mengembangkarl
Karena semakin
SIDI,
tim
banyak daerah yang mulai
di tingkat
pusat
perlu
5
-.:=""":
-
disempurnakan
beik
dari sudut unsur-unsur yang
terlibat
maupun kemampuan teknis.
Karena
dalarn
Repel ita
IV
SIDI
direncanakan
dikembangkan ke 12 provinsi yang dipandang mempunyai
untuk
masalah
kerawanan konsumsi pangan, pemecahan masalah-masalah tersebut
diatas
ke
dirasakan sangat mendesak.
daerah
suatu
baru perlu diadakan
ujicoba
untuk
Untuk pengembangan SIDI
perbaikan
dijadikan
dasar
dengan
yang
melakukan
Iebih
mantap
terutama metodologi, organisasi dan ketenagaan.
B. Ruang Lingkup Ujicoba
Pengembangan
dan perluasan SIDI memerlukan
perencanaan
yang terarah serta efisien.
Dari
pengalaman
pengembangan
seperti
diuraikan
di
atas,
pelaksanaan ujicoba SIDr perlu didukung oleh :
1. Tim
ujicoba
semua
SIDr yang
anggota-anggotanya
berasal
dari
institusi terlibat dengan mekanisme koordinasi yang
mantap.
2 . Tim
SIDr
tingkat provinsi yang
mampu
merencanakan
dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebutuhan daerah.
3. Penyempurnaan pedoman pelaksanaan SIDr agar setiap Iangkah
kegiatan
dapat
dilakukan dengan mudah,
sederhana
serta
supervisi yang minimum.
4. Studi
kelayakan
di provinsi yang memiliki
daerah
rawan
konsumsi pangan untuk menentukan kabupaten-kabupaten rawan
dimana SIDr diperlukan.
6
II.
Proyek
Ujicoba
TUJUAN
Tata
Cara Pemantapan dan
Perluasan
SIDI
bertujuan :
1. Meningkatkan kemampuan tim SIDI di tingkat Pusat
2. Melakukan
Ujicoba
Studi Kelayakan untuk
menentukan
d-e.erah
SIDI.
3. Menyusun
dan menyempurnakan prosedur pengembangan SIDI
yang
meliputi
a.
Penjelasan Umum Sistem Isyarat Dini dan Intervensi
b. Pedoman Penentuan Daerah SIDI
c. Pedoman Perumusan SIDI
c!.. Pec!.ornau Pen:,rl..lsunan Pe"!:.un juk Pe 1 o.ks anaan SID I
e. Pedoman Supervisi SIDI
4. Mengembangkan
perluasan
dan melakukan ujicoba tatacara pemantapan
SIDI ditingkat provinsi berdasarkan
pedoman
dan
3.a,
3.c, 3.d, dan 3.e.
5. Memantapkan
prosedur kerja SIDI dalam pengambilan
untuk intervensi dan perencanaan program.
7
keputusan
III. METODOLOGI
A. Langkah-Langkah Pelaksanaan Ujicoba
1.
Membentuk
tim ujicoba SIDI di tingkat pusat yang
dari· Tim
Penasehat,
anggota-anggotanya
Masyarakat,
Tim Pengarah,
berasal
Departemen
dari
terdiri
dan Tim Teknis
Direktorat
Pertanian,
yang
Bina
Departemen
Gizi
Sosial,
Departemen Dalam Negeri, Puslitbang Gizi dan IPB.
2.
Mempersiapkan
dan menyempurnakan pedoman serta penjelasan
SIDI yang terdiri dari :
a. Penjelasan Umum Sistem Isyarat Dini dan Intervensi
b. Pedoman Penentuan Daerah SIDr
c.
Peduman Fer·umusdH SIDI
d. Pedoman
Petunjuk
Penyusunan
Pelaksanaan
SIDI
e. Pedoman S0pervisi SIDI
3. Mengadakan
pendekatan
kelayakan
SIDI
ke daerab untuk pelaksanaan
di tiga provinsi
yaitu
Sumatera
studi
Barat,
Larnpung dan Jawa Tengah, dan ujicoba SIDI.
4. Mengadakan
lokakarya
menetapkan
daerah
hasil
studi
ujicoba SIDI dan
kelayakan,
menentukan
untuk
langkah-
langkah serta waktu pelaksanaan kegiatap ujicoba
di
I
masingmasing provinsi.
5. Memberikan
latihan dan
pada tim SIDI
セオー・イカゥウ@
tingkat
'"
Provinsi yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Pemerintah
Daerab.
6. Melakukan pemantauap proses perumusan SIDI meliputi Studi
Riwayat
Krisis Konsumsi
Pangan
(RKKP)
dan
Kalender
8
_ _ _
"- "- -
7
".
Pertanian
(KP),
anal isis indikator,
pelaksanaan SIDI kabupaten,
penyusunan
yang dilakukan
pedoman
oleh tim SIDI
provirlsi d l'tn dibantu oleh tenaga pembantu lapang pusat.
7 . LokaRarya
SIDI
tingkat kabupaten
rumusan dan pelaksanaan SIDr
-;
8. Latihan tim SIDr kabupaten,
9. Melakukan
yang
membahas
konsep
kabupaten.
kecamatan dan desa.
pemantauan dan evaluasi proses pelaksanaan SIDI
di daerah ujicoba.
B. Lokasi dan Waktu Ujicoba
Studi dilakukan di tiga provinsi yaitu Lampung, Sumatera
Barat
dan
Jawa Tengah,
dengan Juni 1987.
9
mulai bulan
Agustus
1985
sampai
IV.
PELAKSANAAN DAN HASIL
A. Peningkatan Kemampuan TimSIDI
1.
Tingkat Pusat
Diwaktu yang lalu,
hanya
ditangani
dari
unsur
Gizi,
dan
kaitannya
(PMMR)
oleh tim kerja yang
Direktorat Bina Gizi
anggotanya
Masyarakat,
Institut Pertanian Bogor.
dengan
dibawah
mengadakan
sektor.
di tingkat pusat pengelolaan SIDI
Pokja
Perbaikan
koordinasi
Menko
Puslitbang
Tim ini belum
Menu
Kesra
Makanan
yang
lnl
belum mempunyai mekanisme
ada
Rakyat .
bertugas
pembinaan program pangan dan gizi di
Tim
terdiri
berbagai
kerja
yang
jelas dengan tim SIDI daerhll. Oleh karen a itu jika terjadi
suatu
masalah operasional SIDI dilapangan yang menyangkut
sesuatu
instansi,
maka
timbul
kesulitan
dalam
pemecahannya.
Peranan
SIDI
di
tim SIDI tingkat pusat dalam
pengembangan
daerah pada dasarnya adalah membantu
Pemerintah
Daerah dalam hal
a. Mengembangkan
kemampuan
teknis
pengelolaan
daerah antara lain melalui bimbingan
teknis,
SIDI
di
latihan,
masukan teknis dan studi perbandingan.
b. Melancarkan
pel'aksanaan
dan
pengelolaan
SIDI
dalarn
untuk perurnusan kebijakan yang
dapat
menangani masalah krisis konsumsi pangan.
c. Memberi
masukan
mernbantu kelancaran dan keberbasilan pelaksanaan SIDI.
10
Mcmbcrikan
Q.
masukan
teknis
penanganan
、セャ。ュ@
ュセウィャ@
maupun pengembangan sistem melalui penelitian.
Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut di atas, maka
tim
SIDI
tingkat
pengelolaan
dibawah
SKPG.
pusat
perlu
meningkatkan
dan memperkuat organisasi.
kemampuan
Dalam Pokja PMMR
koordinasi Menko Kesra telah dibentuk
sub
memperkuat organisasi tim SIDI tingkat pusat,
uョセオォ@
telah diadakan reorganisasi keanggotaan tim SIDI.
unsur
Pokja
kesebatan
(Direktorat
Puslitbang Gizi) dan IPB,
Departemen PertMlian,
Negeri.
Dasar
Bina
Gizi
Selain
Masyarakat,
diperkuat dengan masuknya unsur
Departemen Sosial, Departemen Dalam
pertimbangan penyusunan tim SIDI
tingkat
pusat adalah :
a . Keikutsertaan
Pertanian,
menunjang
sektor-sektor
Sosial
kesebatan
selain
dan Dalam Negeri,
pelaksanaan
kegiatan di
yaitu
diperlukan untuk
daerab.
Hal
dapat meyakinkan instansi-instansi dan tim SIDI
1n1
daerah
bahwa, kegiatan SID I adalah kegiatan 1 intas sektor.
b. Puslitbang
menunjang
Gizi
dan
khususnya
IPB
merupakan
memberikan
instansi
masukan
yang
teknis
dan
penelitian.
Dalam
pusat
dan
upaya meningkatkan kemampuan tim SIDI
daerah
telah
dilaksanakan
tingkat
kegiatan-kegiatan
berikut :
a.
Pertemuan yang dilakukan secara berkala
Dalam
pertemuan
ini dibahas perkembangan
11
pelaksanaan
SIDI
di
daerah,
identifikasi
masalah,
alternatif-
alternatif pemecahan masalah, dll.
b. Studi perbandingan kedaerah Lombok Tengah yang
oleh
anggota
tim
srDr
tim daerah ujicoba dan disertai
tingkat
perbandingan
diikuti
ke
pusat.
Dengan
Lombok Tengah
anggota
adanya
diharapkan
studi
tim
dapat
mempelajari faktor-faktor yang mendorong dan mengbambat
keberhasilan pelaksanaan SrDI.
C.
Latihan dan Pertemuan
Anggota
unsur
tim SrDr tingkat
Departemen
Departemen
Dalam
ーオウセエL@
terutama dari
Negeri,
unsur-
Departemen
Sosial,
Pertanian selalu berperan dalam latiban tim
SrDr daerah.
d. Pertemuan
Bupati
dan Ketua Bappeda
tingkat
provinsi
dengan anggota tim SrDr tingkat pusat di Cimacan.
Pertemuan ini dimaksudkan untuk memantapkan
SrDr
di
organisasi
daerah dan mendapatkan dukungan politis
dari
para pengambil keputusan.
e. Pertemuan
BPGD
provinsi yang telah melaksanakan
SrDr
dan anggota tim SrDr tingkat pusat, di Cimacan.
Salah
satu prinsip pengembangan SrDr di daerah
adalah
menggunakan wadab koordinasi yang sudah ada yai tu Badan
Perbaikan
Gizi
Daerah (BPGD).
organisasi fungsional yang bersifat
anggotanya
berkaitan
adalah
dengan
Badan ini
merupakan
koordinatif,
yang
instansi
yang
wakil aari berbagai
rnasalah penanganan pangan dan
12
gizi.
Karena fungsi BPGD bersifat koordinatif maka diperlukhll
keterikatan
semua
anggota
secara
langsung
dalam
mengelola pr6gram pangan dan gizi, termasuk SIDI.
Hasil
pertemuan
maSalah-masalah
bermanfaat
ini
yang
bagi
adalah
untuk
dihadapi
mengidentifikasi
daerah,
tim pusat untuk
yang
rencana
sangat
pelaksanaan
selanjutnya.
2. Tingkat Daerah
Untuk melaksanakan kegiatan SIDI di berbagai
administrasi
bersifat
telah
lintas
Tim SIDI
dibentuk tim SIDI.
sektor dan merupakan
tingkat
salah
daerah
satu
pokja
Dengan demikian koordinasi lintas sektor ini
dalam BPGD.
dapat berjalan dengan baik dan terdapat hubungan kerjasarna
yang
serasi
antara
instansi
sumber
informasi
dengan
instansi pemakai.
Sesuai
dibentuk
dengan
tim
instansi
di daerah ujicoba
hal diatas,
SIDI yang sekurang-kurangnya
Kesehatan,
Pertanian,
telah
beranggotakan
Sosial,
dan
Pemda
Universitas setempat.
B. Penyempurnaan Penjelasan dan Pedoman SIDI
Dalam
ada
pelaksanaan
kesukaran
perumusan
karena
SIDI
terutama
dapat
SIDI di
dalam
pernahaman
dan pelaksanaan
itu buku pedoman yang
disernpurnakan
dan
kegiatan
SIDI ,
pemahaman
Oleh
ada perlu diperbaiki
dengan
kondis i
13
NM M
セ
N@
dan
mudah
dipahami
setempat.
Dengan
agar menjadi lebih sederhana,
disesuaikan
dirasakan
indikator.
analisis
ウオセ。ィ@
daerah
demikian
jelas,
pelaksana
dapat
perumusan
SIDI di daerah mempunyai
pegangan
yang
menggunakannya dengan baik dan dapat melakukan
SIDI
menciptakan
secara tepat.
pengertian
Selain
yang
sama
itu
dapat
membantu
SIDI
diantara
tentang
pelaksana SIDI di daerah.
1. Proses Penyusunan Buku Pedoman
Buku
pedoman
pengembangan
dengan
pengalaman
berdasarkan
SIDI di daerah.
Proses penyusunan
mengkaji pengalaman pengembangan SIDI di
provinsi
lama.
disusun
dimulai
beberapa
dalam menggunakan pedoman dan dokumen SIDI
Penyempurnaan
buku
pedoman
yang
yang
sudah
ada
dimaksudkan untuk digunakan dalam pelaksanaan ujicoba.
Penyusunan
rancangan
buku pedoman memerlukan
waktu
tiga bulan , dari bulan Oktober 1985 sampai dengan Desember
1985 .
Dalam beberapa pertemuan dibahas materi-materi Yhllg
diperlukan,
kerangka penulisan dan bahan-bahan penunjang.
Agar perumusan dan analisis indikator SIDI mudah
maka untuk menyederhanakan penyajian konsep,
dipahami
buku Pedoman
Perumusan SIDI dibagi menjadi 3 jilid.·
Buku penjelasan pedoman SIDI yang disusun terdiri dari
a.
Buku Penjelasan Sistem Isyarat Dini dan Intervensi
Buku
lnl menyajikan secara khusus tentang
tujuan,
cara
ker ja,
langkah
pengelolaan organisasi SIDI.
14
pengertian,
pengembangan
dan
b.
Pedoman Pelaksanaan Studi Kelayakan SIDI
Buku ini disusun atas dasar pelaksanaan studi kelayakan
untuk
mencari cara penentuan kabupaten rawan
konsumSi
pangan di tiga provinsi.
C .
Pedoman Perumusan SIDI (Buku I ) .
Pecioman
ini mengernukakan garis hesar tentang
langkah
perurnusan
SIDr
strategi
penetapan
indikator,
meliputi
lElngkabker ja ,
mekanisme
langkah perumusan
dan
intervensi SIDI.
Langkablangkah
indikator,
perurnusan SIDI terdiri dari
jalur
pelaporan,
v/aktu
pencarian
perarnal an
dan
pengamatan s i tuasi serta penetapan intervens i.
d. Pedoman Perumusan SIDI (Buku II).
Buku ini menyajikan petunjuk untuk melaksanakan
Riwayat
Krisis
Pertanian
proVlnsl
Konsums i Pangan
(RKKP)
dan
Kalender
dengan tujuan agar tim SIDI
(KP)
studi
tingkElt
dapat memahami langkahlangkah teknis
secara
terinci.
Mengenai
pengolahan
studi RKKP dibahas cara pengumpulan
data krisis konsumsi
interpretas i .
pencatatan,
Tentang
studi
pengolahan dan
pertanian utarna
pangan
KP
dan
serta cara
dibahas
cara
interpretasi data hasil
baik tElnaman
pangan
maupun
bukan
tanaman pElngan pada tingkat kecarnatan.
e. Pedoman
Buku
Perumusan
ini
SIDI
rnerupakan
15
"
(Buku I I I) .
pedoman
anal isis
penentuan
indikator,
yang
dan
RKKP.
studi
anal isis,
cara
Juga
Dalam buku
prosedur
menetapkan
petunjuk
mencakup kaitan antara hasil studi KP
'untuk
ini
metoda
uji sensitifitas dan spesifisitas,
indikator dan
mendapatkan
dikemukakan
dijelaskan
perlunya
titik
batasnya
indikator
lokal.
dan
val idas i
serta
peninjauan
kembali indikator yang digunakan.
f.
Pedoman
Penyusunan
Bimbingan
t・yセゥウN@
Buku
ini
Petunjuk
Pelaksanaan
dimaksudkan agar tim SIDI
SIDI
tingkat
provinsi
mampu menyusun petunjuk pelaksanaan SIDI dan
teknis pada masing-masing tingkat.
sya:::-a-t-s;:,"arat
petunjuk,
dan
bimbingan
Dijelaskan cara dan
menyusun pe-tunjuk pelaksanaan STDl,
isi
dasar-dasar penyelenggaraan bimbingan teknis
dan hal-hal yang perlu diperhatikan.
2. Pengujian dan Evaluasi Buku Pedoman
Setelah
digunakan
rancangan
dalam
kegiatan
selesai,
buku
pengembangan
pedoman
SIDI
di
SIDI
daerah
ujicoba, mulai dari bulan Januari 1986 sampai dengan April
1987.
Evaluasi terhadap buku pedoman dilakukan melalui :
pemantauan selama latihan,
dalam
hasil
latihan,
penggunaannya
perumusan SIDI dan wawancara dengan tim SIDI daerah
selama supervisi.
Selama
kegiatan evaluasi diperoleh gambaran
tentang
buku-buku pedoman sebagai berikut :
a . Untuk
memahami
buku pedoman ternyata
harus
latihan dan memerlukan pengalaman lapang.
16
disertai
b. Masih
ada
istilah
interpretasi
セ@
dan
berbeda,
pengertian
yang
menimbulkan
sukar dipahami dan
memerlukan
penjelasan.
c. Beberapa informasi dan data yang dicantumkan dalam buku
pedoman
sUKar
karena
perbedaan
memberikan
didapatkan
at au
sistem.
tidak
Buku
selalu
sesuai
pedoman
alternatif pemecahan bila
kurang
dihadapkan
pada
permasalahan di atas.
d. Pemberian
contoh analisis dan cara pengisian
formulir
masih membingungkan.
e. Untuk
memahami
buku pedoman SIDI melalui
daerah
diperlukan
selama
ini
waktu
sekitar
latihan SIDI di daerah
68
latiban
jam,
hanya
di
sedangkan
berlangsung
seki tar 25 jam.
Masukan
yang diperoleh dari hasil ujicoba penggunaan buku
pedoman digunakan untuk penyempurnaannya.
3. Tindak Lanjut
Bahan-bahan
me 1akukan
tersebut diatas merupakan masukan
revisi buku Pedoman dan Dokumen
Buku Perumusan SIDI yaitu Buku I,
Pelaksanaan
dengan
revisi
Juni 1987.
diharapkan
SIDI
untuk
terutama
II dan III.
ini dilakukan dari bulan
Mei
sampai
Hasil revisi (Buku Pedoman terlampir)
dapat digunakan dan disebarluaskan
pengembangan SIDI lainnya.
17
ke
daerah
c. Studi Ke1ayakan dan Penyusunan Pedoman
Penga1aman
rnenunjukkan
yang dipi1ih tidak sesuai,
tidak
di jurnpai;:
Oleh
bahwa dapat
terjadi
kabupaten
karena masa1ah kerawanan konsurnsi
sebab
itu da1am
me1aksanakan
diper1ukan cara menentukan daerah yang tepat,
SrDr
sederhana
dan
menggunakan informasi yang surrah ada.
Pada
mungkin
dasarnya SrDr diper1ukan oleh semua kabupaten yang
terancam
masa1ah rawan
konsumsi
Keadaan
pangan.
berubah terus menerus di semua daerah dan tidak se1a1u
dapat
dirama1kan.
Oleh
karen a itu dida1am penentuan daerab harus
kejadian krisis konsttmsi pangan de.lam ウ・ーセャオィ@
untuk
mempero1eh
bersangkutan .
menga1ami
keci 1.
daerah
di
daerab
kerawanan konsumsi pangan
sebab
yang
tahun
エN・イ。ャセゥZM
gambaran yang 1ebib baik dari daerah
Seba1iknya
Oleh
diperhatikan
pernah
itu
kemungkinan
SIDr 1ebih tepat
rnenga1ami
masa1ah
pernah
tidak
ケ。ョセ@
yang
terjadinya
dikembangkan
kerawanan
di
konsumsi
pangan.
Pemi1ihan
berdasarkan
da1am
SIDI
kabupaten
ada
yang
tidaknya
kecarnatan rawan
sepu1uh tahun terakhir.
diberikan
jum1ah
kecamatan
yang 1ebib akhir.
tiday...nya
kepada
memer1ukan
SIDI
ditentukan
konsumsi
pangan
Prioritas untuk pengembangan
kabupaten
dengan
rawan konsumsi pangan dan
mempertimbangkan
tabun
kejadian
Guna mendapatkan cara untuk menentukan ada
kecamatan rawan disuatu kabupaten diper1ukan
suatu
studi ke1ayakan.
18
. __
セ
ZN。@
⦅@
Mセ@
1 . lujuan
Studi
mengembangkan
be..r tujuan
penentuan
cara
kabupaten yang sesuai untuk penerapan SIDI selain itu juga
sekaTigus
menentukan kabupaten untuk uji-coba
pemantapan
dan perluasan §IDI.
2 . Metodologi
a.
Pendekatan
Sebelum studi dilaksanakan, diadakan pendekatan ke
provinsi
untuk
setempat
tentang
rnemberi
penjelasan
SKPGkhususnya
pejabat
kepada
SIDI
dan
Studi
Kelayakan.
b. Lokasi dan waktu studi
Studi
Lampung,
lapang dilakukan di tiga provinsi
Sumatera
Barat dan Jawa Tengah,
yaitu
dari
bulan
Januari sampai dengan Februari 1986.
c. Cara Pengumpulan Data·
Untuk mernperoleh informasi mengenai kabupaten yang
pernah
tahun
mengalami
terakhir,
rawan konsumsi pangan dalam
dilakukan wawancara dengan pejabat
pejabat tingkat provinsi .
rawan
sampai
ォ・セ。キョ@
Tiga
disusun
yang
sepuluh
Dari kabupaten yang dianggap
peringkat kabupaten yang paling
jarang
disebut
atas
dasar
banyak
kriteria
menu rut masing-masing repsonden.
kabupaten
-
peringkat teratas
ditetapkan
kabupaten yang akan dikunjungi untuk konfirmasi.
19
sebagai
Pada
dengan
penjajagan di kabupaten dilakukan
tingkat
ー・ェセ「。エ@
kabupaten
untuk
wawancara
konfirmasi
keadaan rawan konsumsi pangan pada tahun tertentu
dlsebutkan
oleh pejabat tingkat provinsi.
、ゥォオューャ。_セ
informasi
N@
konsumsi
Kecamatan
responden
paling
Selaln itu
tingkat
kerawanan
pangan yang dialami kecamatan-kecamatan
disebutkan.
oleh
mengenai
jarang
kecamatan
yang paling banyak
diberi peringkat
diberi
peringkat
tertinggi
yang
disebutkan
tertinggi
peringkat
yang
dan
terendah .
ditetapkan
yang
Tiga
untuk
dikunjungi oleh tim guna konfirmasi lebih lanjut.
Kunjungan
di tingkat kecamatan dimaksudkan juga
untuk
mempelajari ketersediaan dan kelengkapan data pertanian
serta
data
pendukung
yang
lain,
untuk
persiapan
pelaksanaan operasional SIDI.
d. Jenis Data yang Dikumpulkan.
Di tingkat'Provinsi :
1. Kabupaten-kabupaten
konsumsi
pangan
yang
dalam
10
pernah
mengalami
rawan
tahun
terakhir,
waktu
kejadian dan tingkat kerawanan.
Kriteria kerawanan yang digunakan oleh masing-masing
2.
responden.
Macam
3.
intervensi
pengorganisasiannya.
20
..
M
セ セ
M
yang
pernah
dilaku k an
dan
Di Tingkat Kabupaten :
1. Kejadian
rawan
terakhir
dan
konsumsi
waktu
pangan
dalam
kejadian
10
tahun
tingkat
serta
kerawanannya.
2. Kriteria dan tanda-tanda rawan konsumsi pangan .
3. Macam .' intervens i
yang
pernah
dilakukan
dan
pengorganisasiannya.
4. Dinamika
sosial
yang
menunjang
upaya
pemecahan
masalah rawan konsumsi pangan
5.
Nama-nama
konsumsi
- t. _
kecamatan
pangan
pada
yang mengalami
saat
tersebut
masalah
dan
rawan
tingkat
kerawanannya.
Di Tingkat Kecamatan
1. Konfirmasi masalah rawan konsumsi pangan pada
tahun
seperti dikemukakan tingkat kabupaten.
2. Tanda-tanda
kejadian
rawan
konsumsi
pang an
yang
biasa digunakan setempat.
e. Responden
Responden yang diwawancarai adalah pejabat-pejabat
tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan dari berbagai
instansi seperti tabel berikut :
21
. - - Mセ@
Tabel 1.
Instansi dari Berbagai Tingkat Administrasi
di Daerah Ujicoba yang Diwawancarai
/
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
:No. :
-l.
Pemda (Biro Men-:Pemda (Sekwi Ida, : Pemda (Camat,
tal, Sosial,
: Kesra, Bangdes) :Kesra)
,I
Bangdes)
,,
Kesehatan
STUDI UJICODA TATA CARA PEMANTAPAN DAN PERLUASAN
SISTEM ISYARAT DINI DAN INTERVENSI
(S.I.D.I.)
.1 DIREKTORAT DINA GIZI MASYARAKAT
D1REKTORAT JENDERAL. PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKAT
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
JAKARTA 1987
Ringkasan
Sampai dengan Repelita III,
masih dibayangi
kerawanan
、ゥ「・セ。ー@
daerah di Indonesia
pangan pada
musimmusim
sehingga banyak penduduk menderita kekurangan
tertentu,
sampai
dalam
bentuk "honger oedeem" dan kematian.
Salah satu sebab terjadinya kerawanan pangan sampai
korban
adalah terlambatnya penanggulangan
kerawanan
pangan.
sampai
ke
pusat,
yang
Kelambatan
atau
timbul
penanganan
ini disebabkan informasi
pejabat pengambil keputusan di
belum
tingkat daerah dan
pada wakt.u i tu disebabkan adanya "keseganan"
atau
"ketakutan melaporkan kejadian rawan pangan karena menyangkut
"citra" daerah.
Dalam Repelita III dan IV (Bab Pangan dan Perbaikan
d igariskan kebi jaksanaan unt'.Jk mengatas i masalah
infcrmasi tersebut dengan mengembangkan suatu
Pangan dan Gizi (SKPG),
yang ditujukan
セゥコI@
keter larobatan
Kewaspadaan
sゥセエ・ュ@
(1). Untuk memberikan
informasi dini tentang kemungkinan adanya keadaan
gizi buruk
akibat timbulnya keadaan darurat seperti
kekeringan,
hama,
banji r,
pengelolaan
dan seoagainya;
dan
(2).
bencana
Untuk maksud perenca..'"laan.
penilaian programprogran
Perbaikan
gizi.
Dalam lokakarya SKPG bulan Januari 1980 disepakati bahwa mesalah
rawan
konsumsi
pengembangan
SKPG
pangan
d.i
perlu
Indonesia.
mendapat
Oleh
·prioritas
karen a
itu
dalam
Sistem
informasi dini untuk penanganan masalah kerawanan kosumsi pangan
i
yang
selanjutnya disebut sebagai
Sistem
Isyarat Dini
dan
Intervensi (SIDI), dikembangkan lebih dahulu.
Pengernbangan SIDI dirnulai dengan pelaksanaan pernanduan pada
tahun
...
1979 di
dilanjutkan di
kabupaten Lombok
Tengah
(NTB),
kemudian
kabupaten Boyolali (Jawa Tengah) dan
kabupaten
Karangasem (Bali) yang dilaksanakan oleb Puslitbang Gizi dengan
bantuan USAID.
Tujuan
kernarnpuan
Pengembangan
aparat
kemungkinan
SIDI
adalah
untuk
setempat mengamati
daerah
meningkatkan
Iepih
dini
akan terjadi krisis pangan melalui pelaporan data
indikator dan informasi yang berkesinambungan di suatu daerah.
Dengan
informasi tersebut,
pimpinan daerah setempat dapat
rnengambil langkahlangkah pengamanan/penanggulangan secara cepat
dan tepat sehingga akibat buruk dari krisis
ー。ョァセ@
itu dapat
dihindari.
Proyek
pemanduan
SIDI
di Lombok
Tengah
adalah untuk
rneneliti/mencari validitas indikator yang akan digunakan sebagai
alat
"peramal" (predictor), . diolah dan disajikan dalam bentuk
informasi
bagi Bupati.
Proyek ini juga rnengembangkan
rurnusan
pi 1 ihan untuk penanggulangan/tindakan yang kemungkinan
「・ウ。セ
L@
dapat diarnbil/diusulkan oleh Bupati.
Hasil dari pemanduan
tersebut digunakan
sebagai dasar
perluasan ke daerah lain; ' Pada saat ini mencakup tujuh provinsi
yaitu NTB,
Jateng,
Bali,
NTT,
Jabar,
Kaltim dan Jatim.
Berdasarkan pengalarnan perluasan SIDI ke daerah baru,
ii
Di jumpai
beberapa masalah yaitu kesulitan penyebarluasan SIDI ke daerah
l ain yang
pendukung
memerlukan
SIDI,
kesulitan dalam mernperoleh
yang akurat karena indikator berbedabeda diberbagai
serta masalahmasalah yang menyangkut
daerah,
data
organisasi dan koordinasi.
ketenagaan,
Berdasarkan permasalahan tersebut
diatas maka dipandang perlu untuk melakukan Ujicoba Pemantapan
dan Perluasan SIDI"
Ujicoba Tatacara Pemantapan dan Perluasan SIDI
diarahkan
untuk mengatasi masalahmasalah tersebut dengan tujuan
Menentukan metodologi penentuan kriteria daerah
untuk keperluan SIDI,
(1).
rawan
pangan
antara lain dengan validasi kriteria yang
Mela.kukan proses
pengembangan
dan
Pemantapan
pendekatan/sensitisasi ke Pemda.
SIDI
antara
lain
melalui
LatihanIatihan dan penyusunan
bukubuku pedoman SIDI.
Dari
hasil ujicoba ini secara umum
disimpulkan bahwa
penentuan daerah rawan pang·an untuk SIDI dengan menggunakan peta
kecamatan
rawan pangan DepDagri (1982) ternyata tidak sesuai.
Karena kecamatan
rawan DepDagri menggunakan
indikator statis
(pemilikan tanah, income, dsb), sedang SIDI memerlukan indikator
dinamis
waktu
yang
berubahubah sehingga perlu dimonitor terus dari
ke waktu.
Oleh karen a "itu untuk penentuan 、。・イセィ@
perlu di"lakukan studi kelayakan terlebih dahulu.
ini
juga telah dilakukan proses
tingkat pejabat daerah,
SIDr
Pada ujicoba
sensitisasi kepada berbagai
termasuk beberapa Bupati dan
iii
Ketua
Bappeda tentang SIDr dan masalah kerawanan pangan,
antara
melalui
latihanlatihan dan workshop serta publikasi
pedoman
SIDI.
Melalu'i
beberapa
proses sensitisasi tersebut kepekaan
Pemda terhadap masalah pangan penduduk menjadi makin tumbuh
diharapkan
bahwa
lain
dan
Pemda akan merasakan perlunya data/informasi
SIDI secara teratur dan berkesinambungan sehingga dapat diarnbil
tidakantindakan penanggulangan dengan cepat dan tepat.
iv
KATA PENGANTAR
Studi
Djicoba Tata Cara Pemantapan dan Perluasan Sistem Isyarat
Dini dan Intervensi (SIDI) Dalam Rangka Menanggulangi Krisis Konsumsi
Pangan, yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat Dep. Kes.
R.1.
merupakan
(DSF) )
salah satu subProyek Development
Studies Project
yai tu suatu proyek ker jasama antara Pemerintah
Badan Perencanaan
Indonesia,
dalam hal
ini diwakili
Pembangunan
Nasional
(BAPPENAS)
dan Departemen Keuangan dengan The United States Agency
for International Development (USAID).
DSP
bertujuan untuk membiayai
percobaan
dalam
penelitian/studi,
bidangbidang yang
terutama dalam masa Repelita IV,
penting
dan program
untuk
perumusan
yang dananya diperoleh dari hibah
Pemerintah Amerika Serikat dan anggaran Pemerintah Indonesia.
Studi ini telah disetujui oleh Panitia Pengarah DSP pada tanggal
12
Juli 1985,
kontrak tertanggal 13 Agustus 1985 (PIL NO.
Surat Persetujuan Perpanjangan Waktu
25)
dan
Penyelesaian Proyek Nomor
S297/DSP/I/87 tanggal 16 Januari 1987. Pelaksanaan Proyek ini selama
jangka waktu 24 bulan, sejak Agustus 1985 sampai dengan Juni 1987.
Sesuai tujuan DSP
bermanfaat,
harapan
kami
kiranya
khususnya dalam perumusan
laporan Studi
ini
kebijaksanaan di
pernbangunan yang berhubungan dengan bidang studi tersebut.
Jakarta, 30
dセカ・ャッーュョエ@
Juni
1987
Studies Project
DR. Sayuti Hasibuan
Ketua Steering Committee
v
DAFTAR lSI
Halaman
1.
Ringkasan
i
Kata Pengantar
v
Daftar Is i .
vi
Daftar Tabel
vii
Daftar Singkatan
viii
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang
1
B.
Ruang Lingkup Ujicoba
6
II. TUJUAN
7
III. METODOLOGI .
8
IV.
V.
A.
Langkah Langkah Pelaksanaan Ujicoba
8
B.
Lokasi dan Waktu UJicoba
9
PELAKSANAAN DAN HASIL
10
A.
Peningkatan Kemampuan Tim SIDI
10
B.
Penyempurnaan Pedoman dan Dokumen SIDI
13
C.
Studi Kelayakan dan Penyusunan Pedoman
18
D.
Pengembangan SIDI di Daerah Baru
30
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
41
DAFTAR PUSTAKA
43
LAMPIRAN .
44
1.
Susunan Tim U j icoba Tingkat Pusat
2.
Buku Penjelasan dan Pedoman SIDI
vi
44
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Instansi dari Berbagai Tingkat Administrasi di
Daerah Ujicoba yang di
22
Daftar Kabupaten Rawan Menurut Kriteria dari
Reponden dan peringkatnya di Tiga Provinsi .
23
Tab el 3
Kriteria Kabupaten Rawan Menurut Responden .
24
Tabel 4
Jumlah dan Nama Tiga Kecamatan untuk Konfirma-
sl. ell. seruu.i.lan Kabupaten .
27
Tabel 2
vii
GLOSSARY OF TERMS
The following terms and abbreviations are used in the report
BAPPEDA
Provincial Planning and Development Agency
Perencanaan Pembangunan Daerah)
(Badan
BPGD
Nutritional Improvement Board
(Badan Perbaikan Gizi Daerah)
BULOG
National Logistic Board (Badan Urusan Logistik).
The Indonesian National Agency that buys, stores,
transports and sells rice to maintain a ceiling
price for rice.
BUPATI
Head of District Level Administration
(Kepala Daerah Tingkat II)
CRDN
Center for Research and Development in Nutrition
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi)
Development Studies Project (USAID)
FNSS
Food and Nutrition Surveillance System.
(Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi)
IPB
Bogor Agricultural Institute
(Institut Pertanian Bogor)
NIHRD
National
Institute
of
Health
Research
Development
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan)
PMMR
People's Food Menu Improvement.
A Task Force under
Coordination of Minister of People's Walfare.
(Perbaikan Menu Makanan Rakyat)
REPELITA
Five Year Development Plan.
(Rencana Pembangunan Lima TahU!1)
TWIS
Timely Warning and Intervention System.
(Sistem Isyarat Dini dan Intervensi/SIDI)
viii
and
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disadari
bahwa
perencanaan dan
oleh
dalam Pelita I
dan
kegiatan
II
pengelolaan program gizi kurang d i landasi
informasi yang memadai.
Oleh karena itu dalam Pelita
III diupayakan pengembangan sistem informasi guna menyediakan
informasi
secara berkesinambungan
baik untuk
keperluan
perencanaan maupun pengelolaan program pangan dan giz i .
Laporan Panitia FAO/WHO/UNICEF tahun 1976 mengenai "Nutrition
Surveillance" telah membangkitkan
Indonesia untuk mengembangkannya.
Surveillance"
セ
Pada dasarnya
Sistem
Pemantauan
Isyarat Dini
Status Gizi
("Early Warning
("Nutritional
Monitoring System") dan kegiatan penelitian yang
dengan
"Nutrition
merupakan suatu sistem informasi yang meliputi
ァゥ。エョMォ・@
System") ,
minat kalangan gizi di
pangan dan gizi
Status
berkaitan
("Nutritional · Assessment").
Di
Indonesia "Nutrition Surveillance" dikenal dengan nama Sistem
Kewaspadaan
pengembangan
Pangan dan Gizi (SKPG).
SKPG
Tahap pertama kegiatan
di Indbnesia berbentuk penelitian yang
bertujuan untuk menemukan ·suatu sistem yang berjalan disuatu
daerah.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Giz i,
Badan
Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan, dengan ba.ntuan teYJlis cfari Universitas Cornell dan
dana dari USAID (Loan
No.
1
497T040) ;
Dalam perkembangan selanjutnya dilibatkan Institut Pertanian
Bogor
(IPB)
untuk segi teknis dan
Direktorat Bina Gizi
Masyarakat dalam segi operasional.
Dalam lokakarya SKPG pada bulan Januari 1980 disepakati bahwa
masalah rawan konsumsi pangan perlu mendapat prioritas dalam
pengembangan
SKPG
di Indonesia.
Oleh
karena itu sistem
informasi dini untuk penanganan masalah kerawanan
pangan,
konsumsi
yang selanjutnya disebut sebagai Sistem Isyarat Dini
dan Intervensi (SIDI) dikembangkan lebih dahulu.
Pengembangan SIDI dimulai di kabupaten Lombok Tengah,.:
Nusa
Tenggara
perumusan
Barat dengan tujuan mencari
metodologi
SIDI dan merumuskan SIDI kabupaten yang kemudian
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam suatu penelitian
ujicoba .
Pada tahap selanjutnya pengembangan SIDI
beralih
pada kegiatan sistem secara operasional yang dilaksanakan
oleh pemerintah daerah dan kegiatan perluasan SIDI ke daerah
baru yaitu ke kabupaten Boyolali di Jawa Tengah dan kemudian
kabupaten Karangasem,
Bali.
Perluasan SIDI
k e
kabupaten
Boyolali mengandung maksud untuk menerapkan metodologi
yang
dikembangkan di Lombok Tengah untuk daerah lain yang keadaan
lingkungan geografik dan pola pertanian serta pola konsumsi
pangannya berbeda .
Perluasan ke kabupaten Karangasem antara
lain bertujuan untuk memberikan peranan y ang lebih besar pada
tingkat provinsi sedini mungkin dalam pengembangan SIDI.
Untuk itu sebelumny a disusun suatu buku petunjuk agar tenagatenaga
pengelola
SIDI di tingkat provinsi
2
dapat
melakukan
sendiri
kegiatan
mengembangkan
perumusan
srDr
untuk
kabupaten,
dan melakukan supervisi ke tingkat
kabupaten.
Dalamkegiatan tersebut tim pengelola provinsi masih mendapat
bantuan
teknis
dari tim peneliti SKPG
berupa
latihan
dan
bimblngan teknis .
Pengalaman
Tengah,
yang
Boyolali
pengembangan
diperoleh dari tiga kabupaten
dan
di
suatu
Karangasem)
daerah
bersangkutan, sehingga sistem yang
daerah
yang
(Lombok
menunjukkan
bersifat
bahwa
khas
daerah
dapat diterapkan di suatu
memerlukan penyesuaian jika akan dialihkan ke
lain.
Hal tersebut terjadi karena
waktu-waktu
kejadian
berbeda
antar
keadaan
daerah
daerah-daerah
masalah,
dan berat ringan masalah rawan
daerah.
dan
penyebab
daerah
Disamping
fasilitas yang
kabupaten,
itu
lingkungan
ada
dengan
bervariasi
pangan
fisik
antara
pengelolaan
demikian
penanganan masalahnyapun dapat berbeda.
SrDr dikembangkan sebagai suatu sistem tingkat kabupaten
dengan beberapa pertimbangan yaitu :
1 . Tindakan
yang
intervensi sebagai tindakan
diterima
terhadap
dapat dilakukan dalam waktu
informasi
yang
relatif
singkat.
2. Karena
tempat
tempat
dilakukan
pengambilan
masalah
dengan
terjadi,
keputusan
p engarnbilan
menggunakan gabungan
relatif
dekat
keputusan
antara
ke
dapat
informasi
hasil analisis data indikatordan hasil observasi langsung
di lapangan.
3
-
- ....;;:
3. Sistem
pada
tingkat
kabupaten lebih
luwes
dan
mudab
upaya
untuk
disesuaikan dengan perubahan keadaan setempat.
4. Sistem
tingkat
kabupaten
memudahkan
mengefisiensikan pengelolaan.
5. Pemerintah
Daerah
tingkat II
mempunyai kemampuan
untuk
mengatasi masalah dengan sumber daya dan dana sendiri.
Keterlibatan
pihak
pengelola
pengembangan,
Direktorat
program
Bina Gizi
mulai
dari
Masyarakat
tahap
sebagai
awal
merupakan langkah penting pada masa
kegiatan
peralihan
dari proyek panduan menjadi kegiatan operasional.
Oleh
karena
itu perluasan SIDI ke daerah baru
sudah
dilakukan dan dikelola oleh Direktorat Bina Gizi
Dengan
pedoman
pengalaman
yang
provinsi
ada,
Nusa
kabupaten.
di daerah panduan
SIDI
Kemudian
ke
diperluas
Barat,
Tenggara
dan
beberapa
-di
dapat
Masyarakat.
menggunakan
lima
Jawa
kabupaten
Tengah
provinsi
buku
di
lain
di
satu
sudah
mengembangkan SIDI yaitu Nusa Tenggara Timur (dua kabupaten),
Kalimantan
Timur
kabupaten),
Jawa
(dua
Barat
.kabupaten),
Jawa
(satu kabupaten)
dan
Timur
Bali
(tujuh
(tujuh-
kabupaten) .
Berdasarkan pengalaman pengembangan SIDI di daerah baru
dihadapi berbagai rnasalab yang perlu mendapat pemecahan, agar
dalam pengembangan SIDI ke daerah lain dapat diatasi.
4
Masalah utama yang dihadapi adalah :
1. Pemilihan daerah baru untuk pengembangan SIDI Tidak
daerah
memerlukan
dipilih
ッャ・セ
itu
SIDI dan tidak selalu
[@ ー・ュイゥョエ。ィ@
suatu
semua
kabupaten
daerah sesuai untuk SIDI.
yang
Karena
cara untuk mengidentifikasi daerah untuk
SIDI
perlu dikembangkan.
2.
Penentuan indikator untuk peramalan keadaan rawan konsumsi
pangan.
Metodologi
penentuan indikator sampai saat
berlandaskan pada anal isis hasil studi Kalender
dan
Riwayat
Krisis
Konsumsi Pangan untuk
ini
Pertanian
daerah
ケ。セァ@
bersangkutan.
Masalah
Kalender
yang
sering
Pertanian
dalam
penyusunan
adalah ketidaklengkapan data
rutin dan reliabilitas data
serta
dihadapi
kadang-kadang
セ。ョァ@
daerah pertanian yang bersifat
studi riwayat krisis konsumsi pangan,
laporan
diragukan,
multikultur.
Dalam
karena situasi yang
membaik di berbagai daerah, menjadi sulit untuk melukiskan
riwayat
kejadian
daerah
tertentu.
krisis
konsumsi pangan
Karena
itu perlu
untuk
dicari
daerahmetode
alternatif untuk merumuskan SIDI.
3. Masalah Organisasi dan Ketenagaan
Dalam waktu yang lalu di tingkat pusat pengembangan SIDI
dikelola oleh suatu tim kecil di Direktorat Bina Gizi
Masyarakat dibantu oleb unsur. teknis dari Puslitbang Gizi
dan
IPB.
mengembangkarl
Karena semakin
SIDI,
tim
banyak daerah yang mulai
di tingkat
pusat
perlu
5
-.:=""":
-
disempurnakan
beik
dari sudut unsur-unsur yang
terlibat
maupun kemampuan teknis.
Karena
dalarn
Repel ita
IV
SIDI
direncanakan
dikembangkan ke 12 provinsi yang dipandang mempunyai
untuk
masalah
kerawanan konsumsi pangan, pemecahan masalah-masalah tersebut
diatas
ke
dirasakan sangat mendesak.
daerah
suatu
baru perlu diadakan
ujicoba
untuk
Untuk pengembangan SIDI
perbaikan
dijadikan
dasar
dengan
yang
melakukan
Iebih
mantap
terutama metodologi, organisasi dan ketenagaan.
B. Ruang Lingkup Ujicoba
Pengembangan
dan perluasan SIDI memerlukan
perencanaan
yang terarah serta efisien.
Dari
pengalaman
pengembangan
seperti
diuraikan
di
atas,
pelaksanaan ujicoba SIDr perlu didukung oleh :
1. Tim
ujicoba
semua
SIDr yang
anggota-anggotanya
berasal
dari
institusi terlibat dengan mekanisme koordinasi yang
mantap.
2 . Tim
SIDr
tingkat provinsi yang
mampu
merencanakan
dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebutuhan daerah.
3. Penyempurnaan pedoman pelaksanaan SIDr agar setiap Iangkah
kegiatan
dapat
dilakukan dengan mudah,
sederhana
serta
supervisi yang minimum.
4. Studi
kelayakan
di provinsi yang memiliki
daerah
rawan
konsumsi pangan untuk menentukan kabupaten-kabupaten rawan
dimana SIDr diperlukan.
6
II.
Proyek
Ujicoba
TUJUAN
Tata
Cara Pemantapan dan
Perluasan
SIDI
bertujuan :
1. Meningkatkan kemampuan tim SIDI di tingkat Pusat
2. Melakukan
Ujicoba
Studi Kelayakan untuk
menentukan
d-e.erah
SIDI.
3. Menyusun
dan menyempurnakan prosedur pengembangan SIDI
yang
meliputi
a.
Penjelasan Umum Sistem Isyarat Dini dan Intervensi
b. Pedoman Penentuan Daerah SIDI
c. Pedoman Perumusan SIDI
c!.. Pec!.ornau Pen:,rl..lsunan Pe"!:.un juk Pe 1 o.ks anaan SID I
e. Pedoman Supervisi SIDI
4. Mengembangkan
perluasan
dan melakukan ujicoba tatacara pemantapan
SIDI ditingkat provinsi berdasarkan
pedoman
dan
3.a,
3.c, 3.d, dan 3.e.
5. Memantapkan
prosedur kerja SIDI dalam pengambilan
untuk intervensi dan perencanaan program.
7
keputusan
III. METODOLOGI
A. Langkah-Langkah Pelaksanaan Ujicoba
1.
Membentuk
tim ujicoba SIDI di tingkat pusat yang
dari· Tim
Penasehat,
anggota-anggotanya
Masyarakat,
Tim Pengarah,
berasal
Departemen
dari
terdiri
dan Tim Teknis
Direktorat
Pertanian,
yang
Bina
Departemen
Gizi
Sosial,
Departemen Dalam Negeri, Puslitbang Gizi dan IPB.
2.
Mempersiapkan
dan menyempurnakan pedoman serta penjelasan
SIDI yang terdiri dari :
a. Penjelasan Umum Sistem Isyarat Dini dan Intervensi
b. Pedoman Penentuan Daerah SIDr
c.
Peduman Fer·umusdH SIDI
d. Pedoman
Petunjuk
Penyusunan
Pelaksanaan
SIDI
e. Pedoman S0pervisi SIDI
3. Mengadakan
pendekatan
kelayakan
SIDI
ke daerab untuk pelaksanaan
di tiga provinsi
yaitu
Sumatera
studi
Barat,
Larnpung dan Jawa Tengah, dan ujicoba SIDI.
4. Mengadakan
lokakarya
menetapkan
daerah
hasil
studi
ujicoba SIDI dan
kelayakan,
menentukan
untuk
langkah-
langkah serta waktu pelaksanaan kegiatap ujicoba
di
I
masingmasing provinsi.
5. Memberikan
latihan dan
pada tim SIDI
セオー・イカゥウ@
tingkat
'"
Provinsi yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Pemerintah
Daerab.
6. Melakukan pemantauap proses perumusan SIDI meliputi Studi
Riwayat
Krisis Konsumsi
Pangan
(RKKP)
dan
Kalender
8
_ _ _
"- "- -
7
".
Pertanian
(KP),
anal isis indikator,
pelaksanaan SIDI kabupaten,
penyusunan
yang dilakukan
pedoman
oleh tim SIDI
provirlsi d l'tn dibantu oleh tenaga pembantu lapang pusat.
7 . LokaRarya
SIDI
tingkat kabupaten
rumusan dan pelaksanaan SIDr
-;
8. Latihan tim SIDr kabupaten,
9. Melakukan
yang
membahas
konsep
kabupaten.
kecamatan dan desa.
pemantauan dan evaluasi proses pelaksanaan SIDI
di daerah ujicoba.
B. Lokasi dan Waktu Ujicoba
Studi dilakukan di tiga provinsi yaitu Lampung, Sumatera
Barat
dan
Jawa Tengah,
dengan Juni 1987.
9
mulai bulan
Agustus
1985
sampai
IV.
PELAKSANAAN DAN HASIL
A. Peningkatan Kemampuan TimSIDI
1.
Tingkat Pusat
Diwaktu yang lalu,
hanya
ditangani
dari
unsur
Gizi,
dan
kaitannya
(PMMR)
oleh tim kerja yang
Direktorat Bina Gizi
anggotanya
Masyarakat,
Institut Pertanian Bogor.
dengan
dibawah
mengadakan
sektor.
di tingkat pusat pengelolaan SIDI
Pokja
Perbaikan
koordinasi
Menko
Puslitbang
Tim ini belum
Menu
Kesra
Makanan
yang
lnl
belum mempunyai mekanisme
ada
Rakyat .
bertugas
pembinaan program pangan dan gizi di
Tim
terdiri
berbagai
kerja
yang
jelas dengan tim SIDI daerhll. Oleh karen a itu jika terjadi
suatu
masalah operasional SIDI dilapangan yang menyangkut
sesuatu
instansi,
maka
timbul
kesulitan
dalam
pemecahannya.
Peranan
SIDI
di
tim SIDI tingkat pusat dalam
pengembangan
daerah pada dasarnya adalah membantu
Pemerintah
Daerah dalam hal
a. Mengembangkan
kemampuan
teknis
pengelolaan
daerah antara lain melalui bimbingan
teknis,
SIDI
di
latihan,
masukan teknis dan studi perbandingan.
b. Melancarkan
pel'aksanaan
dan
pengelolaan
SIDI
dalarn
untuk perurnusan kebijakan yang
dapat
menangani masalah krisis konsumsi pangan.
c. Memberi
masukan
mernbantu kelancaran dan keberbasilan pelaksanaan SIDI.
10
Mcmbcrikan
Q.
masukan
teknis
penanganan
、セャ。ュ@
ュセウィャ@
maupun pengembangan sistem melalui penelitian.
Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut di atas, maka
tim
SIDI
tingkat
pengelolaan
dibawah
SKPG.
pusat
perlu
meningkatkan
dan memperkuat organisasi.
kemampuan
Dalam Pokja PMMR
koordinasi Menko Kesra telah dibentuk
sub
memperkuat organisasi tim SIDI tingkat pusat,
uョセオォ@
telah diadakan reorganisasi keanggotaan tim SIDI.
unsur
Pokja
kesebatan
(Direktorat
Puslitbang Gizi) dan IPB,
Departemen PertMlian,
Negeri.
Dasar
Bina
Gizi
Selain
Masyarakat,
diperkuat dengan masuknya unsur
Departemen Sosial, Departemen Dalam
pertimbangan penyusunan tim SIDI
tingkat
pusat adalah :
a . Keikutsertaan
Pertanian,
menunjang
sektor-sektor
Sosial
kesebatan
selain
dan Dalam Negeri,
pelaksanaan
kegiatan di
yaitu
diperlukan untuk
daerab.
Hal
dapat meyakinkan instansi-instansi dan tim SIDI
1n1
daerah
bahwa, kegiatan SID I adalah kegiatan 1 intas sektor.
b. Puslitbang
menunjang
Gizi
dan
khususnya
IPB
merupakan
memberikan
instansi
masukan
yang
teknis
dan
penelitian.
Dalam
pusat
dan
upaya meningkatkan kemampuan tim SIDI
daerah
telah
dilaksanakan
tingkat
kegiatan-kegiatan
berikut :
a.
Pertemuan yang dilakukan secara berkala
Dalam
pertemuan
ini dibahas perkembangan
11
pelaksanaan
SIDI
di
daerah,
identifikasi
masalah,
alternatif-
alternatif pemecahan masalah, dll.
b. Studi perbandingan kedaerah Lombok Tengah yang
oleh
anggota
tim
srDr
tim daerah ujicoba dan disertai
tingkat
perbandingan
diikuti
ke
pusat.
Dengan
Lombok Tengah
anggota
adanya
diharapkan
studi
tim
dapat
mempelajari faktor-faktor yang mendorong dan mengbambat
keberhasilan pelaksanaan SrDI.
C.
Latihan dan Pertemuan
Anggota
unsur
tim SrDr tingkat
Departemen
Departemen
Dalam
ーオウセエL@
terutama dari
Negeri,
unsur-
Departemen
Sosial,
Pertanian selalu berperan dalam latiban tim
SrDr daerah.
d. Pertemuan
Bupati
dan Ketua Bappeda
tingkat
provinsi
dengan anggota tim SrDr tingkat pusat di Cimacan.
Pertemuan ini dimaksudkan untuk memantapkan
SrDr
di
organisasi
daerah dan mendapatkan dukungan politis
dari
para pengambil keputusan.
e. Pertemuan
BPGD
provinsi yang telah melaksanakan
SrDr
dan anggota tim SrDr tingkat pusat, di Cimacan.
Salah
satu prinsip pengembangan SrDr di daerah
adalah
menggunakan wadab koordinasi yang sudah ada yai tu Badan
Perbaikan
Gizi
Daerah (BPGD).
organisasi fungsional yang bersifat
anggotanya
berkaitan
adalah
dengan
Badan ini
merupakan
koordinatif,
yang
instansi
yang
wakil aari berbagai
rnasalah penanganan pangan dan
12
gizi.
Karena fungsi BPGD bersifat koordinatif maka diperlukhll
keterikatan
semua
anggota
secara
langsung
dalam
mengelola pr6gram pangan dan gizi, termasuk SIDI.
Hasil
pertemuan
maSalah-masalah
bermanfaat
ini
yang
bagi
adalah
untuk
dihadapi
mengidentifikasi
daerah,
tim pusat untuk
yang
rencana
sangat
pelaksanaan
selanjutnya.
2. Tingkat Daerah
Untuk melaksanakan kegiatan SIDI di berbagai
administrasi
bersifat
telah
lintas
Tim SIDI
dibentuk tim SIDI.
sektor dan merupakan
tingkat
salah
daerah
satu
pokja
Dengan demikian koordinasi lintas sektor ini
dalam BPGD.
dapat berjalan dengan baik dan terdapat hubungan kerjasarna
yang
serasi
antara
instansi
sumber
informasi
dengan
instansi pemakai.
Sesuai
dibentuk
dengan
tim
instansi
di daerah ujicoba
hal diatas,
SIDI yang sekurang-kurangnya
Kesehatan,
Pertanian,
telah
beranggotakan
Sosial,
dan
Pemda
Universitas setempat.
B. Penyempurnaan Penjelasan dan Pedoman SIDI
Dalam
ada
pelaksanaan
kesukaran
perumusan
karena
SIDI
terutama
dapat
SIDI di
dalam
pernahaman
dan pelaksanaan
itu buku pedoman yang
disernpurnakan
dan
kegiatan
SIDI ,
pemahaman
Oleh
ada perlu diperbaiki
dengan
kondis i
13
NM M
セ
N@
dan
mudah
dipahami
setempat.
Dengan
agar menjadi lebih sederhana,
disesuaikan
dirasakan
indikator.
analisis
ウオセ。ィ@
daerah
demikian
jelas,
pelaksana
dapat
perumusan
SIDI di daerah mempunyai
pegangan
yang
menggunakannya dengan baik dan dapat melakukan
SIDI
menciptakan
secara tepat.
pengertian
Selain
yang
sama
itu
dapat
membantu
SIDI
diantara
tentang
pelaksana SIDI di daerah.
1. Proses Penyusunan Buku Pedoman
Buku
pedoman
pengembangan
dengan
pengalaman
berdasarkan
SIDI di daerah.
Proses penyusunan
mengkaji pengalaman pengembangan SIDI di
provinsi
lama.
disusun
dimulai
beberapa
dalam menggunakan pedoman dan dokumen SIDI
Penyempurnaan
buku
pedoman
yang
yang
sudah
ada
dimaksudkan untuk digunakan dalam pelaksanaan ujicoba.
Penyusunan
rancangan
buku pedoman memerlukan
waktu
tiga bulan , dari bulan Oktober 1985 sampai dengan Desember
1985 .
Dalam beberapa pertemuan dibahas materi-materi Yhllg
diperlukan,
kerangka penulisan dan bahan-bahan penunjang.
Agar perumusan dan analisis indikator SIDI mudah
maka untuk menyederhanakan penyajian konsep,
dipahami
buku Pedoman
Perumusan SIDI dibagi menjadi 3 jilid.·
Buku penjelasan pedoman SIDI yang disusun terdiri dari
a.
Buku Penjelasan Sistem Isyarat Dini dan Intervensi
Buku
lnl menyajikan secara khusus tentang
tujuan,
cara
ker ja,
langkah
pengelolaan organisasi SIDI.
14
pengertian,
pengembangan
dan
b.
Pedoman Pelaksanaan Studi Kelayakan SIDI
Buku ini disusun atas dasar pelaksanaan studi kelayakan
untuk
mencari cara penentuan kabupaten rawan
konsumSi
pangan di tiga provinsi.
C .
Pedoman Perumusan SIDI (Buku I ) .
Pecioman
ini mengernukakan garis hesar tentang
langkah
perurnusan
SIDr
strategi
penetapan
indikator,
meliputi
lElngkabker ja ,
mekanisme
langkah perumusan
dan
intervensi SIDI.
Langkablangkah
indikator,
perurnusan SIDI terdiri dari
jalur
pelaporan,
v/aktu
pencarian
perarnal an
dan
pengamatan s i tuasi serta penetapan intervens i.
d. Pedoman Perumusan SIDI (Buku II).
Buku ini menyajikan petunjuk untuk melaksanakan
Riwayat
Krisis
Pertanian
proVlnsl
Konsums i Pangan
(RKKP)
dan
Kalender
dengan tujuan agar tim SIDI
(KP)
studi
tingkElt
dapat memahami langkahlangkah teknis
secara
terinci.
Mengenai
pengolahan
studi RKKP dibahas cara pengumpulan
data krisis konsumsi
interpretas i .
pencatatan,
Tentang
studi
pengolahan dan
pertanian utarna
pangan
KP
dan
serta cara
dibahas
cara
interpretasi data hasil
baik tElnaman
pangan
maupun
bukan
tanaman pElngan pada tingkat kecarnatan.
e. Pedoman
Buku
Perumusan
ini
SIDI
rnerupakan
15
"
(Buku I I I) .
pedoman
anal isis
penentuan
indikator,
yang
dan
RKKP.
studi
anal isis,
cara
Juga
Dalam buku
prosedur
menetapkan
petunjuk
mencakup kaitan antara hasil studi KP
'untuk
ini
metoda
uji sensitifitas dan spesifisitas,
indikator dan
mendapatkan
dikemukakan
dijelaskan
perlunya
titik
batasnya
indikator
lokal.
dan
val idas i
serta
peninjauan
kembali indikator yang digunakan.
f.
Pedoman
Penyusunan
Bimbingan
t・yセゥウN@
Buku
ini
Petunjuk
Pelaksanaan
dimaksudkan agar tim SIDI
SIDI
tingkat
provinsi
mampu menyusun petunjuk pelaksanaan SIDI dan
teknis pada masing-masing tingkat.
sya:::-a-t-s;:,"arat
petunjuk,
dan
bimbingan
Dijelaskan cara dan
menyusun pe-tunjuk pelaksanaan STDl,
isi
dasar-dasar penyelenggaraan bimbingan teknis
dan hal-hal yang perlu diperhatikan.
2. Pengujian dan Evaluasi Buku Pedoman
Setelah
digunakan
rancangan
dalam
kegiatan
selesai,
buku
pengembangan
pedoman
SIDI
di
SIDI
daerah
ujicoba, mulai dari bulan Januari 1986 sampai dengan April
1987.
Evaluasi terhadap buku pedoman dilakukan melalui :
pemantauan selama latihan,
dalam
hasil
latihan,
penggunaannya
perumusan SIDI dan wawancara dengan tim SIDI daerah
selama supervisi.
Selama
kegiatan evaluasi diperoleh gambaran
tentang
buku-buku pedoman sebagai berikut :
a . Untuk
memahami
buku pedoman ternyata
harus
latihan dan memerlukan pengalaman lapang.
16
disertai
b. Masih
ada
istilah
interpretasi
セ@
dan
berbeda,
pengertian
yang
menimbulkan
sukar dipahami dan
memerlukan
penjelasan.
c. Beberapa informasi dan data yang dicantumkan dalam buku
pedoman
sUKar
karena
perbedaan
memberikan
didapatkan
at au
sistem.
tidak
Buku
selalu
sesuai
pedoman
alternatif pemecahan bila
kurang
dihadapkan
pada
permasalahan di atas.
d. Pemberian
contoh analisis dan cara pengisian
formulir
masih membingungkan.
e. Untuk
memahami
buku pedoman SIDI melalui
daerah
diperlukan
selama
ini
waktu
sekitar
latihan SIDI di daerah
68
latiban
jam,
hanya
di
sedangkan
berlangsung
seki tar 25 jam.
Masukan
yang diperoleh dari hasil ujicoba penggunaan buku
pedoman digunakan untuk penyempurnaannya.
3. Tindak Lanjut
Bahan-bahan
me 1akukan
tersebut diatas merupakan masukan
revisi buku Pedoman dan Dokumen
Buku Perumusan SIDI yaitu Buku I,
Pelaksanaan
dengan
revisi
Juni 1987.
diharapkan
SIDI
untuk
terutama
II dan III.
ini dilakukan dari bulan
Mei
sampai
Hasil revisi (Buku Pedoman terlampir)
dapat digunakan dan disebarluaskan
pengembangan SIDI lainnya.
17
ke
daerah
c. Studi Ke1ayakan dan Penyusunan Pedoman
Penga1aman
rnenunjukkan
yang dipi1ih tidak sesuai,
tidak
di jurnpai;:
Oleh
bahwa dapat
terjadi
kabupaten
karena masa1ah kerawanan konsurnsi
sebab
itu da1am
me1aksanakan
diper1ukan cara menentukan daerah yang tepat,
SrDr
sederhana
dan
menggunakan informasi yang surrah ada.
Pada
mungkin
dasarnya SrDr diper1ukan oleh semua kabupaten yang
terancam
masa1ah rawan
konsumsi
Keadaan
pangan.
berubah terus menerus di semua daerah dan tidak se1a1u
dapat
dirama1kan.
Oleh
karen a itu dida1am penentuan daerab harus
kejadian krisis konsttmsi pangan de.lam ウ・ーセャオィ@
untuk
mempero1eh
bersangkutan .
menga1ami
keci 1.
daerah
di
daerab
kerawanan konsumsi pangan
sebab
yang
tahun
エN・イ。ャセゥZM
gambaran yang 1ebib baik dari daerah
Seba1iknya
Oleh
diperhatikan
pernah
itu
kemungkinan
SIDr 1ebih tepat
rnenga1ami
masa1ah
pernah
tidak
ケ。ョセ@
yang
terjadinya
dikembangkan
kerawanan
di
konsumsi
pangan.
Pemi1ihan
berdasarkan
da1am
SIDI
kabupaten
ada
yang
tidaknya
kecarnatan rawan
sepu1uh tahun terakhir.
diberikan
jum1ah
kecamatan
yang 1ebib akhir.
tiday...nya
kepada
memer1ukan
SIDI
ditentukan
konsumsi
pangan
Prioritas untuk pengembangan
kabupaten
dengan
rawan konsumsi pangan dan
mempertimbangkan
tabun
kejadian
Guna mendapatkan cara untuk menentukan ada
kecamatan rawan disuatu kabupaten diper1ukan
suatu
studi ke1ayakan.
18
. __
セ
ZN。@
⦅@
Mセ@
1 . lujuan
Studi
mengembangkan
be..r tujuan
penentuan
cara
kabupaten yang sesuai untuk penerapan SIDI selain itu juga
sekaTigus
menentukan kabupaten untuk uji-coba
pemantapan
dan perluasan §IDI.
2 . Metodologi
a.
Pendekatan
Sebelum studi dilaksanakan, diadakan pendekatan ke
provinsi
untuk
setempat
tentang
rnemberi
penjelasan
SKPGkhususnya
pejabat
kepada
SIDI
dan
Studi
Kelayakan.
b. Lokasi dan waktu studi
Studi
Lampung,
lapang dilakukan di tiga provinsi
Sumatera
Barat dan Jawa Tengah,
yaitu
dari
bulan
Januari sampai dengan Februari 1986.
c. Cara Pengumpulan Data·
Untuk mernperoleh informasi mengenai kabupaten yang
pernah
tahun
mengalami
terakhir,
rawan konsumsi pangan dalam
dilakukan wawancara dengan pejabat
pejabat tingkat provinsi .
rawan
sampai
ォ・セ。キョ@
Tiga
disusun
yang
sepuluh
Dari kabupaten yang dianggap
peringkat kabupaten yang paling
jarang
disebut
atas
dasar
banyak
kriteria
menu rut masing-masing repsonden.
kabupaten
-
peringkat teratas
ditetapkan
kabupaten yang akan dikunjungi untuk konfirmasi.
19
sebagai
Pada
dengan
penjajagan di kabupaten dilakukan
tingkat
ー・ェセ「。エ@
kabupaten
untuk
wawancara
konfirmasi
keadaan rawan konsumsi pangan pada tahun tertentu
dlsebutkan
oleh pejabat tingkat provinsi.
、ゥォオューャ。_セ
informasi
N@
konsumsi
Kecamatan
responden
paling
Selaln itu
tingkat
kerawanan
pangan yang dialami kecamatan-kecamatan
disebutkan.
oleh
mengenai
jarang
kecamatan
yang paling banyak
diberi peringkat
diberi
peringkat
tertinggi
yang
disebutkan
tertinggi
peringkat
yang
dan
terendah .
ditetapkan
yang
Tiga
untuk
dikunjungi oleh tim guna konfirmasi lebih lanjut.
Kunjungan
di tingkat kecamatan dimaksudkan juga
untuk
mempelajari ketersediaan dan kelengkapan data pertanian
serta
data
pendukung
yang
lain,
untuk
persiapan
pelaksanaan operasional SIDI.
d. Jenis Data yang Dikumpulkan.
Di tingkat'Provinsi :
1. Kabupaten-kabupaten
konsumsi
pangan
yang
dalam
10
pernah
mengalami
rawan
tahun
terakhir,
waktu
kejadian dan tingkat kerawanan.
Kriteria kerawanan yang digunakan oleh masing-masing
2.
responden.
Macam
3.
intervensi
pengorganisasiannya.
20
..
M
セ セ
M
yang
pernah
dilaku k an
dan
Di Tingkat Kabupaten :
1. Kejadian
rawan
terakhir
dan
konsumsi
waktu
pangan
dalam
kejadian
10
tahun
tingkat
serta
kerawanannya.
2. Kriteria dan tanda-tanda rawan konsumsi pangan .
3. Macam .' intervens i
yang
pernah
dilakukan
dan
pengorganisasiannya.
4. Dinamika
sosial
yang
menunjang
upaya
pemecahan
masalah rawan konsumsi pangan
5.
Nama-nama
konsumsi
- t. _
kecamatan
pangan
pada
yang mengalami
saat
tersebut
masalah
dan
rawan
tingkat
kerawanannya.
Di Tingkat Kecamatan
1. Konfirmasi masalah rawan konsumsi pangan pada
tahun
seperti dikemukakan tingkat kabupaten.
2. Tanda-tanda
kejadian
rawan
konsumsi
pang an
yang
biasa digunakan setempat.
e. Responden
Responden yang diwawancarai adalah pejabat-pejabat
tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan dari berbagai
instansi seperti tabel berikut :
21
. - - Mセ@
Tabel 1.
Instansi dari Berbagai Tingkat Administrasi
di Daerah Ujicoba yang Diwawancarai
/
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
:No. :
-l.
Pemda (Biro Men-:Pemda (Sekwi Ida, : Pemda (Camat,
tal, Sosial,
: Kesra, Bangdes) :Kesra)
,I
Bangdes)
,,
Kesehatan